Anda di halaman 1dari 301

NAILI RAHMAwATI, M.Ag.

MANAJEMEN
INVESTASI SYARIAH
Manajemen Investasi Syariah
© Naili Rahmawati, M.Ag., 2015
Judul:
Manajemen Investasi Syariah
Penulis:
Naili Rahmawati, M.Ag.
Editor:
Muhammad Yusup, M.Si

Layout:
Sanabil Creative
Desain Cover:
Sanabil Creative
All rights reserved
Hak Cipta dilindungi Undang Undang
DIlarang memperbanyak sebagian atau keseluruhan isi buku
baik dengan media cetak ataupun digital tanpa izin dari
penulis
Cetakan 1:
Desember 2015
ISBN:
978-602-74024-3-0
Diterbitkan oleh:
Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Mataram Jln. Pendidikan No. 35
Mataram
Telp. 0370-621298, Fax. 0370-625337
Email: iainmatarampress@gmail.com
website: www.iainmataram.ac.id
Disetting dan dicetak oleh:
CV. Sanabil
Jl. Kerajinan I Perum Puri Bunga Amanah
Blok C/13 Sayang Sayang Cakranegara
Mataram
Email: sanabil.creative@yahoo.co.id
Telp./SMS: 081805311362
SAMBUTAN REKTOR

Segala pujian hanya menjadi hak Allah. Shalawat dan


salam kepada Nabi Mulia, Muhammad SAW.
Eksistensi dari idealisme akademis civitas akademika IAIN
Mataram, khususnya para dosen, tampaknya mulai menampakkan
dirinya melalui karya-karya tulis mereka. Karya tulis yang
difasilitasi oleh Project Implementation Unit (PIU) IsDB, seperti
beberapa buah buku dalam berbagai disiplin keilmuan
semakin mempertegas idealisme akademis tersebut. Kami
sangat menghargai dan mengapresiasinya.
Dalam konteks bangunan intelektual yang sedang dan
terus dikembangkan di IAIN Mataram melalui “Horizon Ilmu”
juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari karya-
karya para dosen tersebut, terutama dalam bentangan
keilmuan yang saling mendukung dan terkait (intellectual
connecting). Bagaimanapun, problem kehidupan tidaklah
tunggal dan variatif. Karena itu, berbagai judul maupun tema
yang ditulis oleh para dosen tersebut adalah bagian dari
faktualitas “kemampuan” para dosen dalam merespon
berbagai problem tersebut.
Kiranya, hadirnya beberapa buku tersebut harus diakui
sebagai langkah maju dalam percaturan akademis IAIN
Mataram, yang mungkin, dan secara formal memang belum
terjadi di IAIN Mataram. Kami sangat berharap tradisi
akademis seperti ini akan terus kita kembangkan secara
bersama-sama dalam rangka dan upaya mengembangkan
IAIN Mataram menuju suatu tahpan kelembagaan yang
lebih maju.

| iii |
Terimakasih kepada Drs. H. Lukmanul Hakim, M.Pd
(selaku ketua PIU IsDB IAIN Mataram) yang telah
memfasilitasi para dosen, dan kepada para penulis buku-
buku tersebut.
Rektor IAIN Mataram
Dr. H. Mutawali, M.Ag
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas


segala karunia dan nikmat-Nya sehingga penulisan bahan
perkuliahan pada mata kuliah “Managemen Investasi
Syariah” yang diselenggarakan oleh ISDB IAIN Mataram
Tahun 2015, dapat dilaksanakan. Shalawat dan salam kita
sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membimbing umat ke jalan yang benar.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa bahan ajar ini jauh
dari kesempurnaan, apalagi mengingat waktu dan bahan yang
tersedia yang cukup terbatas. Namun yang jelas, ia disusun
berdasarkan silabus mata kuliah Filsafat yang diterapkan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
segenap pembaca, demi kesempurnaan modul ini pada
terbitan selanjutnya.
Terlepas dari kekurangan-kekurangan bahan ajar ini, kami
berharap semoga bahan ajar ini bermanfaat bagi pembaca,
terutama bagi segenap mahasiswa IAIN Mataram yangmenempuh
mata kuliah Managemen Investasi Syariah di Fakultas Syariah
dan Ekonomi Islam.
Terima kasih kami sampaikan yang sebesar-besarnya atas
bantuan semua pihak yang telah berjasa dalam penyusunan
bahan ajar ini; Rektor IAIN Mataram (DR. H. Mutawalli,
M.Ag), Dekan Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Mataram
(Dr. H. Musawar, M.Ag.), Ketua PIU ISDB IAIN Mataram
(Drs. H. Lukman Hakim, M.Pd.).,dan kepada semua pihak yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.

|v|
Naili Rahmawati, M.Ag

Akhirnya, semoga bahan ajar ini membawa lebih


banyak kemaslahatan daripada mudarat, minimal menjadi
amal saleh bagi penulis. Amin..!
Mataram, Desember 2015
Penulis
DAfTAR IsI

SAmbutAn RektoR ...................................................................iii


kAtA PengAntAR ......................................................................v
DAftAR iSi .............................................................................. vii

bAb i
mAnAjemen SyARiAh........................................................................................ 1
A. Sekilas Tentang Manajemen.........................................1
B. Pengertian, Unsur, Tujuan dan
Manfaat Manajemen Syariah........................................4
C. Urgensi Manajemen Syariah.......................................10
D. Obyek Pembahasan Manajemen Syariah..................13
E. Rangkuman.................................................................14
F. Soal Evaluasi..................................................................16

bAb ii
mAnAjemen inveStASi SyARiAh .......................................17
A. Investasi dan Konsepnya dalam Islam........................17
B. Tujuan Investasi Syari’ah............................................20
C. Hubungan Manajemen dan Investasi Syariah............22
D. Konsep Manajemen Investasi Syariah dan Landasan
Filosofisnya.................................................................23
E. Rangkuman.................................................................25
F. SOAL EVALUASI................................................................28

bAb iii
PRinSiP DAn jeniS inveStASi SyARiAh ...........................29
A. Landasan Hukum Investasi Syariah............................29
B. Prinsip-Prinsip Investasi Syari’ah................................36
C. Jenis dan Bentuk Investasi Syariah............................39
D. Rangkuman.................................................................43
E. Soal Evaluasi..................................................................46

| vii |
Naili Rahmawati, M.Ag

bAb iv
ReSiko DAn mAnfAAt inveStASi SyARiAh ..............................................47
A. Resiko Investasi..............................................................47
B. Manfaat Investasi............................................................50
C. Resiko dan Pendapatan (Manfaat) Investasi Syariah......51
D. Mengurangi Resiko Investasi..........................................55
E. Rangkuman.................................................................56
F. Soal Evaluasi..................................................................58
bAb v
inveStASi Di PASAR uAng DAn PASAR moDAl SyARiAh .......................59
A. Pasar Uang Syariah........................................................60
B. Pasar Modal Syari’ah......................................................65
C. Rangkuman.................................................................81
D. Soal Evaluasi..................................................................86
bAb vi
inveStASi Di RekSADAnA SyARiAh .............................................................. 87
A. Pengertian, Sejarah dan Dasar Hukum serta Tujuan
Reksadana Syariah..............................................................88
B. Karakteristik Pembeda Reksadana Syariah.........................92
C. Bentuk Hukum Reksadana Syariah................................94
D. Jenis Produk, Mekanisme dan Kelebihan
Investasi Reksadana Syariah...............................................97
E. Kendala dan Strategi Pengembangan
Reksadana Syariah di Indonesia...................................100
F. Rangkuman................................................................101
G. Soal Evaluasi................................................................104
bAb vii
inveStASi SektoR keuAngAn PADA bAnk SyARiAh .............................107
A. Pengertian, Landasan Hukum dan Fungsi Bank Syariah .
107
B. Produk Investasi di Bank Syari’ah.................................117
C. Mekanisme Investasi pada Bank Syariah......................120
D. Rangkuman................................................................121
E. Soal Evaluasi................................................................122
Managemen Investasi Syariah

bAb viii
emAS SebAgAi inveStASi SektoR Riil .....................................................123
A. Emas Sebagai Salah Satu Investasi Sektor Riil.......123
B. Kelebihan (Keuntungan) dan Resiko
(Kekurangan) Investasi Emas...................................132
C. Legalitas Investasi Emas dalam Konsep Islam.........137
D. Rangkuman...............................................................139
E. Soal Evaluasi................................................................140

bAb iX
PenDAyAgunAAn ZAkAt DAn WAkAf PRoDuktif
SebAgAi inveStASi SyARiAh SektoR Publik ...........................................141
A. Zakat Produktif.....................................................142
B. Wakaf Produktif....................................................148
C. Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Produktif...............150
D. Lembaga dan Manejemen Zakat dan Wakaf Produktif156
E. Kelebihan dan Kelemahan Zakat dan Wakaf Produktif. 159
F. Rangkuman...............................................................162
G. Soal Evaluasi................................................................164

bAb X
imPlementASi biSniS SyARiAh ................................................................... 167
A. Pengertian Kewirausahaan (Bisnis) dan Karakternya...167
B. Budaya, Strategi dan Etika Bisnis Syariah...............169
C. Optimalisasi Peluang dan Pemilihan Jenis Usaha...177
D. Rangkuman...............................................................178
E. Soal Evaluasi................................................................180

DAftAR PuStAkA ......................................................................................... 181


BAB I
MANAJEMEN sYARIAH

A. Sekilas Tentang Manajemen


1. Definsi
Kata manajemen secara etimologi berasal dari bahasa
Inggris “management” yang diambil dari kata “to manage”
yang berarti mengurus, mengelola, mengendalikan,
mengusahakan, memimpin. Kata “to manage” ini berasal dari
bahasa Italia yaitu kata “managgio”. Kata “managgio” pun
berasal dari bahasa latin “mannaggiare” yang diambil dari
kata “manus” yang berarti hand (tangan). Sehingga, secara
etimologi kata “manage” dapatdiartikan sebagai:
1. House Keeping yang berarti rumah tangga.
2. To train a horse yang berarti melatih kuda dengan
menghentak- hentakkan kakinya.
3. To direct and control yang berarti memimpin dan mengawasi.
Dalam Oxford English Dictionary kata manajemen berasal
dari bahasa Prancis kuno, “ménagement” yang berarti
seni melaksanakan dan mengatur.1
Sampai saat ini di Indonesia sendiri belum ada
keseragaman penulis istilah managemen ini ke dalam
bahasa Indonesia. Di antaranya ada yang menulis
menejemen, ada pula yang menulis

1
Abdul Aziz, M. Ag., Manajemen Investasi Syariah, (Bandung:
Alfabeta, 2010), hlm. 19.

| 1 |
Naili Rahmawati, M.Ag

management dan sebagian lagi lebih suka dengan istilah


manajemen.
Beberapa ahli manajemen memberikan batasan secara
terminologi tentang istilah manajemen. Definisi menurut
para ahli tersebut antara lain:
a. George R. Terry dalam bukunya “The Principles of
Management” mendefinisikan manajemen sebagai suatu
proses atau kerangka kerja yang melibatkan bimbingan
atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah
tujuan-tujuan organisasional maksud yang nyata.
b. Henry Fayol dalam bukunya “General Industrial
Management” mengatakan bahwa manajemen adalah
proses tertentu yang terdiri atas kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan
pengendalian dalam rangka mencapai tujuan.
c. Harold KoONTZ dan Cyril O’Donnell dalam bukunya
“ThePrinciples of Management” mengatakan bahwa
manajemen adalah cara untuk mencapai tujuan tertentu
melalui kegiatan orang lain.
d. Menurut Ricky W. Griffin dalam bukunya “Business”
mengatakan bahwa manajemen merupakan suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran
secara efektif dan efisien.
e. James A. F. Stoner dalam bukunya “Management”
mendefinisikan istilah manajemen sebagai suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, dan penggunaan
sumber daya organisasi yang lain agar mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Pengertian
efektif adalah tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan. Sedangkan efisien adalah tugas yang
dilaksanakan secara benar, terorganisasi dan sesuai
penjadwalan.2

James A. F. Stoner, Management, Jilid 1, Edisi kedua, ( Jakarta:


2
Managemen Investasi Syariah
Erlangga, 1986), hlm. 8-9.
Dari berbagai batasan/definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa manajemen adalah ilmu dan seni perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan terhadap usaha-
usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Jika menilik beberapa literatur manajemen yang ada,
istilah manajemen mengandung 3 pengertian, yaitu:3
a. Manajemen sebagai suatu proses (di mana pelaksanaan
suatu tujuan tertentu dilaksanakan dan diawasi).
b. Manajemen sebagai kolektifitas orang-orang yang melakukan
aktifitas manajemen (merupakan kumpulan dari orang-
orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan
bersama).
c. Manajemen sebagai suatu seni dalam menyelesaikan sesuatu
(melihat bagaimana akifitas manajemen dihubungkan dengan
prinsip-prinsip dari manajemen).
2. Fungsi
Fungsi manajemen merupakan elemen-elemen dasar yang
selalu melekat dalam proses manajemen dan dijadikan acuan
manajer dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Biasanya
fungsi ini disebut sebagai unsur-unsur dalam manajemen.
Secara umum fungsi-fungsi atau unsur-unsur manajemen
adalah:4
a. Perencanaan (Planning), yaitu proses yang menyangkut
upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi
kecenderungan di masa yang akan datang dan
penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk
mewujudkan target dan tujuan organisasi.
b. Pengorganisasian (OrgANIZING), yaitu proses yang menyangkut
bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan
dalam

3
Malayu Hasibuan, Manajemen - Dasar, Pengertian dan Masalah,
|3|
( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), hlm. 37
4
Ernie Trisnawati Sule, Pengantar Manajemen, ( Jakarta: Kencana,
200), hlm. 8.

|4|
Managemen Investasi Syariah

perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang


tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang
kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak
dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan
efisien guna pencapaian tujuan organisasi
c. Pengarahan dan pengimplementasian
(Directing/Leading), yaitu proses implementasi
program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam
organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak
tersebut dapat menjalankan tanggung- jawabnya dengan
penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi.
d. Pengawasan dan Pengendalian (Controlling), yaitu proses
yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian
kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan dan
diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang
diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam
lingkungan dunia bisnis yang dihadapi.

B. Pengertian, Unsur, Tujuan dan Manfaat Manajemen


Syariah
1. Pengertian
Istilah manajemen dalam bahasa Arab disebut dengan
istilah “idaarah” yang berasal dari kata kerja (fi’il) “adara”
yang berarti memutar sesuatu.5 Kata “idaarah” ini menurut
padanan katanya dalam bahasa Arab semakna dengan
kata tadbiir, siyaasah dan qiyaadah.
Dalam al-Qur’an dari beberapa term tersebut hanya
kata tadbiir yang sering dijumpai dengan berbagai kata
turunannya seperti dabbara, yudabbiru dan tadbiiran. Kata
tadbiir ini merupakan bentuk masdar (asal atau bentukan kata)
yang secara

5
Mahdi bin Ibrahim bin Muhammad Mujbir, Amanah dalam
Naili Rahmawati, M.Ag
Manajemen, Terjemahan : Rahmad Abbas, ( Jakarta: Pustaka al-Kautsar,
1997), hlm. 59.
umum diartikan sebagai penertiban, pengaturan, pengurusan,
perencanaan, perencanaan dan persiapan.6
Secara terminologis pengertian manajemen syariah adalah
seni dalam mengelola semua sumber daya yang dimiliki
dangan tambahan sumber daya dan metode syariah yang
telah tercantum dalam kitab suci atau yang telah dajarkan oleh
nabi Muhammad SAW.7 Pengertian manajemen syaria’h ini pada
dasarnya dipandang sebagai perwujudan amal shaleh yang
bertitik tolak dari niat baik yang akan memunculkan motifasi
aktivitas untuk mencapai hasil yang bagus demi
kesejahteraan bersama.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara umum
pengertian manajemen syari’ah adalah suatu pengelolaan
untuk memperoleh hasil optimal yang bemuara pada
pencarian keridhaan Allah.
Adapun dasar hukum manajemen syariah antara lain:
a. Surat Al-Baqarah ayat 282 :

‫َيا‬
‫أَي‬
‫ّ َها‬
‫ال‬
‫ّ ِذي َن آ َمُنوا ِإ َذا َت َدايَْنُت ْم ِب َدْي ٍن ِإَ=ل أَ َج ٍل ُم َس ًّّ=مى َفا ْكُتبوُه‬
‫َوْلَي ْكُت ْب َبْيَن ُك ْم َكِات ٌب ِبالْ َع ْد ِل َيأْ َب َكاتِ ٌب أَ ْن َي‬
‫ْكُت َب‬ ‫َوَ=ل‬
ِ ْ ‫َوْلُي‬
‫م=ل ِل‬ ‫ّ ِذي َعلَْيِ=ه ا‬ ‫َوْلَيت‬
‫ال‬ ‫ْلَ ُّق‬ َ‫ّ ِق ا َّلل‬

|5|
‫َ َع=ّل َمُ=ه ا َّللُ فَلْيَ ْكُت ْب‬ ‫َك َما‬
‫ال‬ َ ‫َوَ=ل َيْب َخ ْس ِم ُْن=ه‬ ‫َ رب‬
‫َشيًئا َفإِ ْن ن ّ ِذي َعلَْيِ=ه ا ْلَ ُّق َسِ=في‬ ‫ُّ=ه‬
َ ْ
‫ًها‬ ‫كا‬
ِ ْ ‫ُه َو َفْلُي‬
‫م=ل ْل‬ ِ‫َض ِعيًفا أَ ْو َل َي ْسَت ُي‬ ‫أَ ْو‬
‫َوِلي‬
‫ِطي ُع أَ ْن‬
‫ُّ=ه ِبالْ َع ْد ِل‬ ‫ّل‬

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab – Indonesia, (Surabaya:


6

Pustaka Progressif, 1997), hlm. 385.


7
https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_syariah,

diunduh pada tanggal 10 Oktober 2015.

| 26 |
‫‪Managemen Investasi Syariah‬‬

‫ِر َجِال ُك ْم َفإِ ْن َلْ َي ُكَونا‬ ‫َوا ْسَت ْش ِه ُدوا َش ِ‬


‫ِهي َديْ ِن م‬
‫َر ُجلَ ْ ِي‬ ‫ْن‬
‫َ‬ ‫داِء َأ ْن َت‬
‫ض‬ ‫ِض َّل ِْإ ح‬
‫ْ‬ ‫َدا ُه َما‬
‫و‬
‫َ‬
‫ن‬
‫ِ‬
‫م‬
‫َ‬
‫ن‬
‫ا‬
‫ل‬

‫ّ‬
‫ش‬
‫َ‬
‫ه‬
‫َ‬
‫‪Naili Rahmawati, M.Ag‬‬

‫فَ َر ُج ٌل َوا ْم َرأََتا ِن‬ ‫ِم‬ ‫‪secar‬‬


‫ق ِب‬ ‫‪a‬‬
‫ّ ْن َت ْر‬ ‫م‬ ‫‪tunai‬‬
‫‪untuk‬‬
‫َفُت َذ ِّك َر ِإ ْح َدا ُه َما ا ُْ=ل ْخ‬ ‫َوات‬ ‫‪waktu‬‬
‫‪yang‬‬
‫َرى َ َو=ل َيأْ َب ال ُّش َه َداُ=ء ِإ‬ ‫وُي‬ ‫‪ditent‬‬
‫‪ukan,‬‬
‫َذا َما ُد ُعوا َ َو=ل‬ ‫ما‬ ‫‪hend‬‬
‫‪aklah‬‬
‫َت س ُأَ=موا أَ َص ِغ ً يرا أَ ْو َكِب‬ ‫ُك‬ ‫‪kamu‬‬
‫ْ‬ ‫‪menu‬‬
‫َ‬
‫ْن َت ْكُتبوُه ً يرا ِإَ=ل أ َجِ=لِ=ه َذِل ُك‬ ‫ي=ء‬
‫ٍ‬ ‫‪liskan‬‬
‫‪nya.‬‬
‫ْم أَْ=ق َس ُط ِعْن َد‬ ‫َ‬ ‫‪dan‬‬
‫‪hend‬‬
‫ا َِّلل َوأَْ=ق َو ُم ِلل َّش َها َدِ=ة‬ ‫عِ=ل‬ ‫‪aklah‬‬
‫ي‬ ‫‪seora‬‬
‫َوأَْ=دنَى أَّل َت ْرتَاُبوا ِإَ ّ=ل أَ ْن تَ‬ ‫‪ng‬‬
‫ٌم‬
‫‪penul‬‬
‫ُكو َن ِتَا َرًة‬ ‫)‬ ‫‪is di‬‬

‫‪َ 2‬حا ِض َرًة ُت ِدي ُرَون=ها َبْيَن ُك‬


‫‪antar‬‬
‫‪a‬‬
‫‪8‬‬ ‫‪kamu‬‬
‫ّ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫‪ْ 2‬م َفلْي َس َعلْي ك ْم ُجَنا ٌح أل‬ ‫َ‬ ‫‪menu‬‬
‫َت ْكُتبو َها‬ ‫(‬ ‫‪liskan‬‬
‫‪nya‬‬
‫‪“Hai‬‬ ‫‪deng‬‬
‫َوأَ ْش ِه ُدوا ِإ َذا َتَباَي ْعُت ْم‬ ‫‪orang-‬‬ ‫‪an‬‬
‫‪orang‬‬ ‫‪benar‬‬
‫َوَ=ل ُي َضا َّر َكِات ٌب َ َو=ل َش‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪. dan‬‬
‫ِهي ٌد َوِإ ْن َْت=ف َعُلوا‬ ‫‪beriman,‬‬
‫‪apabila‬‬
‫‪janga‬‬
‫‪nlah‬‬
‫َفإِن‬ ‫‪kamu‬‬ ‫‪penul‬‬
‫‪bermu’am‬‬ ‫‪is‬‬
‫‪alah tidak‬‬ ‫‪engg‬‬
Managemen Investasi Syariah

an menuliskannya
sebagaimana Allah
mengajarkannya, meka
hendaklah ia menulis, dan
hendaklah orang yang
berhutang itu
mengimlakkan (apa yang
akan ditulis itu), dan
hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya,
dan janganlah ia
mengurangi sedikitpun
daripada hutangnya. jika
yang berhutang itu orang
yang lemah akalnya atau
lemah (keadaannya) atau
Dia sendiri tidak mampu
mengimlakkan, Maka
hendaklah walinya
mengimlakkan dengan
jujur. dan persaksikanlah
dengan dua orang saksi
dari orang-orang lelaki
(di antaramu). jika tak
ada dua oang lelaki, Maka
(boleh) seorang lelaki dan
dua orang perempuan
dari saksi- saksi yang
kamu ridhai, supaya jika
seorang lupa Maka yang
seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu
enggan (memberi keterangan) apabila mereka
dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang
itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu
membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi
Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih
dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu.
(Tulislah mu’amalahmu itu), kecuali jika mu’amalah
itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara
kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu
tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu
berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling
sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang
demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu
kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah;
Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui
segala sesuatu”.
.b Surat as-Shaf ayat 4 :

‫ُبْنَيا ٌن‬
َّ‫ِإ َّن ا ُ ُ ال ُيَ=قاِتلُو َن ِف َسبيِ=ل َ َكأَن‬
‫ه صًّف ُه ْم‬ ‫ِ ّ ّ ِذي‬
‫ا‬ ‫ّ َ ي ب َن‬
‫لل‬
)4( ٌ ‫ص‬
ُ ‫َم ْ ر‬
‫ص‬
‫و‬
“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang
berperang dijalan- Nya dalam barisan yang teratur
seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang
tersusun kokoh.“

| 7 |
c. Hadis riwayat at-Tirmidzi dari Abu Hurairah :

‫ِم ْ ن‬
‫َي ْعنْيِ=ه لَ َما َت ْر ُكُ=ه اْ=لَْ=رِ=ء ِإ ُح‬
‫سالَ م ْس ِن‬
ِ ْ
“Di antara kebaikan keislaman seseorang adalah
meninggalkan sesuatu perbuatan yang tidak ada
manfaatnya”.
d. Hadis riwayat Thabrani :

‫يتقنه أن العمل عمل إذا أحدكم يب اللهإن‬

|8|
“Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang
jika melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan secara
itqan (tepat, tearah, jelas, tuntas)”.

2. Unsur atau Fungsi


Secara umum fungsi-fungsi atau unsur-unsur
pembentuk manajemen juga terdapat pada manajemen
syariah.
Beberapa fungsi-fungsi atau unsur-unsur manajemen
syariah adalah :8
a. Perencanaan/Planning (=‫)التخطيط‬, yaitu perencanaan/
gambaran dari sesuatu kegiatan yang akan datang dengan
waktu, metode tertentu sebagaimana hadits :

‫يتقنه أن العمل= عمل إذا أحدكم يب الل إن‬


“Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang
jika melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan secara
itqan (tepat, tearah, jelas, tuntas)”.
b. Pengorganisasian/OrgANIZING (‫)التنظيم‬, yaitu merupakan
wadah tetang fungsi setiap orang, hubungan kerja baik
secara vertikal atau horizontal. Hal ini diatur dalam
surat Ali ‘Imran ayat 103 dan sesuai dengan kata-kata
bijak Ali bin Abi Thalib:

‫بنظام الباطل يغلبه نظام بال لقا‬


“Kebenaran yang tidak terorganisasi dengan rapi,
dapat dikalahkan oleh kebatilan yang diorganisasi
dengan baik”.
8
Jawahir Tanthowi, Unsur-Unsur Manajemen Menurut Ajaran Al-
Qur’an,( Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983), hlm. 45.
c. Pengkoordinasian/Coordination (‫ )لتنسيق‬yaitu, upaya untuk
mencapai hasil yang baik dengan seimbang, termasuk
di antara langkah-langkah bersama untuk mengaplikasikan
planning dengan mengharapkan tujuan yang diidamkan.
d. Pengawasan/Controlling (‫ )الرقابة‬yaitu, pengamatan dan
penelitian terhadap jalannya perencanaan (planning).
Dalam pandangan Islam menjadi syarat mutlak bagi
pimpinan untuk lebih baik dari anggotanya, sehingga
kontrol yang dilakukan akan efektif. Hal ini diatur dalam
surat al-Mujadalah ayat 7 yang artinya : “Tidakkah kamu
perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa
yang ada di langit dan di bumi? Tiada pembicaraan
rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya.
dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan
Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara
jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak,
melainkan Dia berada bersama mereka di manapun
mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan
kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah
mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
segala sesuatu”.
e. Pemotivasian/Motivation ( ‫ )ت==رغيب‬yaitu, menggerakan
kinerja semaksimal mungkin dengan hati sukarela. Hal
ini dijelaskan dalam al-Qur’an surat ar-Ra’du ayat 11
yang artinya : ”Sesungguhnya Allah tidak akan mengobah
sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri”.
f. Kepemimpinan/Leadership (‫ )اخاللفة‬atau disebut Leading,
yaitu mengatur, memimpin segala aktifitas kepada
tujuan. Dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits banyak membahas
tentang kepemimpinan. Diantaranya firman Allah SWT.,
dalam surat al-An’am ayat 165 yang artinya : “Dialah
yang menetapkan kamu menjadi penguasa di muka bumi,
dan ditinggikan-Nya sebagaian kamu atas sebagian yang
lain beberapa derajat, sebagai cobaan bagimu tentang
semua yang diberikannya kepadamu”.
3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan manajemen syariah tidak terlepas dari tujuan
hidup manusia di muka bumi ini sebagaimana disebutkan
dalam surat adz-Dzariyaat ayat 56 yang artinya : “Dan Aku
tidak menjadikan jin dan manusia kecuali agar mereka hanya
mengabdi kepada- Ku”.
Tujuan manajemen syariah ini berintikan pengutamaan
Tauhid yang berimplikasi pada “segala sesuatu tindakan
manusia hendaknya dilandasi motivasi untuk memperoleh
keridhaan Allah, berorientasi pada kebahagiaan di akhirat
tanpa melupakan bagiannya di dunia (menegakkan
syariah Allah).
Adapun manfaat dari manajemen syari’ah ini adalah
sebagai pedoman manusia dalam mengatur segala sesuatu agar
dilakukan dengan baik, tepat, terarah dan tuntas sesuai
dengan yang disyariatkan dalam ajaran Islam.9

C. Urgensi Manajemen Syariah


Urgensi manajemen syariah dapat terlihat dari pentingnya
pendekatan manajemen itu sendiri yang merupakan suatu
keniscayaan, terlebih jika hal ini dilakukan dalam suatu
organisasi atau lembaga. Dengan organisasi yang rapi, akan
dicapai hasil yang lebih baik daripada yang dilakukan secara
individual, sebagaimana pernyataan Ali bin Abi Thalib Ra., yang
artinya : “Kebenaran yang tidak terorganisasi dengan rapi,
dapat dikalahkan oleh kebatilan yang diorganisasi dengan
baik”.
Urgensi manajemen syariah ini tidak terlepas dari
adanya falsafah manajemen itu sendiri, yaitu:10

Muhamad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah,


9

(Yogyakarta: UII Press, 2005), hlm. 1.


10
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, ( Jakarta:
Pustaka Alvabet, 2006), hlm. 85-86.
1. Falsafah Perencanaan
Dasar dan tujuan manajemen haruslah terintegrasi,
konsisten dan saling menunjang satu sama lain. Untuk menjaga
konsistensi ke arah pencapaian tujuan manajemen, maka
setiap usaha itu harus didahului oleh proses perencanaan
yang baik. Hal ini ditegaskan dalam al-Qu’ran surat al-Hasyr
ayat 18 : ”Hai orang- orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang
Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan”.
Kegiatan perencanaan dalam manajemen harus tetap
mengacu pada rumusan (5W dan 1H) yang ada, yaitu:
a. Tindakan apa yang harus dilakukan? What
b. Apakah sebabnya tindakan itu harus dilakukan? Why
c. Dimanakah tindakan itu harus dikerjakan ? Where
d. Kapankah tindakan itu harus dikerjakan? When
e. Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu? Who
f. Bagaimanakah ara melaksanakan tindakan itu? How
Sedangkan dalam proses perencanaan itu sendiri tercakup
beberapa tahapan, yaitu:
a. Perkiraan (Forecasting), yaitu suatu peramalan usaha
yang sistematis, yang paling mungkin memperoleh
sesuatu di masa yang akan datang, dengan dasar
penaksiran dan menggunakan perhitungan yang rasional
atas fakta yang ada. Fungsi perkiraan ini adalah untuk
memberi informasi sabagi dasar pertimbangan dalam
pengambilan keputusan.
b. Tujuan (Objective), yaitu nilai yang akan dicapai atau
diinginkan oleh seseorang atau badan usaha. Tujuan harus
dirumuskan dengan jelas, realistis dan dapat diketahui oleh
semua orang yang terlibat dalam organisasi, agar
mereka dapat berpartisipasi dengan penuh kesadaran.
c. Rencana Kegiatan (Policies), yaitu sebagai pedoman
pokok (plan of action) yang diadakan untuk
menentukan kegiatan yang berulang-ulang.
d. Progrman (Programmes), yaitu sederatan kegiatan
yang digambarkan untuk melaksanakan policies.
Program itu merupakan rencana kegiatan yang dinamis
dan biasanya dilaksanakan secara bertahap dan terikat
dengan ruang dan waktu. Program merupakan satu
kesatuan yang erkait erat dan tidak dapat dipisahkan
dengan tujuan yang telah ditentukan.
e. Penjadwalan (Schedules), yaitu pembagian program
yang harus diselesaikan menurut urutan waktu tertentu.
Dalam keadaan terpaksa shedules dapat berubah, tetapi
program dan tujuan tidak berubah.
f. Prosedur (Procedures), yaitu suatu gambaran sifat atau
metode untuk melaksanakan suatu kegiatan atau
pekerjaan. Perbedaannya dengan program adalah di
mana program menyatakan apa yang harus dikerjakan,
sedangkan prosedur berbicara tentang bagaimana
melaksanakannya.
g. (Budget), yaitu suatu taksiran atau perkiraan yang harus
dikeluarkan dan pendapatan yang diharapkan diperoleh di
masa yang akan datang. Dengan demikian, budget dinyatakan
dalam waktu, uang, material dan unit-unit yang
melaksanakan pekerjaan guna memperoleh hasil yang
diharapkan.
2. Falsafah Pengorganisasian
Manusia sebagai khalifah (subjek) dalam menjalankan
fungsinya diharapkan dapat menciptakan suatu kemakmuran.
Kemakmuran ini akan terwujud jika di antara manusia itu
saling tolong menolong dan tidak berpecah belah
sebagaimana ditegaskan dalam surat asy-Syuuraa ayat 13
yang artinya : “Berpegang teguhlah pada tali agama Allah dan
jangan bercerai berai”.
Dalam falsafah organisasi ini diharapkan elemen (subyek)
organisasi mampu melaksanakan fungsi penting dalam
membantu ketidakmampuan anggota sebagai individu dalam
rangka mencapai tujuan yang sulit atau bahkan tidak
mungkin dicapai secara individual.
3. Falsafah Pengawasan
Falsafah pengawasan ini meliputi segala kegiatan
penelitian, pengamatan, dan pengukuran terhadap jalannya
operasi berdasarkan rencana yang telah ditetapkan,
penafsiran dan perbandingan hasil yang dicapai dengan
standar yang diminta, melakukan tindakan koreksi
penyimpangan, dan perbandingan antara hasil (output) yang
dicapai dengan masukan (input) yang digunakan.
Pengawasan disebut juga dengan pengendalian, yaitu
salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan
penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang
dilakukan bawahan dapat diarahkan kejalan yang benar
dengan maksud dan tujuan yang telah digariskan semula.

D. Obyek Pembahasan Manajemen Syariah


Manajemen merupakan hal yang penting yang dapat
mempengaruhi hampit seluruh aspek kehidupan. Selain itu
dengan manajemen manusia mampu mengenali
kemampuannya baik itu kelebihannya maupun
kekurangannya sendiri.
Adapaun obyek pembahasan dalam manajemen syari’ah
adalah:11
1. Perilaku yang terkait dengan nilai-nilai keimanan dan
ketauhidan.
Jika setiap perilaku orang yang terlibat dalam sebuah
kegiatan dilandasi dengan nilai tauhid, maka diharapkan
perilakunya akan terkendali, tidak terjadi penyimpangan
karena disadari adanya pengawasan dari Allah Swt., yang
akan mencatat setiap amal

Didin Hafidhuddin & Hendri Tanjung, 2003, Manajemen


11
Syari’ah dalam Praktek, ( Jakarta: Gema Insani Press, 2003), hlm.
5-7.
perbuatan yang baik maupun yang buruk, dan bukan
semata- mata karena ada pengawasan dari pemimpin atau
atasan. Pada setiap kegiatan dalam manajemen syariah,
diupayakan menjadi amal saleh yang bernilai abadi.
2. Struktur Organisasi.
Struktur organisasi sangatlah perlu. Adanya struktur
dan stratifikasi dalam Islam dijelaskan dalam surah al-An’aam
ayat 165 : “Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-
penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas
sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu
tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya
Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa adanya struktur
dalam organisasi karena hakikatnya peranan manusia tidak
akan sama, dan hal ini merupakan sunnatullah.
3. Sistem.
Adanya sistem yang diatur sesuai syariah akan
menjadikan perilaku subyeknya berjalan dengan baik.
Keberhasilan sistem ini dapat dilihat pada saat Umar bin
Abdul Aziz menjadi khalifah dan dapat dijadikan salah satu
contoh sistem yang baik. Telah ada sistem penggajian yang
rapi. Pada zaman Umar bin Abdul Aziz juga telah ada sistem
pengawasan sehingga di zaman beliau clear governance dan
sistem yang berorientasi kepada rakyat dan masyarakat
benar-benar tercipta, hanya saja saat itu belum dibakukan
dalam bentuk aturan-aturan.

E. Rangkuman
1. Pengertian umum manajemen adalah manajemen
merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk 1.
mencapai sasaran secara efektif dan efisien.
2. Istilah manajemen dalam al-Qur’ani disebut dengan istilah
“idaraah” yang merupakan segala usaha, tindakan
dan kegiatan manusia yang berhubungan dengan
perencanan dan pengendalian segala sesuatu secara tepat
guna. Dalam istilah lain, manajemen ini disebut dengan
istilah tadbir, siyasah dan qiyaadah yang secara umum
diartikan sebagai penertiban, pengaturan, pengurusan,
perencanaan, perencanaan dan persiapan.
Sedangkan pengertian umum manajemen syaria’h
adalah suatu pengelolaan untuk memperoleh hasil
optimal yang bemuara pada pencarian keridhaan Allah.
3. Unsur-unsur manajemen syari’ah adalah :
a. Perencanaan/Planning (=‫)التخطيط‬,
b. Pengorganisasian/OrgANIZING (‫)التنظيم‬,
c. Pengkoordinasian/Coordination (‫)لتنسيق‬,
d. Pengawasan/Controlling (‫)الرقابة‬
e. Pemotivasian/Motivation (‫)ترغيب‬.
f. Kepemimpinan/Leadership (‫)اخاللفة‬
4. Tujuan manajemen syari’ah adalah motivasi untuk
memperoleh keridhaan Allah, berorientasi pada
kebahagiaan di akhirat tanpa melupakan bagiannya di
dunia (menegakkan syariah Allah).
Sedangkan manfaatnya adalah sebagai pedoman manusia
dalam mengatur segala sesuatu agar dilakukan dengan
baik, tepat, terarah dan tuntas sesuai dengan yang
disyariatkan dalam ajaran Islam.
5. Urgensi manajemen syariah:
a. Falsafah Perencanaan, di mana dasar dan tujuan
manajemen haruslah terintegrasi, konsisten dan saling
menunjang satu sama lain
b. Falsafah Pengorganisasian, di mana manusia sebagai
khalifah (subjek) dalam menjalankannnya diharapkan
dapat tercipta kemakmuran
c. Falsafah Pengawasan, yaitu aspek pengendalian dengan
mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi,
sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat
diarahkan kejalan yang benar dengan maksud dan
tujuan yang telah digariskan semula.
6. Obyek pembahasan dalam manajemen syari’ah adalah :
1) Perilaku yang terkait dengan nilai-nilai keimanan dan
ketauhidan, 2) Struktur Organisasi, 3) Sistem.

F. Soal Evaluasi
1. Sebutkan pengertian manajemen syariah?
2. Sebutkan dasar-dasar hukum yang berasal dari al-Qur’an
dan al-Hadist yang menunjukkan dibutuhkannya
manajemen syari’ah?
3. Sebutkan unsur-unsur pendukung manajemen syari’ah?
4. Apakah urgensi dari keberadaan manajemen syariah?
5. Terdapat 3 obyek atau poin penting yang dibahas dalam
manajemen syariah, sebutkan dan jelaskan masing-
masing?
BAB II
MANAJEMEN INVEsTAsI
sYARIAH

A. Investasi dan Konsepnya dalam Islam


1. Investasi
Kata investasi yang dipakai dalam bahasa Indonesia
memang masing menjadi perdebatan tentang asal-usul kata
investasi ini sebagai salah satu kata serapan dari bahasa
asing. Untuk lebih jauh memahami asal-usul dari kata serapan
investasi ini, maka perlu untuk diketahui beberapa istilah
yang sepadan dengan makna kata investasi.
Kata investasi merupakan padanan kata benda (nomina) di
dalam bahasa Belanda berasal dari kata “investering” yang
berarti penanaman modal, semisal kalimat : “een
investering van vijf milyoen”, artinya adalah investasi
(penanaman modal) sebesar lima juta.
Sedangkan kata kerjanya (verb) dalam bahasa Belanda
adalah “investeren” atau “investatie” yang berarti
menanamkan modal, semisal kalimat : “investeren in een
project” berati menanamkan modal dalam suatu proyek.
Kata investasi secara etimologi dari bahasa Latin di
sebut dengan kata “investire” yang berarti memakai, yang
dalam bahasa Inggris disebut dengan kata “investment”, yang
berarti menanam.

| 17
|
Naili Rahmawati, M.Ag

Batasan-batasan tentang istilah investasi secara


terminologi dari beberapa para ahli antara lain:
a. Fitzgeral memberikan definisi investasi sebagai aktivitas
yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber
(dana) yang dipakai untuk mengadakan barang modal
pada saat sekarang, dan dengan barang modal akan
dihasilkan aliran produk baru di masa yang akan datang.
Dari definisi ini disimpulkan unsur pembentuk
investasi ditekankan pada kegiatan penggunaan sumber
dana yang akan digunakan untuk pembelian barang modal
yang akan digunakan untuk menghasilkan produk
baru.
b. Kamarudin Ahmad memberikan definisi investasi
sebagai penempatan uang atau dana dengan
harapan untuk memperoleh tambahan atau
keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut.

Definisi ini memberikan penekanan istilah investasi


pada adanya penempatan uang atau dana dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan.
c. James C. Van Horn mendefinisikan investasi sebagai suatu
kegiatan dengan memanfaatkan kas pada masa sekarang
dengan tujuan untuk menghasilkan keuntungan di masa
depan.
d. Alexander dan Sharpe, mengemukakan bahwa
investasi adalah pengorbanan nilai tertentu yang
berlaku saat ini untuk mendapatkan nilai di masa datang
yang belum dapat dipastikan besarnya.
e.
Tandelin, mendefinisikan investasi sebagai komitmen atas
sejumlah dana atau sumber daya lain yang dilakukan pada
saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di
masa datang.
Dari beberapa definisi para ahli tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa investasi adalah penanaman
modal yang dilakukan oleh investor dalam berbagai bidang
Managemen Investasi Syariah

usaha yang
terbuka untuk investasi dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan. Dengan kata lain investasi
disebut juga dengan istilah “penanaman modal”.

2. Investasi Syariah dan Dasar Hukumnya.


Konsep investasi dalam bahasa Arab diistilahkan dengan
kata “=‫ ”إستثمر‬yang berarti membuahkan.
Investasi dalam Islam merupakan bentuk aktif dari ekonomi
syari’ah. Pola sederhana dalam berinvestasi
memberikangambaran bahwa kegiatan investasi cukup efektif
dalam mengembangkan modal agar dapat mengembangkan
usaha maupun tingkat keamananannya.
Dalam konsep Islam, investasi bukan semata-mata
terkonsentrasi pada seberapa besar keuntungan materi yang
bisa dihasilkan melalui aktifitas ekonomi saja, namun lebih
dari itu kegiatan investasi dalam konsep Islam juga didorong
oleh adanya faktor-faktor tertentu yang mendominasi.
Faktor-faktor dominan sebagai pendorong seseorang
melakukan aktivitas investasi adalah:
a. Adanya implementasi mekanisme zakat terhadap jumlah
dan nilai assetnya yang akan selalui dikenakan zakat.
Faktor ini akan mendorong pemilik (investor) untuk
mengelolanya melalui investasi, dan faktor ini lebih
dekat kepada perilaku individu.
b. Adanya motif sosial, yaitu dengan membantu sebagian
masyarakat yang tidak memiliki modal.
Faktor ini dijalankan dengan pola bersyarikat
(musyarakah) maupun dengan berbagi hasil
(mudharabah).
Dengan demikian, secara umum pengertian investasi
syariah adalah suatu kegiatan produktif yang
menguntungkan bila dilihat dari sudut pandang teologis,
dan menjadi untung-rugi jika dipandang dari sisi ekonomi,
karena tidak bisa terlepas dari adanya suatu ketidak-pastian
(uncertainty of loss) dalam kehidupan
| 19 |
manusia, serta harus dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah
syar’i.
Hal ini juga ditegaskan oleh Imam al-Ghazali yang
menyatakan bahwa “keuntungan merupakan kompensasi
dari kepayahan perjalanan, risiko bisnis dan ancaman diri
pengusaha”.
Beberapa dasar hukum tentang anjuran untuk
melakukan investasi dalam konsep Islam antara lain:
1. Hadist yang diriwayatkan oleh Umar bin Syu’aib yang
artinya:
“Ketahuilah, Siapa yang memelihara anak yatim,
sedangkan anak yatim itu memiliki harta (uang
warisan), maka hendaklah ia menginvestasikannya
(membisniskannya), janganlah ia membiarkan
harta itu idle, sehingga harta itu terus berkurang
lantaran ZAKat”.
2. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang artinya:
“Berikanlah kesempatan kepada mereka yang
memiliki tanah untuk memenfaatkannya, dengan
caranya sendiri dan jika tidak dilakukannya,
hendaklah diberikan pula orang lain agar
memanfaatkannya”.
3. Pernyataan Umar bin Khattab yang artinya:
“Siapa saja yang mempunyai uang hendaklah ia
mengivestasikannya, dan siapa saja yang
mempunyai tanah hendaklah ia menanaminya”.

B. Tujuan Investasi Syari’ah


Seseorang melakukan aktivitas investasi tentu memiliki
tujuan yang ingin dicapai. Hal ini dilakukan untuk mencapai
suatu efektifitas dan efisiensi dalam menentukan keputusan
guna mempertegas keputusan yang diharapkan.
Tujuan investasi secara umum antara lain adalah:�
1. Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi.
2. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang
diharapkan (actual profit).
3. Terciptanya kemakmuran pemegang bagi saham.
4. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa.
Namun, dalam konsep syari’ah tujuan investasi
tentunya memiliki karakteristik tersendiri. Hak ini tidak
terlepas dari adanya tujuan syariat bagi manusia yang
dalam konsep Islam disebut dengan maqashid as-syari’ah
yang tidak lain adalah untuk bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan seluruh manusia.
Adapun tujuan syariat (maqashid as-syari’ah) tersebut
mencakup lima aspek kehidupan, yaitu :
1. Menjaga agama (HIFDZU al-diin).
2. Menjaga nyawa (HIFDZU al-nafs).
3. Menjaga pikiran/akal (HIFDZU al-‘aql).
4. Menjaga keturunan/generasi (HIFDZU al-nasl).
5. Menjaga harta benda (HIFDZU al-mal).
Dari kelima faktor tersebut, salah satunya adalah upaya
untuk menjaga harta benda adalah dengan melakukan
aktivitas investasi. Namun, dalam konsep syariah tidaklah
semua bidang usaha diperbolehkan untuk dijalankan karena
terdapat batasan- batasan aktvitas halal dan haram yang
menentukannya, dan tidak lain adalah untuk mengendalikan
dari kegiatan yang dapat memberikan mudharat bagi yang
lainnya.
Kegiatan investasi sebagai salah satu bentuk dari
hubungan antar sesama manusia (muamalah) tidaklah bisa
dilepaskan dari aspek akidah, akhlaq dan ibadah. Karenanya,
perilaku ekonomi harus diwarnai oleh nilai-nilai ketiga aspek
tersebut yang berujung pada tujuan utama diciptakannya
manusia di muka bumi ini, sebagaimana disebutkan dalam
surat al-Dzariyaat, ayat 56 yang artinya :”Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku”.
Tujuan investasi syari’ah dalam konteks ini tidaklah
terlepas dari adanya niat untuk mendapatkan ridha Allah
Swt., dengan mendapatkan keuntungan (al-falah), sehingga
dalam melakukan investasi harus dibutuhkan niat yang lurus
(menghindarkan diri dari penggunaan cara-cara investasi yang
mengandung unsur maisir, gharar, riba dan dhalim), selain
yang terpenting juga tetap meniatkan dari sebagian
keuntungan akan dikeluarkan zakat dan infaknya sebagai
bagian dari investasi di akhirat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
investasi dalam Islam adalah “menanam modal dengan tujuan
menambah keuntungan dan mencari kelebihan nikmat
Allah, karena investasi ini akan merealisasikan tujuan
permodalan yang seharusnya berkembang, sekaligus
merealisasikan tujuan sosialnya”.

C. Hubungan Manajemen dan Investasi Syariah


Investasi syari’ah tidak bisa dilepaskan dengan bagaimana
prinsip Islam dalam mengelola, merencanakan,
mengendalikan dan mengorganisasikan suatu usaha yang
membutuhkan kesungguhan dan diniatkan sebagai bagian
dari bentuk ibadah kepada Allah Swt.
Maka, hubungan antara manajemen dengan investasi syari’ah
merupakan satu kesatuan bentuk ibadah muamalah. Atau
dengan kata lain berinvestasi sama dengan berusaha mencari
penghidupan (ma`isyah), dan dalam melakukan kegiatan
investasi itu sendiri, pelaksanaan kegiatan investasi harus
dilakukan secara Islami. Sehingga keberhasilan melakukan
investasi dengan baik dan benar sesuai dengan prinsip syariah
akan tergantung pada pelaku investor maupun prilaku
manajerialnya.
D. Konsep Manajemen Investasi Syariah dan Landasan
Filosofisnya.
1. Pengertian
Pengertian umum manajemen investasi adalah manajemen
profesional yang mengelola beragam sekuritas atau surat
berharga seperti saham, obligasi dan asset lainnya seperti
properti dengan tujuan mencapai target investasi yang
menguntungkan bagi investor (baik institusi maupun
perorangan).
Pengertian praktis lainnya adalah suatu industri global
yang sangat besar dan memegang peranan penting dalam
pengelolaan triliunan dollar, euro, pound dan yen.
Sedangkan pengertian manajemen syariah adalah seni dalam
mengelola semua sumber daya yang dimiliki dengan
tambahan dan metode syari’ah yang tercantum dalam al-
Qur’an dan al- Hadis.
Dengan demikian, definisi manajemen investasi syari’ah
adalah “suatu kegiatan atau seni mengelola modal dan
sumber-sumber penghidupan ekonomi maupun sumber daya
secara profesional untuk masa depan, baik di dunia maupun di
akhirat sesuai dengan syari’at dan prinsip-prinsip yang
diajarkan Rasulullah Saw”.
Adapun prinsip-prinsip yang dimaksud merupakan asas
yang mendasari manajemen investasi syari’ah, seperti
perencanaan matang dalam mengarungi kehidupan dunia
adalah bekal (investasi) pada kehidupan yang abadi di
akhirat, sebagaimana dinyatakan dalam Hadits Rasulullah
Saw., yang artinya: “Berusaha keraslah untuk sukses di
dunia seakan-akan kamu hidup selamanya, dan beribadahlah
untuk akhiratmu seakan- akan kamu mati esok harinya”.

2. Landasan Filosofis
Landasan filosofis kegiatan muamalah termasuk investasi
dalam konsep Islam adalah boleh hukumnya, terkecuali
ada ketentuan (aturan) lain yang bersifat normati (al-Qur’an
maupun
Hadist Rasulullah Saw.), baik secara eksplisit maupun
implisit yang melarangnya, sebagaimana terlihat pada bagan

Hukum Asal

Ibadah Muamalah

Semua tidak Semua boleh


boleh kecuali ada ketentuannya kecuali ada larangannya

berikut:
Dengan demikian, sesuai dengan gambar bagan di
atas, maka aktivitas investasi dengan beragam jenisnya
diperbolehkan hukumnya selama tidak ada aturan atau
ketentuan syar’i yang menunjukkan larangannya.
Kegiatan investasi dalam konsep Islam dapat dilihat dari
2 aspek, yaitu:
a. Aspek non ekonomis, yaitu bernilai amal shaleh sebagai
bekal (investasi) manusia pada hari akhir kelak.
b. Aspek ekonomis, yaitu pengorbanan dana dalan jumlah
tertentu (pasti) pada saat sekarang untuk mendapatkan
keuntungan di masa mendatang.
Islam dalam melihat dua aspek tersebut sangat
menganjurkan untuk mengembangkan keduanya, bukan
dalam konteks menumpuk-numpuk harta. Hal ini secara
tegas dinyatakan sahabat Umar bin Khattab sebagai
berikut: “Siapa saja yang memiliki uang, hendaklah ia
menginvestasikannya, dan siapa saja yang memiliki tanah
hendaklah ia menanamnya”.
Dengan melihat apa yang disampaikan Umar bin
Khattab ini, maka investasi dalam konsep Islam dapat
dilakukan dalam 2 bentuk sektor, yaitu:
a. Sektor riil berupa tanah.
b. Sektor keuangan berupa modal.
Namun kedua bentuk investasi ini tentunya diatur
dengan batasan-batasan syar’i seperti tidak boleh
mengandung unsur riba, gharar, maysir, tadlis, ataupun
unsur lain yang menimbulkan kebatilan dan
ketidakadilan.
Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan
bahwa dalam konteks syariah adanya penekanan yang
kuat bahwa segala kegiatan ekonomi harus terikat dengan
prinsip yang halal, baik produk yang menjadi objek, cara
perolehannya, maupun cara penggunaannya. Selain itu,
prinsip investasi syariah juga harus dilakukan tanpa paksaan,
adil dan transaksinya berpijak pada kegiatan produksi dan jasa
yang tidak dilarang oleh Islam, termasuk bebas manipulasi
dan spekulasi.1

E. Rangkuman
1. Pengertian investasi secara bahasa berasal dari bahasa
Latin yaitu “investire” yang berarti memakai, dan
dalam bahasa Inggris disebut sebagai “investment”,
yang berarti menanam. Sedangkan secara terminology,
definisi investasi adalah “penanaman modal yang
dilakukan oleh investor dalam berbagai bidang usaha
yang terbuka untuk investasi dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan”. Dengan kata lain investasi
disebut juga dengan istilah “penanaman modal”.
2. Investasi dalam bahasa Arab diistilahkan dengan kata “‫”إستثمر‬
yang berarti membuahkan. Sedangkan konsep investasi
syariah dapat diartikan sebagai suatu kegiatan produktif
yang menguntungkan bila dilihat dari sudut pandang
teologis,
1
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Penerjemah : Soeroyo &
Nastangin, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), hlm. 159-167.
dan menjadi untung-rugi jika dipandang dari sisi
ekonomi, karena tidak bisa terlepas dari adanya suatu
ketidak-pastian (uncertainty of loss) dalam kehidupan
manusia, serta harus dilakukan sesuai dengan
kaidah-kaidah syar’i.
3. Faktor-faktor yang mendorong investasi dalam konsep
Islam adalah:
a. Adanya implementasi mekanisme zakat terhadap
jumlah dan nilai assetnya yang akan selalui
dikenakan zakat.
b. Adanya motif sosial, yaitu dengan membantu sebagian
masyarakat yang tidak memiliki modal.
4. Dasar hukum investasi dalam konsep Islam antara lain
salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
yang artinya: “Berikanlah kesempatan kepada mereka
yang memiliki tanah untuk memenfaatkannya, dengan
caranya sendiri dan jika tidak dilakukannya, hendaklah
diberikan pula orang lain agar memanfaatkannya”.
5. Adapun tujuan investasi secara umum adalah :
a. Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi.
b. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan
yang diharapkan (actual profit).
c. Terciptanya kemakmuran pemegang bagi saham.
d. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa.
6. Sedangkan tujuan investasi syariah adalah menanam
modal dengan tujuan menambah keuntungan dan mencari
kelebihan nikmat Allah, karena investasi ini akan
merealisasikan tujuan permodalan yang seharusnya
berkembang, sekaligus merealisasikan tujuan sosialnya.
7. Adapun hubungan antara manajemen dengan investasi
syari’ah merupakan satu kesatuan bentuk ibadah
muamalah. Atau dengan kata lain berinvestasi sama
dengan berusaha mencari penghidupan (ma`isyah), dan
dalam melakukan kegiatan investasi itu sendiri,
pelaksanaan kegiatan investasi harus dilakukan secara
Islami. Sehingga keberhasilan
melakukan investasi dengan baik dan benar sesuai dengan
prinsip syariah akan tergantung pada pelaku investor
maupun prilaku manajerialnya.
8. Pengertianmanajemeninvestasiadalahmanajemenprofesional
yang mengelola beragam sekuritas atau surat berharga
seperti saham, obligasi dan asset lainnya seperti
properti dengan tujuan mencapai target investasi yang
menguntungkan bagi investor (baik institusi maupun
perorangan).
9. Sedangkan definisi manajemen investasi syari’ah adalah
suatu kegiatan atau seni mengelola modal dan sumber-
sumber penghidupan ekonomi maupun sumber daya
secara profesional untuk masa depan, baik di dunia
maupun di akhirat sesuai dengan syari’at dan prinsip-
prinsip yang diajarkan oleh Rasulullah Saw.
10. Landasan filosofis kegiatan muamalah termasuk investasi
dalam konsep Islam adalah boleh hukumnya, terkecuali
ada ketentuan (aturan) lain yang bersifat normati (al-
Qur’an maupun Hadist Rasulullah Saw.), baik secara
eksplisit maupun implisit yang melarangnya.
11. Aktivitas investasi dalam konsep Islam dapat dilihat dari
2 aspek, yaitu:
a. Aspek non ekonomis, yaitu bernilai amal shaleh
sebagai bekal (investasi) manusia pada hari akhir
kelak.
b. Aspek ekonomis, yaitu pengorbanan dana dalan
jumlah tertentu (pasti) pada saat sekarang untuk
mendapatkan keuntungan di masa mendatang.
11. Investasi dalam konsep investasi Islam sebagaimana yang
dianjurkan oleh Umar bin Khattab adalah:
a. Investasi pada sektor riil berupa tanah
b. Investasi pada sektor keuangan berupa penyertaan
modal.
F. Soal Evaluasi
1. Bagaimanakah konsep investasi secara umum dan
pengertiannya sesuai konsep syari’ah?
2. Jelaskan tentang tujuan investasi syari’ah?
3. Bagaimanakah hubungan antara manajemen dan investasi
syari’ah?
4. Jelaskan definisi manajemen investasi syariah?
5. Sebutkan salah satu Hadis Rasulullah Saw.,
yangmenganjurkan untuk melaksanakan investasi?
6. Sebutkan 2 aspek kegiatan investasi dalam konteks
investasi syari’ah?
7. Bagaimanakah konsep Umar bin Khattab tentang investasi?
BAB III
PRINsIP DAN JENIs
INVEsTAsI sYARIAH

A. Landasan Hukum Investasi Syariah


1. Landasan Normatif dari al-Qur’an dan as-Sunnah.
Landasan normatif tentang kegiatan ekonomi termasuk
aktivitas investasi dalam konteks Islami yang bersumber
dari al-Qur’an dan as-Sunnah sangat banyak sekali. Secara
umum, kedua sumber hukum Islam ini secara tidak
langsung telah memerintahkan kaum muslimin untuk
mempersiapkan hari esok secara lebih baik.
a. Al-Qur’an, beberapa di antaranya adalah:
- Surat al-Hasyr ayat 18 :
“Hai orang-orang yang beriman ,bertakwalah kepada
Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok) akhirat ;(dan
bertakwalah kepada Allah ,Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.“

‫آ َمُنوا‬ ‫َيا‬
‫ات‬
‫أَي‬
َ َّ
‫ّ َها ُّ=قوا ا لل َولَْتْن ُظ ْر َنْ=ف ٌس َما قَ َّد َم ْت ِل َغ‬
‫ٍد‬ ‫ال‬
| 29 |
‫ّ ِذي َن‬
‫َوات َخِبرٌي َِبا َت ْع َملُو َن )‬
‫‪(81‬‬ ‫َّ َ َّ َّ َ‬
‫ُّ=قوا ا لل ِإ ن ا لل‬
‫‪-‬‬ ‫‪Surat an-Nisa ‘ayat: 9‬‬

‫| ‪| 30‬‬
‫‪Managemen Investasi Syariah‬‬

‫َولَْي ْخ َش ََت=ر ُكوا ِم َخْلِ=ف ِه ْم ِض َخافُوا‬


‫ُذ َعاًفا‬ ‫ْن‬ ‫ال‬
‫ِّري‬ ‫ّ ِذي َن لَ ْو‬
‫ًّة‬
‫َ َس ِدي ًدا‬ ‫َعلَي‬
‫ولْي )‪(9‬‬ ‫ه ْم‬
‫قُول‬ ‫َفْلَيت‬
‫وا‬ ‫ُّ=قوا‬
‫َق‬ ‫ا َّللَ‬
‫ْو‬
‫ل‬
‫“‬
‫‪He‬‬
‫‪nd‬‬
‫‪ak‬‬
‫‪la‬‬
‫‪h‬‬
‫‪ta‬‬
‫‪ku‬‬
‫‪t‬‬
‫‪ke‬‬
‫‪pa‬‬
‫‪da‬‬
‫‪All‬‬
‫‪ah‬‬
‫‪or‬‬
‫‪an‬‬
‫‪g-‬‬
‫‪or‬‬
Naili Rahmawati, M.Ag
an atir ّ ‫ْم‬
g terhada
‫َس ُ ك‬
‫ه‬ ‫ْم ِإ‬
ya p) ‫ِبالَْبا‬
ng kesejaht ‫ا‬
sea eraan ‫ِل‬ َ‫َّن ا َّلل‬
nd (mereka ‫ال‬
ain .oleh
ّ َ‫َكا َن ِب ُك ْم َرل أ‬
ya sebab
me itu ‫ِذي‬ ‫( ْن‬92) ‫ِحي ًما‬
nin hendakl “
gg ah ‫َن‬ ‫َت‬ H
alk mereka ‫آ‬ ‫كو‬ ai
an bertakw or
dib a ‫َمُن‬ ‫ن‬ an
ela kepada ‫وا‬ ‫تَا‬ g-
ka Allah or
ng dan ‫َل‬ ‫رًة‬ an
me hendakl ‫ع‬
rek ah
ْ‫تَأ‬ g
ya
a mereka ‫ن‬
‫ُكلُو‬ ng
an menguc ‫را‬ be
ak- apkan ‫ا‬ ri
an perkata ‫ض‬
‫ْأَ=م‬
m
ak an an
ya benar.“ ْ‫من‬ ,
‫َ وا‬
ng - ‫ك‬ ja
le َ‫ل‬ ‫م‬ ng
ma Sura an
h , t an- ‫ُك‬ =َ‫َو‬ la
ya Nisa h
ng ‘ayat: ‫ْم‬ ‫ل‬ ka
29
me
rek
‫َبْيَن‬ ‫قُتلُو‬ m
u
a ‫َيا‬ ‫ا‬
‫ُك‬ sal
kh
‫َْنُ=ف‬ in
aw ‫أَي‬ g
Managemen Investasi Syariah
me dengan
ma ‫ال‬
suka ْ‫َيأ‬ ‫ا َن‬ ُ‫َ ّلل‬
‫ال‬
‫ع الْب‬
ka sama- ّ
n ‫ ِذي َن‬diُ‫ُكل‬
suka َ
antara ‫و‬
‫ِّرَبا‬
ha ‫ْي‬
rta kamu…
ses ” ‫كال‬ ‫ََص‬
َ
‫َّشْيِبأَن‬
am -
am ‫م وبو‬
u Sura ‫َطام‬ ‫ا ْأَ الن‬
de t al- ‫َم‬
ng Baqa ‫ُن َِّإَنا‬ ‫م ْم‬
‫ِ ُمع‬
an rah
jal ayat
‫َن‬ ‫سُ ن‬
an 275
ya ‫ْ= َل‬
‫ال‬ ‫لر‬
‫رَبا‬ َ
ng َ‫َِ= ُم‬ ‫ِّس‬ ‫ع‬ ‫ه‬
ُ
bat
hil,
‫ل ال‬
‫ل‬ ‫َذ َِلح‬ ‫ِإَ ا‬
kec
‫َّل‬ ‫فل َد‬
ual
َ‫ي َت‬ َ‫ف‬
i ‫َِع‬
de ‫قخب‬ ُ‫ا أ‬
ng ‫و‬ ‫ج ْون‬ َّ
‫لو‬
an ‫ُط=ه‬ ‫ا َح َرب‬
jal
‫ل َلِئ‬
an
‫م‬ ‫َّرهى‬ ِ
per ‫ء‬
‫و‬ َ‫ه َملُ=ه‬
nia ‫ِفي َها‬
ga ‫ال‬
an ‫َخِال ُدو َن ُ ِّرَبا‬
ya
‫ن‬ (572)
ng ‫َف‬
ber
‫إ‬ ‫َم‬
lak
u ‫ْن‬
“Orang-orang yang makan) mengambil (riba tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan syaitan lantaran) tekanan (penyakit
gila .Keadaan mereka yang demikian itu ,adalah
disebabkan mereka berkata) berpendapat,
( Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba
,Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba .orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya ,lalu terus
berhenti) dari mengambil riba ,(Maka baginya apa
yang telah diambilnya dahulu) sebelum datang
larangan ;(dan urusannya
)terserah (kepada Allah .orang yang kembali)
mengambil riba,( maka orang itu adalah penghuni-
penghuni neraka ;mereka kekal di dalamnya.“
- Surat al-Baqarah ayat: 282

‫َيا ُم َس ًّّ=مى فَا‬


‫ْكُتُبوُه‬ ‫أَي‬
‫ّ َها‬
‫ال‬
‫ّ ِذي َن آ َمُنوا ِإ َذا َت َدايَْنُت ْم ِب َدْي ٍن ِإَ=ل أَ َج ٍل‬
....
“Hai orang-orang yang beriman ,apabila kamu
bermu‘amalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan ,hendaklah kamu menuliskannya“...
- Surat al-Baqarah ayat: 278

‫ُكْنُت‬ ‫ْم‬
| 31 |
‫ِم َن‬
‫ي‬ ‫ق‬ ‫ب‬
ِ َ ‫ما‬ َ ‫ذ‬ َ ‫و‬ َ ‫ال َيا‬
‫َ ال ِّرَبا ِإ‬
‫روا‬ ‫ي‬ َ ‫أ‬ ‫ّ ِذي َن آ َمُنوا‬
‫ْن‬ ُ
‫ات ّ َها‬
َ‫ُّ=قوا ا َّلل‬
)872( َ ‫م ؤ من ي‬
ِ =ِ ْ ُ
“Hai orang-orang yang beriman ,bertakwalah kepada
Allah dan tinggalkan sisa riba) yang belum dipungut
(jika kamu orang-orang yang beriman.“
b. As-Sunnah:
- Hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari:

| 32 |
َ‫م ن أَ سلَ َف ْف َشي ئ فَ ف ي َكي ل م علُ و م و و ْز ن م علُ و م إَ=ل أ‬
ِ ْ ْ َ ٍ َ َ ْ ْ َ ٍ ْ ْ =ِ ٍ ْ ِ ْ ْ َ
ٍ ٍ
‫َج ل‬
ٍ
‫َم ْعلُ ْو م‬
ٍ
“Barangsiapa melakukan salaf) salam ,(hendaknya
ia melakukan dengan takaran yang jelas dan
timbangan yang jelas ,untuk jangka waktu yang
diketahui.“
- Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majjah dari
Shuhaib:

‫ َث=ال ٌث ِف ِْي=ه َّن‬:‫أَ َصَ=ّلى َع َو َو َسَ=ّل َم قَا َل‬


:‫ب َ ُك=ة‬ ْ ‫ال‬ ‫اللُ لَْيِ=ه آل‬
َ =َ
‫ِه‬ َِّ‫ّن الن‬

‫ّب‬
‫َاْلَبْي ُع ِإَ=ل أَ َج َواَُْلقا َ َو ُْال ِ ّ=ب ِبال َّش ِع ِْ=ري ِلْلَبْي ِت‬
َ‫ل‬ ‫َر ض َخلْ ُط‬ ,‫ِل‬
‫ُة‬ ‫ِللَْبْي ِع‬
“Nabi saw .bersabda ,ada tiga hal yang
mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai
,muqaradhah) mudharabah ,(dan mencampur
gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah
tangga ,buka untuk dijual“.
- Hadits yang diriwayatkan oleh Amr bin Syu‘aib dari
ayahnya dan dari kakeknya sebagaimana riwayat Imam
Baihaki:

‫الل‬
ِ
‫أَ َّن َر‬ َ َ ‫َع ْن َع ْم ِرو ب ُش َعْي َع ْن‬
‫ُسو َل‬ ‫ج‬ ‫ ع‬،‫أَبيِ=ه‬ ،‫ٍ ب‬ ‫ِن‬
‫ْن‬
‫ِّده‬
‫َيِتي ًما َما ٌل‬ ‫ “ َ َو‬:‫قَا َل‬ ‫َو‬ ‫َصَ ّ=لى اللُ َعلَْيِ=ه‬
‫لَُ=ه‬ ‫ِل‬ ‫أَ=ل م‬ ‫َس‬
‫ْن َي‬ ‫ّل َم‬
‫فَلَْيت ِفي َ َو=ل َيُْ=ت ْكُ=ه َتأْ ُكلُُ=ه ال‬
“ ‫َّز َكاُة‬ ‫ّ ِج ر لَُ=ه ه‬
ْ
”Dari Amr bin Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya,
bahwa Rasulullah saw bersabda: Ingatlah,
Barangsiapa menjadi wali anak yatim yang memiliki
harta, hendaklah dia menggunakannya
berbisnis (keuntungannya) untuk anak yatim, dan
jangan membiarkan harta itu dimakan oleh sedekah
(ZAKat)”.
- Hadits yang diriwayatkan oleh Imamat-Tirmidzi :

‫اْ=لُ سِ=ل ِم َّ ُصلْ َّر َ ًل أَ َح‬ ‫ل ُّصْل ُح َج َْب‬


ْ
َ
‫أ ْو‬ ‫ح‬ ‫م‬ َ ‫ا‬ ‫ح‬ ً ‫ل‬ ‫ٌِائ=ز َي‬
‫َي ِإ‬
‫ال‬َ ‫َح‬
‫ّل‬
‫َواْلُ ِْسل ُم َعلَ ُش ر ْو ِط َ ْر َّر َ ًل‬
ّ ُ
َ
‫أ ْو‬ ‫ح‬ ‫طا َم‬ً ‫ى‬ ‫راما ْو َن‬
ً َ
‫ِه ْ م إ‬
‫ل َش َح َال‬
‫راما‬
ً َ ‫َح‬
‫ّل َح‬
‫َأ َح‬
“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum
muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan
yang halal atau yang menghalalkan yang haram;
dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat
mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang
halal atau menghalalkan yang haram.”

2. Peraturan Perundang-Undangan.
Landasan hukum investasi sebagai sumber hukumnya
secara umum dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :1
a. Sumber Hukum Materiil, yaitu tempat dari mana
materi hukum itu diambil dan merupakan faktor yang
membantu pembentukan hukum, seperti hubungan
sosial, situasi ekonomi, kondisi politik dan geografis dan
sebagainya.
b. Sumber Hukum Formil, yaitu tempat memperoleh kekuatan
hukum yang berkaitan dengan bentuk atau cara yang
menyebabkan hukum formil itu berlaku, seperti undang-
undang, yurisprudensi dan sebagainya.
Selanjutnya sumber hukum formil investasi ini dibagi
menjadi 2 macam, yaitu:

1
Algra, NE dkk., Kamus Istilah Hukum Foekema Andereae
Belanda – Indonesia, (Bandung: Bina Cipta, 1983), hlm. 74.
1. Sumber hukum tertulis, yaitu tempat ditemukannya kaidah-
kaidah hukum investasi yang berasal dari sumber
tertulis, seperti peraturan perundang-undangan dan
sebagainya.
2. Sumber hukum tidak tertulis, yaitu tempat
ditemukannya kaidah-kaidah hukum investasi yang
berasal dari sumber tidak tertulis, seperti hukum
kebiasaan (hukum adat).
Beberapa sumber hukum investasi tertulis di antaranya :
a. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman
Modal Asing sebagaimana diubah dan ditambah
dengan Undang-undang Nomor 11 tahun 1970.
b. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman
Modal Dalam Negeri yang diubah dan ditambah dengan
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1970.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1992 tentang
Persyaratan Pemilikan Saham dan Investor Penanaman Modal
Asing.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang
Pemilikan Saham Dalam Investor yang Didirikan Dalam
Rangka Penanaman Modal Asing.
e. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal yang menghapus Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing
dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang
Penanaman Modal Dalam Negeri.
3. Landasan Hukum Khusus Investasi Syariah di
Indonesia
Landasan hukum investasi syariah di Indonesia secara khusus
ada diatur dengan Undang-undang, selain diatur juga oleh
Fatwa- fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia.
Berikut beberapa landasan hukum tersebut antara lain:
a. Yang berkaitan dengan investasi perbankan syariah,
yaitu :
1). Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Bank
bagi Hasil.
2). Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan Syariah.
3). PBI Nomor 6/21/PBI/2004 tentang Giro Wajib
Minimum dalam Rupiah dan Valuta Asing Bagi bank
Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha
Berdasarkan Prinsip Syariah (PBI GWM Syari’ah).
b. Yang berkaitan dengan industry pasar modal, yaitu:
1). Fatwa DSN Nomor 05/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Jual Beli Saham.
2). Fatwa DSN Nomor 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang
Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana
Syariah.
3). Fatwa DSN Nomor 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang
Obligasi Syari’ah.
4). Fatwa DSN Nomor 33/DSN-MUI/IX/2002 tentang
Obligasi syari’ah Muamalah.
5). Fatwa DSN Nomor 40/DSN-MUI/IV/2003 tentang Pasar
Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip
Syariah di Bidang Pasar Modal.
6). Fatwa DSN Nomor 41/DSN-MUI/III/2004 tentang
Obligasi Syari’ah Ijarah.
c. Yang berkaitan dengan investasi dalam Asuransi Syari’ah,
yaitu:
1). Fatwa DSN Nomor 39/DSN-MUI/X/2002 tentang
Asuransi Haji.
2). Fatwa DSN Nomor 51/DSN-MUI/III/2006 tentang
Akad Murabahah Musytarakah pada Asuransi
Syari’ah.
3). Fatwa DSN Nomor 52/DSN-MUI/III/2006 tentang
Akad Wakalah bil Ujrah pada Asuransi dan Reasuransi
Syari’ah.
B. Prinsip-Prinsip Investasi Syari’ah
Sebelum membahas lebih lanjut prinsip-prinsip investasi
syariah, maka perlu untuk dipahami secara umum tentang
prinsip dasar investasi.
Menurut Budi Frensidy prinsip-prinsip dasar investasi
adalah:2
1. Membandingkan nilai dan harga dengan pedoman “beli
dengan harga rendah dan jual dengan harga yang tinggi”
(buy low and sell high).
2. Harus mengetahui dengan jelas obyek investasi dengan
pedoman “beli apa yang anda tahu dan tahu apa yang
anda beli” (buy what you know and know what you buy).
3. Menentukan asset yang memiliki return positif (harga
asset memilik trend harga yang terus naik) dengan
pertumbuhan return yang positif juga.
Berdasarkan ketiga prinsip dasar tersebut maka dapat
disimpilkan bahwa seorang investor dalam menjalankan
aktivitas investasinya harus memahami dan memiliki
pengetahuan secara mendalam tentang obyek investasi dan
kondisi yang dapat mempengaruhi obyek tersebut seperti
harga dan perkembangan modal (asset).
Sementara itu, di dalam konsep Islam, menurut Ahmad
Ghazali terdapat prinsip-prinsip utama investasi syari’ah,
yaitu:3
1. Prinsip Halal
Prinsip halal sebagai prinsip kehalalan suatu investasi
dapat dilihat dari tempat dan proses investasi, yaitu:

2
Budi Frensidy, Lihai Sebagai Investor, Panduan Memahami Dunia
Keuangan dan Ivestasi di Indonesia, ( Jakarta: Salemba Empat, 2013)
hlm. 28-29.
3
Inggrid Tan, Bisnis dan Investasi Sistem Syari’ah, (Yogyakarta:
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2009), hlm. 15.
a. Tempat halal, yaitu usaha yang didirikan secara halal,
tidak ada penipuan, produknya halal serta tidak
mengandung unsur maysir, gharar, riba.
b. Proses halal, yaitu kesepakatan yang dilakukan
dengan terbuka dan jelas adanya oleh para pihak
baik dari sisi konten, operasional maupun teknis
pembagian keuntungan dan sebagainya.
2. Prinsip Berkah
Prinsip ini akan terlihat bukan saja pada sisi fisik
(ekonomi), akan tetapi dari sisi rohani akan mendapatkan
atau terlihat kepuasan bathin dalam memanfaatkan kekayaan
secara produktif dan dapat bermanfaat bagi orang lain.
3. Prinsip Pertambahan Nilai (Profit Margin)
Prinsip ini akan terlihat dari adanya peningkatan tambahan
asset dengan keuntungan yang sebanyak-banyaknya, akan tetapi
tetap tidak melupakan prinsip kehalalan dan keberkahan.
4. Prinsip Realistis
Prinsip ini akan tampak pada gambaran proyeksi hasil
investasi bukan hanya sekedar hitungan di atas kertas yang
tidak mungkin direalisasikan, akan tetapi tetap berdasarkan
nilai kenyataan (riil).
Namun, prinsip-prinsip tersebut pada dasarnya harus tetap
mengacu pada konsep-konsep dasar yang ditentukan syariat
Islam. Adapun konsep-konsep tersebut adalah:
a. KonsepKetuhanan(at-
Tauhid),yaitukonsepyangmenekankan pada prinsip bahwa
segala sesuatu adalah milik mutlak Allah Swt., dan
manusia hanya sebagai pemegang amanah untuk
mengembangkannya sesuai aturan syari’ah.
b. Konsep Keseimbangan (al-‘Adl wal Ihsan), yaitu
konsep yang menekankan pada prinsip bahwa kegiatan
investasi harus dilakukan dengan adil dan tidak boleh
melakukan kedzaliman.
Managemen Investasi Syariah

c. KonsepKebebasan(al-
Ihktiyar),yaitukonsepyangmenekankan pada prinsip bahwa
manusia dilahirkan dalam keadaan bebas untuk
menentukan sikap dan memiliki kemampuan untuk
memilih berbagai pertimbangan sesuai dengan kondisi
yang dihadapi.
d. Konsep Kewajiban atau Tanggung-Jawab (al-Wajibat/al-
Mas’uliyyah), yaitu konsep yang menekankan pada
prinsip bahwa manusia dalam melakukan tindakan
investasi berkewajiban dan bertanggung-jawab pada
agamanya dalam perannya sebagai manusia dan
kewajibannya untuk memakmurkan bumi.
Menurut Mervyn K. Lewis & Latifa M. Algaoud terdapat
lima unsur keagamaan sebagai elemen penting yang harus
diterapkan dalam perilaku investasi, yaitu:4
1. Pelarangan transaksi berbasis riba.
2. Pengenalan pajak religious atau pemberian shadaqah,
zakat.
3. Pelarangan produksi yang bertentangan dengan hukum
Islam.
4. Penghindaran aktivitas ekonomi yang melibatkan unsur
judi (masyir) dan ketidak jelasan (gharar).
5. Penyediaan asuransi (takaful).
Sedangkan Zamir Iqbal & Abbas Mirakhor menjelaskan
lima prinsip syariah yang harus diimplementasikan pada
kegiatan investasi adalah:5
1. Prinsip bagi hasil dan bagi rugi (profit and lost sharing).
2. Prinsip dagang (trade principles).
3. Prinsip biaya atau upah (fees or charges based
principles).
4. Prinsip bebas jasa (free services principles),

Mervyn K. Lewis dan Latifa M. Algaoud, Perbankan Syariah:


4

| 39 |
Naili Rahmawati, M.Ag
Prinsip, Praktik, dan Prospek, ( Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta,
2007), hlm. 44.
5
Zamir Iqbal & Abbas Mirakhor, An Introduction To Islamic
Finance: Theory and Practice, (Singapore: John Wiley & Sons,
2007), hlm. 1.

| 38 |
5. Prinsip tambahan (ancillary principles).
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa prinsip-prinsip dasar yang harus
diterapkan pada aktivitas investasi harus memberikan manfaat
dan perlindungan kepada kepentingan investor sendiri,
konsumen (pengguna) dan masyarakat secara umum.

C. Jenis dan Bentuk Investasi Syariah


Sebelum memaparkan jenis-jenis dan bentuk-bentuk investasi,
terlebih dahulu harus diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi seseorang ingin berinvestasi. Faktor-faktor
tersebut dapat dilihat dari faktor utama yang
melatarbelakanginya dan faktor pendukung yang ada.
Adapun faktor-faktor tersebut adalah:
1. Faktor Utama
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi seseorang ingin
berinvestasi, antara lain :
a. Tingkat Keuntungan yang Diramalkan akan
Diperoleh Perkiraan atau ekspektasi keuntungan dari
investasi yang akan dilakukan akan mempengauhi tingkat
investasi. Biasanya
pelau investasi akan memilih sektor-sektor yang memiliki
prospek yang bagus atau dengan kata lain keuntungan
yang diramalkan cukup tinggi. Hal ini disebabkan
karena berinvestasi membutuhkan modal yang sangat
besar.
b. Tingkat Suku Bunga
Suku bunga menentukan jenis-jenis investasi apa saja
yang akan memberikan keuntungan kepada para
pengusaha. Pngusaha hanya akan melakukan investasi
jika tingkat pengembalian modal dari investasi yang
dilakukan, yaitu presentase keuntungan yang akan
diperoleh sebelum dikurangi tingat suku bunga yang
akan dibayar lebih besar dari tingkat bunga itu sendiri.
Naili Rahmawati, M.Ag

2. Faktor Pendukung
Beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi
seseorang ingin berinvestasi, antara lain:
a. Perkiraan Keadaan Perekonomian
Perkiraan keadaan perekonomian merupakan alas an yang
dipertimbangkan oleh para investor. Banyak investor
mencari informasi mengenai perkembangan perekonomian
melalui forum-forum pertemuan nasional dan
internasional atau dari pakar ekonomi. Bila dari
perkiraan tersebut kondisi perekonomian menunjukkan
kondisi yang lebih baik, investor tentu mau
menanamkan modalnya. Selain itu kondisi
keamanan juga mempengaruhi perekonomian.
b. Perkembangan Teknologi
Alat-alat produksi selalu mengalami perkembangan
teknologi. Semaki banyak perkembangan teknologi, alat-
alat produksi yang lama makin tertinggal sehingga
investasipun perlu diperbanyak bahkan perlu di bangun
pabrik yang sama sekali baru untuk teknologi yang baru
tersebut.
c. Keuntungan Yang Diperoleh
Keuntungan investor yang besar bisa mendorong investasi
yang lebih banyak. Jika keuntungan investor sedikit,
investasi cenderung sedikit karena ketersediaan dana
hanya bias diperoleh dari pinjaman yang jumlahnya tentu
saja terbatas. Namun, jika keuntungan investor sangat
banyak, ditambah pula dengan pinjaman, tentu investasi
yang dilakukan bias banyak pula.
d. Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional yang tinggi merupakan indikasi
bahwa pendapatan masyarakat juga tinggi. Pendapatan
masyarakat yang tinggi membuat mereka cenderung
menkonsumsi barang dan jasa yang lebih banyak dan ini
berakibat tingginya permintaan terhadap barang dan jasa
yang dihasilkan investor sehingga keuntungan investor
| 40 |
Managemen Investasi Syariah

juga meningkat. Karena

| 41 |
keuntungan yang meningkat, investor dapat berinvestasi
lebih banyak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara teoretik
paling tidak ada tiga faktor utama yang mempengaruhi
keputusan seseorang untuk melakukan investasi, yaitu:
1. Pendapatan (Revenues), yaitu sejauh mana ia
akanmemper-oleh pendapatan yang memadai dari modal
yang ditanamkannya.
2. Biaya (Cost), yang terutama ditentukan oleh tingkat suku
bunga dan pajak, walaupun dalam operasional-nya ditentukan
juga oleh berbagai biaya lain yang ditemui di lapangan.
3. Harapan (Expectations), yaitu bagaimana harapan di
masa datang dari investasi-nya. Jadi, investor yang
serius dalam penanaman modal langsung (direct
investment) tidak hanya hit and run, tetapi berhitung
jauh ke depan. Ia memperhitungkan situasi-situasi pada
masa mendatang yang dapat mempengaruhi investasinya,
termasuk perubahan situasi politik.
Setelah mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi
seseorang untuk berinvestasi, seorang investor harus jeli
dan harus memahami jenis-jenis dan bentuk-bentuk investasi
yang akan digeluti.
Adapun jenis-jenis investasi umum menurut Salim HS
dan Budi Sitrisno dapat digolongkan berdasarkan asset,
pengaruh ekonomi, sumber pembiayaan dan bentuk
penanamannya.6
3. Berdasarkan Aset
Jenis investasi berdasarkan asset ini merupakan
penggolongan investasi dari aspek modal dan kekayaannya.
Jenis investasi ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Real Asset, yaitu investasi yang berwujud seperti
gedung, kendaraan dan sebagainya. Realasset secara
umum bersifat
6
Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, ( Jakarta: PT
Raja Grafinfo Persada, 2008), hlm.
kurang liquid dari pada aset keuangan dikarenakan
sifat heterogennya dan khusus kegunaannya.
b. Financial Asset, yaitu dokumen surat-surat klaim
tidak langsung pemegangnya terhadap aktifitas riil
pihak yang menerbitkan sekuritas tersebut.
3. Berdasarkan Pengaruh
Jenis investasi berdasarkan pengaruh ini merupakan investasi
yang didasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi
atau tidak berpengaruh dari kegiatan investasi.
Adapun jenis-jenis investasi ini adalah;
a. Investasi Autonomus : (berdiri sendiri) merupakan
investasi yang tidak dipengaruhi tingkat pendapatan,
bersifat spekulatif, misalnya pembelian surat
berharga.
b. Investasi Induced : karena bujukan/pengaruh bbesar
yang mendorong seseorang melakukan kegiatan
investasi. Atau investasi yang dipengaruhi kenaikan
permintaan akan barang dan jasa serta tingkat
pendapatan.
4. Berdasarkan Sumber Pembiayaan
Jenis investasi berdasarkan sumber pembiayaan investasi
ini dibagi menjadi:
a. Investasi dana dari luar negeri (UU Nomor 1 Tahun
1967 tentang Penanaman Modal Asing).
b. Investasi dana dari dalam negeri (UU Nomor 11
Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam
Negeri/ PMDN).
5. Berdasarkan Bentuk
Jenis investasi berdasarkan bentuk ini merupakan jenis
investasi yg didasarkan pada cara menanamkan investasinya.
Jenis investasi ini dibagi menjadi:
a. Portofolio, yaitu jenis investasi yang dilakukan
melalui pasar modal dengan instrumen surat berharga,
seperti saham dan obligasi.
b. Investasi Langsung, yaitu jenis investasi yang
dilaksanakan dalam bentuk investasi dengan jalan
membangun, membeli total atau mengakuisi
investor atau membeli asset lainya.
Sedangkan dalam konteks investasi syariah terdapat
skema- skema khusus sebagai karakteristik penerapan
prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam.
Adapun skema-skema investasi yang diterapkan dalam
investasi syariah adalah:
1. Skema bagi hasil dan bagi resiko (profit and lost sharing)
dalam bentuk musyarakah dan mudharabah.
2. Skema jual beli (muarabahah).
3. Skema sewa (ijarah).
4. Skema sewa dan jual beli (muarabahah wal ijarah).
Dari skema di atas, beberapa jenis investasi syari’ah adalah:
1. Investasi ke dalam produk keuangan, antara lain:
a. Produk bank Islam seperti tabungan dan deposito.
b. Produk asuransi seperti unit link syariah.
c. Produk pasar modal seperti reksadana Islami, saham
dan obligasi dalam kategori Islam.
2. Investasi ke dalam wujud asset property dengan
skema jual beli maupun hasil sewa (ijarah).
3. Investasi ke dalam bentuk logam mulia dengan skema
jual beli.
4. Investasi ke dalam bentuk usaha yang dijalankan sesuai
dengan prinsip syariah Islam, baik usaha yang dikelola
sendiri ataupun degan menitipkan modal pada orang
lain.

D. Rangkuman
1. Landasan normatif investasi syariah yang bersumber dari
al- Qur’an dan as-Sunnah banyak sekali, antara lain
sebagaimana
dissebutkan pada surat an-Nisa’ ayat 9 dan Hadits yang
diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari.
2. Landasan hukum investasi dari peraturan perundang-
undangan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
a. Sumber Hukum Materiil, yaitu tempat dari mana
materi hukum itu diambil.
b. Sumber Hukum Formil, yaitu tempat memperoleh
kekuatan hukum yang berkaitan dengan bentuk
atau cara yang menyebabkan hukum formil itu berlaku.
Jenis ini terbagi menjadi Sumber Hukum Tertulis dan
Sumber Hukum Tidak Tertulis.
3. Sumber hukum investasi tertulis secara umum di Indonesia
di antaranya yang terbaru adalah Undang-undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang
menghapus Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang
Penanaman Modal Asing dan Undang-undang Nomor 6
Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam
Negeri.
4. Landasan hukum secara khusus investasi syariah di Indonesia
antara lain yang berkaitan dengan investasi perbankan
syariah, seperti Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan Syariah, atau yang berkaitan dengan
industri pasar modal seperti Fatwa DSN Nomor 20/DSN-
MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi
untuk Reksa Dana Syariah dan lain sebagaiya.
5. Prinsip umum dasar investasi adalah:
a. Membandingkan nilai dan harga dengan pedoman
“beli dengan harga rendah dan jual dengan harga
yang tinggi” (buy low and sell high).
b. Harus mengetahui dengan jelas obyek investasi
dengan pedoman “beli apa yang anda tahu dan tahu
apa yang anda beli” (buy what you know and know
what you buy).
c. Menentukan asset yang memiliki return positif
(harga asset memilik trend harga yang terus naik)
dengan pertumbuhan return yang positif juga.
6. Prinsip-prinsip utama investasi syari’ah yaitu:
a. Prinsip Halal, yaitu tempat dan proses investasi yang
halal yang tidak bertentangan dengan aturan
syariah.
b. Prinsip Berkah, yang akan terlihat dari sisi rohani
(kepuasan bathin).
c. Prinsip Pertambahan Nilai (Profit Margin), yaitu
adanya peningkatan tambahan asset dengan
keuntungan.
d. Prinsip Realistis, yaitu proyeksi hasil investasi tetap
berdasarkan nilai kenyataan (riil).
7. Prinsip-prinsip syariah yang harus diimplementasikan pada
kegiatan investasi:
a. Prinsip bagi hasil dan bagi rugi (profit and lost sharing).
b. Prinsip dagang (trade principles).
c. Prinsip biaya atau upah (fees or charges based principles).
d. Prinsip bebas jasa (free services principles),
e. Prinsip tambahan (ancillary principles).
8. Faktor-faktoryangmempengaruhiseseoranginginberinvestasi
adalah adanya faktor utama dan pendukung. Adapun
Faktor Utama, antara lain Tingkat Keuntungan yang
Diramalkan akan Diperoleh dan Tingkat Suku Bunga.
Sedangkan Faktor Pendukung, antara lain : Perkiraan
Keadaan Perekonomian, Perkembangan Teknologi,
Keuntungan Yang Diperoleh Investor dan Pendapatan
Nasional.
9. Tiga faktor utama yang mempengaruhi keputusan
seseorang untuk melakukan investasi, yaitu:
Pendapatan (Revenues), Biaya (Cost), dan Harapan
(Expectations).
10. Adapun jenis-jenis investasi secara umum adalah :
a. Portofolio, yaitu jenis investasi melalui pasar modal
dengan instrumen surat berharga, seperti saham
dan obligasi.
b. Investasi langsung, yaitu jenis investasi seperti
membangun, membeli total atau mengakuisi
investor atau membeli asset lainya.
11. Skema investasi syariah diaplikasikan dalam bentuk:
a. Skema bagi hasil dan bagi resiko (profit and lost
sharing) dalam bentuk musyarakah dan
mudharabah.
b. Skema jual beli (muarabahah).
c. Skema sewa (ijarah).
d. Skema sewa dan jual beli (muarabahah wal ijarah).
12. Jenis investasi syari’ah adalah:
a. Investasi produk keuangan, antara lain: Produk bank
Islam seperti tabungan dan deposito, Produk
asuransi seperti unit link syariah dan Produk pasar
modal seperti Reksadana Islam, saham dan
obligasi Islam.
b. Investasi asset property dengan skema jual beli
maupun hasil sewa (ijarah).
c. Investasi ke dalam bentuk logam mulia dengan
skema jual beli.
d. Investasi bentuk usaha yang dikelola sendiri
ataupun dengan menitipkan modal pada orang
lain

E. Soal Evaluasi
1. Sebutkan beberapa landasan hukum investasi syari’ah?
2. Sebutkan prinsip-prinsip utama investasi syari’ah menurut
Ahmad Ghazali?
3. Sebutkan faktor utama dan pendukung seseorang akan
berinvestasi?
4. Sebutkan jenis-jenis investasi secara umum?
5. Sebutkan skema investasi syari’ah?
BAB IV
REsIKO DAN MANfAAT
INVEsTAsI sYARIAH

A. Resiko Investasi
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar istilah
”risiko”. Berbagai macam risiko, seperti risiko kebakaran,
tertabrak kendaraan lain dijalan, risiko terkena banjir
dimusim hujan dan sebagainya, dapat menyebabkan kita akan
menanggung risiko-risiko jika kita tidak mengantisipasi dari
awal. Lebih-lebih dalam dunia bisnis, ketidakpastian beserta
risikonya merupakan sesuatu yang tidak dapat diabaikan
begitu saja, malahan harus diperhatikan secara cermat, bila
orang menginginkan kesuksesan. Risiko tersebut antara lain :
kebakaran, kerusakan, kecelakaan, pencurian, penipuan,
kecurangan, penggelapan dan sebagainya, yang dapat
menimbulkan kerugian yang tidak kecil.
Dengan kata lain, bagi seseorang yang akan
melakukan kegiatan investasi kemungkinan yang akan
ditemukan dan dihadapi adalah adanya risiko (risk) dan
kemungkinan adanya manfaat berupa keuntungan atau
pendapatan (return). Kedua elemen ini akan selalu melekat
pada setiap aktivitas investasi manusia. Tidak ada satu pun
kegiatan investasi di dunia ini yang aman dan bebas risiko.
Dan tingkat risiko yang dihadapi-pun akan sangat beragam
pula dan tidak pernah sama.
Adapun definisi resiko investasi adalah pendapatan negatif
(return negative) saat melakukan investasi yang berujung
| 47 |
pada kerugian. Menurut Ricky W, Griffin dan Ronald J.
Elbert, definisi

| 48 |
Managemen Investasi Syariah

resiko adalah ketidakpastian tentang sesuatu di masa


mendatang (uncertainty about future events).1
Adapun macam-macam atau bentuk-bentuk resiko dalam
investasi adalah: 2
1. Turunnya nilai investasi
Resiko turunnya nilai investasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
a. Internal, yaitu faktor yang melekat dan berasal pada
investasi tersebut, seperti karena adanya perubahan pada
obyek investasi tersebut. Contoh emas yang
mengalami perubahan warna.
b. Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar yang
menyebabkan penurunan nilai investasi, seperti
adanya musibah, perubahan kebijakan pemerintah dan
kondisi politik hukum, tren perubahan investasi.
2. Kenaikan investasi tidak sebanding kenaikan inflasi
Resiko kenaikan investasi yang tidak sebanding dengan
kenaikan inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga barang
secara terus menerus yang akan berimbas pada banyak
sedikitnya keuntungan investasi.
3. Jenis atau sifat investasi yang susah untuk dijual lagi
Resiko yang berasal dari jenis atau sifat invesatsi yang
susah dijual lagi dipengaruhi oleh adanya sifat atau jenis
investasi yang berbeda-beda.
Jenis investasi dibagi menjadi 2 jenis atau sifat, yaitu:
a. Investasi likuid atau mudah untuk dicairkan, biasanya
masuk dalam jenis jangka pendek seperti tabungan dan
deposito.

1
Ricky W, Griffin dan Ronald J. Elbert, Bisnis, Alih Bahasa : Rd.
Soemarnagara, ( Jakarta: Erlangga, 2006), hlm. 752.
2
Miyosi Ariefiansyah, Jago Investasi, ( Jakarta: PT. Niaga Swadaya,
2013), hlm. 116-122.
b. Investasi non likuid atau sulit untuk dicairkan segera
seperti pada sektor property.
Menurut Panji Anoraga dan Piji Pakarti, dalam
melaksanakan investasi seorang investor harus memahami
akan berhadapan dengan beberapa resiko, yaitu:3
3. Resiko Keuangan (Financial Risk)
Resiko keuangan yaitu resiko yang diterima investor akibat
dari ketidak-mampuan emiten (saham/obligasi) memenuhi
kewajiban pembayaran dividen (bunga) serta pokok investasi.
4. Resiko Pasar (Market Risk)
Resiko pasar yaitu resiko yang timbul akibat
menurunnya harga pasar substansial baik keeseluruhan
saham maupun saham tertentu akibat tingkat inflasi ekonomi,
keuangan negara, perubahan manajemen perusahaan, atau
kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi.
5. Resiko Psikologis (Psychological Risk)
Resiko psikologis yaitu resiko bagi investor yang
bertindak secara emosional dalam menghadapi perubahan
harga saham berdasarkan optimisme dan pesimisme yang dapat
mengakibatkan kenaikan dan penurunan harga saham.
6. Risiko Likuiditas (Liqiudity Risk)
Risiko ini berkaitan dengan kemampuan saham yang
bersangkutan untuk dapat segera diperjualbelikan tanpa
mengalami kerugian yang berarti
7. Risiko Tingkat Bunga (Interest Rate Risk)
Risiko tingkat bunga merupakan risiko yang timbul
akibat perubahan tingkat bunga yang belaku dipasar biasanya
risiko ini berjalan belawanan dengan harga-harga instrumen
pasar Modal.
8. Risiko Mata Uang (Currency Risk)

Suad Husnan, Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas,


3

(Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2000), hlm. 47.

| 49 |
Risiko mata uang merupakan risiko yang timbul
akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang Domestik
(misalnya rupiah) terhadap mata uang negara lain (misalnya
dolar Amerika Serikat).
9. Risiko Daya Beli
Risiko daya beli merupakan risiko yang timbul akibat
pengaruh perubahan tingkat inflasi. Perubahan ini akan
menyebabkan berkurangya daya beli uang yang
diinvestasikan maupun bunga yang diperoleh dari investasi,
sehingga nilai riil pendapatan menjadi lebih kecil.

C. Manfaat Investasi
Manfaat investasi dapat berwujud pendapatan positif yang
biasa disebut return. Return adalah keuntungan yang diperoleh
oleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan
investasi yang dilakukannya. Dalam pandangan R. J. Shook,
pengertian return adalah laba investasi, baik melalui bunga
atau deviden.4
Manfaat investasi ini dapat dilihat dari 2 aspek, yaitu:5
1. Aspek Ekonomi
Manfaat investasi dari aspek ekonomi ini antara lain
adalah:
a. Pendapatan atau keuntungan (return) yang lebih
besar dari nilai investasi.
b. Pertumbuhan ekonomi akan berjalan dengan baik.
c. Adanya kompetensi yang sehat.
d. Menciptakan lapangan kerja yang luas.
2. Aspek Sosial
Manfaat investasi dari aspek sosial ini antara lain adalah:

R. J. Shook, Wall Street Dictionary, Kamus Lengkap Wall Street,


4

Penterjemah
: Prof. Roy Simbel, ( Jakarta: Erlangga, 2002), hlm. 519.
5
Miyosi Ariefiansyah, Op.Cit, hlm. 128-134.
a. Adanya interaksi positif antara investor dan
pengelola modal.
b. Membiasakan masyarakat untuk tidak bersikap
konsumtif.
c. Membiasakanmasyarakatuntukmempunyaiperencanaan
yang matang untuk jangka panjang.
d. Membiasakan diri untuk mendapatkan sesuatu yang
lebih baik di masa mendatang.

D. Resiko dan Pendapatan (Manfaat) Investasi Syariah


Dalam investasi syariah tentunya juga pasti akan
menghadapai apa yang disebut dengan resiko (risk) dan
pendapatan (return) atau manfaat secara umum.

1. Resiko dalam Investasi Syariah.


Dalam Islam resiko disebut dengan istilah gharar yang
berarti ketidakpastian (uncertainty). Ibnu Qayyim
menjelaskan bahwa gharar adalah kemungkinan ada dan
tidak ada. Menurut Van Deer Heidjen, kategorisasi
ketidakpastian (uncertainty) dapat digolongkan menjadi
tiga:
a. Risk, yaitu memiliki preseden historis dan dapat
dilakukan estimasi probabilita untuk tiap hasil yang
mungkin muncul.
b. Structural uncertainty, yaitu kemungkinan terjadinya
suatu hasil yang bersifat unik, tidak memiliki preseden
dimasa lalu, tetapi tetap terjadi dalam logika
kausalitas.
c. Unknowables, yaitu menunjuk kejadian yang secara
ekstrem kemunculannya tidak terbayang
sebelumnya.
Al-Suwailem membedakan resiko menjadi dua tipe, yaitu :
1). Resiko Pasif, seperti game of chance, yang hanya
mengandalkan keberuntungan.
2). Resiko Responsif yang memungkinkan adanya
distribusi probabilitas hasil keluaran dengan hubungan
kausalitas yang
logis. Kalau yang pertama disamakan dengan game of
chance, yang disebut belakangan bisa disebut game of
skill.
Masing-masing investasi memiliki tingkat resiko yang
terbagi dalam low risk low return, moderat risk
mediumreturn dan high risk high return. Oleh karena itu
Islam dalam menanggapi masalah resiko dalam berinvestasi
menganjurkan umatnya untuk menggunakan prinsip kehati-
hatian atau wara’ (prudent), sebagaimana Sabda Rasulullah
Saw., untuk sebaiknya meninggalkan segala sesuatu yang
menimbulkan keraguan.
Dalam investasi syariah terdapat berbagai resiko, antara
lain:
a. Resiko Kehilangan Modal
Investasi adalah menggunakan harta secara produktif
melalui berbagai sarana investasi. Akan tetapi, sebagai akibat
dari ketidakpastian di masa depan, investasi yang dilakukan
bisa untung dan bisa rugi. Jika investasi tersebut
menguntungkan, maka nilai harta yang diinvestasikan akan
bertambah, dan sebaliknya apabila mengalami kerugian,
maka nilai harta yang diinvestasikan akan turun. Risiko
kehilangan modal adalah risiko yang mungkin terjadi pada
seluruh kegiatan investasi.
Risiko kehilangan modal bukan hanya berarti
kehilangan nilai nominal saja, seperti Rp. 100 juta menjadi Rp.
50 juta, tetapi juga kehilangan nilai riil dari investasi yang
disebabkan perubahan nilai uang, misalnya Rp. 100 juta
dulu dapat digunakan untuk membeli beras 25 ton tetapi saat
ini hanya dapat digunakan untuk membeli 20 ton beras dengan
spesifikasi dan jenis yang sama.
Jadi, investasi dengan cara menabung di rumah, secara
nominal memang tidak mempunyai risiko kehilangan modal
tetapi secara riil sangat beresiko karena menurunnya nilai
riilnya
b. Risiko Ketidakpastian Keuntungan
Risiko yang kedua adalah karena ketidakpastian
keuntungan yang diperoleh dari sarana-sarana investasi yang
ada. Risiko ini sebenarnya merupakan bagian dari risiko di
atas, tetapi lebih terfokus pada keuntungan yangmungkin
didapat dari jenis investasi
yang berbeda. Investasi dalam real estate akan berbeda
dengan reksadana, obligasi, saham, dan yang lainnya.
Investasi dalam real estate lebih menjanjikan keuntungan
karena probabilitas kenaikan harga real estate sangat besar
karena pertumbuhan penduduk yang pesat akan
meningkatkan permintaan real estate, sehingga karena
keterbatasan ketersediaan lahan, harga akan cenderung naik.
Sebaliknya, investasi dalam pasar modal melalui reksa
dana, obligasi, dan saham, sangat tergantung pada kondisi
perekonomian negara dan manajemen perusahaan sehingga
berfluktuatif dan tidak stabil. Investasi dengan sistem riba
sebagaimana yang dilakukan oleh perbankan konvensional
mempunyai tingkat risiko ketidakpastian keuntungan yang sangat
kecil karena bunga sudah dipatok oleh bank, tetapi terdapat
kezaliman dalam pembagian keuntungan, sehingga salah
satu pihak dirugikan.
c. Sulitnya Menjual Produk Investasi.
Risiko ketiga yang ditakuti orang ketika berinvestasi adalah
apakah produk investasi yang dibelinya itu mudah untuk
dijual/ diuangkan kembali. Beberapa orang mungkin senang
berinvestasi ke dalam emas karena emas dianggap mudah
dijual kembali. Contoh dari produk investasi yang tidak selalu
mudah untuk dijual kembali adalah barang-barang koleksi.
Barang-barang koleksi umumnya tidak mudah dijual kembali
karena pasar pembeli barang-barang ini sangat spesifik.

2. Return dan Manfaat Investasi Syariah.


Konsep pendapatan/laba atau return di dalam Islam
adalah Islam menganjurkan kepada umatnya untuk
mencari penghidupan sebanyak mungkin demi kesejahteraan
hidupnya didunia sebagaimana tertuang di dalam al-Qur’an surat
al-Jumu’ah ayat 10 yang artinya :”Apabila telah ditunaikan
shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya
kamu beruntung”.
Selain itu mengenai return juga diterangkan dalam hadits
Nabi yang berbunyi: “Carilah kebahagiaan (mencari harta
sebanyak- banyaknya) di dunia seakan-akan engkau akan
hidup selamanya. Dan beribadahlah kamu setiap saat seakan-
akan engkau akan mati esok hari.”
Abdullah Lam bin Ibrahin (2005: 31), degan merujuk
pada surat At-Taubah ayat 34-35, yang artinya : “Dan
orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah
kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang
pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka
Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung
dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka:
“Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri,
Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu
simpan itu”., maka Abu Dzar berpendapat bahwa haram
hukumnya memiliki harta benda melebihi kebutuhan manusia.
Dan setiap kelebihan harus didistribusikan ke jalan-jalan Allah
melalui mekanisme zakat, infaq dan shadaqah.
Menurut jumhur ulama dinyatakan bahwa tidak ada
batasan maksimal kepemilikan harta sejauh menjaga kaidah-
kaidah dalam berusaha dan menggunakan harta benda sesuai
syariat. Manusia tidak bersalah dan tidak akan dihisab
karena mengumpulkan harta benda yang tidak terkira dan
tidak terhitung tersebut.
Manfaat-manfaat dalam investasi syariah tidak jauh
berbeda dengan manfaat investasi secara umum, yaitu:
a. Manfaat bagi Investor
Investor akan mendapatkan bagi hasil sesuai dengan
besar investasi yang ditanamkan dan sesuai dengan akad awal
menurut prinsip syariah.
b. Manfaat bagi Rekanan Investor
Rekanan investor akan mendapatkan tambahan modal
sehingga memiliki kemampuan untuk meneruskan usahanya.
c. Manfaat bagi Masyarakat (Fungsi Sosial)
Manfaat ini ini akan terlihat dari adanya penambahan
lapangan kerja yang dapat disedot dari adanya investasi.

E. Mengurangi Resiko Investasi


Untuk menghindari resiko yang timbul dalam suatu
investasi, maka yang dibutuhkan adalah alternatif-alternatif
kebijakan dalam pengambilan keputusan. Alternatif
keputusan yang diambil adalah sesuatu yang dianggap paling
realistis dan tidak menimbulkan masalah baru. Tindakan
seperti ini dianggap sebagai bagian dari strategi investasi.
Dalam menjalani aktivitas investasi, yang namanya
resiko tentunya merupakan sesuatu yang tidak bisa
dihindarkan dan pasti terjadi, sehingga dibutuhkan
bagaimana mengelola resiko tersebut, terlebih bagi lembaga
besar yang memiliki nilai investasi yang besar pula.
Pada dasarnya resiko itu dapat dikelola dengan 4 cara, yaitu:6
1. Memperkecil Resiko
Keputusan untuk memperkecil resiko ini adalah dengan
cara tidak memperbesar setiap keputusan yang mengandung
resiko tinggi, tapi membatasinya, atau bahkan
meminimalisirnya agar resiko tersebut tidak menjadi
bertambah besar dan di diluar kontrol.
2. Mengalihkan Resiko
Keputusan mengalihkan resiko ini dengan cara resiko
yang ada dialihkan ke tempat lain sebagian, seperti dengan
mengasuransikan obyek (usaha) investasi.
3. Mengontrol Resiko
Keputusan mengontrol resiko yaitu dengan cara
melakukan kebijakan preventif atau mengantisipasi terjadinya
resiko sebelum terjadi.
6
Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi, Teori Portofolio dan
Analisis Investasi Teori dan Soal Jawab,(Bandung: Alfabeta, 2011),
hlm. 160-161.
4. Pendanaan Resiko
Keputusan pendanaan resiko ini dengan menyediakan
sejumlah dana sebagai cadangan guna mengantisipasi timbulnya
resiko di kemudian hari, seperti menyediakan cadangan
mata uang dollar guna mengantisipasi fluktuasi nilai mata
uang.
Namun, dalam praktek invetasi secara umum, usaha untuk
mengurangi risiko dapat ditempu dengan cara termudah,
yaitu dengan berinvestasi di berbagai sarana investasi. Cara
ini disebut dengan membuat portofolio investasi, dengan
tujuan untuk mengurangi kerugian investasi yang mungkin
timbul dari suatu sarana investasi dengan menutupnya
menggunakan keuntungan yang diperoleh dari sarana
investasi yang lain.
Misalnya berinvestasi pada reksa dana dan pada
tabungan. Jika keduanya memberikan keuntungan maka
investor tidak akan menderita kerugian. Tetapi bagaimana jika
salah satunya mengalami kerugian, misalnya nilai reksa dana
turun atau bank dilikuidasi? Dengan adanya portofolio ini
maka diharapkan kerugian salah satu investasi dapat
dikurangi oleh keuntungan dari investasi lain.
Dengan demikian untuk mengurangi risiko dalam investasi
adalah berpegang pada portofolio: “jangan meletakkan
telur- telur dalam satu keranjang” karena jika terjatuh, maka
telur akan lebih banyak yang pecah dibandingkan jika ditaruh
pada beberapa keranjang jika keranjang yang lain tidak
jatuh”.

F. Rangkuman
1. Resiko (risk) adalah pendapatan negatif (return negative)
saat melakukan investasi yang berujung pada
kerugian.
2. Macam atau bentuk resiko dalam investasi antara lain
:
a. Turunnya nilai investasi, fakor yang
mempengaruhi dapat berasal dari internal
(perubahan obyek investasi) dan eksternal (adanya
musibah atau perubahan kondisi politik).
b. Kenaikan investasi tidak sebanding kenaikan inflasi.
c. Jenis atau sifat investasi yang susah untuk dijual lagi.
2. Jenis investasi dibagi menjadi 2 jenis atau sifat, yaitu
investasi likuid (mudah untuk dicairkan seperti deposito)
dan investasi non likuid (sulit untuk dicairkan seperti
properti).
3. Resiko investasi menurut Panji Anoraga dan Piji Pakarti
yaitu: Resiko Keuangan (Financial Risk), Resiko Pasar
(Market Risk), Resiko Psikologis (Psychological Risk),
Risiko Tingkat Bunga (Interest Rate Risk), Risiko Mata
Uang (Currency Risk), dan Risiko Daya Beli.
4. Manfaat investasi dapat berwujud pendapatan atau
keuntungan positif yang biasa disebut return.
5. Manfaat investasi ini dapat dilihat dari 2 aspek, yaitu :
Aspek Ekonomi dan Aspek Sosial.
6. Dalam Islam resiko disebut dengan istilah gharar
yang berarti ketidakpastian (uncertainty). Sementara
Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa gharar adalah
kemungkinan ada dan tidak ada. Islam dalam
menanggapi masalah resiko dalam berinvestasi
menganjurkan umatnya untuk menggunakan prinsip
kehati-hatian atau wara’ (prudent), sebagaimana
Sabda Rasulullah Saw., untuk sebaiknya meninggalkan segala
sesuatu yang menimbulkan keraguan
7. Menurut Van Deer Heidjen, kategorisasi ketidakpastian
(uncertainty) dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:
Risk, Structural uncertainty dan Unknowables.
8. Dalam investasi syariah, terdapat berbagai resiko :
a. Resiko Kehilangan Modal
b. Risiko Ketidakpastian Return
c. Risiko Kesulitan Menjual Produk Investasi
9. Konsep pendapatan/laba atau return di dalam Islam
adalah Islam menganjurkan kepada umatnya untuk
mencari penghidupan sebanyak mungkin demi
kesejahteraan hidupnya didunia sebagaimana tertuang di
dalam al-Qur’an surat al-
Jumu’ah ayat 10 yang artinya :”Apabila telah ditunaikan
shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kamu beruntung”.
10. Manfaat-manfaat dalam investasi syariah adalah :
a. Manfaat bagi Investor
b. Manfaat bagi Rekanan Investor
c. Manfaat bagi Masyarakat (Fungsi Sosial)
11. Menghilangkan resiko adalah sesuatu yang tidak mungkin
dalam melakukan aktivitas investasi, namun yang paling
realistis adalah dengan menguranginya, yaitu dengan
melakukan pengelolaan resiko yang dapat ditempuh
dengan
4 cara, yaitu: Memperkecil Resiko, Mengalihkan Resiko,
Mengontrol Resiko dan Pendanaan Resiko.
12. Cara mudah dan praktis mengurangi resiko investasi
adalah dengan membuat portofolio investasi: “jangan
meletakkan telur-telur dalam satu keranjang” karena jika
terjatuh, maka telur akan lebih banyak yang pecah
dibandingkan jika ditaruh pada beberapa keranjang jika
keranjang yang lain tidak jatuh”.

G. Soal Evaluasi
1. Jelaskan definsi resiko investasi dan bentuk-bentuknya?
2. Jelaskan definisi pendapatan (return) menurut R. J.
Shook?
3. Sebutkan manfaat investasi dari aspek ekonomi dan sosial?
4. Jelaskan 3 macam resiko dalam investasi syari’ah dan
manfaat- manfaatnya secara umum?
5. Bagaimana cara mengatasi resiko investasi?
BAB V
INVEsTAsI DI PAsAR UANG DAN
PAsAR MODAL sYARIAH
Investasi merupakan jenis usaha yang saat ini banyak
diminati terutama bagi mereka yang memiliki modal uang
yang cukup banyak. Dengan melakukan investasi maka
secara tidak langsung seseorang sedang mengusahakan
uangnya untuk dipergunakan sebagai modal menghasilkan
keuntungan lainnya baik dalam jenis uang atau pun hal lain yang
bermanfaat. Ada banyak cara investasi di dunia keuangan yang
bisa dilakukan, beberapa diantaranya bisa dilakukan dengan
duduk diam saja, namun ada juga yang harus melakukan
beberapa aktifitas yang akan menguntungkan.
Investasi bisa dilakukan di mana pun dan dengan
menggunakan cara serta bentuk apapun. Salah satunya adalah
dengan melakukan kegiatan investasi di dunia keuangan.
Cara investasi di dunia keuangan bisa dimulai dengan
mengetahui terlebih dahulu jenis investasi yang akan diikuti
sehingga pada perjalanan dan pengelolaannya tidak akan
terjadi kesalah-pahaman, atau terjadi hal yang tidak
diinginkan, serta mengetahui resiko yang mungkin saja dialami
ketika menjalankan bisnis investasi tersebut. Beberapa jenis
Investasi yang bisa dipilih diantaranya yaitu menggunakan
asset riil atau asset finansial.
Untuk berinvestasi di dunia keuangan, sebaiknya mengikuti
terlebih dahulu berbagai jenis produk yang ditawarkan oleh
lembaga lembaga resmi dan legal seperti produk yang
seringkali ditawarkan oleh bank bank dan perusahaan besar di

| 59 |
Indonesia, setelah itu pilih juga instrument investasi apa
yang akan dipilih

| 60 |
Managemen Investasi Syariah

yang disesuaikan dengan profil keuangan dan kondisi finansial


yang ada. Beberapa jenis yang biasanya diambil dan
diputuskan berdasarkan asset yang menjadi sarana
investasi yang akan diberikan atau yang akan digunakan.

A. Pasar Uang Syariah


1. Pengertian
Sebelum memahami bagaimana tentang pasar uang
syariah, dibutuhkan pendalaman pemahaman definisi tentang
pasar uang dan ciri-cirinya.
Beberapa definsi pasar uang antara lain:
a. Kamus Populer Istilah Investasi menyebutkan
bahwa istilah pasar uang (money market) adalah
pasar tempat memperdagangkan instrumen investasi
jangka pendek.
b. Muhammad Syafi’i Antonio mendefinisikan pasar uang
sebagai tempat di mana diperdagangkan surat-surat
berharga jangka pendek.�
c. Definisi lain pasar uang menurut Nadler and
Shipman adalah “A money market is a mechanical
device through which short term funds are loaned and
borrowed through which a large part of the
financial transactions of a particular country or
world are degraded. A money market is distinct from
but supplementary to the commercial banking
system”.�
Dan beberapa ciri pasar uang menurut Pandji Anoraga dan
Piji Pakarti antara lain adalah:�
a. Jangka waktu uang yang diperdagangkan pendek,
b. Tidak terkait pada tempat dan waktu, dan
c. Pada umumnya supply dan demand bertemu
secara langsung dan tidak perlu ada guarantor
atau underwriter.
Adapun definisi pasar uang syariah adalah pasar di
Naili Rahmawati, M.Ag

mana diperdagangkan surat berharga yang diterbitkan


sehubungan dengan penempatan atau peminjaman uang dalam
jangka pendek
(satu tahun atau kurang dari satu tahun) guna memobilisasi
sumber dana jangka pendek dan memanaj likuiditas secara
efisien, dapat memberikan keuntungan dan sesuai dengan
syariah.
Istilah pasar uang yang berdasarkan prinsip syariah di
Indonesia biasa disebut dengan Pasar Uang Antarbank Syaruah
(PUAS), telah memiliki landasan hukum sebagaimana diatur
dalam Pasal 1 butir 4 Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor
7/26/PBI/2005 tentang perubahan atas PBI No. 2/8/PBI/2000
tentang PUAS, yaitu “kegiatan investasi jangka pendek
dalam rupiah antar peserta pasar berdasarkan prinsip
mudharabah”.
Selain itu, Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis
Ulama Indonesia (MUI) Nomor 37/DSN-MUI/X/2002,
menyebutkan bahwa PUAS adalah “kegiatan transaksi keuangan
jangka pendek antar peserta pasar berdasarkan prinsip-
prinsip syariah”.

2. Landasan Hukum
Landasan hukum pasar uang syari’ah adalah :
a. Al-Qur’an dalam surat al-Baqarah ayat 275 :

‫َو َح َّر َم ال ِّرَبا‬


‫َوأَ َح َّل ا‬

‫ّللُ الَْبْي َع‬


“Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba”.
b. Hadits Rasulullah Saw., yang diriwayatkan dari Muslim,
at- Tirmidzi, an-Nasa’i, Abu Daud, dan Ibnu Majah dari
Abu Hurairah yang menyatakan bahwa “Allah telah
menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba”.
c. Kaidah Fiqhiyyah yang menyatakan :
| 61 |
- “Pada dasarnya segala sesuatu dalam muamalah
boleh dilakukan sampai ada dalil yang
mengharamkannya”
- “Segala mudharat (bahaya) harus dihindarkan sedapat
mungkin”
- “ Segala madharat (bahaya) harus dihilangkan

| 62 |
c. Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 37/DSN-
MUI/X/2002, tentang Pasar Uang Antarbank Berdasarkan
Prinsip Pyariah.
3. Urgensi Pasar Uang Syari’ah
Urgensi kemunculan atau lahirnya pasar uang syariah
muncul disebabkan karena selama ini surat-surat berharga
konvensional (selain saham) menggunakan sistem yang
berbasis bunga (riba). Kendala yang sangat prinsip ini
berpengaruh pada industri invenstasi syariah, yaitu lebih
condong pada investasi yang bersifat jangka pendek dan
ruang lingkup investasi yang sempit misalnya hanya pada
sektor perdagangan.

4. Fungsi Keberadaan Pasar Uang Syari’ah


Fungsi keberadaan lembaga keuangan pasar uang
sebagaimana fungsi pasar uang konvensional pada
uamumnya. Namun, keberadaan pasar uang syariah ini lebih
dikhususkan pada adanya kebutuhan akan fungsi pasar uang itu
sendiri yang menghendaki terakomodasinya prinsip-prinsip
investasi syariah.
Keberadaan pasar uang syariah ini tidak lain berfungsi
untuk dapat dijadikan instrumen investasi bagi bank yang
kelebihan dana untuk memberikan pinjaman jangka pendek
terhadap bank syariah yang mengalami kekurangan dana,
sehingga dana yang terhimpun pada bank tidak menumpuk
begitu saja, tetapi dapat diinvestasikan secara maksimal
guna mendorong pertumbuhan sektor ekonomi riil.

5. Perbedaan Pasar Uang Konvensional (PUAK) dengan


Pasar Uang Syari’ah (PUAS)
Sesuai dengan urgensi munculnya pasar uang syariah
(PUAS)
di Indonesia dan fungsi khusus yang melekat padanya, dengan
ini secara otomatis pasar uang syariah ini memiliki
perbedaan dengan pasar uang konvensional yang biasa disebut
dengan istilah PUAK.
Adapun perbedaan antara pasar uang syariah (PUAS) dan
pasar uang konvensiona (PUAK) adalah:�
a. PUAS tidak mendasarkan transaksinya pada suku
bunga melainkan pada pola bagi hasil, sedangkan PUAK
seluruhnya mendasarkan transaksinya pada suku
bunga.
b. Peserta PUAS meliputi bank syariah dan Bank
Konvensional, sedangkan peserta PUAK hanya Bank
Konvensional.
c. Piranti yang digunakan dalam PUAS adalah sertifikat
IMA, sedangkan peranti yang umum digunakan dalam
PUAK adalah promes atau promisary notes.
d. Sertifikat IMA sebagai piranti utama PUAS hanya dapat
dialihkan 1 kali, sedangkan promes dapat
dipindahtangankan berulang kali selama belum jatuh
tempo.
e. Dalam perhitungan imbalan peranti utama PUAS
tidak mengikutkan sama sekali komponen bunga. Di
lain pihak bunga merupakan komponen utama
perhitungan imbalan dalam PUAK.
f. Risiko yang timbul dari aktivitas transaksi pada PUAS
relatif jauh lebih kecil daripada risiko transaksi PUAK.
g. Sertifikat IMA sebagai peranti utama PUAS
diterbitkan sebagai tanda bukti penyertaan dalam suatu
proyek investasi, oleh karena itu hanya dapat
dipindahtangankan satu kali, sedangkan promes
merupakan suatu negotiable instrument dimana para pihak
tidak dibatasi dalam menegosiasikannya hingga waktu
jatuh tempo berakhir
6. Instrumen Pasar Uang Syari’ah (PUAS)
Instrumen Pasar Uang Syari’ah (PUAS) adalah:
a. Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syariah (SIMA)
b. Sertifikat Wadi’ah Bank Syari’ah (SWBI).
7. Pelaku atau Peserta Pasar Uang Syariah (PUAS)
Pelaku atau Peserta Pasar Uang Syariah (PUAS)
adalah:
a. Bank Penerbit Sertifikat IMA:
- Kantor Pusat Bank Syariah
- Unit Usaha Syariah.
b. Bank Penanaman Dana pada Sertifikat IMA:
- Kantor Pusat Bank Syariah
- Unit Usaha Syariah
- Kantor Pusat Bank Umum yang melakukan kegiatan
secara konvensional.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang
menjadi pembeda antara antara pasar uang syariah (PUAS) dan
pasar uang konvensiona (PUAK) adalah :�
a. Mekanisme penerbitan instrumen.
Pada pasar uang konvensional, instrumen yang yang
diterbitkan berupa instrumen utang yang dijual dengan
diskon dan didasarkan pada perhitungan bunga. Sedangkan
pasar uang syariah lebih kompleks dan mendekati pada
mekanisme pasar modal, yaitu mengandung investasi,
kerjasama dan lainnya yaitu mudharabah, musyarakah, qardh
dan wadiah. Tapi berbeda dengan pasar modal yang
menjual surat-surat berharga dengan jangka panjang, pasar
uang syariah hanya bergelut di sektor pendanaan dengan
uang dalam jangka pendek (kurang dari satu tahun)
b. Sifat instrumen yang diterbitkan.
Sifat instrumen pasar uang konvensional yaitu surat
berharga yang mewakili uang dimana unit yang satu
memiliki kewajiban kepada unit yang lain. Sedangkan
instrumen keuangan syariah harus didukung oleh aktiva,
proyek aktiva dan transaksi jual beli yang melatar
belakanginya (underlying transaction).
B. Pasar Modal Syari’ah
1. Pengertian
Pengertian pasar modal dalam Kamus Populer Istilah
Investasi adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik
yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek atau pasar
tempat memperdagangkan instrumen jangka panjang.�
Menurut Broadly pengertian umum dari pasar modal
adalah “a market for financial assets which have a long or
indefinite maturity. Unlike money market instruments the
capital market intruments become mature for the period
above one year”.�
Sementara itu pengertian pasar modal syariah adalah
pasar modal yang dijalankan dengan konsep syariah, dimana
setiap perdagangan surat berharga mentaati ketentuan
transaksi sesuai dengan ketentuan syariah.�
Dan pengertian lain pasar modal syariah adalah setiap
perdagangan surat berharga (efek) yang telah ditawarkan
kepada umum (publik) yang akan/telah diterbitkan oleh
suatu pihak (emiten) sehubungan dengan penanaman
modal atau peminjaman uang dalam jangka
menengah/panjang dengan mentaati ketentuan transaksi
sesuai dengan syariah.�
Sedangkan pengertian pasar modal syariah menurut Fatwa
DSN MUI Nomor 40/DSN-MUI/XI/2003 Tentang Pasar
Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di
bidang Pasar Modal adalah :�
a. Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik
yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.
b. Pasar modal beserta seluruh mekanisme kegiatannya
terutama mengenai emiten, jenis efek yang
diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya
dipandang telah sesuai
dengan syariah apabila telah memenuhi prinsip-prinsip
syariah.
Munculnya instrumen syariah di pasar modal indonesia
dipelopori oleh PT Danareksa Asset Management yang
menerbitkan reksadana syariah pada 3 Juli 1997.
Kemudian
3 Juli 2000, PT. Danareksa Investment Management
bekerja sama dengan PT Bursa Efek Jakarta (kini Bursa Efek
Indonesia) memunculkan Jakarta Islamic Index ( JII) yang bisa
dipergunakan sebagai acuan dalam menilai perkembangan harga
saham berbasis syariah. JII yang merupakan index harga
saham berbasis syariah terdiri dari 30 saham emiten yang
dianggap telah memenuhi prinsip-prinsip syariah.
Meski instrumen pasar modal syariah telah diperkenalkan
sejak 1997, namun secara formal, peluncuran pasar modal
dengan prinsip-prinsip syariah Islam dilakukan pada 14
maret 2003. Pada kesempatan itu ditandatangani nota
kesepahaman atau kerjasama antara Bapepam-LK dengan
Dewan Syariah Nasional- Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI),
yang dilanjutkan dengan nota kesepahaman antara DSN-MUI
dengan kalangan SRO. Lalu lahir beberapa fatwa MUI tentang
ketentuan operasional pasar modal syarish hasil kerja sama
dengan Bapepam-LK. Diantaranya fatwa No 20/DSN-
MUI/IX/2000 tentang pedoman pelaksanaan investasi untuk
reksadana syariah. Fatwa no 33/DSN-MUI/ IX/2002 tentang
obligasi syariah dan fatwa No 33/DSN-MUI/ IX.2002
tentang obligasi syariah mudharabah.�
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian
pasar modal syariah lainnya adalah “pasar modal yang di
dalamnya ditransaksikan instrumen keuangan atau modal
yang sesuai dengan syariat Islam dan dengan cara-cara yang
berlandaskan syariah pula atau pasar modal yang
menerapkan prinsip-prinsip syariah antara lain melarang setiap
transaksi yang mengandung unsur ketidak jelasan dan
instrumen yang diperjualbelikan harus memenuhi kriteria
halal”.
Untul lebih jelasnya berikut gambar bagan konsep dasar Pasar
Modal Syariah:

PASAR MODAL

Sumber
Sarana Investasi
Pendanaan

Konvensional Syariah

2. Urgensi dan Peran Pasar Modal Syari’ah


Pasar modal syariah dikembangkan dalam rangka
mengakomodir kebutuhan umat islam di indonesia yang
ingin melakukan investasi di produk-produk pasar modal yang
sesuai dengan prinsip dasar syariah. Dengan semakin
beragamnya sarana dan produk investasi di Indonesia,
diharapkan masyarakat akan memiliki alternatif berinvestasi
yang dianggap sesuai dengan keinginannya, disamping
investasi yang selama ini sudah dikenal dan di sektor
perbankan.
Urgensi kemunculan pasar modal syariah disebabkan
karena selama ini surat-surat berharga konvensional (selain
saham) menggunakan sistem yang berbasis bunga (riba).
Kendala yang sangat prinsip ini berpengaruh pada industri
invenstasi syariah, yaitu lebih condong pada investasi yang
bersifat jangka pendek
dan ruang lingkup investasi yang sempit misalnya hanya
pada sektor perdagangan. 1
Secara umum, pasar modal memiliki peran yang sangat
penting, yaitu: 2
1. Memperbolehkan adanya partisipasi secara penuh
terhadap kekayaan perusahaan bagi investor.
2. Memungkinkan pemegang saham dan surat hutang
untuk memperoleh likuiditas dengan menjual saham
atau obligasi perusahaan ke pasar modal.
3. Memperbolehkan perusahaan meningkatkan dana
eksternal dalam rangka ekspansi aktivitas perusahaan.
Sedangkan, dalam sistem ekonomi Islam, peran pasar
modal adalah:3
a. Memungkinkan pemilik investasi berpartisipasi secara
penuh terhadap dalam perusahaan dengan sistem bagi
hasil dan risiko.
b. Memungkinkan pemegang saham memperoleh
likuiditas dengan menjual saham yang mereka miliki
sesuai dengan sistem di pasar modal.
c. Memperbolehkan perusahaan untuk meningkatkan
modal eksternal untuk membangun dan meningkatkan
pruduksi mereka.
d. Menghindarkan operasi bisnis perusahaan dari
perubahan harga saham jangka pendek yang
merupakan karakteristik utama dari pasar modal
non-Islam.
e. Memungkinkan investasi dalam ekonomi menjadi
cermin kinerja perusahaan dengan melihat harga
saham perusahaan tersebut.

1
Sofyan Syafri Harahap, Op. Cit. hlm. 279-280.
2
Veithzal Rivai dan Andi Buchari, Islamic Economics, Ekonomi
Syariah Bukan OPSI, Tetapi SOLUSI , hlm. 534.
3
Ibid.
Di Indonesia, aktivitas pasar modal syariah berpusat
pada Indeks Syariah atau Jakarta Islamic Index ( JII). Pengertian
JII sendiri adalah Indeks yang dikeluarkan oleh BEJ dan
merupakan subset dari Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG). JII ini menggunakan saham yang memenuhi kriteria
investasi dalam syariat Islam. JII mulai bisa diakses sejak
tanggal 3 Juli 2000 (tanggal pertama kali diluncurkan). Tujuan
dibentuknya JII, antara lain adalah pertama, sebagai tolak
ukur standar bagi investasi saham secara syariah di pasar
modal. Dan kedua, sebagai sarana untuk meningkatkan
investasi di pasar modal secara syariah.

3. Pelaku Pasar Modal Syariah


Adapun pelaku dalam investasi pasar modal syariah adalah:
a. Emiten
b. Perantara Emisi, yaitu :
- Penjamin Emisi
- Akuntan Publik
- Perusahaan Penilai
c. Badan Pelaksana Pasar Modal
d. Bursa Efek
e. Perantara perdagangan efek
f. Investor.
Dan jika dikaitkan dengan nilai-nilai keislaman, bentuk
ideal dari pasar modal syariah dapat dicapai dengan islamisasi
empat pilar pasar modal, yaitu:4
a. Emiten (perusahan) dan efek yang diterbitkannya didorong
untuk memenuhi kaidah syariah, keadilan, kehati-hatian,
dan transparasi.
b. Pelaku pasar (investor) harus memiliki pemahaman yang
baik tentang ketentuan muamalah, manfaat dan risiko
transaksi di pasar modal.

4
Indah Yuliana, Op.Cit. hlm. 46-48.
c. Infrastruktur informasi bursa efek yang jujur, transparan,
dan tepat waktu yang merata di publik yang ditunjang
oleh mekanisme pasar yang wajar.
d. Pengawasan dan penegakan hukum oleh otoritas pasar
modal dapat diselenggarakan secara adil, efisien, efektif,
dan ekonomis.
Di Indonesia, aktivitas pasar modal syariah berpusat
pada Indeks Syariah atau Jakarta Islamic Index ( JII) dan
Indonesian Sharia Stock Index (ISSI).
a. Indeks Syariah atau Jakarta Islamic Index ( JII)
Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII adalah salah
satu indeks saham yang ada di Indonesia yang menghitung
index harga rata-rata saham untuk jenis saham-saham yang
memenuhi kriteria syariah. Pembentukan JII tidak lepas dari
kerja sama antara Pasar Modal Indonesia (dalam hal ini PT
Bursa Efek Jakarta) dengan PT Danareksa Invesment
Management (PT DIM). JII telah dikembangkan sejak
tanggal 3 Juli 2000. Pembentukan instrumen syariah ini untuk
mendukung pembentukan Pasar Modal Syariah yang
kemudian diluncurkan di Jakarta pada tanggal 14 Maret
2003. Setiap periodenya, saham yang masuk JII berjumlah 30
(tiga puluh) saham yang memenuhi kriteria syariah. JII
menggunakan hari dasar tanggal 1 Januari 1995 dengan
nilai dasar 100. 5
JII didirikan untuk meningkatkan kepercayaan investor
dalam melakukan transaksi pada saham berbasis syariah dan
memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan
syariah Islam dan untuk melakukan investasi di bursa efek. JII
diharapkan juga dapat mendukung proses transparansi dan
akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia. JII dibentuk
sebagai jawaban atas keinginan investor yang ingin berinvestasi
sesuai syariah. Dengan kata lain, JII adalah pemandu bagi
calon investor yang ingin menanamkan dananya secara
syariah tanpa tercampur
http://www.wikipedia.com
5
dengan dana ribawi. Selain itu, JII juga menjadi tolak ukur
kinerja dalam memilih portofolio saham yang halal.6
Dalam proses seleksinya, saham syariah yang menjadi
konstituen JII terdiri dari 30 saham yang merupakan
saham- saham syariah paling likuid dan memiliki kapitalisasi
pasar yang besar, BEI melakukan review JII sekitar 6 bulan,
yang disesuaikan dengan periode penerbitan DES oleh
Bapepam-LK.7 Setelah dilakukan penyeleksian saham
syariah oleh Bapepam-LK yang dituangkan ke dalam DES, BEI
melakukan proses seleksi lanjutan yang didasarkan kepada
kinerja perdagangannya.
Penentuan kriteria dalam pemilihan saham dalam JII
melibatkan Dewan Pengawas Syariah PT DIM. Saham-saham
yang akan masuk ke JII harus melalui filter syariah terlebih
dahulu. Berdasarkan arahan Dewan Pengawas Syariah PT
DIM, ada 4 syarat yang harus dipenuhi agar saham-saham
tersebut dapat masuk ke JII:
1). Emiten tidak menjalankan usaha perjudian dan permainan
yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang
2). Bukan lembaga keuangan konvensional yang menerapkan
sistem riba, termasuk perbankan dan asuransi
konvensional
3). Usahayang dilakukan bukanmemproduksi, mendistribusikan,
dan memperdagangkan makanan/minuman yang
haram

6
Wiku Suryomurti, Super Cerdas Investasi Syariah; Hidup Kaya
Mati Masuk Surga, Jakarta: KultumMedia, 2011, hlm. 133.
7
DES atau daftar efek syariah adalah kumpulan efek yang tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di Pasar Modal, yang
ditetapkan oleh Bapepam dan LK yang diterbitkan oleh Pihak Penerbit
Daftar Efek Syariah. Sedangkan Pihak Penerbit Daftar Efek Syariah
adalah pihak yang telah mendapatkan persetujuan dari Bapepam dan LK
untuk menerbitkan daftar efek syariah (DES). Lihat Lampiran
Keputusan Bapepam dan LK nomor Nomor: KEP-208/BL/2012, tanggal :
24 April 2012.
4). Tidak menjalankan usaha memproduksi, mendistribusikan,
dan menyediakan barang/jasa yang merusak moral dan
bersifat mudharat.8
5). Tidak melakukan transaksi yang menjurus kea rah risywah
atau penyuapan.9
Selain filter syariah, saham yang masuk ke dalam JII
harus melalui beberapa proses penyaringan (filter) terhadap
saham yang listing, yaitu:
1). Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah
tercatat lebih dari 3 bulan, kecuali termasuk dalam 10
kapitalisasi besar.
2). Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan
atau tengah tahun berakhir yang memiliki rasio
Kewajiban terhadap Aktiva maksimal sebesar 90%.
3). Memilih 60 saham dari susunan saham di atas
berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar (market
capitalization) terbesar selama 1 (satu) tahun terakhir.
4). Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat
likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler selama 1
(satu) tahun terakhir.
Pengkajian ulang akan dilakukan 6 (enam) bulan sekali
dengan penentuan komponen indeks pada awal bulan Januari
dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis
usaha utama emiten akan dimonitor secara terus menerus
berdasarkan data publik yang tersedia. Perusahaan yang
mengubah lini bisnisnya menjadi tidak konsisten dengan
prinsip syariah akan dikeluarkan dari indeks. Sedangkan
saham emiten yang dikeluarkan akan diganti oleh saham
emiten lain. Semua prosedur tersebut bertujuan untuk
mengeliminasi saham spekulatif yang cukup likuid.
Sebagian saham-saham spekulatif memiliki tingkat

8
http://www.wik ipedia.com
9
Wiku Suryomurti, hlm. 134.
likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler yang tinggi
dan tingkat kapitalisasi pasar yang rendah.
Secara fundamental, saham-saham yang dominan dalam
pergerakan JII adalah saham-saham berkapitalisasi besar dimana
market cap mereka berada pada urutan teratas saham-saham
di BEI. Meskipun indeks syariah, masih didominasi oleh
saham- saham berkapitalisasi besar, terdapat beberapa
saham kelas menengah dimana perseroan sedang tumbuh
agresif dan mampu memberikan return yang tinggi dalam
investasi. Saham-saham tersebut adalah saham yang
memiliki laba yang terus tumbuh dari tahun ke tahun dan
potensi pangsa pasar bisnisnya yang masih besar serta
harga saham yang masih murah. Akan tetapi ada juga saham
dengan kapitalisasi yang kecil, saham-saham tersebut
memiliki tingkat keuntungan yang tinggi. Performa
perseroan yang demikian cemerlang, tetap mampu
memberikan return investasi yang cukup menggiurkan.10
b. Sharia Stock Index
Indeks Saham Syariah Indonesia atau Indonesian Sharia
Stock Index (ISSI) merupakan indeks saham yang
mencerminkan keseluruhan saham syariah yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Jadi selain meluncurkan JII pada
tanggal 14 Maret 2003, Bursa Efek Indonesia juga
meluncurkan ISSI pada tanggal 12 Mei 2011.
Hadirnya ISSI diharapkan dapat mempermudah
perusahaan sekuritas dalam melahirkan produk investasi
baru berbasis syariah. Menurut Direktur Pengembangan
Bursa Efek Indonesia, salah satu latar belakang hadirnya
indeks tersebut adalah untuk menjawab kebutuhan pasar
terhadap indicator yang mampu menggambarkan kinerja
seluruh saham syariah yang tercatat

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting menganalisis


10

bahwa kedepannya saham-saham pada Jakarta Islamic Index masih dapat


memberikan tingkat keuntungan yang tinggi. Selain faktor fundamental
masing-masing perusahaan yang terus tumbuh, iklim investasi di
Indonesia kedepannya juga masih menjanjikan.
http://www.vibiznews.com
di BEI. Dengan adanya ISSI, emiten juga akan
mendapatkan keuntungan lebih, seperti dalam
11
penambahan modal baik ritel maupun institusi.

Metode perhitungan indeks ISSI, menggunakan rata-


rata tertimbang adalah awal penerbitan DES yaitu Desember
2007. Hingga Juli 2015 kapitalisasi pasar berasal dari laporan
keuangan yang telah diterima oleh OJK, serta data
pendukung lainnya berupa data tertulis yang diperoleh dari
Emiten atau Perusahaan Publik. Review atas DES juga
dilakukan apabila terdapat Emiten atau Perusahaan Publik
yang Pernyataan Pendaftarannya telah menjadi efektif dan
memenuhi kriteria Efek Syariah atau apabila terdapat aksi
korporasi, informasi, atau fakta dari Emiten atau
Perusahaan Publik yang dapat menyebabkan terpenuhi atau
tidak terpenuhinya kriteria Efek Syariah.12

4. Instrumen Pasar Modal Syari’ah


Instrumen Pasar Modal Syari’ah diatur dalam Fatwa
DSN Nomor: 40/DSN-MUI/X/2003 tanggal 4 Oktober 2003
tentang Pasar Modal Dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip
Syariah Di Bidang Pasar Modal, telah menentukan tentang
kriteria produk- produk investasi yang sesuai dengan
ajaran Islam.
11
Wiku Suryomurti, hlm. 138.
12
http://keuangansyariah.mysharing.co/apa-itu-indeks-saham-syariah-
INDONESIA/#IXZZ3RC8OVa4w Diunduh pada tanggal 14 Oktober 2015.
Kriteria pemilihan saham syariah didasarkan pada
Peraturan Bapepam-LK Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan
Penerbitan Daftar Efek Syariah. Dalam peraturan tersebut
disebutkan bahwa efek berupa saham, termasuk waran
syariah, yang diterbitkan oleh emiten atau perusahaan public
tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Suatu saham dapat
dikategorikan sebagai saham syariah jika saham tersebut
diterbitkan oleh emiten dan Perusahaan Publik yang secara
jelas menyatakan dalam anggaran dasarnya bahwa kegiatan
usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak bertentangan
dengan Prinsip-prinsip syariah. Adapun kegiatan usaha yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah antara lain:13
a. Perjudian dan permainan/ kegiatan yang tergolong judi;
b. Peragangan yang dilarang syariah, antara lain :
1). Perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan
barang/jasa;
2). Perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu;
b. Pada jasa keuangan ribawi, antara
lain : 1). Bank berbasis bunga;
2). Perusahaan pembiayaan berbasis bunga;
c. Jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian
(gharar) dan/atau judi (maisir), antara lain asuransi
konvensional;
d. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/
atau menyediakan:
1). barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi),
barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram
li-ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI;
2). dan/atau, barang atau jasa yang merusak moral dan
bersifat mudarat;
a. Melakukan transaksi yang mengandung unsur suap
(risywah).
13
http://www.bapepam.go.id/syariah
Sementara itu, perusaahn yang memenuhi enam
kriteria di atas juga harus memenuhi persyaratan rasio
keuangan perusahaan, dengan kriteria sebagai berikut :
a. Rasio total hutang berbasis bunga dibandingkan total
ekuitas tidak lebih dari 82%,
b. Rasio total pendapatan bunga dan total pendapatan
tidak halal lainnya dibandingkan total pendapatan usaha
dan total pendapatan lainnya tidak lebih dari 10%.
Sedangkan proses seleksi saham di Bursa Efek Indonesia
(BEI) digambarkan dalam flow chart berikut ini :

Dalam pasar modal dikenal istilah pasar perdana dan pasar


sekunder.
Pada pasar perdana pasar modal syariah dalam proses
perdagangan saham (efek) harus dipenuhi prinsip dasar, yaitu:14
a. Semua efek harus berbasis pada harta atau transaksi riil

14
Sofyan Syafri Harahap, Op. Cit., hlm. 290-291.
Naili Rahmawati, M.Ag

b. Tidak boleh menerbitkan efek utang untuk membayar


kembali utang (bay al-dayn bi al-dayn)
c. Dana atau hasil penjualan efek akan diterima oleh
perusahaan
d. Hasil investasi akan diterima pemodal (shohibul mal)
yang merupakan fungsi dari manfaat yang diterima
perusahaan dari dana atau harta hasil penjualan efek
e. Tidak boleh memberikan jaminan hasil yang semata-mata
merupakan fungsi dari waktu.
Sedangkan untuk pasar sekunder ada beberapa tambahan
dari prinsip pasar perdana tersebut, yakni:
a. Tidak boleh membeli efek berbasis trend (indeks)
b. Suatu efek dapat diperjualbelikan namun hasil (manfaat)
yang diperoleh dari efek tersebut (kupon/deviden) tidak
boleh diperjual belikan
c. Tidak boleh melakukan suatu transaksi murabahah dengan
menjadikan objek transaksi sebagai jaminan.
Instrumen yang digunakan pasar modal syariah dalam
perdagangan pasar perdana adalah:15
a. Muqaradah/mudharabah funds, berbentuk saham yang
memberikan kesempatan kepada investor untuk bersama-
sama dalam pembiayaan atau investasi dengan perjanjian
bagi hasil dan risiko (profit loss sharing). Pihak yang
bergabung dalam investasi ini biasanya diikat dengan
perjanjian syirkah.
b. Saham biasa (common stock), saham biasa perusahaan
yang asalkan bukan memperdagangkan barang haram
serta menerapkan prinsip keadilan, dimana proporsi
keuntungan dan kerugian dibagi bersama diperbolehkan
oleh syariah.
c. Muqaradah/mudharabah bonds (obligasi muqaradah/
mudharabah). Jenis obligasi ini dikeluarkan oleh
perusahaan untuk tujuan pembiayaan pada proyek-
proyek tertentu

| 78 |
Managemen Investasi Syariah

Ibid, hlm. 289-290.


15

| 77 |
atau proyek yang terpisah dari kegiatan perusahaan
yang bersifat jangka panjang. Perusahaan yang
mengeluarkan obligasi muqaradah/mudharabah bertindak
sebagai pengelola (mudharib) sedangkan investor
adalah shohibul mal.
5. Produk Investasi Pasar Modal Syari’ah
Investasi financial dalam ketentuan syariah Islam harus
berkaitan langsung dengan sektor riil atau dalam istilah
investasi disebut mempunyai underlying transaction.
Investasi ini dapat dilakukan dalam bentuk penerbitan surat
berharga yaitu saham dan obligasi. Pada umumnya investasi
dalam bentuk surat berharga saham dapat dilakukan dengan
menggunakan akad transaksi musyarakah dan mudharabah,
sedangkan untuk obligasi syariah biasanya berdasarkan pada
prinsip bagi hasil atas manfaat yang diterima.16
Adapun produk-produk investasi di pasar modal syariah
antara lain adalah:
a. Saham
Saham biasa perusahaan yang tidak melakukan transaksi
yang haram Dalam teori percampuran, Islam mengenal
akad syirkah atau musyarakah yaitu suatu kerjasama antara
dua atau lebih pihak untuk melakukan usaha dimana masing-
masing pihak menyetorkan sejumlah dana, barang atau jasa
b. Obligasi (Sukuk)
Obligasi Syariah atau sukuk adalah suatu surat berharga
jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan
Emiten kepada pemegang obligasi syariah yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta
membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo
(Fatwa No.32/DSN-MUI/ IX/2002 tanggal 14 September
2002).
Sofyan Syafri Harahap, Op. Cit. hlm. 279-280.
16
Managemen Investasi Syariah

c. Reksadana Syariah
Reksa Dana Syariah adalah Reksa Dana yang
beroperasi menurut ketentuan dan prinsip Syariah Islam, baik
dalam bentuk akad antara pemodal sebagai milik harta
(shahib al-mal/rabb al-maal) dengan manajer Investasi sebagai
wakil shahib al-mal, maupun antara Manajer Investasi
sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi (Fatwa
DSN Nomor: 20/DSN-MUI/ IX/2000 tanggal 18 April 2000
tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana
Syariah).

6. Instrumen Pasar Modal Yang Diharamkan


Beberapa instrumen pasar modal yang diharamkan
atau bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah adalah
:
a. Preffered stock
Saham jenis ini diharamkan oleh ketentuan syariah karena
terdapat dua karakteristik utama, yaitu:
- Adanya keuntungan tetap (pre-determinant
revenue). Hal ini menurut kalangan ulama
dikategorikan sebagai riba.
- Pemilik saham preferen mendapatkan hak istimewa
terutama pada saat likuidasi. Hal ini mengandung
unsur ketidakadilan.
b. Forward Contract, diharamkan karena segala bentuk jual
beli utang (dayn bi dayn) tidak sesuai dengan syariah.
Bentuk kontrak forward ini dilarang dalam Islam karena
dianggap jual beli utang/piutang terdapat unsur ribawi,
sedangkan terjadinya transaksi jual beli dilakukan
sebelum tanggal jatuh tempo.
c. Option, merupakan hak, yaitu untuk membeli dan
menjual barang yang tidak disertai dengan underlying
asset atau real asset. Transaksi option ini bersifat tidak
ada (non exist) dan dinilai oleh kalangan ulama bahwa
kontrak option ini termasuk future, yaitu mengandung
| 79 |
Naili Rahmawati, M.Ag

unsur gharar (penipuan/ spekulasi) dan maysir ( judi).

| 80 |
7. Pebedaan Pasar Modal Syari’ah dengan Konvensional
Adapun perbedaan antara pasar modal syariah dengan
pasar modal konvensional dapat dilihat pada instrumen dan
mekanisme transaksinya, sedangkan perbedaan nilai indeks
saham syariah dengan nilai indeks saham konvensional
terletak pada kriteria saham emiten yang harus memenuhi
prinsip-prinsip dasar syariah.17
a. Indeks saham konvensional dan Indeks saham Islam
Perbedaan mendasar antara indeks konvensional dengan
indeks Islam adalah indeks konvensional memasukkan seluruh
saham yang tercatat di bursa dengan mengabaikan aspek
halal haram sedangkan indeks islam perhitungannya
berdasarkan kepada saham-saham yang digolongkan
memenuhi kriteria- kriteria syariah
Indeks Islam dikeluarkan oleh institusi pasar modal
syariah, maka indeks tersebut didasarkan pada seluruh
saham yang terdaftar di dalam pasar modal syariah yang
sebelumnya sudah diseleksi oleh pengelola.
b. Instrumen
Instrument pasar modal konvensional antara lain saham,
opsi, right, warrant dan reksadana. Sedangkan pasar modal
syariah adalah saham, obligasi dan reksadana syariah.
c. Mekanisme transaksi
Pasar modal syariah harus membuang jauh-jauh
setiap transaksi yang berlandaskan spekulasi. Inilah bedanya
dengan pasar modal konvensional yang meletakkan spekulasi
saham sebagai cara untuk mendapatkan keuntungan.
Meskipun dalam kasus-kasus tertentu seperti insider trading
dan manipulasi pasar dengan membuat laporan keuangan
palsu dilarang dalam pasar modal.
17
Beda antara Pasar Modal Konvensional dan Pasar Modal Syariah,
http://zanikhan. multip ly.com/jou r NAL / ITEM /134 86. diunduh tanggal
15 Oktober 2015.
C. Rangkuman
1. Pengertian umum pasar uang menurut Nadler and
Shipman, pasar uang adalah “A money market is a
mechanical device through which short term funds are
loaned and borrowed through which a large part of the
financial transactions of a particular country or world
are degraded. A money market is distinct from but
supplementary to the commercial banking sistem”,
2. Pasar uang syariah (PUAS) adalah pasar di mana
diperdagangkan surat berharga yang diterbitkan
sehubungan dengan penempatan atau peminjaman uang
dalam jangka pendek (satu tahun atau kurang dari satu
tahun) guna memobilisasi sumber dana jangka pendek
dan memanaj likuiditas secara efisien, dapat memberikan
keuntungan dan sesuai dengan syariah.
3. Ciri pasar uang adalah :
a. Jangka waktu uang yang diperdagangkan pendek
b. Tidak terkait pada tempat dan waktu
c. Pada umumnya supply dan demand bertemu
secara langsung dan tidak perlu ada guarantor
atau underwriter.
4. Pasar uang antar bank berdasarkan prinsip syariah
(PUAS) diatur dalam Pasal 1 butir 4 Peraturan Bank
Indonesia (selanjutnya ditulis PBI) Nomor
7/26/PBI/2005 tentang perubahan atas PBI No.
2/8/PBI/2000 tentang PUAS adalah “kegiatan investasi
jangka pendek dalam rupiah antar peserta pasar
berdasarkan prinsip mudharabah”.
5. Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Nomor 37/DSN-MUI/X/2002,
menyebutkan bahwa PUAS adalah “kegiatan transaksi
keuangan jangka pendek antar peserta pasar berdasarkan
prinsip-prinsip syariah”.
6. Landasan hukum pasar uang syari’ah yaitu :
a. Al-Qur’an dalam surat al-Baqarah ayat 275 :
‫َو َح َّر َم ال ِّرَبا‬
‫َوأَ َح َّل ا‬

‫ّللُ الَْبْي َع‬


“Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan
riba”.
b. Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 37/DSN-MUI/
X/2002, tentang pasar uang antar bank berdasar
prinsip syariah.
7. Urgensi pasar uang syariah di Indonesia disebabkan
karena selama ini surat-surat berharga konvensional
(selain saham) menggunakan sistem yang berbasis
bunga (riba).
8. Fungsi pasar uang syariah dapat dijadikan instrumen
investasi bagi bank yang kelebihan dana untuk
memberikan pinjaman jangka pendek terhadap bank
syariah yang mengalami kekurangan dana, sehingga
dana yang terhimpun pada bank tidak menumpuk begitu
saja, tetapi dapat diinvestasikan secara maksimal guna
mendorong pertumbuhan sektor ekonomi riil.
9. Perbedaan Pasar Uang Konvensional (PUAK) dengan
Pasar Uang Syari’ah (PUAS) :
a. PUAS mendasarkan transaksinya pada pola bagi hasil,
sedangkan PUAK berdasarkan pada suku bunga.
b. Peserta PUAS meliputi bank syariah dan Bank
Konvensional, sedangkan peserta PUAK hanya Bank
Konvensional.
c. Piranti yang digunakan dalam PUAS adalah
sertifikat IMA, sedangkan peranti yang umum
digunakan dalam PUAK adalah promes atau
promisary notes.
d. Sertifikat IMA sebagai piranti utama PUAS hanya
dapat dialihkan 1 kali, sedangkan promes dapat
dipindahtangankan berulang kali selama belum
jatuh tempo.
e. Dalam perhitungan imbalan peranti utama PUAS
tidak mengikutkan sama sekali komponen bunga. Di
lain pihak bunga merupakan komponen utama
perhitungan imbalan dalam PUAK.
f. Risiko yang timbul dari aktivitas transaksi pada
PUAS relatif jauh lebih kecil daripada risiko
transaksi PUAK.
10. Instrumen Pasar Uang Syari’ah (PUAS) adalah:
a. Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syariah
(SIMA)
b. Sertifikat Wadi’ah Bank Syari’ah (SWBI).
11. Pelaku atau Peserta Pasar Uang Syariah (PUAS) adalah:
a. Bank Penerbit Sertifikat IMA, yaitu : Kantor Pusat Bank
Syariah dan Unit Usaha Syariah
b. Bank Penanaman Dana pada Sertifikat IMA, yaitu
Kantor Pusat Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah
serta Kantor Pusat Bank Umum yang melakukan
kegiatan secara konvensional.
12. Pengertian pasar modal secara umum adalah
sebagaimana menurut Broadly pasar modal adalah “a
market for financial assets which have a long or indefinite
maturity. Unlike money market instruments the capital
market intruments become mature for the period above
one year”.
12. Pasar modal syariah adalah “setiap perdagangan surat
berharga (efek) yang telah ditawarkan kepada umum
(publik) yang akan/telah diterbitkan oleh suatu pihak
(emiten) sehubungan dengan penanaman modal atau
peminjaman uang dalam jangka menengah/panjang
dengan mentaati ketentuan transaksi sesuai dengan
syariah”.
13. Urgensi dibentuknya pasar modal syariah adalah “disebabkan
karena selama ini surat-surat berharga konvensional
(selain saham) menggunakan sistem yang berbasis bunga
(riba). Kendala yang sangat prinsip ini berpengaruh pada
industri invenstasi syariah, yaitu lebih condong pada
investasi yang bersifat jangka pendek dan ruang lingkup
investasi yang sempit misalnya hanya pada sektor
perdagangan”.
14. Peran atau fungsi pasar modal syariah adalah:
a. Memungkinkan pemilik investasi berpartisipasi secara
penuh terhadap dalam perusahaan dengan sistem bagi
hasil dan risiko.
b. Memungkinkan pemegang saham memperoleh
likuiditas dengan menjual saham yang mereka miliki
sesuai dengan sistem di pasar modal.
c. Memperbolehkan perusahaan untuk meningkatkan
modal eksternal untuk membangun dan meningkatkan
pruduksi mereka.
d. Menghindarkan operasi bisnis perusahaan dari perubahan
harga saham jangka pendek yang merupakan karakteristik
utama dari pasar modal non-Islam.
e. Memungkinkan investasi dalam ekonomi menjadi
cermin kinerja perusahaan dengan melihat harga
saham perusahaan tersebut
15. Instrumen Pasar Modal Syari’ah diatur dalam Fatwa
DSN Nomor : 40/DSN-MUI/X/2003 tanggal 4 Oktober
2003 tentang Pasar Modal Dan Pedoman Umum
Penerapan Prinsip Syariah Di Bidang Pasar Modal, telah
menentukan tentang kriteria produk-produk investasi yang
sesuai dengan ajaran Islam.
16. Prinsip-prinsip dasar pasar perdana pasar modal syariah
dalam proses perdagangan saham (efek) :
a. Semua efek harus berbasis pada harta atau transaksi riil
b. Tidak boleh menerbitkan efek utang untuk
membayar kembali utang (bay al-dayn bi al-dayn)
c. Dana atau hasil penjualan efek akan diterima oleh
perusahaan
d. Hasil investasi akan diterima pemodal (shohibul
mal) yang merupakan fungsi dari manfaat yang
diterima perusahaan dari dana atau harta hasil
penjualan efek
e. Tidak boleh memberikan jaminan hasil yang
semata- mata merupakan fungsi dari waktu.
17. Prinsip-prinsip dasar pasar sekunder selain yang
disebutkan pada prinsip-prinsip pasar perdana:
a. Tidak boleh membeli efek berbasis trend (indeks)
b. Suatu efek dapat diperjualbelikan namun hasil
(manfaat) yang diperoleh dari efek tersebut
(kupon/deviden) tidak boleh diperjual belikan
c. Tidak boleh melakukan suatu transaksi murabahah
dengan menjadikan objek transaksi sebagai
jaminan.
18. Instrumen yang digunakan pasar modal syariah dalam
perdagangan pasar perdana:
a. Muqaradah/mudharabah funds, berbentuk saham
yang memberikan kesempatan kepada investor untuk
bersama- sama dalam pembiayaan atau investasi dengan
perjanjian bagi hasil dan risiko (profit loss sharing).
b. Saham biasa (common stock), saham biasa
perusahaan yang asalkan bukan memperdagangkan
barang haram serta menerapkan prinsip keadilan,
dimana proporsi keuntungan dan kerugian dibagi
bersama diperbolehkan oleh syariah.
c. Muqaradah/mudharabah bonds (obligasi muqaradah/
mudharabah). Jenisobligasi ini dikeluarkan oleh
perusahaan untuk tujuan pembiayaan pada proyek-
proyek tertentu atau proyek yang terpisah dari
kegiatan perusahaan yang bersifat jangka panjang.
19. Instrumen pasar modal yang diharamkan atau
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah adalah:
20. Produk-produk investasi di pasar modal syariah antara lain
adalah saham, obligasi dan reksadana.
21. Pebedaan Pasar Modal Syari’ah dengan Konvensional
adalah:
a. Indeks saham, terletak pada aspek halal haram saham
yang tercatat.
b. Instrument pasar modal konvensional antara lain
saham, opsi, right, warrant dan reksadana.
Sedangkan pasar modal syariah adalah saham,
obligasi dan reksadana syariah.
c. Mekanisme transaksi, di mana pasar modal syariah
harus membuang jauh-jauh setiap transaksi yang
berlandaskan spekulasi.

D. Soal Evaluasi
1. Jelaskan definsi pasar uang dan pasar modal syariah?
2. Jelaskan urgensi dan fungsi keberadaan pasar uang
syariah?
3. Sebutkan perbedaan PUAK dan PUAS?
4. Sebutkan produk investasi Pasar Modal Syariah?
5. Sebutkan perbedaan antara Pasar Modal Syariah dengan
Pasar Modal Konvensional?
BAB VI
INVEsTAsI DI
REKsADANA sYARIAH

Ketertarikan masyarakat luas pada akhir-akhir ini untuk


berinvestasi reksa dana mulai meningkat, seiring dengan
makin maraknya program acara dan literasi di berbagai media
mengenai perencanaan keuangan. Namun, kerap kali calon
investor pemula yang tertarik tidak segera melakukan
investasi karena tidak tahu bagaimana cara memulainya,
tidak memahami syarat dan prosedur pembelian dan
penjualannya, bahkan tidak mengerti bagaimana menghitung
hasil investasinya.
Untuk memulai investasi pada reksadana ini, kita harus
dapat menentukan tujuan investasi dan pemahaman
terhadap profil risiko, sehingga mungkin timbul kerugian akibat
turunnya nilai investasi. Ada lebih dari 800 produk reksa dana
yang dijual di Indonesia. Untuk mengetahui fakta atau
informasi material mengenai suatu produk reksa dana secara
lengkap dan rinci, kita wajib membaca prospektus reksa dana
tersebut. Alternatif lain untuk mendapatkan informasi suatu
produk reksa dana adalah melalui dokumen Fund Factsheet
yang umumnya diterbitkan setiap bulan sekali oleh Manajer
Investasi (MI). Fund Factsheet berisi laporan kinerja bulanan
dan ringkasan informasi penting pada sebuah prospektus,
seperti tujuan dan strategi investasi, komposisi portofolio ,
minimal dana investasi, dan sebagainya

| 87 |
Naili Rahmawati, M.Ag

A. Pengertian, Sejarah dan Dasar Hukum serta Tujuan


Reksadana Syariah
1. Pengertian
Istilah reksadana secara bahasa (etimologi) tersusun dari
dua kata, yakni kata “reksa” yang berarti jaga atau pelihara
dan kata “dana” yang berarti (himpunan) uang. Dengan
demikian, secara bahasa reksadana berarti kumpulan uang
yang dipelihara.
Di Inggris istilah reksadana ini disebut dengan Unit Trust
yang berarti unit (saham) kepercayaan, dan di Amerika istilah
reksadana ini disebut dengan istilah Mutual Fund yang berarti
dana bersama, sedangkan di Jepang disebut dengan
Investment Fund yang berarti pengelolaan dana untuk investasi
berdasarkan kepercayaan.
Beberapa pengertian reksadana secara terminologi adalah:
a. KamusPopulerIstilahInvestasimenyebutkanbahwareksadana
adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun
dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer
Investasi.�
b. Menurut Heri Sudarsono reksadana adalah wahana
yang digunakan untuk menghimpun dana masyarakat
(pemodal) untuk kemudian diinvestasikan ke dalam
portofolio efek oleh manajer investasi. Portofolio efek
tersebut bisa berupa saham, obligasi, instrumen pasar
uang, atau kombinasi dari beberapa di antaranya.
c. Undang-undang Pasar Modal (UUPM) Nomor 8 Tahun
1995 Pasal 1 Ayat 27 menyebutkan bahwa reksadana
adalah suatu wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk
selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh
manajer investasi.
Dalam reksadana, instrumen yang dinvestasikan dalam
portofolio efek yakni dapat berupa saham, obligasi, valuta
Managemen Investasi Syariah

asing dan instrumen lain.


Reksadana merupakan jalan keluar bagi para pemodal
kecil yang ingin ikut serta dalam pasar modal dengan modal
minimal yang relatif kecil dan kemampuan menanggung
risiko yang sedikit.
Sejarah reksadana di Indonesia muncul pada tahun
1977 seiring dengan aktifnya pasar modal, yang kemudian
dilegitimasi lagi dengan lahirnya UU No.8 tahun 1995 tentang
Pasar Modal (UUPM). Setelah itu, investasi reksadana semakin
hari semakin meningkat dan tumbuh subur, terutama sejak
tahun 1996 di mana pada tahun tersebut oleh Bapepam
dicanangkan sebagai tahun reksadana di Indonesia.
Sementara itu pengertian reksadana syariah adalah tidak
jauh berbeda dari definisi reksadana. Namun, lebih spesifik
dalam reksadana syariah harus tetap mengacu pada ketentuan-
ketentuan syariah. Beberapa pengertian reksadana syariah
antara lain:
a. Menurut Fatwa DSN-MUI No.20/DSN-MUI/IV/2001
Reksadana Syariah adalah reksadana yang beroperasi
menurut ketentuan dan prinsip-prinsip syariah Islam,
baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai
shahibul mal dengan manajer investasi sebagai wakil
shahibul mal, maupun antara manajer investasi sebagai
wakil shahibul mal dengan pengguna investasi.�
b. Menurut Andri Soemitra Reksadana Syariah adalah reksadana
yang pengelolaan dan kebijakan investasinya mengacu
kepada syariah Islam. Reksadana syariah tidak akan
menginvestasikan dananya pada obligasi dari perusahaan
yang pengelolaannya atau produknya bertentangan dengan
syariah Islam misalnya pabrik minuman beralkohol,
industri pertenakan babi, jasa keuangan yang melibatkan
riba dalam operasionalnya dan bisnis yang mengandung
maksiat.�
c. Menurut Burhanudin Susanto, Reksadana Syariah merupakan
salah satu lembaga keuangan yang dapat dijadikan
alternatif berinvestasi bagi masyarakat yang
| 89 |
menginginkan return dari sumber yang bersih dan dapat
dipertanggungjawabkan

| 90 |
secara syariah. Tujuan utama reksadana syariah bukan
semata-mata hanya mencari keuntungan, tetapi juga
memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungan,
komitmen pada nilai-nilai religiusitas, meskipun
tanpa harus mengabaikan kepentingan para investor.

2. Sejarah dan Landasan Hukum


Sejalan dengan perkembangan reksadana di Indonesia,
sebagian masyarakat muslim Indonesia memandang bahwa di
dalam mekanisme reksadana masih ditemukan unsur-unsur
yang bertentangan dengan syariat Islam, terutama unsure
riba dan gharar. Untuk mengantisipasi unsur-unsur tersebut
dengan tetap umat Islam bias menginventasikan dana melalui
reksadana yang mengacu pada prinsip-prinsip syariah, yang
kemudian menjelma menjadi reksadana syariah.
ReksadanaSyariahdikenalpertamakalidiIndonesiapadatahun
1997 ditandai dengan penerbitan Reksa Dana Syariah Danareksa
Saham pada bulan Juli 1997. Reksadana syariah merupakan
salah satu instrumen keuangan syariah yang dapat dijadikan
alternatif berinvestasi bagi masyarakat yang menginginkan
memperoleh return investasi dari sumber yang bersih dan
dapat dipertanggung jawabkan secara syariah.�
Adapun landasan hukum reksadana Syariah adalah :
a. Al-Qur’an dalam surat al-Baqarah ayat 275 :

‫َو َح َّر َم ال ِّرَبا‬


‫َو َأ َح َّل ا‬

‫ّللُ الْبَْي َع‬


“Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan
riba”.
b. Hadits Rasulullah Saw., yang diriwayatkan dari Muslim,
at- Tirmidzi, an-Nasa’i, Abu Daud, dan Ibnu Majah dari
Abu Hurairah yang menyatakan bahwa “Allah telah
menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba”.
c. Kaidah Fiqhiyyah yang menyatakan :
- “Pada dasarnya segala sesuatu dalam muamalah
boleh dilakukan sampai ada dalil yang
mengharamkannya”
- “Segala mudharat (bahaya) harus dihindarkan sedapat
mungkin”
- “ Segala madharat (bahaya) harus dihilangkan”.
d. Dasar hukum di Indonesia :
- Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995
pasal 18, ayat (1), bentuk hukum Reksadana di
Indonesia ada dua, yakni Reksadana berbentuk
Perseroan Terbatas (PT. Reksadana) dan Reksadana
berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK).
- Surat dari PT. Danareksa Investmen Management,
nomor S-09/01/DPS-DIM.
- Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 20/DSN-
MUI/ IV/2001 yang merupakan pedoman pelaksanaan
investasi reksadana syariah.
3. Tujuan Reksadana Syariah
Pada dasarnya, reksadana syariah sama dengan
reksadana konvensional, yang bertujuan mengumpulkan
dana dari masyarakat, yang selanjutnya dikelola oleh manajer
investasi untuk kemudian diinvestasikan pada instrumen-
instrumen di pasar modal dan pasar uang. Instrumenn itu
seperti halnya saham, obligasi, deposito, sertifikat deposito,
valuta asing dan surat utang jangka pendek (commercial
paper). Reksadana Syariah ini termasuk dalam kategori
reksadana terbuka (kontrak investasi kolektif ).
Dengan demikian tujuan diadakannya reksadan syariah
ini adalah karena masih banyak terdapat unsur-unsur yang
bertentangan dengan syariah Islam, baik dari segi akad,
pelaksanaan investasi, maupun dari segi pembagian
keuntungan. Oleh karena itu, perlu adanya reksadana untuk
dijadikan pedoman oleh Lembaga Keuangan Syariah.�
B. Karakteristik Pembeda Reksadana Syariah
Karakteristik Reksadana Syariah akan terlihat dari prinsip-
prinsip syariah yang melekat padanya. Adapun prinsip-prinsip
tersebut adalah: �
1. Investasi hanya pada efek-efek dari perusahaan yang kegiatan
usaha dan hasil usaha utamanya sesuai dengan ketentuan
Syariah Islam, seperti:
a. Tidak memproduksi atau menjual makanan dan
minuman yang haram dan syubhat.
b. Tidak memproduksi makanan dan minuman yang
memabukkan.
c. Tidak menyelenggarakan perjudian.
d. Tidak memberikan jasa keuangan yang mempraktikkan
riba.
2. Penempatan jangka pada giro konvensional yang tidak
dapat dihindarkan akan dibersihkan melalui proses
cleansing. Penggunaan dana cleansing antara lain
santunan anak yatim dan fakir miskin, pembanguna
sarana umum, dan untuk membantu musibah
kemanusiaan.
3. Perbedaan uang menonjol antara reksadana Syariah
dengan reksadana konvensional adalah dalam reksadana
Syariah terdapat proses cleansing atau filterisasi atas
instrumennt investasi berdasarkan pedoman Syariah dan
proses “cleansing” untuk membersihkan pendapatan yang
dianggap diperoleh dari kegiatan yang haram menurut
pedoman Syariah.
4. Uang tidak boleh menghasilkan uang. Uang hanya
boleh berkembang bila diinvestasikan dalam tangible
economic activity.
5. Instrumen finansial islami, seperti saham, dalam suatu
venture atau perusahaan, dapat diperjual belikan karena ia
mewakili bagian kepemilikan atas asset dari suatu
bisnis.
Dengan demikian, yang menjadi pembeda reksadana
syariah dan reksadana konvensional dapat diidentifikasikan
sebagai berikut:�
1. Kelembagaan
Dalam reksadana syariah, keputusan tertinggi dalam
hal keabsahan produk adalah Dewan Pengawas Syariah
yang beranggotakan beberapa alim ulama dan ahli ekonomi
syariah yang direkomendasikan oleh Dewan Pengawas
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Dengan begitu
proses di dalam akan terus diikuti perkembangannya agar
tidak keluar dari jalur syariah yang menjadi prinsip
investasinya.
2. Hubungan Investor dengan Perusahaan
Akad antara investor dengan lembaga hendaknya
dilakukan dengan sistem mudharabah. Secara teknis,
mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama menyediakan seluruh (100%) modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.
Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan
apabila rugi, ditanggung oleh pemilik modal selama
kerugian tersebut bukan akibat kelalaian di pengelola.
Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau
kelalain si pengelola, maka pengelola harus bertanggung
jawab atas kerugian tersebut.
3. Kegiatan Investasi Reksadana
Dalam melakukan kegiatan investasi reksadana syariah dapat
melakukan apa saja sepanjang tidak bertentangan dengan
syariah. Di antara investasi tidak halal yang tidak boleh
dilakukan adalah investasi dalam bidang perjudian, pelacuran,
pornografi, makanan dan minuman yang diharamkan, lembaga
keuangan ribawi dan lain-lain yang ditentukan oleh Dewan
Pengawas Syariah.
Dalam kaitannya dengan saham-saham yang diperjual belikan
dibursa saham, BEJ sudah mengeluarkan daftar perusahaan yang
tercantum dalam bursa yang sesuai dengan syariah Islam atau
saham-saham yang tercatat di Jakarta Islamic Index ( JII). Di
mana saham-saham yang tercantum didalam indeks ini sudah
ditentukan oleh Dewan Syariah. Dalam melakukan transaksi
Reksadana Syariah tidak diperbolehkan melakukan tindakan
spekulasi, yang di dalamnya mengandung gharar seperti
penawaran palsu dan tindakan spekulasi lainnya.
Kesimpulannya, perbedaan reksadana syariah dan reksadana
konvensional adalah adanya dua proses dalam melakukan
penempatan investasinya, yaitu:
1. Screening, pemilihan saham-saham yang sesuai dengan
syariat islam (telah mendapat izin dari DSN).
2. Cleansing, dalam berinvestasi manajer investasi
selalu berpedoman pada fatwa yang dikeluarkan
oleh DSN.

C. Bentuk Hukum Reksadana Syariah


Untuk mewujudkan investasi melalui perusahaan
reksadana syariah, terdapat beberapa pelaku yang saling
berhubungan. Pelaku-pelaku dalam reksadana syariah
antara lain:�
1. Adanya Dewan Syariah yang tugasnya memberikan
pengarahan kepada manajer investasi agar senantiasa sesuai
dengan prinsip syariah. Kedudukan dewan syariah sebagai
Shariah Officer Compliance (SOC) yaitu petugas di
suatu perusahaan/lembaga yang telah mendapat
sertifikasi dari DSN-MUI dalam pemahaman mengenai
prinsip-prinsip syariah di pasar modal.
2. Investor adalah pihak yang menggunakan perusahaan
reksadana sebagai instrumen dalam melakukan investasi.
3. Perusahaan reksadana syariah yang anggota utamanya terdiri
dari :
a. Manajer investasi yang bertanggung jawab sebagai
pengelola investasi.
b. Bank kustodian adalah bagian dari kegiatan usaha
suatu bank yang bertindak sebagai penyimpan
kekayaan (save keeper) serta administator
reksadana.
c. Perusahaan lain yang dijadikan lembaga syariah
reksadana sebagai instrumen investasi. Reksadana
syariah memiliki banyak pilihan untuk
menginvestasikan modal yang diperoleh baik melalui
industri sektor riil maupun lembaga keuangan lain.
Namun pada prinsipnya mitra investasi tersebut
dalam menjalankan kegiatan usahanya tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
Adapun bentuk hukum reksadana syariah tidak akan
terlepas dari bentuk yang ditetapkan pada Pasal 18 Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, yaitu
dapat didirikan dalam dua (2) bentuk:�
4. Badan Hukum Perseroan/PT (Investemet companies)
Reksadana perseroan (PT) merupakan badan hukum
tersendiri yang didirikan untuk melakukan kegiatan reksadana.
Sebagaimana halnya suatu badan hukum PT, maka reksadana
yang berbentuk perseroan memiliki suatu anggaran dasar,
pemegang saham, pengurus atau direksi, kekayaan sendiri
dan kewajiban.
Adapun ciri-cirinya adalah:�
a. Bentuk hukumnya adalah perseroan terbatas (PT).
b. Pengelolaan kekayaan reksadana didasarkan pada
kontrak antara Direksi Perusahaan dengan Menajer
Investasi yang di tunjuk.
c. Penyimpanan kekayaan reksadana didasarkan pada
kontrak antara manajer investasi dengan bank custodian.
Berikut gambar bagan mekanisme aktivitas reksadana
berbentuk perseroan:
1. Kontrak Investasi Kolektif/KIK (Unit Investement Trust)
Reksadana KIK pada prinsipnya bukanlah badan
hukum. Reksadana melakukan kegiatannya berdasakan
kontrak yang di buat oleh manajer investasi dan bank
kustodian. Investor secara kolektif mempercayakan dananya
kepada manajer investasi untuk di kelola. Dana yang
terhimpun tersebut di simpan dan di administrasikan pada
bank kustodian. Selanjutnya secara bersama- sama dikelola
oleh manejer investasi dalam bentuk portofolio adalah miliki
investor secara bersama-sama dan proporsional.
Adapun ciri-cirinya adalah:�
a. Bentuk hukumnya adalah Kontrak Investasi Kolektif
(KIK).
b. Pengelolaan reksadana dilakukan oleh manajer
investasi berdasarkan kontrak.
c. Penyimpanan kekayaan invesatasi kolektif
dilaksanakan oleh bank kustodian berdasarkan
kontrak.
Adapun gambar bagan Mekanisme Aktivitas Reksadana
Syariah Berbentuk KIK adalah:
Penempatan Modal Awal

Reksadana Bank
Pemodal

KIK

Bank
Manajer
DPS

D. Jenis Produk, Mekanisme dan Kelebihan Investasi


Reksadana Syariah
1. Jenis Produk
Jenis produk reksadana syariah berdasarkan konsentrasi
portofolionya adalah:1
a. Reksadana pasar uang adalah reksadana yang hanya
melakukan investasi pada efek bersifat hutang dengan
jatuh tempo kurang dari satu tahun.
b. Reksadana penetapan tetap adalah reksadana yang
melakukan infestasi sekurang-kurangnya 80% dari
aktivanya dalam bentuk efek bersifat hutang
c. Reksadana saham adalah reksadana yang melakukan
infestasi sekurang-kurangnya 80% dari dalam efek bersifat
ekuitas.
d. Reksadana campuran adalah reksadan yang
melakukan infestasi dalam efek bersifat ekuitas dan
bersifat hutang yang
1
Parluhut Sitomorang, dkk., Jurus-jurus Berinvestasi Saham,
( Jakarta: Trans Media Pustaka, 2010), hlm. 15-17.
ysng perbandinganya tidak termaksud dalam kategori yang
disebut pada butir b dan c di atas.
2. Mekanisme
Mekasnime melakukan investasi melalui reksadana syariah
adalah terkait dengan bagaimana teknis atau mekanisme
pembelian dan penjualannya.
a. Prosedur Pembelian
Sebelum membeli reksadana, pastikan untuk membaca
Prospektus, yaitu buku yang berisi informasi mengenai segala
hal tentang produk reksadana yang akan dibeli. Latar belakang
reksadana, manajer investasi, potensi keuntungan, risiko investasi,
dan gambaran portfolio investasi reksadana tersebut ada
dalam Prospektus.
Pembelian dapat dilakukan langsung ke perusahaan
manajer investasi atau melalui agen penjual (bank) dengan
mengisi form pembukaan rekening reksadana (untuk
pembelian pertama saja), form pembelian unit penyertaan,
dan fotokopi identitas. Setorkan dananya ke rekening
reksadana (pastikan bahwa rekeningnya adalah rekening
reksadana di bank kustodian yang ditunjuk). Proses transaksi
memakan waktu 4-7 hari bursa dan akan dikonfirmasi dalam
bentuk tertulis yang berisi informasi nominal rupiah yang
diinvestasikan, harga unit penyertaan pada saat pembelian,
dan berapa unit penyertaan yang dibeli. Secara periodik,
investor juga akan menerima laporan perkembangan rekening
reksadananya.
Pembelian berikutnya dapat dilakukan kapan saja dengan
menyetor dana dan mengisi form pembelian. Beberapa
bank dan manejer investasi sudah melakukan kerjasama
yang memungkinkan transaksi dapat dilakukan secara
elektronik (atm atau internet banking).
b. Prosedur Penjualan
Untuk menjualnya, cukup dengan mengisi formulir
penjualan dan menyampaikannya pada perusahaan manajer
investasi (atau
melalui agen penjualnya). Penjualan bisa dilakukan kapan
saja, dan membutuhkan proses 4-7 hari bursa untuk
mencairkan dananya. Dana penjualan akan ditransfer
langsung ke rekening bank yang sudah ditentukan.
Sedangkan mekanisme operasional dalam reksadana syariah
yaitu:
a. Antara pemodal dengan Manajer Investasi dilakukan
dengan sistem wakalah.
b. Antara Manajer Investasi dan pengguna investasi dilakukan
dengan sistem mudharabah.
Dengan sistem mudharabah ini memiliki karakteristik, yaitu:
1). Pembagian keuntungan antara pemodal (sahib al-
mal) yang diwakili oleh Manajer Investasi dan
pengguna investasi berdasarkan pada proporsi yang
telah disepakati kedua belah pihak melalui Manajer
Investasi sebagai wakil dan tidak ada jaminan atas
hasil investasi tertentu kepada pemodal.
2). Pemodal hanya menanggung resiko sebesar dana
yang telah diberikan.
c). Manajer Investasi sebagai wakil tidak menanggung
resiko kerugian atas investasi yang dilakukannya
sepanjang bukan karena kelalaiannya (gross
negligence/tafrith)
3. Kelebihan Reksadana Syariah
Kelebihan berinvesatsi pada reksadana syariah antara lain:
1. Investasi sesuai kesanggupan (terjangkau)
2. Bukan objek pajak (beban pajak)
3. Transparansi informasiPerkembangan dapat dipantau
secara harian melalui media (termasuk beberapa
koran)
4. Hasil relatif lebih tinggi (dibanding deposito)
5. Mudah dijangkau (ada yang bisa dengan ATM dan
phoneplus)
6. Pengelolaan secara profesional dilakukan oleh manajer
investasi reksadana syariah
7. Lebih aman dan stabil, seperti Pada obligasi/sukuk
mempunyai underlying asset yang jelas sehingga resiko
default kecil sekali atau bahkan sama sekali tidak ada
8. Yang terpenting juga diawasi oleh Dewan Pengawas
Syariah (DPS) dan akan diaudit secara rutin.

E. Kendala dan Strategi Pengembangan Reksadana Syariah


di Indonesia
Munculnya reksadana syariah di Indonesia tentunya dalam
perkembangannya banyak menemui kendala dan dibutuhkan
adanya strategi pengembangan yang tepat agar dapat eksis di
tengah koondisi persaingannya dengan reksadana
konvensional lokal maupun dengan reksadana secara
global
Berikut kendala-kendala dan strategi pengembangan yang
dibutuhkan, yaitu:2

1. Kendala Pengembangan
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pengembangan
reksadana syariah di Indonesia:
a. Minimnya pengetahuan masyarakat atau belum dikenalnya
produk investasi berbasis syariah dalam bentuk reksadana.
Kondisi ini menggambarkan reksadana syariah hanya
dikenal pada kalangan tertentu yang mengetahui
keberadaan
reksadana syariah. Mereka adalah pelaku bisnis, praktisi
dan akademis di bidang ekonomi. Kondisi ini kurang
memberikan dukungan bagi tumbuh-kembangnya
reksadana syariah di Indonesia.
b. Dualisme sistem dalam pasar modal yang menawarkan
reksadana konvensional, juga reksadana syariah, kurang
Heri Sudarsono, Op. Cit, hlm. 211.
2
memberikan dukungan bagi tumbuh kembangnya
reksadana syariah.
Kondisi ini membutuhkan perlunya dukungan dari pihak
pengusaha, akademis, dan pihak-pihak yang memiliki
peran penting agar perkembangan reksadana syariah
dapat lebih cepat terealisasi.
c. Terbatasnya instrumen pembiayaan di pasar modal
sehingga sulit bagi investor dalam menginvestasikan
dananya.
2. Strategi Pengembangan
Beberapa strategi yang akan dikembangkan dari lembanga
keuangan non perbankan terkait reksadana dalam menjawab
kedala pengembangan reksadana syariah, antara lain
yaitu:
a. Memperbanyak jenis reksadana syariah guna memberikan
alternatif investasi bagi masyarkat untuk menyimpan
dananya di reksadana syariah.
b. Sinergi antara lembaga-lembaga yang terkait baik
bapepam, praktisi, akademis, ulama, dan pengusaha dalam
mambangun system ekonomi syariah terutama di pasar
modal.
c. Perlunya usaha sosialisi idealisme tentang reksadana syariah,
sehingga masyarakat mengetahui pentingnya dan
eksistensi reksadana syariah.

F. Rangkuman
1. Istilah reksadana secara bahasa (etimologi) tersusun dari
dua kata, yakni kata “reksa” yang berarti jaga atau
pelihara dan kata “dana” yang berarti (himpunan)
uang.
Sedangkan terminologinya adalah “suatu wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarkaat
pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam
portofolio efek oleh manajer investasi”.
2. Dalam reksadana instrumenn yang dinvestasikan dalam
portofolio efek yakni dapat berupa saham, obligasi,
valuta asing dan instrumenn lain.
3. Dasar hukum reksadana di Indonesia antara lain
Undang- undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995
dan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 20/DSN-
MUI/IV/2001 yang merupakan pedoman pelaksanaan
investasi reksadana syariah.
4. Tujuan diadakannya reksadan syariah ini adalah karena masih
banyak terdapat unsur-unsur yang bertentangan
dengan syariah Islam, baik dari segi akad, pelaksanaan
investasi, maupun dari segi pembagian keuntungan.
5. Karakteristik Reksadana Syariah antara lain :
a. Investasi hanya pada efek-efek dari perusahaan
yang kegiatan usaha dan hasil usaha utamanya sesuai
dengan ketentuan Syariah Islam.
b. Penempatan jangka pada giro konvensional yang tidak
dapat dihindarkan akan dibersihkan melalui proses
cleansing, yaitu dengan santunan anak yatim dan
fakir miskin, pembanguna sarana umum, dan untuk
membantu musibah kemanusiaan.
c. Uang tidak boleh menghasilkan uang. Uang hanya
boleh berkembang bila diinvestasikan dalam tangible
economic activity.
d. Instrumenn finansial islami, seperti saham, dalam
suatu venture atau perusahaan, dapat diperjual belikan
karena ia mewakili bagian kepemilikan atas asset
dari suatu bisnis.
6. Pembeda Reksadana Syariah dan Reksadana
Konvensional dapat dilihat dari :
a. Kelembagaan, di mana keputusan tertinggi dalam
hal keabsahan produk adalah Dewan Pengawas
Syariah.
b. Hubungan Investor dengan Perusahaan, di mana akad
antara investor dengan lembaga hendaknya dilakukan
dengan sistem mudharabah.
c. Kegiatan Investasi Reksadana, yaitu kegiatan investasi
reksadana syariah dapat melakukan apa saja
sepanjang tidak bertentangan dengan syariah.
7. Bentuk hukum reksadana syariah tidak akan terlepas
dari bentuk yang ditetapkan pada Pasal 18 Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal,
yaitu :
a. Badan Hukum Perseroan/PT (Investemet companies)
b. Kontrak Investasi Kolektif/KIK (Unit Investement Trust)
8. Jenis produk reksadana syariah berdasarkan portofolionya
adalah:
a. Reksadana pasar uang.
b. Reksadana penetapan tetap.
c. Reksadana saham.
d. Reksadana campuran.
9. Mekasnime operasional dalam reksadana syariah, yaitu:
a. Antara pemodal dengan Manajer Investasi dilakukan
dengan sistem wakalah.
b. Antara Manajer Investasi dan pengguna investasi
dilakukan dengan sistem mudharabah.
10. Kelebihan berinvesatsi pada reksadana syariah antara lain:
a. Investasi sesuai kesanggupan (terjangkau)
b. Bukan objek pajak (beban pajak)
c. Transparansi informasiPerkembangan dapat dipantau
secara harian melalui media (termasuk beberapa
koran)
d. Hasil relatif lebih tinggi (dibanding deposito)
e. Mudah dijangkau (ada yang bisa dengan ATM
dan phoneplus)
f. Pengelolaan secara profesional dilakukan oleh
manajer investasi reksadana syariah
g. Lebih aman dan stabil, seperti Pada obligasi/sukuk
mempunyai underlying asset yang jelas sehingga
resiko default kecil sekali atau bahkan sama sekali
tidak ada
h. Yang terpenting juga diawasi oleh Dewan Pengawas
Syariah (DPS) dan akan diaudit secara rutin.
11. Kendala pengembangan reksadana syariah di Indonesia:
a. Minimnya pengetahuan masyarakat atau belum
dikenalnya produk investasi berbasis syariah dalam
bentuk reksadana
b. Dualisme sistem dalam pasar modal yang
menawarkan reksadana konvensional, juga reksadana
syariah, kurang memberikan dukungan bagi tumbuh
kembangnya reksadana syariah.
c. Terbatasnya instrumen pembiayaan di pasar modal
sehingga sulit bagi investor dalam
menginvestasikan dananya.
12. Strategi pengembangan reksadana syariah, antara lain:
a. Memperbanyak jenis reksadana syariah sebagai alternatif
investasi bagi masyarkat untuk menyimpan dananya di
reksadana syariah.
b. Sinergi antara lembaga-lembaga yang terkait baik
bapepam, praktisi, akademis, ulama, dan
pengusaha dalam mambangun system ekonomi
syariah terutama di pasar modal.
c. Perlunya usaha sosialisi idealisme tentang reksadana
syariah, sehingga masyarakat mengetahui pentingnya
dan eksistensi reksadana syariah.

G. Soal Evaluasi
1. Jelaskan definsi reksadana syariah dan dasar hukum
pembentukannya?
2. Jelaskan karakteristik reksadana syariah dan
bagaimanakah bedanya dengan reksadana
konvensional?
3. Sebutkan bentuk hukum reksadana syariah?
4. Bagaimanakah mekanisme operasional dalam reksadana
syariah?
5. Sebutkan kendala-kendala pengembangan reksadana syariah
di Indonesia dan bagaimanakah strategi pengembangannya?
BAB VII
INVEsTAsI sEKTOR KEUANGAN
PADA BANK sYARIAH
Perbedaan antara investasi konvensional dengan investasi
dengan sistem perbankan syariah adalah keuntungan yang
diperoleh nasabah. Jika investasi konvensional mengenal
keuntungan berupa bunga bank, lain halnya dengan
investasi syariah yang menggunakan persentase bagi hasil
atau nisbah. Sistem bagi hasil pada investasi syariah ini
memberikan efek keadilan bagi para investor dan nasabah
bank. Di awali dengan rasa kepercayaan dan dilengkapi
dengan sistem perbankan ekonomi Islam yang memberikan
rasa keadilan bagi para nasabah, investasi syariah ini berlaku
universal bagi siapapun.
Namun demikian, meskipun telah lebih dari satu dekade
investasi syariah berkembang di Indonesia, nyatanya masih
banyak orang yang masih ragu menanamkan pundi-pundi
investasinya di jalur ini. Konsep syariah yang tidak mengenal
riba (bunga) yang mengadopsi sistem bagi hasil antara
nasabah dan bank, masih dipandang tidak mampu
memberikan tingkat penghasilan yang pasti.

A. Pengertian, Landasan Hukum dan Fungsi Bank Syariah


1. Pengertian
Menurut Karnaen A. Perwataatmaja dan Syafi’i Antonio
pengertian bank syariah ada dua macam:�

| 107
|
Naili Rahmawati, M.Ag

1. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip


syari’at Islam.
2. Bank yang tata cara beroperasinya sesuai pada ketentuan
al- Qur’an dan al-Hadits.
Pengertian yuridis menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor
10 Tahun 1998 tentang Perbankan Syariah adalah
“Bank Umum Syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha beradasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran”.
Prinsip syari’ah adalah aturan perjanjian berdasarkan
hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha,
atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan
syari’ah, baik pada operasional penyimpanan dan
pembiayaan.
Prinsip-prinsip operasionalisasi bank syariah pada produk
penyimpanan maupun pembiayaan diterapkan berdasarkan
prinsip:
a. Titipan (wadiah)
b. Bagi Hasil (mudharabah)
c. Penyertaan modal (musyarakah)
d. Jual beli dengan keuntungan (murabahah)
c. Sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan pilihan
(ijarah wa iqtina).
Dengan kata lain istilah bank syariah adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan
jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran
uang yang operasionalnya disesuaikan dengan prinsip syari’at
Islam.

2. Landasan Hukum
Landasan hukum perbankan syari’ah secara substantif dari
al-Qur’an dan al-Hadist antara lain:
a. Al-Qur’an :
- An-Nisa ayat 29:

‫َيا‬
‫أَي‬
‫ّ َها‬
‫ال‬
‫ّ ِذي َن آ َمُنوا َل َتأْ ُكلُوا أَْ=م َوالَ ُك ْم َبْيَن ُك ْم ِبالَْبا ِط ِل ِإَ=ّل أَ ْن‬
‫َت ُكو َن ِتَا َرًة َع ْن ََت=را ٍض ِمْن ُك ْم َوَ=ل َتْ=قُتلُوا أَْنُ=ف َس ُك‬
َ‫م إِ َّن ا َّلل‬
ْ
(92) ‫َكا َن ب ُك م َر ِحي ًما‬
ْ ِ
“Hai orang-orang yang beriman ,janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
batil ,kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. dan
janganlah kamu membunuh dirimu .Sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.“
- Al-Baqarah ayat:275

‫َك َما َيُ=قو ُم‬ ‫ال َل َيُ=قو ُمو َن‬


‫ال‬ ‫ِإَ=ّل‬ ‫ّ ِذي َن َيأْ ُكلُو َن ال ِّرَبا‬
ّ
َ‫ِذي َيت‬
‫َخ ب‬
‫ّ ُ ُط=ه‬
| 109 |
‫َك‬ ‫ال َّشْي َطا ُن ِم َن اْ=لَ ِّس َذِل‬
‫ِبأَن‬
‫ّ ُه ْم َقالُوا ِإَّنَا الَْبْي ُع ِمْث ُل ال ِّرَبا َوأَ َح‬
‫َّل‬
‫َم ْو ِع َظٌ=ة ِم ْن‬ ‫ا َو َح َّر َم ال ِّرَبا َف َم‬
‫َرب‬ ‫ْن َجا َءُه‬
‫ِّ=ه فَانْ َت=هى فَلَُ=ه‬ ‫ّللُ الْبَْي َع‬
‫َما َسلَ َف َوأَْم ُرهُ ِإَل ا َو َم ْن َعا َك أَ ْص َحا ُب‬
‫الن‬ ‫َد فَأُوَلِئ‬
‫ّا ِر ُه ْم‬
‫ِّلل‬
(572) ‫ِفي َها َخِال ُدو َن‬
“Orang-orang yang Makan) mengambil (riba tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kemasukan syaitan lantaran) tekanan (penyakit gila
.Keadaan mereka yang demikian itu ,adalah
disebabkan mereka berkata) berpendapat,
( Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba
,Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba .orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya ,lalu terus
berhenti) dari mengambil riba ,(Maka baginya apa
yang telah

| 110
|
diambilnya dahulu) sebelum datang larangan ;(dan
urusannya
)terserah (kepada Allah .orang yang kembali)
mengambil riba,( Maka orang itu adalah penghuni-
penghuni neraka ;mereka kekal di dalamnya.
- Al-Baqarah ayat:282

‫َيا‬
‫أَي‬
‫ّ َها‬
‫ال‬
‫ّ ِذي َن آ َمُنوا ِإ َذا َت َداَيْنُت ْم ِب َدْي ن ِإَ=ل أَ َج ل ُم َس ًّّ=مى فَا‬
ٍ ٍ
‫ْكُتُبوُه‬
‫َيأْ َب َكِات ٌب أَ ْن َي‬ ‫َولَْي ْكُت ْب َبْيَن ُك ْم ِبالْ َع ْد ِل‬
‫ْكُت َب‬ ‫َوَ=ل‬ ‫َكِات ٌب‬
‫َوْلُي ْمِ=ل ِل‬ ‫َك َعَ=ّل َمُ=ه ا َّللُ َفْلَي‬
‫ال‬ ‫ْكُت ْب‬ ‫َما‬
‫ّ ِذي َعلَ ِْي=ه ا ْلَ ُّق‬
‫َوْلَيت‬
َ‫ّ ِق ا َّلل‬

‫ال‬ ‫َ َ ها‬
‫ن كا‬ ‫َو‬
‫ّ ِذي َعلَْيِ=ه ا ْلَ ُّق َسِ=في‬ ‫ل َيْب‬
‫َخ ْس ِمْنُ=ه َشْيًئا فَإِ ْن‬ ‫َ‬
‫رب‬ ‫ُّ=ه‬

‫ُه َو فَلُْي ْمِ=ل ْل‬ ‫أَ ْو َض ِعيًفا أَ ْو َل َي ْسَت ُِي‬


‫َوِلي‬
‫ِطي ُع أَ ْن‬
‫ُّ=ه ِبالْ َع ْد ِل‬ ‫ّل‬
‫َوا ْسَت ْش ِه ُدوا َش ِ ِر َجِال ُك ْم َفإِ ْن َْل َي ُكَونا‬
‫َر ُجلَ ْ ِي‬ ‫ِهي َدْي ِن م‬
‫ْن‬
‫َض ْو َن ِم َن ال‬ ‫فَ َر ُج ٌل َوا ْم َرأََتا ِن‬
‫ِم‬
‫ّش َهَداِء َأ ْن َت ِض َّل ِْإ ح َدا ُه َما‬ ‫ّ ْن َت ْر‬
‫َفُت َذ ِّك َر ِإ ْح َدا ُه َما ا ُْ=ل ْخ َرى َ َو=ل َيأْ َب ال ُّش َه َداُ=ء ِإ‬
‫َذا َما ُد ُعوا َ َو=ل‬
‫َت سأَُ=موا أَ ْن َت َص ِغ ً يرا أَ ْو َكِب ً يرا ِإَ=ل أَ َجِ=لِ=ه َذِل ُك ْم‬
‫ْ‬
‫أَْ=ق َس ُط ِعْن َد‬ ‫ْكُتبوُه‬
‫ا َِّلل َوأَْ=ق َو ُم ِلل َّش َها َدِ=ة َوأَْ=دنَى أَّل تَ ْرَتاُبوا ِإَ=ّل أَ ْن َت ُكو‬
‫َن ِتَا َرًة‬
‫َحا ِض َرًة ُت ِدي ُرونَ=ها َبْيَن ُك ْم َفلَْي َس َعلَْي ُك ْم ُجَنا ٌح أَّل‬
‫َت ْكُتبو َها‬
‫َوأَ ْش ِه ُدوا ِإ َذا َتَباَي ْعُت ْم َ َو=ل ُي َضا َّر َكاتِ ٌب َوَ=ل َش ِهي‬
‫ٌد َوِإ ْن َْت=ف َعلُوا‬
َ ‫َوا‬ ‫َوات َوي عِ ّ=ل ا‬
َُ ‫َفإِن ُف ُسو ِب ُك‬
‫ش‬ َّ
‫ْيٍء‬ ‫ُّ=قوا ا للَ ُم ُك ُم‬ ‫ٌ ق ْم‬ ‫ُّ=ه‬
‫ّلُ ِب ُك ِّل‬ ُ‫ّلل‬

(282) ‫َعِ=لي ٌم‬


“Hai orang-orang yang beriman ,apabila kamu
bermu‘amalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan ,hendaklah kamu menuliskannya .dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar ,dan janganlah penulis
enggan menuliskannya sebagaimana Allah
mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis ,dan
hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan)
apa yang akan ditulis itu ,(dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya ,dan janganlah ia
mengurangi sedikitpun daripada hutangnya .jika
yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau
lemah) keadaannya (atau Dia sendiri tidak mampu
mengimlakkan ,Maka hendaklah walinya
mengimlakkan dengan jujur .dan persaksikanlah
dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki) di
antaramu .(jika tak ada dua oang lelaki, Maka)
boleh (seorang lelaki dan dua orang perempuan dari
saksi- saksi yang kamu ridhai ,supaya jika seorang
lupa Maka yang seorang mengingatkannya
.janganlah saksi-saksi itu enggan
)memberi keterangan (apabila mereka dipanggil ;dan
janganlah
kamu jemu menulis hutang itu ,baik kecil maupun
besar sampai batas waktu membayarnya .yang
demikian itu ,lebih adil di sisi Allah dan lebih
menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada
tidak) menimbulkan (keraguanmu) .Tulislah
mu‘amalahmu itu,( kecuali jika mu‘amalah itu
perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara
kamu ,Maka tidak ada dosa bagi kamu) ,jika (kamu
tidak menulisnya .dan persaksikanlah apabila kamu
berjual beli ;dan janganlah penulis dan saksi saling
sulit menyulitkan .jika kamu lakukan) yang demikian
,(Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan
pada dirimu .dan bertakwalah kepada Allah ;Allah
mengajarmu ;dan Allah Maha mengetahui segala
sesuatu.
b. Al-Hadist :
- Hadits yang diriwayatkan Ibnu Majjah dan dari Shuhaib:

‫ َث=ال ٌث ِف ِْي=ه َّن‬:‫أَ َصَ=ّلى َع َو َو َسَ=ّل َم قَا َل‬


:‫ب َكُ=ة‬ ْ ‫ال‬ ‫اللُ لَْيِ=ه آل‬
َ =َ
‫ِه‬ َِّ‫ّن الن‬

‫ّب‬
‫اَلَْبْي ُع ِإَ=ل أَ َج َواْلَُقا َ َو الُِْ=ّب ِبال َّش ِع ِْ=ري ِللَْبْي ِت‬
َ‫ل‬ ‫َر ض َخْل ُط‬ ,‫ِل‬
‫ُة‬ ‫ِلْلَبْي ِع‬
“Nabi saw .bersabda ,ada tiga hal yang
mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai
,muqaradhah) mudharabah ,(dan mencampur
gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah
tangga ,buka untuk dijual“.
- Hadits yang diriwayatkan oleh Imamat-Tirmidzi:

‫َّر َ ًل أَ َح َّل‬ ْ‫اْ=لُ سِ=ل ِم َّ ُصل‬ َْ‫ل ُّصلْ َج ب‬


ْ
‫َم ح أَ ْو‬ ‫َ ي إ ل ًح ا‬
ِ
‫ُح ٌِائ=ز َي‬
‫َح َال‬
‫ْر َّر َ ًل أَ ْو‬ َ ‫َواُْل ِسل ُم َعلَ ُش ر و ِط‬
ْ ُ ْ
ّ
‫ًطا َم ح‬
‫ِه ْ م إ‬ ‫ى‬ ‫راما ْو َن‬
ً َ
‫َش َح َال‬ ‫ل‬
‫راما‬ً َ ‫َح‬
‫ّل َح‬
‫َأ َح‬
“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum
muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan
yang halal atau yang menghalalkan yang haram
;dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat
mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang
halal atau menghalalkan yang haram“.
- Hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari) Sahih
al- Bukhari: (2 :1995 ,

‫عل َو َم ْعلُ ْو م ِإَل أ‬ ُ ْ ‫َم‬ ٍ ‫َ َشْي ٍئ‬


‫َ م‬
ٍ ‫ْو م َو ْز ٍن‬ ‫ف‬
ٍ ‫ِفَ=ف ْي ل‬ َ‫ْن أ‬
‫َج ل‬
ٍ ْ‫َكي‬ ‫ْف‬
‫ْسَل َم‬

‫ْعلُ ْو م‬
ٍ
“Barangsiapa melakukan salaf) salam ,(hendaknya
ia melakukan dengan takaran yang jelas dan
timbangan yang jelas ,untuk jangka waktu yang
diketahui.“
Sementara landasan yuridis legalisasi perbankan syariah
di Indonesia antara lain�:
a. Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang
Perbankan Beroperasinya BMI berdasarkan sebagai
bank pertama di
Indonesia yang beroperasi berdasarkan pada prinsip syariah diatur
berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Secara
substansi, UU ini merupakan peraturan perbankan nasional
yang muatannya lebih banyak mengatur bank konvesional
dibandingkan bank syariah. Tidak banyak pasal yang mengatur
tentang bank syariah dalam UU ini. Kata “bank syariah” juga
tidak disebutkan secara eksplisit. UU ini hanya menyatakan
bahwa bank boleh beroperasi berdasarkan prinsip pembagian
hasil keuntungan atau prinsip bagi hasil (profit sharing) (lihat
Pasal 1 butir 12 & Pasal 6 huruf m).
Meskipun UU No. 7 Tahun 1992 mengizinkan bank
beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil, tidak ada
petunjuk lebih lanjut bagaimana bank tersebut mesti
dijalankan. Oleh karena itu, untuk memberikan pemahaman
dan petunjuk yang jelas, maka pemerintah mengeluarkan
Peraturan Pemerintah (PP) No. 72 Tahun 1992 tentang Bank
Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Menurut Pasal 1 butir 1 PP
No. 72, yang dimaksud dengan bank berdasarkan prinsip bagi
hasil adalah Bank Umum atau Bank Prekreditan Rakyat yang
melakukan kegiatan usaha semata-mata berdasarkan prinsip
bagi hasil. Adapun yang dimaksud dengan prinsip bagi hasil
sebagaimana yang dimaksud Pasal 1 ayat (1) adalah prinsip
bagi hasil yang berdasarkan Syari’at.
b. Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan
Pada tahun 1998, UU Perbankan (UU No. 7 Tahun
1992)
diamandemen dengan UU No. 10 Tahun 1998. Berbeda dengan
UU No. 7 Tahun 1992 yang tidak mengatur secara pasti perbankan
syariah, ketentuan-ketentuan mengenai perbankan syariah
dalam UU No. 10 Tahun 1998 lebih lengkap (exhaustive)
dan sangat membantu perkembangan perbankan syariah di
Indonesia. UU No. 10 Tahun 1998 SECARa tegas menggunakan
kata bank syariah dan mengatur secara jelas bahwa bank, baik
bank umum dan BPR, dapat beroperasi dan melakukan
pembiayaan berdasarkan pada prinsip syariah. (lihat Pasal 1
butir 12, Pasal 7 huruf c, Pasal 8 ayat (1 & 2), Pasal 11 ayat (1)
& (4a), Pasal 13, Pasal 29 ayat (3) dan Pasal 37 ayat (1) huruf c).
Adapun yang dimaksud dengan prinsip syariah, menurut Pasal
1 butir 13, adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum
Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana
dan atau pembiyaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang
dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan
berdasarkan prinsip pernyertaan modal (musharakah), prinsip
jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan
prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan
adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang
disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
Ketentuan di atas menunjukkan perluasanan eksistensi
bank syariah dalam melaksanakan kegiatannya, di mana
dalam UU sebelumnya hal tersebut tidak diatur secara
jelas.
Selanjutnya, UU No. 10 Tahun 1998 ini juga membolehkan
bank konvensional untuk menjalankan aktifitasnya berdasarkan
prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank
Indonesia (Pasal 6 huruf m).
c. Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah.
Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
dan berbagai peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia,
dasar hukum perbankan syariah di Indonesia semakin kuat dan
jumlah bank syariah semakin meningkat secara signifikan.
Akan tetapi,
beberapa praktisi dan pakar perbankan syariah
berpendapat bahwa peraturan yang ada masih tidak cukup
untuk mendukung operasional perbankan syariah di Indonesia.
Sebagai contoh, bank syariah beroperasi hanya berdasarkan
pada fatwa Dewan Syariah Nasional yang kemudian diadopsi
Bank Indonesia dalam bentuk Peraturan Bank Indonesia.
Peraturan Bank Indonesia yang tersebar dalam berbagai
bentuk kadangkala overlapping satu sama lainnya. Kemudian,
bank syariah mempunyai karakterisitk yang berbeda dengan
bank konvensional, sehingga pengaturan bank syariah dan
bank konvensional dalam satu Undang-Undang yang sama
dipandang tidak mencukupi
Oleh karena itu, pada tahun 2008, Dewan Perwakilan
Rakyat dengan dukungan pemerintah, mengesahkan UU No. 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Secara umum struktur Hukum Perbankan Syariah ini sama
dengan Hukum Perbankan Nasional. Aspek baru yang diatur
dalam UU ini adalah terkait dengan tata kelola (corporate
governance), prinsip kehati-hatian (prudential principles),
menajemen resiko (risk menagement), penyelesaian
sengketa, otoritas fatwa dan komite perbankan syariah serta
pembinaan dan pengawasan perbankan syariah.
Bank Indonesia tetap mempunyai peran dalam mengawasi
dan mengatur perbankan syariah di Indonesia, namun saat
ini pengaturan dan pengawasan perbankan, termasuk
perbankan syariah di bawah Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
sesuai dengan amanah UU No. 21 Tahun 2011 tentang
Otoritas Jasa Keuangan.
d. Beberapa Peraturan Bank Indonesia terkait dengan
bank syariah adalah:
- PBI No.9/19/PBI/2007 tentang pelaksanaan prinsip
syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan
penyaluran dana serta pelayanan jasa bank syariah.
- PBI No.7/35/PBI/2005 tentang perubahan atas
peraturan bank Indonesia No. 6/24/PBI/2004 tentang
bank umum
yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah
- PBI No.6/24/PBI/2004 tentang bank umum yang
melaksnakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah.
2. Fungsi
Fungsi dan peran bank syariah selain tiga fungsi yang
juga dimiliki bank konvensional sebagaimana diatur dalam
PSAK 59 adalah:�
a. Manajer Investasi (Mudhariib)
Bank syariah berfungsi sebagai manajer dari pemilik dana
yang dihimpun atau sebagai pengelola investasi (agen
investasi) atas dana nasabah dengan menggunakan akad
mudharabah.
b. Investor (Shohibul Maal)
Bank syariah menginvestasikan dana yang dimiliki atau
dana nasabah yang dipercayakan kepadanya dengan
menggunakan alat insvestasi yang sesuai dengan prinsip
syariah dan membagi hasil yang diperoleh sesuai nisbah yang
disepakati antara bank dan pemilik dana.
Investasi tersebut antara lain : akad mudharabah, sewa-
menyewa (leasing), musyarakah, murabahah, salam
(istishna’) dan sebagainya.
c. Jasa Keuangan dan Lalu Lintas Pembayaran
Memberikan layanan kliring, transfer, inkaso, pembayaran
gaji dan sebagainya.
d. Fungsi Sosial
Bank syariah memberikan pelayanan sosial kepada
masyarakat melalui dana qard hasan (pinjaman kebajikan) atau
zakat dan dana sumbangan sesuai dengan prinsip
syariah.
Fungsi ini merupakan implementasi dari adanya keharusan
bank syariah sebagai pemegang amanah dalam menerima ZAKat,
infaq dan shadaqoh (ZIS) dan mendistribusikannnya kepada pihak-
pihak yang berhak menerimanya.

B. Produk Investasi di Bank Syari’ah


Selain terobosan pengembangan bisnis bank syariah
melalui penanaman modal di pasar modal atupun di lembaga
keuangan lainnya, bank syariah juga menyediakan fasilitas-
fasilitas investasi, berupa produk-produk investasi sebagaimana
Islamic Bank

Sources of Funds Appl. Of Funds

Current Accounts Equity Financing

Saving Accounts Term Finanncing-


Cost Plus

Investment Accounts
Depositors Trade financing

Investment
gambar berikut:

Beberapa bank syariah di Indonesia (domestik) banyak


menawarkan produk-produk investasi seperti:
1. Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Produk investasi Bank Muamalat Indonesia antara lain :1

http://www.dplkmuamalat.com/produk.php Diunduh pada tanggal 2 Oktober


1

2015.
a. Investasi Mudharabah Mutlaqah, di mana investor
akan memperoleh keuntungan bagi hasil setiap
bulan dan investasi disalurkan untuk pembiayaan
usah produktif yang halal.
b. Deposito Funlanves, deposito ini menggunakan
skim mudharabah mutlaqoh dan disediakan faslilitas
asuransi.
c. DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan)
Muamalat, yaitu investasi dana pensiunan umat yang
merupakan produk dana pensiunan program iuran
pasti dengan mengelola investasi dilakukan secara
syariah.
2. Bank Syariah Mandiri (BSM)
Produk investasi Bank Syariah Mandiri disalurkan
melalui investasi reksadana dengan jenis-jenis yang cukup
kompetitif, antara lain:2
a. Reksa Dana Mandiri Investa Syariah Berimbang
(MISB) Produk Reksa Dana Syariah yang dikeluarkan
oleh PT. Mandiri Manajemen Investasi (MMI), jenis
Reksa Dana
Campuran (balanced fund) yaitu wadah yang digunakan
untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal
(investor) untuk selanjutnya diinvestasikan oleh Manajer
Investasi dalam portofolio Efek Saham Syariah, Efek Pasar
Uang Syariah dan Obligasi Syariah.
b. Reksa Dana Mandiri Investa Atraktif Syariah (MITRA
Syariah)
Produk Reksa Dana Syariah yang dikeluarkan oleh PT
Mandiri Manajemen Investasi (MMI), jenis Reksa Dana
Saham (equity fund) yaitu wadah yang digunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor)
untuk selanjutnya diinvestasikan oleh Manajer Investasi
minimal 80% dalam portofolio Efek Saham Syariah

2
http://www.syariahmandiri.co.id/category/consumer-banking/
produkjasa-consumer/jasainvestasi-consumer/ Diunduh pada tanggal
2 Oktober 2015.
Naili Rahmawati, M.Ag

c. Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Syariah (BNPP


PS)
Produk Reksa Dana Syariah yang dikeluarkan oleh PT BNP
Paribas Investment Partners, jenis Reksa Dana Saham
(equity fund) yaitu wadah yang digunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor)
untuk selanjutnya diinvestasikan oleh Manajer Investasi
minimal 80% dalam portofolio Efek Saham Syariah.
3. Bank Permata Syariah
Produk investasi Bank Permata syari’ah disalurkan
dalam bentuk :3
a. Permata Tabungan Syari’ah dengan skim
Mudharabah Mutlaqoh, di mana nasabah sebagai
investor (shahibul maal)dan bank sebagai manajer
(mudhaarib).
b. Permata Pendidikan Syari’ah, yaitu investasi jangka
panjang dalam bidang pendidikan yang disertai
asuransi jiwa syariah secara cuma-cuma.
c. Selain itu, Bank Permata Syariah mengeluarkan
Investasi iB berupa:
- Sukuk Negara Ritel Seri SR-007, yaitu Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN) yang diterbitkan
pada tahun 2015 berdasarkan prinsip syariah.
- Reksadana iB berupa Mandiri Investa Atraktif
Syariah dan Manulife Syariah Sektoral Amanah.
Dengan demikian, jenis investasi bank syariah yang
menggunakan skim mudharabah terbagi menjadi:
1. Mudharabah mutlaqah, merupakan kerjasama antara
pemilik modal (shahibul maal) yang menyediakan
modal dengan memberikan kewenangan kepada
pengelola/manajer investasi (mudharib) untuk
menentukan jenis dan tempat

| 146 |
Managemen Investasi Syariah
3
https://www.permatabank.com/Syariah/Pendanaan/Investasi-iB/#.
VKL9AUF8UF4 Diunduh tanggal 2 Oktober 2015.

| 119 |
investasi. Skim ini biasanya diterapkan pada deposito
dan tabungan berjangka.
2. Mudharabah muqayyadah, merupakan kerjasama
antara pemilik modal (shahibul maal) yang
menyediakan modal dengan memberikan kewenangan
terbatas kepada pengelola/ manajer investasi (mudharib)
untuk menentukan jenis dan tempat investasi. Skim ini
biasanya digunakan untuk mewadahi kebutuhan nasabah
besar seperti perusahaan dan pemerintah.

C. Mekanisme Investasi pada Bank Syariah


Mekanisme transaksi investasi pada bank syariah, sebagai
contoh pembelian Reksa Dana MITRA Syariah di Bank
Syariah Mandiri adalah:
1. Investor mendatangi Kantor Cabang BSM terdaftar atau
yang memiliki WAPERD untuk melaksanakan transaksi
pembelian Reksa Dana MITRA Syariah dengan mengisi
beberapa formulir, seperti:
a. Formulir aplikasi pembukaan rekening ( jika
belum memiliki rekening di BSM)
b. Formulir aplikasi pembukaan rekening Reksa Dana
( jika baru pertama kali membuka rekening Reksa
Dana MITRA Syariah)
c. Formulir aplikasi pembelian Reksa Dana serta
Kuesioner
Profil Risiko
2. Bank memproses permohonan dan mengirimkan
laporan pembelian Reksa Dana MITRA Syariah kepada
Manajer Investasi
3. Manajer Investasi meneruskan laporan pembelian total
MITRA Syariah ke Bank Kustodian.
Managemen Investasi Syariah

D. Rangkuman
1. Pengertian bank syariah menurut Karnaen A.
Perwataatmaja
dan Syafi’i Antonio pengertian bank syariah ada dua macam:
a. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip
syari’at Islam.
b. Bank yang tata cara beroperasinya sesuai pada ketentuan
al-Qur’an dan al-Hadits.
2. Pengertian yuridis menurut Pasal 1 Undang-undang
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan adalah “Bank
Umum Syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha beradasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran”.
3. Prinsip-prinsip operasional bank syariah:
a. Titipan (wadiah)
b. Bagi Hasil (mudharabah)
c. Penyertaan modal (musyarakah)
d. Jual beli dengan keuntungan (murabahah)
e. Sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan
pilihan (ijarah wa iqtina).
4. Fungsi bank syariah selain tiga fungsi yang juga dimiliki
bank konvensional adalah:
a. Manajer Investasi (Mudhariib)
b. Investor (Shohibul Maal)
c. Jasa Keuangan
d. Fungsi Sosial
5. Produk investasi Bank Muamalat Indonesia antara lain :
Investasi Skim Mudharabah Mutlaqah, Deposito
Funlanves dan DPLK (Dana Pensiun Lembaga
Keuangan) Muamalat.
6. Bank Syariah Mandiri (BSM) disalurkan melalui reksadana
antara lain : Reksa Dana Mandiri Investa Syariah
Berimbang (MISB) dan Reksa Dana Syariah BNP Paribas
| 121
|
Naili Rahmawati, M.Ag

Pesona Syariah (BNPP PS).

| 122
|
7. Bank Permata Syariah antara lain mengeluarkan
produk investasi berupa Sukuk Negara Ritel Seri SR-007,
yaitu Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang
diterbitkan pada tahun 2015 berdasarkan prinsip syariah
dan Reksadana iB berupa Mandiri Investa Atraktif Syariah
dan Manulife Syariah Sektoral Amanah.
8. Mekanisme transaksi investasi pada bank syariah dengan
mendatangi kantor bank syariah yang bersangkutan
dan selanjutnya mengisi formulir atau aplikasi yang
dibutuhkan untuk kemudian diproses.

E. Soal Evaluasi
1. Jelaskan dua definsi bank syariah menurut Karnaen A.
Perwataatmaja dan Syafi’i Antonio?
2. Sebutkan pengertian bank syariah menurut Undang-
undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
Syariah?
3. Sebutkan beberapa jenis produk investasi pada bank
syariah?
4. Sebutkan fungsi bank syariah?
5. Sebutkan beberapa produk ivestasi bank syariah?
BAB VIII
EMAs sEBAGAI INVEsTAsI
sEKTOR RIIL
Sejak zaman dahulu, emas merupakan primadona
investasi . emas dianggap sebagai lambing kekuasaan dan
kekayaan. Sifatnya yang likuid atau mudah untuk diuangkan
kapan saja, itulah sebabnya sejak Nabi Sulaiman hingga
sekarang, emas senantiasa diburu orang.
Emas sampai saat ini masih dinilai sebagai investasi paling
menguntungkan dibanding dengan investasi lainnya,
seperti reksa dana, saham, obligasi dan deposito. Itu karena
harga emas diprediksi masih memiliki potensi untuk naik
dan lebih aman dibanding investasi lain. Banyak kelebihan
yang dimiliki oleh instrumen investasi riil ini. Kelebihannya
yang utama adalah kemampuan untuk menaklukkan inflasi.
Berapapun tingkat inflasi, harga emas akan selalu
mengikuti. Ketika laju inflasi begitu tinggi, harga emas-
pun akan naik lebih tinggi pula.

A. Emas Sebagai Salah Satu Investasi Sektor Riil


1. Pengertian Investasi Emas
Emas adalah logam mulia yang sudah menjadi pilihan
investasi manusia sejak jaman dahulu kala. Emas sebagai
investasi pilihan selain karena keindahan dan kemewahannya,
juga dikarenakan sifanya yang kebal terhadap inflasi,
kemudahan (liquid) dalam menjual atau membelinya serta
harganya yang dalam jangka panjang cenderung
mengalami kenaikan.
| 123
|
Naili Rahmawati, M.Ag

Emas menurut definisnya adalah unsur kimia dalam


table periodic yang memiliki symbol Au (aurum) dan
dengan nomor atom 79. Emas merupakan logam transisi
(trivalent dan univalent) yang lembek, mengkilap, kuning,
berat dan dapat ditempa.1
Istilah kadar terkait dengan logam mulia ini adalah
suatu bilangan yang menunjukkan jumlah emas murni yang
terkandung dalam logam tersebut (mulai dari 1 sampai 24
karat). Cara menghitung kadar emas yaitu dengan
menggunakan rumus : (kadar emas/24 karat) x 100.2
Sementara itu satuan harga emas dunia dinyatakan dalam
satuan troy once. Troy once adalah satuan berat emas yang
setara dengan 31, 1034768 gram. Jika dinyatakan dalam rupiah,
harga emas per gram dapat dihitung dengan rumus :3
Kurs rupiah per USD x harga emas per troyonce
31,1034768
Investasi emas di Indonesia saat ini sedang mengalami
perkembangan yang sangat pesat, karena selain lebih
aman juga memiliki resiko yang tidak terlalu banyak. Dalam
aktivitas investasi, emas adalah salah satu jenis alat investasi
yang menarik. Investasi emas dipandang oleh sebagian besar
investor sebagai alat investasi aman adan sudah dilakukan
sejak zaman dahulu kala. Dalam investasi emas berjangka
biasanya memiliki suatu estimasi biaya dan kontrak yang
harus disetujui oleh para investor untuk memulai
berinvestasi. Tempat atau pusat running harga yang sedang
terjadi di setiap pialang perdagangan berjangka berkiblat

1
https://id.wikipedia.org/wiki/Emas. Diunduh tanggal 12 Oktober
2015.
2
Susilo, Sosialisasi Gemar Menabung Emas, Gadai Emas Bank Mega
Syariah Indonesia, (Purwokerto, tidak dipublikasikan, 2011).
3
Taufik Hidayat, Buku Pintar Investasi; Reksadana Saham Stock
Managemen Investasi Syariah
Options Valas Emas, ( Jakarta: Mediakita, cet.kedua, 2011), hlm. 301.
pada negara London, itulah sebabnya mengapa istilah
yang digunakan dalam emas berjangka adalah Loco
London Gold.4
Dengan demikian pengertian investasi emas adalah
pembelian emas yang bukan ditujukan untuk tujuan konsumsi,
tapi digunakan untuk menghasilkan keuntungan di masa
yang akan datang. Investasi emas merupakan investasi
yang relatif mudah dilakukan dan sangat menjanjikan karena
investasi emas merupakan investasi yang bebas pajak, mudah
dicairkan dapat diperlukan, tidak terpengaruh situasi finansial
dan krisis ekonomi, bebas dari inflasi, tidak dipengaruhi oleh
berbagai keputusan pemerintah, dapat dijadikan dana
simpanan, harga jual yang lebih tinggi dari harga beli, dan
dapat difungsikan untuk tabungan di masa depan.

2. Motivasi dan Alasan Berinvestasi Emas


Investasi emas adalah salah satu jenis alat investasi
yang menarik. Investasi emas dipandang oleh sebagian besar
investor sebagai alat investasi aman. Sifat investasi inilah yang
mendorong seseorang untuk berinvestasi pada emas.5
Namun demikian, secara global, motivasi sesorang
untuk investasi dalam emas di dorong oleh dua faktor
utama:
a. Inflasi
Jika laju inflasi meningkat, sedangkan suku bunga
hampir atau tidak menutupi tingkat inflasi, maka timbul
motivasi para investor untuk membeli emas sehingga
mengakibatkan harganya meningkat.
b. Instabilitas Nasional dan Internasional

4
http://www.dinarfirst.org Abbas Firman, Mengenal Sejarah Pasar Emas
London, 2012 Diunduh tanggal 21 Oktober 2015.
5
https ://shariaeconomi c s. wo rdp res s.com/tag/i nves tasi -syariah- 2 /
Agustianto, Instrumen Investasi Syariah Masa Kini, 2004. Diunduh
| 125 |
tanggal 22 Oktober 2015.

| 126 |
Jika ketegangan politik meningkat memicu investor
untuk mengalihkan investasinta pada emas.
Selain kedua faktor utama yang memotivasi seseorang
untuk berinvestasi emas, terdapat beberapa alasan investor
untuk menanamkan modalnya melalui investasi emas sesuai
dengan kondisi Indonesia, yaitu:6
c. Emas Sebagai Logam Mulia
Emas Sebagai Logam Mulia adalah salah satu alasan kuat
mengapa berinvestasi di emas adalah pilihan terbaik karena
Emas adalah termasuk logam mulia. Meskipun dari pasang
surut dalam perekonomian nilai emas masih tetap sama
bahkan lebih baik.
d. Lebih Baik daripada Investasi Lainnya
Saat ini orang sudah mulai berhenti berinvestasi di
real estate, saham, saham, dll, karena risiko yang
mengancam bisnis tersebut. Selama krisis ekonomi pilihan
investasi seperti ini gagal untuk memberikan hasil yang
diinginkan. Tapi di sisi lain, emas adalah salah satu aset
paling stabil walau ekonomi ambruk atau terdepresiasi nilai
emas masih terus meningkat, Karena saat ini investasi emas
adalah solusi investasi terbaik di dunia sekarang termasuk
yang paling sesuai dengan kondisi perekonomian di negara
kita.
e. Emas Komoditas yang Langka
Biasanya permintaan emas lebih dari pasokan ini selalu
mengarah ke kenaikan dalam tingkat emas dan investor
berinvestasi dalam hal ini dapat menghasilkan keuntungan
yang tinggi.
f. Bank Sentral Berinvestasi Emas
Tidak hanya investor atas dan miliarder hari ini hampir
semua bank sentral juga berinvestasi di emas. Bank-bank yang
melindungi dari tingkat penurunan dollar dengan berinvestasi di

6
Arumdati, Cara Kaya Dengan Investasi Emas, (Yogyakarat: Araska,
2011), hlm. 14.
emas. Kebijakan Bank telah meningkatkan kepercayaan
investor. Sebab, manfaat jangka panjang investasi emas
terbaik tidak diragukan lagi, disebabkan memang emas
adalah investasi emas solusi investasi terbaik.
Sebagian besar orang di seluruh dunia apakah itu
Amerika atau India yang memilih emas untuk investasi dan
memperoleh keuntungan jangka panjang. Orang-orang di
Asiapun berinvestasi dalam emas lebih dari hanya sekedar
berinvestasi. Pasar di dunia telah melihat banyak membeli dan
bahkan menjual emas dalam beberapa tahun ini. Lebih dari
% 19 kenaikan rata-rata harga emas yang dapat menjanjikan
investasi jangka panjang, yang jauh lebih daripada jenis
investasi umumnya.
g. Mengubah strategi Investasi
Mengubah strategi investasi seseorang dan beralih ke
investasi emas merupakan investasi yang paling dapat
diseseoranglkan saat ini, aman dan menghasilkan keuntungan
yang tinggi. Selain itu, emas bisa dipakai untuk
memamerkan gaya hidup kelas tinggi dari sekedar
perhiasan.
Beranjak dari beberapa motivasi dan alasan tersebut,
maka seseorang yang akan berinvestasi dengan emas sudah
seharusnya memiliki cara-cara tertentu atau tips-tips yang
harus dipahami untuk menghindari resiko yang ada.
Jika seorang investor berkeinginan menggeluti investasi
emas ini, ada beberapa tips berinvestasi yang harus
diperhatikan. Tips investasi ini terkait dengan beberapa
faktor yaitu:7
1. Tujuan kepemilikan. Pastikan bahwa emas yang dimiliki
akan digunakan untuk investasi dalam jangka waktu
yang cukup panjang.
2. Jenis emas. Pilihan emas lantakan atau batangan 24 karat
karena harga jualnya lebih tinggi ketimbang emas
perhiasan.
Taufik Hidayat, Op, Cit. hlm. 306.
7
3. Sertifikat. Pilihlah emas lantakan 24 karat yang memiliki
sertifikat resmi Aneka Tambang.
4. Harga. Penting membandingkan harga emas di tempat
membeli dengan harga di Aneka Tambang melalui situs
www.logammulia.com dan harga internasional seperti www.
kitco.com atau www.goldprice.org.
5. Manfaatkan emas yang sudah dimiliki untuk melipat
gandakan kekayaan. Misalnya, menggadaikan emas dan
memanfaatkan hasil gadainya untuk aktivitas bernilai
tambah yang lain.
3. Jenis atau Bentuk Investasi Emas
Beberapa bentuk atau jenis investasi emas yang
menjadi pilihan para investor antara lain adalah:
a. Emas Perhiasan (Gold Jewelery)
Emas perhiasan dibuat dari emas murni atau campuran
emas murni dengan logam lain yang kemudian dibuat atau
dibentuk menjadi menjadi perhiasan. Campuran logam
yang biasa digunakan untuk campuran perhiasan emas
adalah tembaga, perak, timah putih dan nikel. Adanya
campran logam lain ini akan mempengaruhi warna dari
emas.
Emas jenis perhiasan ini terbagi menjadi tiga jenis, yaitu :8
1). Buatan pabrik (factory made)
Emas perhiasan buatan pabrik adalah perhiasan emas yang
dibuat dalam jumlah banyak di pabrik. Tidak sulit
untuk membeli dan menjual kembali emas perhiasan ini
karena bisa dilakukan di toko-toko emas atau
pameran perhiasan.
2). Buatan tangan (handmade)
Emas perhiasan buatan tangan adalah emas yang
dibuat berdasarkan pesanan melalui sentuhan tangan
pembuat atau pengrajin emas. Harga belinya tentu lebih
tinggi dibandingkan dengan emas buatan pabrik karena
dibuat dalam jumlah yang terbatas.
8
Ibid, hlm. 308.
3). Edisi terbatas (eksklusif)
Emas perhiasan edisi terbatas adalah perhiasan emas
yang dibuat untuk tujuan atau pesanan khusus dan
diproduksi dalam jumlah yang sangat terbatas.
b. Emas Koin/Keping (Gold Coins)
Sesuai dengan namanya, koin emas ini adalah emas yang
dibuat dalam bentuk koin. Saat ini, fungsi koin emas lebih
banyak ditujukan untuk investasi, meski sebelum orang
mengenal uang, emas pernah menjadi alat tukar yang sah.
Emas dalam bentuk koin sebagai alat tukar sudah dimulai
pada masa Raja Croesus dari Turki sekitas 560 SM.9
Koin emas umumnya ada dua macam, yaitu koin emas
murni (24 karat) dan koin emas tidak murni seperti dinar.10
Adapun jenis koin emas antara lain:
a. Koin emas murni
b. Koin emas warna merah yang merupakan
campuran emas murni dengan tembaga
c. Koin emas warna kuning yang merupakan
campuran emas murni dengan perak murni.
Kadar dari koin emas biasanya adalah 24 karat atau 22
karat. Koin emas 24 karat artinya 100% terdiri dari emas
murni. Koin emas 22 karat artinya kandungan emas murninya
adalah 22/24 x 100% = 91,66%.
Di Indonesia jenis koin emas biasanya ditemukan
dalam bentuk:11

9
Ibid. hlm. 309.
10
Koin dinar emas adalah emas dengan kadar 22 karat sebanding
dengan berat 4,25 gram. Dinar adalah mata uang emas yang biasa
digunakan pada zaman Nabi. Nilai dinarini stabil karena bergerak
bersama dengan harga emas. Emas jenis ini sangat cocok untuk
investasi jangka panjang. Ibid, hlm. 310.
11
JokoSalim, Jangan Investasi Dinar Sebelum Baca Buku Ini, (
Jakarta: Visimedia, 2011), hlm. 58-61.
1). Koin Emas ONH (Ongkos Naik Haji)
Di Indonesia, pernah ada koin emas yang disebut
dengan koin ONH. Koin emas ONH tersebut
didistribusikan oleh Perum Pegadaian. Tujuan dan dibuatnya
koin emas ONH adalah menyediakan alternatif bagi
masyarakat untuk menabung demi mewujudkan tujuan
menunaikan ibadah haji.
2). Dinar Emas 22 Karat
Ciri-ciri dari Dinar emas 22 karat ini adalah :
- Berupa emas 22 karat.
- Satuannya adalah Dinar. Satu Dinar adalah 4,25
gram.
- Berbentuk koin yang berada dalam kemasan khusus
yang
memiliki fungsi sebagai sertifikat.
- Ketika membeli, ada unsur PPn 10%.
- Harga mengacu pada harga emas dunia.
- Bisa digunakan sebagai alat tukar selama kedua belah
pihak yang melakukan transaksi sepakat.
3). Dinar Emas 24 Karat
Selain dinar 22 karat, ada pula dinar yang berupa emas
murni 24 karat. Berikut ciri-cirinya adalah sebagai berikut
:
- Berupa emas murni 99,99% 12
- Satuannya adalah dinar.
- Memiliki sertifikat terpisah.
- Di produksi oleh PT. Antam, tbk.

12
Pada masa awal Islam teknologi emas 24 karat yidak ada. Kadar
emas moder 999,9 belum ditemukan sampai tahun 1874 oleh Emil wohlwill
melalui proses ohlwill. Jadi ketika emas murni pada masa sekarang adalah
berbeda dengan emas murni pada masa-masa awal. Koin emas 22 karat
memiliki daya tahan rata-rata 15 tahun, sedangkan koin emas 24 karat
hanya memiliki daya tahan tiga tahun. Dinar asli yang ditemukan melalui
proses arkeologi adalah antara 20 karat dan 23 karat. Inilah proses yang
paling mungkin digunakan pada saat dinar dan dirham pertama dicetak
oleh Khalifah Abdul Malik dan sepanjang seluruh periode Umayyah.
- Pada saat membeli, ada unsure PPn 10%
- Harga mengacu pada harga emas dunia.
4). Koin Emas Khusus
Di Indonesia, ada juga beberapa macam koin emas
khusus. Biasanya koin emas khusus tersebut dicetak untuk
koleksi atau untuk memberikan sebuah penghargaan kepada
seseorang. Berikut beberapa ciri koin emas khusus :
- Bentuknya unik dan dicetak dalam jumlah terbatas.
- Kadar emas tidak ada stseseorangr. Ada yang 20
karat, ada yang 24 karat.
- Harga perdana biasanya jauh lebih tinggi daripada
harga emas yang terkandung di dalamnya maupun
harga nominal yang tertera pada emas tersebut.
- Tidak ada stseseorangr harga untuk melakukan jual beli.
- Dalam keadaan terdesak, ketika pemilik tidak
mampu menemukan pembeli potensial, biasanya
koin emas tersebut dihargai sesuai dengan emas yang
terkandung di dalamnya.
- Sulit didapatkan.
5). Emas Lantakan/Batangan (Gold Bullion)
Emas lantakan merupakan salah satu lading investasi yang
tepat. Ukuran emas lantakan ini terdiri dari beberapa variasi
satuan mulai dari 1 gram sampai 1kilogram. Bentuk yang
paling umum adalah emas batangan (gold bar) seperti
batubara dengan kadar 22 karat (95%) atau 24 karat
(99%).
Emas batangan merupakan bentuk investasi yang paling
ideal meski membutuhkan modal awal yang lebih besar
ketimbang memilih prhiasan atau koin. Di Indonesia, emas
batangan dibuat oleh PT Aneka Tambang. Emas buatan
Anta mini terjamin keasliannya karena memiliki sertifikat
internasional dari London Billion Market Association
(LBMA). Harga emas lantakan bisa dilihat melalui website
www.logammulia.com dengan acuan harga dari London
Metal Echange (LME).
6). Emas Granul
Emas ini berbentuk butiran yang biasa digunakan
dengan tujuan dilebur menjadi emas bentuk lain.13
Biasanya emas ini dibeli oleh pihak toko emas dan untuk
membeli emas jenis ini, berat minimumnya adalah 5
kilogram.
7). Emas Mendatang/Emas Trading Online (Gold
Futures/Gold trading On-line)
Suatu kontrak untuk membeli ata menjual suatu jumlah
emas tertentu pada suatu harga tertentu dan pada tanggal
tertentu.
8). Sertifikat Emas (Gold Cerfiticates)
Menunjukan kepemilikan atas suatu kuantitas emas
tertentu yang disimpan di brankas bank (bank vault).
Kebaikan sertifikat emas adalah investor tidak perlu
mengkhawatirkan keamanan dari penyimpanan sendiri emas
secara fisik dan pembelian sertifikat emas bisa meringankan
pajak penjualan dibandingkan pembelian balok atau keeping
emas.

B. Kelebihan (Keuntungan) dan Resiko (Kekurangan)


Investasi Emas
Kemungkinan yang akan ditemukan ketika menjalankan
suatu kegiatan investasi adalah adanya resiko (risk) dan
manfaat berupa keuntungan atau pendapatan (return).
Kedua elemen ini selalu melekat pada setiap aktivitas
investasi. Karena, tidak ada satu pun produk investasi di dunia
ini yang aman dan bebas risiko.
Emas merupakan wahana investasi yang cukup spekulatif
dimana harganya dapat berfluktuasi. Di Indonesia, harga emas
terus naik namun dengan tingkat kenaikan rendah. Oleh
karena sumber hasil potensial dari emas hanya berupa
apresiasi harga, maka investasi emas hanya menguntungkan
pada saat laju inflasi tinggi dan atau instabilitas politis
13
Joko Salim, Op. Cit. hlm. 55.
Namun, menyimpan emas dalam emas dalam jumlah
besar selain riskan juga tidak selalu menguntungkan jika
kenaikan harganya tidak mengimbangi laju inflasi atau suku
bunga yang berlaku, terlebih karena emas tidak
memberikan penghasilan berjalan. Biaya transaksi dalam
emas berupa komisi, mark up, dan pajak. Tetapi biaya transaksi
berbeda tergantung dari jenis emas dan kuantitasnya.

1. Kelebihan (Keuntungan)
Investasi emas kini hadir dalam berbagai bentuk dan
kemasan, namun Seseorang harus memastikan bahwa
berinvestasi emas secara fisik (batangan/koin) lebih punya
banyak keuntungan dibandingkan berinvestasi emas
dalam bentuk lain.
Adapaun beberapa kelebihan dan keunggulan jika
menggunakan emas sebagai alat investasi adalah:14
a. Tidak Terpengaruh oleh inflasi (ZERo inflation effect)
Investasi emas ini tidak terpengaruh oleh adanya inflasi
karena nilai emas cenderung stabil dan dianggap kebal inflasi.
Bahkan sebaliknya, kenaikan laju inflasi akan dibarengi
dengan kenaikan harga emas.
b. Mudah Dicairkan (Liquid Asset)
Emas adalah aset yang paling mudah diperjualbelikan
dimanapun tempat dan waktu, tidak bergantung institusi.
Bahkan Seseorang bisa menjadikan emas sebagai jaminan
hutang (gadai), sangat jarang investasi lain bisa bertindak
demikian
c. Bersifat terbatas (Limited)
Keterbatasan jumlah emas ini yang tidak sebanding
dengan jumlah permintaan terhadap emas yang tidak
terbatas, akan memberikan manfaat berupa naiknya harga
sesuai logika ekonomi. Penyebabnya adalah dikarenakan
emas dibutuhkan
14
Puji Chandra, 8 Kunci Sukse Investasi Emas, (Yogyakarta: Sophia
Timur Publisher, 2011), hlm. 65.
tidak hanya oleh perorangan, tetapi juga berbagai negara di
seluruh dunia.
d. Bersifat tahan lama (Durable)
Keuntungan dari investasi emas ini dikarenakan fisik
obyeknya relatif tahan terhadap segala kondisi cuaca atau
tidak mudah berubah.
e. Melindungi Kekayaan (Wealth Preservation)
Emas melestarikan nilai kekayaan kita. Kenaikan nilai
emas diperbandingkan dengan rupiah tiap tahunnya selalu
jauh lebih tinggi dibandingkan kenaikan inflasi. Ini membuat
nilai kekayaan menjadi lestari, tidak termakan oleh
jahatnya inflasi.
f. Resiko Rendah Sampai Menengah (Medium to low
Risk Investment)
Emas adalah investasi dengan resiko menengah
cenderung rendah dengan imbal hasil kenaikan nilai yang
cukup tinggi pada jangka waktu tertentu.
g. Aset Nyata (Tangible Asset)
Emas batangan/koin adalah investasi yang‘nyata, benar-benar
mempunyai nilai secara intrinsik, bukan selembar kertas
yang dideklarasi mempunyai nilai dengan jaminan akan
harapan.
h. Hak Kepemilikan (Private Property Rights)
Emas batangan/koin yang Seseorang miliki adalah hak
milik pribadi seutuhnya. Karakter emas batangan/koin yang
nyata membuatnya independen, tidak bergantung pada
institusi tertentu. Seseorang bisa melakukan hal apapun
terhadap emas yang dimiliki.
i. Bebas Pajak (Tax Free)
Di Indonesia, emas batangan dimasukkan sebagai
komoditi produksi yang tidak dikenakan pajak. Sehingga, jika
berinvestasi pada emas batangan, maka secara otomatis telah
berinvestasi pada aset yang bebas pajak
2. Resiko (Kekurangan)
Setiap jenis-jenis investasi tentunya selalu memiliki
karakter masing-masing, mempunyai kekurangan serta
kelebihan. Begitu pula dengan investasi emas, selain memiliki
banyak kelebihan, investasi emas juga memiliki kelemahan
dan ini patut dikenali dan dipahami.
Resiko investasi emas ini akan terlihat jika seseorang
berinvestasi emas dalam bentuk berjangka atau dengan
system online trading. Hal ini terjadi karena fluktuasi
margin return dengan estimasi return yang terjadi.
Karenanya, lebih diutamakan untuk berinvestasi emas dalam
bentuk fisik, investasi emas bentuk fisik ini tidak terlepas
juga dari kekurangan.
Adapun beberapa kelemahan investasi emas adalah :15
a. Segi Rasio Pengaruh Jumlah Hasil (Leverage).
Jika dilihat dari sisi pengaruh (leverage) yang dimiliki,
tidak banyak yang dapat dilakukan untuk menambah
penghasilan dengan investasi emas ini. Apalagi bila
berinvestasi dengan teknik mencicilnya lewat bank syariah,
maka investor tidak memiliki kendali akan emas tersebut,
karena masih dititipkan di bank tersebut.
Berbeda bila berinvestasi di properti misalnya,
walaupun properti seperti rumah, ruko, tanah, atau
apartemen yang diperoleh melalui cara KPR, tetapi secara
seketika investasi ini dapat menghasilkan profit dengan cara
menyewakan properti tersebut, sehingga memberikan
manfaat antara lain untuk membayar cicilan KPR seseorang
ke bank. Selain harga properti yang terus naik setiap
tahunnya, seseorang juga memperoleh profit tambahan
yaitu dari hasil sewa properti tersebut.
b. Minimnya dampak (Impact) terhadap ekonomi mikro
secara nyata (riil).
Ibid, hlm. 68.
15
Semakin besar berinvestasi emas yang tidak secara
otomatis, maka membuat perputaran ekonomi semakin
membesar juga. Berbeda jika berinvestasi dengan reksadana
atau saham, di mana uang investasi berperan secara langsung
terhadap perputaran ekonomi serta menambah kinerja dari
perusahaan-perusahaan yang seseorang beli sahamnya.
Berbeda juga bila seseorang memiliki cukup banyak emas,
lalu emas tersebut seseorang gadaikan serta uang dari hasil
gadai seseorang perputarkan ke dalam perdagangan yang
nyata (riil), sehingga membuat ekonomi berputar.
Selain kelemahan-kelemahan di atas, beberapa resiko yang
mungkin terjadi ketika berinvestasi dengan emas fisik,
yaitu:16
b. Adanya selisih nilai beli dan jual
Investasi emas, terutama yang berbentuk perhiasan bukan
pilihan tepat untuk berinvestasi, karena harga jual emas
perhiasan tidak sebaik harga belinya. Hal ini dipengaruhi nilai
estetika yang terkadang berubah sesuai trendnya.
b. Kenaikan harga yang lambat.
Saat kondisi ekonomi stabil dan tenang, maka kenaikan
harga emas akan cenderung lambat. Tetapi saat terjadi
krisis ekonomi nilai emas akan semakin naik dengan cepat,
alasannya adalah karena pada saat krisis ekonomi terjadi,
para investor akan cenderung memilih investasi yang lebih
aman dan emaslah yang dinilai paling aman. Jadi kenaikan
harga emas akan terjadi saat krisis ekonomi datang, jika
ekonomi stabil maka kenaikan harga emas akan lambat. Untuk
menyiasati hal ini seseorang harus jeli dalam melihat keadaan
pasar emas dunia jadi mengetahui kapan waktunya membeli
dan kapan waktunya menjual.
c. Harus memiliki tempat khusus.

16
Cahyo Agus N., Inves Emas Kaya Selangit, Yogyakarta: Laksana,
2011) hlm. 47.
Sangat beresiko tinggi jika menyimpan emas batangan
di dalam rumah apalagi jumlahnya banyak, walaupun ada
keyakinan tempat tersebut sudah aman, namun kondisi ini
juga masih memerlukan brankas untuk menyimpan emas
tersebut. Berbeda dengan investasi properti yang komoditinya
riil, seperti bangunan yang tidak mungkin akan dicuri. Untuk
itu jika bermain dengan investasi emas, maka harus
memikirkan secara matang akan keamanan emas tersebut,
khususnya tempat penyimpanan.

C. Legalitas Investasi Emas dalam Konsep Islam


Investasi emas syariah sudah dikenal sejak zaman Nabi
kita Muhammad SAW, bahkan pada zaman itu emas telah
menjadi sebagai alat tukar yang sah. Dalam pandangan Islam
investasi sangat disarankan untuk mengembangkan harta.
Terutama untuk memenuhi kebutuhan masa depan, maka
investasi jangka panjang sangat dibutuhkan.
Dalam pandangan Islam sifat dan manfaat harta
haruslah mengalir. Jika seseorang membeli emas untuk
keperluan tertentu di masa depan itu dan investasi ini untuk
dijadikan sebagai modal usaha, atau untuk menunaikan
ibadah haji, biaya pernikahan, membangun rumah, maka hal
itu tidaklah dikategorikan sebagai menimbun harta. Karena
dalam Islam kita tidak boleh menumpuk harta kekayaan. Hal
ini ditegaskan oleh Umar bin Khattab yang mengatakan
“Siapa saja yang mempunyai kekayaan hendaknya
mengembangkannya dan siapa saja yang mempunyai tanah,
hendaknya menanaminya”.
Selain dasar tersebut, dalam surat At-Taubah ayat 42
disebutkan dalam artinya : “Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi
dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang
dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi
(manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang
menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya
pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka,
(bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,”. Dari
surat ini dapat disimpulkan bahwa menimbun emas dan
perak tampa suatu keperluan (hajat) adalh haram
hukumnya.
Adapun kewajiban kita sebagai ummat Islam jika
seseorang memilih emas sebagai investasi masa depan, baik itu
investasi emas batangan, ataupun dalam betuk uang koin,
maka wajib hukumnya untuk dikeluarkan zakatnya. Zakat
haruslah dikeluarkan jika telah memenuhi masa nishab, yaitu
jika masa penyimpanannya telah lebih dari 1 tahun.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menyimpan
emas sebagai investasi masa depan untuk keperluan
menjualnya kembali jika sewaktu-waktu nilainya tinggi
dapatlah dilakukan selama mengikuti syarat yang diwajibkan
yaitu membayar zakat harta.
Sementara itu Majelis Ulama Indonesia (MUI) memberikan
fatwatentang investasi emas ini sebagaimana Fatwa Dewan
Syariah Nasional MUI Nomor 26/DSN-MUI/III/2002
tentang Rahn Emas dan Fatwa Fatwa Dewan Syariah
Nasional MUI Nomor 77/ DSN-MUI/V/2010 tentang Jual-Beli
Emas Secara Tidak Tunai. Fatwa tersebut pada pokoknya
menyatakan bahwa Investasi emas syariah itu haruslah
bermaslahha atau mengandung kebaikan bagi masyarakat
dan mengadung unsur tolong menolong dalam hal kebiakan,
adil serta jujur. Begitu pula dengan model transaksi yang
digunakan haruslah terhindar dari praktek spekulasi.
Isi artikel investasi emas syariah ini diambil dari
berbagai sumber yang ada di internet. Untuk penjelasan
lebih lanjutnya sebaiknya seseorang menanyakan
langsung ke ulama yang mengerti betul tentang investasi
emas syariah. Jika ada kesalahan dari penulisan artikel ini
mohon di maafkan. Karena kebenaran itu datangnya
hanyalah dari Allah SWT.
D. Rangkuman
1. Pengertian investasi emas adalah pembelian emas yang
bukan ditujukan untuk tujuan konsumsi, tapi
digunakan untuk menghasilkan keuntungan di masa
yang akan datang.
2. Motivasi sesorang untuk investasi dalam emas di dorong
oleh dua faktor utama, yaitu : Inflasi dan Instabilitas
Nasional dan Internasional
3. Alasan investor untuk menanamkan modalnya melalui
investasi emas sesuai dengan kondisi Indonesia, yaitu:
Emas Sebagai Logam Mulia, Lebih Baik daripada Investasi
Lainnya, Emas Komoditas yang Langka, Bank Sentral
Berinvestasi Emas, dan Mengubah strategi Investasi.
4. Tips berivestasi emas sangat terkait dengan beberapa faktor,
yaitu: Tujuan kepemilikan, Jenis emas, Sertifikat, dan Harga.
5. Bentuk atau jenis investasi emas, yaitu :
a. Emas Perhiasan (Gold Jewelery)
b. Emas Koin/Keping (Gold Coins)
c. Emas Lantakan/Batangan (Gold Bullion)
d. Emas Granul
e. Emas Mendatang/Emas Trading Online (Gold
Futures/ Gold trading On-line)
f. Sertifikat Emas (Gold Cerfiticates).
6. Bentuk jenis koin emas di Indonesia adalah : Koin Emas
ONH (Ongkos Naik Haji), Dinar Emas 22 Karat, Dinar
Emas 24 Karat dan Koin Emas Khusus.
7. Beberapa kelebihan dan keunggulan jika menggunakan emas
sebagai alat investasi adalah:
a. Tidak Terpengaruh oleh inflasi (ZERo inflation effect)
b. Mudah Dicairkan (Liquid Asset)
c. Bersifat terbatas (Limited)
d. Bersifat tahan lama (Durable)
e. Melindungi Kekayaan (Wealth Preservation)
f. Resiko Rendah Sampai Menengah (Medium to low
Risk Investment)
g. Aset Nyata (Tangible Asset)
h. Hak Kepemilikan (Private Property Rights)
i. Bebas Pajak (Tax Free).
8. Beberapa kelemahan investasi emas adalah :
a. Segi Rasio Pengaruh Jumlah Hasil (Leverage)
b. Minimnya dampak (Impact) terhadap ekonomi
mikro secara nyata (riil).
9. Resiko berinvestasi dengan emas fisik, yaitu: Adanya
selisih nilai beli dan jual, Kenaikan harga yang lambat,
dan Harus memiliki tempat khusus

E. Soal Evaluasi
1. Sebutkan definisi investasi emas?
2. Sebutkan motivasi seseorang untuk berinvestasi
dengan emas?
3. Bagaimanakah tips seseorang jika ingin berinvestasi pada
emas
4. Sebutkan bentuk atau jenis investasi emas?
5. Sebutkan kelebihan atau keunggulan investasi emas?
6. Apa perbedaan emas perhiasan dengan emas lantakna
(batangan)?
7. Apakah perbedaan investasi pada jenis kedua emas di
atas?
8. Sebutkan bentuk jenis koin emas yang ada di Indonesia?
9. Sebutkan kelemahan investasi emas?
10. Jelaskan risiko berinvestasi dengan emas/
BAB IX
PENDAYAGUNAAN ZAKAT DAN
WAKAf PRODUKTIf sEBAGAI
INVEsTAsI sYARIAH sEKTOR
PUBLIK

Investasi merupakan usaha yang dapat dilakukan untuk


memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang. Mengetahui
kebutuhan di masa yang akan datang menjadi kata kunci
sebelum melakukan investasi. Berkenaan dengan hal ini, zakat
merupakan salah satu instrumen investasi yang
berlandaskan social investment cost terhadap kelebihan harta
benda yang sudah mencapai nisab. Melihat demikian Zakat
merupakan instrumen yang berfungsi untuk mendorong
masyarakat atau investor untuk melakukan investasi. Jadi
zakat tidak hanya sebagai kegiatan amal ibadah saja tetapi juga
sebagai salah satu instrumen kebijakan fiskal dalam ekonomi
Islam.
Demikian pula dengan instrumen investasi wakaf yang
memiliki peran strategis untuk peberdayaan masyarakat,
pembangunan ekonomi bangsa, dan kesejahteraan sosial. Letak
strategis itu lebih terlihat jika dibandingi dengan zakat. Salah
satu ciri pembeda adalah tugas pengelolanya. Amil zakat
berkewajiban mendistribusikan seluruh harta zakat yang
terkumpul kepada delapan golonga (mustahiq). Sedang
pengelola wakaf (NAZHIR) harus menjaga harta wakaf agar
| 141
|
tetap utuh dan mengelolanya,

| 142 |
Managemen Investasi Syariah

yang dapat didistribusikan kepada masyarakat adalah manfaat


atau hasil pengelolaan dari harta yang diwakafkan (mauquf).

A. Zakat Produktif
1. Pengertian
Zakat menurut bahasa berasal dari kata dasar
(mashdar) dari “ZAKa” yang sepadan dengan kata
“numuwwu” yang artinya tumbuh, dan kata “ZIYAADAH” yang
berarti bertambah. Kata “ZAKa” ini sering dipadankan juga
dengan kata “tahaaharah” yang berarti suci atau bersih.1
Sedangkan arti zakat menurut istilah syari’at Islam ialah
sebagian harta benda yang wajib diberikan orang-orang
yang tertentu dengan beberapa syarat, atau kadar harta
tertentu yang diberikan kepada orang-orang yang berhak
menerimanya dengan syarat-syarat tertentu pula.2
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian zakat
adalah “jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan untuk
orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan
yang berhak menerimanya, menurut ketentuan yang telah
ditetapkan oleh syara’”.3
Sementara itu, kata “produktif ” berasal dari bahasa
Inggris “produktive” yang berarti banyak menghasilkan,
memberikan banyak hasil, banyak menghasilkan barang-barang
berharga, yang mempunyai hasil baik. Dan kata
”productivity” yang berarti daya produksi.4 Secara umum
produktif “productive” berarti “banyak

1
Wahbah Al-Zuhaily, Zakat Kajian Berbagai MAZHAB, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 1997), HLM.82.
Moh. Rowi Latief & A. Shomad Robith, Tuntunan Zakat Praktis,
(Surabaya: Indah, 1987), hlm.13.
3
http://kbbi.web.id/zakat. Dinduh tanggal 12 Oktober 2015.
4
Joyce M.Hawkins, Kamus Dwi Bahasa Inggris-Indonesia, Indonesia-
Inggris, (Exford: Erlangga,1996), hlm.267.
menghasilkan karya atau barang.” Produktif juga berarti
“banyak menghasilkan, memberikan banyak hasil.5
Dengan demikian, gabungan kata zakat dengan kata
produktif dalam hal ini ialah saling mensifati, di mana kata
produktif adalah kata yang disifati oleh kata zakat. Dan
jika diartikan bahwa zakat produktif dapat dimaknai
sebagai zakat di mana dalam pendistribusiannya bersifat
produktif yang merupakan lawan dari konsumtif.
Penekanannya adalah, zakat produktif adalah pendayagunaan
zakat secara produktif, yang pemahamnnya lebih kepada
bagaimana cara atau metode menyampaikan dana zakat
kepada sasaran dalam pengertian lebih luas, sesuai dengan
ruh dan tujuan syara’.
Dengan demikian pengertian zakat produktif adalah
pemberian zakat yang dapat membuat para penerimanya
menghasilkan sesuatu secara terus menerus, dengan harta
zakat yang telah diterimanya. Atau dengan istilah lain zakat
produktif adalah zakat di mana harta atau dana zakat yang
diberikan kepada para mustahik tidak dihabiskan, akan tetapi
dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha
mereka, sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat
memenuhi kebutuhan hidup secara terus menerus”.6
Kesimpulannya, zakat produktif adalah zakat yang dikelola
dengan cara produktif, yang dilakukan dengan cara pemberian
modal kepada para penerima zakat dan kemudian
dikembangkan, untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka
untuk masa yang akan datang.

2. Dasar Hukum
Beberapa dasar hukum zakat produktif adalah :
a. Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 227 :
5
Save M.Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, ( Jakarta :
LPKN, 2000),cetakan ke-2, hlm. 893.
6
Asnainu, Zakat Produktif dalam Persfektif Hukum Islam,
(Bengkulu : Pustaka Pelajar, 2008),CETAKan ke-1, hlm. 64..

| 143 |
‫َوآ َُت=وا‬
‫َوأََقا ُموا ال‬ ‫َو َع ِملُوا ال‬ ‫آ‬ ‫ال‬ ‫ِإ‬
‫َّص َالَة‬ ‫َّصاِ=لَا ِت‬ ‫ّ ِذي َمُنوا‬
‫َن‬ ‫ّن‬
‫َ َ ُ ه ْم‬
‫أَ ْج ُر ُه ِع َرب َ َخ َعلي‬ َ َ‫الَّز َكاة‬
َ‫م نْ َد ِّ=ه َو ْو ٌف ه م و‬ ‫ُل‬
ْ ْ
‫ل‬ ‫ْم ل‬ ‫ْم‬
(772) ‫ي َزُنو َن‬
ْ َ
“Sesungguhnya orang-orang Yang beriman dan
beramal soleh, dan mengerjakan sembahyang serta
memberikan ZAKat, mereka beroleh pahala di sisi
Tuhan mereka, dan tidak ada kebimbangan (dari
berlakunya sesuatu Yang tidak baik) terhadap mereka,
dan mereka pula tidak akan berdukacita”.
b. Hadits Rasulullah Saw., yang diriwayatkan Bukhori Muslim
dari Ibnu Abbas RA., yang artinya : “Bahwa tatkala nabi
SAW mengutus Muadz bin Jabal ra, untuk menjadi qadli
di Yaman. Dari Ibnu Abbas r.a, sesungguhnya nabi
SAW mengutus Muadz r.a, ke Yaman, beliau bersabda,
“ajaklah mereka untuk mengakui bahwa tidak ada tuhan
selain Allah dan mengakui bahwa aku adalah utusan Allah.
Jika mereka menerima itu, beritahukanlah bahwa Allah
AZZA Wa Jalla telah mewajibkan bagi mereka shalat lima
waktu dalam sehari semalam. Jika ini telah mereka taati,
sampaikanlah bahwa Allah telah mewajibkan zakat
pada harta benda mereka yang dipungut dari orang-orang
kaya dan diberikan kepada orang-orang miskin
diantara mereka”.
2. Pendayagunaan Dana Zakat
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, penekanannya dari
| 144 |
zakat produktif ini adalah terletak pada pendayagunaan
zakat secara produktif dan lebih mengacu kepada
bagaimana cara atau metode menyampaikan dana zakat
kepada sasaran dalam pengertian lebih luas, sesuai dengan
ruh dan tujuan syara.

| 145 |
Terdapat dua bentuk konseptualisasi pendayagunaan dana
zakat yaitu:7
a. Bentuk Sesaat
Dalam bentuk ini zakat hanya diberikan kepada seseorang
satu kali atau sesaat saja. Dalam hal ini juga berarti
bahwa penyaluran kepada mustahiq tidak disertai target
terjadinya kemandirian ekonomi dalam diri mustahiq. Hal
ini di karenakan mustahiq yang bersangkutan tidak mungkin
lagi mandiri, seperti pada diri orang tua yang sudah jompo,
orang cacat. Sifat bantuan sesaat ini idealnya adalah
hibah.
Meski bersifat sementara atau sesaat secara empiris
penyaluran zakat dalam bentuk seperti ini juga harus dilakukan
secara terkordinasi oleh badan ‘amil’/pengelola zakat, karena
jika tidak maka akan terjadi penumpukan dikalangan orang
atau keluarga tertentu. Dan jika itu yang terjadi maka
tidak menutupi kemungkinan akan munculnya dampak
negatif dari bantuan konsumtif seperti ini, yaitu semakin
menguatnya mental ketergantungan mustahiq pada bantuan
pihak luar tanpa upaya untuk melakukan perubahan
keadaan yang bertumpu pada kapasitas dan potensi yang
dimilikinya.
b. Bentuk Pemberdayaan
Bentuk ini merupakan penyaluran zakat yang disertai
target merubah keadaan penerima dari kondisi kategori
mustahiq menjadi kategori muzakki. Target ini adalah target
besar yang tidak dapat dengan mudah dan dalam waktu yang
singkat. Untuk itu, penyaluran zakat harus disertai dengan
pemahaman yang utuh terhadap permasalahan yang ada pada
penerima. Apabila permasalahannya adalah permasalahan
kemiskinan, harus diketahui penyebab kemiskinan tersebut
sehingga tidak dapat mencari solusi yang tepat demi
tercapainya target yang telah dicanangkan.

7
Didin Hafiduddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, ( Jakarta:
Gema Insani Press, 2002), Cetakan 1, hlm. 59.
Menurut Widodo yang dikutip dari buku Lili Bariadi
dan kawak-kawan, bahwa sifat dan bantuan pemberdayaan
terdiri dari tiga yaitu:8
1). Hibah, Zakat pada asalnya harus diberikan berupa
hibah artinya tidak ada ikatan antara pengelola dengan
mustahiq setelah penyerahan zakat.
2). Dana Bergulir, zakat dapat diberikan berupa dana
bergulir oleh pengelola kepada mustahiq dengan
catatan harus qardhul hasan, artinya tidak boleh ada
kelebihan yang harus diberikan oleh mustahiq kepada
pengelola ketika pengembalian pinjaman tersebut.
Jumlah pengembalian sama dengan jumlah yang
dipinjamkan.
3). Pembiayaan, Penyaluran zakat oleh pengelola
kepada mustahiq tidak boleh dilakukan berupa
pembiayaan, artinya tidak boleh ada ikatan seperti
shahibul ma’al dengan mudharib dalam penyaluran
zakat. Di sinilah letak masalalah pendayagunaan
zakat.
Pendayagunaan atau pemanfaatan zakat menurut M.
Daud Ali dikatagorikan sebagai berikut:9
c. Pendayagunaan zakat yang konsumtif tradisional sifatnya.
Dalam kategori ini zakat dibagikan kepada orang
yang berhak menerimanya untuk dimanfaatkan langsung oleh
yang bersangkutan, seperti zakat fitrah yang diberikan
kepada fakir miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
atau zakat harta yang diberikan kepada korban bencana
alam.
d. Pendayagunaan zakat konsumtif kreatif.
Yang dimaksud dengan zakat konsumtif kreatif adalah
dana zakat yang diwujudkan dalam bentuk alat-alat
sekolah, beasiswa,dan lain-lain.

Lili Bariadi, dkk., Zakat dan Wirausaha, ( Jakarta: CV.


8
Pustaka
Amri, 2005), hlm. 7.
9
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (
Jakarta: UI Press, 1998), Cet. 1, hlm. 61.
e. Pendayagunaan zakat tradisional.
Yang dimaksud dalam kategori ketiga ini adalah dana
zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barng produktif,
misalnya kambing, sapi, mesin jahit, alat-alat pertukangan dan
sebagainya, pemberian zakat dalam bentuk ini akan dapat
mendorong orang menciptakan suatu usaha atau memberikan
suatu lapangan kerja baru bagi fakir miskin.
f. Pendayagunaan zakat produktif kreatif
Dalam bentuk pendayagunaan ini dimasukkan semua
pendayagunaan zakat yang diwujudkan dalam bentuk modal
yang dapat dipergunakan, baik untuk membangun suatu
proyek sosial maupun untuk membantu atau menambah
modal seseorang pedagang atau pengusaha kecil.
Pendayagunaan zakat dalam kategori ketiga dan keempat
ini perlu dikembangkan karena pendayagunaan zakat yang
demikian mendekati hakikat zakat, baik yang terkandung
dalam fungsinya sebagai ibadah maupun dalam
kedudukannya sebagai dana masyarakat (fungsi sosial).

3. Peran Negara Terhadap Lembaga Zakat


Dalam sejarah Islam Lembaga Zakat dikenal dengan nama
Baitul Maal. Lembaga ini telah ada sejak khalifah Umar
bin Khattab, sebagai institusi yang memobilisir dana dan daya
dari umat yang digunakan untuk upaya pembangunan
meningkatkan harkat, derajat dan martabat atau perbaikan
kualitas hidup kaum dhu’afa fuqaraa masaakin, dan umat pada
umumnya berdasarkan syariah.
Lembaga zakat di Indonesia telah ada dan tumbuh begitu
lama, namun belum dikembangkan secara professional. Wajar,
lembaga ini dalam perjalanannya mengalami beberapa
permasalahan, yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan sehari-hari.
Permasalahan tersebut antara lain:10
10
Ibid, hlm.52-56.
a. Krisis kepercayaan umat terhadap segala macam atau
bentuk usaha yang menghimpun dana umat karena
terjadi penyelewenga/penyalahgunaan akibat sistem
kontrol dan pelaporan yang lemah. Dampaknya orang
lebih memilih membayar zakat langsung kepada mustahiq
daripada melalui lembaga zakat.
b. Adanya pola pandangan terhadap pelaksanaan zakat yang
umumnya lebih antusias pada zakat fitrah saja yakni
menjelang Idul Fitri.
c. Tidakseimbangnyajumlahdanayangterhimpundibandingkan
dengan kebutuhan umat, sehingga dana yang
terkumpul cenderung digunakan hanya untuk kegiatan
konsumtif dan tak ada bagian untuk produktif. Hal ini
juga dikarenakan tidak semua mUZAKKI berzakat
melalui lembaga.
d. Terdapat semacam kemajemukan di kalangan mUZAKKI,
dimana dalam periode waktu yang relatif pendek harus
dihadapkan dengan berbagai lembaga penghimpun dana.
e. Adanya kekhawatiran politis sebagai akibat adanya
kasuspenggunaan dana umat tersebut untuk tujuan-tujuan
politik praktis.

B. Wakaf Produktif.
1. Pengertian
Dilihat dari penggunaan manfaatnya, bentuk wakaf
dapat dibedakan menjadi dua macam:11
a. Wakaf langsung, yaitu wakaf yang pokok barangnya
digunakan untuk mencapai tujuannya, seperti masjid untuk
shalat, sekolah untuk kegiatan belajar mengajar, rumah
sakit untuk mengobati orang sakit dan lain
sebagainya.

11
Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, (PT Khalifa: Jakarta,
2005), hlm. 72.
b. Wakaf produktif, yaitu yang pokok barangnya digunakan
untuk kegiatan produksi dan hasilnya diberikan sesuai
dengan tujuan wakaf.
Berdasarkan bentuknya tersebut, maka beberapa orang
ahli memberikan defisini tentang wakaf produktif adalah
sebagai berikut, antara lain:
a. Menurut Jaih Mubarok, wakaf produktif adalah proses
pengelolaan benda wakaf untuk menghasilkan barang atau
jasa yang maksimum dengan modal yang minimum.12
b. Menurut Alma Buchari, wkaf produktif adalah wakaf
yang dikelola dengan pendekatan bisnis, yakni suatu
usaha yang berorientasi pada keuntungan dan
keuntungan tersebut disedekahkan kepada pihak yang
berhak menerimanya.13
Tujuan utama bisnis adalah laba atau keuntungan
melalui berbagai usaha yang mampu menghasilkan
barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat. Berbagai
usaha yang termasuk kegiatan bisnis meliputi usaha
pertanian, produksi, konstruksi, distribusi, transportasi,
komunikasi, dan usaha jasa.
c. Menurut Antonio, wakaf produktif adalah pemberdayaan
wakaf yang ditandai dengan tiga ciri utama, yaitu pola
manajemen yang integratif, mengikuti asas kesejahteraan
nazhir, dan asas transparansi dan tanggung jawab.14
Pola manajemen wakaf integratif berarti memberi
peluang bagi dana wakaf untuk dialokasikan kepada
program- program pemberdayaan dengan segala macam
biaya yang tercakup didalamnya. Asas kesejahteraan
nazhir menuntut pekerjaan nazhir tidak lagi diposisikan
sebagai pekerja sosial, tetapi sebagai profesional yang
bisa hidup layak dari profesi tersebut. Sedangkan asas
transparansi dan tanggung

Jaih Mubarok, Wakaf Produktif, (Bandung: Simbiosa Rekatama


12

Media, 2008), hlm. 16.


13
Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah,
(Bandung: Penerbit Alfabeta, 2009), hlm. 115.
14
Jaih Mubarok, Op. Cit. hlm. 35.
jawab mengharuskan lembaga wakaf melaporkan proses
pengelolaan dana kepada umat tiap tahun.

C. Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Produktif


1. Aplikasi Zakat Produktif
Aplikasi zakat produktif diimpelemtasikan dengan
adanya Bank Zakat yaitu sebuah lembaga yang menjadi
perantara antara mUZZAKi dan mustahiq yang bertugas
menghimpun dana zakat, infak dan sedekah dan ditujukan
kepada obyek-obyek zakat yang telah ditentukan.
Menurut M.A. Manan dalam papernya “Effects of
Zakat Assessement and Collection on the Re-distribution of
income in Contemporary Muslim Caountries “ seperti dikutip
oleh Sjechul Hadi Permono, mengatakan bahwa dana zakat
dapat didayagunakan untuk investasi produktif, untuk
membiayai bermacam-macam proyek pembangunan dalam
bidang pendidikan, pemeliharan kesehatan, air bersih dan
aktivitas-aktivitas kesejahteraan sosial yang lain, yang
dipergunakan semata-mata untuk kepentingan fakir miskin.
Pendapatan fakir miskin diharapkan bisa meningkat sebagai
hasil dari produktivitas mereka yang lebih tinggi.15
Zakat dapat disalurkan kepada para mustahiq zakat
dari golongan fakir dan miskin dalam bentuk zakat produktif
yang berupa modal usaha ataupun alat-alat untuk
menjalankan usaha. Demikian juga penyaluran dapat berupa
pelatihan-pelatihan serta keterampilan-keterampilan agar
mereka dapat bekerja, sekaligus dana zakat juga dapat
digunakan untuk pembangunan pabrik- pabrik yang
mempekerjakan para fakir miskin.16
Pendayagunaan zakat selain memberdayagunakan para
mustahiq zakat juga dapat dilakukan dengan langkah lain,
sebuah pendapat menarik dilontarkan oleh Sahri
Muhammad, beliau

15
IRTI IDB Research Paper 2000.
16
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam, (
Jakarta: Haji Masagung, 1988), hlm.. 249.
menggagas tentang adanya Bank Zakat, yaitu sebuah lembaga
yang menjadi perantara antara mUZZAKi dan mustahiq,
yang fungsinya sama dengan bank.17
Adapun ciri khusus dari Bank Zakat tersebut adalah :
a. Tugas utama Bank Zakat adalah menghimpun dana zakat,
infak dan sedekah dan ditujukan kepada obyek-obyek
zakat yang telah ditentukan.
b. Bank Zakat beroperasi semata-mata untuk
mengembangkan dana zakat, infak dan sedekah.
c. Bank Zakat menyalurkan dana pinjaman tanpa bunga baik
para mustahiq zakat yang memerlukan modal usaha.
Saat ini Bank Zakat tersebut dapat digantikan posisinya
dengan badan amil zakat ataupun lembaga amil zakat yang
keduanya memang bergerak pada pengelolaan zakat infak
dan sedekah. Hanya saja ide Bank Zakat lebih pada ingin
menggantikan posisi bank-bank konvesional yang ada saat
ini, sehingga fungsi- fungsinya dapat dicover oleh Bank
Zakat.
Ide pemberdayaan zakat lainnya dikemukakan oleh Sjechul
Hadi Permono yang mengutip pendapat beberapa ahli ekonomi
muslim mereka menawarkan adanya sistem Surplus Zakat
Budget, penjabarannya adalah jumlah total penerimaan zakat
lebih besar daripada jumlah total distribusi zakat. Artinya tidak
semua dana zakat yang terkumpul dibagikan, namun hanya
sebagian dan sisanya menjadi tabungan yang merupakan
sumber pembiayaan proyek-proyek produktif. Hal ini
dilakukan karena jika zakat disalurkan secara konsumtif terus
menerus maka dikhawatirkan akan menimbulkan inflasi,
demikian menurut pengamatan Akram Khan. Dengan adanya
surplus ZAKat budget ini diharapkan

Sahri
17
Muhammad, Zakat dan Infak Dalam Usaha
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat, Ilmu Pengetahuan dan
Agama Islam, (Surabaya: al- Ikhalas, 1982), hlm. 85-86.
Managemen Investasi Syariah

dapat mengurangi permintaan dalam ekonomi sehingga dapat


mengurangi tingkat harga.18
Ide ini juga menawarkan adanya Zakat Serificate.
Untuk menggantikan serah terima uang tunai, maka dana
zakat oleh lembaga amil zakat dapat diinvestasikan dalam
industri-industri untuk menyediakan pekerjaan bagi fakir
msikin, agar mereka mendapatkan pekerjaan tetap sehingga
mempunyai kehidupan yang wajar. Keuntungan dari industri-
industri ini dapat dibagikan kepada fakir miskin ataupun
gharimin dalam bentuk deviden tahunan. Pada periode-
periode tingkat harga membumbung tinggi, deviden-
deviden itu tidak dibagikan dalam bentuk uang tunai, tetapi
sebaliknya sertifikat zakatlah yang dibagikan dan baru
dapat diuangkan atas kehendak holder (pemilik) setelah
berjalan waktu 3-6 bulan. Dengan cara ini permintaan
dalam bidang ekonomi dapat diperkecil dalam suatu masa
yang pendek, sehingga tidak menimbulkan fluktuasi
harga.19

2. Aplikasi dan Contoh Wakaf Produktif


Aplikasi wakaf produktif sering juga disebut wakaf produksi
di mana obyek pokok wakaf yang diwakafkan dipergunakan
dalam kegiatan produksi dan hasilnya di salurkan sesuai
dengan tujuan wakaf. Seperti wakaf tanah untuk digunakan
bercocok tanam, mata air untuk dijual airnya dan lain-
lain.
Dengan kata lain, wakaf produksi juga dapat
didefenisikan yaitu harta yang digunakan untuk
kepentingan produksi baik di bidang berbagai bidang usaha
seperti pertanian, perindustrian, perdagangan dan jasa yang
manfaatnya bukan pada benda wakaf secara langsung,
tetapi dari keuntungan bersih dari hasil pengembangan wakaf
yang diberikan kepada orang-orang yang berhak sesuai
dangan tujuan wakaf.
Adapun contoh aplikasi dan bentuk wakaf produktif

| 153 |
Naili Rahmawati, M.Ag

adalah:

Sjechul Hadi Permono, Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka


18

Pembangunan Nasional. ( Jakarta: Pustaka Firdaus, 1992), hlm. 49-51.


19
Ibid., hlm. 51.

| 152 |
a. Wakaf Uang (Tunai).
Secara umum definisi wakaf tunai adalah penyerahan
asset wakaf berupa uang tunai yang tidak dapat dipindah
tangankan dan dibekukan untuk selain kepentingan umum
yang tidak mengurangi ataupun jumlah pokoknya.
Di Indonesia wakaf uang tunai relatif baru dikenal.
Wakaf uang tunai adalah objek wakaf selain tanah maupun
bangunan yang merupakan harta tak bergerak. Wakaf dalam
bentuk uang tunai dibolehkan, dan dalam prakteknya sudah
dilaksanakan oleh umat Islam.
Wakaf uang membuka peluang yang unik untuk
menciptakan investasi guna memberikan pelayanan
keagamaan, layanan pendidikan, dan layanan sosial.
Tabungan orang-orang kaya dapat dimanfaatkan dengan
menukarkannya dengan Cash- Waqf Certificate. Hasil
pengembangan wakaf yang diperoleh dari sertifikat
tersebut dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan yang
bermacam-macam seperti tujuan-tujuan wakaf itu sendiri.
Kegunaan lain dari Cash Waqf Certificate adalah bahwa dia
dapat mengubah kebiasaan lama di mana kesempatan wakaf
seolah- olah hanya untuk orang-orang kaya saja.
Secara konseptual, wakaf uang mempunyai peluang
yang unik untuk menciptakan investasi di bidang
keagamaan, pendidikan, dan layanan sosial. Tabungan dari
masyarakat yang mempunyai penghasilan menengah ke atas
dapat dimanfaatkan melalui penukaran dengan Sertifikat
Wakaf Uang (SWT), sedangkan pendapatan yang diperoleh
dari pengelolaan wakaf uang dapat dibelanjakan untuk
berbagai tujuan, di antaranya untuk pemeliharaan dan
pengelolaan tanah wakaf.
Adapun dasar hukum tentang wakaf tunai (uang) antara
lain Mazhab Hanafi dan Maliki mengemukakan tentang
kebolehan wakaf uang, sebagaimana yang disebut al-
Mawardi :
Naili Rahmawati, M.Ag

‫عن ابو ثوروى الشا فعى جوازوقفها اى الد نا فى والد‬


‫رهم‬
“Abu Tsaur meriwayatkan dari imam Syafi’i tentang
kebolehan
wakaf dinar dan dirham”.
Dari Wahbah az-Zuhaily, dalam kitab al-Fiqh Islamy
wa Adilatuhu menyebutkan bahwa mazhab Hanafi
membolehkan wakaf uang karena uang yang menjadi
modal usaha itu, dapat bertahan lama dan banyak
manfaatnya untuk kemaslahatan umat.
Bahkan MUI juga telah mengeluarkan fatwa tentang wakaf
tunai sebagai berikut :
1). Wakaf uang (cash wakaf/waqf al-Nuqut), adalah wakaf
yang dilakukan oleh sekelompok atau seseorang maupun
badan hukum yang berbentuk wakaf tunai.
2). Termasuk dalam pengertian uang adalah surat –
surat berharga.
3). Wakaf yang hukumnya jawaz (boleh).
4). Wakaf yang hanya boleh disalurkan dan digunakan
untuk hal-hal yang dibolehkan secara syar‘i.
5). Nilai pokok wakaf yang harus dijamin kelestariannya,
tidak boleh dijual, dihibah kan atau diwariskan.
Selain fatwa MUI diatas, pemerintah melalui DPR juga
telah mengesahkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004
Tentang wakaf, yang didalamnya juga mengatur bolehnya
wakaf berupa uang.
Adapun manfaat wakaf uang tunai antara lain:
1. Seseorang yang memiliki dana terbatas sudah bisa
mulai memberikan dana wakafnya tanpa harus menunggu
menjadi tuan tanah terlebih dahulu.

| 154 |
2. Melalui wakaf uang, asset-asset berupa tanah-tanah
kosong bisa mulai dimanfaatkan dengan sarana yang lebih
produktif untuk kepentingan umat.
3. Dana wakaf tunai juga bias membantu sebahagian
lembaga- lembaga pendidikan Islam.20
b. Wakaf Kesehatan
Keberadaan layanan kesehatan seperti rumah sakit,
poliklinik, dan apotik memiliki peran strategis bagi masyarakat.
Sebagaimana pendidikan, kesehatan merupakan kebutuhan
primer setiap orang sehingga harus mampu menjangkau
seluruh lapisan masyarakat.
Aplikasi wakaf untuk kesehatan telah menjadi bagian
penting dari sejarah perwakafan Islam. Keberadaan wakaf
telahmembantu penyediaan fasilitas-fasilitas publik di bidang
kesehatan, seperti rumah sakit, poliklinik, apotik, maupun
layanan pendidikan medis. Berbagai rumah sakit didirikan
dan dibiayai dari hasil pengelolaan aset wakaf, seperti di
Cairo, Istambul, dan negara Islam lainnya. Di Spanyol,
fasilitas rumah sakit yang dibiayai oleh lembaga wakaf
melayani segenap lapisan masyarakat, baik muslim maupun
non muslim.21
Wakaf telah berperan besar bagi pengembangan layanan
kesehatan. Sejarah Islam mencatat adanya korelasi antara
perkembangan wakaf dengan perkembangan ilmu kedokteran
dan perannya bagi kesehatan masyarakat. Wakaf merupakan
sumber utama, bahkan bisa jadi dalam kondisi tertentu
merupakan satu-satunya sumber bagi pendanaan rumah sakit,
sekolah atau pendidikan medis. Wakaf juga menjadi
sumber pendanaan bagi fasilitas-fasilitas yang merupakan
pelengkap bagi

20
Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam, Pedoman Pengelolaan Wakaf Uang, (
Jakarta: Maret, 2008), hlm., 93
21
Ahmad Djunaidi, dkk., Menuju Wakaf Produktif, ( Jakarta: PT
Muntaz Publishing, 2008), hlm. 90.
layanan kesehatan, seperti kebersihan toilet umum,
pemenuhan gizi anak, dan kesehatan manula.
Wakaf untuk kesehatan tidak hanya berupa tanah dan
bangunan rumah sakit, melainkan juga banyak ditemukan aset
wakaf dalam bentuk tanah, kebun, apartemen, pertokoan, dan
lainnya yang diwakafkan untuk menjamin keberlangsungan
layanan kesehatan yang memerlukan biaya besar.
Beberapa rumah sakit tidak hanya memberikan layanan
kesehatan semata, tapi juga menyelenggarakan pendidikan
medis dan memberikan jaminan bagi pasien untuk
mendapatkan layanan kesehatan secara keseluruhan secara
cuma-cuma. Contoh rumah sakit yang didanai wakaf dan
memberikan layanan secara komprehensif seperti itu adalah
Rumah Sakit al-„Adadi di Baghdad, Rumah Sakit al-Mansuri di
Cairo, Rumah Sakit an-Nuri di Damaskus, dan Rumah Sakit
al-Mansuri di Mekah.

D. Lembaga dan Manejemen Zakat dan Wakaf Produktif


1. Lembaga dan Manajemen Zakat Produktif
Zakat yang sudah dikumpulkan oleh Lembaga Amil
Zakat (LAZ) atau Badan Amil Zakat (BAZ) harus
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan
mustahiq, sebagaimana digambarkan dalam al-Qur`ân surat
at-Taubah ayat 60. Karenanya, LAZ harus dikelola dengan
amanah, jujur, transparan dan profesional.
Dalam Pasal 22 KMA Nomor 581 tahun 1999 dikemukakan
bahwa LAZ yang baik memenuhi persyaratan, yaitu:22
1. Berbadan hukum
2. Memiliki muzakki dan mustahiq
3. Memiliki program kerja

22
Keputusan Menteri Agama RI Nomor 373 Tahun 2003 Tentang
Perubahan Keputusan Menteri Agama Nomor 581 Tentang
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan
Zakat.
4. Memiliki pembukuan
5. Melampirkan surat pernyataan bersedia diaudit
Adapun dasar hukum adanya lembaga zakat (pengumpul
dan penyalur) zakat baik yang bersifat konsumtif (QS. al-
Baqarah : 273) maupun yang bersifat produktif (Hadits
riwayat Imam Muslim dari Salim Ibn Abdillah ibn Umar dari
ayahnya bahwa Rasulullah Saw telah memberinya pemberian
(zakat) menyuruhnya untuk dikembangkan atau
tamawwalah).
Terdapat pendapat yang menarik dari sebagian ulama
bahwa Pemerintah (BAZ dan LAZ yang amanah,
terpercaya, dan profesional) diperbolehkan membangun
perusahaan-perusahaan, pabrik-pabrik dan yang lainnya dari
uang zakat, untuk kemudian kepemilikan dan keuntungannya
diberikan kepada para mustahiq dalam jumlah yang relatif
besar, sehingga terpenuhi kebutuhan mereka dengan lebih
leluasa. Hanya saja, dalam pelaksanaannya perlu kesungguhan,
kehati-hatian, dan kecermatan, agar jangan sampai terjadi
kerugian karena kesalahan para pengelola.

2. Lembaga dan Manajemen Wakat Produktif


Institusi atau lembaga pengelola wakaf pengertiannya
berkaitan langsung dan tidak dipisahkan dari upaya-upaya
produktif dari aset wakaf. Inti ajaran yang terkandung
dalam amalan wakaf itu sendiri menghendaki agar harta
wakaf itu tidak boleh hanya dipendam tanpa hasil yang akan
dinikmati oleh mawquf ‘alaih. Semakin banyak hasil harta
wakaf yang dapat dinikmati orang, akan semakin besar
pula pahala yang akan mengalir kepada pihak wakif.
Berdasarkan hal tersebut, dari sisi hukum fikih,
pengembangan harta wakaf secara produktif merupakan
kewajiban yang harus dilakukan oleh pengelolanya (NADZIR).
Dalam kitab Mughnil Muhtaj, oleh Syams al-Dien Muhammad
bin Ahmad al-Syarbaini dijelaskan tugas nadzir sebagai berikut:
“kewajiban dan tugas nadzir wakaf adalah membangun,
mempersewakan, mengembangkannya agar berhasil dan
mendistribusikan hasilnya itu kepada pihak-
pihak yang berhak, serta kewajiban memelihara modal wakaf
dan hasilnya.” Dalam kitab Syarh Muntaha al-Adaab oleh
Manshur bin Yunus al-Bahuty dijelaskan: “tugas nadzir
wakaf adalah memelihara harta wakaf, membangunnya,
mempersewakannya, menanami lahannya dan
mengembangkannya agar mengeluarkan hasil yang maksimal
seperti hasil sewa, hasil pertanian dan hasil perkebunan.”
Ada beberapa bentuk penyewaan yang terdapat dalam
konsep
fikih:
a. Sewa biasa (ijarah).
Dengan pertimbangan kemaslahatan harta wakaf, para
ulama mazhab yang empat sepakat membolehkan
mempersewakan harta wakaf, meskipun mereka berbeda
dalam beberapa hal.
b. Akad sewa menyewa ganda (aqd al-ijaratain).
Akad sewa ganda ini dilakukan untuk mengatasi
kekurangan modal untuk membangun bangunan di atas
sebidang tanah wakaf. Untuk memperoleh modal, diadakan
kontrak sewa dengan seorang penyewa untuk jangka waktu
lama, dengan dua tingkat sewa menyewa. Sewa pertama
dibayar lebih dulu sejumlah yang memungkinkan untuk
membangun bangunan dimaksud. Sedangkan sewa kedua
merupakan sewa bulanan dengan harga yang lebih murah
yang harus dibayar selama menghuni rumah. Sewa kedua ini
masih diperlukan untuk menghindarkan kemungkinan ada
klaim dari penyewa bahwa rumah itu telah dibelinya.
c. al-Hikr.
Yaitu sebuah akad sewa menyewa tanah wakaf untuk
masa waktu yang lama, serta memberi hak kepada
penyewa untuk mendiami tanah itu, untuk membangun atau
bercocok tanam di atas lahan pertanian dan memberinya hak
untuk memperpanjang masa sewa setelah kontrak pertama
habis, selama ia masih mampu membayar sewa pasaran.
d. al-Marshid
Yaitu sebuah kesepakatan dengan calon penyewa yang
bersedia meminjami NADZIR sejumlah dana untuk memperbaiki
bangunan wakaf sebagai hutang yang kemudian akan dibayar
dengan sewa harta wakaf itu sendiri.
1). Pengembangan hasil sewa wakaf dengan membelikannya
kepada benda yang bisa menghasilkan, misalnya
dengan memodali pembangunan gedung yang
kemudian dapat disewakan lagi
2). Dengan melakukan kerja sama dalam pengelolaan
lahan pertanian wakaf di samping dengan
mempersewakannya kepada pihak yang punya modal,
juga mungkin dengan kerjasama mUZARA’ah.
Institusi atau lembaga pengelola wakaf pengertiannya
berkaitan langsung dan tidak dipisahkan dari upaya-upaya
produktif dari aset wakaf. Inti ajaran yang terkandung
dalam amalan wakaf itu sendiri menghendaki agar harta
wakaf itu tidak boleh hanya dipendam tanpa hasil yang akan
dinikmati oleh penerima wakaf. Semakin banyak hasil harta
wakaf yang dapat dinikmati orang, akan semakin besar pula
pahala yang akan mengalir kepada pihak wakif.
Berdasarkan hal tersebut, dari sisi hukum fikih,
pengembangan harta wakaf secara produktif merupakan
kewajiban yang harus dilakukan oleh pengelolanya (NADZIR).

E. Kelebihan dan Kelemahan Zakat dan Wakaf Produktif


1. Kelebihan dan Kelemahan Zakat Produktif
a. Kelebihan Zakat Produktif
Kelebihan zakat terlihat pada adanya semangat rohani
(agama), moral dan sosial.
1). Kelebihan Rohani
- Zakat merupakan bentuk realisasi dari salah satu
rukun Islam, yang merupakan kunci kebahagiaan
hamba, dunia dan akhiratnya.
- Zakat merupakan jalan bagi seorang hamba
untuk bertaqarrub kepada Rabbnya, untuk
meningkatkan kualiti imannya. Nilainya sama dengan
berbagai bentuk dan jalan ketaatan yang lain.
- Melaksanakan zakat akan memperolehi pahala
yang besar. Allah SWT berfirman dalam surat al-
Baqarah ayat 276:
- “Allah SWT memusnahkan riba’ dan menhidup
suburkan sedekah.”
- Dengan zakat, Allah SWT akan menghapuskan
kesalahan- kesalahan sebagaimana Rasulullah SWT
bersabda : “Sedekah itu dapat memadamkan
kesalahan-kesalahan sebagaimana memadamkan air.”
2). Kelebihan Moral
- Dengan zakat, seorang muzakki (yang berzakat)
akan berjumpa dengan kafilah para dermawan
yangmempunyai rasa simpati dan kasih sayang untuk
memberi. Zakat akan membuahkan sifat (penyayang)
dan lemah-lembut bagi muzakki kepada saudara-
saudara yang kekurangan. Dan orang-orang yang
penyayang akan disayangi oleh Yang Maha
Penyayang. Sebuah realiti, bahawa mendermakan
harta dan tenaga kaum muslimin itu akan
melapangkan dada dan dimuliakan oleh saudara-
saudaranya sesuai dengan kadar yang
didermakannya itu.
- Dalam zakat ada jalan pensucian moraliti si muzakki
dari sifat bakhil dan lokek. Sebagaimana firman
Allah Swt., dalam surat at-Taubah ayat 103:
“Ambillah dari sebahagian harta-harta mereka sebagai
sedekah yang akan membersihkan dan mensucikan
mereka.”
3). Kelebihan Sosial
- Dalam zakat ada dorongan untuk memenuhi keperluan
fakir miskin yang mereka ini termasuk majoriti di
sebahagian besar negara.
- Zakat merupakan unsur kekuatan kaum muslimin
dan peningkatan kedudukan mereka. Oleh kerana itu,
salah satu fungsi zakat ialah untuk jihad
fisabilillah.
- Zakat berfungsi untuk menghilangkan rasa dengki
dan permusuhan yang ada di dalam hati orang-
orang yang kafir dan kekurangan.
- Dalam zakat ada budidaya harta dan
memperbanyakkan berkat. Sebagaimana disebutkan
dalam hadis bahawasanya rasulullah SAW bersabda:
”Tidaklah sedekah itu mengurangkan harta, yakni
jika akan mengurangkan dari segi kuantiti, maka ia
tidak akan berkurang dari segi barakah dan akan
bertambah pada masa yang akan datang, bahkan Allah
SWT akan menyediakan penggantinya dan
memberi berkah didalamnya.”
- Dalam zakat terdapat perluasan wilayah pembahagian
harta. Kerana jika harta itu disedekahkan akan
semakin luas wilayah jangkauannya dan boleh
dimanfaatkan oleh orang ramai. Berbeda manakala
harta itu hanya berpusing dikalangan orang-orang
yang kaya sahaja, tentu orang- orang kafir tidak akan
mendapat apa-apa bahagian.
4). Kelemahan Zakat Produktif
Beberapa kelemahan zakat produktif adalah:
- Kurangnya pengetahuan dalam pemanfaatan zakat
produktif
- Kurang efektif dalam penyelenggaraan disebabkan
adanya pembagian zakat produktif yang kurang
efektif.
2. Kelebihan dan Kelemahan Wakaf Produktif
a. Kelebihan
- Aspek Nilai Kesehatan, memberikan manfaat
pelayanan kesehatan bagi orang yang tidka
mamppu.
- Asoek Nilai Ekonomi, meringankan beban
perekonomian bagi orang yang tidak mampu dan
dikelola dengan baik.
b. Kekurangan atau kelemahan wakaf produktif ini terlihat
pada minimnya usaha yang dilakukan oleh orang yang
tidak mampu dalam meningkatkan perekonomianya,
sehingga rumah wakaf yang digunakan hanya sebagai
tempat tinggal saja, dan tidak banyak berfungsi sebagai
tempat usaha rumah tangga.

F. Rangkuman
1. Pengertian zakat produktif adalah pemberian zakat yang
dapat membuat para penerimanya menghasilkan sesuatu
secara terus menerus, dengan harta zakat yang telah
diterimanya.
2. Dasar hukum zakat produktif antara lain surat al-
Baqarah ayat 227 dan Hadits Rasulullah Saw., yang
diriwayatkan Bukhori Muslim dari Ibnu Abbas RA.
3. Dua bentuk pendayagunaan dana zakat yaitu :
a. Bentuk Sesaat (zakat hanya diberikan kepada
seseorang satu kali atau sesaat saja).
b. Bentuk Pemberdayaan (penyaluran zakat yang disertai
target merubah keadaan penerima dari kondisi kategori
mustahiq menjadi kategori mUZAKKI).
4. Sifat pemberdayaan zakat ada tiga bentuk, yaitu :
Hibah, Dana Bergulir dan Pembiayaan.
5. Kategori pemberdayaan zakat antara lain :
a. Pendayagunaan zakat yang konsumtif tradisional
sifatnya
b. Pendayagunaan zakat konsumtif kreatif
c. Pendayagunaan zakat tradisional
d. Pendayagunaan zakat produktif kreatif.
6. Permasalahan tidak berkembangnya zakat produktif di
Indonesia adalah :
a. Krisis kepercayaan umat terhadap segala macam atau
bentuk usaha yang menghimpun dana umat karena
terjadi penyelewenga/penyalahgunaan akibat sistem
kontrol dan pelaporan yang lemah.
b. Adanya pola pandangan terhadap pelaksanaan zakat
yang umumnya lebih antusias pada zakat fitrah saja
yakni menjelang Idul Fitri.
c. Tidak seimbangnya jumlah dana yang terhimpun
dibandingkan dengan kebutuhan umat, sehingga dana
yang terkumpul cenderung digunakan hanya untuk
kegiatan konsumtif dan tak ada bagian untuk
produktif. Hal ini juga dikarenakan tidak semua
mUZAKKI berzakat melalui lembaga.
d. Terdapat semacam kemajemukan di kalangan
mUZAKKI, dimana dalam periode waktu yang relatif
pendek harus dihadapkan dengan berbagai
lembaga penghimpun dana.
e. Adanya kekhawatiran politis sebagai akibat adanya kasus
penggunaan dana umat tersebut untuk tujuan-tujuan
politik praktis.
7. Bentuk wakaf dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu langsung (yaitu wakaf yang pokok barangnya
digunakan untuk mencapai tujuannya) dan produktif
(proses pengelolaan benda wakaf untuk menghasilkan
barang atau jasa yang maksimum dengan modal yang
minimum).
8. Aplikasi zakat produktif adalah adanya Bank Zakat,
yaitu sebuah lembaga yang menjadi perantara antara
mUZZAKi dan mustahiq yang bertugas menghimpun dana
zakat, infak dan sedekah dan ditujukan kepada obyek-
obyek zakat yang telah ditentukan.
9. Aplikasi wakaf produktif sering juga disebut wakaf produksi
di mana obyek pokok wakaf yang diwakafkan
dipergunakan dalam kegiatan produksi dan hasilnya di
salurkan sesuai dengan tujuan wakaf. Seperti wakaf tanah
untuk digunakan bercocok tanam, mata air untuk dijual
airnya dan lain-lain.
10. Contoh bentuk wakaf produktif adalah Wakaf Uang
(Tunai) dan Wakaf Kesehatan.
11. Kelebihan zakat produktif terlihat pada adanya
semangat rohani (agama), moral dan sosial.
12. Kelemahan Zakat Produktif adalah kurangnya
pengetahuan dalam pemanfaatan zakat produktif dan
kurang efektif dalam penyelenggaraan disebabkan adanya
pembagian zakat produktif yang kurang efektif.
13. Kelebihan Wakaf Produktif adalah memberikan manfaat
dari aspek nilai kesehatan dan ekonomi.
14. Kelemahan wakaf produktif ini terlihat pada
minimnya usaha yang dilakukan oleh orang yang tidak
mampu dalam meningkatkan perekonomianya, sehingga
rumah wakaf yang digunakan hanya sebagai tempat
tinggal saja, dan tidak banyak berfungsi sebagai tempat
usaha rumah tangga.

G. Soal Evaluasi
1. Sebutkan pengertian zakat produktif ?
2. Sebutkan dua bentuk pendayagunaan dana zakat dan
jelaskan tentang kedua bentuk pendayagunaan zakat
tersebut?
3. Sebutkan tiga sifat pemberdayaan zakat?
4. Jelaskan bagaimana pedayagunaan zakat yang bersifat
konsumtif kreatif ?
5. Bagaimana pula pedayagunaan zakat yang bersifat konsumtif
produktif kreatif ?
6. Jelaskan permasalahan tidak berkembangnya zakat produktif
di Indonesia?
7. Sebutkan bentuk wakaf produktif ?
8. Bagaimanakah aplikasi zakat produktif ?
9. Bagaimanakah aplikasi wakf produktif
10. Sebutkan kelemahan dan kelebihan zakat produktif ?
11. Sebutkan kelemahan dan kelebihan wakaf produktif ?
BAB X
IMPLEMENTAsI
BIsNIs
sYARIAH
Sejarah pergerakan ekonomi Islam di Indonesia
sebenarnya telahberlangsungsejaktahun1911,
yaitusejakberdirinyaorganisasi Syarikat Dagang Islam yang
dibidani oleh para entrepreneur dan para tokoh Muslim saat
itu. Bahkan jika kita menarik sejarah jauh ke belakang, jauh
sebelum tahun 1911, peran dan kiprah para santri (umat
Islam) dalam dunia perdagangan cukup besar. Hasil penelitian
para ahli sejarah dan antropologi membuktilan fakta tersebut.
Perkembanganbisnissyariahyangmarakdewasainimerupakan
cerminan dan kerinduan ummat Islam Indonesia untuk kembali
menghidupkan semangat para entrepreneur muslim masa
silam dalam dunia bisnis dan perdagangan sebagaimana juga
menjadi ajaran Nabi Muhammad Saw dan sunnah yang
diteladankannya kepada umatnya.

A. Pengertian Kewirausahaan (Bisnis) dan Karakternya


1. Pengertian
Wirasusaha sering dipadankan dengan kata
“entrepreneur” atau ada yang menyebut dengan “wiraswasta”.
Secara etimologis “wira” berarti perwira, utama, teladan atau
berani. Dan kata “swa” berarti sendiri, sedangkan “sta”
berarti berdiri. Jadi, wiraswasta

| 167
|
Naili Rahmawati, M.Ag

berarti keberanian berdiri di atas kaki sendiri.1 Dengan


demikian, pengertian wiraswasta atau wirausaha sebagai
padanan kata
entrepreneuradalahorangyangberanimembukalapanganpekerjaa
n dengan kekuatan sendiri, yang tidak saja menguntungkan
dirinya sendiri, tetapi juga menguntungkan masyarakat karena
dapat menyerap tenaga kerja yang diperlukan.2
Adapun pengertian wirausaha lebih lengkap dinyatakan
oleh Joseph Scumpeter adalah “Entrepeneur as the person
who destroys the existing Economic order by
introducing new Products and services, by creating
new formsof orgANIZATION, or by exploiting new raw
materials”.3
Dari beberapa definisi tersebut, maka kewirausahaan atau
enterpreneurshipadalahilmuyangmengkajitentangpengembanga
n dan pembangunan semangat kreatifitas serta berani
menanggung risiko terhadap pekerjaan yang dilakukan demi
mewujudkan hasil karya tersebut.
Seorang enterpreneur dalam menghadapi dan
menjalankan suatu usaha (bisnis) harus berani dan siap jika
usaha yang dilakukan tersebut belum memiliki nilai perhatian
di pasar, dan ini harus dilihat sebagai bentuk proses
menuju wirausahawan sejati.

2. Karakter
Di antara karakteristik wirausaha yang menonjol adalah:4
a. Proaktif, yaitu suka mencari informasi yang ada dengan
dunia yang digelutinya, dengan tujuan agar tidak
ketinggalan informasi, sehingga segala sesuatunya dapat
disikapi dengan

1
Handri Rahardjo, SH., Kalo Gak Mau Kaya, Jangan Berwirausaha,
(Yogyakarata, Cakrawala, 2009), hlm. 15..
2
Ma’ruf Abdullah, Wirausaha Berbasis Syari’ah, (Banjarmasin:
Antasari Press, 2011), hlm., 1.
Managemen Investasi Syariah
3
William D. Bygrave, The Portable MBA in Entreprenership, (New
York:
John willey & Sons, Inc. New York, 1994), hlm.1.
4
Ma’ruf Abdullah, Op. Cit., hlm. 3-8.
bijak dan tepat. Misalnya, adanya pesaing baru yang
masuk dengan produk yang sejenis.
b. Produktif, yaitu tidak sembarang mengeluarkan biaya, teliti
dan cermat dan penuh perhitungan dalam memutuskan
pengeluaran. Denga kata lain seorang wirausaha lebih
mementingkan pengeluaran yang sifatya produktif
daripada yang konsumtif.
c. Pemberdaya, yaitu cenderung memberdayakan orang lain
yang didukung dengan pemahaman manajemen yang
mapan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Dengan
demikian, di satu sisi tujuan bisnisnya tercapai, dan di sisi
lain anak buahnya diberdayakan dengan maksimal,
sehingga ke depannya diharapkan mereka dapat
berdiri sendiri.
d. Tangan di Atas, yaitu seorang wirausaha mempunyai
karakter sering memberi. Seorang wirausaha sejati akan
bangga jika mamapu memberikan kelebihannya kepada
yang lain.
e. Rendah hati, yaitu seorang wirausaha sejati menyadari
keberhasilan yang dicapainya bukan sepenuhnya karena
kehebatannya, akan tetapi tetap menyadari adanya
pertolongan Allah selain usaha yang dilakukannya dengan
sungguh-sungguh.
f. Kreatif, yaitu mampu menangkap dan menciptakan
peluang- peluang bisnis (usaha) yang bisa
dikembangkan dengan membuka peluang baru,
sehingga tidak kawatir akan kehabisan lahan usaha.

B. Budaya, Strategi dan Etika Bisnis Syariah.


1. Budaya Bisnis Syariah
Konsekuensi logis dari pentingnya bisnis sebagai
pilihan bagi seorang muslim, maka perlu dibangun budaya
pebisnis (entrepreneur) syariah, antara lain:
a. Selalu menyukai dan menyadari ketetapan dan perubahan.
Ketetapan ini sebagai implikasi dari pemahaman
| 169 |
konsep

| 170
|
akidah. Dan perubahan yang dimaksud adalah adanya
peningkatan kualitas kehidupan, termasuk dalam
bidang muamalah seperti bisnis sebagaimana maksud surat
ar-Ra’du ayat 11:

‫ِم ْن ْأَم ِر ا‬
‫ي َف‬ ْ َ ‫ِم ْن َبْ= ِي َي َخْلِ=فِ=ه‬ ‫ُلَ=ه ُم َعِ=ّقَبا‬
‫ُظ َُون=ه‬ ‫َدْيِ=ه َ ِو=م ْن‬ ‫ٌت‬
‫ِّلل ِإ َّن‬
‫وإ َذا َأَرا َد ا‬
ِ َ ‫َحت‬ ‫ا‬
‫ّى ُي َ ِغ ّ= ُ يروا َما ِبأَْنُ=ف ِس ِه‬
ُ‫ّلل‬ ‫ْم‬ ‫ّللَ َل ي‬
‫َغ‬
‫ّ ُري َما بَِق ْو م‬
ٍ
‫ِبَ=ق ْو م ُسوًءا فَ=ال َم َرَ=ّد ُلَ=ه َو َما َلُ ْم ِم ْن ُد ِون=ه ِم ْن َوا‬
ٍ
(11) ‫ٍل‬
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran ,di muka dan di
belakangnya ,mereka menjaganya atas perintah
Allah .Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri .dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum ,Maka
tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak
ada pelindung bagi mereka selain Dia.
b. Inovatif, hal ini didasarkan pada eksistenis manusia
sebagai khalifah dengan tugas memakmurkan bumi,
melakukan perubahan dan perbaikan.
c. Berupaya secara bersungguh-sungguh agar bermanfaat bagi
orang lain sebagaimana sabda Rasulullah Swa., yang
artinya : ”Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat
bagi orang lain” (HR. at-Thabrani).
d. Berkarakter atau berkepribadian membangun dan
bertanggung-jawab sebagaimana maksud ayat al-Qur’an pada
surat an-Nisa’ ayat 9 :

‫َوْلي ْخ َش َت ر ُكوا م َخلِْ=ف ه م ِض َخافُوا‬


ْ ِ ِ =َ َ
‫ُذ َعاًفا‬ ‫ْن‬ ‫ال‬
‫ِّري‬ ‫ّ ِذي َن لَ ْو‬
‫ًّة‬
(9) ‫َولَْيُ=قولُوا قَ َس ِدي ًدا‬ ‫َعلَْيِ=ه ْم‬
‫ْوًل‬ ‫فَلَْيت‬
َ‫ُّ=قوا ا َّلل‬
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang
yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka
anak-anak yang lemah ,yang mereka khawatir
terhadap) kesejahteraan (mereka.“
.e Menanam investasi yang terbaik, yaitu dengan
memotivasikan diri untuk mencapai ridho Allah Swt.,
sebagaimana maksud ayat al-Qur’an pada al-Baqarah
ayat 207:

“Dan di antara manusia ada orang yang


mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan
Allah ;dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-
hamba-Nya.“
Jika dalam berbisnis ridho Allah Swt., yang menjadi
prioritas, maka konsekuensi logisnya investasi yang ditanam
haruslah yang terbaik yang ditandai dengan indikator berikut
ini:
a. Perolehan investasi bersifat halal
b. Niat berinvestasi lurus dan ikhlas
c. Tujuan yang akan dicapai adalah kebaikan, kemanusiaan
dan pemberdayaan.
2. Landasan Moral Bisnis Syariah
Bisnis ataupun investasi yang berdasarkan syariah
memiliki landasan moral yang harus dipahami dan dipegang
kuat oleh pebisnis (entrepreneur) syariah, yaitu: 5
a. Kesadaran diri selalu dalam pengawasan Allah Swt.
Implikasinya adalah adanya kesadaran segala sesuatu yang
dikerjakan tidak akan luput dari pantauan Allah Swt.,
sebagaimana disebutkan dalam al-Zalzalah ayat 7-8:
5
Ma’ruf Abdullah, Perbedaan paradigm Ekonomi Konvensional
dengan Ekonomi Islam dalam Teori dan Realita, (Banjarmasin: IAIN
Antasari Press, 2009), hlm. 17.

‫فَ َم ْن َي ْع َم ِمْثَ=ق َ َخ ًْ يرا َي=رُه ) َو َم ْن ي ِمْثَ=ق َذ ٍَّرة‬


‫ْع َم ْل ا َل‬ (7 ‫ْل ا َل ذ‬

‫ٍّرة‬
(8) ‫َش ًّّ=را َي=رُه‬
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat
DZAR rahpun, niscaya Dia akan melihat) balasan(nya
.Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan
sebesar DZAR rahpun ,niscaya Dia akan melihat)
balasan(nya pula.“
b. Komitmen tinggi pada kejujuran.
Jujur adalah kesesuian nurani yang member jaminan
spiritual terhadap kebenaran berbuat, ketepatan bekerja
dan bisa di percaya. Allah menegaskan dalam surat az-Zumar
ayat 32-34:

‫ِبال ِّص ْد ِق ِإ ْذ‬ ‫َك ََذب َعلَى ا‬ ‫أَ ْظلَ ُم‬ ‫فَ َم ْن‬
‫َجا َءُه‬
‫ِم‬
‫ِّلل َو َك ََّذب‬ ‫ّ ْن‬

(23) ‫َمْثًوى ِلْل َك ِا=ف ِري َن‬ ‫ألَْي َس ِف َج‬


‫َوال‬ ‫َهن‬
‫ّ ِذي َجا َء ِبال ِّص ْد ِق‬ ‫ّ َم‬
‫اْ=لُت َ َما َي َش ُا=ءو َن‬ ‫ََوص ِب=ه أُولَِئ َك ُه‬
‫ِعْن َد‬ ُ‫( ل‬33) ‫ُم ُّ=قو َن‬
‫ْم‬ ‫ّد َق‬
)43( َ ‫َرب َج َز ُا=ء ي‬
‫اْ=ُلْ ِسِن‬ ‫ِّ=ه ْم َذلِ َك‬
“Maka siapakah yang lebih ZALIM daripada orang yang
membuat- buat Dusta terhadap Allah dan
mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya ?
Bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal
bagi orang-orang yang kafir ?Dan orang yang
membawa kebenaran) Muhammad (dan
membenarkannya ,mereka Itulah orang-orang yang
bertakwa .Mereka memperoleh apa yang mereka
kehendaki pada sisi Tuhan mereka .Demikianlah
Balasan orang- orang yang berbuat baik.“
c. Komitmen yang tinggi pada amanah
Amanah bagi pelaku bisnis syariah merupakan
penghargaan moral yang amat mahal dan memiliki nilai plus
yang beda, dan
dalam Islam dilarang untuk berkhianat sebagaimana ditegaska al-
Quran surat al-Anfaal ayat 27 - 28:

َ َّ
‫َل َتُوُنوا ا لل َوال َّر ُسو َل َ َو=تُوُنوا َأَ=مَاناِت‬ ‫َيا‬
‫ُ ك ْم‬ ‫أَي‬
‫ّ َها‬
‫ال‬
‫ّ ِذي َن آ َمُنوا‬
‫( َوا ْعلَ ُموا أَّنَا ْأَ=م َوُال ُك ْم َوأَ ْوَ=ل ُد ُك ْم‬72) ‫َوأَْنُت ْم َت ْعلَ ُمو َن‬
‫ِفْت ٌَن=ة‬
(82) ‫َع ِظي ٌم‬
‫َوأَ َّن ا َّلل ِعنْ َُده أَ ٌْجر‬
“Hai anak Adam ,janganlah sekali-kali kamu dapat
ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah
mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga ,ia
menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk
memperlihatkan kepadakeduanya’ auratnya
.Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat
kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat
mereka .Sesungguhnya Kami telah menjadikan
syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-
orang yang tidak beriman .Dan apabila mereka
melakukan perbuatan keji, merekaberkata”
:KamimendapatinenekmoyangKamimengerjakan yang
demikian itu ,dan Allah menyuruh Kami
mengerjakannya“. Katakanlah” :Sesungguhnya Allah
tidak menyuruh) mengerjakan( perbuatan yang keji
“.mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah
apa yang tidak kamu ketahui?
d. Berupaya mencapai ketakwaan
Ketakwaan bagi pebisnis berbasi syariah adalah
dengan membiasakan diri melaksanakan perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya. Jika kondisi ini tercapai Allah akan
selalu memberikan kemudahan di tengah kesulitan
sebagaimana maksud ayat ath-Thalaq ayat 3:

‫َي َت َو َّك ْل َعلَى‬ ‫َوَي ْر ُز ْقُ=ه ِم ْن َحْي ُث َل َيَْت ِس ُب‬


‫ا‬ ‫َو َم ْن‬
ّ
‫للِ فَ ُه َو‬
‫يء قَ ْد ًرا‬
ٍ ْ ‫َج َع َل ا َش‬ ‫َح ْس ُب=ه ِإ َّن ا َّللَ َباِل ُغ ْأَ=م ِ ِر=ه َق ْد‬
(3)
‫ّللُ لِ ُك ِّل‬
“Dan memberinya reZKI dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan) keperluan(nya .Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan yang) dikehendaki(Nya
.Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan
bagi tiap-tiap sesuatu.“
e. Berkompetisi secara sehat
Pebisnis syariah yang memiliki gairah kompetisi yang
sehat untuk meraih sesuatu yang lebih baik merupakan
kunci keberhasilan. Pebisnis syariah dengan sifat ini akan
sungguh- sungguh menjauhi distorsi pasar (gangguan pada
mekanisme pasar yang ideal).
Perbuatan yang dapat merusak mekanisme pasar
antara lain:6
- Rekayasa permintaan dengan ba’i najasi, yaitu
berkolusi dengan orang lain untuk memuji barang agar
konsumen membeli dengan harga tinggi.
- Rekayasa penawaran dengan ikhtikar, yaitu mengambil
keuntungan di atas keuntungan normal dengan cara
menjual lebih sedikit barang untuk harga lebih tinggi
(monopoly rent seeking).
- Rekayasa penawaran dengan talakki rukban, yaitu
dilakukan dengan membeli barang dari penjual yang
tidak mengetahui sebenarnya informasi tentang harga
jual.
- Tadlis, yaitu salah satu pihak tidak memiliki informasi
yang sama tentang harga barang yang akan
ditransaksikan.
- Taghrir (gharar), yaitu ketidak-pastian yang
diakibatkan informasi yang tidak jelas dari kedua
belah pihak.
3. Strategi Bisnis Syariah
6
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, ( Jakarta: PT
RajaGrafindo
Persada, 2007), Ed. 3, Hlm. 182.
Nabi Muhammad Saw,. sebagai teladan pebisnis
syariah memberikan contoh sebelum menyusun,
menetapkan dan melaksanakan kegiatan bisnisnya dengan
merumuskan strategi yang meliputi:7
a. Jujur, yaitu akan melahirkan kepercayaan (loyalitas)
dari konsumen yang berujung pada keuntungan yang
tetap megalir.
b. Ikhlas, yaitu pebisnis tidak akan memandang
keuntungan materi sebagai prioritas tujuan, akan
tetapi juga tetap memperhitungkan keuntungan non
materiil (ridho Allah Swt.).
c. Profesional, yaitu berusaha maksimal dalam mengerjakan
sesuatu dan menghadapi masalah dan tidak mudah putus
asa.
d. Sillaturrahim, yaitu sebagai jembatan yang
menghubungkan pebisnis dengan manusia lain termasuk
dengan competitor.
e. Niat suci dan Ibadah, yaitu sebagai perwujudan eksistensi
diciptakannya manusia oleh Allah Swt., sehingga tata cara
yang dijalankan dan tujuan yang akan dicapai sesuai
dengan ketentuan syar’i.
f. Menunaikan Zakat, Infaq dan Shadaqoh, yaitu harus
dibudayakan dengan keyakinan jika dilakukan apa yang
telah dikeluarkan tidak akan hilang atau habis, bahkan
sebaliknya akan dilipatgandakan.
2. Etika Bisnis Syariah
a. Etika Mencari Keuntungan
Dalam Islam etika bisnis yang dilakukan dalam mencari
keuntungan adalah:
1). Landasan iman dan takwa sebagai landasan operasionalnya:
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman.“

Buchari Alma, Kewirausahaan, (Bandung: Penerbit CV Alfabeta,


7

2007), hlm.270-272.
“Hai orang-orang yang beriman ,ruku‘lah kamu
,sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah
kebajikan ,supaya kamu mendapat kemenangan.“
2). Komitmen tinggi untuk zikir dan syukur ,yaitu sadar
akan adanya peran Allah dalam kegiatan bisnis dan
berterima kasih atas keberhasilan usaha yang akan
dicapai:
“Apabila telah ditunaikan shalat ,Maka bertebaranlah
kamu di muka bumi ;dan carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah banyak- banyak supaya kamu
beruntung.“
3). Berjiwa bersih dan mau bertobat ,yaitu bersih dari
penyakit jiwa yang menghambat prestasi dan kinerja
pebisnis agar usaha berjalan jernih dan obyektif
.Sedangkan taubat adalah mau membersihkan diri dari
segala sesuatu kesalahan yang pernah dibuat:
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang
beriman.“
4). Antusias menjalankan amar ma‘ruf nahi mungkar:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yangmenyeru kepada kebajikan ,menyuruh
kepada yang ma‘ruf dan mencegah dari yang
munkar .Merekalah orang-orang yang beruntung.“
.b Etika Profesi Natural Islami
Pebisnis Islam selain mendapatkan bimbingan dari al-
Qur‘an (kalamullah), juga mendapatkan bimbingan dalam
bentuk alam (filullah), sebagaimana firman Allah Swt., :
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi ,dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang- orang yang
berakal .Yaitu orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi) seraya berkata” :(Ya
Tuhan Kami ,Tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia ,Maha suci Engkau ,Maka
peliharalah Kami dari siksa neraka.
C. Optimalisasi Peluang dan Pemilihan Jenis Usaha
Optimalisasi peluang dan jenis usaha dalam kegiatan
invstasi (bisnis) antara lain dengan beberapa langkah, yaitu:
1. Menciptakan Produk Baru yang Berbeda
Salah satu potensi peluang usaha yang bisa digali
adalah dengan menciptakan produk baru yang berbeda
dengan yang sudah ada dan dijual orang lain, dengan catatan
harus memiliki nilai tambah bagi konsumen.
2. Mengamati Peluang yang Ada
Melihat peluang usaha dapat dilakukan dengan mengamati
peluang pasar, seperti mengamati keadaan:
a. Produk baru segera dilepas ke pasaran
b. Kerugian teknologi harus rendah
c. Pesaing tidak agresif mengembangkan strategi
produknya
d. Pesaing tidak memiliki teknologi canggih
e. Pesaing tidak memiliki strategi untuk mempertahankan
poissi pasarnya
f. Perusahaan baru yang masih minim kompetisi.
3. Evaluasi Peluang Usaha
Evaluasi peluang usaha digunakan untuk mengetahui
usaha mana yang layak atau lebih menguntungkan untuk
dipilih, yaitu dengan:
a. Metode coba dan coba dan coba lagi (try and error)
b. Metode yang melihat besaran-besaran faktor yang
berpengaruh (screening)
c. Metode yang dengan melihat kekuatan, kelemahan,
peluang dan tantangan usaha (SWOT).
d. Metode studi kelayakan, yaitu melakukan penelitian
tentang layak atau tidaknya suatu usaha untuk
dilakukan
dengan menguntungkan secara terus menerus
(fisibility
study).
4. Kriteria Memilih Peluang Bisnis
Kriteria penentuan peluang bisnis antara lain terkait dengan:
a. Produk/Jasa, yang dipasarkan harus yang dibutuhkan
oleh masyarakat/bermanfaat.
b. Bahan Baku, udah didapat dipasaran dan tidak
terlalu mahal.
c. Harga, produk atau jasa yang akan dipasarkan
terjangkau masyarakat.
d. Pasar, yang akan dijadikan target jelas.
e. Tenaga Kerja, tersedia dengan biaya terjangkau.
f. Tidak Mudah Diduplikasi, Produk/Jasa tidak mudah
diduplikasi/dipalsukan.
g. Modal, yang akan digunakan tidak terlalu besar.
5. Jenis-jenis Usaha yang Dapat Dipilih
Jenis usaha yang akan dipilih untuk obyek usaha sebaiknya
dimulai dari skala yang kecil (skala rumah tangga).

D. Rangkuman
1. Wiraswasta atau wirausaha sebagai padanan kata
entrepreneur adalah orang yang berani membuka
lapangan pekerjaan dengan kekuatan sendiri, yang tdiak
saja menguntungkan dirinya sendiri, tetapi juga
menguntungkan masyarakat karena dapat meyerap
tenaga kerja yang diperlukan.
2. Kewirausahaan atau enterpreneurship adalah ilmu yang
mengkaji tentang pengembangan dan pembangunan
semangat kreatifitas serta berani menanggung risiko terhadap
pekerjaan yang dilakukan demi mewujudkan hasil karya
tersebut.
3. Karakteristik wirausaha antara lain : Proaktif, Produktif,
Pemberdaya, Tangan di Atas, Rendah hati dan Kreatif.
4. Budaya pebisnis syariah antara lain:
a. Selalu menyukai dan menyadari ketetapan dan
perubahan.
b. Inovatif, sebagai wujud eksistenis manusia sebagai
khalifah.
c. Berusaha secara maksimal agar bermanfaat bagi
orang lain.
d. Berkepribadian membangun dan bertanggung-jawab.
e. Menanam investasi yang terbaik.
5. Landasan moral pebisnis syariah:
a. Kesadaran diri selalu dalam pengawasan Allah Swt
b. Komitmen tinggi pada kejujuran
c. Komitmen yang tinggi pada amanah
d. Berupaya mencapai ketakwaan
e. Berkompetisi secara sehat
6. Perbuatan yang dapat merusak mekanisme pasar antara lain:
a. Rekayasa permintaan dengan Ba’i Najasi
b. Rekayasa penawaran dengan ikhtikar
c. Rekayasa penawaran dengan talakki rukban
d. Tadlis dan Taghrir.
7. Strategi pebisnis Islam sebagaimana diteladani dari
Nabi Muhammad Saw. antara lain : Jujur, Ikhlas,
Profesional, Sillaturrahim, Niat suci dan Ibadah dan
Menunaikan Zakat, Infaq dan Shadaqoh.
8. Etika bisnis syariah meliputi : etika dalam mencari
keuntungan dan etika profesi natural islami.
9. Optimalisasi peluang dan jenis usaha dalam
kegiatan investasi (bisnis) antara lain dengan beberapa
langkah, yaitu: menciptakan produk baru yang berbeda,
mengamati peluang yang ada, produk baru segera dilepas
ke pasaran, kerugian teknologiharusrendah, pesaing
tidakagresif mengembangkan strategi produknya, pesaing
tidak tidak memiliki teknologi
canggih dan tidak memiliki strategi untuk mempertahankan
poissi pasarnya serta perusahaan baru yang masih
minim kompetisi.
10. Evaluasi peluang usaha antara lain dengan Metode
coba dan coba dan coba lagi (try and error), Metode
yang melihat besaran-besaran faktor yang berpengaruh
(screening), Metode yang dengan melihat kekuatan,
kelemahan, peluang dan tantangan usaha (SWOT),
Metode studi kelayakan (fisibility study)
11. Kriteria memilih peluang bisnis harus terkait dengan :
Produk/ Jasa sesuai kebutuhan, Bahan Baku mudah
didapatkan dan biaya murah, Harga yang dilepas dapat
dijangkau, Pasar yang dituju jelas, Tenaga Kerja Yang
Dibutuhkan ada dengan biaya yang murah, Produk tidak
mudah diduplikasi dan adanya modal yang tidak terlalu
besar.

E. Soal Evaluasi
1. Sebutkan definisi wirausaha atau wiraswasta?
2. Apakah yang dimaksud dengan kewirausahaan
(entrepreunership)?
3. Sebutkan karakteristik wirausaha?
4. Sebutkan budaya pebisnis syariah?
5. Sebutkan strategi bisnis yang diajarkan Rasulullah Saw?
6. Sebutkan perbuatan yang dapat merusak mekanisme
pasar?
7. Bagaimanakah cara mengoptimalisasikan peluang dan
jenis usaha dalam kegiatan investasi (bisnis)?
8. Bagaimanakah cara mengevaluasi peluang usaha?
9. Apa sajakah kriteria untuk memilih peluang bisnis?
10. Bagaimanakah anda melihat perkembangan bisnis syariah
saat ini?
DAfTAR PUsTAKA
Abdullah, Ma’ruf, Perbedaan paradigm
Buku: Ekonomi Konvensional dengan
Ekonomi Islam dalam Teori dan
Realita, Banjarmasin, IAIN
Antasari Press, 2009
………, Wirausaha Berbasis Syari’ah,
Banjarmasin, Antasari Press,
2011
Agus N., Cahyo, Inves Emas Kaya Selangit,
Yogyakarta, Laksana, 2011
Ali, Muhammad Daud, Sistem Ekonomi Islam
Zakat dan Wakaf, Jakarta, UI Press, 1998
Ali, Zainudin, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta,
Sinar Grafika,
2008
Alma, Buchari, Kewirausahaan, Bandung,
Penerbit CV Alfabeta, 2007.
………dan Donni Juni Priansa, Manajemen
Bisnis Syariah, Bandung, Penerbit
Alfabeta, 2009
Al-Zuhaily, Wahbah, Zakat Kajian
Berbagai MAZHAB, Bandung, PT.
Remaja Rosdakarya, 1997
Ahmad, Kamarudin, Dasar-dasar
Manajemen Investasi, Jakarta,
Rineka Cipta, 1993
Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank
syariah dari Teori Ke Praktik,
Jakarta, Gema Insani, 2001
Ariefiansyah, Miyosi, Jago Investasi,
Jakarta, PT. Niaga Swadaya, 2013
Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank
Syariah, Jakarta, Pustaka Alvabet,

| 181
|
2 mas, Araska, Yogyakarat, Araska,
0 2011
0 Aziz, Abdul, M. Ag., Manajemen Investasi
6 Syariah, Bandung, Alfabeta, 2010
Arum
d
a
t
i
,

C
a
r
a

K
a
y
a

D
e
n
g
a
n

I
n
v
e
s
t
a
s
i

E
| 182 |
Managemen Investasi Syariah

Bariadi, Lili, dkk., Zakat dan Wirausaha, Jakarta, CV.


Pustaka Amri,
2005
Bygrave, William D., The Portable MBA in Entreprenership,
New
York, John willey & Sons, Inc. New York, 1994
Chandra, Puji, 8 Kunci Sukse Investasi Emas, Yogyakarta,
Sophia Timur Publisher, 2011
Djunaidi, Ahmad, dkk., Menuju Wakaf Produktif, Jakarta,
PT Muntaz Publishing, 2008
Fahmi, Irham, dan Yovi Lavianti Hadi, Teori Portofolio
dan Analisis Investasi Teori dan Soal Jawab,
Bandung, Alfabeta, 2011
Firmansyah, Erry, Metamorfosa Bursa Efek, Jakarta, Bursa
Efek Indonesia, 2011
Frensidy, Budi, Lihai Sebagai Investor, Panduan Memahami
Dunia Keuangan dan Ivestasi di Indonesia, Jakarta,
Salemba Empat, 2013.
Hadi Permono, Sjechul, Pendayagunaan Zakat Dalam
Rangka Pembangunan Nasional, Jakarta, Pustaka
Firdaus, 1992
Haming, Murdifin dan Salim Basalamah, Studi Kelayakan
Investasi Proyek & Bisnis, Jakarta, Bumi Aksara,
2010
Hafiduddin, Didin, Zakat Dalam Perekonomian Modern,
Jakarta, Gema Insani Press, 2002
……… & Hendri Tanjung, 2003, Manajemen Syari’ah dalam
Praktek, Jakarta, Gema Insani Press, 2003
Harahap, Sofyan Syafri, Menuju Perumusan Teori
Akuntansi Islam, Jakarta, Pustaka Quantum, 2001
Hasibuan, Malayu, Manajemen, Dasar, Pengertian dan
Masalah, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2005
Hidayat, Taufik, Buku Pintar Investasi; Reksadana Saham
Stock Options Valas Emas, Jakarta, Mediakita,
cet.kedua, 2011
Naili Rahmawati, M.Ag

Husnan, Suad, Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis


Sekuritas, Yogyakarta, UPP AMP YKPN, 2000
HS Salim, dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia,
Jakarta,
PT. Raja Grafindo Persada, 2012
Iqbal, Zamir & Abbas Mirakhor, An Introduction To Islamic
Finance, Theory and Practice, Singapore, John Wiley
& Sons, 2007
Jaribah Bin Ahmad Al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar Bin Al-
Khathab, Jakarta, Pustaka al-Kautsar, 2008
Karim, Adiwarman A., Ekonomi Mikro Islam, Jakarta, PT
RajaGrafindo Persada, 2007
K. Lewis, Mervyn, dan Latifa M. Algaoud, Perbankan
Syariah, Prinsip, Praktik, dan Prospek, Jakarta, PT.
Serambi Ilmu Semesta, 2007
Latief, Moh. Rowi, & A. Shomad Robith, Tuntunan Zakat
Praktis, Surabaya, Indah, 1987.
Mahdi bin Ibrahim bin Muhammad Mujbir, Amanah dalam
Manajemen, Terjemahan, Rahmad Abbas, Jakarta,
Pustaka al-Kautsar, 1997.
Manan, Abdul, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan
Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia, Jakarta,
Kencana Prenada Media Group, 2009
Mubarok, Jaih, Wakaf Produktif, Bandung, Simbiosa
Rekatama Media, 2008
Muhamad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah,
Yogyakarta, UII Press, 2005
Muhammad, Sahri, Zakat dan Infak Dalam Usaha
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat, Ilmu
Pengetahuan dan Agama Islam, Surabaya, al-Ikhalas,
1982
Nafik, Muhammad, Bursa Efek dan Investasi Syariah, Jakarta ,
Serambi, 2009
Qahaf, Mundzir, Manajemen Wakaf Produktif, PT Khalifa,
Jakarta, 2005
Perwataatmadja, Karnaen, dan Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana
Bank Islam, Yogyakarta, PT Dana Bhakti Wakaf, 1997
Rahardjo, SH., Handri, Kalo Gak Mau Kaya, Jangan
Berwirausaha, Yogyakarata, Cakrawala, 2009
| 183
|
Rahman, Afzalur, Doktrin Ekonomi Islam, Penerjemah,
Soeroyo &
Nastangin, Yogyakarta, Dana Bhakti Wakaf, 1995
Ricky W, Griffin dan Ronald J. Elbert, Bisnis, Alih Bahasa ,
Rd.
Soemarnagara, Jakarta, Erlangga, 2006
Rivai, Veithzalm dan Andi Buchari, Islamic Economics, Ekonomi
Syariah Bukan OPSI, Tetapi SOLUSI
Salim, Joko, Jangan Investasi Dinar Sebelum Baca Buku Ini,
Jakarta, Visimedia, 2011
Sule, Ernie Trisnawati, Pengantar Manajemen, Jakarta,
Kencana, 2000
Susilo, Sosialisasi Gemar Menabung Emas, Gadai Emas Bank
Mega Syariah Indonesia, Purwokerto, Tidak dipublikasikan, 2011
Sitompul, Asri, Reksa Dana, Pengantar dan Pengenalan Umum,
Bandung, Citra Aditya Bakti, 2003
Sitomorang, Parluhut, dkk., Jurus-jurus Berinvestasi Saham,
Jakarta, Trans Media Pustaka, 2010
Soemitra, Andri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,
Jakarta, Kencana Prenamedia Group, 2014
Stoner, James A. F., Management, Jilid 1, Edisi kedua,
Jakarta, Erlangga, 1986
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah
Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta, Ekonosia, 2004
Suryomurti, Wiku, Super Cerdas Investasi Syaria, Hidup
Kaya Mati Masuk Surga, Jakarta, Kultum Media,
2011
Susanto, Burhanudin, Pasar Modal Syariah Tinjauan
Hukum, Yogyakarta, UII Press, 2009
Tan, Inggrid, Bisnis dan Investasi Sistem Syari’ah,
Yogyakarta, Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
2009
Tanthowi, Jawahir, Unsur-Unsur Manajemen Menurut
Ajaran Al- Qur’an, Jakarta, Pustaka Al-Husna, 1983
Wirdyaningsih dkk., Bank dan Asuransi Islam di Indonesia,
Jakarta, Kencana, 2005
Yuliana, Indah, Investasi Produk Keuangan Syariah,
Malang, UIN- MALIKI PRESS, 2010
Zuhdi, Masjfuk, Masail Fiqhiyah, Kapita Selekta Hukum
Islam, Jakarta, Haji Masagung, 1988
Perundang-undangan, Kamus dan Majalah,
Algra, NE dkk., Kamus Istilah Hukum Foekema Andereae
Belanda – Indonesia, Bandung, Bina Cipta, 1983
Askar, S. Kamus Arab-Indonesia Terlengkap, Mudah dan
Praktis, Jakarta, Senayan Publising, 2009
Dagun, Save M., Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta ,
LPKN, 2000
Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Pedoman
Pengelolaan Wakaf Uang, Jakarta, Maret, 2008
Fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/IX/2001 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah
IRTI IDB, Research Paper, 2000
Majalah Prospektif Investasi, PT. Perspektif Media Mandiri,
Jakarta, 2001
Hawkins, Joyce M., Kamus Dwi Bahasa Inggris-Indonesia,
Indonesia- Inggris, Exford, Erlangga,1996
Hidayat, Taufik, Kamus Populer Istilah Investasi, Jakarta,
Mediakita, 2011
Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Arab-Indonesia,
Surabaya, Pustaka Progressif, 1997
Pedoman Pelaksanaan Reksadana Syariah
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
Syariah
Shook, R. J., Wall Street Dictionary, Kamus Lengkap Wall
Street, Penterjemah , Prof. Roy Simbel, Jakarta,
Erlangga, 2002
Website:
http,//www.bapepam.go.id
http,//www.dinarfirst.org
http,//www.dplkmuamalat.com
www.goldprice.org
http,//kalyan-city.blogspot.com
http,//keuangansyariah.mysharing.co
www.kitco.com
www.logammulia.com
https,//www.permatabank.com
https,//shariaeconomics.wordpress.com
http,//www.syariahmandiri.co.id
http,//www.vibiznews.com
http,//www.wikipedia.com
http,//zanikhan.multiply.com

Anda mungkin juga menyukai