penting dan merupakan salah satu komoditi ekspor. Penangkapan cakalang di Teluk Bone
umumnya dilakukan dengan menggunakan huhate (pole and line), pancing tonda (troll line),
pukat cincin (purse seine), jaring insang, dan payang. Peningkatan produksi ikan cakalang di
perairan Teluk Bone masih dapat ditingkatkan, apabila operasi penangkapannya dapat dilakukan
dengan cara yang efektif dan efisien. Pada umumnya nelayan dalam menentukan daerah
penangkapan ikan hanya berdasarkan pada pengalaman dan pengamatan langsung. Akibatnya
waktu operasi penangkapan menjadi tidak efektif dan efisien untuk menentukan daerah
Phylum : Vertebrata
Class : Telestoi
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
Genus : Katsuwonus
Ikan cakalang termasuk jenis ikan tuna family Scombridae, spesies (K.pelamis).
Darwanto dan Murniyati (2003),menjelaskan ciri-ciri morfologi Ikan Cakalang yaitu tubuh
berbentuk fusiform, memanjang dan agak bulat, tapi insang (gill rakers) berjumlah 53-63 pada
helai pertama. Mempunyai dua sirip punggung yang terpisah. Pada sirip punggung yang pertama
terdapat 14-16 jari-jari jeras, jari-jari lemah pada sirip punggung kesua diikuti oleh 7-9 finlet.
Badan tidak bersisik kecuali pada barut badan(corselets) dan lateral line terdapat titik-titik kecil.
Bagian punggung berwarna biru kehitaman(gelap) disisi bawah dan 6 perut keperakan, dengan
4-6 buah garis-garis berwarna hitam yang memanjang pada bagian samping badan.
mempunyai ciri-ciri khusus yaitu tubuhnya mempunyai bentuk yang menyerupai torpedo
(fusiform), bulat dan memanjang, serta mempunyai gill rakers (tapis insang) sekitar 53-63 buah.
Ikan cakalang memiliki dua sirip 6 punggung yang letaknya terpisah. Sirip punggung pertama
terdapat 14-16 jari-jari keras, pada sirip punggung perut diikuti oleh 7-9 finlet. Terdapat sebuah
rigi-rigi (keel) yang sangat kuat diantara dua rigi-rigi yang lebih kecil pada masing-masing sisi
Ikan cakalang memiliki kandungan protein 22,6 g/100g daging, dan lemak 2,1g/ 100g daging,
disamping itu ikan cakalang mengandung mineral kalsium, fosfor, zat besi dan sodium, vitamin
A ( Retinol), serta vitamin B (thiamin, riboflavin, dan niasin) menurut (Departemen of Health
Education and Walfare, 19720 dalam Kekenusa, 2006). Adapun Komposisi Gizi Ikan cakalang
Tabel 1. Komposisi Gizi Ikan Cakalang (katsuwonus. pelamis) per 100 gram daging
Komposisi Ikan Cakalang Satuan
Enaergi 13, 10 mg
Protein 262 mg
Lemak 21 mg
Abu 13 mg
Kalsium 8,0 mg
Fosfor 220,0 mg
Besi 4,0 mg
Sodium 52,0 mg
Retinol 10,0 mg
Thiamin 0,03 mg
Riboflavin 0,05 mg
Sumber : Departemen of Health, Education and Walfare (1972) dalam Kekenusa (2006).
Potensi ikan cakalang diseluruh dunia cukup besar, dengan tingkat regenerasi cukup
tinggi, oleh karenanya tidak perlu khawatir akan habis meskipun dilakukan penangkapan dalam
jumlah besar. Cakalang adalah ikan pernang cepat dan hidup bergerombol (Scholling) sewaktu
mencari makan. Kecepatan renang ikan dapat mencapai 50 km/jam. Kemampuan renang ini
merupakan salah satu fektor yang menyebabkan penyebarannya dapat mengikuti skala ruang
(Wilayah Geografis) yang cukup luas, termasuk diantaranya beberapa spesies yang dapat
Menurut Gunarso (1985) dalam Kekenusa (2006) pada suatu daerah penangkapan ikan
cakalang suhu permukaan laut yang disukai biasanya berkisar antara 16-26 oC, walaupun untuk
Indonesia suhu optimumnya adalah berkisar 28-29 oC. Sedangkan suhu untuk pemijahan
berkisar pada 28-29 oC. Setiap ikan mempunyai kisaran suhu tertentu untuk melakukan
pemijahan, bahkan mungkin dengan suatu siklus musiman yang tertentu pula. Selain itu biasanya
ikan cakalang hidup pada perairan dengan kadar salinitas antara 33-35o/oo dengan salinitas
untuk pemijahan sebesar 33o/oo. Ikan ini jarang dijumpai pada perairan dengan kadar salinitas
D. Pengawetan ikan
Penanganan ikan segar merupakan salah satu bagian penting dari mata rantai industri
perikanan karena dapat mempengaruhi mutu. Baik buruknya penanganan ikan segar akan
mempengaruhi mutu ikan sebagai bahan makanan atau sebagai bahan mentah untuk proses
kehidupan bakteri pembusuk atau mikroorganisme yang lain, sehingga ikan sangat cepat
mengalami proses pembusukan. Kondisi ini sangat merugikan karena dengan kondisi demikian
banyak ikan tidak dapat dimanfaatkan dan terpaksa harus dibuang, terutama pada saat produksi
melimpah. Oleh karena itu, untuk mencegah proses pembusukan perlu dikembangkan berbagai
cara pengawetan dan pengolahan yang cepat dan cermat agar sebagian ikan yang diproduksi
Pengawetan merupakan usaha manusia untuk mempertinggi daya tahan dan daya simpan
ikan dengan tujuan agar kualitas ikan dapat dipertahankan tetap dalam kondisi baik. Cara-cara
sebagai berikut :
1. Tubuh ikan mengandung protein dan air cukup tinggi, sehingga merupakan media yang
2. Produksi ikan bersifat musiman, terutama ikan laut. Dengan kondisi demikian pada suatu
saat produksi ikan sangat melimpah sedangkan pada saat lain sangat rendah. Oleh karena
itu diperlukan cara-cara pengawetan dan pengolahan yang mampu memproses ikan dengan
3. Kebutuhan manusia akan ikan tidak pernah mengenal musim. Setiap saat manusia dapat
Dengan dikembangkannya cara-cara pengawetan dan pengolahan yang cepat dan cermat,
daya tahan dan daya simpan ikan dapat lebih lama sehingga dapat memenuhi kebutuhan manusia
setiap saat.
E. Ikan asin
Ikan asin merupakan salah satu bahan makanan mentah yang diawetkan menggunakan
garam. Penggaraman pada dasarnya dilakukan untuk mengurangi kadar air dalam ikan sehingga
bakteri tidak dapat hidup dan berkembang. Adanya garam akan mengakibatkan terjadinya proses
osmosa pada sel daging ikan sehingga bakteri menjadi mati (Halimahtussaddiyah, 2011).
Terdapat beberapa cara pengawetan ikan yang dilakukan di Indonesia seperti penggaraman,
Penggaraman merupakan proses pengawetan yang paling banyak dilakukan. Pengawetan ini
terdiri dari dua proses, yaitu proses penggaraman dan pengeringan. Ikan yang telah mengalami
proses penggaraman akan mempunyai daya simpan yang tinggi. Dalam skala nasional, ikan asin
merupakan salah satu produk makanan yang mempunyai kedudukan penting sehingga tidak
mengherankan apabila ikan asin termasuk dalam sembilan bahan pokok penting bagi kebutuhan
Menurut Afrianto (1989) dalam Heruwati, 2002, proses penggaraman ikan dapat dilakukan
Penggaraman kering dapat digunakan baik untuk ikan yang berukuran besar maupun
kecil. Penggaraman ini menggunakan garam berbentuk kristal. Ikan yang akan diolah ditaburi
Proses penggaraman dengan sistem ini menggunakan larutan garam sebagai media untuk
merendam ikan. Larutan garam akan mengisap cairan tubuh ikan dan garam akan segera masuk ke
Penggaraman Kench pada dasarnya hampir sama dengan penggaraman kering, tetapi tidak
menggunakan bak. Ikan dicampur dengan kristal garam seperti pada penggaraman kering dengan
menggunakan keranjang. Larutan garam yang terbentuk dibiarkan mengalir dan terbuang sehingga
Dalam hal ini, ikan mengalami proses penggaraman yang diikuti dengan perebusan. Proses
pembusukan ikan dicegah dengan cara merebusnya dalam larutan garam jenuh.
F. Ikan pindang
Proses dan teknik mempertahankan kesegaran ikan yang banyak dikenal dikalangan
masyarakat secara tradisional adalah pemindangan. Teknik ini biasanya dipergunakan bagi
Pemindangan adalah salah satu cara pengolahan ikan segar dengan kombinasi perlakuan
antara penggaraman dan perebusan, Garam yang digunakan berperan sebagai pengawet sekaligus
memberikan cita rasa pada ikan sedangkan perubusan mematikan sebagian besar bakteri pada
ikan terutama bakteri pembusuk. Proses ini dimaksudkan agar produk bisa tahan lebih lama
sehingga dapat dipasarkan ke daerah yang cukup jauh, karena ketahananan produk ikan dengan
teknik ini mencapai 3-4 hari, dan lebih dari masa itu ikan akan mengalami proses pembusukan.
Proses ini banyak dilakukan oleh masyarakat dengan skala usaha rumah tangga sampai dengan
sedang yang melibatkan tenaga kerja diluar rumah tangga dengan teknologi yang sederhana,
tetapi proses ini juga tetap memiliki nilai tambah yang akan dinikmati oleh masyarakat
(Adawyah 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Adawyah, R. 2008. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Cetakan III. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Darwanto dan A.S. Murniyati. 2003. Program Manajemen Mutu Terpadu (PMMT). Departemen
Kelautan dan Perikanan.
Halimahtussaddiyah, R. (2011). Analisis Logam Berat Cd, Hg, dan Mg dalam Ikan Asin Melalui
Pemisahan dan Tanpa Pemisahan Menggunakan Pengekstrak Ligan
Dipentilditiokarbamat. Jurnal Paradigma. 15(1): 30- 31.
Fausan., 2011. Pemetaan Daerah Potensial Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis)
Berbasis Sistem Informasi Geografis di Perairan Teluk Tomini Provinsi Gorontalo.
Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan Universitas Hasanuddin.
Heruwati, E.S., (2002). Pengolahan Ikan Secara Tradisional: Prospek dan Peluang
Pengembangan. Jurnal Litbang Pertanian. 21(3): 93.
Kekenusa, J.S. 2006. Analisis Penentuan Musim Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus
pelamis, L.) Di Perairan Bitung Sulawesi Utara. Jurnal Protein Vol. 13 No.1
Supadiningsih, C. N dan Rosana, N, 2004. Penetuan Fishing Ground Tuna Dan Cakalang
Dengan Teknologi Pengindraan Jauh. Pertemuan Ilmiah Tahunan I. Teknik Geodesi.
ITS. Surabaya