Anda di halaman 1dari 6

Temuan Keadaan Normal dan Abnormal

dari Partograf
Ditulis pada 10 Januari 2014

Oleh: Gita Kostania

Partograf merupakan alat bantu yang bertujuan untuk memantau kamajuan kala satu
persalinan dan suatu informasi untuk membuat keputusan klinik. Partograf berisikan catatan
hasil pemeriksaan/observasi meliputi kesejahteraan janin (DJJ, air ketuban, penyusupan
kepala), dan kesejahteraan ibu/kemajuan persalinan (pembukaan, penurunan kepala,
kontraksi, nadi, tekanan darah, suhu, dan pemeriksaan urin).
Partograf juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi dini adanya distosia persalinan, yaitu
persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat berbagai kondisi yang
berhubungan dengan lima faktor persalinan (setiap keadaan berikut dapat menyebabkan
distosia) :

1. Persalinan disfungsional –> akibat kontraksi uterus yang tidak efektif dan atau upaya
mengedan ibu (power). Pada pertograf dilihat di kolom kontraksi.
2. Perubahan struktur pelvis dan atau jalan lahir (passage). Indikator pada partograf
dapat dilihat dari pembukaan yang melewati garis waspada dan penurunan kepala
janin.
3. Sebab-sebab pada janin –> kelainan presentasi/posisi, bayi besar, dan jumlah janin
(passengers).
4. Indikator lain pada partograf ditunjukkan dengan DJJ <110 atau >160 kali per menit.
5. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan.
6. Respon psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman,
persiapan, budaya dan warisannya, serta sistim pendukung.

Persalinan Disfungsional

Persalinan disfungsional dijelaskan sebagai kontraksi uterus tidak normal yang menghambat
kemajuan dilatasi cerviks normal, kemajuan pendataran cerviks dan kemajuan penurunan
kepala.
Pada kala dua, “persalinan disfungsional” yaitu suatu kontraksi uterus tidak adekuat untuk
mendorong janin keluar rahim (upaya mengejan).

Upaya mengejan menjadi lebih berat disebabkan oleh : penggunaan analgesik dalam jumlah
besar, pemberian anastesi, ibu keletihan, hidrasi yang tidak adekuat, dan posisi ibu.
Perubahan Struktur Pelvis

Distosia karena kelainan jalan lahir (passage) terutama pelvis, dapat menyertai kontraktur
diameter pelvis yang mengurangi kapasitas tulang pelvis (termasuk pintu atas panggul, pintu
bawah panggul, dan atau setiap kombinasi tulang-tulang tersebut.

Kelainan karena pelvis mengakibatkan kala dua lama –> kelainan anatomi dan
ketidaksesuaian ukuran pelvis dan janin, dapat mengakibatkan kelainan presentasi, dan
menghambat penurunan janin.
Sebab pada Janin

Distosia yang berasal dari janin bisa disebabkan oleh anomali (kelainan anatomi janin),
ukuran janin yang berlebihan, malpresentasi, malposisi, dan kehamilan kembar.

Komplikasi yang berhubungan dengan distosia yang berasal dari janin meliputi : risiko
asfiksia neonatal, cidera atau fraktur pada janin, dan laserasi vagina pada ibu.

Faktor janin yang mengalami kelainan, dapat dilahirkan per vaginam, namun insiden
kelahiran dengan alat (forcep rendah dan ekstraksi vacuum) dan operasi sesaria meningkat.

Posisi Ibu

Hubungan fungsional antara kontraksi uterus, janin, dan panggul ibu berubah akibat posisi
ibu.

Pangaturan posisi dapat memberi keuntungan dan atau kerugian mekanis terhadap
mekanisme persalinan/kelahiran janin dengan mengubah efek grafitasi dan hubungan antara
bagian-bagian tubuh yang penting.
Terhambatnya gerakan maternal/ibu dan pembatasan posisi pada kala dua persalinan terhadap
posisi dorsal recumbent dan litotomi, dapat menghambat kelancaran kelahiran janin à
meningkatkan distosia dan menyebabkan kebutuhan untuk melakukan pertolongan persalinan
dengan bantuan (forcep rendah dan ekstraksi vacuum) dan operasi sesaria meningkat.

Respon Psikologis

Ibu bersalin dalam tahapan kala dua persalinan yang mengalami stress (cemas, takut dan
gelisah), dapat mengakibatkan pelepasan hormone yang berhubungan dengan stress
meningkat (ß-endorfin, hormone adrenokortikotropik/ACTH, kortisol dan epinefrin),
sehingga dapat menyebabkan distosia pada kala dua.

Sumber stress dapat bervariasi pada tiap individu, tetapi faktor yang paling berpengaruh
terhadap kejadian distosia/kala dua memanjang adalah nyeri dan tidak adanya pendukung.

Tirah baring dan pembatasan gerak ibu dapat menambah stress psikologis yang berpotensi
menambah stress fisiologis akibat imobilisasi pada ibu bersalin yang tidak mendapat
pengobatan.

Referensi:

1. Bobak, Lowdermilk, Jensen (Alih bahasa: Wijayarini, Anugerah). 2005. Buku Ajar
Keperawatan Maternitas, edisi 4. EGC, Jakarta.
2. Cunningham, et.al. 2010. E-book Williams Obstetrics, edisi 23. The Mc Graw-Hill
Companies, USA.
3. Fraser, Cooper (Alih bahasa: Rahayu, et.al.). 2009. Myles, Buku Ajar Bidan, edisi 14.
EGC, Jakarta.
4. JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal. JNPK-KR Depkes RI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai