Anda di halaman 1dari 6

NAMA : AHMAD HIDAYAT

NIM : 2170930091549

BAB III

LANDASAN TEORI
EKONOMI PEMBANGUNAN

Sudah puluhan tahun terjadi perkembangan pemikiran mengenai teori- teori ekonomi
pembangunan. Bahkan terkadang telah terjadi persaingan / kompetisi satu sama
lainnya. Misalnya dalam hal pertama, mengenai teori linier tentang tahapan
pertumbuhan ekonomi. Kedua, mengenai teori model Neo Klasik mengenai struktural
dan ketiga berkaitan dengan masalah paradigma perubahan ketergantungan
internasional.

Pada tahun 1950-an dan 1960-an berbagai pemikiran memusatkan perhatian terutama
yang berkenaan dengan konsep tahapan pertumbuhan ekonomi proses pembagnuan
sebagai suatu seri dari urutan - urutan tahapan yang harus dilalui oleh setiap negara.
Konsep itu merupakan teori ekonomi mengenai pembangunan, yang mensyaratkan
suatu kombinasi tabungan, penanaman modal serta bantuan asing dengan jumlah
tepat, agar negara - negara di dunia ketiga dapat menelusun pertumbuhan ekonomi
mereka yang menurut sejarahnya sudah dilalui oleh negara
- negara maju. Ini berarti bahwa pembangunan menjadi sama artinya dengan
pertumbuhan ekonomi agrerat.

Pendekatan linier dalam banyak hal sudah diganti oleh dua aliran pemikiran ekonomi.
Pertama, model Neo Klasik perubahan struktural (neoclassical structural change
models) yang menggunakan teori ekonomi modern dengan cepat. Kedua, paradigma
ketergantungan internasional (intenational dependence paradigms) yang lebih radikal
serta lebih berorientasi pada politik. Paradigma ini memandang keterbelakangan dalam
kerangka hubungan kekuasaan internasional dan dalam negeri, kelembagaan serta
kekakuan ekonomi yang bersifat struktural dan semakin luasnya perekonomian dan
masyarakat yang dualistik baik dalam negeri maupun di
antara negara - negara di dunia.

Teori - teori ketergantungan cenderung melakukan kepada kendala kelembagaan intern


dan ekstern serta politik terhadap pembangunan ekonomi. Teori ini terutama ditujukan
kepada pentingnya penyususnan kebijaksanaan baru untuk menghapus kemiskinan,
menyediakan lapangan kerja yang lebih beraneka, serta berupaya mengurangi ketidak
merataan pendapatan. Tujuan tersebut dan tujuan lainnya bersifat egalitarian akan
dicapai dengan konteks lingkup perekonomian yang semakin besar. Walaupun
demikian, Pertumbuhan ekonomi tidak diberikan sebagai status yang tinggi, seperti
halnya Status yang diberikan oleh model tahapan linier serta perubahan struktural.

A. Teori Tahapan Linier

Setelah Perang Dunia II berakhir, para ahli ekonomi dari negara maju / industri tidak
tahu bagaimana nasib negara - negara miskin terutama bekas jajahan di Asia, Afrika
dan Amerka Latin sesudah merdeka dan bagaimana mereka akan membangun
perekonomian mereka. Masalahnya para ahli itu tidak memiliki peralatan konsepsional
guna menganalisis proses pertumbuhan ekonomi di masyarakat yang sebagian besar
terdiri dari para petani kecil yang tidak mempunyai ciri struktur perekonomian modern.
Walaupun demikian para ahli ekonomi dari negara mempunyai pengalaman dari
Marshall Plan yang bekenaan dengan bantuan keuangan serta teknik dari Amerika
Serikat yang memungkinkan negara -negara Eropa yang hancur karena perang,
kemudian membangunan kembali dan memodernisasikan perekonomian merekah
hanya dalam beberapa tahun saja. Pengalaman itulah yang rupanya bisa dimanfaatkan
oleh nisbah kapital / output, k, maka K/Y = k atau ^K/^Y = k; maka akhirnya menjadi AK
= k^Y (2a). Karena jumlah keseluruhan tabungan nasional (S) harus sama dengan -
negara maju keseluruhan investasi (1), maka dapat ditulis sebagai berikut : S = 1Dari
persamaan (1) di atas diketahui bahwa S = s.Y dan dari persamaan (2) dan (2a)
diketahui bahwa I = ^K = k^Y. Maka identitas tabungan yang merupakan persamaan
model dapat menjadi seperti persamaan (3)
S = s.Y = k^Y = ^K =1 (3a) atau
s.Y -k^Y (3b)
Selanjutnya sekiranya kedua sisi persamaan (3b) mula - mula dibagi dengan Y dan
kemudian dibagi dengan k, maka persamaan menjadi:
AYY = s/k (4)

Dari persamaan (4) dimana sisi kiri dari persamaan (4). NYN adalah tingkat
pertambahan atau tingkat pertumbuhan GNP (yakni, persentase dari perubahan GNP)

Persamaan (4) merupakan versi yang sederhana dari persamaan Harro Domar yang
terkenal itu, dimana dinyatakan bahwa tingkat pertumbuhan GNP (^Y/Y) ditentukan
secara bersama - sama oleh nisbah tabungan nasional, s, nisbah kapital / output
nasional, k, lebih spesifik lagi persamaan itu menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan
pendapatan nasional secara langsung atau secara positif berkaitan erat dengan nisbah
tabungan yakni lebih banyak bagian GNP yang ditabung, dan diinvestasikan, maka
akan lebih besar lagi pertumbuhan GNP tersebut. Sebaiknya atau secara negatif
terhadap nisbah kapital output suatu perekonomian yakni lebih besar k, pertumbuhan
GNP iebih kecil lagi.

Persamaan (4) sangat sederhana. Supaya dapat tumbuh perlu adanya penabungan
dan menginvesatikan sebagian dari GNP-nya. Semakin banyak yang ditabung
kemudian ditanam (diinvestasikan), maka pertumbuhan ekonomi makin cepat. Walau
harus diingat bahwa tingkat pertumbuhan yang dapat terjangkau pada setia tingkat
hubungan dan investasi tergantung kepada produktifitas investasi tersebut.

Produktifitas investasi yaitu banyaknya tambahan outpu yang diperoleh dari suatu
unit investasi yang diukur dengan inverse nisbah kapital / output k, karera investasi
ini /k adalah nisbah output / kapital atau output / investasi.

Teori Perubahan Struktur


Teori ini dikembangkan berdasarkan aliran Neo Klasik, termasuk salah satu model yang
berkaitan dengan teori perubahan struktur. Teori ini berkaitan dengan mekanisme yang
memungkinkan perekonomian suatu negera terbelakang menstransformasikan struktur
perekonomian dalam negeri mereka dari sesuatu yang dianggap berat yakni sektor
pertanian tradisional untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, kepada perekonomian
yang lebih modern, lebih mengarah ke kota, serta lebih beraneka bidang industri dan
jasanya.

Model ini menggunakan piranti teori Neo Klasik yang berkaitan dengan masalah harga
dan alokasi sumber daya, serta ekonometrik untuk menjelaskan terjadinya proses
transformasi.

Adapun tokoh yang terkenal dalam teori perubahan struktural misainya seperti Arthur
Lewis yang terkenal dengan model teorinya mengenai dua sektor kelebihan soal buruh
(two sectors surplus labor). Selain Arthur juga tokoh seperti juga Hollis Chenery yang
dikenal dengan analisis empiriknya yang berkenaan dengan pola - pola pembangunan
(Patterns of Development).

Menurut model Arthur Lewis, perekonomian yang terbelakang dianggap terdiri dari 2
(dua) sektor yakni, pertama, sektor tradisional yakni sektor pedesaan subsistem yang
jumlah penduduknya berlebih, produktifitasnya marginal tenaga kerjanya sama dengan
nol yaitu sebagai suatu sistem yang memungkinkan Arthur Lewis mengadakan
klarifikasi soal surplus tenaga kerja dengan pengertian bahwa tenaga kerja tersebut
dapat ditarik/dipindahkan dari sektor pertanian tanpa kehilangan output. Dan dua,
sektor industri modern perkotaan yang produktifitasnya tinggi sebagai tempat
penampungan tenaga kerja yang ditransfer / dipindahkan sedikit demi sedikit dari sektor
subsistem.

Perhatian utama dari model ini yakni terjadinya proses pengalihan tenaga kerja dan
pertumbuhan output serta kesempatan kerja di sektor modern. Pengalihan tenaga kerja
dan pertumbuhan kesempatan kerja sektor memungkinkan terjadinya perluasan /
peningkatan output di sektor tersebut.

B. Ketergantungan Internasional
Ketergantungan internasional merupakan satu model, yang mendapat dukungan
yang semakin banyak, terutama di antara para cendekiawan dari dunia ketiga. Sebagai
akibat tumbuhnya kekecewaan terhadap model tahapan model ketergantungan dan
model perubahan struktural. Dasarnya model - internasional memandang dunia ketiga
sebagai suatu yang dikelilingi oleh kekuatan kelembagaan, politik dan ekonomi di dalam
negeri maupun di intenasional, serta terperangkap dalam suatu hubungan
ketergantungan dan negara kaya. Model ini dalam pendekatannya dominasi dengan
negara terdapat aliran pemikian utama yakni pertama, model ketergantungan neo -
kolonial dan kedua model paradigma palsu.
1. Ketergantungan Neo - Kolonial
Aliran ketergantungan neo-kolonial merupakan pengembangan tidak langsung
dari pemikiran kaum Marxis. Model ini menghubungkan keberadaan dan kelanggengan
dunia ketiga kepada evolusi sejarah. Dalam model ini terlihat hubungan yang sangat
tidak seimbang antara negara - negara kaya dengan negara - negara miskin dalam
suatu sistem kapitalis internasional.
2. Paradigma Palsu
Model ini merupakan pendekatan kedua dari teori ketergantungan internasional
terhadap pembangunan yang kurang radikal serta mungkin dapet disebut sebagai
model paradigma palsu. Yang menghubungkan keterbelakangan dunia ketiga dengan
berbagai kesalahan dan ketidaktepatan saran yang dibenikan oleh para penasehat atau
para pakar internasional dari lembaga- lembaga negara maju dan organisasi -
organisasi donor multinasional yang watakhya sehingga keseluruhan manusia Dunia
Ketiga dapat berperan serta dan mau menenima mantaat dan pelaksanaannya.

C. Dualieme dan Masyarakat Ganda


Secara impisit terdapat di dalam teori- teori perubahan struktural dan secara eksplisit
terdapat dalam teori- teori ketergantungan internasional yakni masalah pemikiran
mengenai suatu dunia yang bermasyarakat ganda di negara - negara kaya dan miskin
serta kantong-kantong manusia sejahtera di padang luas kemiskinan di negara- negara
berkembang.

Dualisme yakni merupakan suatu konsep yang didiskusikan secara luas dalam ilmu
ekonimi pembangunan. kesinambungan pemisahan yang semakin meningkat di antara
negara- negara kaya dan miskin serta di antara orang - orang kaya dan miskin di
berbagai Hal ini berarti keberadaan dan tingkatan.
Konsep dualisme terdiri dari 4 (empat) unsur yakni sebagai berikut :
1. Dualisme himpunan masyarakat yang berbeda yang memungkinan pihak yang
termasuk superior dan yang inferior hidup berdampingan di suatu tempat yang sama.
Unsur dualisme temasuk Pemikiran Arthur Lewis mengenai koeksistensi kelompok elit
yang kaya dan terdidik baik dengan massa orang - orang miskin yang buta huruf dan
dugaan mengenai koeksistensi ketergantungan antara negara – negara industri yang
makmur dan berkuasa dengan masyarakat petani kecil yang melarat dan lemah di
dalam perekonomian dunia.

2. Koeksistensi ini bukan sebagai hal yang bersifat transisional tetapi sebagai suatu
yang kronis. Ini bukan sebagai fenomena temporer yang dengan berjalannya waktu
dapat menghilangkan kesenjangan antara unsur – unsur yang superior dengan yang
inferior. Dengan kata lain, koeksistensi internasional antara kaya dan miskin bukan
hanya merupakan suatu fenomena sejarah yang akan diperbaiki pada waktunya.
Walaupun teori tahapan pertumbuhan ekonomi dan model perubahan struktural secara
implisit membuat asumsi demikian.

3. Tidak hanya kadar superioritas dan inferioritas yang gagal memperlihatkan fanda
tanda penurunan, bahkan keduanya memiliki sifat cenderung untuk meningkat yang
tetap melekat. Misalnya, kesenjangan produktifitas antara para pekerja di negara
-negara maju dengan kawan - kawan mereka di negara – negara berkembang
tampaknya semakin membesar dari waktu ke waktu.

4. Sifat saling keterkaitan antara unsur superioritas dan unsur inferioritas sedemikan
adalah rupa sehingga keberadaan unsur superioritas sedikit atau sama sekali tidak
bekerja meningkatkan unsur inferioritas. Dalam kenyataannya, bahkan hal itu mungkin
menekan ke bawah untuk memajukan keterbelakangan.

1. Dualisme Internasional
Empat komponen utama dualisme tersebut memberikan suatu gambaran
yang tepat berkenaan dengan situasi akhir - akhir ini dalam sistem perekonomian
internasional. Pertama, yang berkenaan dengan terjadinya perbedaan yang besar
di dalam pendapatan per kapita dan taraf hidup yang pada saat ini berkoeksistensi
di antara berbagai negara, suku, benua serta zona iklim di dunia. Misalnya,
disparitas antara taraf hidup di Inggris dan Perancis pada satu pihak dengan India
dan Sub Sahara di Afrika pada pihak yang lainnya sudah bertahan bukan puluhan
tahun tetapi sudah berabad- abad lamanya. Ketiga, perbedaan itu memperlihatkan
adanya gejala –gejala yang semakin meningkat, bukan menurun. Dilihat dari jarak
pertumbuhan GNP dan terutama GNP per kalita sudah semakin melebar selama
dua dekade terakhir. Negara - negara kaya dan miskin dalam perekonomian
internaisional, minimal menurut pertimbangan pikiran kebanyakan anggota
penganut aliran ketergantungan, mengandung banyak unsur yang membuat
pertumbuhan para pendahulu yang cepat hanya menolong sedikit sekali dan dalam
beberapa hal sedang membangun. Hal yang disebut pengaruh arus balik
internasional (internasional bach wash effects) itu mengganggu pembangunan
yang berkesinambungan di negara - negara dunia ketiga termasuk antara lain
kekuatan - kekuatan dominasi internasional dan ketergantungan seperti berikut ini.

a. Negara - negara besar menguasai serta memanipulasi sumber daya dunia dan
pasar komoditas keuntungan mereka sendiri.
b. Menyebarluaskan dominasi kapitalis intenasional dalam perekonomian negara -
negara berkembang melalui berbagai kegiatan penanaman modal perusahaan
-perusahaan swasta multinasional asing.
c. Adanya berbagai kemudahan yang merupakan hak istimewa negara- negara
kaya di dalam memperoleh bahan- bahan baku yang langka
d. Pengalihan pengetahuan dan teknologi yang tidak cocok dan tidak layak
dilindungi oleh suatu sistem lisensi dan paten yang bersifat mengeksploitasi
e. Kemampuan negara - negara industri memaksakan produksi mereka diserap
dipasar - pasar dunia ketiga yang peka, di belakang barier tarif industri impor
yang melindungi praktek - praktek monopoli dari perusahaan
perusahaanmultinasional.
f. Pengalihan sistem pendidikan merupakan kunci dalam proses pembangunan.
g. Kemampuan negara - negara kaya menghambat industrialisasi yang dilakukan
negara -negara miskin dengan cara melakukan dumping terhadap produksinya
yakni dengan harga produksi yang dimurahkan di pasar yangberada di bawsah
pengawasannya.
h. Teori - teori dan kebijaksanaan kebijaksanaan perdagangan internasional yang
dinilai banyak kalangan berbahaya ternyata sudah memaksa negara- negara
dunia ketiga mengekspor komoditas primer dengan penghasilan secara
internasional yang ternyata semakin menurun.
i. Kebijaksanaan bantuan sering hanya berupa langkah untuk melestarikan serta
memperburuk struktur perekonomian dalam negeri yang dualistik dengan
memfokuskan proyek - proyek mercusuar modern berskala besar.
j. Terciptanya kelompok kelompok elit yang kesetiaan ekonominya dan ideologinya
dengan dunia luar. Baik kapitalis maupun sosialis.
k. Pengalihan metode - metode training tingkat universitas yang tidak cocok dan
standar - standar profesi yang tidak relaistis dan tidak relevan misalnya seperti
syarat - syarat kesarjanaan bagi dokter, insinyur, ahli - ahli tekhnik, dan para
ekonomi.
l. Kemampuan negara - negara kaya memikat tenaga - tenaga terampil dari negara
- negara berkembang dengan gaji yang menarik dari negara
(internasional brain drain)
m. Demokralisasi demonstration effects terhadap barang –barang konsumsi mewah
bagi orang- orang kaya baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang
disebarluaskan antara lain melalui berbagai iklan ikian di film atau di media
massa cetak.

2. Dualisme Dalam Negeri


Pengertian mengenai dualisme memberikan kejelasan mengenai struktur
ekonomi di negara - negara dunia ketiga. Pengeritian pertama taraf hidup bervariasi
20% bagi penduduk golongan atas dan 40% bagi penduduk golongan terbawah dan
perbandingannya antara 6- 12 berbanding 1.
D. Perkembangan Arti Pembangunan
Tampaknya akan lebih jelas lagi jika para mahasiswa maupun yang sangat
menarik mengenai pembangunan, terutama di negara - negara berkembang atau di
dunia ketiga, minimal telah mengerti arti pembangunan. Dalam bab ini akan
dibahas yang berkaitan dengan perkembangan pembangunan yang sudah banyak
dirumuskan oleh para ahli ekonomi pembangunan dunia dari waktu ke waktu
hingga kini.

1. Ukuran Perekonomian Secara Tradisional


Dalam ilmu ekonomi arti ekonomi pembangunan biasanya diartikan
sebagai kapasitas dari suatu perekonomian nasional, yang pada awalnya agak
kurang statis dalam kurun waktu yang cukup lama dalam upaya menghasilkan
dan mempertahankan kenaikan GNP (Gross National Product)-nya pada tingkat
5-7% per tahun atau lebih.
2. Pembangunan Menurut Ekonomi Baru
Dari hasil pengamatan pada periode tahun 1950-an dan tahun 1960-an,
sejumlah negara - negara dunia ketiga sudah mencapai sasaran pertumbuhann
yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa - Bangsa (PBB). Tetapi taraf hidup
di sebagian besar negara - negara dunia ketiga tidak terjadi perubahan. Ini
berarti terdapat sesuatu kesalahan dalam pengertian pembangunan yang
sempit.

Selama tahun 1970-an, pembangunan ekonomi diartikan / didefinisikan


kembali dalam rangka pengurangan atau pemberantasan kemiskinan, ketidak
merataan, dan pengangguran dalam kaitannya dengan perekonomian yang
sedang tumbuh. Redistribusi pertumbuhan menjadi slogan umum.
Prof. Dudley Seers memberi arti pembangunan seperti apa yang ia
nyatakan pertanyaan yang harus dipermasalahkan mengenai pembangunan
suatu negara adalah apa yang terjadi dengan kemiskinan, dengan
pengangguran, dan ketidak merataan. Apabila tiga pertanyaan itu semakin
menurun berarti pembangunan sedang terjadi di negara tersebut. Jika satu atau
dua dari tiga pertanyaan itu ternyata semakin bukur, apalagi ketiga pertanyaan
itu makin buruk, berarti agak aneh kalau disebut sebagai hasil pembangunan,
walaupun pendapataan per kapitanya meningkat.

Anda mungkin juga menyukai