Anda di halaman 1dari 14

MATERI POKOK 2

KEBIJAKAN DAN PENERAPAN PENGELOLAAN


SUMBER DAYA AIR TERPADU DI INDONESIA

Steisi P.M. Mandagi


18021101113
1. Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air

Diuraikan dari PERMEN PUPR tentang 7 sektor


• PERMEN PUPR No. 04 tahun 2015 tentang kriteria penetapan sungai
• PERMEN PUPR No.06/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Sumber Air dan
Bangunan Pengairan
• PERMEN PUPR No. 07 tahun 2015 tentang Pengamanan Pantai
• PERMEN PUPR No. 08 tahun 2015 tentang Sempadan Irigasi
• PERMEN PUPR No. 09 tahun 2015 tentang Penggunaan Sumber Air
• PERMEN PUPR No. 10 tahun 2015 tentang Rencana Teknis Pengaturan Tata Air
• PERMEN PUPR No. 11/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan
Reklamasi Rawa Pasang Surut
• PERMEN PUPR No. 12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
• PERMEN PUPR No. 13 tahun 2015 tentang Darurat Daya Rusak Air
• PERMEN PUPR No. 14 tahun 2015 tentang Kriteria dan Status Irigasi
• PERMEN PUPR No.16/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Rawa Lebak
• PERMEN PUPR No. 17 tahun 2015 tentang Komisi Irigasi
• PERMEN PUPR No. 18/PRT/M/2015 tentang Iuran Eksploitasi dan Pemeliharaan Bangunan
Pengairan
• PERMEN PUPR No. 21/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Tambak
• PERMEN PUPR No. 26 tahun 2015 tentang Pengalihan Alur Sungai
• PERMEN PUPR No. 27 tahun 2015 tentang Bendungan
• PERMEN PUPR No. 28 tahun 2015 tentang Sempadan Sungai Danau
• PERMEN PUPR No. 29 tahun 2015 tentang Rawa
• PERMEN PUPR No. 30 tahun 2015 tentang Pengembangan Pengelolaan Sistem Irigasi
• PERPRES No. 40 tahun 2015 tentang Air Bersih dan Pajak
• PERMEN PUPR No. 01/PRT/M/2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan Sumber
Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air
• PERMEN PUPR No. 12/PRT/M/2016 tentang Kriteria Tipologi Unit Pelaksana Teknis
Pengelola Sumber Daya Air Wilayah Sungai Di Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
2. Penerapan Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu di
Indonesia

Pola PSDA dan rencana PSDA terpadu disusun berdasarkan wilayah sungai.
Dari ketentuan yang tercantum di dalam beberapa produk peraturan
perundangan di Indonesia, wilayah sungau (WS) didenfinisikan sebagai
kesatuan wilayah pengelolaan SDA yang terbentuk dari satu atau lebih DAS,
dan/ atau pulau-pulau kecil.
DAS didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau
ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografisdan
batas di laut sampai dengan daerah perairanyang masih terpengaruh aktivitas
daratan.

Berdasarkan definisi tersebut diatas, dapat dimaknai bahwa sebuah wilayah


sungai dapat terdiri atas satu DAS (river basin), atau dapat pula terdiri dari
gabungan beberapa DAS dan pulau pulau kecil yang terdekat.
Batas wilayah sungai ditentukan berdasarkan batas wilayah hidrografis alami aliran air
yaitu DAS, sedangkan batas wilayah administratif pemerintahan ditentukan berdasarkan
batas wilayah historis legalistik dan politik. Karena perbedaan batas tersebut, WS di
Indonesia dapat dipilah menjadi lima kategori berdasarkan posisinya terhadap wilayah
administratif pemerintahan, yaitu:
1)WS di dalam satu kabupaten,
2)WS di dalam satu provinsi atau lintas kabupaten/kota,
3)WS lintas provinsi, dan
4)WS lintas negara
5)WS Strategis Nasional.

Yang dimaksud dengan WS Strategis Nasional adalah WS dalam satu kabupaten atau WS
di dalam satu provinsi yang potensi SDA dan wilayahnya memiliki nilai penting atau
strategis ditinjau dari segi kepentingan nasional.
Menurut Lampiran Huruf C UU No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, ketentuan
mengenai pembagian wewenang dan tanggung ini diatur sebagaimana tersebut pada table

Tabel Status WS dan pembagian urusan pengelolaan SDA


No Pihak yang berwenang dan
Kategori Wilayah Sungai (WS) bertanggung jawab dalam
pengelolaan SDA

1 WS di dalam satu wilayah Kabupaten/Kota Pemerintah Kabupaten/Kota

2 WS lintas wilayah kabupaten/kota Pemerintah Provinsi


3 WS lintas wilayah Provinsi Pemerintah Pusat
4 WS lintas wilayah Negara Pemerintah Pusat
5 WS Strategis Nasional. Pemerintah Pusat
Dalam perjalanan waktu suatu WS dapat mengalami perubahan kategori sesuai dengan
dinamika perubahan besar yang terjadi, misalnya karena adanya:

1. Pemekaran wilayah administrasi pemerintah, sehingga WS yang semula


terletak di dalam satu wilayah provinsi atau satu kabupaten atau kota akan berubah
menjadi WS lintas wilayah provinsi atau lintas kabupaten atau kota;
2. Dinamika pertumbuhan daerah atau perkembangan keadaan demografi,
keadaan sosial dan perekonomian daerah, sehingga WS yang semula tidak strategis
nasional ternyata kemudian memenuhi kriteria WS strategis nasional; atau
3. Perubahan keanggotaan DAS di dalam suatu WS karena sebab teknis,
misalnya ada suatu DAS yang kemudian terhubung dengan DAS lain
misalnya karena ada jaringan infrastruktur yang membuat kedua DAS itu
menjadi terhubung.
Hingga kini pengelompokan WS di Indonesia telah mengalami 4 kali perubahan sebagaimana tersebut di dalam
tabel berikut:

Dinamika Penetapan Wilayah Sungai di Indonesia


No Dasar Penetapan Status WS Jumlah WS
1 Permen PU No. 39 Tahun 1989 15 WS Lintas Provinsi 90 WS
73 WS Lintas Kabupaten/Kota
2 WS dikelola BUMN
2 Peraturan Menteri PU No. 11A /PRT /M 5 WS Lintas Negara 133 WS
/2006 tanggal 26 Juni 2006 27 WS Lintas Provinsi
37 WS Strategis Nasional
51 WS Lintas Kabupaten/Kota
13 WS Dalam Kabupaten/Kota
3 Keputusan Presiden RI No. 12 5 WS Lintas Negara 131 WS
Tahun 2012 29 WS Lintas Provinsi
29 WS Strategis Nasional
53 WS Lintas Kabupaten/Kota
15 WS Lintas Kabupaten/Kota
4 Peraturan Menteri PUPR No.04 /PRT /M 5 WS Lintas Negara 128 WS
/2015Tentang Kriteria dan Penetapan 31 WS Lintas Provinsi
Wilayah Sungai 28 WS Strategis Nasional
52 WS Lintas Kabupaten/Kota
12 WS Lintas Kabupaten/Kota
Pembentukan Wilayah Sungai ditentukan berdasarkan pada tiga pertimbangan dan kriteria sebagaimana
tersebut di dalam tabel berikut:

Pertimbangan dan Kriteria Pembentukan Wilayah Sungai

No Pertimbangan Kriteria
- Mampu memenuhi kebutuhan konservasi SDA dan
pendayagunaan SDA
1. Efektivitas pengelolaan SDA - Terhubung oleh prasarana SDA lintas DAS
- Terhubung oleh CAT
2 Efisiensi pengelolaan SDA Rentang kendali pengelolaan SDA
3 Keseimbangan pengelolaan SDA pada Hak setiap orang untuk mendapatkan air guna
DAS basah dan DAS kering memenuhi kehidupan yang sehat,bersih, dan produktif
dapat tercukupi.
Usulan penetapan suatu WS harus dilandasi kajian akademis yang melibatkan beberapa
disiplin ilmu. Disiplin ilmu dimaksud sekurang kurangnya mencakup sosiologi, ekonomi,
ekologi, hidrologi dan keairan, geologi, tata ruang wilayah, serta administrasi pemerintahan.
Kajian akademis itu, antara lain meliputi:

a.Kajian terhadap Data dan Peta DAS pada semua pulau


b.Kajian terhadap Data dan Peta Cekungan Air Tanah pada semua pulau
c.Kajian mengenai kondisi hidrologi dan hidrogeologi pada semua pulau
d.Kajian mengenai dinamika demografi pada setiap DAS dan wilayah administratif
e.Kajian mengenai dinamika pemanfaatan ruang pada setiap DAS
f.Kajian mengenai dinamika ketersediaan air dan pemanfaatan air atau analisis water balance
pada setiap DAS
g.Identifikasi ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaan SDA antar DAS
Setiap DAS yang diamati kemudian dilakukan pengujian mengenai :
a.Kecukupan SDA dalam memnuhi hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi dirinya agar
dapat hidup sehat dan produktif;
b.Efektifitas pengelolaan SDA di dalam DAS; dan/atau
c.Efisiensi pengelolaan SDA

Peta dimaksud kemudian digelar (dioverlay) diatas peta batas wilayah administratif pemerintahan
dengan maksud untuk mengidentifikasi posisi/letak kedudukannya terhadap batas wilayah
administrasi pemerintahan. Analisis tumpuk peta itu menghasilkan informasi mengenai letak
kedudukan tiap tiap WS terhadap wilayah administrasi pemerintahan, yang dikategorikan sebagai
berikut:
a.WS di dalam satu wilayah Kabupaten/Kota
b.Batas WS lintas wilayah Kabupaten/Kota
c.WS lintas wilayah Provinsi, dan
d.WS lintas wilayah Negara.
WS yang termasuk dalam kategori sebagaimana huruf a dan huruf b, kemudian diuji lagi
apakah diantara WS tersebut ada yang memenuhi syarat untuk dinyatakan sebagai WS
Strategis Nasional atau tidak. Pengujian dilakukan berdasarkan 4 (empat) parameter
sebagaimana diatur dalam ketentuan yang tercantum di dalam pasal 11 PP No. 42/2008,
yaitu:

a.Ukuran dan besarnya potensi SDA pada WS;


b.Banyaknya sektor dan jumlah penduduk di dalam WS;
c.Potensi dampak sosial, lingkungan, dan ekonomi terhadap pembangunan nasional; dan
d.Potensi dampak negatif akibat daya rusak air terhadap pertumbuhan ekonomi.
Keempat parameter tersebut bersifat akumulatif (bukan bersifat alternatif) dalam arti harus terpenuhi
semuanya. Setiap parameter dinilai berdasarkan kriteria sebagaimana tersebut di dalam tabel berikut :

- Kriteria Penilaian WS Strategis Nasional


No Parameter Status WS
1 Ukuran dan besarnya Lebih besar atau sama dengan 20% dari potensi SDA pada provinsi.
potensi SDA pada WS
2 Banyaknya sektor dan - Paling sedikit terkait dengan 16 sektor
jumlah pendudukdi - Paling sedikit 30% dari jumlah penduduk pada provinsi.
dalam WS
3 Besarnya dampak sosial, Sosial:
lingkungan, dan ekonomi a. Paling sedikit 30% dari seluruh tenaga kerja pada tingkat provinsi terpengaruh oleh SDA
terhadap pembangunan b.Terdapat pulau kecil atau gugusan pulau kecil yang berbatasan dengan wilayah negara lain.
nasional Lingkungan:
a. Terdapat keanekaragaman hayati yang spesifik dan langka pada sumber air yang perlu dilindungi
menurut konvensi internasional,
b.Rasio debit air maksimum dan debit minimum rata- rata tahunan pada sungai utama melebihi 75
c.Kebutuhan air dan ketersediaan air andalan setiap tahun pada wilayah sungai yang bersangkutan
melampaui angka 1,5
Ekonomi:
a.Terdapat paling sedikit ada 1 daerah irigasi yang luasnya lebih besar atau sama dengan 10.000 ha
b.Paling sedikit ada 20% industri di provinsi yang produktivitasnya tergantung pada SDA c.Terdapat
PLTA yang produksi listriknya terhubungdengan jaringan listrik lintas provinsi dan/atau terhubung
kedalam jaringan transmisi nasional.
4 Potensi dampak negatif Menimbulkan kerugian ekonomi paling sedikit 1% dari produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
akibat daya rusak air tingkat provinsi.
terhadap pertumbuhan
ekonomi

Anda mungkin juga menyukai