Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah Teknologi Batubara
Semester Antara Program Studi Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung
Tahun Akademik 2019 – 2020
Disusun Oleh :
Pandu Putra Nusantara
100.701.16.041
A
e. Teknologi Pra-Karbonisasi
Selective Crushing, yaitu proses penghancuran multitahap: Derajat
penghancuran berdasarkan kandunganya. Batubara dengan kandungan abu
tinggi akan berukuran lebih kecil sehingga dapat meningkatkan kualitas kokas.
Kendala: Clogging penyaringan partikel halus. Sedangkan Coal Preheating, yaitu
Batubara kering memiliki flowability yang tinggi, sehingga ketika dimasukkan ke
dalam tungku, batubara terpadatkan, memiliki BD tinggi, meningkatkan kulitas
kokas dengan temperatur Preheating = 180-250 derajat celcius.
Partial Briquetting, yaitu memanfaatkan densitas dan swelling properties
batubara. Dua rute partial briquetting: 1 Menggunakan bindder tar atau pitch
(briket Konvensional), 2 Pemadatan partikel tanpa binder. Stamp Charging, yaitu
seluruh massa batubara dipadtkan menjadi cake di luar tungku, kemudian cake
dimasukkan ke dalam tungku dari pintu samping.
f. Coke Dry Quenching
Banyak digunakan di Jepang, korea dan 30% di industri China. CDQ:
Kokas didinginkan menggunakan gas inert pada unit dry colling, berbeda dengan
proses tradisional yang mendinginkan dengan penyemprotan air yang
mengakibatkan emisi CO2 dan hilang energi termal lebih tinggi. CDQ
meningkatkan kualitas kokas dan mengurangi jumlah kokas pada BF.
g. Teknologi Dalam Perkembangan
Single Chamber System (SCS)
- Reaktor dengan volume besar dan lebar antara 450-850 mm.
- Terdapat preheating umpan.
- Dinding reaktor rigid, stabil terhadap tekanan, dilengkapi pemanas
dan tahan terhadap tekanan pembuatan kokas yang tinggi.
- Lebar dinding pemanas lebih tipis sehingga perpindahan panas lebih
baik.
- Umumnya ditargetkan pada pabrik baru.
Formed Ferro-Coke Process (FCP)
- Teknologi dikembangkan di Jepang.
- Keunggulan: Fleksibilitas jenis/peringkat batubara yang digunakan,
lebih ramah lingkungan, efisiensi energi dan produktivitas lebih tinggi.
- Umpan Kerbonisasi: Briket batubara peringkat rendah (semi-soft
coking coal) + bijih besi.
- Besi yang ada dalam campuran menjadi katalis proses dan
meningkatkan efisiensi ketika kokas dibakar dalam BF.
2.5. Parameter Pembuatan Kokas
a. Investasi Pabrik Pembuatan Kokas
Investasi pabrik kokas dengan jenis non-recovery sebesar $ 30,41/ton
kokas dengan penambahan unit COG yang memerlukan dana tambahan
investasi $ 9-14/ ton kokas dan penggunaan Coke Dry Quenching yang
membutuhkan tambahan investasi hingga $ 70/ ton kokas.
b. Karakteristik Batubara
- Ukuran partikel: Ukuran -3.2 mm 88%-90% dan ukuran -0,5 mm 48%-
50%.
- Partikel yang terlalu halus akan membentuk karbon di atap tungku,
sedangkan partikel yang terlalu besar akan membentuk fraksi batubara
yang besar.
- Densitas curah/bulk density yang besar.
c. Parameter Operasi
- Laju Pemanasan yaitu yang berkaitan dengan kehalusan partikel,
kandungan air, waktu stamping, densitas curah, temperatur dinding dan
pola pemanasan sepanjang proses pembuatan kokas. Laju pemanasan
umumnya ditentukan dari kandungan air pada umpan.
- Gradien Temperatur Dinding Vertikal yaitu perbedaan temperatur vertikal
antara zona atas dan zona bawah tungku pemanasan dijaga supaya tidak
terlalu jauh. Jika zona bawah memiliki temperatur yang tinggi, kokas yang
terbentuk pada zona bawah semakin banyak dan akan merusak dinding
tungku dan kurang terbentuk kokas di bagian atas. Pada kondisi
sebaliknya temperatur tinggi pada bagian kosong di tungku atas dan
pengendapan grafit pada bagian dinding dan atap, serta merusak dinding
tungku.
2.6. Produk Samping Pembuatan Kokas
a. Diagram Alir Proses Recpvery Produk Samping
b. Tar
Merupakan campuran kompleks yang terutama terdiri dari hidrokarbon
aromatik polisklik bersama dengan makromolekul dengan peningkatan karakter
resin dan jelaga. Kulaitas tar batubara tergantung pada sifat batubara, kondisi
operasi (BD, ukuran butir, dan dimensi tungku), temperatur operasi dan tekanan.
c. Naftalena
Naftalena pada proses pembuatan kokas berada pada fasa uap yang
kemudian terkondensasi langsung menjadi fasa padat. Coke Oven Gas (COG),
yang merupakan produk gas dari tungku memiliki naftalena yang memiliki dew
point sekitar 50-55 derajat celcius. Biasanya naftalena ikut larut secara bebas
pada tar, namun sebagian lainya ditemukan pada COG.
d. Perkembangan Teknologi Pembuatan Kokas
Terdapat beberapa parameter dalam pembuatan kokas, yaitu :
- Reduksi varibilitas proses,
- Pencampuran batubara,
- Penurunan biaya operasi,
- Peningkatan efiseinsi,
- Peningkatan kualitas produk, dan
- Pengurangan limbah.
Semi Coke 7 PLTU-G baru dapat terealisasikan pada awal tahun 2020 di
Desa Tengapak dan Apung Kec. Tanjung Selor, Kab. Bulungan Provinsi
Kalimantan Utara. Luas seluruh areal sebesar 18,3 hektar dengan kapasitas
produksi mencapai 600 ribu ton semi coke / tahun dengan metode upgrade
pemanasan mencapai 1 juta ton / tahun dengan produk turunan menghasilkan
Coal Tar dan Coke Gas.
4.4 Bagan Alir Hilirisasi
4.5 Product Quality
6. Kesimpulan
6.1 Saran / Usulan
- Hilirisasi membantu pemanfataan batubara secara optimal karena
kalau tidak akan menjadi sumber daya alam yang tersia-siakan.
- Hiliriasai adalah aktifitas padat modal dengan biaya proses yang
lumayan tinggi, sehingga diharapkan ada keringanan atau insentif
yang dapat mendorong para produsen atau pemodal untuk invest.
- Insentif / fasilitas yang diperoleh MEK saat ini :
• Tax Holiday, Feb 2020.
• Pembebasan Bea masuk (melalui Master List) atas impor mesin
(terutama semi cokes)
- Usulan Tambahan Insentif / Fasilitas:
• Penurunan royalty untuk produk ex PKP2B rendah kalori.
• Pengakuan pemenuhan DMO terhadap Produsen batubara yang
mensupply kebutuhan batubara input semi cokes (produser
batubara baik berkalori rendah ataupun berkalori tinggi)
• Kewajiban smelter dan pengguna produk olahan untuk
menggunakan semicokes produksi lokal.
- Lokasi Plants hilirisasi batubara paling optimal berada di dekat atau di
dalam wilayah pertambangan produser batubara input-Overlapping
plants hilirisasi wilayah pertambangan, Pemerintah perlu membantu
percepataan izin-izin yang dibutuhkan terutama yang berhubungan
dengan pembangunan PT MEK memerlukan waktu yang cukup lama
untuk mendapatkan izin lingkungan dikarenakan plants berada dalam
wilayah pertambangan PT PKN MEK mesti melakukan dua tahap,
Pertama mengurus izin atas nama PKN (karena secara hukum tidak
ada izin diatas izin). Kedua merubah izin lingkungan dari PKN ke
MEK.
6.2 Evaluasi Ekonomi
- Pengalaman PKN di upgrading dan PLTU menunjukan agar
semicokes plant menjadi menarik atau ekonomis.
• Tidak bisa single produk (hanya semicokes) karena yield
maksimal 65%. Mesti ada upaya untuk pemanfataan produk yang
biasanya dibuang / waste (gas, flare dan cairan / tar).
• Disamping semicokes plant MEK juga memanfaatkan gas hasil
karbonisasi (coke oven gas) disalurkan untuk memanaskan boiler
selanjutnya menghasilkan uap yang dapat dirubah generator
untuk menghasilkan listrik (PLTUG).
• Tar yang dihasilkan lewat refinery diproses menjadi MFO (Marine
Fuel Oil).
- Investasi sekitar $81 juta untuk menghasilkan semicokes dengan
kapasitas input 1 juta ton, dan output 600 ribu ton semi cokes / tahun,
listrik 30 MW, dan tar/MFO 50 ribu ton / tahun.
- Tingkat pengembalian (IRR) di atas weighted average cost of capital
sehingga investasi ini layak untuk dijalankan.