MINGGU-1
Dosen: Prof. Dr. I Made Arnawa, M.Si.
BAB 1
SISTEM PERSAMAAN LINEAR
juga dapat diarahkan agar sampai kepada salah satu jenis matriks seperti
( 0 1 0 2
0 0 1 3 ) , matriks seperti ini
dikenal sebagai matriks eselon baris tereduksi, seperti dinyatakan dalam Definisi 1.9.
Definisi 1.9 Misalkan A matriks mxn. A disebut matriks eselon baris tereduksi jika memenuhi
keempat kondisi berikut.
1. Jika matriks A memuat satu atau lebih baris yang semua unsurnya nol, maka baris
tersebut terletak mulai dari baris yang paling bawah
2. Jika suatu baris dari matriks A tidak semua unsurnya nol, maka unsur tak nol
pertama haruslah 1. 1 ini disebut sebagai satu utama
3. Jika baris ke-m dan baris ke-n dari matriks A memuat 1 utama dengan m<n maka 1
utama pada baris ke-m terletak lebih ke kiri dari 1 utama baris ke-n
4. Ji ka suatu kolom dari matriks A memuat 1 utama, maka unsur-unsur yang lain pada
kolom tersebut harus nol
Berikut ini diberikan beberapa contoh matriks eselon baris tereduksi.
Contoh 1.12 1 0 1 6 1 0 0 1
(00 0 0
0 0,
) (10 ,
0 3
1 1 ) ( 0 1 1 9
0 0 0 0 ) (
,
0 1 0 2
0 0 1 3 ) adalah matriks
eselon baris tereduksi, sedangkan
1 1 1 6 2 1 1 6
( 0 1 2 6
0 0 0 0 ) (,
0 0 1 9
0 0 0 0 ) bukan matriks eselon baris tereduksi
Penyelesaian suatu SPL dapat diperoleh dengan mengubah matriks diperbesar menjadi matriks eselon baris
tereduksi, metode ini dikenal dengan Metode Eliminasi Gauss_Jordan seperti dinyatakan dalam Definisi 1.10.
1
Definisi 1.10 Metode Penyelesaian SPL yang langkah-langkahnya sebagai berikut.
1. Nyatakan SPL yang diberikan dalam bentuk matriks diperbesar
2. Ubah matriks diperbesar menjadi matriks eselon baris tereduksi dengan operasi
baris elementer
3. lakukan substitusi mundur untuk memperoleh penyelesaian (bila diperlukan)
disebut Metode Eliminasi Gauss-Jordan
Periksa apakah SPL berikut mempunyai solusi, jika ya, tentukan solusi SPL tersebut
Contoh 1.13
dengan Metode Eliminasi Gauss-Jordan..
2x +y =3
y -2z =2
x +y +19z = 1
Jawab:
2 1 0 3 1 1 19 1 1 1 19 1 1 1 19 1
( 0 1 −2 2
1 1 19 1
b1↔b3
⇒
) ( 0 1 2 2
2 1 0 3 )
b3−2b1
⇒
0 1
(
0 −1 −38
2 2
1 )
b3+b 2
⇒
(
0 1 2 2
0 0 −36 3 )
1 1 19 1 1 0 17 −1 1 0 0 5/12
b3:−36
⇒
(
0 1 2 2
0 0 1 −1/12 ) b1−b2
⇒
(
0 1 2
0 0 1 −1/12
2 b2−2b3
b1−17b3
) ⇒ ( 0 1 0 26/12
)
0 0 1 −1/12 , sehingga
solusinya adalah x = 5/12, y = 26/12, z = -1/12
Periksa apakah SPL berikut mempunyai solusi, jika ya, tentukan solusi SPL tersebut
Contoh 1.14
dengan Metode Eliminasi Gauss-Jordan.
2x +y =3
y +2z =2
2x +2y + 2z = 5
Jawab:
2 1 0 3 2 2 2 5 2 2 2 5 2 2 2 5
( 0
2
1
2
2
2
2
5 ) b1↔b3
⇒
( 0 1 2 2
2 1 0 3
b3−b1
⇒
) ( 0 1 2 2
0 −1 −2 −2 ) b3+b 2
⇒
( 0 1 2 2
0 0 0 0 ) b1/2
⇒
1 1 1 5/2 1 0 −1 1/2
( 0
0
1
0
2
0
2
0 ) b1−b2
Periksa apakah SPL homogen berikut mempunyai solusi, jika ya, tentukan solusi SPL
Contoh 1.15
tersebut dengan Metode Eliminasi Gauss-Jordan.
2x +y = 0
y +3z = 0
x +y +z = 0
Jawab:
2
2 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0
( 0 1 3 0
1 1 1 0 ) b1↔b3
⇒
( 0 1 3 0
2 1 0 0 ) b3−2b1
⇒
( 0 1 3 0
0 −1 −2 0 ) b3+b 2
⇒
( 0 1 2 0
0 0 1 0 ) .
b1−b2
⇒
1 0 −1 0 1 0 0 0
( 0 1 2 0
0 0 1 0 ) b 1+b3
⇒
b 2−2b3
( 0 1 0 0
0 0 1 0 ) , sehingga diperoleh x = 0, y = 0, z = 0.
Periksa apakah SPL homogen berikut mempunyai solusi, jika ya, tentukan solusi
Contoh 1.16
SPL tersebut dengan Metode Eliminasi Gauss-Jordan
2x +y = 0
y +2z = 0
x +y +z = 0
Jawab:
2 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0
( 0
1
1
1
2 0
1 0 )
b1↔b3
⇒
0 1 2 0
2 1 0 0
b3−2b1
⇒
( 0 1 2 0
0 −1 −2 0 ) b3+b 2
⇒
0 1 2 0
0 0 0 0 ( ) ( ) b1−b2
⇒
1 0 −1 0
( 0
0
1
0
2 0
)
0 0 , sehingga dengan melakukan substitusi mundur diperoleh
(i). y + 2z = 0 atau y = -2z
(ii). x - z = 0 atau x = z, dimana z sebarang bilangan real
Tentukan nilai a dan b agar SPL berikut: (i) mempunyai solusi tunggal, (ii)
Contoh 1.17
mempunyai banyak solusi, dan (iii) tidak mempunyai solusi
x+y =a
2x +by =4
Jawab:
1 1 a 1 1 a
( 2 b 4 ) b2−2b1
⇒ ( 0 b−2 4−2 a )
(i). Agar SPL tersebut mempunyai solusi tunggal, banyaknya variabel pada SPL harus sama dengan banyaknya
satu utama pada matriks eselon baris, sehingga b-2 ¿ 0 dan 4-2a boleh bernilai berapa saja atau b ¿ 2 dan a
∈ R sebarang.
(ii). Agar SPL tersebut mempunyai banyak solusi, banyaknya variable pada SPL harus lebih besar dari banyak
satu utama dan matriks eselon baris tidak memuat pernyataan yang salah, sehingga b-2 = 0 dan 4-2a = 0 atau b
= 2 dan a = 2.
(iii). Agar SPL tersebut tidak mempunyai solusi, matriks eselon barisnya harus memuat pernyataan yang salah,
sehingga b-2 = 0 dan 4-2a ¿ 0 atau b = 2 dan a ¿ 2.
Tentukan nilai a dan b agar SPL berikut: (i) mempunyai solusi tunggal, (ii)
Contoh 1.17
mempunyai banyak solusi, dan (iii) tidak mempunyai solusi
x+ y+ z=6
x + 2y + 2z = 9
2x + 2y + az = b
Jawab:
1 1 1 6 1 1 1 6
( 1 2 2 9
2 2 a b ) b 2−b 1
⇒
b3−2 b1
( 0 1 1 3
0 0 a−2 b−12 )
(i). Agar SPL tersebut mempunyai solusi tunggal, banyaknya variabel pada SPL harus sama dengan banyaknya
satu utama pada matriks eselon baris, sehingga a-2 ¿ 1 dan b-12 boleh bernilai berapa saja atau a ¿ 2 dan
b ∈ R sebarang.
3
(ii). Agar SPL tersebut mempunyai banyak solusi, banyaknya variable pada SPL harus lebih besar dari banyak
satu utama dan matriks eselon baris tidak memuat pernyataan yang salah, sehingga a-2 = 0 dan b-12 = 0 atau a
= 2 dan a =12.
(iii). Agar SPL tersebut tidak mempunyai solusi, matriks eselon barisnya harus memuat pernyataan yang salah,
sehingga a-2 = 0 dan b-12 ¿ 0 atau a = 2 dan b ¿ 12
Contoh 1.18
(20 01 ) (01 10 ) (13 01 )
, , masing-masing adalah suatu matriks elementer,
1 0
karena diperoleh dari matriks
( )
0 1
masing-masing dengan cara mengalikan
baris pertama dengan dua, mempertukarkan baris, dan menambahkan baris kedua
dengan tiga kali baris pertama
Kaitan antara matriks elementer dengan OBE dinyatakan dalam Teorema 1.3
Misalkan A suatu matriks mxn. Jika E suatu matriks elementer, maka hasil perkalian
Teorema 1.3
matriks E dengan A yaitu EA juga dapat diperoleh dari matriks A dengan melakukan
operasi baris elementer yang sama seperti yang dilakukan pada In untuk memperoleh E
(
a21 a 22 .. . a 2n b2
. . . . .
a n1 an 2 .. . ann bn
) dapat diubah menjadi
( 0
.
0
1
.
0
.. .
.
.. .
0
.
1
c2
.
cn
)
Ini berarti ada serangkaian OBE yang dapat dikenakan pada matriks A, dengan
a11 a 12 .. . a 1n 1 0 ... 0
A=
(a21 a 22 .. . a 2n
. . . .
a n1 an 2 .. . ann
)
sehingga diperoleh
0 1 ... 0
. . . .
0 0 ... 1
( )
Ini juga berarti ada matriks eleenter E1, E2, …, Em sehingga Em.…E2E1A = In. Akibatnya, jika A suatu matriks
yang mempunyai invers maka diperoleh
(Em.…E2E1A) A-1 = InA-1 atau Em.…E2E1In = A-1.
Ini memberi cara kepada kita untuk menentukan invers suatu matriks dengan menggunakan OBE seperti yang
dinyatakan dalam Teorema 1.4
Misalkan A suatu matriks nxn yang mempunyai invers dan I matriks identitas nxn. Jika
Teorema 1.4
matriks [A | I ] dapat diubah menjadi [I | B ] dengan OBE maka A-1 = B
Berikut ini diberikan beberapa contoh mentukan invers matriks dengan menggunakan OBE
4
1 1
Contoh 1.19
Tentukan invers matriks A =
( )
1 2 dengan OBE
Jawab:
1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 2 −1
[( ) ( )]
|
1 2 0 1
b2−b1
⇒ [( ) ( )]
|
0 1 −1 1
b1−b2
⇒ [( ) (
|
0 1 −1 1 )]
Sehingga
2 −1
A-1 =
(
−1 1 )
Contoh 1.20 1 1 1
1 1 2
Tentukan invers matriks A = 1 2 2
( ) dengan OBE
Jawab:
1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0
[( ) ( ) ] ⇒ [( ) ( )] [( ) ( )]
1 1 2 | 0 1 0
1 2 2 0 0 1
b2−b1
b3−b1
0 0 1 | −1 1 0
0 1 1 −1 0 1 b2↔b3
⇒
0 1 1 | −1 0 1
0 0 1 −1 1 0 b1−b2
⇒
1 0 0 2 0 −1 1 0 0 2 0 −1
[ ( ) ( ) ] [( ) ( ) ]
sehngga
0 1 1 | −1 0 1
0 0 1 −1 1 0 b2−b3
⇒
0 1 0 | 0 −1 1
0 0 1 −1 1 0
,
2 0 −1
(
0 −1 1
A-1 = −1 1 0 )
Misalkan SPL berikut mempunyai solusi tunggal
a11x1+a12x2+ …+a1nxn = b1
a21x1+a22x2+ …+a2nxn = b2
………………………
an1x1+an2x2+ …+annxn = bn
Sehingga
A=
(
a21 a 22 .. . a 2n
. . . .
a n1 an 2 .. . ann
) () ()
x2
,X=
.
xn
,b=
b2
.
bn
X = A-1 b
Ini berarti, jika diberikan suatu SPL dengan n variabel dan n persamaan yang diketahui solusinya tunggal,
maka solusinya tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan matriks invers seperti pada Contoh 1.21.
Jawab:
SPL tersebut dapat ditulis sebagai AX = b dengan
1 1 1 x 6
A=
( ) () ( )
1 1 2
1 2 2 ,X=
y
z ,b=
9
11
Sehingga
5
2 0 −1 6 1
X = A-1b =
( 0 −1 1 9
−1 1 0 . 11 ) ( ) () =
2
3
Jawab:
Misalkan a = x2, b = xy, dan c = y2, maka diperoleh SPL
a+ b+ c =7
a + b + 2c = 11
a + 2b +2c = 13
dengan menggunakan metode eliminasi Gauss, atau metode Eliminasi Gauss-Jordan, atau matriks invers
diperoleh
a = 1, b = 2, c = 4 atau x2 = 1, xy = 2, y2 = 4 atau x = 1 dan y = 2, x = -1 dan y = -2
Metode Jacobi dan metode Gauss-Seidel dapat digunakan untuk mencari solusi SPL
a11x1+a12x2+ …+a1nxn = b1
a21x1+a22x2+ …+a2nxn = b2
………………………
an1x1+an2x2+ …+annxn = bn
yang mempunyai solusi tunggal dengan syarat a11, a22, …., ann semuanya tidak nol dan
(1) |a11| > |a12|+|a13| + …+ |a1n|
(2) |a22| > |a21|+|a23| + …+ |a2n|
…………………………..
(n) |ann| > |an1|+|an2| + … +|ann-1|
Tentukan solusi SPL berikut dengan Metode Jacobi, kerjakan sampai iterasi ke 6
Contoh 1.23
10x + y + z = 12
x +10y + z = 12
x + y + 10z = 12
Jawab:
x = (12-y - z)/10
y = (12-x - z)/10
z = (12 -x - y)/10
6
Pilih terkaan awal x = 0, y = 1, z = 2,
Tentukan solusi SPL berikut dengan Metode Gauss-Seidel, kerjakan sampai iterasi ke-
Contoh 1.24
4
10x + y + z = 12
x +10y + z = 12
x + y + 10z = 12
Jawab:
x = (12-y - z)/10
y = (12-x - z)/10
z = (12 -x - y)/10
Pilih terkaan awal x = 0, y = 0, z = 0,
Latihan