Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS KADAR KALIUM PADA BAWANG PUTIH (Allium Sativum L.

)
DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

Sunyoto1, Choiril Hana Mustofa*2


Program Studi DIII Farmasi STIKes Muhammadiyah Klaten
*Email : choirilhm@gmail.com

INTISARI

Kalium merupakan ion intraselular yang berkaitan dengan mekanisme


pertukaran Natrium. Peningkatan asupan kalium dalam diet berhubungan dengan
penurunan tekanan darah, karena kalium memicu natriuesis (kehilangan natrium
melalui urin). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar kalium pada bawang
putih.

Penelitian observasional ini peneliti hanya melakukan observasi tanpa


memberikan intervensi pada ariable yang akan diteliti. Pengukuran kadar kalium
dilakukan menggunakan alat Spektrofotometri Serapan Atom dengan panjang
gelombang 766,5 nm. Pada penelitian ini digunakan konsentrasi kalium : 1 mg/L,
2 mg/L, 3 mg/L, 4 mg/L, dan 5 mg/L. Persamaan garis regresi (Y) dan koefisien
korelasi I yang diperoleh dari hasil penentuan linieritas kurva kalibrasi menunjukan
adanya hubungan yang sebanding antara absorbansi dan konsentrasi. Persamaan
garis regresi linier (Y) dan koefisien korelasi I yang diperoleh dari hasil penentuan
linieritas kurva kalibrasi yaitu (Y) = 0,019914286x + 0,002380952 dan r =
0,998368243.

Pada penelitian ini dapat diketahui hasil kadar kalium rata-rata yaitu bawang
putih I 15775,655 µg/g; bawang putih II 15429,076 µg/g; bawang putih III 14549,399
µg/g; bawang putih IV 13007,488 µg/g; dan bawang putih V yaitu 13120,625 µg/g.

Kata kunci : Bawang Putih, Kalium, Spektrofotometri Serapan Atom

1
I. PENDAHULUAN

Sistem metabolisme tubuh merupakan fungsi yang harus dijalankan

secara kontinyu dan membutuhkan komponen-komponen yang merupakan

asupan kebutuhan makanan sehari-hari untuk pemeliharaan fungsi tubuh..

Mineral adalah bagian dari tubuh yang memegang peranan penting dalam

pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi

tubuh secara keseluruhan. Selain itu, mineral berperan dalam berbagai tahap

metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim

(Almatsier, 2004). Mineral digolongkan kedalam mineral makro dan mineral

mikro. Mineral makro adalah mineral yang ada di dalam tubuh lebih dari 0,01%

berat badan dan mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100

mg/hari, sedangkan mineral mikro terdapat dalam tubuh kurang dari 0,01% berat

badan dan mineral yang dibutuhkan kurang dari 100 mg/hari. Yang termasuk

mineral makro adalah natrium, kalium, kalsium, fosfor, magnesium, dan sulfur.

Adapun yang termasuk mineral mikro adalah besi, seng, mangan, dan tembaga

(Almatsier, 2004).

Salah satu contoh mineral makro yaitu kalium. Kalium merupakan ion

intraselular dan dihubungkan dengan mekanisme pertukaran dengan Natrium.

Peningkatan asupan kalium dalam diet telah dihubungkan dengan penurunan

tekanan darah, karena kalium memicu natriuesis (kehilangan natrium melalui

urin) (Barasi, 2007). Obat anti hipertensi bekerja dengan mengeluarkan cairan

2
tubuh melewati urine sehingga volume cairan tubuh berkurang, dan kalium ikut

keluar bersama urin, sehingga dibutuhkan asupan kalium (Shadine, 2010). Bahan

pangan yang mengandung kalium baik dikonsumsi untuk penderita darah tinggi

(Astawan, 2008). Kalium memiliki peranan penting dalam metabolisme tubuh

serta dalam fungsi sel saraf dan otot (Kristanti, 2010). Kebutuhan minimum akan

kalium ditaksir sebanyak 2000 mg sehari (Almatsier, 2004).

Tanaman yang bermanfaat sebagai penurun tekanan darah yaitu Bawang

putih. Bawang putih merupakan salah satu komoditas pertanian unggulan yang

memiliki prospek yang baik dalam pemasaranya. Khasiat bawang putih untuk

kesehatan adalah sebagai berikut Antioksidan, Anti tumor, Antimikroba,

Antibiotik, menurunkan kadar kolesterol, menurunkan tekanan darah tinggi,

melawan usia tua (Kurniawati, 2010). Menurut United State Departemen of

Aglicultural, kandungan Gizi bawang putih mentah. nilai gizi per 100 g berat

bawang putih (Allium sativum L) adalah sebagai berikut : Energi 623 Kj,

karbohidrat 33,06 g, gula 1,00 g, Diet serat 2,1 g, Lemak 0,5 g, Protein 6,39 g,

Beta karoten 5 mg, Asam Pantotenat (B5) 0,596 mg, Vit B6 1,235 mg, Folat

(B9) 3 mg, Vitamin C 31,2 mg, Kalsium 181 mg, Besi 1,7 g, Magnesium 25 mg,

Fosfor 153 mg, Kalium 401 mg, Sodium 17 mg, Seng 1,16 mg, Mangan 1,672 g,

Selenium 14,2 mg (USDA, 2010).

Penetapan kadar kalium pada bawang putih pada penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan metode spektrofotometri serapan atom (SSA),

3
karena metode spektrofotometri serapan atom lebih peka, membutuhkan sampel

yang sedikit dan cocok untuk analisa mineral.

Dengan penelitian ini, dapat dianalisa kadar kalium salah satu jenis

tanaman bawang putih. Masyarakat belum banyak yang mengetahui jika bawang

putih (Allium Sativum L.) mempunyai kandungan kalium yang cukup tinggi dan

berkhasiat sebagai penurun tekanan darah. .

Pada penelitian ini dirumuskan kadar berapa kadar kalium pada bawang

putih (Allium sativum L.). Adapun Tujuannya adalah untuk mengetahui kadar

kalium pada bawang putih (Allium sativum L.).

Dengan hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat, yaitu

memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat tentang manfaat

bawang putih sebagai bumbu dapur yang mengandung kalium yang dapat

dimanfaatkan untuk penderita darah tinggi. Selain itu secara akademik dapat

dilakukan penelitian lanjut, misalnya formulasi dan sebagainya.

II. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan observasional, peneliti hanya

melakukan penelitian laboratorium, tanpa memberikan intervensi pada

variabel yang akan diteliti. Variabel tunggal dalam penelitian ini adalah kadar

kalium yang terkandung dalam bawang putih.

4
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bawang putih

tunggal yang berasal dari pengepul bawang putih daerah Tawangmangu

Karanganyar. Sampel yang digunakan yaitu bawang putih yang berumur 3-4

bulan dari masa penanaman bawang putih. Umbi yang diambil berwarna

putih memiliki siung tunggal, berbalut kulit tipis, jika kulit tersebut diiris

maka akan mengeluarkan bau menyengat tajam.

Determinasi sampel dilaksanakan di Laboratorium Sistematika

Tumbuhan, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

A. Instrumen Penelitian

1. Bahan

Sampel bawang putih (Allium sativum L) yang berasal dari pengepul

bawang terletak di Blumbang, Tawangmangu Karanganyar. Selain itu

bahan pembantu yang digunakan yaitu larutan standar kalium (K), asam

pikrat, natrium hidroksida, aquabides, larutan asam nitrat (HN03) pekat.

2. Alat

Alat yang digunakan untuk Preparasi sampel yaitu Corong kaca,

gelas ukur, beaker glass, kompor listrik, neraca analitik, kertas saring, hot

plate.

5
B. Cara Kerja

1. Sterilisasi wadah dan peralatan preparasi

Semua wadah dan peralatan preparasi yang akan digunakan

dicuci dengan air sabun kemudian dibilas dengan aquadestilata. Wadah

dan peralatan preparasi dikeringkan dalam oven pada suhu 600C.

2. Destruksi Sampel

Lima gram bawang putih tunggal ditimbang, ditempatkan dalam

cawan porselen lalu masukan open dengan suhu 1100 C hingga kering,

sesudah bawang putih kering dimasukan dalam fornis untuk di abukan

pada suhu 600-700oC, selama 5 jam. Setelah jadi abu dilarutkan dengan

HNO3 pekat sebanyak 3-5 ml.

3. Preparasi Sampel

Sampel bawang putih yang sudah diproses destruksi

dimasukan dalam labu ukur 25 ml dan diencerkan dengan aquaregia

hingga garis, lalu disaring dengan kertas saring Whatman No. 42,

Kemudian filtrat selanjutnya ditampung kedalam botol. Lalu

diencerkan sebanyak 50 kali pengenceran. Larutan ini digunakan

untuk analisa kuantitatif dengan SSA untuk mengetahui kadarnya.

6
4. Pembuatan kurva kalibrasi

a. Pembuatan larutan baku kalium (K)

Larutan baku kalium (1000 mg/L) dipipet sebanyak 10 ml,

dimasukan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga

garis tanda dengan aquabides (Konsentrasi 100 mg/L).

b. Pembuatan larutan kerja kalium

Larutan untuk kurva kalibrasi kalium dibuat dengan

memipet Larutan Induk Baku sebanyak 1,0 ml, 2,0 ml, 3,0 ml, 4,0

ml, 5,0 ml, dilarutkan dalam labu 100 ml Tambahkan larutan

pengencer sampai tanda tera kemudian dihomogenkan sehingga

di peroleh kadar kalium 1 mg/L, 2 mg/L, 3 mg/L, 4 mg/L, dan 5

mg/L.

c. Prosedur pembuatan kurva kalibrasi

Diukur serapan dari masing - masing larutan kerja yang

telah dibuat pada panjang gelombang 766,49 nm untuk kalium

(Gandjar dan Rohman, 2007). Kemudian dibuat kurva kalibrasi

untuk mendapatkan persamaan garis regresi.

5. Perhitungan

7
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Penelitian penetapan kadar kalium pada bawang putih dengan metode

Spektrofotometri Serapan Atom dilakukan di Laboratorium Kimia Analisis,

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Gadjah Mada, Yogyakarta. .

1. Data Pengambilan Sampel

Sampel diambil sebanyak 1 sampel yaitu sebanyak ½ kg diambil

dari pengepul bawang putih tunggal yang terletak di Blumbang,

Tawangmangu Karanganyar.

2. Determinasi Tanaman

Determinasi sampel tanaman di Laboratorium Sistematik

Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Hasil dari determinasi menunjukan bahwa tanaman yang digunakan

dalam penelitian ini benar-benar bawang putih (Allium sativum L).

3. Pembuatan Kurva Kalibrasi

Larutan standar kalium dibuat dengan pelarut aquadestilata

dengan berbagai macam konsentrasi, yaitu 1,0 mg/L; 2,0 mg/L; 3

mg/L; 4 mg/L; 5 mg/L. dengan absorbansi 0,023; 0,044; 0,065; 0,080;

0,101. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1

8
Tabel 3.1 Pembuatan Kurva Standar Kalium
Konsentrasi (X) Absorbansi (Y)

1,0 mg/L 0,023

2,0 mg/L 0,044

3,0 mg/L 0,065

4,0 mg/L 0,080

5,0 mg/L 0,101

Persamaan regresi linier : Y= bx + a

r = 0,998368243

A = 0,002380952

B = 0,019914286

Dari data diatas untuk kurva kalibrasi dapat dapat dilihat pada lampiran

10.

4. Data Hasil Penelitian

Penetapan kadar kalium pada bawang putih dengan

menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom. Data hasil

penetapan kadar kalium dapat dilihat pada tabel 3.1 pengukuran kadar

kalium dilakukan menggunakan alat Spektrofotometri Serapan Atom

dengan panjang gelombang 766.5 nm. Pada penelitian ini

menggunakan konsentrasi kalium standar 1 mg/L, 2 mg/L, 3 mg/L, 4

mg/L, dan 5 mg/L. Penentuan linieritas kurva kalibrasi menunjukan

hubungan sebanding antara absorbansi dengan konsentrasi. persamaan

9
garis regresi linier (Y) dan koefisien kolerasi ( r ) yang diperoleh dari

hasil penenuan linieritas kurva kalibrasi yaitu Y = 0,014485714x +

0,002017544 dan r = 0,999828435

Tabel 3.2. Tabel Hasil Pengukuran Kadar Kalium dan Standar Deviasi
Sampel Hasil Pengukuran Kadar Kalium Rata-rata SD
I (µg/g) II (µg/g) III (µg/g) (µg/g)
I 15575,655 15775,655 15775,665 15775,665 .0000000
II 15600,646 15343,291 15343,291 15429,076 148,5839785
III 14651,963 14651,963 14344,272 14549,399 177,6454817
IV 12917,029 12917,029 13188,288 13007,488 156,6103020
V 13329,125 13016,375 13016.375 13120,625 180,5662967
Total Rata-rata 14376.450

Dari data di atas dapat diketahui bahwa dari hasil penetapan kadar

kalium pada bawang putih didapatkan kadar kalium yang cukup tinggi.

B. PEMBAHASAN

Pada penelitian ini dilakukan penetapan kadar kalium pada bawang

putih dengan menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar kalium pada bawang putih

tunggal. Kalium merupakan ion intraselular dan dihubungkan dengan

mekanisme pertukaran dengan natrium. Peningkatan asupan kalium dalam

diet telah dihubungkan dengan penurunan tekanan darah, karena kalium

memicu natruesis (kehilangan natrium melalui urin) (Barasi, 2007). Kalium

10
memiliki peranan penting dalam metabolisme tubuh serta dalam fungsi sel

saraf dan otot. Kebutuhan minimum akan kalium ditaksir sebanyak 2000 mg

sehari (Almatsier, 2004).

Metode Spektrofotmetri Serapan Atom dipilih karena metode ini

sangat peka, membutuhkan sampel yang sedikit dan cocok digunakan untuk

analisis kualitatif mineral (Gandjar dan Rohman, 2009). Bawang putih

tunggal dipilih dengan menetapkan kadar kalium karena masyarakat belum

banyak yang mengetahui jika bawang putih tunggal mempunyai kandungan

kalium yang cukup banyak dan kalium sendiri berkhasiat sebagai penurun

tekanan darah.

Cara pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random

sampling, yaitu suatu teknik sampling yang dipilih secara acak, cara ini dapat

diambil bila analisa penelitian cenderung bersifat umum. Setiap unsur

populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.

Sampel diambil sebanyak ½ Kg dari pengepul bawang putih tunggal, lalu

dimasukan dalam wadah plastik, sampel dibawa ke laboratorium untuk diuji.

Peneliti mengambil bawang putih di Blumbang, Tawangmangu

Karanganyar karena pada daerah tersebut mempunyai rata-rata ketinggian 511

- 2000 m di atas permukaan laut, suhu didaerah tersebut bersuhu 18o - 31OC,

sementara syarat tumbuhnya bawang putih yaitu dapat tumbuh pada

ketinggian tempat 600 - 1.200 m di atas permukaan laut. Suhu udara yang

11
diperlukan 150C-200C (Agoes, 2012). sehingga baik untuk tanaman bawang

putih.

Bawang putih yang akan digunakan untuk penelitian sebelumnya

dilakukan determiasi terlebih dahulu, determinasi digunakan untuk

memastikan kebenaran sampel yang akan diteliti. Determinasi sampel

dilakukan di Laboratorium Sistematik Tumbuhan Fakultas Biologi

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Untuk menentukan atau menganalisis kandungan mineral pada

bawang putih tunggal, bahan atau sampel didestruksi terlebih dahulu, disini

peneliti menggunakan destruksi kering karena destruksi kering lebih

menghemat biaya, cara pengerjaan lebih mudah dan waktu yang digunakan

lebih singkat. Pada tahap pengabuan ini, sampel bawang putih tunggal

tersebut dikeringkan terlebuh dahulu menggunakan open dengan suhu 110oC

lalu diabukan dalam fornis dengan suhu 600 - 700oC selama 5 jam, setelah

jadi abu dilarutkan dengan HNO3 Pekat sebanyak 3 - 5 ml, penambahan HNO3

pekat pada proses ini berfungsi untuk melarutkan atau menghancurkan logam-

logam yang terdapat dalam sampel karena asam nitrat (HNO3) dapat

menstabilkan logam-logam yang akan dianalisis (Fitriani dkk, 2012).

Konsentrasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

konsentrasi kalium standar 1 mg/L, 2 mg/L, 3 mg/L, 4 mg/L, 5 mg/L.

Sehingga didapatkan regresi linier Y = 0,014485714x + 0,002017544 dan r =

12
0,999828435, berdasarkan persamaan regresi linier tersebut konsentrasi

kalium dalam sampel dapat ditentukan.

Uji kuantitatif dengan menggunakan metode SSA didapatkan hasil

bervariasi dari masing-masing sampel yang dapat dilihat pada tabel 3.1

dengan kadar rata-rata 14376.4506 µg/g atau 14,376 mg/g. Kadar rata-rata

bawang putih yang cukup tinggi untuk bawang putih tunggal. Sehingga dapat

memenuhi kebutuhan tubuh manusia dewasa di mana kebutuhan minimum

akan kalium ditaksir sebanyak 2000 mg sehari (Almatsier, 2004).

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uji analisa dengan metode Spektrofotometri Serapan

Atom, bawang putih tunggal didapat kadar kalium rata-rata yaitu

14376.4506 µg/g atau 14,376 mg/g.

B. Saran

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang perbandingan kadar kalium

pada bawang putih tunggal sebelum dan sesudah di lakukan pengolahan

seperti: perebusan, penggorengan.

13
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan menetapkan kadar kalium

dengan metode lain yang lebih spesifik seperti: metode Kromatografi

Cair Kinerja Tinggi (KCKT).

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A. 2012. Tanaman Obat Indonesia. Cetakan III Salecta Medika Jakarta.

Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

Almatsier, S. 2013. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Astawan, M. 2008. Khasiat Warna Warni Makanan. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka
Utama

Barasi, M. 2007. Nutrition at a Glance. Penerjemah : Hermin (2009). At a Glance:


Ilmu gizi. Jakarta

Darmono, 2001. Logam dan Sistem Biologi Mahkluk Hidup. Universitas Indonesia
Press. Jakarta.

Fitriani, N.L.C, Walanda D.K, dan Rahman N, 2012. Penentuan Kadar Kalium (K)
Dalam Labu Siam (Scebium Edule) Serta Pengaruh Tempat Tumbuhnya.
Jurnal. Universitas Tadulako. Palu.

Gandjar, I.G dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar.
Yokyakarta

Gandjar, I.G dan Rohman, A. 2009. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.

Gunandjar, 2010. Spektrofotometri Serapan Atom. Pusat Penelitian Bahan dan


Instrumentasi. Badan Tenaga Atom Nasional. Yogyakarta.

14
Iksen, 2015 . Penetapan Kadar Kalium, Kalsium dan Natrium Pada Daun Kuaci
(Allium schoenoprasum, L.) Segar dan rebus secara Spektrofotometri Serapan
Atom. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Kristanti, H. 2010. Penyakit Akibat Kelebihan dan Kekurangan Vitamin, Mineral dan
Electrolit. Yogyakarta.

Kurniawati, N. 2010. Sehat dan cantik alami berkat khasiat bumbu dapur. Cetakan I.
Bandung

Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. PT Rineka Cipta.


Jakarta.

Prissilia, N. 2014. Penetapan Kadar Kalsium, Kalium, dan Magnesium Pada Air
Tebu Merah dan Air Tebu Hijau Secara Spektrofotometri Serapan Atom.
Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Rosmarkam, A. dan Yuwono N.W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta.

Sepdiana S.S. 2013. Penetapan Kadar Kalsium, Kalium, dan Natrium Dalam Buah
Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) Cayenne Secara Spektrofotometri
Serapan Atom. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Shadine, M., 2010. Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke, dan Serangan Jantung.
Jakarta.

Singgih, W. 2008. Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay. Jakarta.

Sugito, J dan Murhanto, 1999. Bawang putih dataran rendah. Jakarta.

Syamsiah S, Tajudin. 2005. Khasiat dan manfaat bawang putih: Raja antibiotik
alami. Jakarta

USDA.,(2010). USDA Nutrient Database.Diakses tanggal 18 januari 2016


http://www.nal.usda.gov/fnic/foodcomp/cgi-bin/list_nut_edit.pl

15

Anda mungkin juga menyukai