Anda di halaman 1dari 9

Pembuatan Katalis Heterogen SiO2-HCl Untuk Menghasilkan Triasetin

Dari Crude Gliserol Melalui Proses Esterifikasi

The Making of Heterogeneous SiO2-HCl Catalyst to Produce Triacetin from Crude Glycerol
Through The Esterification Process

Misran, Erni*, Vidya Anggini Naibaho, Rini Ananda Siagian.


Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatra Utara
Jalan Almamater Kampus USU, Medan 20155, Indonesia

Abstrak

Triasetin merupakan ester asetat yang jernih dan tidak berwarna yang digunakan sebagai fuel additive pada
bahan bakar. Proses pembuatan senyawa triasetin dapat menggunakan gliserol dari produk samping
produksi biodiesel. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi selektivitas produk triasetin yang
dihasilkan dari reaksi esterifikasi gliserol menggunakan katalis SiO 2-HCl. Triasetin diperoleh dengan
beberapa tahap yaitu tahap pre-treatment crude gliserol, tahap sintesis katalis SiO 2-HCl dan tahap
esterifikasi gliserol. Penelitian menunjukkan hasil analisis kadar keasaman katalis SiO 2-HCl 1 : 2 (M/M)
dengan metode adsorpsi ammonia yaitu 4,61 mmol/gram dari katalis SiO2-HCl yang terbaik diperoleh
pada rasio molar SiO2-HCl yaitu 1 : 2 (M/M) menghasilkan karakteristik terbaik dengan luas permukaan
3,643 m2/g, volume pori 0,043 cm 3/g dan jari-jari pori 1,7021 nm dan dengan kondisi optimum katalis
SiO2-HCl yaitu pada tipe SiO2-HCl 1 : 2 (M/M) dengan penggunaan berat katalis 7% dari berat gliserol
dengan konversi gliserol 99,75%, konsentrasi triasetin 98,68% dan selektivitas triasetin 99,56%.

Kata Kunci : Triasetin, katalis SiO2-HCl, esterifikasi.

Abstract

Triacetin is a clear and colorless acetate ester that is used as a fuel additive in fuel. The process of making
triacetin compounds can use glycerol from by-products of biodiesel production. This research aims to
characterize the selectivity of triacetin products produced from the glycerol esterification reaction using a
SiO2-HCl catalyst. Triacetin is obtained in several stages, namely the crude glycerol pre-treatment stage,
the SiO2-HCl catalyst synthesis stage and the glycerol esterification stage. The research shows that the
results of the analysis of the acidity content of the SiO 2-HCl catalyst 1 : 2 (M.M) using the ammonia
adsorption method are 4.61 mmol/gram from the best SiO 2-HCl catalyst obtained at the SiO 2-HCl molar
ratio, namely 1 : 2 (M/M). produces the best characteristics with a surface area of 3.643 m2/g, pore
volume of 0.043 cm3/g, and pore radius of 1.7021 nm and with optimum conditions for the SiO 2-HCl
catalyst, namely the SiO2-HCl 1 : 2 (M/M) catalyst type. by using a catalyst weight of 7% of the glycerol
weight with a glycerol conversion of 99.75%, a triacetin concentration of 98.68%, and a triacetin
selectivity of 99.56%.

Keywords: Triacetin, SiO2-HCl catalyst, esterification.


Pendahuluan bio-silika. Dari penelitian
Gliserol adalah produk samping produksi
biodiesel dari reaksi transesterifikasi dan merupakan Arumugam,dkk(2013) kandungan silika abu
senyawa alkohol dengan gugus hidroksil berjumlah daun tebu yakni 80,14%.Tabel 2.3
tiga buah. Gliserol (1,2,3 propanetriol) merupakan
cairan yang tidak berwarna, tidak berbau dan menunjukkan komposisi kandungan abu daun
merupakan cairan kental yang memiliki rasa manis.
Metodologi Penelitian
Gliserol dapat dimurnikan dengan proses distilasi
agar dapat digunakan pada industri makanan, Bahan
farmasi atau juga dapat digunakan untuk pengolahan Adapun bahan baku yang digunakan dalam
air (Prasetyo et al., 2012). pembuatan triasetin ini meliputi crude gliserol dari
Adapun beberapa produk turunan gliserol PT.Wilmar Bioenergi Indonesia, silika gel (Si), HCl,
adalah gliserol triheptanoat, gliserol monostearat NaOH, H2O, C20H14O4.
dan triasetil gliserol (TAG)/triasetin. Triasetin
memiliki aplikasi yang cukup luas dalam industri, Peralatan Penelitian
beberapa diantaranya adalah dapat digunakan dalam Adapun alat yang digunakan dalam pembuatan
bidang kosmetik, farmasi (Lacerda triasetin :
1. Furnace
et al., 2015), sebagai aditif bahan bakar untuk 2. Oven
meningkatkan angka oktan pada bensin (Mallesham 3. Hot Plate
et al., 2016), tidak memiliki efek buruk pada 4. Magnetic stirrer
kualitas bahan bakar, bahkan mampu digunakan 5. Corong gelas
sebagai zat aditif pada biodiesel hingga 10% berat 6. Beaker glass
biodiesel sebagai cetane booster (Tavares et al., 7. Mortal dan Pestle
2017). Pembuatan triasetin dilakukan dengan
8. Erlenmeyer
mereaksikan gliserol dan asam asetat secara
esterifikasi menggunakan katalisator (Prasetyo et al., 9. Gelas ukur
2012). 10. Refluks Kondensor
Karjanakom et al, (2018) telah mengkaji 11. Kertas saring
pembuatan triasetin dari gliserol dengan proses 12. Erlenmeyer
asetilasi menggunakan green katalis pada kondisi 13. Statif dan Klem
suhu reaksi 60-120°C selama 30-210 menit dengan 14. Ultrasound
variasi green katalis yaitu Amberlit-35, SiO2-Tosic a
15. Viskosimeter Ostwald
cid, H-Ultra Stable Y (H-USY) dan Al2O3. Rasio
Prosedur Penelitian
molar asam asetat : gliserol yang digunakan yaitu 8 :
1. Tahap Pre-Treatment Crude Gliserol
1 dan 24 : 1. Proses asetilasi yang berlangsung
Crude gliserol dari PT. Wilmar dicuci dengan aq
menggunakan ultrasonic power sebesar 40 sampai
uadest pada suhu 80°C sebesar 2 : 3 (v/v).
100 W. Pada penelitian tersebut diperoleh kondisi op
Kemudian ditambahkan karbon aktif sebanyak 5%
timum pada rasio molar sebesar 8 : 1, suhu reaksi 10
(b/v). Campuran diaduk selama 30 menit dan didiam
0°C, waktu reaksi 150 menit, dan ultrasonic power s
kan selama 24 jam. Proses adsorpsi dilakukan seban
ebesar 80 W dengan selektivitas mencapai 100% den
yak 3 kali untuk meningkatkan kadar gliserolnya.
gan jenis katalis SO3H-gliserol-karbon.
Kemudian campuran disaring dan filtrat dievaporasi
Pada penelitian ini akan dikaji pembuatan
selama 4 jam dengan suhu 100°C. Gliserol pekat dia
katalis heterogen SiO2-HCl yang merupakan salah
nalisis menggunakan Gas Chromatography (GC) unt
satu produk modifikasi silika dengan cara
uk mengetahui kadar gliserolnya.
mereaksikan silika dengan asam klorida. Modifikasi
ini dilakukan untuk memaksimalkan kinerja silika,
khususnya untuk katalis dalam reaksi esterifikasi 2. Tahap Pembuatan Katalis SiO2-HCl
gliserol menjadi triasetin. Pemilihan katalis Silika dan larutan HCl dengan rasio molar SiO 2 :
heterogen SiO2-HCl sebagai katalis heterogen ini HCl sebesar 1 : 2 hingga 1 : 4 dicampurkan dalam se
juga karena larutan HCl yang murah dan mudah buah beaker glass. Larutan diaduk menggunakan ma
didapatkan. Kemudian dilakukan analisis katalis gnetic stirrer dengan kecepatan pengadukan 300 rp
heterogen SiO2-HCl dan triasetin dengan FTIR, m pada suhu 80°C selama 2 jam. Larutan didiamkan
BET-BJH dan GC-MS. selama 30 menit dan kemudian disaring menggunaka
n kertas saring whatman. Hasil penyaringan berupa k
Daun Tebu dapat menghasilkan silika atau atalis SiO2-HCl yang diperoleh dimasukkan ke cawa
n porselen dan dikeringkan pada suhu 200°C selama
silicon dioksida yang memiliki rumus kimia
30 menit. Katalis SiO2-HCl digerus dengan mortal d
SiO2. Silika dari bahan organik disebut sebagai an pestel kemudian dikalsinasi kembali di furnace p
ada suhu 600°C selama 4 jam. Katalis SiO 2-HCl disi
No. Retention Kompone Komposisi Pada penelitian ini, pembuatan katalis SiO 2-
Puncak Time n (% Berat) HCl untuk pembuatan triasetin menggunakan bahan
(Menit) Penyusun baku crude gliserol dari PT. Wilmar Bioenergi
Indonesia. Adapun hasil dari penelitian ini meliputi
1. 7,787 Gliserol 7,5
analisis crude gliserol, karakterisasi katalis asam
2. 9,638 Gliserol 69,71
padat SiO2-HCl dan pengaplikasian katalis SiO 2-HCl
3. 11,215 Ester 7,512
pada reaksi esterifikasi untuk menghasilkan
4. 11,468 Gliserol 9,02
triasetin.
5. 28,523 Senyawa 6,257
lainnya
mpan dalam wadah tertutup dan dianalisis keasaman 1. Analisis Crude Gliserol Sebagai Bahan Baku
katalis dengan metode analisis gravimetri yang diad
Crude gliserol yang diperoleh dari PT. Wilmar
opsi dari penelitian Salman et al. (2015). Bioenergi Indonesia memiliki kadar sebesar 58,56%.
Hasil analisis crude gliserol setelah dilakukannya
pre-treatment dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisis Crude Gliserol Setelah pre-
W NH3 = x 1000/gram treatment

Dimana: Berdasarkan tabel 1 diatas diperoleh kadar


W0 = massa cawan (gram) gliserol pada crude gliserol setelah dilakukan pre-
W1 = massa cawan + silika (gram) treatment yang tertera pada retention time 7,787;
W2 = massa cawan + silika + ammonia (gram) 9,638; dan 11,468 menit dengan komposisi (%
berat) total sebesar 86,23%. Selain itu, pada crude
Katalis SiO2-HCl kemudian dianalisis gugus fun gliserol tersebut mengandung ester yang tertera pada
gsi katalis menggunakan FTIR, ukuran pori dan luas retention time 11,215 dengan komposisi (% berat)
permukaan katalis menggunakan BET-BJH. total sebesar 7,5125% dan kandungan senyawa
lainnya yang tertera pada retention time 28,523
3. Tahap Esterifikasi Gliserol menit dengan komposisi (% berat) sebesar 6,2575%.
Gliserol hasil pretreatment sebanyak 25 gram di
Hasil analisis menunjukkan komponen yang paling
panaskan dalam labu leher tiga hingga mencapai suh
dominan terdapat pada puncak 2 yaitu senyawa
u reaksi sebesar 100°C. Asam klorida dengan rasio
gliserol. Dapat dilihat terjadi peningkatan kadar
massa 9 : 1 (b/b) terhadap gliserol dan katalis SiO 2-
gliserol, dimana crude gliserol sesudah pre-
HCl dengan jumlah dan tipe katalis tertentu dimasuk
treatment diperoleh kadar gliserol sebesar 86,23%.
kan ke dalam labu leher tiga. Larutan campuran ters
ebut kemudian dijaga suhu reaksinya sebesar 100±5° Peningkatan crude gliserol ini tidak lepas dari
C sambil diaduk menggunakan magnetic stirrer den penggunaan karbon aktif. Penggunaan karbon aktif
gan kecepatan pengadukan sebesar 300 rpm dan den pada pre- treatment crude gliserol dapat
gan bantuan ultrasound power sebesar 80 W selama meningkatkan kadar gliserol yang disebabkan
4 jam dengan melakukan sampling setiap 1 jam. Seti adanya proses adsorpsi pada impurities dan sisa
ap 1 jam dilakukan sampling untuk dilakukan analisi asam yang masih terkandung di dalam crude
s konversi gliserol dengan metode titrasi asam basa gliserol. Perbandingan visual crude gliserol sebelum
hingga jam ke 4. Setelah waktu reaksi tercapai, peng dan setelah pre-treatment ditunjukkan pada Gambar
adukan dan ultrasound dihentikan dan kontrol suhu 1.
pada hotplate diturunkan. Campuran dipisahkan dari
katalis SiO2-HCl dengan menggunakan kertas saring
whatman dan dimasukkan ke dalam corong pemisah.
Hasil reaksi esterifikasi kemudian dianalisis kadar tr
iasetin dengan menggunakan GC-MS dan dihitung
konversi serta selektivitas triasetin.

(a) (b)
Gambar 1. Perbandingan visual Crude Gliserol
Sebelum dan Setelah Pre-Treatment
Gambar 1.a menunjukkan crude gliserol sebelum
dilakukannya adsorpsi dengan menggunakan karbon
aktif yang diperoleh dari PT. Wilmar Bioenergi
Indonesia, Dumai tampak berwarna kuning
Hasil dan Pembahasan kecoklatan. Gambar 1.b merupakan crude gliserol
setelah dilakukannya pre-treatment dengan
menggunakan proses adsorpsi oleh karbon aktif dan
proses evaporasi yang tampak berwarna bening.
Crude gliserol yang telah melewati pre-
2.1 Analisis Gugus Fungsi Katalis SiO2-
HCl dengan FTIR
Gambar 3. Hasil FTIR Katalis SiO2-HCl 1 : 2

Gambar 3 menunjukkan hasil FTIR pada


katalis SiO2-HCl dengan perbandingan rasio
molar 1 : 2. Terdapat puncak serapan pada
bilangan gelombang dari yang tertingi yaitu

No Sifat Fisik Crude Gliserol


Gliserol Setelah
Sebelum Pre-treatment
Pre-treatment
1. Densitas 1,24 g/ml 1,27 g/ml
treatment kemudian dilakukan analisis sifat fisik
2. Viskositas 310,23 cP 318,79 cP
yang bertujuan untuk membandingkan sifat
fisik antara crude gliserol sebelum dan sesudah 3. Kadar 58,56 % 86,23 %
Gliserol
pre-treatment. Hasil perbandingan crude gliserol
4. Kadar Air 7,53 % 5,26 %
pre-treatment ditunjukkan pada Tabel 2.
5. Kadar Abu 3,00 % 1,00 %
Tabel 2. Perbandingan Crude Gliserol Sebelum
dan Setelah Pre-Treatment 6. Kadar 30,91 % 7,52 %
MONG
7. Warna Kuning Benin
2. Sintesis Katalis Asam Padat SiO 2- g
HCl 3391,54 cm-1, 1994,22 cm -1, 1635,06 cm -1, 1063,18
cm-1 dan pada bilangan gelombang yang terendah
Katalis yang akan digunakan pada penelitian ini
803,66 cm-1, 616,26 cm-1, dan 605,24 cm -1. Pada
adalah katalis asam padat berupa katalis SiO2-HCl. sampel terdapat gugus fungsi Si-OH yang muncul
Senyawa SiO2 diperoleh dari silika gel. Pada pada bilangan gelombang 1635,06 cm-1.
penelitian ini, sintesis katalis asam padat SiO2-HCl Selanjutnya, muncul bilangan gelombang 3391,54
cm-1 yang merupakan gugus –OH. Gugus Si-O-Si
juga muncul pada bilangan gelombang 803,66
cm-1 – 1063,18 cm-1 dan 1994,22 cm -1 yang dimana
gugus ini bertransformasi dengan masuknya gugus C
= H.
Gambar 4. Hasil FTIR Katalis SiO2-HCl 1 : 4

Gambar 4 menunjukkan hasil FTIR pada


katalis SiO2-HCl dengan perbandingan 1 : 4 terdapat
puncak serapan pada
bilangan gelombang dari
terdiri dari 2 tahapan yaitu tahap impregnasi dengan yang tertingi yaitu
Larutan HCl dan proses kalsinasi pada suhu 500°C. 3385,71 cm-1 dan 1062,56 cm-
1
Perbandingan sol-gel silika sebelum dan setelah . Pada bilangan
dikeringkan ditunjukkan pada Gambar 2. gelombang yang terendah
yaitu 802,21 cm -1, 640,13 cm -1, dan 615,74 cm -1.
Terdapat gugus fungsi Si-O yang muncul pada
(a) (b)
bilangan gelombang 640,13 cm-1 dan 615,74 cm -1.
Gambar 2. Perbandingan Sol-gel Silika Selanjutnya, muncul bilangan gelombang 3395,71
cm-1 yang merupakan gugus –OH. Gugus Si-O-Si
Silika yang telah dikeringkan, diimpregnasi
juga muncul pada bilangan gelombang 802,21 cm -1
dengan larutan HCl dengan perbandingan rasio
– 1062,56 cm-1. Namun, pada katalis SiO2-HCl
molar SiO2 : HCl sebesar 1 : 2 dan 1 : 4 (M/M). dengan variasi rasio molar 1 : 4 tidak terdapat
Silika diimpregnasi dengan kondisi operasi suhu bilangan gelombang yang menunjukkan masuknya
impregnasi sebesar 80°C sambil pengadukan dengan gugus C = H.
kecepatan 300 rpm selama 2 jam. Adapun gugus C = H terdeteksi pada
bilangan gelombang 1994,22 cm -1. Pinangsih et al.
(2014) telah melaporkan bahwa sintesis biokeramik
hidroksiapatit dari tulang sapi dengan menggunakan

Gambar 5. Hasil Analisis BET-BJH Katalis SiO 2-


HCl

Gambar 5 menunjukkan hasil analisis BET


adsorpsi-desorpsi gas nitrogen dari katalis SiO2-
HCl dengan berbagai variasi konsentrasi HCl yang
metode sol-gel pada analisis gugus fungsi
digambarkan dengan kurva adsorpsi-desorpsi
menggunakan FTIR diperoleh gugus fungsi C = H
isotermal. Kurva isoterm adsorpsi-desorpsi pada
pada bilangan gelombang 567,03; 943,13; 1276,92;
katalis SiO2-HCl yang diimpregnasi dengan berbagai
dan 1998,42 cm-1 (Pinangsih et al., 2014). Dapat
konsentrasi larutan HCl memperlihatkan bahwa
disimpulkan bahwa pada penelitian ini silika dengan
adsorpsi gas N2 yang terjadi pada tekanan relatif
perbandingan rasio molar 1 : 2 berhasil diimpregnasi
(P/Po) yang rendah menyebabkan volume gas N2
dengan larutan HCl. yang teradsorpsi pun akan kecil. Hal ini dapat
ditunjukkan pada P/Po yang berkisar antara 0 – 1
2.2 Analisis Ukuran Pori dan Luas volume gas N2 yang teradsorpsi hanya 0,228893 –
Permukaan Katalis SiO2-HCl Dengan 3,18244 cc/g untuk katalis SiO2-HCl 1 : 2, 1,0111
BET-BJH – 24,1153 cc/g untuk katalis SiO2-HCl 1 : 4. Hal
ini dapat didukung oleh kurva yang meningkat
dengan jarak tiap titik yang cenderung dekat
(terlihat pada Gambar 5) dimana keadaan ini
menunjukkan bahwa katalis SiO2-HCl yang telah
diimpregnasi dengan larutan HCl memiliki jenis
pori berupa mesopori.
Gambar 6. Hasil Analisis BJH Katalis SiO2-HCl
Gambar 6 menunjukkan hasil analisis BJH yang
digambarkan dengan kurva diferensial distribusi
ukuran pori. Hasil analisis diatas menunjukkan
hubungan bagaimana ukuran pori terhadap volume
pori dikarenakan jumlah pori yang banyak. Kurva
distribusi ukuran pori katalis ini memperlihatkan
kurva dimana terjadi penurunan secara tajam yang
disebabkan oleh adanya pori yang berukuran
meso. Hal ini ditunjukkan oleh kurva distribusi
ukuran pori yang terus menunjukkan kenaikan pada
jari-jari pori rata-rata lebih dari 17,021 Å (1,7021 tipe katalis SiO2-HCl 1 : 2 (M/M) untuk berat katalis
nm) untuk katalis SiO2-HCl dengan perbandingan 3% dan 7% diperoleh peningkatan konversi gliserol.
Namun, untuk penggunaan berat katalis 5%

variasi molar 1 : 2 dan rata-rata lebih dari 15,326 Å


(1,5326 nm) untuk katalis SiO 2-HCl dengan mengalami penurunan konversi gliserol dari
perbandingan variasi molar 1 : 4. Jika dikonversikan konversi pada penggunaan berat katalis 3%.
ke diameter, maka diperoleh diameter pori rata-rata Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
katalis SiO2-HCl 1 : 2 = 3,4042 nm dan katalis nilai konversi gliserol tertinggi diperoleh pada
SiO2-HCl 1 : 4 = 3,0652 nm. Maka dapat penggunaan berat katalis 7% pada tipe katalis SiO 2-
disimpulkan bahwa katalis SiO2-HCl dengan kedua HCl 1 : 2 (M/M) dengan konversi sebesar 99,81%.
variasi konsentrasi katalis HCl memiliki pori Sedangkan nilai konversi terendah diperoleh pada
berukuran meso (2 – 50 nm). penggunaan berat katalis 7% pada tipe katalis SiO 2-
HCl 1 : 4 (M/M) dan pada tipe katalis SiO2-HCl
2.3 Aplikasi Katalis SiO 2-HCl Untuk Reaksi 1 : 2 (M/M) dengan konversi sebesar 97,85%.
Esterifikasi Pada penelitian ini berat katalis 5% mengalami
penurunan konversi gliserol dari konversi pada
Pengaruh Berat Katalis dan Tipe Katalis SiO 2- penggunaan berat katalis 3%. Nilai konversi gliserol
HCl Terhadap Konversi Gliserol yang menurun menunjukkan adanya impurities sisa
yang masih terkandung pada gliserol.

Pengaruh Waktu Reaksi dan Tipe Katalis Pada


Perbandingan Berat Katalis Terhadap Konversi
Gliserol
Penelitian ini mengkaji pengaruh waktu reaksi
dan berat katalis SiO2-HCl yang diimpregnasi
dengan berbagai variasi larutan HCl terhadap
konversi gliserol. Untuk mengetahui pengaruh
Penelitian ini mengkaji pengaruh waktu reaksi waktu reaksi, maka setiap satu jam diambil
dan berat katalis SiO2-HCl yang diimpregnasi sampling reaksi esterifikasi dengan variasi berat
dengan berbagai variasi larutan HCl terhadap katalis 3%, 5%, dan 7% berat gliserol. Adapun
konversi gliserol. pengaruh waktu reaksi dan berat katalis terhadap
Gambar 7. Pengaruh Berat Katalis dan Tipe Katalis konversi gliserol dapat ditunjukkan berturut-turut
untuk berat katalis 3% berat pada Gambar 8, berat
pada Reaksi Esterifikasi Terhadap
katalis 5% berat pada Gambar 9 dan berat katalis
Konversi Gliserol pada Jam ke-4
7% berat pada Gambar 10.
Gambar 8. Pengaruh Waktu Reaksi dan Tipe Katalis
Gambar 7 menunjukkan pengaruh berat
Terhadap Konversi Gliserol pada
katalis dan tipe katalis pada reaksi esterifikasi
Perbandingan Berat Katalis 3%
gliserol terhadap konversi gliserol. Nilai konversi
yang diperoleh pada pengaruh berat katalis
cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya Pada Gambar 8 dapat dilihat pengaruh waktu
berat katalis untuk masing-masing tipe katalis. reaksi dan tipe katalis terhadap konversi gliserol
Kecenderungan yang teramati adalah pada pada perbandingan berat katalis 3% berat gliserol.
peningkatan berat katalis 3% hingga 7% pada katalis Terlihat bahwa semakin lama waktu reaksi, maka
SiO2-HCl 1 : 4 (M/M) terjadi kenaikan konversi konversi gliserol semakin meningkat. Secara
keseluruhan, konversi tertinggi pada perbandingan
gliserol yang cukup signifikan. Pada penggunaan
berat katalis 3% berat gliserol dicapai pada waktu
reaksi selama 4 jam yaitu untuk tipe katalis SiO2- Selektivitas Senyawa Triasetin Hasil Reaksi
HCl 1 : 2 sebesar 98,75%, untuk tipe katalis SiO2- Esterifikasi Gliserol dan Asam Asetat
dan untuk tipe katalis SiO2-HCl 1 : 4 sebesar Menggunakan Katalis SiO 2-HCl
99,81%. Selektivitas triasetin adalah seberapa besar
Gambar 9. Pengaruh Waktu Reaksi dan Tipe persentase produk triasetin terhadap total produk
reaksi. Perhitungan selektivitas triasetin (Chamack
Katalis Terhadap Konversi Gliserol pada
et al, 2018) dapat dihitung dengan Persamaan
Perbandingan Berat Katalis 5%
berikut.

Pada Gambar 9 dapat dilihat pengaruh waktu


reaksi dan tipe katalis terhadap konversi gliserol Selektivitas (%) = x 100 %
pada perbandingan berat katalis 5% berat gliserol.
Terlihat bahwa semakin lama waktu reaksi, maka
konversi gliserol cenderung semakin meningkat. Hasil analisis Gas Chromatography – Mass
Secara keseluruhan, konversi tertinggi pada Spectr ofotometry (GC-MS) terhadap produk reaksi
perbandingan berat katalis 5% berat gliserol dicapai esterifikasi gliserol dan asam asetat dengan
pada waktu reaksi selama 4 jam yaitu untuk tipe menggunakan katalis SiO2-HCl yang diimpregnasi
katalis SiO2-HCl 1 : 2 sebesar 98,12 % dan untuk dengan berbagai konsentrasi larutan HCl diolah
tipe katalis SiO2-HCl 1 : 4 sebesar 98,73%. untuk mendapatkan selektivitas senyawa triasetin.
Goncalves et al. (2008) telah melaporkan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, nilai
bahwa pada reaksi esterifikasi gliserol dengan selektivitas triasetin diperoleh pada penggunaan
menggunakan katalis asam padat yang bervariasi, berat katalis 7% dengan tipe katalis SiO2-HCl 1 : 2
diperoleh data konversi gliserol sebesar 97% setelah (M/M) dengan nilai selektivitas mencapai 99,56%
30 menit dan selektivitas triasetin yang terbentuk
dan berat katalis 7% dengan tipe katalis SiO2-HCl 1
sebesar 13% dengan menggunakan katalis resin
amberlyst-15. Bahkan hanya dengan waktu reaksi : 4 (M/M) dengan nilai selektivitas mencapai
selama 10 menit diperoleh konversi gliserol sekitar 99,52%.
90%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas katalis Konwar et al. (2015) melaporkan bahwa
asam resin amberlyst-15 sangat tinggi untuk reaksi penggunaan katalis karbon tersulfonasi terhadap
esterifikasi.
selektivitas triasetin menunjukkan bahwa kekuatan
Gambar 10. Pengaruh Waktu Reaksi dan Tipe dan jenis asam (Bronsted atau Lewis) memiliki
Katalis Terhadap Konversi Gliserol pada pengaruh yang tidak signifikan terhadap
Perbandingan Berat Katalis 7% pembentukan triasetin selama digunakannya
anhidrida asetat sebagai agen asetilasi. Hal ini
Pada Gambar 10 dapat dilihat pengaruh waktu berbeda dengan reaksi esterifikasi/asetilasi yang
reaksi dan tipe katalis terhadap konversi gliserol dilakukan dengan menggunakan asam asetat dimana
pada perbandingan berat katalis 7% berat gliserol. asam Bronsted yang lebih kuat memiliki aktivitas
Secara keseluruhan, konversi tertinggi pada katalitik yang lebih baik. Secara keseluruhan,
perbandingan berat katalis 7% berat gliserol dicapai penelitian yang dilaporkan oleh Konwar et al.
pada waktu reaksi selama 4 jam yaitu untuk tipe (2015) mendukung fakta bahwa sifat asam dari
katalis SiO2-HCl 1 : 2 sebesar 99,75% dan untuk katalis sangat penting dalam hal pembentukan
tipe katalis SiO2-HCl 1 : 4 sebesar 99,81%. senyawa triasetin (Konwar et al, 2015). Dapat
disimpulkan bahwa pada penelitian ini, berdasarkan
Goncalves et al. (2008) telah melaporkan
bahwa pada reaksi esterifikasi gliserol dengan karakterisasi katalis SiO2-HCl dan aplikasinya pada
menggunakan katalis asam padat yang bervariasi, reaksi esterifikasi gliserol dan asam asetat maka
diperoleh data konversi gliserol sebesar 97% setelah katalis yang efektif dalam aplikasinya terhadap
30 menit dan selektivitas triasetin yang terbentuk konsentrasi dan selektivitas senyawa triasetin adalah
sebesar 13% dengan menggunakan katalis resin katalis SiO2-HCl 1 : 2.
amberlyst-15. Bahkan hanya dengan waktu reaksi
selama 10 menit diperoleh konversi gliserol sekitar Kesimpulan
90%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas katalis Berdasarkan penelitian yang dilakukan
asam resin amberlyst-15 sangat tinggi untuk reaksi diperoleh kesimpulan bahwa, katalis SiO2-HCl yang
esterifikasi (Goncalves et al., 2008). Hal ini terbaik diperoleh pada rasio molar SiO2-HCl yaitu 1
mengindikasikan bahwa pada penelitian ini katalis : 2 (M/M) menghasilkan karakteristik terbaik
SiO2-HCl berhasil mengatalisis dan mengonversi dengan luas permukaan 3,643 m2/g, volume pori
gliserol dengan nilai konversi lebih tinggi daripada 0,043 cm3/g, dan jari-jari pori 1,7021 nm. Hasil
tanpa menggunakan katalis. analisis kadar keasaman katalis SiO 2-HCl 1 : 2
(M.M) dengan metode adsorpsi ammonia yaitu 4,61 Aktawan, Agus & Zahrul Mufrodi. 2016.
mmol/gram. Kondisi optimum katalis SiO 2-HCl Pembuatan Bioaditif Triasetin dengan Katalis
yaitu pada tipe katalis SiO2-HCl 1 : 2 (M/M) dengan Padat Silica Alumina. Jurnal Bahan Alam
penggunaan berat katalis 7% dari berat gliserol Terbarukan No. 2 Halaman 92 – 100. ISSN
dengan konversi gliserol 99,75%, konsentrasi 2303 – 0623.
triasetin 98,68%, dan selektivitas triasetin 99,56%. Aminullah., Eti Rohaeti., Irzama. 2015. Reduction
Pengaruh tipe katalis dan waktu reaksi pada of High Purity Silicon From Bamboo Leaf as
perbandingan berat katalis pada reaksi esterifikasi Basic Material in Development of Sensors
gliserol dan asam asetat menghasilkan nilai konversi Manufacture in Satellite Technology. The 1st
yang semakin meningkat terhadap waktu reaksi. International Symposium on LAPAN-IPB
Satellite for Food Security and Environmental
Saran Monitoring. Elsevier.
Adapun saran diberikan untuk kelanjutan
Andi, Risky dan Umi Mei R. 2017. Pengaruh Berat
penelitian ini:
Katalis dan Reusability Katalis Pada Reaksi
1. Peneliti menyarankan untuk mengkaji
Sintesis Triasetin dari Gliserol dan Asam
pengaruh penggunaan katalis SiO2-HCl
Asetat Menggunakan Katalis Lewatit.
terhadap kinetika reaksi dari esterifikasi Konsentrasi Teknik Kimia. Yogyakarta.
gliserol dan asam asetat. AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of
2. Peneliti menyarankan untuk melakukan The Association of Analytical Chemists.
penelitian terhadap kemurnian produk triasetin Washington D. C.
seperti dengan menggunakan metode ekstraksi
Arumugam, A., & Ponnusami, V. 2013. Pineapple
cair-cair.
fruit bromelain recovery using recyclable
3. Peneliti menyarankan untuk melakukan
functionalized ordered mesoporous silica
penelitian dengan menggunakan katalis
synthesized from sugarcane leaf ash. Brazilian
heterogen seperti katalis karbon yang
Journal of Chemical Engineering, 30(3), 477–
diimpregnasi dengan larutan HCl.
486. Atmaja, Reza Nugraha. 2017. Aktivasi
4. Peneliti menyarankan untuk meneliti lebih
Zeolit Alam Menggunakan Asam Sulfat
lanjut pengaruh suhu impregnasi katalis dan
Sebagai Katalis Reaksi Esterifikasi
variasi rasio molar silika pada saat
Pembuatan Triasetin (Skripsi). Program Studi
dilakukannya impregnasi dengan
Kimia. Fakultas Sains dan Teknologi.
menggunakan asam.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga:
5. Peneliti menyarankan untuk melakukan variasi
Yogyakarta.
suhu kalsinasi katalis yang diimpregnasi untuk
melihat struktural katalis yang terbaik pada Balaraju, M., P. Nikhitha., K. Jagadeeswaraiah., K.
perbandingan suhu kalsinasi. Srilatha., P.S. Sai Prasad., & N. Lingaiah.
2010. Acetylation of Glycerol to Synthesize
Ucapan Terima Kasih Bioadditives Over Niobic Acid Supported
Tungstophosphoric Acid Catalysts. Fuel
Ucapan terima kasih ditujukan kepada Ibu
Processing Technology 91 (2010) 249 – 253.
Ir. Erni Misran, S.T., M.T., Ph.D selaku dosen
Elsevier.
pembimbing atas kesabarannya membimbing
penulis dalam proses penyusunan dan penulisan Dhabhai, Ravi., Elahe Ahmadifeijani., Ajay K.
jurnal penelitian ini. Penelitian ini juga dapat Dalai., dan Martin Reaney. 2016. Purification
terlaksana dengan baik atas dukungan of Crude Glycerol Using a Sequential
Departemen Teknik Kimia Universitas Physico-Chemical Treatment, Membrane
Sumatera Utara. Filtration, And Activated Charcoal
Adsorption. Separation and Purification
Daftar Pustaka Technology 168 (2016) 101 – 106. Elsevier.
Aghbashlo, Mortaza., Meisam Tabatabaei., Hossein Ferreira, P., I.M. Fonseca., A.M. Ramos., J. Vital.,
Jazini., dan Hassan S. Ghaziaskar. 2018. dan J.E. Castanheiro. 2011. Acetylation of
Exergoeconomic and Exergoenvironmental Glycerol Over Heteropolyacids Supported on
Co-Optimization of Continuous Fuel Activated Carbon. Catalysis Communications
Additives (Acetins) Synthesis From Glycerol 12 (2011) 573 – 576. Elsevier.
Esterification With Acetic Acid Using
Karnjanakom, Surachai., Panya Maneechakr.,
Amberlyst 36 Catalyst. Energy Conversion
Chanatip Samart., dan Guoqing Guan. 2018.
and Management 165 (2018) 183 – 194.
Ultrasound Assisted Acetylation of Glycerol
BRTeam.
for Triacetin Production Over Green Catalyst:
A Liquid Biofuel Candidate. Energy
Conversion and Management 173 (2018) 262
– 270. Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai