Anda di halaman 1dari 11

TUGAS REVIEW JURNAL KIMIA ORGANIK

“Eterifikasi Crude Glycerol Dengan Tert-Butil Alkohol (Tba) Menggunakan Katalis


Amberlite Ir120 Sebagai Fuel Additive (Tinjauan Pengaruh Kecepatan Pengadukan
Dan Jumlah Katalis Terhadap Konversi Produk)”

KELOMPOK 4

Disusun oleh:

Ummi Hanidah 2210212005

Muhamad Ferdian 2210212010

Brooklyn Razan Fachrudin 2210212014

Alyaa Shofura Ahmad 2210212023

Raffi Joe Bhagaskara 2210212032

Dosen Pengampu:

apt. Aulia Farkhani, M.Farm.

FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI FARMASI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

2023
REVIEW JURNAL

A. Judul
Eterifikasi Crude Glycerol Dengan Tert-Butil Alkohol (Tba) Menggunakan Katalis Amberlite
Ir120 Sebagai Fuel Additive (Tinjauan Pengaruh Kecepatan Pengadukan Dan Jumlah Katalis
Terhadap Konversi Produk)

B. Pengarang
Zulfa Fauziyyah, Heri Rustamaji,Septi Qomah

C. Jurnal, Tahun Terbit, Volume dan Halaman


Jurnal : Seminar Nasional Sains dan Teknologi
Tahun terbit : 2018
Volume dan halaman : TK - 020, halaman 1-6

D. Abstrak
Proses eterifikasi gliserol dan tert-butil alkohol menggunakan katalis Amberlite IR120 dilakukan
dengan menggunakan reaktor batch pada suhu 70oC selama 5 jam dengan . Parameter penelitian
yang akan divariasikan yaitu jumlah katalis Amberlite IR120 masing-masing 5%, 10%, dan 15%,
dan memvariasikan Kecepatan pengadukannya masing-masing 600rpm, 800rpm, 1000 rpm .
Penelitian ini bertujuan untuk memodifikasi gliserol menjadi Gliserol Tert Butil Eter (GTBE) atau
Tri Tetra Butil Eter Gliserol yang sesuai dengan standar fuel additive, mengetahui pengaruh
kecepatan pengadukan dan jumlah katalis terhadap konversi GTBE yang dihasilkan, dan
mengetahui variabel respon pengaruh kecepatan pengadukan dan jumlah katalis terhadap konversi
GTBE dengan menggunakan uji Response Surface Methodology (RSM) dengan Software Design
Expert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konversi GTBE terendah diperoleh pada kecepatan
pengadukan 600 rpm dan jumlah katalis 5% yaitu 80,481% serta konversi GTBE tertinggi
diperoleh pada kecepatan pengadukan 1000 rpm dan jumlah katalis 15% yaitu 89,648%. Hasil uji
Response Surface Methodology (RSM) dengan Software Design Expert 10. variabel respon yang
sangat berpengaruh terhadap konversi GTBE adalah jumlah katalis Amberlite IR120.

E. Pendahuluan
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif terbarukan yang saat ini banyak dikembangkan di
berbagai negara karena dapat diperbarui dan aman bagi lingkungan. Biodiesel digunakan untuk
mengurangi penggunaan bahan bakar fosil terutama solar. Jika dibandingkan dengan minyak solar,
biodiesel memiliki beberapa kelebihan yaitu biodiesel dibuat dari sumber bahan baku terbarukan
sehingga dapat diperoleh dan dikembangkan secara terus menerus, memiliki sifat pelumasan yang
cukup baik, dan juga secara signifikan berpengaruh dalam mereduksi emisi mesin seperti
hidrokarbon yang tidak terbakar, karbon monoksida, dan sulfur oksida. Selain itu biodiesel masih
memiliki kelemahan yaitu tingginya cloud point (titik kabut) dan pour point (titik tuang)
dibandingkan solar. Hal ini dapat menimbulkan masalah pada penggunaan biodiesel terutama di
negara-negara yang memiliki musim dingin. Untuk mengatasi hal ini biasanya ditambahkan aditif
tertentu pada biodiesel untuk mencegah aglomerisasi kristal kristal yang terbentuk dalam biodiesel
pada suhu rendah. Peningkatan produksi biodiesel, mengakibatkan peningkatan produk-produk
hasil sampingnya seperti gliserol. Sebagai produk samping industri biodiesel, gliserol belum
banyak diolah sehingga nilai jualnya masih rendah. Untuk meningkatkan nilai ekonomi dan fungsi
gliserol, dapat dilakukan dengan mengkonversi gliserol menjadi produk turunan yang mempunyai
nilai ekonomi lebih. Gliserol dihasilkan dalam proses produksi biodiesel sebagai hasil samping
(crude) dari reaksi transesterifikasi. Gliserol berpotensi sebagai bahan baku untuk dikonversi
menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Banyak penelitian yang telah dilakukan
untuk memperoleh turunan gliserol. Produk Produk turunan gliserol dapat digunakan sebagai
biochemical dan fuel additive. Produk-produk yang dapat diproduksi meliputi Gliserol
Trihepanoat, Gliserol Monostearat, Lesithin, Tri Tetra Butil Eter Gliserol, Monogliserida Oleat,
Gliserol Triasetat/Triasetin, Gliserol Tri Bensoat/Tribensoit dan Resin Ester Gliserol Maleat.
Secara umum produk-produk ini digunakan di industri kosmetik, makanan, kertas, tinta, plastik,
dan zat aditif bahan bakar biodiesel dan gasolin.

F. Teori
Penambahan GTBE ke dalam biodiesel dapat menurunkan titik kabut biodiesel sebesar 5°C. Nilai
titik tuang dan titik kabut berkorelasi dengan ketidakjenuhan biodiesel. Biodiesel yang memiliki
ikatan tidak jenuh semakin tinggi akan memiliki cold properties yang lebih baik. Biodiesel Crude
Palm Oil (CPO) banyak mengandung asam lemak jenuh sehingga memiliki nilai titik kabut dan
titik tuang yang cukup tinggi. GTBE dapat menurunkan titik kabut dan titik tuang biodiesel karena
gliserol merupakan salah satu zat krioprotektan (cryoprotectant), yaitu zat pelindung dari
kebekuan. Namun karena gliserol tidak dapat larut dalam biodiesel maka gliserol harus
dimodifikasi, salah satunya adalah dengan proses eterifikasi. Gliserol dapat dieterifikasi dengan
isobutilen sehingga terbentuk gliserol eter bercabang yang ditambahkan ke dalam biodiesel agar
menghasilkan bahan bakar berviskositas rendah dan menurunkan titik kabut. Selain dengan
isobutilen, eterifikasi gliserol juga dapat dilakukan dengan Tert-Butil Alkohol (TBA). Proses
eterifikasi gliserol dapat dilakukan menggunakan katalis homogen ataupun katalis heterogen.
Katalis heterogen, terutama katalis resin asam kuat (Amberlite) cenderung lebih dipilih karena
lebih ramah lingkungan daripada katalis homogen. Penelitian tentang eterifikasi gliserol menjadi
GTBE telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu antara lain, Klepacova yang meneliti
tentang proses eterifikasi gliserol. dengan tert-butanol menggunakan Amberlite IR120 sebagai
katalis. Konversi maksimum gliserol tert butil eter sebesar 96% dicapai pada suhu 70°C, rasio
molar tert-butanol/gliserol = 6:1 setelah 300 menit. aktivitas katalitik Amberlite IR120
dibandingkan dengan dua zeolit berpori besar (zeolit H-Y dan zeolit HBEA). Konversi akhir
gliserol yang diperoleh tertinggi dengan menggunakan Amberlite IR120 dibandingkan zeolit H-Y
dan zeolit H-BEA. Selain itu, Noureddini telah meneliti tentang reaksi eterifikasi gliserol dengan
isobutilen menggunakan katalis Amberlite IR120, reaktor yang digunakan adalah reaktor batch
dengan kecepatan pengaduk (impeller) yaitu 800 rpm serta gliserol yang digunakan adalah gliserol
dengan kemurnian 75-85%. Hasilnya menunjukkan bahwa produk yang diperoleh adalah berupa
24% monoether, 62% diethers dan 14% triethers. Serta Karinen dan Krause telah meneliti tentang
reaksi eterifikasi gliserol dengan tert-butil alkohol menggunakan katalis Amberlite IR120 dan
menyimpulkan bahwa gliserol eter yang diperoleh memiliki octane number 91-99 (BMON) yang
cocok untuk komponen gasolin.
G. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecepatan pengadukan dan jumlah katalis
terhadap konversi GTBE serta mengetahui sifat fisik dan sifat kimia produk gliserol tert-butil eter
yang dihasilkan dari reaksi eterifikasi tersebut.

H. Metode Penelitian
Bahan utama yang digunakan penelitian ini adalah gliserol, tert-butil alkohol, dan katalis amberlite
IR120.Proses eterifikasi menggunakan reaktor batch. Tahap awal yang dilakukan adalah
mencampurkan bahan baku yaitu gliserol, tert-butil alkohol, dan katalis amberlite IR120 sesuai
dengan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tangki penampungan yang selanjutnya akan diumpankan
ke dalam reaktor. Tahap kedua dilakukan pengontrolan suhu pemanas sehingga suhu campuran
bahan baku di dalam reaktor konstan menjadi 70oC. Saat suhu campuran bahan baku telah tercapai
yaitu 70oC, maka dimulai Variasi pengadukan 600 rpm - 1000 rpm dan mereaksikan campuran
bahan baku tersebut selama waktu yang telah ditentukan yaitu 5 jam. Tahap terakhir produk
diuapkan untuk menghilangkan sisa tert-butil alkohol dan air di dalam produk tersebut.

I. Langkah-Langkah Penelitian
Langkah yang dilakukan dalam penelitian tersebut yaitu Gliserol dapat dieterifikasi menggunakan
isobutilen sehingga terbentuk gliserol eter bercabang yang ditambahkan ke dalam biodiesel agar
menghasilkan bahan bakar berviskositas rendah dan menurunkan titik kabut. Selain menggunakan
isobutilen, eterifikasi gliserol juga dapat dilakukan dengan Tert-Butil Alkohol (TBA). Proses
eterifikasi gliserol dapat dilakukan memakai katalis homogen ataupun katalis heterogen. Katalis
heterogen, terutama katalis resin asam kuat (Amberlite) cenderung lebih dipilih karena lebih ramah
lingkungan dibandingkan katalis homogen. Penelitian tentang eterifikasi gliserol menjadi GTBE
telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu antara lain, Klepacova yang meneliti tentang
proses eterifikasi gliserol dengan tert-butanol memakai Amberlite IR120 sebagai katalis. Konversi
maksimum gliserol tert butil eter sebesar 96% diraih pada suhu 70°C, rasio molar
tert-butanol/gliserol = 6:1 setelah 300 menit, aktivitas katalitik Amberlite IR120 dibandingkan
dengan dua zeolit berpori besar (zeolit H-Y dan zeolit HBEA). Konversi akhir gliserol yang
diperoleh tertinggi dengan memakai Amberlite IR120 daripada zeolit H-Y dan zeolit H-BEA.
Selain itu, Noureddini telah meneliti tentang reaksi eterifikasi gliserol dengan isobutilen memakai
katalis Amberlite IR120, reaktor yang dipakai adalah reaktor batch dengan kecepatan pengaduk
(impeller) yaitu 800 rpm, serta gliserol yang dipakai adalah gliserol dengan kemurnian 75-85%.
Hasilnya menunjukkan bahwa produk yang didapat adalah berupa 24% monoether, 62% diethers
dan 14% triethers. Serta Karinen dan Krause telah meneliti tentang reaksi eterifikasi gliserol
dengan tert-butil alkohol memakai katalis Amberlite IR120 dan menyimpulkan bahwa gliserol eter
yang didapat mempunyai octane number 91-99 (BMON) yang cocok untuk komponen gasolin.

J. Hasil Penelitian
Pada hasil analisis yang telah dilakukan, dari hasil analisis GCMS yang telah dilakukan, gliserol
tert-butil eter yang terbentuk yaitu berupa 2-tert-butoxy-propane-1,3-diol (monotert-butil eter
gliserol); 3-tert-butoxy-propane1,2-diol (mono-tert-butil eter gliserol);
1,3-ditert-butoxy-propan-2-ol (di-tert-butil eter gliserol); 1,2-di-tert-butoxy-propan-3-ol
(di-tertbutil eter gliserol); dan 1,2,3-tri-tert-butoxypropane (tri-tert-butil eter gliserol). Pada analisis
Sifat Fisik dan Sifat Kimia GTBE dapat disimpulkan bahwa sifat fisik gliserol tert-butil eter yang
dihasilkan memenuhi standar fuel additive. Selanjutnya pada konversi GTBE yang diperoleh dari
hasil penelitian ditunjukkan terlihat bahwa dengan peningkatan Kecepatan Pengadukan dari 600
menjadi 1000, konversi gliserol tert-butil eter yang dihasilkan mengalami peningkatan yaitu dari
80,481% menjadi 86,090% pada jumlah katalis 5%, dari 83,253% menjadi 88,332% pada jumlah
katalis 10% dan dari 83,959% menjadi 89,648% pada jumlah katalis 15%. Sehingga dapat
disimpulkan semakin besar kecepatan pengadukan yang digunakan maka semakin besar pula
konversi gliserol tert-butil eter yang dihasilkan. Pada hubungan jumlah katalis Amberlite IR120
terhadap Konversi GTBE dapat disimpulkan semakin besar jumlah katalis yang digunakan maka
semakin besar pula konversi gliserol tert-butil eter yang dihasilkan. Pada variabel respon yang
paling berpengaruh terhadap konversi GTBE yaitu Dari hasil optimasi dengan menggunakan
Design Expert yang diperoleh, variabel respon yang sangat berpengaruh terhadap konversi GTBE
adalah variabel respon jumlah katalis (X1). Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel respon
yang sangat berpengaruh untuk optimasi konversi GTBE adalah dengan meningkatkan jumlah
katalis Amberlite IR120 pada proses eterifikasi.

K. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu
1. Konversi GTBE terendah diperoleh pada Run 1 dengan kecepatan pengadukan 600 rpm dan
jumlah katalis 5% yaitu 80,481% serta konversi GTBE tertinggi diperoleh pada Run 9
dengan kecepatan pengadukan 1000 rpm dan jumlah katalis 15% yaitu 89,648%.
2. Reaksi eterifikasi gliserol optimal dilakukan pada kecepatan pengadukan 1000 rpm dan
jumlah katalis 15%.
3. Variabel respon yang sangat berpengaruh terhadap konversi GTBE adalah jumlah katalis
sehingga cara untuk optimasi konversi GTBE adalah dengan meningkatkan jumlah katalis
Amberlite IR120 pada proses eterifikasi.

L. Kelebihan Penelitian
Ketertarikan peneliti untuk meneliti senyawa turunan gliserol sebagai solusi mengatasi kekurangan
dalam pengunaan biodiesel dengan cara esterifikasi. Selain itu hasil penelitian ini melengkapi yang
belum ada di penelitian-penelitian sebelumnya, yakni informasi penting tentang kesesuaian sifat
fisik dan sifat kimia produk gliserol eter.

M. Kekurangan Penelitian
Mungkin dapat dijelaskan mekanisme GTBE dalam mengurangi cloud point dan pour point
biodiesel

Daftar Pustaka
Fauziyyah, Zulfa., Rustamaji, Heri., Qomah, Septi. 2018. Eterifikasi crude glycerol dengan
tert-butil alkohol (tba) menggunakan katalis amberlite ir120 sebagai fuel additive (tinjauan
pengaruh kecepatan pengadukan dan jumlah katalis terhadap konversi produk). Seminar Nasional
Sains dan Teknologi. Halaman 1-6
p- ISSN : 2407 – 1846
TK - 020 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

ETERIFIKASI CRUDE GLYCEROL DENGAN TERT-BUTIL ALKOHOL


(TBA) MENGGUNAKAN KATALIS AMBERLITE IR120 SEBAGAI FUEL
ADDITIVE (TINJAUAN PENGARUH KECEPATAN PENGADUKAN DAN
JUMLAH KATALIS TERHADAP KONVERSI PRODUK)

Zulfa Fauziyyah, Heri Rustamaji,Septi Qomah


Teknik Kimia, Universitas Lampung,
Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145
zulfafauziyyah0913@gmail.com

Abstrak
Proses eterifikasi gliserol dan tert-butil alkohol menggunakan katalis Amberlite IR120
dilakukan dengan menggunakan reaktor batch pada suhu 70 oC selama 5 jam dengan .
Parameter penelitian yang akan divariasikan yaitu jumlah katalis Amberlite IR120
masing-masing 5%, 10%, dan 15%, dan memvariasikan Kecepatan pengadukannya
masing-masing 600rpm, 800rpm, 1000rpm . Penelitian ini bertujuan untuk memodifikasi
gliserol menjadi Gliserol Tert Butil Eter (GTBE) atau Tri Tetra Butil Eter Gliserol yang
sesuai dengan standar fuel additive, mengetahui pengaruh kecepatan pengadukan dan
jumlah katalis terhadap konversi GTBE yang dihasilkan, dan mengetahui variabel
respon pengaruh kecepatan pengadukan dan jumlah katalis terhadap konversi GTBE
dengan menggunakan uji Response Surface Methodology (RSM) dengan Software
Design Expert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konversi GTBE terendah diperoleh
pada kecepatan pengadukan 600rpm dan jumlah katalis 5% yaitu 80,481% serta
konversi GTBE tertinggi diperoleh pada kecepatan pengadukan 1000rpm dan jumlah
katalis 15% yaitu 89,648%. Hasil uji Response Surface Methodology (RSM) dengan
Software Design Expert 10. variabel respon yang sangat berpengaruh terhadap konversi
GTBE adalah jumlah katalis Amberlite IR120.

Katakunci: gliserol, tert-butil alkohol, amberliteIR120, eterifikasi, gliserol tert-butil eter

Abstract
The etherification process of glycerol and tert-butyl alcohol using Amberlite IR120
catalyst was performed by using batch reactor at 70oC for 5 hours with the research
parameters to be varied were Amberlite IR120 catalysts 5%, 10%, and 15%,
respectively, and varied stirring speeds of 600rpm, 800rpm, 1000rpm, respectively. The
aim of this research is to modify glycerol to Glycerol tert Butyl Eter (GTBE) or Tri
Tetra Butyl Ether Glycerol in accordance with standard fuel additive, to know the effect
of stirring speed and number of catalysts on the resulting GTBE conversion, and to
know the response variable influence the speed of stirring and the amount of catalyst
against GTBE conversion using Response Surface Methodology (RSM) test with
Software Design Expert. The results showed that the lowest GTBE conversion was
obtained at 600rpm stirring speed and 5% catalysts were 80.481% and the highest
GTBE conversion was obtained at 1000rpm stirring speed and 15% catalyst was
89.648%. Response Surface Methodology (RSM) with Software Design Expert
10.response variable that is very influential to GTBE conversion is the number of
Amberlite IR120 catalyst.

Keywords: glycerol, tert-butyl alcohol, amberliteIR120, etherification, tert-butyl ether


glycerol.

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2018 1


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 Oktober 2018
p- ISSN : 2407 – 1846
TK - 020 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

PENDAHULUAN Tetra Butil Eter Gliserol, Mono Gliserida Oleat,


Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif Gliserol Triasetat/Triasetin, Gliserol Tri
terbarukan yang saat ini banyak dikembangkan Bensoat/Tribensoit dan Resin Ester Gliserol
di berbagai negara karena dapat diperbarui dan Maleat. Secara umum produk-produk ini
aman bagi lingkungan. Biodiesel digunakan digunakan di industri kosmetik, makanan,
untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil kertas, tinta, plastik, dan zat aditif bahan bakar
terutama solar. Jika dibandingkan dengan biodiesel dan gasolin [4].
minyak solar, bodiesel memiliki beberapa Dari beberapa penggunaan hasil turunan gliserol
kelebihan yaitu biodiesel dibuat dari sumber tersebut, gliserol telah diteliti dan dimodifikasi
bahan baku terbarukan sehingga dapat diperoleh menjadi Gliserol Tert Butil Eter (GTBE) atau
dan dikembangkan secara terus menerus, Tri Tetra Butil Eter Gliserol yang berpotensi
memiliki sifat pelumasan yang cukup baik, dan digunakan sebagai fuel additive pada biodiesel
juga secara signifikan berpengaruh dalam dan gasolin. Turunan gliserol ini dapat dijadikan
mereduksi emisi mesin seperti hidrokarbon yang bahan aditif untuk biodiesel sendiri agar cloud
tidak terbakar, karbon monoksida, dan sulfur point, pour point biodiesel dapat berkurang,
oksida [1], sehingga dapat dikatakan ramah jumlah gas CO dan partikel emisi dapat
lingkungan. Namun biodiesel juga memiliki berkurang dengan terjadinya pembakaran yang
beberapa kekurangan, antara lain nilai bakar lebih sempurna serta berfungsi sebagai octane
biodiesel lebih rendah dari bahan bakar solar, booster untuk gasolin [5].
biodiesel memiliki stabilitas oksidasi Penambahan GTBE ke dalam biodiesel dapat
penyimpanan yang rendah, emisi NOx tinggi, menurunkan titik kabut biodiesel sebesar 5°C.
dan cenderung membentuk endapan di dalam Nilai titik tuang dan tititk kabut berkorelasi
bahan bakar dengan sistem injeksi. Selain itu dengan ketidakjenuhan biodiesel. Biodiesel
biodiesel masih memiliki kelemahan yaitu yang memiliki ikatan tidak jenuh semakin tinggi
tingginya cloud point (titik kabut) dan pour akan memiliki cold properties yang lebih baik.
point (titik tuang) dibandingkan solar. Hal ini Biodiesel Crude Palm Oil (CPO) banyak
dapat menimbulkan masalah pada penggunaan mengandung asam lemak jenuh sehingga
biodiesel terutama di negara-negara yang memiliki nilai titik kabut dan titik tuang yang
memiliki musim dingin. Untuk mengatasi hal ini cukup tinggi. GTBE dapat menurunkan titik
biasanya ditambahkan aditif tertentu pada kabut dan titik tuang biodiesel karena gliserol
biodiesel untuk mencegah aglomerisasi kristal- merupakan salah satu zat krioprotektan
kristal yang terbentuk dalam biodiesel pada suhu (cryoprotectant), yaitu zat pelindung dari
rendah [2]. Peningkatan produksi biodiesel, kebekuan [6]. Namun karena gliserol tidak dapat
mengakibatkan peningkatan produk-produk larut dalam biodiesel maka gliserol harus
hasil sampingnya seperti gliserol. Sebagai dimodifikasi, salah satunya adalah dengan
produk samping industri biodiesel, gliserol proses eterifikasi [7].
belum banyak diolah sehingga nilai jualnya Gliserol dapat dieterifikasi dengan isobutilen
masih rendah. Untuk meningkatkan nilai sehingga terbentuk gliserol eter bercabang yang
ekonomi dan fungsi gliserol, dapat dilakukan ditambahkan ke dalam biodiesel agar
dengan mengkonversi gliserol menjadi produk menghasilkan bahan bakar berviskositas rendah
turunan yang mempunyai nilai ekonomi lebih dan menurunkan titik kabut. Selain dengan
[3]. isobutilen, eterifikasi gliserol juga dapat
Gliserol dihasilkan dalam proses produksi dilakukan dengan Tert-Butil Alkohol (TBA).
biodiesel sebagai hasil samping (crude) dari Proses eterifikasi gliserol dapat dilakukan
reaksi transesterifikasi. Gliserol berpotensi menggunakan katalis homogen ataupun katalis
sebagai bahan baku untuk dikonversi menjadi heterogen. Katalis heterogen, terutama katalis
produk yang memiliki nilai ekonomi lebih resin asam kuat (Amberlite) cenderung lebih
tinggi. Banyak penelitian yang telah dilakukan dipilih karena lebih ramah lingkungan daripada
untuk memperoleh turunan gliserol. Produk- katalis homogen [8].
produk turunan gliserol dapat digunakan sebagai Penelitian tentang eterifikasi gliserol menjadi
biochemical dan fuel additive. Produk-produk GTBE telah dilakukan oleh beberapa peneliti
yang dapat diproduksi meliputi Gliserol terdahulu antara lain, Klepacova [9] yang
Trihepanoat, Gliserol Monostearat, Lesithin, Tri meneliti tentang proses eterifikasi gliserol

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2018 2


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 Oktober 2018
p- ISSN : 2407 – 1846
TK - 020 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

dengan tert-butanol menggunakan Amberlite kan reaktor batch. Tahap awal yang dilakukan
IR120 sebagai katalis. Konversi maksimum adalah mencampurkan bahan baku yaitu
gliserol tert butil eter sebesar 96% dicapai pada gliserol, tert-butil alkohol, dan katalis amberlite
suhu 70°C, rasio molar tert-butanol/gliserol = IR120 sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan ke
6:1 setelah 300 menit. aktivitas katalitik dalam tangki penampungan yang selanjutnya
Amberlite IR120 dibandingkan dengan dua akan diumpankan ke dalam reaktor. Tahap
zeolit berpori besar (zeolit H-Y dan zeolit H- kedua dilakukan pengontrolan suhu pemanas
BEA). Konversi akhir gliserol yang diperoleh sehingga suhu campuran bahan baku di dalam
tertinggi dengan menggunakan Amberlite IR120 reaktor konstan menjadi 70oC. Saat suhu
dibandingkan zeolit H-Y dan zeolit H-BEA. campuran bahan baku telah tercapai yaitu 70 oC,
Selain itu, Noureddini [6] telah meneliti tentang maka dimulai Variasi pengadukan 600rpm -
reaksi eterifikasi gliserol dengan isobutilen 1000 rpm dan mereaksikan campuran bahan
menggunakan katalis Amberlite IR120, reaktor baku tersebut selama waktu yang telah
yang digunakan adalah reaktor batch dengan ditentukan yaitu 5 jam. Tahap terakhir produk
kecepatan pengaduk (impeller) yaitu 800 rpm diuapkan untuk menghilangkan sisa tert-butil
serta gliserol yang digunakan adalah gliserol alkohol dan air di dalam produk tersebut.
dengan kemurnian 75-85%. Hasilnya
menunjukkan bahwa produk yang diperoleh PEMBAHASAN
adalah berupa 24% monoether, 62% diethers
dan 14% triethers. Serta Karinen dan Krause [7] Hasil Analisis
telah meneliti tentang reaksi eterifikasi gliserol
dengan tert-butil alkohol menggunakan katalis Analisis GC-MS
Amberlite IR120 dan menyimpulkan bahwa Dari hasil analisis GCMS yang telah dilakukan,
gliserol eter yang diperoleh memiliki octane gliserol tert-butil eter yang terbentuk yaitu
number 91-99 (BMON) yang cocok untuk berupa 2-tert-butoxy-propane-1,3-diol (mono-
komponen gasolin. tert-butil eter gliserol); 3-tert-butoxy-propane-
Pada penelitian terdahulu, sifat fisik dan sifat 1,2-diol (mono-tert-butil eter gliserol); 1,3-di-
kimia (seperti densitas, viskositas, titik nyala, tert-butoxy-propan-2-ol (di-tert-butil eter
dan lainnya) produk gliserol tert-butil eter gliserol); 1,2-di-tert-butoxy-propan-3-ol (di-tert-
dihasilkan belum disampaikan. Sehingga butil eter gliserol); dan 1,2,3-tri-tert-butoxy-
penelitian-penelitian terdahulu belum propane (tri-tert-butil eter gliserol).
memberikan informasi yang penting tentang
kesesuaian sifat fisik dan sifat kimia produk Analisis Sifat Fisik dan Sifat Kimia GTBE
gliserol eter sebagai fuel additive yang Perbandingan sifat fisik dan sifat kimia hasil
dipersyaratkan (standar fuel additive). analisis dengan standar fuel additive dapat
Konsentrasi Gliserol Tert Butil Eter (GTBE) dilihat pada Tabel 1. berikut:
yang terbentuk dari reaksi eterifikasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain Tabel 1. Perbandingan Sifat Fisik dan Sifat
suhu, waktu, jenis dan jumlah katalis serta rasio Kimia GTBE
molar gliserol dengan TBA atau isobutilen [6]. Parameter Hasil Standar
Analisis Fuel
No GTBE Additive
1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh kecepatan pengadukan dan jumlah Densitas 0,8693 0,75-0,95
katalis terhadap konversi GTBE serta 1 (gr/cm3)
mengetahui sifat fisik dan sifat kimia produk
gliserol tert-butil eter yang dihasilkan dari reaksi
Viskositas 2,934 1,9-6,0
eterifikasi tersebut.
2 (mm2/s)
1.3. Metode Penelitian
Bahan utama yang digunakan penelitian ini
adalah gliserol, tert-butil alkohol, dan katalis
amberlite IR120.Proses eterifikasi mengguna

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2018 3


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 Oktober 2018
p- ISSN : 2407 – 1846
TK - 020 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

Titik nyala 142,78 Min 100 2.3. Hubungan Rasio Molar Reaktan dan Jumlah
3 (oC) Katalis terhadap Konversi GTBE
Hubungan Kecepatan Pengadukan terhadap
konversi gliserol tert-butil eter yang dihasilkan
Titik awan 23,01 Min -36 ditunjukkan pada gambar 1. berikut:
4 (oC)

Titik tuang 6,71 Maks 18


5 (oC)

Octane 92,40 90-99


6 number

Dari Tabel 1. diatas, terlihat bahwa densitas dan


viskositas hasil analisis sifat fisik gliserol tert-
butil eter yang dihasilkan sesuai dengan standar
fuel additive yaitu masing-masing 0,8693 gr/cm3
dan 2,934 mm2/s. Titik nyala dan titik awan Gambar 1. Hubungan Kecepatan Pengadukan
hasil analisis sifat fisik gliserol tert-butil eter terhadap Konversi GTBE
yang dihasilkan melebihi nilai minimal standar Dari Gambar 1. terlihat bahwa dengan
fuel additive yaitu masing-masing 142,78oC dan peningkatan Kecepatan Pengadukan dari 600
23,01oC. Sedangkan nilai titik tuang hasil menjadi 1000, konversi gliserol tert-butil eter
analisis sifat fisik gliserol tert-butil eter yang yang dihasilkan mengalami peningkatan yaitu
dihasilkan dibawah nilai maksimal standar fuel dari 80,481% menjadi 86,090% pada jumlah
additive yaitu 6,71oC. Dan untuk angka oktan katalis 5%, dari 83,253% menjadi 88,332% pada
(octane number) hasil analisis sifat fisik gliserol jumlah katalis 10% dan dari 83,959% menjadi
tert-butil eter yang dihasilkan memenuhi standar 89,648% pada jumlah katalis 15%.
fuel additive yaitu 92,40. Sehingga dapat Sehingga dapat disimpulkan semakin besar
disimpulkan bahwa sifat fisik gliserol tert-butil kecepatan pengadukan yang digunakan maka
eter yang dihasilkan memenuhi standar fuel semakin besar pula konversi gliserol tert-butil
additive. eter yang dihasilkan.
Hubungan jumlah katalis Amberlite IR120
Konversi GTBE terhadap konversi gliserol tert-butil eter yang
Konversi GTBE yang diperoleh dari hasil dihasilkan ditunjukkan pada Gambar 2. berikut:
penelitian ditunjukkan pada Tabel 2. berikut:

Tabel 2. Konversi GTBE


Jumlah
Kecepatan
katalis Konversi
No pengadukan
(%berat GTBE (%)
(rpm)
gliserol)
1 5% 80,481
2 600 10% 83,253
3 15% 83,959
4 5% 84,450
5 800 10% 85,211
6 15% 86,741
7 5% 86,090 Gambar 2. Hubungan jumlah katalis Amberlite
8 1000 10% 88,332 IR120 terhadap Konversi GTBE
9 15% 89,648 Dari Gambar 2. diatas terlihat bahwa dengan
peningkatan jumlah katalis dari 5% menjadi

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2018 4


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 Oktober 2018
p- ISSN : 2407 – 1846
TK - 020 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

10% dan 15%, konversi gliserol tert-butil eter variabel Kecepatan pengadukan (X2)
yang dihasilkan juga mengalami peningkatan menggunakan Response Surface Methodology
dari 80,481% menjadi 84,45% dan 86,090% (RSM) pada Software Design Expert.
padakecepatan pengadukan 600rpm. Lalu Response Surface Methodology (RSM)
dengan peningkatan jumlah katalis dari 5% merupakan suatu metode gabungan antara
menjadi 10% dan 15%, konversi gliserol tert- teknik matematika dan teknik statistik,
butil eter yang dihasilkan juga mengalami digunakan untuk membuat model dan
peningkatan dari 83,253% menjadi 85,211% dan menganalisa suatu respon Y yang dipengaruhi
88,332% padakecepatan pengadukan 800rpm. oleh beberapa variabel bebas/faktor X guna
Selanjutnya dengan peningkatan jumlah katalis mengoptimalkan respon tersebut. Data analisis
dari 5% menjadi 10% dan 15%, konversi akan dihubungkan dengan data eksperimen pada
gliserol tert-butil eter yang dihasilkan juga smooth curve, dimana diplot berdasarkan
mengalami peningkatan dari 83,959% menjadi perhitungan respon yang diprediksi secara
86,741% dan 89,648% pada kecepatan spesifik. Response Surface Methodology (RSM)
pengadukan 1000rpm. Sehingga dapat membuat hubungan antara variabel dan
disimpulkan semakin besar jumlah katalis yang responnya secara lebih profesional dan
digunakan maka semakin besar pula konversi terperinci.
gliserol tert-butil eter yang dihasilkan.
2.4. Variabel Respon yang Paling Berpengaruh Untuk membandingkan variabel respon yang
terhadap Konversi GTBE sangat berpengaruh terhadap konversi GTBE,
Variabel respon perlu dicari untuk mengetahui akan dibandingkan konversi GTBE dari hasil
kondisi yang paling optimum dan efisien untuk penelitian dengan variabel respon hasil optimasi
memproduksi gliserol tert-butil eter dilihat dari dengan menggunakan Design Expert
konversi gliserol tert-butil eter terhadap variabel ditunjukkan pada Tabel 3. berikut:
jumlah katalis Amberlite IR120 (X1) dan

Tabel 3. Perbandingan Konversi GTBE


Kecepatan Jumlah katalis Konversi GTBE Koversi GTBE hasil
No pengadukan (%berat hasil penelitian optimasi Design
(rpm) gliserol) (%) Expert 10 (%)
1 5% 80,481 81,068
2 600 10% 83,253 83,797
3 15% 83,959 84,527
4 5% 84,450 84,622
5 800 10% 85,211 85,352
6 15% 86,741 86,906
7 5% 86,090 84,177
8 1000 10% 88,332 88,081
9 15% 89,648 89,693

Dari Tabel 3. terlihat bahwa konversi GTBE


hasil optimasi dengan menggunakan Design
Expert 10. pada setiap Run, tidak terlalu berbeda
dengan konversi GTBE hasil penelitian.
Data hasil optimasi dengan menggunakan
Design Expert seperti pada tabel 3. diatas jika
diplotkan ke dalam grafik 3D akan terlihat
seperti pada Gambar 3. berikut:

Gambar 3. Grafik Variabel Respon Konversi


GTBE (Plot 3D)

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2018 5


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 Oktober 2018
p- ISSN : 2407 – 1846
TK - 020 e-ISSN : 2460 – 8416
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

Dari hasil optimasi dengan menggunakan [4]. Setyaningsih D, dkk. 2008. Peningkatan
Design Expert yang diperoleh, variabel respon Kualitas Biodiesel Jarak Pagar Melalui
yang sangat berpengaruh terhadap konversi Sintesis Gliserol Eter Sebagai Aditif
GTBE adalah variabel respon jumlah katalis Penurun Titik Awan dan Titik Tuang.
(X1). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Laporan Penelitian. Surfactant and
variabel respon yang sangat berpengaruh untuk Bioenergy Research Center, IPB, Bogor.
optimasi konversi GTBE adalah dengan [5]. Rahmat N, et al. 2010. Recent Progress
meningkatkan jumlah katalis Amberlite IR120 on Innovative and Potential Technologies
pada proses eterifikasi. for Glycerol Tranformation into Fuel
Additives: a Critical Review, Renewable
SIMPULAN and Sustainable Energy Reviews, vol. 14,
1) Konversi GTBE terendah diperoleh pada no. 3, pp. 987-1000.
Run 1 dengan kecepatan pengadukan 600rpm [6]. Noureddini HS, Bailey WR, Hunt BA.
dan jumlah katalis 5% yaitu 80,481% serta 1988. Production of Glycerol Ether From
konversi GTBE tertinggi diperoleh pada Run Crude Glycerol – The by-Product of
9 dengan kecepatan pengadukan 1000 rpm Biodiesel Production. Papers in
dan jumlah katalis 15% yaitu 89,648%. Biomaterial 1988. Chemical and
2) Reaksi eterifikasi gliserol optimal dilakukan Biomolecular Engineering Research and
pada kecepatan pengadukan 1000rpm dan Publication.
jumlah katalis 15%. [7]. Karinen RS dan Krause AOI. 2006. New
3) Variabel respon yang sangat berpengaruh Biocomponent from Glycerol. Journal of
terhadap konversi GTBE adalah jumlah Applied Catalyst A: General 306: 128-
katalis sehingga cara untuk optimasi konversi 133.
GTBE adalah dengan meningkatkan jumlah [8]. Onal MUS, Srikaya YU, Alemdaroglu
katalis Amberlite IR120 pada proses TU. 2002. The effect of Acid Activation
eterifikasi. on Some Physicochemical Properties of A
bentonite. Turk J Chem 26:409-416.
UCAPAN TERIMA KASIH [9]. Klepáková K, Mravec D, Hájeková E,
Pelaksanaan penelitian ini dapat diselesaikan Bajus M. 2003. Etherification of
karena tidak lepas dari dukungan, bimbingan, Glycerol. Journal of Petroleum and Coal
dan bantuan dari banyak pihak yang sangat 45 (1-2): 54-57.
berarti bagi penulis. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Leduc S. et al. 2009. Optimizing


Biodiesel Production in India. Apply
Energy 86.S1: S125-31.
[2]. Fukuda H, Kondo A, Noda H. 2001.
Biodiesel Fuel Production by
Transesterification of Oils. Journal of
Bioscience and Engineering. 5:405-416.
[3]. Kiatkittipong W, et al. 2011. Glycerol
Ethers Syntesis From Glycerol
Etherification with Tert-Butyl Alcohol in
Reactive Distillation. Journal Computers
and Chemical Engineering, vol. 35, no.
10, pp. 2034-2043.

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2018 6


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 Oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai