Anda di halaman 1dari 39

PENDAHULUAN

Oleum cajuputi atau yang lebih dikenal dengan minyak kayu putih adalah
minyak atsiri yang diperoleh dari destilasi daun segar Melaleuca leucadendra L dan
spesies lain dari Myrtaceae dan dimurnikan melalui destilasi uap. Tanaman ini dapat
berupa belukar atau pohon yang dapat ditemui di Indonesia Timur dan Australia.
Mayoritas produksi mimyak atsiri atau minyak kayu putih di pulau Buru dan pulau
Banda. Minyak ini mengandung 50 – 60% sineol (C10H18O), meol, aseton, terpen,
dan sesquiterpen.
Pemerian oleum cajuputi yaitu cairan tidak berwana atau kuning, bau
aromatis, rasa menusuk seperti kamfer diikuti rasa dingin. Oleum cajuputi mempunyai
khasiat untuk penggunan internal maupun eksternal. Penggunaan eksternal minyak
kayu putih sebagai karminatif, obat sakit perut dan saluran cerna serta ekspektoran
pada kasus laringitis dan bronkhitis. Selain itu, pada penggunaan eksternal oleum
cajuputi dapat memberikan efek antibakteri. Bakteri yang dapat dihambat oleh oleum
cajuputi meliputi bakteri gram positif dan gram negatif. Oleum cajuputi juga dapat
berfungsi sebagai antifungal terhadap C. albicans (Oyedeji et. all, 1999).
Meskipun banyak pengobatan tradisional yang menggunakan oleum
cajuputi sebagai analgesik dan antiinflamasi, namun pengujian klinisnya tidak
memberikan hasil yang konsisten dan masih harus diuji lebih jauh lagi kebenarannya
(Silva, Jeane. et all. 2003).
Minyak kayu putih mempunyai sifat yang tidak dapat larut dalam air, sehingga
untuk penggunaan topikal lebih tepat jika dibuat dalam bentuk ointment. Sediaan
salep sendiri,menurut FI IV masih dibagi menjadi 4 kelompok yakni salep basis
hidrokarbon, salep serap, salep yang dapat tercucikan oleh air, dan salep yang larut
dalam air. Sedangkan sediaan kami disini merupakan salep yang ditujukan untuk
minyak kerik (massage), dan counter irritant . Dimana kedua efek tersebut memiliki
tujuan terapi yang berbeda, minyak kerik hanya diinginkan bahan obat lepas dari
sediaan dan tetap berada di permukaan kulit. Sedangkan untuk efek counter irritant,
bahan obat diinginkan masuk menembus kulit hingga ke lapisan viable epidermis.
Maka perlu pertimbangan untuk memutuskan jenis salep yang digunakan agar
tujuan terapi dapat tercapai.
TINJAUAN BENTUK SEDIAAN

1. Definisi
a. Krim
- Farmakope Indonesia Edisi V
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau
lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang
sesuai. Istilah ini secara terdasional telah digunakan untuk sediaan
setengah padat yang mempunyai konsistensi relative cair diformulasi
sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air.
- Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery System, X
Creams are semisolid preparation containing one or more
medicinal agent dissolved or dispersed in either a water-in-oil (w/o)
emulsion or an oil-in-water (o/w) emulsion or in another type of water-
washable base.

b. Gel
- Farmakope Indonesia Edisi V
Gel adalah sistem semipadat terdiri dari suspense yang dibuat dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,
terpenetrasi oleh suatu cairan.
- United States Pharmacopea XXIII
Gel are defined as semisolid systems consisting of dispersions
made up of either small inorganic particels or large organic molecules
endosing and interpenetrated by liquid.
- Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery System, X
Gels are semisolid systems consisting of dispersions of small or
large molecules in aqueous liquid vehicle rendered jelly like by the
addition of a gelling agent.

c. Ointment
- Farmakope Indonesia Edisi V
Salep adalah sediaan setengah padat yang ditujukan untuk
pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Bahan obat harus
larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.
- The Pharmaceutical Codex ed 12th
Salep (ointment) adalah sediaan semisolida yang pemakaiannya
ditujukan untuk kulit atau membrane mukosa tertentu. Biasanya
berbentuk larutan atau disperse satu atau lebih bahan obat dalam
basis non-aqua.

2. Sediaan terpilih
a. Krim tipe W/O
b. Emulgel
c. Ointment
- Hidrokarbon base
- Emulsifying base
TINJAUAN BAHAN AKTIF DAN FARMAKOLOGI BAHAN

Oleum Cajuputi. Minyak Kayu Putih (FI III hal.453)


Minyak kayu putih adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan penyulingan
uap daun dan ranting segar Melaleuca leucadendron L dan Melaleuca minor Sm.
Mengandung sineol tidak kurang dari 50.0% dan tidak lebih dari 65.0%.
Pemerian : tidak berwarna, kuning, atau hijau, bau khas aromatic, rasa
pahit
Kelarutan : larut dalam 2 bagian etanol (80%) P, jika disimpan lama
kelarutan berkurang, mudah larut dalam etanol (90%) P
Berat jenis : 0.910 g/ml – 9.23 g/ml
Indeks Bias : 1.464 – 1.472
Penyimpanan : simpan dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : anti iritan; karminativum.

Oleum Eucalypti. Minyak Eukalipti. Minyak Kayu Putih (FI IV hal.627)


Minyak eukalipti adalah minyak atsiri yang mengandung sineol diperoleh
dengan distilasi uap dan rektifikasi dari daun segar atau ujung cabang segar dari
berbagai spesies eukaliptus. Spesies yang digunakan adalah Eucalyptus globulus
Labill. Eucalyptus fruticeterum F.Von Muall. Eucalyptus polybraciea R.T.Baker dan
Eucalyptus smithii R.T.Baker (Familia Myrtaceae). Mengandung sineol tidak kurang
dari 70% b/b.
Pemerian : cairan tidak berwarna atau kuning pucat; bau aromatis seperti
kamfer, rasa menusuk seperti kamfer diikuti rasa dingin.
Kelarutan : larut dalam 5 bagian volume etanol P 70%.
Berat jenis : 0.906 g/ml – 0.925 g/ml
Indeks Bias : 1.468 – 1.470
Penyimpanan : simpan dalam wadah terisi penuh, kedap udara, dan simpan
pada suhu tidak lebih dari 25oC.
Cajuput Oil (Martindale 36th Edition p.2271)
Minyak kayu putih adalah minyak atsiri yang diperoleh dari hasil distilasi
daun dan ranting segar dari Melaleuca cajuputi (M.leucadendron) (Myrtaceae).
Mengandung sineol. Minyak kayu putih telah digunakan sebagai stimulant dan
aromaterapi.
BAGAN ALIR PENYUSUNAN EMULGEL OLEUM CAJUPUTI
SPESIFIKASI SEDIAAN

No. Aspek Sediaan Spesifikasi Alasan

1. Bentuk sediaan Emulgel  Bahan aktif berupa minyak.


 Diinginkan sediaan yang
memberikan sensasi dingin dan
penggunaan pada satu tempat.
 Diinginkan sediaan yang oklusif
sehingga penetrasi mudah
serta kontak bahan aktif dengan
kulit lama.

2. Kadar bahan aktif 10% Berdasarkan tujuan terapi


penggunaan dan mengacu pada
jurnal.

3. pH 5,5 ± 0,5 pH kulit 4 – 6,8

4. Viskositas Seperti Carbomer Disesuaikan dengan bahan-bahan


yang digunakan

5. Reologi Pseudoplastik Agar mudah dioleskan dan mudah


menyebar saat dioleskan

6. Warna Putih Disesuaikan dengan basis yang


digunakan

7. Bau Menthol Akseptabel

8. Kemudahan Mudah dioleskan, Akseptabel dan agar kontak bahan


pengolesan, mudah melekat, aktif dengan kulit lama
melekat, pencucian mudah tercuci

9. Daya sebar Mudah menyebar Akseptabel

10. Berat tiap kemasan 20 gram Berdasarkan sediaan yang banyak


dipasaran
BAHAN TAMBAHAN

GELLING AGENT
Nama Bahan Keterangan
Carbomer  Berwarna putih, “halus”, serbuk higroskopis dengan sedikit
bau, asam
 pH : 2,5-4,0 untuk konsentrasi 0,2% b/v dalam disperse
aqueous, dan 2,5-3,0 untuk acrypol 1% b/v dalam disperse
aqueous
 Densitas (bulk) : 0,2 g/cm3 (serbuk), 0,4 g/cm3 (granular)
 Densitas (Tapped) : 0,3 g/cm3 (serbuk), 0,4 g/cm3 (granular)
 pKa 6,0 ± 0,5
 mp : dekomposisi terjadi pada 260oC selama 30 menit
 Karbomer stabil, bahan higroskopis yang dipanaskan dibawah
suhu 104oC selama 2 jam tidak mengubah konsistensinya.
 Mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik pada disperse
cair karbomer yang tak berpengawet. Pengawet seperti 0,1%
b/v klorokresol, 0,18% b/v metal paraben~0,02%b/v propil
paraben atau 0,1% b/v tiomersal dapat ditambahkan .
penambahan benzalkonium klorida dan Na benzoate pada
konsentrasi tinggi (0,1%b/v) dapat menyebabkan cloudy, dan
penurunan viskositas disperse karbomer
 Gel cair dapat lebih viskus pada pH 6-11. Gel dapat
kehilangan viskositasnya pada paparan sinar UV tapi hal ini
dapat diminimalisir dengan penambahan antioksidan
 Konsentrasi gelling agent : 0,5%-2,0%
CMC-Na  Bubuk putih atau hampir putih, tidak berbau, tidak berasa,
bergranul, higroskopis setelah dikeringkan
 Kelarutan : Praktis tidak larut dalam aseton, etanol 95%,
eter, dan toluene, mudah terdispersi dalam air pada
berbagai temperature (jernih maupun koloidal)
 BJ (Bulk) : 0,52 g/cm3 ; BJ (tapped) : 0,78 g/cm3
 pKa : 4,30
 TL : 227oC
 Viskositas bervariasi (5-2000 mPas)=5-2000 cP
 Konsentrasi gelling agent : 3,0-6,0%
 Inkompatibilitas : larutan asam kuat, larutan garam besi,
metal lainnya (Al,Hg,Zn).
 Dapat terjadi presipitasi pada pH < 2 dan ketika bercampur
dengan etanol 95%
 Terbentuk kompleks preservative dengan gelatin dan
pectin. Akan terpresipitasi dengan protein.
 Pemanasan yg lama mengurangi viskositas, viskositas
stabil di pH 4-10

Gelling agent terpilih : Carbomer


Alasan : Karena Carbomer dapat membentuk gel pada konsentrasi rendah (0,5-3%)
dan dapat membentuk gel yang viskos pada pH 6-11 serta kompatibel dengan
semua bahan.

EMULGATOR
Nama Bahan Sifat Fisika - Kimia
Tween 80  Berbau khas, hangat, agak terasa pahit. Pada 25°C : cairan
th
(HPE 6 ed, p. berwarna kuning
551)  pH : 6,0 – 8,0 (dalam 5% w/v aueous solution)
 Kelarutan: Larut dalam air,etanol,tidak larut dalam minyak,
mineral dan minyak nabati
 HLB : 15,0
 Tipe Surfaktan : non ionik
 Inkompatiiitas: perubahan warna / pengendapan dengan
berbagai bahan khususnya fenol, tanin ,menurunkan
aktivitias paraben
 Kegunaan :
 Emulsifying w/o (kombinasi) : 1 – 10%
 Solubilizing agent : 1 – 10%
Stearyl alcohol  Padatan / seperti lilin, granul yang memiliki bau khas
(HPE 6th ed, p.  Kelarutan :
 Larut dalam kloroform, etanol (95%), eter, heksan, PGG,
700)
benzen, aseton, minyak nabati, praktis larut dalam air
 HLB : 15,5
 Tipe : non – ionik
 Inkompatibilitas: asam kuat dan oksidator kuat
 Kegunaan : transdermal penetration enhancer
Natrium Lauryl  Kristal berwarna putih /krem sampai kuning pucat, serpihan
Sulfat atau serbuk yang mempunyai rasa yang lembut, bersabun,
(HPE 6th ed, p. pahit, sedikit berbau lemak
 Kelarutan : mudah larut dalam air, membentuk larutan yang
651)
opalescent, praktis tidak larut dalam kloroform dan eter
 pH : 7,9 – 9,5 ( 1% w/v aqueous solution)
 Tipe : anionik
 Inkompatibilitas :
 bereaksi dengansurfaktan ionik  hilang efektiitas
/presipitasi
 garam / polivalen ion logam (e.g. aluminium, timah, zink dan
garam kalium)
Span 20  Cairan kuning viskus dengan bau dan rasa yang khas
(HPE 6th ed, p.  pH : 6,0 – 8,0 (5% w/v aueous solution)
 Tipe : nonionik
551)  Kelarutan :
 Larut dalamminyak, pelarut organik, terdispersi dalam air
 Inkompatibilitas:
 Diskolorisasi / presipitasi dengan berbagai zat utamanya
fenol, tanin, tar dan materialseperti tar
 Aktivitas antimikroba pengawet paraben menurun dengan
keberadaan polysorbat
Centrimide  Serbuk puih / hampir popputih yang mudah mengalir dengan
th
(HPE 6 ed, p. bau khas dan rasa pahit seperti sabun
153)  pH :5,0 – 7,5 (1% dalam aqueous concentration)
 Kelarutan :
 mudah larut dalamkloroform, etenaol (95%) dan air, praktis
tidaklarut dalam eter, berbusa dalam air dengan konsentrasi
2% w/v
 Inkopmatibilitas
 Sabun, surfaktan anionik dan non ionik dengan kadar tinggi,
bentonite, iodin, fenil merkuri nitrat,bas alkalis, pewarna
asam
 Bereaksi dengan logam dalam aqueous solution

Emulgator terpilih :
Tween 80 dan Span 80
Alasan : kombinasi emulgator tersebut dapat membentuk emulsi yang baik, tidak
terdapat inkompatibel antara emulgator dan bahan terpilih lainnya

PENGAWET
Nama Bahan Sifat fisika-kimia
Methyl Paraben  Pemerian : kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih,
(Nipagin) tidak berbau, rasa agak terbakar.
(Rowe, 2009)  Kelarutan : air (1 : 400), air 50⁰ C (1 : 50), air 80 ⁰ C (1 :
30), etanol (1 : 2), eter (1 : 10), gliserin (1 : 60).
 Stabilitas : stabil pada pH 3 - 6 dalam bentuk larutan
(kurang dari 10% terdekomposisi) selama 4 tahun pada
suhu kamar. Pada pH 8 lebih cepat terhidrolisis.
 Konsentrasi sebagai pengawet topikal : 0,02% - 0,8%
 pH aktivitas : 4 - 8
Prophyl Paraben  Pemerian : kristal putih atau serbuk, tidak berbau, tidak
(Nipasol) berasa.
(Rowe, 2009)  Kelarutan : air (1 : 2500), air 80⁰ C (1 : 225), etanol (1 :
1,1), gliserin (1 : 250), mudah larut dalam aseton.
 Stabilitas : stabil pada pH 3 - 6 dalam bentuk larutan
(kurang dari 10% terdekomposisi) selama 4 tahun pada
suhu kamar. Pada pH 8 lebih cepat terhidrolisis.
 Inkompatibilitas : surfaktan non ionik, besi oksida.
 Konsentrasi sebagai pengawet topikal : 0,01% - 0,6%
 pH aktivitas : 4 - 8
Propilenglikol  Pemerian: Cairan jernih, tidak berwarna, viskus, praktis
tidak berbau dengn sedikit rasa manis mirip gliserin
 Kelarutan : dapat campur dengan aston, kloroform,
etanol (95%), gliserin dan air, larut dalam eter (1:6) tidak
bercampur dengan minyak mineral, namun akan
melarutkan minyak essensial.
 Berat jenis : 1,038 g/cm3 pada 20oC
 Inkompatibilitas : propilenglikol inkompatibel dengan
oxidizing agent
 Kegunaan : sebagai pengawet, disinfektan, humektan,
plasticizer, solven, stabilizing agent, kosolven
 Kosentrasi penggunaan : humektan (15%) ; pengawet
(15-30%)

Pengawet terpilih : Propilen Glikol


Alasan : Propilen glikol selain sebagai pengawet juga dapat digunakan sebagai
enhancher sehingga dapat meminimalkan penggunaan bahan

HUMEKTAN
Nama bahan Sifat fisika-kimia
Polietilen Glikol  Pemerian : cairan viskos, jernih, agak kekuningan, bau
4000 (PEG 4000) sedikit khas, pahit, higroskopis.
 Kelarutan : larut dalam air, aseton, alkohol, gliserin.
 Konsentrasi penggunaan sebaai humektan : 15%.
Propilen Glikol  Pemerian : larutan jernih, tidak berwarna, viskus (kental),
tidak berbau, sedikit berasa manis seperti gliserin.
 Kelarutan : agak larut dalam aseton, kloroform, etanol
95%, gliseri dan air.
 Konsentrasi penggunaan sebagai humektan : 15%
Gliserin  Pemerian : cairan jernih, kental, higroskopis, rasa manis.
 Kelarutan : larut dalam etanol, air, metanol. Praktis tidak
larut dalam fase minyak.
Etilen Glikol  Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, praktis tidak
berbau.
 Kelarutan : sukar larut dalam eter, praktis tidak larut
dalam benzena, dapat bercampur dengan air dan etanol.

Humektan terpilih : Propilen Glikol


Alasan : karena selain dapat digunakan sebagai humektan juga dapat digunakan
sebagai enhancher sehingga meminimalkan penggunaan bahan yang terlalu
banyak.

ENHANCER
Bahan Sifat fisika kimia
Propilen glikol  Pemerian : cairan jernih , tidak berwarna , viskus, praktis
tidak berbau, rasa agak manis
 Titik didih : 1880C
 Densitas : 1,038 g/cm3
 Viskositas : 58,1 cP pada suhu 200 C
 Kelarutan : campur dengan aseton , kloroform , etanol
(95%) , gliserin dan air, larut dalam eter, tidak campur
dengan minyak mineral atau minyak lemak, tetapi
melarutkan beberapa minyak atsiri
 Inkompatibilitas : reagen pengoksida seperti kalium
permanganat
 Dalam sediaan topical merupakan minimal iritan
Menthol  Merupakan rasemat memiliki bentuk menthol, memiliki
karakteristik aroma peppermint, member sensasi segar atau
sejuk yang dimanfaatkan dalam berbagai sediaan topical. d-
menthol tidak punya efek menyejukkan dan campuran
rasematnya memiliki efek kira-kira setengah dari i-menthol.
Menthol dapat dipakai sebagai enhancer dikulit dapat juga
digunakan sebagai parfum, produk tembakau dan juga
terapetik
 Pemerian : serbuk yang mengalir bebas atau kristal
aglomerat, tidak berwarna, prisma atau kristal, acicular yang
berkilau dengan bau dan rasa yang khas. Bentuk kristal
dapat berubah sesuai waktu karena sublimasi dalam bejana
tertutup.
 Titik didih : 2120C
 Titik lebur : 34-360C
 Kelarutan : sangat larut dalam etanol(95%), kloroform dan
eter, sangat sedikit larut dalam gliserin, praktis tidak larut air.
 Inkompatibilitas : butil klorat, camphor, kloralhidrat, kromium
endesida, fenol, potassium permanganat, pirogalol,
resosinol, dan timol
 Konsentrasi Enhancer : 0,05-10%
Gliserin  Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
kental , higroskopis, rasa manis,
 Untuk sediaan topical, gliserin dapat digunakan sebagai
humektan, emollient
 Titik didih : 2900C
 Kelarutan : larut dalam etanol(95%), methanol dan air, eter
(1:500), etil asetat(1:11), sedikit larut dalam aseton, praktis
tidak larut dalam benzene, kloroform dan minyak
 Inkompatibilitas : pengoksida kuat, contoh: kromium
enoksida, potassium klorat, atau potassium permanganat

Enhancer terpilih : Propilen Glikol dan menthol


Alasan : karena selain dapat digunakan sebagai enhancer juga dapat digunakan
sebagai humektan sehingga meminimalkan penggunaan bahan yang terlalu banyak.

ANTIOKSIDAN
Nama Bahan Keterangan

Alpha Tocopherol Pemerian : Jernih, tidak berwarna atau kuning kecoklatan,
(C29H50O2) kental, cairan berminyak.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; mudah larut dalam
aseton, etanol, eter dan minyak tumbuhan.

TD : 235 °C

BJ : 0,947-0,951 g/cm3

Indeks refraksi : 1,503-1,507

Inkompatibilitas : Dengan peroksida dan ion logam,
khususnya besi, tembaga dan perak. Tocopherol mungkin
diabsorpsi oleh plastik.

ADI : 0,15-2,0 mg/kgBB

Rentang konsentrasi : 0,001-0,05 %v/v

BM : 430,72
Butylated  Pemerian : Serbuk kristal berwarna putih atau hampir putih,
hydroxyanisole atau padatan lilin berwarna kuning keputihan dengan bau
(C11H16O2) aromatik lemah yang khas.
 Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam metanol;
mudah larut dalam≥50% etanol encer, propilenglikol,
kloroform, eter, heksan, minyak biji kapas, minyak kacang,
minyak kedelai, gliseril monooleat, dan lemak babi serta
dalam larutan alkali hidroksida.
 TD : 264°C pada 745 mmHg
 BJ : 1,117 g/cm3
 Viskositas : 3,3 mm2/s pada 99 °C
 Inkompatibilitas : Dengan agen oksidasi dan garam ferrat
 ADI : 500 μg/kgBB
 Rentang konsentrasi : 0,005-0,02%
 BM : 220,35
Butylated  Pemerian : Serbuk atau padatan kristal berwarna putih atau
hydroxytoluena kuning pucat, dengan aroma khas fenol lemah.
(C15H24O)  Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilenglikol,
larutan alkali hidroksida, dan cairan encer asam minera;
mudah larut dalam aseton, benzen, etanol (95%), eter,
metanol, toluena, minyak mineral; lebih larut dalam minyak
dan lemak dibandingkan BHA
 TD : 265 °C
 BJ : BJ mampat (0,48-0,60 g/cm3)
 BJ benar (1,031 g/cm3)
 MC : ≤0,05%
 Indeks refraksi : 1,4859
 Inkompatibilitas : Dengan agen oksidasi kuat seperti
peroksida dan permanganat.
 Rentang konsentrasi : 0,0075-0,1%
 BM : 190,1
Sodium  Pemerian : Tidak berwarna, kristal prisma atau serbuk kristal
Metabisulfit berwarna putih hingga krem putih yang beraroma mirip sulfur
(Na2S2O5) dioksida dan rasa garam.
 Kelarutan : Sedikit larut dalam etanol (95%); mudah larut
dalam gliserin; kelarutan dalam air 1:1,9 dan 1:1,2 pada
100°C.
 TL : <150 °C
 Inkompatibilitas : Dengan kloramfenikol, bereaksi dengan obat
derivat orto atau para hidroksi benzil alkohol.
 Rentang konsentrasi : 0,01-1,0 %w/v

Antioksidan terpilih : BHT


Alasan : Karena lebih larut minyak. Hal ini berhubungan dengan sediaan yang akan
dibuat yang mengandung fase minyak.
FORMULA BAKU

1. Balsamum Rubrum / Balsem Merah

Tiap 10 gram mengandung

Oleum Caryophili 400 mg

Oleum Cinnamomum 500 mg

Oleum Cajuputi 1,1 g

Camphora 1 g

Mentholum 2 g

Paraffin Solidum 2 g

Vaselin Flavum ad 10 g

(Formularium Nasional Edisi Kedua, hal 39)

2. Unguentum Analgesique

(Vick’s Vaporub)

R/ Menthol 2,750

Camphora 5

Ol. Cajuputi 1,5

Ol. Nucistas 0,750

Ol. Cedispol 0,750

Terebinth 5

Thyma 0,250

Vaselin album ad 100

m.f. ung

S. u.e

(Formularium Medicamentarum Selection hal 91)


3. Balsam Merah

(Salap Merah Tjap Matjan)

(Tiger Balm Merah)

R/ Ol. Caryophyl 4

Ol. Cinnamom 5

Camphor 10

Ol. Eucalypti 11

Menthol 20

Parafin Solidum 20

Vaselin album ad 100

m.f. ung

S. u.e

(Formularium Medicamentarum Selection hal 91)


RANCANGAN FORMULA

Formula 1 (emulgel)

FORMULA 1
BAHAN FUNGSI RENTANG
% Gram
Oleum Cajuputi Bahan Aktif 10 2
Carbomer Gelling Agent 0,5 - 2,0 % 1,5 0,3
TEA Pembasa 2 -4% 3 0,6
PG Pengawet & ≤ 30 % 20 4
Enhancer
BHT Antioksidan 0,0075 – 0,1 % 0,05 0,01
EDTA Chelating 0,01 – 0,1 % 0,05 0,01
Agent
Aquadest Pelarut 65,4 13,1

Formula 2 (emulgel)

FORMULA 2
BAHAN FUNGSI RENTANG
% Gram
Oleum Bahan Aktif 10 2
Cajuputi
CMC-Na Gelling Agent 3,0 – 6,0 % 3 0,6
PG Pengawet & ≤ 30 % 20 4
Enhancer
BHT Antioksidan 0,0075 – 0,1 % 0,05 0,01
Aquadest Pelarut 66,95 13,39

Formula 3 (Krim w/o)

FORMULA 3
BAHAN FUNGSI RENTANG
% Gram
Oleum Bahan Aktif 10 2
Cajuputi
Cera Alba Basis 1 – 20 % 15 3
Vaselin Album Basis 0 – 100 % 25 5
Tween 80 Emulgator 1 – 10 % 0,3 0,06
Span 80 Emulgator 1 – 10 % 9,7 1,94
BHT Antioksidan 0,0075 – 0,1 % 0,05 0,01
PG Pengawet & ≤ 30 % 15 3
Enhancer
Aquadest Pelarut 24,95 4,9
Formula 4 (Krim w/o)

FORMULA 4
BAHAN FUNGSI RENTANG
% Gram
Oleum
Bahan Aktif 10 2
Cajuputi
Cetostearyl
Basis 1 – 10 % 10 2
Alkohol
Vaselin Album Basis 0 – 100 % 25 5
Tween 80 Emulgator 1 – 10 % 3,5 0,7
Span 80 Emulgator 1 – 10 % 6,5 1,3
BHT Antioksidan 0,0075 – 0,1 % 0,05 0,01
Pengawet &
PG ≤ 30 % 20 4
Enhancer
Aquadest Pelarut 29,95 5,99

Formula 5 (Ointment Hidrokarbon)

FORMULA 5
BAHAN FUNGSI RENTANG
% Gram
Oleum Cajuputi Bahan Aktif 10 2
Cera Alba Basis 1 – 20 % 10 2
Cetostearyl
Emulgator 1 – 10 % 5 1
Alkohol
BHT Antioksidan 0,0075 – 0,1 % 0,05 0,01
Menthol Enhancer 0,05 – 10 % 5 1
Vaselin Basis Ad 20 gram

Formula 6 (Ointment Emulsifying Base)

FORMULA 6
BAHAN FUNGSI RENTANG
% Gram
Oleum Bahan Aktif 10 2
Cajuputi
Menthol Enhancher 0,05 – 10 % 5 1
Cetostearyl Basis 1 – 10 % 9 1,8
Alkohol Emulsifying
SLS Basis 0,5 – 2,5 % 1 0,2
Emulsifying
BHT Antioksidan 0,0075 – 0,1 % 0,05 0,01
Vaselin Album Basis Ad 20 gram
Hidrokarbon

FORMULA TERPILIH

Formula 1 (emulgel)

FORMULA 1
BAHAN FUNGSI RENTANG
% Gram
Oleum Cajuputi Bahan Aktif 10 2
Carbomer Gelling Agent 0,5 - 2,0 % 1,5 0,3
TEA Pembasa 2 -4% 3 0,6
PG Pengawet & ≤ 30 % 20 4
Enhancer
BHT Antioksidan 0,0075 – 0,1 % 0,05 0,01
EDTA Chelating 0,01 – 0,1 % 0,05 0,01
Agent
Aquadest Pelarut 65,4 13,1

CARA KERJA FORMULA I

Carbomer 0,3 g + aqua bebas


CO2 6 ml. Didispersikan
diatas permukaan air,
diamkan ad mengembang.
Nipasol 0,036 g
+ TEA 0,6 g (aduk ad homogen Propilen glikol 3 g
dan terbentuk masa gel) Span 80 1,2 g

+ Na-EDTA 0,01 g
Aduk ad larut dan
(Cek pH = 6,0±0,5)
homogen

Campur fase minyak ke fase air sedikit demi sedikit


Aduk ad homogen

Nipagin 0,036 g
Aquadest 6,84 g
Campur ad homogen dan
larut

+ BHT 0,01g + Ol. Cajuputi 2 g sedikit demi sedikit


Aduk ad homogen

+ aqua bebas CO2 ad 20 g


Aduk ad homogen

Gel Ol. Cajuputi


CARA KERJA FORMULA II

CMC- Na 0,6 g + aqua bebas Nipasol 0,004 g


CO2 12 ml (panas) Propilen glikol 3 g
Campur ad homogen Span 80 1,2 g

Diamkan sampai CMC-Na


Aduk ad larut dan
mengembang
homogen

Campur fase minyak ke fase air sedikit demi sedikit


Aduk ad homogen

Nipagin 0,036 g
Aquadest 6,84 g
(Campur ad homogen
dan larut)

+ BHT 0,01g + Ol. Cajuputi 2 g sedikit demi sedikit


Aduk ad homogen

+ aqua bebas CO2 ad 20 g


Aduk ad homogen

Gel Ol. Cajuputi


CARA KERJA FORMULA III

Cera Alba 3,0 g


Vaseline Album 5,0 g
Tween 80 0,06 g Propilen glikol 3 g
Span 80 1,2 g
Aquadest 5,0 ml
Diletakkan dalam cawan porselin dan
dipanaskan diatas waterbath.
Dipanaskan sampai semua bahan Campur ad homogen
melebur (± suhu 70ºC)

Campur ad homogen pada suhu ± 40-30ºC

Bht 0,01 g

Campur ad homogen

Ol. Cajuputi 2 g

Aduk ad homogen

Krim Ol. Cajuputi


CARA KERJA FORMULA IV

Cetostearyl Alkohol 2,0 g


Vaseline Album 5,0 g Nipasol 0,004 g
Tween 80 0,06 g Propilen glikol 3 g
Span 80 1,2 g
Diletakkan dalam cawan porselin dan
dipanaskan diatas waterbath.
Dipanaskan sampai semua bahan Aduk ad larut dan
melebur (± suhu 70ºC) homogen

Campur fase minyak ke fase air sedikit demi sedikit


Aduk ad homogen

BHT o,o1 g

Aduk ad homogen

Ol. Cajuputi 2 g

Aduk ad homogen

Krim Ol. Cajuputi


CARA KERJA FORMULA V

Ceto Syearyl Alkohol 3 g


Cera Alba 2,0 g
Vaselin album 12 g

Dipanaskan di waterbath
dengan cawan poselen
sampai semua bahan
melebur (± suhu 70º)

Aduk sampai suhu ± 30-40ºC

BHT 0,01 g
Menthol 0,01 g
Ol. Cajuputi 2g

Aduk ad homogen

Salep Ol. cajuputi


CARA KERJA FORMULA VI

Ceto Syearyl Alkohol 3 g


Na-Lauryl Sulfate 0,5 g
Vaselin album 13,5 g

Dipanaskan di waterbath
dengan cawan poselen
sampai semua bahan
melebur (± suhu 70º)

Aduk sampai suhu ± 30-40ºC

BHT 0,01 g
Menthol 0,01 g
Ol. Cajuputi 2g

Aduk ad homogen

Salep Ol. cajuputi


EVALUASI SEDIAAN

 RANCANGAN EVALUASI

1. Organoleptis
Alat : Pengamatan visual dengan panca indera
 Konsistensi / tekstur sediaan
 Warna sediaan
 Bau sediaan

2. Penentuan pH
Alat : PH meter
Cara kerja :
1. Timbang 1 gram sediaan, ditambah air bebas CO 2 sampai volume 10 ml,
aduk ad homogen.
2. Elektroda dicuci sampai bersih, lalu dikeringkan.
3. Mengkalibrasi pH meter dengan larutan dapar standar dengan pH yang
mendekati pH sediaan.
4. Catat angka yang tertera lalu dibandingkan dengan standar.
5. Elektroda dibersihkan, dibilas dengan aqua lalu dikeringkan.
6. Celupkan elektroda ke dalam sediaan yang telah diencerkan, ukur dan
catat angka yang tertera.
7. Lalu dikoreksi dengan dapar standar.
8. Lakukan replikasi 3 kali dengan pengenceran sampel baru dari sediaan
yang sama tiap replikasi.
9. Hitung pH rata-rata.

3. Viskositas
Alat : Viskometer Cup & Bob
Cara Kerja :
1. Memasukkan sediaan ± 50 gram ke dalam cup.
2. Memilih rotor yang sesuai lalu dipasang pada alat.
3. Rotor dimasukkan dalam cup, diusahakan tinggi sediaan mencapai leher
rotor.
4. Alat dijalankan dan dibaca jarum penunjuk pada alat
5. Dilakukan replikasi 3 kali.

4. Daya Sebar
Alat : 2 Lempeng kaca berskala
Cara Kerja :
1. Menimbang 1 gram sediaan, diletakkan pada kaca berskala tepat di
tengah.
2. Tutup kaca dengan kaca lain (tanpa skala).
3. Bagian atas lempeng kaca diberi beban secara teratur ditingkatkan
massanya.
4. Diukur diameter penyebaran pada setiap penambahan beban sa.mpai
sediaan berhenti menyebar (dengan waktu tertentu secara teratur)
5. Penambahan beban dihentikan saat sediaan berhenti menyebar.
6. Dibuat grafik, beban vs diameter, hitung slopenya.

5. Ukuran Droplet
Alat : Mikroskop Optik
Cara kerja :
a. Menyiapkan mikroskop dan memasang mikrometer obyektif
b. Kalibrasi lensa okuler dengan mikrometer obyektif
c. Mengganti mikrometer obyektif dengan objek glass berisi sediaan, beri
pewarna sudan III untuk sediaan emulgel, tutup dengan gelas kaca.
d. Amati dan catat ukuran droplet (fase dalam) sebanyak 300 data.
e. Hitung diameter panjang rata-rata

6. Penentun Tipe Emulsi


a. Dye solubility test (metode pewarnaan)
1. Menambahkan zat warna yang larut minyak (sudan IV) atau larutan air
(methylen blue)
2. Amati dengan mikroskop
b. Drop dilution test
Dapat diencerkan dengan fase luar :
- Campur air : tipe o/w
- Campur minyak : tipe w/o

7. Uji Aseptabilitas
Alat : Kuesioner
Cara kerja :
1. Penentuan kriteria aseptabilitas yang akan diuji lalu dilakukan skoring
angka pada tiap kriteria
2. Pilih subyek secara random dan representatif
3. Subyek diminta mengisi/menandatangani pernyataan kesediaan menjadi
subyek
4. Jelaskan hal-hal yang harus dilakukan subyek supaya hasilnya tepat
5. Lakukan perhitungan data hasil uji untuk tiap kriteria, kalikan skor masing-
masing
6. Tampilkan dalam bentuk gambar/grafik.

8. Uji Pelepasan
Alat : Membran selofan dan Alat uji disolusi ERWEKA
Cara Kerja :
1. Membuat kurva baku bahan aktif.
2. Membran yang digunakan adalah membrane selofan yang telah
direndam selama 1 jam.
3. Siapkan buffer phospat pH 6,0 sebanyak 500,0 ml sebagai reseptor.
4. Suhu percobaan 32 °C ± 0,5°C dengan kecepatan pengadukan 100 rpm.
5. Memasukkan sampel ± 4,0 gram ke dalam sel difusi, lalu masukkan ke
dalam media disolusi.
6. Alat uji dinyalakan.
7. Dilakukan pengambilan sampel 5,0 ml setiap waktu tertentu, yaitu pada
menit ke 0,5; 10; 15; 20; 25; 30; 45; 60; 90 dan 120.
8. Setiap pengambilan sampel dilakukan penggantian volume media
dengan jumlah sama.
9. Sampel diamati serapannya pada spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang maksimum bahan aktif.
10. Hitung jumlah bahan obat yang terpenetrasi dalam media dengan
mensubtitusikan data absorban ke persamaan regresi kurva baku
(µg/ml).
11. Hitung jumlah bahan obat yang terpenetrasi persatuan luas vs waktu (

) setelah koreksi wurster.


12. Tentukan garis persamaan regresi linier saat kurva menunjukkan
keadaan steady state. Slope yang didapat merupakan harga fluks.
13. Permeabilitas membran didapat dengan cara membagi fluks dengan
konsentrasi awal obat.
14. Lag time didapat dengan cara ekstrapolasi garis regresi linier.

9. Uji Penetrasi
Alat : Sel difusi dan Alat uji disolusi
Cara Kerja :
1. Membuat kurva baku bahan aktif.
2. Siapkan membrane difusi Millipore 0,45 µm. sebelum digunakan
membrane diimpregnasi dengan isopropil miristat (IPM). Membran
direndam dengan IPM selama 1 jam lalu dikeringkan dengan cara
dirapatkan di antara dua kertas saring selama 24 jam lalu timbang ad
berat konstan.
3. Siapkan buffer phospat pH 6,0 sebanyak 500,0 ml sebagai reseptor.
4. Suhu percobaan 37 °C ± 0,5°C dengan kecepatan pengadukan 100 rpm.
5. Pasang membrane Millipore, masukkan sejumlah tertentu sampel ke
dalam sel difusi lalu masukkan ke dalam media disolusi.
6. Alat uji dinyalakan.
7. Dilakukan pengambilan sampel 5,0 ml setiap waktu tertentu, yaitu pada
menit ke 0,5; 10; 15; 20; 25; 30; 45; 60; 90 dan 120.
8. Setiap pengambilan sampel dilakukan penggantian volume media
dengan jumlah sama.
9. Sampel diamati serapannya pada spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang maksimum bahan aktif.
10. Hitung jumlah bahan obat yang terpenetrasi dalam media dengan
mensubtitusikan data absorban ke persamaan regresi kurva baku
(µg/ml).
11. Hitung jumlah bahan obat yang terpenetrasi persatuan luas vs waktu (

) setelah koreksi wurster.


12. Tentukan garis persamaan regresi linier saat kurva menunjukkan
keadaan steady state. Slope yang didapat merupakan harga fluks.
13. Permeabilitas membran didapat dengan cara membagi fluks dengan
konsentrasi awal obat.
14. Lag time didapat dengan cara ekstrapolasi garis regresi linier.

10. Penetapan Kadar Hidrokortison Asetat


Dilakukan menurut cara penetapan kadar sineol yang tertera pada
penetapan minyak atsiri (FI IV hal 967)
Timbang saksama sejumlah 3 g zat uji yang telah dikeringkan dengan
sulfat anhidrat P. Masukkan ke dalam tabung reaksi kering, tambahkan 2,1 g
ortokresol P yang telah dileburkan. Masukkan tabung reaksi ke dalam alat
seperti yang tertera pada penetapan suhu beku <1101> (FI IV hal 1042),
biarkan dingin dan aduk terus-menerus. Jika terjadi penghabluran, suhu
mengalami sedikit kenaikan, catat suhu tertinggi penghabluran (t1).
Lebur kembali hablur di atas tangas air hingga suhu tidak melebihi 50
di atas t1. Masukkan tabung ke dalam alat penetapan suhu beku <1101>
yang diatur dengan suhu 50 di bawat t1. Jika terjadi penghabluran kembali
atau suhu turun 30 di bawah t1, aduk terusmenerus sampai campuran
membeku, catat suhu pembekuan tertinggi (t2). Ulangi penetapan hingga dua
suhu tertinggi yang diperoleh pada t2 tidak berbeda lebih dari 0,20. Jika
terjadi pendinginan berlebihan, untuk mempercepat terbentuknya hablur,
tambahkan sedikit hablur senyawa kompleks sineol ortokresol yang diperoleh
dari 3 g sineol P dan 2,1 g ortokresol. Jika t2 dibawah 27,40, ulangi
penetapan sesudah penambahan 5,1 g senyawa kompleks.
Tetapkan persentase (b/b) sineol sesuai suhu beku (t2) dari tabel, yang diperoleh dari
harga antara dengan cara interpolasi. Bila digunakan penambahan 5,1 g senyawa kompleks,
hitung persentase (b/b) sineol dengan rumus 2(A-50). A adalah harga yang sesuai dengan
suhu beku t2 dari tabel:
t2 Kadar Sineol (b/b) t2 Kadar Sineol (b/b)
24o 45,5 40o 67,0
25o 47,0 41o 68,5
26o 48,0 42o 70,0
27o 49,5 43o 72,5
28o 50,5 44o 74,0
29o 52,0 45o 76,0
30o 53,5 46o 78,0
31o 54,5 47o 80,0
32o 56,0 48o 82,0
33o 57,0 49o 84,0
34o 58,5 50o 86,0
35o 60,0 51o 88,5
36o 61,0 52o 91,0
37o 62,5 53o 93,5
38o 63,5 54o 96,0
39o 65,0 55o 99,0

HASIL EVALUASI

1. Organoleptis
a) Warna

Warna Skor (x) Jumlah Responden n.x


(n)
Putih 3 19 57
Putih kekuningan 2 11 22
Kuning 1 - -
30 79

 Spesifikasi = Putih
 Nilai maksimal = 3 x 30 = 90

%= x 100% = 87,78%

 Rata-rata : = = 2,63 = 3

 Kesimpulan : Sesuai Spesifikasi

b) Bau

Bau Skor (x) Jumlah Responden n.x


(n)
Minyak kayu putih 3 29 87
Tidak berbau 2 1 2
Bau tengik 1 - -
30 89

 Spesifikasi = Bau menthol


 Nilai maksimal = 3 x 30 = 90

%= x 100% = 98,89%

 Rata-rata : = = 2,96 = 3

 Kesimpulan : Sesuai Spesifikasi


c) Tekstur

Tekstur Skor (x) Jumlah Responden n.x


(n)
Lembut 3 30 90
Agak lembut 2 - -
Kasar 1 - -
30 90

 Spesifikasi = Halus
 Nilai maksimal = 3 x 30 = 90

%= x 100% = 100%

 Rata-rata : = =3

 Kesimpulan : Sesuai Spesifikasi

 Kesimpulan

Kesimpulan: Kriteria Spesifikasi yang Hasil setelah


Uji diinginkan penyimpanan
Warna Putih Putih
Bau Bau minyak kayu Bau minyak kayu putih
putih
Tekstur Lembut Lembut
2. Penentuan pH
Replikasi pH
Replikasi I 5.85
Replikasi II 5.84
Replikasi III 5.84
Rata-rata 5.84
SD

Kesimpulan pH memenuhi spesifikasi yaitu 5,5 ± 0.5

3. Viskositas
Viskositas (dPas)
Replikasi 300
Replikasi II 290
Replikasi III 300
Rata-rata 296,67
SD 5,77

4. Daya Sebar

5. Uji Akseptabilitas
a) Kemudahan pengolesan

Kemudahan Skor (x) Jumlah Responden n.x


pengolesan (n)
Mudah 3 30 90
Sulit 2 - -
Sangat sulit 1 - -
30 90

 Spesifikasi = Mudah
 Nilai maksimal = 3 x 30 = 90

Beban (g) Diameter (Cm)


0 4,0 %= x 100% = 100%
5 4,7
10 4,8
 15 5,2 Rata-rata : = =3
20 5,3
25 5,3
30 5,3
 Kesimpulan : Sesuai Spesifikasi

b) Kemudahan
pencucian

Kemudahan Skor (x) Jumlah Responden n.x


pencucian (n)
Mudah 3 24 72
Sulit 2 6 6
Sangat sulit 1 - -
30 80

 Spesifikasi = Mudah
 Nilai maksimal = 3 x 30 = 90

%= x 100% = 88,89%

 Rata-rata : = = 2,67 = 3

 Kesimpulan : Sesuai Spesifikasi

c) Kesan saat pemakaian

Kesan saat pemakaian Skor (x) Jumlah Responden n.x


(n)
Hangat 3 30 90
Tidak berasa 2 - -
Dingin 1 - -
30 90

 Spesifikasi = Tidak terasa


 Nilai maksimal = 3 x 30 = 90

%= x 100% = 100%

 Rata-rata : = =3

 Kesimpulan : Sesuai Spesifikasi


PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan sediaan obat dengan bahan aktif
oleum cajuputi. Oleum cajuputi mengandung senyawa sineol yang memiliki efek
farmakologi sebagai counter iritant dimana akan menyebabkan relaksasi/vasodilatasi
pada otot. Senyawa ini dapat juga digunakan sebagai antielmintik, antiserangga,
ekspektoran, karminativum dan antiseptik.
Dalam percobaan untuk membuat sediaan oleum cajuputi ini kami memilih
beberapa bentuk sediaan yaitu: emulgel, krim (tipe w/o), dan oinment. Ketiga bentuk
sediaan itu dapat digunakan untuk sediaan dengan bahan aktif oleum cajuputi
karena oleum cajuputi sebagai counter iritan bertujuan pada reseptor yang ada di
daerah viable epidermis dan dibutuhkan efek segera untuk mengalihkan rasa nyeri,
sehingga ketiga bentuk sediaan tersebut dapat digunakan. Berdasarkan tujuan
pengobatan dan formula rujukan, maka kadar oleum cajuputi yang digunakan adalah
10%.
Pada praktikum ini dibuat 6 formula yang terdiri dari 2 formula emulgel, 2
formula krim, dan 2 formula oinment. Formula 1 dan 2 adalah formula dari bentuk
sediaan emulgel dimana yang membedakan kedua formula tersebut adalah gelling
agent yang digunakan, pada formula 1 terdapat TEA untuk menciptakan suasana
basa sehingga carbomer bisa mengembang dan terdapat Na-EDTA untuk mengikat
spora logam yang dapat dihasilkan dari carbomer. Formula 3 dan 4 adalah formula
dari bentuk sediaan krim dengan tipe w/o, dipilih tipe w/o karena bahan aktif
merupakan minyak sehingga untuk pelepasan dan penetrasi pada kulit akan lebih
mudah. Pada formula 3 dan 4 ini digunakan basis yang berbeda yaitu cera alba dan
cetostearyl alkohol sehingga dapat ditentukan basis mana yang lebih baik digunakan
untuk sediaan ini. Dan untuk formula 5 dan 6 merupakan formula dari bentuk
sediaan oinment, yang membedakan kedua formula ini adalah jenis oinment atau
basis yang digunakan, pada formula 5 basis yang digunakan adalah basis
hidrokarbon, sedangkan pada formula 6 digunakan basis emulsifying. Dipilih basis
hidrokarbon dan emulsifying ini karena oinment dengan kedua basis ini mampu
mencapai tujuan yang diinginkan yaitu oklusifitas yang cukup baik namun tetap
mudah dicuci dengan air.
Dari hasil optimasi formula yang terpilih adalah formula 1 untuk di scale up
sebanyak 400 gram. Formula 1 merupakan bentuk sediaan emulgel. Formula ini
terpilih karena hasil dari pembuatan keenam formula yang paling nyaman digunakan
adalah formula 1 karena sediaan emulgel dapat memberikan rasa dingin pada awal
saat dioles. Selain itu formula 1 juga yang paling mendekati spesifikasi sediaan yang
diinginkan. Hasil scale up yang telah dilakukan disimpan selama 1 minggu untuk
dilakukan evaluasi sediaan.
Evaluasi yang dilakukan pada praktikum ini adalah evaluasi organoleptis, pH,
viskositas, daya sebar, dan akseptabilitas sediaan. Pada evaluasi organoleptis
dilakukan dengan cara bertanya pendapat 30 responden tentang warna, bau, dan
tekstur sediaan yang telah dibuat. Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan
didapatkan respon yang baik dari responden baik dari aspek warna, bau maupun
tekstur. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa sediaan yang dibuat telah memenuhi
syarat spesifikasi sediaan yang diinginkan. Untuk evaluasi pH dilakukan pengukuran
pH sesuai dengan prosedur dan dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Dari hasil
evaluasi didapatkan pH sediaan yang telah dibuat adalah 5,8 dimana pH ini telah
memenuhi spesifikasi yang diinginkan yaitu pH 5,5 dengan rentang ± 0,5. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa sediaan yang dibuat telah memenuhi spesifikasi sediaan
dalam aspek pH sehingga pada pH tersebut bahan aktif masih dalam kondisi stabil.
Untuk evaluasi viskositas dilakukan sesuai prosedur dan didapatkan viskositas
sebesar 296,67 dimana dengan viskositas tersebut sediaan telah memenuhi
spesifikasi yaitu viskositas seperti carbomer yang telah dikembangkan, karena
carbomer memiliki viskositas yang paling besar. Untuk evaluasi daya sebar
dilakukan sesuai prosedur, beban yang digunakan mulai dari 0 gram lalu ditambah
dengan kelipatan 5 gram. Hasil evaluasi daya sebar pada sediaan didapatkan daya
sebar berhenti atau konstan pada saat penambahan beban sebesar 30 gram,
sehingga daya sebar ini dapat diterima atau sesuai dengan spesifikasi. Untuk
evaluasi akseptabilitas dilakukan dengan cara yang sama seperti evaluasi
organoleptis, yaitu melibatkan 30 responden. Dari respon yang didapatkan dapat
disimpulkan bahwa sediaan yang telah dibuat mudah dioleskan dan terasa hangat
setelah dioleskan.
Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan pada sediaan, dapat disimpulkan
bahwa sediaan emulgel oleum cajuputi dari kelompok kami telah memenuhi
spesifikasi sediaan yang aman, stabil, efektif dan nyaman saat digunakan.

Anda mungkin juga menyukai