Anda di halaman 1dari 5

NAMA STAMBUK

: ROSDIANA : F1C1 10 016

KELOMPOK : IV (EMPAT) ASISTEN :KHRISMALA SURYA NINGSIH

JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2012

B. Pembahasan Buah wortel (Daucus Carota L.) adalah buah yang memiliki banyak protein, mineral, karoten, vitamin dan antioksidan alami. Salah satu senyawa antioksidan alami yang terkandung di wortel adalah karotenoid. Karotenoid yang dikandung tidak hanya -karoten tetapi juga -karoten, gamma karoten, zeta karoten, dan likopen yang dapat memberikan perlindungan pada tubuh terhadap pengaruh negatif dari radikal bebas. Kandungan karotenoid dalam wortel dapat dilihat dari intensitas warnanya, yaitu semakin jingga warna wortel maka semakin banyak kandungan karotenoidnya. Dari sekian banyak zat yang terkandung di wortel, senyawa -karoten adalah senyawa yang paling banyak memiliki manfaat bagi manusia. Selain aktivitasnya sebagai antioksidan, -karoten juga sangat dibutuhkan oleh mata untuk memperbaiki sel-sel yang rusak di retina.

Pada percobaan kali ini ingin dipelajari teknik isolasi -karoten dari wortel dengan menggunakan kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis. Untuk dapat masuk dalam kromatografi kolom, sayuran wortel harus diolah sedemikian rupa hingga menjadi cairan pekat tanpa pengotor. Pengolahan sampel wortel dimulai dengan mengupas dan memotong kecil-kecil wortel, kemudian sampel dikeringkan di dalam oven. Tujuan pengeringan adalah untuk menghilangkan kadar air yang terdapat pada sampel wortel. Sampel kemudian di refluks dengan pelarut non-polar. Senyawa -karoten merupakan senyawa yang non-polar sehingga pelarut yang digunakan harus bersifat non-polar pula. Dalam percobaan kali ini pelarut yang digunakan untuk merefluks adalah pelarut kloroform teknis. Tujuan dari merefluks sampel adalah menarik senyawa-senyawa non-polar (termasuk -karoten) yang terkandung di dalam wortel ke dalam pelarut kloroform. penyaringan. Ekstrak wortel yang terbentuk kemudian dievaporasi dengan Ekstrak yang terbentuk kemudian dipisahkan dengan cara

menggunakan evaporator. Tujuan dari evaporasi ini adalah untuk mempekatkan ekstrak dengan menguapkan pelarut. Ekstrak yang diperoleh ditambahkan dengan serbuk silica gel. Ekstrak akan teradsorpsi pada permukaan silica gel, silica gel berperan sebagai adsorben yang akan memudahkan pelarut n-heksan dalam mengelusi sampel. Silika gel yang telah mengadsorpsi ekstrak sampel, kemudian dimasukkan ke dalam kolom yang telah dipacking oleh fasa diam silica gel dan fasa gerak larutan n-heksan. Sebelum silika gel yang telah mengadsorpsi ekstrak dimasukkan, kolom harus betul-betul compact dan tidak terdapat retakan pada

fasa diam, karena sedikit retakan saja akan mengganggu proses pemisahan sampel. Kemudian dimasukkan larutan n-heksan dari atas silika gel yang mengadsorpsi ekstrak, larutan n-heksan di biarkan mengalir melewati fasa diam dan akan membentuk partisi-partisi larutan dengan warna jingga yang berbedabeda, warna jingga yang berbeda-beda ini adalah senyawa kimia yang terkandung dalam wortel. Dari data yang diperoleh, hasil cairan yang keluar dari kromatografi disimpan dalam 5 botol ampul dan kemudian diuapkan lagi menjadi setengah dari awalnya. Dalam 5 partisi ini dimungkinkan terdapat senyawa -karoten. Oleh karena itu perlu dilakukan uji kualitatif senyawa -karoten dengan teknik kromatografi lapis tipis. Kromatografi lapis tipis adalah suatu teknik pemisahan dengan sebuah plat yang dipisi silika gel sebagai fasa diam dan campuran pelarut sebagai fasa gerak. Tidak sama dengan sistem kerja kromatografi kolom yang menggunakan grafitasi sebagai gaya tarik eluen, pada kromatografi lapis tipis larutan akan merambat naik ke atas fasa diam akibat gaya kapilaritas yang disebabkan daya serap silika gel pada fasa diam. Untuk menguji keberadaan senyawa -karoten, kelima partisi ditotolkan di plat KLT, kemudian plat dimasukkan ke dalam chamber yang telah berisi campuran 8 : 2 larutan n-heksan aseton. Larutan campuran akan naik hingga batas plat dan menimbulkan noda (spot) kromatogram. Dengan membagi jarak tempuh noda dan pelarut, maka akan didapatkan nilai Rf. Nilai Rf adalah nilai yang menunjukkan kemurnian suatu kromatogram. Untuk menentukan kemurnian suatu kromatogram dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai Rf kromatogram praktik

dengan nilai Rf kromatogram teori. Adapun nilai Rf dari masing-masing fraksi. Secara teoritis Rf -karoten adalah berkisar pada 0,45 0,5. Secara praktek diperoleh nilai Rf dengan perbandingan 8 : 2 adalah sebesar 0,825.

http://dyanacciqeezt.blogspot.com/2012/04/v-behaviorurldefaultvmlo_6424.html

EKSTRAKSI KLOROFIL DAN KAROTENOID SEBAGAI PIGMEN DARI LAMUN (Thalassia hemprichii) DARI PERAIRAN YANG BERBEDA
Ardila Prasinta Devi, Tri Winarni Agustini, Apri Dwi Anggo Home > Vol 2, No 3 (2013) : Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan > Devi Abstract

Penggunaan pewarna alami pada makanan biasanya terkendala oleh sifatnya yang mudah rusak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tren penurunan pigmen klorofil dan karotenoid pada T. hemprichii dari kondisi perairan yang berbeda. Materi yang digunakan adalah lamun (T. hemprichii) sebagai bahan baku yang diambil di Pantai Binangun, Rembang dan Pulau Panjang, Jepara. Parameter yang di uji adalah kandungan kualitatif pigmen, uji tren penurunan pigmen, klorofil a, klorofil b dan karotenoid terhadap kondisi penyimpanan, sinar matahari, dan oksidator dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasil penelitian pendahuluan didapatkan bahwa pelarut yang cocok digunakan dalam ekstraksi adalah metanol. Hasil yang didapat dari uji KLT bahwa sampel menghasilkan 3 spot yang menunjukkan bahwa spot tersebut adalah klorofil a, klorofil b, dan karotenoid, dengan nilai Rf masing-masing 0.63, 0.46, 0.87 dari Rf literatur 0.66, 0.47, 0.88. Kualitas pigmen yang dihasilkan pada perairan Pulau Panjang, Jepara lebih baik jika dibandingkan dengan yang berasal dari perairan Binangun, Rembang. Hal ini dapat dilihat dari kenampakan daun lamun Pulau Panjang lebih hijau dan dari Binangun yang berwarna pucat serta kualitas perairan yang lebih jernih dan tingkat pencemaran masih rendah. Hasil uji kuantitatif juga menunjukkan bahwa Pulau Panjang lebih bagus dibandingkan dengan perairan Binangun dengan nilai kadar klorofil a, klorofil b dan karotenoid yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil uji kandungan pigmen terhadap kondisi penyimpanan, sinar matahari, dan suhu menunjukkan bahwa semakin lama suatu pigmen terpapar oleh kondisi lingkungan maka kandungan nilainya juga semakin menurun.

Keywords

Lamun, Karotenoid, Klorofil, Pigmen. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jpbhp/article/view/3005

Anda mungkin juga menyukai