2009 : 93 – 101 93
ABSTRACT
Cross-linked chitosan with 78,12% deacetylation degree, synthesed from chitosan bead with
135,982% swelling degree were conducted. Chitosan bead has prepared from chitosan that was
dissolved with watery acetic acid and coagulated with sodium hydroxide. Chitosan with 79,6%
deacetylation degree was prepared from chitin that was submitted to a deacetylation reaction.
Chitin were applied, isolated from giant tiger shrimp that was submitted to a demineral and
deproteination reaction. Functional group of the cross-linked chitosan with glutaraldehyde were
investigated by the Infra Red spectroscopy and deacetylation degree were investigated by the base
line methods. Chitin, chitosan and chitosan bead have the same structure. The difference between
chitin and chitosan was the deacetylation degree and chitosan bead in the physical shape. The
deacetylation degree and swelling degree of chitosan bead was decreased by cross-linking process.
rumus ( M t− M o ) dengan Mt adalah berat akhir kitosan yang terdeasetilasi sempurna, diasumsikan
M o bahwa A1655/A3450 X 115 akan menghasilkan angka
0 untuk kitosan yang terdeasetilasi sempurna.
kitosan bead dan Mo adalah berat kitosan awal
Nilai Absorbansi untuk gugus amina dan
(Oliveira 2004)
asetamida dapat diperoleh dari persamaan matematis
yang dikemukakan oleh Sabnis & Block dalam Khan
Pembuatan ikat silang kitosan dengan
(2002).
glutaraldehid
A1655 = log (DF2/DE)
Kitosan bead dimasukkan dalam larutan
dan
glutaraldehid 2,5% dengan rasio 1,5 ml tiap gram
A3450 = log (AC/AB)
kitosan bead, dibiarkan pada suhu kamar selama 24
jam. Kitosan yang telah terikat silang kemudian
Dengan nilai DF2, DE, AC dan AB diperoleh dari
dicuci dengan aquades.
spektra IR seperti tampak pada Gambar 4.
Kitosan yang telah dicuci dimasukkan dalam aseton
selama 24 jam hingga kering.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi gugus fungsional
Sampel dibuat dalam bentuk pellet dengan KBr.
Hasil spektra infra merah dari kitin (Gambar 5)
Pellet KBr dihaluskan bersama beberapa mg kitosan
dengan sejumlah KBr kering dan diberi tekanan menunjukkan serapan pada bilangan
dibawah vakum sekitar 1 menit dan dibaca gelombang 3445,1 cm-1 yang merupakan
menggunakan spektrofotometer infra merah. daerah –OH dan air. Pita serapan pada bilangan
gelombang 2928 cm-1 menunjukkan daerah
Penentuan kadar deasetilasi puncak untuk gugus C-H. Adanya serapan pada
Kadar deasetilasi ditentukan dengan menggunakan bilangan gelombang 1659,7 dan 1376,1 cm-1
metode base line yang dikemukakan oleh Baxter et mungkin merupakan daerah puncak untuk
al. dalam Khan (2002) dengan persamaan: gugus N-H dari gugus amina dan gugus C-H
pada CH3 (Muzzarelli 1978). Kadar deasetilasi
Derajat deasetilasi= 100 – [(A1655 / A3450) X 115] %
kitin dihitung dengan menggunakan metode
dengan a A1655 adalah absorbansi pada daerah 1655 base line dapat dilihat pada Gambar 6. Dengan
cm-1 yang menunjukkan gugus amina dan A3450 derajat deasetilasi kurang dari 70%, maka
adalah absorbansi pada daerah 3450 cm-1 yang menurut Thate (2004) sampel ini dapat
menunjukkan gugus asetamida. Angka 115 adalah disimpulkan sebagai kitin.
konstanta dari perbandingan A1655/A3450 untuk
Gambar 6. Metode base line untuk spektra kitin (keterangan: panjang DF2= 8,5 cm; panjang DE=
3,2 cm; panjang AC= 11 cm; panjang AB= 1,2 cm; A1655 = 0,4243; A3450 = 0,9622,
derajat deasetilasi = 9,289 %).
Jurnal ILMU DASAR Vol. 10 No. 1. 2009 : 93 – 101 97
Hasil spektra infra merah dari kitosan dengan menggunakan metode base line dapat
menunjukkan serapan pada bilangan dilihat pada Gambar 8.
gelombang 3445,1 cm-1 yang merupakan Dengan derajat deasetilasi lebih dari 70%,
daerah –OH dan air (Gambar 7). Pita serapan maka menurut Thate (2004) sampel ini dapat
pada bilangan gelombang 2928 cm-1 disimpulkan sebagai kitosan. Sintesis kitosan
menunjukkan daerah puncak untuk gugus C-H. dari kitin adalah dengan pemutusan ikatan
Adanya serapan pada bilangan gelombang antara gugus asetil kitin dengan atom nitrogen
1659,7 dan 1376,1 cm-1 mungkin merupakan kitin (deasetilasi) sehingga berubah menjadi
daerah puncak untuk gugus N-H dari gugus gugus amina (NH2). Reaksi tersebut dapat
amina dan gugus C-H pada CH3 (Muzzarelli dilihat pada Gambar 9.
1978). Kadar deasetilasi kitosan dihitung
Gambar 8. Metode base line untuk spektra kitosan (keterangan: panjang DF2 = 5 cm; panjang
DE= 3,3 cm; panjang AC= 12,5 cm; panjang AB= 1,2 cm; A1655 = 0,27; A3450 =
1,018; derajat deasetilasi = 79,6 %).
98 Sintesis ........... (Bagus Rahmat Basuki & I Gusti Made Sanjaya)
CH2OH CH2OH
O O
H H
OH H OH H
+ NaOH
H H
H NH H NH
C O C O Na
CH3 CH3
OH
CH2OH CH2OH
O O
H H
H OH H
OH
H H
H NH2 H NH
O C O Na C O Na
H
O
CH3 CH3
CH2OH
O
H
O
OH H
H H3C C ONa
H NH2
Hasil spektra infra merah dari kitosan bead pada bilangan gelombang 2928 cm-1
menunjukkan serapan pada bilangan menunjukkan daerah puncak untuk gugus C-H.
gelombang 3445,1 cm-1 yang merupakan Adanya serapan pada bilangan gelombang
daerah –OH dan air (Gambar 10). Pita serapan 1659,7 dan 1376,1 cm-1 mungkin merupakan
Jurnal ILMU DASAR Vol. 10 No. 1. 2009 : 93 – 101 99
daerah puncak untuk gugus N-H dari gugus gugus fungsi kitosan, yang terjadi hanya
amina dan gugus C-H pada CH3 (Muzzarelli perubahan pada bentuk fisiknya saja. Kadar
1978). Kitosan merupakan polimer rantai lurus deasetilasi kitosan bead dihitung dengan
yang memiliki banyak gugus amina dalam unit menggunakan metode base line dapat dilihat
glukosa sehingga terdapat backbone dalam unit pada Gambar 11.
polimer tersebut, melarut dalam asam organik Penelitian ini menggunakan kitosan dengan
encer dan tidak larut dalam air ataupun dalam berat 12,5 gram menghasilkan kitosan bead
pelarut organik (Thatte 2004). dengan berat 29,4977 gram, dengan metode
Pelarutan kitosan terjadi dalam dua tahap, perhitungan kadar penggembungan menurut
mula-mula molekul asam asetat berdifusi Oliveira (2004) diperoleh kadar
melewati matriks polimer untuk membentuk penggembungan (swelling degree) sebesar
massa menggembung dan tersolvasi 135,982%. Kadar penggembungan yang cukup
membentuk gel. Tahap selanjutnya, gel tersebut besar menunjukkan adanya larutan asam asetat
pecah dengan cepat dan molekul-molekulnya dalam matriks polimer kitosan bead.
terdispersi dalam larutan asam asetat, sehingga Hasil spektra infra merah dari ikat silang
berwujud sangat kental mirip selai, yang kitosan menunjukkan serapan pada bilangan
partikel-partikelnya saling berjalin melingkupi gelombang 3445,1 cm-1 yang merupakan
medium pendispersi, dan pada kondisi tertentu daerah –OH dan air (Gambar 12). Pita serapan
larutan kental ini dapat menggumpal. pada bilangan gelombang 2928 cm-1
Larutan viskous kitosan dalam asam asetat menunjukkan daerah puncak untuk gugus C-H.
yang didapatkan, kemudian disemprotkan Adanya serapan pada bilangan gelombang
kedalam larutan NaOH 2 M sehingga larutan 1659,7 dan 1376,1 cm-1 mungkin merupakan
yang terbentuk akan menggumpal membentuk daerah puncak untuk gugus N-H dari gugus
bead. Setiap celah-celah dalam struktur kitosan amina dan gugus C-H pada CH3 (Muzzarelli
bead yang terbentuk diisi oleh larutan encer 1978). Kadar deasetilasi kitosan bead dihitung
asam asetat. Dari proses tersebut, diketahui dengan menggunakan metode base line dapat
bahwa tidak terjadi perubahan ikatan pada dilihat pada Gambar 13.
Gambar 11. Metode base line untuk spektra kitosan bead (keterangan: panjang DF2= 3,5 cm;
panjang DE= 2,6 cm; Panjang AC= 7,4 cm; panjang AB= 1 cm; A1655 = 0,129; A3450 =
0,869; derajat deasetilasi = 82,9286 %.
Gambar 13. Metode base line untuk spektra ikat silang kitosan (keterangan: panjang DF2 =7,8 cm;
panjang DE= 5,3 cm; panjang AC= 9,9 cm; panjang AB= 1,3 cm; A1655 = 0,1678; A3450
=0,882; derajat deasetilasi = 78,12 %.
Jurnal ILMU DASAR Vol. 10 No. 1. 2009 : 93 – 101 101
O H
OH
H O O
H O O
O H H
OH H
H H
H NH2 O H H N H 2
C
O CH
(C H 2)3
(C H 2 )3
C
O H O C H
H NH2
H H N H 2
OH H
H
H O
O O H H
OH H O O
O H
OH OH
H O O O
H O
OH H
OH H
H
H
H N
H N H
H C
2 H 2O H C OH
(C H 2)3
(C H 2)3
H C
H N H C OH
H H N H
OH H
H
H O O OH H
OH H O O
OH