Anda di halaman 1dari 7

INDRIYANTI IBRAHIM

442416002

β-Karoten

Nama IUPAC : 1,3,3-Trimethyl-2- [3,7,12,16-tetramethyl-18- (2,6,6-trimethylcyclohex-1-en-1-


yl) octadeca-1,3,5,7, 9,11,13,15,17-nonaen-1-yl] cyclohex-1-ene

Betakaroten adalah salah satu jenis senyawa hidrokarbon karotenoid yang merupakan
senyawa golongan tetrapenoid. Adanya ikatan ganda menyebabkan betakaroten peka terhadap
oksidasi. Oksidasi betakaroten lebih cepat dengan adanya sinar, katalis logam khususnya
tembaga, besi dan mangan. Oksidasi akan terjadi secara acak pada rantai karbon yang
mengandung ikatan rangkap. Betakaroten merupakan penangkap oksigen dan sebagai
antioksidan yang potensial, tetapi betakaroten aktif dalam mengikat radikal bebas bila hanya
tersedia oksigen 2-20%. Pada tekanan oksigen tinggi diatas kisaran fisiologis, karoten dapat
bersifat pro-oksidan (Burton, 1989).

Menurut Setyabudi (1994) dalam Ruwanti (2010), oksidasi betakaroten terjadi saat
diudara bebas karoten mengikat O2 dan menaikkan kecepatan pembentukan warna warna yang
lebih pucat. Autooksidasi betakaroten murni dimulai setelah beberapa hari kontak dengan udara
dan akan terbentuk formaldehid. Pencampuran betakaroten dalam karbon tetraklorida denga
oksigen menghasilkan glioksal. Betakaroten mengandung 11 ikatan rangkap terkonjugasi yang
memberikan karakter pro-oksidan. Akibatnya akan sangat mudah diserang melalui penambahan
radikal peroksil.
β-karoten memiliki beberapa manfaat, yang pertama adalah sebagai precursor vitamin A.
Penelitian dari National Cancer Institue dalam Astawan & Andreas (2008), menunjukkan bahwa
selain baik untuk mata, makanan yang kaya beta karoten juga baik untuk pencegahan penyakit
kanker. Beta karoten memiliki kemampuan sebagai antioksidan yang berperan penting dalam
menstabilkan radikal berinti karbon, sehingga dapat bermanfaat untuk mengurangi risiko
terjadinya kanker.

Sumber

Senyawa β-karoten dapat ditemukan pada biota laut seperti Rumput Laut Merah
Gracilaria gigas, alga Euchema Cottonii, Rumput Laut Acanthophora muscoides (Linnaeus)
Bory , cumi-cumi, ikan rucah tigawaja, kepala udang, limbah cangkang rajungan dan cangkang
Kepiting, Ikan Lompa (Thryssa baelama, Forsskal).

Sifat Fisik dan Sifat Kimia

Sifat Fisik

Rumus: C40H56

Nama IUPAC: beta,beta-Carotene

Massa molar: 536,8726 g/mol

Titik didih: 633°C

Kepadatan: 940 kg/m³

Titik lebur: 180°C

Property Name Property Value


Property Name Property Value

Molecular Weight 536.9 g/mol

XLogP3 13.5

Hydrogen Bond Donor Count 0

Hydrogen Bond Acceptor Count 0

Rotatable Bond Count 10

Exact Mass 536.438202 g/mol

Monoisotopic Mass 536.438202 g/mol

Topological Polar Surface Area 0 A^2

Heavy Atom Count 40

Formal Charge 0

Complexity 1120

Isotope Atom Count 0

Defined Atom Stereocenter Count 0


Property Name Property Value

Undefined Atom Stereocenter Count 0

Defined Bond Stereocenter Count 9

Undefined Bond Stereocenter Count 0

Covalently-Bonded Unit Count 1

Compound Is Canonicalized Yes

 Sifat Kimia

Sifat serapan cahaya : beta karoten pada beberapa jenis pelarut mempunyai serapan cahaya
maksimal yang berbeda-beda.

Reaksi pewarnaan : 1-2 mg beta karoten dilarutkan dalam 2 ml kloroform dan ditambah asam
sulfat pekat menyebabakan lapisan asam menjadi biru. Bila larutan tersebut ditambahkan 1 tetes
asam nitrat menyebabkan warna agak biru kemudian hijau dan akhirnya kuning tua. Larutan 1-2
mg beta karoten dalam 2 ml kloroform dan ditambahkan larutan antimoni triklorida (SbCl3) akan
memberikan pewarnaan biru tua dengan serapan maksimal dengan λ 590 nm. Asam klorida
dalam ester tidak menyebabkan pewarnaan.

Optik aktif : beta karoten mempunyai struktur yang simetris dan bersifat non optik aktif.

Kromatografi : beta karoten sangat kuat diserap oleh kalsium hidroksida dalam larutan petroleum
eter. Didalam kolom kromatografi β-karoten dibawah γ-karoten dan diatas α- karoten. Dengan
posisi tersebut beta karoten sangat sulit diserap oleh zeng karbonat (ZnCO3) dan kalsium
karbonat (CaCO3).
Oksidasi : diudara bebas karoten mengikat oksigen dan menaikkan kecepatan pembentukan
warna yang lebih pucat. Autooksidasi beta karoten murni dimulai setelah beberapa hari kontak
dengan udara dan akan terbentuk formaldehid. Pencampuran beta karoten dalam karbon
tetraklorida dengan oksigen menghasilkan sedikit glioksal (Setyabudi, 1994 dalam Ruwanti,
2010).

Mekanisme Kerja β-karoten

Burton dan Inglod (1984) menjelaskan mekanisme kerja karotenoid berupa β-karoten yaitu
dengan bereaksi dengan radikal peroksil sehingga terbentuk radikal ROO-Carotene (radikal
ROO-CAR) dan terjadi delokalisasi elektron. Hal ini menyebabkan elektron tersebar di seluruh
struktur β-karoten. β-karoten netral terbentuk apabila radikal ROO-CAR bereaksi dengan radikal
ROOR-CAR.

Metode Isolasi β-karoten

 Ekstraksi pigmen pada Gracilaria gigas Harvey

Ekstraksi pigmen dilakukan dengan menggunakan metode yang telah dimodifikasi. Untuk
analisis komposisi pigmen dan isolasi β-karoten digunakan sampel sebanyak 200 g. Sampel
dipotong kecil-kecil dilarutkan dengan aseton : methanol 7:3 v/v, kemudian ditambahkan
CaCO3. Sampel diblender atau dihaluskan menggunakan mortal, lalu sampel disaring
menggunakan kertas saring. Hasil filtrasi ditampung dan residunya diaduk dalam aseton :
methanol sampai semua pigmen terangkat. Selanjutnya hasil maserasi dipartisi dengan
menggunakan heksan dan dipekatkan dengan menggunakan evaporator. Hasil ekstrak pekat yang
diperoleh disimpan didalam botol sampel kemudian dikeringkan dengan menggunakan N2
 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Sampel hasil ekstraksi dilarutkan dalam aseton 100 %. Sebanyak 10 μL larutan tersebut
ditotolkan pada silika gel 60 F245(Merck) yang merupakan fase diam, sedangkan fase gerak
yang digunakan adalah larutan aseton:eter:heksan dengan perbandingan 2:3:6 (v/v/v). Pola
pemisahan pigmen yang terbentuk digambar dan dihitung nilai Rfnya.

 Kromatografi Kolom

Untuk purifikasi β-karoten menggunakan metode kromatografi kolom dengan fase diam silika
gel 60 dan fase gerak, aseton : heksan dengan perbandingan 1: 4 (v/v). sampel dilarutkan dengan
menggunakan fase gerak kemudian sampel secara perlahan diteteskan melalui dinding kolom
dan fase gerak diatur. Fase gerak ditambahkan secara kontinyu sampai terjadi pemisahan yang
sempurna pada kolom. Selanjutnya setelah proses kolom selesai, eluen akan ditampung pada
botol sampel.

 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Analisis ekstrak kasar pigmen kering dilarutkan dengan menggunakan pelarut fase gerak
metanol:asetonitril (7:3 v/v). Pigmen kemudian dianalisis komposisinya dengan menggunakan
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) LC-20AD (Shimadzu, Kyoto) yang dilengkapi
dengan detektor PDA, pada panjang gelombang 250-800 nm. Kolom KCKT yang digunakan RP-
C 18 ODS Simpack (4,6 mm i.d ×25 cm, 5 μm) dilengkapi dengang guard coloum. Analisa
pigmen dilakukan berdasarkan metodeHegazi et alyang telah dimodifikasi [16]. Elusi pigmen
dilakukan dengan kecepatan alir 1 mL/min pada suhu 30°C menggunakan sistem elusi gradien
dari campuran pelarut methanol : aseton nitril dengan perbandingan (7:3 v/v). Ekstrak kasar
pigmen kering dilarutkan dalam methanol : aseton nitril 10 mL (7:3 v/v) dan difiltrasi
menggunakan membran filter (0,2 μm, Nilon), kemudian sebanyak 20 μL ekstrak pigmen
diinjeksikan ke KCKT.

 Uji Antioksidan dengan metode DPPH (2,2-Diphently-1-picrylhydrazyl radical)

Hasil isolasi β-karoten rumput laut Gracillaria gigas kemudian akan diuji potensi aktivitas
antioksidannya. Uji antioksidan dimulai dengan pembuatan seri konsentrasi dari, 2000, 4000,
6000, 8000, 10000, 12000, 16000 dan 18000 μg/ml. Setelah pembuatan seri konsentrasi,
selanjutnya membuat konsentrasi sampel β-karoten, hasil ekstrak kolom sampel β-karoten
sebesar 24300 μg/ml dilarutkan dengan metanol, selanjutnya pembuatan seri konsentrasi sampel
yang terdiri dari 41, 82, 165, 329, 658 dan 1317 μl. Setiap sampel diberikan konsentrasi DPPH
sebanyak 3 ml (1:3) of 2,2-Diphently-1-picrylhydrazyl radical 0,1 mM. Selanjutnya untuk
menyatukan sampel dan DPPH di vorteks selama 1 menit dan diinkubasi selama 30 menit.
Setelah itu, pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 517 nm, dengan blanko metanol.
Untuk pengkuran menggunakan Spektrofotometer U-1240 Shimadzu mini UV, Persen
penghambatan dihitung dengan rumus :

Kurva Inhibition Concentration (IC50) dibuat dengan nilai % penghambatan sebagai sumbu Y
dan seri konsentrasi sebagai sumbu X.Nilai Inhibition Concentration (IC50) diperoleh pada 50%
penghambatan, dengan memasukkan nilainya pada persamaan regresi linier yang didapat dari
kurva

Anda mungkin juga menyukai