Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ema Mutia Fitri

NIM : 2018210034
Mata Kuliah : E-Government (D)
Tugas Ilustrasi dan Analisa Implementasi

1. Ilustrasi Impelementasi
a. G2C
Kepastian pemerintah memberikan pelayanan yang ideal kepada masyarakat
dalam proses pemenuhan diri sebagai warga negara melalui pembuatan KTP,
akta kelahiran dan kartu keluarga. Dalam proses ini masyarakat mengharapkan
pelayanan yang baik dan cepat dalam setiap pelayanannya.
b. G2B
Dalam proses pemeuhan membangun usaha, setiap pengusaha yang akan
mendirikan usaha harus mendapat pelayanan yang sama dengan masyarakat,
dimulai dari syarat pra syarat dalam membangun usaha yang tak lepas dari izin
pemerintah. Kemudian pembayaran pajak wajib setiap pendiri usaha demi
proses perpanjangan usaha.
c. G2E
Hubungan antar negara demi menjalankan silaturahim, menciptakan kerjasama
yang menguntungkan kedua belah pihak baik berupa bisnis ataupun
perdagangan internasional dan harus melalui proses-proses administrasinya
sesuai pejanjian internasional.

2. Analisa Implementasi

Pada tahun 2018 Indonesia mendapat peringkat ke-107 EGDI, naik 9 peringkat
dibandingkan tahun 2016 yang menduduki peringkat ke 116. Indonesia menempati peringkat
ke-7 di ASEAN setelah Vietnam, masih sama seperti tahun 2016. Peringkat Indonesia ini
masih berada jauh di bawah negara-negara di ASEAN lainnya seperti Singapura (peringkat
ke-7 EDGI), Malaysia (peringkat ke-48 EDGI), Brunei Darussalam (peringkat ke-59 EDGI),
Thailand (peringkat ke-73 EDGI), Philippines (peringkat ke-75 EDGI), dan Vietnam
(peringkat ke-88 EDGI). Posisi pertama hingga kelima, berturut-turut diraih oleh Denmark,
Australia, Republik Korea, United Kingdom, dan Swedia.

Nilai rata-rata EGDI Indonesia juga masih berada di bawah rata-rata di regional Asia
Tenggara. Indonesia berada pada angka 0,5258 sedangkan rata-rata EGDI di kawasan Asia
Tenggara adalah 0,5555. Hasil peringkat EGDI ini harus semakin mendorong kita untuk
dapat lebih meningkatkan implementasi e-Government di seluruh penjuru negeri. Hal ini
tentunya menjadikan suatu tantangan bagi kita untuk dapat lebih meningkatkan kompetensi di
bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) serta infrastruktur TIK.
Saat ini banyak lembaga pemerintah yang menyatakan dirinya sudah mengaplikasikan
e-Government, padahal pada kenyataannya lembaga-lembaga pemerintah tersebut baru dalam
tahap adanya situs e-gov, masih belum terlihat adanya penerapan e-government yang benar-
benar djalankan secara mendalam. Oleh karena itu masih banyak yang mengatakan bahwa
pelaksanaan e-gov belum optimal karena kenyataannya beberapa pelayanan yang dilakukan
oleh pemerintah masih menggunakan cara-cara yang manual seperti proses pembuatan KTP,
akta kelahiran, kartu keluarga dan lain-lain. Warga masih harus melakukan tatap muka
mendatangi petugas yang bersangkutan di kantor pemerintahan, atau bahkan mencari seorang
“calo” demi cepat terselesainya kebutuhan masyarakat, dari sini kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa pelaksanaan e-gov di Indonesia masih belum dapat dikatakan telah
terlaksana dengan baik jika dalam proses pembuatan KTP dan sebagainya masih lamban
bahkan masyarakat sampai menggunakan cara illegal.

Yang paling menonjol dalam lambannya proses pelaksanaan e-gov adalah pada
masing-masing pemerintah daerah belum mencapai keseluruhan dalam pelaksanaan e-gov ini
sendiri. Artinya ada kendala dan hambatan yang dialami oleh pihak pemda dalam hal
mewujudkan implementasi e-gov yang ideal. Faktor yang memiliki keterkaitan dengan belum
baiknya pelaksanaan e-gov adalah belum adanya SDM yang memadai atu mini dari segi
kemampuan dalam pengelolaan situs pada pemda sehingga masih banyak pemerintah kota
dan kabupaten yang ragu dalam menerapkan e-gov dan bertahan dengan proses pelayanan
yang lamban.

Anda mungkin juga menyukai