Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

RANSUM RUMINANSIA
(221 I 1103)

OLEH :

SURIANI
I011 18 1031

LABORATORIUM RANSUM RUMINANSIA


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020

i
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
RANSUM RUMINANSIA
(221I1103)

Oleh :

SURIANI
I011 18 1031

Disusun sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada


Mata Kuliah Ransum Ruminansia (221I1103)
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,
Makassar

LABORATORIUM RANSUM RUMINANSIA


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Laporan Lengkap Praktikum Ransum Ruminansia


(221I1103)

Laporan lengkap : Disusun sebagai Salah Satu Syarat Kelulusa pada


Mata Kuliah Ransum Ruminansia (221I1103)
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,
Makassar

Nama : Suriani

NIM : I011 18 1031

Kelompok : I (SATU)

Laporan ini Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh :

Koordinator Asisten Asisten Pembimbing

Fakhruddin Wakano, S. Pt Farliansyah


NIM. I111 16 560

Mengetahui :
Koordinator Mata Kuliah
Ransum Ruminansia

Dr. Ir. Rohmiyatul Islamiyati, MP


NIP. 196508191990032001
Tanggal Pengesahan : Mei 2020

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas rahmat dan nikmat yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan Laporan Lengkap Praktikum Ransum Ruminansia yang

merupakan tugas praktikum mata kuliah Ilmu Ransum Ruminansia.

Terselesainya laporan ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak yang telah

memberikan kepada penulis berupa motivasi, baik materi maupun moril. Oleh karena

itu, penulis bermaksud mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang

tak dapat saya sebutkan satu persatu, semua yang telah membantu terselesaikannya

laporan ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini belum mencapai

kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan dari berbagai pihak demi kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penulis

berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Takalar, 22 Mei 2020

Suriani

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... viii
PRAKTIKUM I MANAJEMEN PEMELIHARAAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................ 2
Tujuan dan Manfaat ................................................................................ 3
PEMBAHASAN
Tahapan-Tahapan Pemeliharaan ............................................................. 4
Hasil Perhitungan Bahan Kering............................................................. 5

PENUTUP

Kesimpulan.............................................................................................. 7
Saran........................................................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 8

LAMPIRAN .................................................................................................... 9

PRAKTIKUM II ORGAN PENCERNAAN TERNAK RUMINANISA

PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................ 12
Tujuan dan Manfaat ................................................................................ 13
PEMBAHASAN

Organ Pencernaan Ternak Ruminansia ................................................... 14


Bagian-Bagian Pencernaan Ruminansia.................................................. 16

v
PENUTUP

Kesimpulan.............................................................................................. 20
Saran........................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 21

vi
DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman


1. Hasil Perhitungan Bahan Kering ............................................................. 5

vii
DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman


1. Hasil Perhitungan Bahan Kering ............................................................. 9

viii
LAPORAN INDIVIDU
RANSUM RUMINANSIA

MANAJEMEN PEMELIHARAAN

OLEH

NAMA : SURIANI
NIM : I011 18 1031
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN : FARLIANSYAH

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020

1
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah

maupun yang tidak diolah,yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup,

berproduksi dan berkembang biak. Pakan ternak ruminansia terdiri dari pakan hijauan

dan pakan penguat (konsentrat). Pakan hijauan adalah semua bahan pakan yang

berasal dari tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-daunan, terkadang termasuk

batang, ranting dan bunga (Syam dkk., 2016).

Sebagai hewan herbivora kebutuhan pakan utama kambing adalah hijauan.

Kambing biasanya membutuhkan hijauan sekitar 10% dari berat hidupnya. Beberapa

hijauan yang bisa diberikan untuk pakan kambing adalah daun Gliricidea, turi,

nangka, kaliandra, mahoni, singkong (Manihot utilisima), ubi jalar (Ipomea batatas),

mangga (Mangifera indica), durian (Durio zibhetinus), dan rumput gajah. Hijauan

yang diberikan sebaiknya tidak hanya satu jenis, tetapi dicampur (Kusuma dan

Irmansah, 2009).

Konsentrat adalah jenis bahan pakan kambing yang mempunyai kandungan

gizi tinggi. Bahan pakan konsentrat ini umumnya berasal dari hasil ikutan pengolahan

produk pertanian, misalnya dedak padi, dedak jagung, bungkil kelapa, ampas kecap,

tetes tebu, dll. Konsentrat diberikan pada kambing apabila hijauan yang diberikan

hanya berupa rumput. Pemberian konsentrat ini dapat dilakukan terpisah dari hijauan

maupun dicampur (Susilawati, 2013). Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya

Praktikum Ransum Ruminansia

2
Tujuan dan Manfaat

Tujuan dilakukannya Praktikum Ransum Ruminansia yaitu manajemen

pemeliharaan agar mahasiswa dapat mengetahui apa-apa saja tahapan yang

dillakukan dalam menajemen pemeliharaan ternak serta mengetahui cara menghitung

konsumsi bahan kering (BK) yang dimakan oleh ternak.

Manfaat dilakukannya Praktikum Ransum Ruminansia yaitu manajemen

pemeliharaan agar mahasiswa mengetahui tahapan dalam manajemen pemliharan

ternak serta mengetahui cara menghitung Konsumsi bahan kering (BK) yang dimakan

oleh ternak

3
PEMBAHASAN

Tahapan- Tahapan Pemeliharaan

Berdasarkan video pembelajaran, manajemen pemeliharaan ternak diawali

dengan pengambilan pakan seperti rumput kemudian memotong rumput ke bentuk

yang lebih kecil dengan menggunakan parang agar mudah dikonsumsi oleh ternak

kambing. setelah itu menimbang pakan konsentrat, silase dan hijauan segar dengan

menggunakan timbangan duduk. Kemudian melakukan pembersihan feses dan urin

ternak setiap pagi dan sore lalu memberikan pakan pada ternak secara bergantian

pada jam 07.00 WITA (pagi) dan 16.00 WITA (sore). Ternak diberi pakan (BK)

3,5% dari berat badan terdiri dari hijauan 70% dan konsentrat 30%. Keesokan harinya

pada jam 07.00 menimbang sisa pakan.

Tujuan dari manajemen pemeliharaan ternak ini agar kita dapat mengetahui

konsumsi bahan kering (BK) pakan pada ternak ruminansia. Konsumsi bahan kering

(BK) pakan per-ekor/hari adalah jumlah bahan kering pakan yang dimakan oleh

seekor ternak selama 24 jam (1 hari). Konsumsi dipengaruhi beberapa faktor antara

lain: umur, bangsa, kondisi lingkungan, kondisi fisiologi, dan kalori protein pakan.

Adapun alat yang digunakan dalam manajemen pemeliharaan ternak kambing yaitu

kandang individu yang dilengkapi tempat pakan dan air minum, timbangan ternak

dan pakan, parang, ember/ baskom. Bahan yang digunakan yaitu pakan konsentrat,

pakan silase, pakan hijauan, dan ternak kambing.

4
Hasil Perhitungan Bahan Kering

Tabel 1. Perhitungan Konsumsi BK


Berat Kebutuhan Pakan Waktu Sisa Total
Ternak BK Segar Pemberian Pakan pakan konsumsi
Pagi Sore BK

H K H K H K H K H K
(gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr)
2800 612,5 262,5 3062,5 289,2 1800 170 1700 130 3369 197 847,16
Sumber : Praktikum Ransum Ruminansia, Fakultas Peternakan, Universitas
Hasanuddin 2020.

Berdasarkan tabel 1 diatas didapatkan hasil total konsumsi bahan kering pada

kambing yaitu sebanyak 847,14 gr. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa total

konsumsi bahan kering kambing belum mencapai standar yang dapat mempengaruhi

penambahan bobot badan harian hal ini terjadi karena pengaruh berat badan

kambing. Hal ini sesuai dengan pendapat Mide (2017) yang menyatakan bahwa

Tinggi rendahnya konsumsi bahan kering dipengaruhi berat badan kambing, dan

makin tinggi berat badan konsumsi pakan makin tinggi, jenis dan bentuk fisik pakan,

kualitas dan cara pengolahan pakan.

Berdasarkan tabel 1 diatas bahwa konsumsi bahan kering kambing biasanya

dipengaruhi oleh kondisi tubuh ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Kusnawan

(2017) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi bahan

kering oleh ternak termasuk berat tubuh, kondisi tubuh, tingkat produksi. Faktor lain

seperti kualitas dan ketersediaan hijauan, jumlah dan jenis suplemen, termasuk

lingkungan.

5
Berdasarkan tabel 1 diatas bahwa pemberian pakan hijauan dan konsentrat

pada ternak secara teratur pagi dan sore agar dapat meningkatkan kecernaan

konsumsi bahan kering pada ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Suwigayo dkk

(2016) yang menyatakan bahwa konsumsi bahan kering merupakan salah satu faktor

yang sangat penting karena kapasitas mengkonsumsi pakan secara aktif merupakan

faktor pembatas mendasar dalam pemanfaatan pakan. Pemberian pakan secara

adlibitum memungkinkan aktivitas mikroba rumen dan laju fermentasi menjadi

meningkat, kecernaan dan laju partikel makanan dari rumen bertambah, sehingga

dengan demikian konsumsi juga semakin meningkat.

6
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mengenai Konsumsi Bahan

Kering dapat disimpulkan bahwa ternak ruminansia khususnya kambing. Sebaiknya

diberikan konsentrat terlebih dahulu sebelum memberikan pakan hijauan, dimana

konsentrat dapat meningkatkan kecernaan pada ternak. Pakan ternak dapat berupa

hijauan (rumput rumputan) ataupun konsentrat. Manajemen Pemeliharaan merupakan

salah satu faktor penting yang diperhatikan, penentu keberhasilan usaha ternak

kambing tanpa manajemen pemeliharaan yang baik maka resiko peternak mengalami

kerugian sangat besar, jika pemeliharannya ditingkatkan maka akan meningkatkan

keuntungan yang maksimal.

Saran

Praktikum seperti ini sangatlah tidak kondusif dilakukan karena sebagai

praktikan hanya mendapatkan teori saja tanpa mengetahui secara langsung apa-apa

saja yang dilakukan ketika pemeliharaan serta adanya terkendala oleh jaringan

disetiap kampung.

7
DAFTAR PUSTAKA

Mide, M. Z. 2017. Pengaruh pemberian pakan komplit mengandung berbagai level


tongkol jagung terhadap penampilan kambing jantan. Jurnal Telnosains.
11(1):42-48.
Kusnawan, M. 2017. Korelasi Antara Konsumsi Bahan Kering dengan Kandungan
Nutrient Ransum Kambing Yang Diberi Ransum Basal Rumput Benggala
dan isuplementasi dengan Daun Lamtoro Atau Gamal. Skripsi. Fakultas
Peternakan, Universitas Hasanuddin Makassar.
Kusuma BD dan Irmansah. 2009. Menghasilkan Kambing Peranakan Etawa Jawara
Kontes. Tangerang: Agromedia Pustaka.

Suwignyo, B., Wijaya, U. A., Indriani, R., Kurniawati, A., Widiyono, I., & Sarmin, S.
(2016). Konsumsi, kecernaan nutrien, perubahan berat badan dan status
fisiologis kambing Bligon jantan dengan pembatasan pakan. Jurnal Sain
Veteriner, 34(2): 210-219.

Syam. J., A.L. Tolleng., dan Umar. 2016. Pengaruh pemberian pakan konsentrat dan
urea molasses blok UMB terhadap hematocrit sapi potong. Jurnal ilmu dan
industri peternakan. 2 (3):1-6

8
LAMPIRAN

Diketahui Kambing dengan Berat Badan 25 kg.

Kebutuhan Pokok 3,5% Berat Badan

3,5/100 x 25 kg = 875 g BK

Imbangan Hijauan dan Konsentrat 70% : 30%

Pertanyaan: Berapakah Konsumsi BK Total Kambing tersebut?

Jawab:

1. Konversi ke Konsumsi Bahan Kering

 Pemberian Hijauan 70/100 x 875 g = 612,5 g BK

 Pemberian Konsentrat 30/100 x 875 g = 262,5 g BK

2. Konsumsi dalam Bentuk Pakan Segar

 Asumsi BK Hijauan 20% maka dalam keadaan segar diberikan 100/20 x


612,5=3062,5 g

(2,5- 3 kg) ~ Pemberian secara adlibitum (dilebihkan menjadi 3 kg)

 Asumsi BK Konsentrat 88% maka dalam keadaan segar diberikan 100/88 x


262=298,29g

(103 g)

 Pemberian pada Pagi Hari : Hijauan = 1,5 kg (1500 g)

Konsentrat = 53 g

 Pemberian pada Sore Hari : Hijauan = 1,5 kg (1500 g)

Konsentrat = 50 g

3. Mengitung Sisa Pakan

Menghitung Sisa pakan besok paginya = .....?

9
 Hijauan diberikan 3000 g, Sisa pakan yaitu 131 g

Maka konsumsi hijauan segar 3000 – 131 = 2869 g

 Konsentrat Habis

Maka konsumsi konsentrat segar 103 g

4. Menghitung Total Konsumsi BK

Konsumsi BK

 Hijauan; 20/100 x 2869 = 2869,2 g


 Konsentrat; 88/100 x 103 = 90,64 g

Jadi, total konsumsi BK yaitu 2959,84 g (sudah melebihi 3,5% kebutuhan pokok)

10
LAPORAN INDIVIDU
RANSUM RUMINANSIA

ORGAN PENCERNAAN TERNAK RUMINANSIA

OLEH

NAMA : SURIANI
NIM : I011 18 1031
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN : FARLIANSYAH

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020

11
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ternak ruminansia merupakan hewan yang sangat mudah beradaptasi

dengan berbagai jenis pakan yang tersedia, karena mempunyai perut sejati yaitu

rumen yang bisa memfermentasi semua jenis bahan pakan memanfaatkan mikroba

yang terdapat di dalamnya. Peran mikroba pada ternak ruminansia sangat penting,

karena 65% pakan utama ruminansia adalah mikroba. Produktivitas ternak ditentukan

oleh kualitas dan kuantitas pakan yang dikonsumsi dan kandungan zatzat anti nutrisi

seperti tannin, lignin, saponin, dan tagitinin (Firsoni dan Lisanti, 2017).

Ruminansia mempunyai lambung ganda, ada sebanyak empat bagian, yaitu

rumen, retikulum, omasum, dan abomasum. Rumen dan retikulum memegang

peranan penting dalam saluran pencernaan ruminansia. Proses fermentasi pakan

terjadi di dalam rumen dan siklus utama motilitas rumen selalu dimulai dengan

kontraksi retikulum (Braun dan Jacquat, 2011).

Ternak ruminansia memiliki sistem pencernaan yng kompleks, di mana

lambungnya terdiri atas lambung depan dan lambung belakang sejati. Lambung

depan yaitu rumen (perut handuk), retikulum (perut jala), dan omasum (perut kitab)

serta lambung sejati adalah abomasum (perut kelenjar). Pencernaan pada ternak

ruminansia mengalami tiga proses, yaitu; pencernaan mekanik, pencernaan

fermentatif, dan pencernaan hidrolitik atau enzimatis (Risky dan Dewandi, 2017).

Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya Praktikum Ransum Ruminansia.

12
Tujuan dan Manfaat

Tujuan dilakukannya Praktikum Ransum Ruminansia yaitu organ

pencernaan ternak ruminansia aagar mahasiswa dapat mengetahui organ-organ yang

terdapat dalam ternak ruminansia beserta fungsinya

Manfaat dilakukannya Praktikum Ransum Ruminansia yaitu organ

pencernaan ternak ruminansia agar mahasiswa mengetahui organ-organ yang

terdapat dalam ternak ruminansia beserta fungsinya.

13
PEMBAHASAN

Organ Pencernaan Ternak Ruminansia

Sistem pencernaan ternak ruminansia merupakan serangkain proses

pencernaan yang terdiri dari proses fisik, enzimatik, dan kimiawi. Keselurahan sistem

terdiri atas berbagai bentuk organ dan jaringan mulai dari rongga mulut yang

dilengkapi dengan gigi sebagai alat pengunyah atau pencacah makanan yang bekerja

secara mekanis dan seterusnya melalui peranan lidah makanan bisa dikunyah dengan

bantuan kelenjar ludah yang memproduksi air liur yang nantinya air liur ini juga

berperan dalam menjaga keseimbangan pH di dalam rumen, dari mulut ke perut yang

terdiri atas empat bagian atau ruang, yaitu rumen sebagai bagian dari perut yang

paling besar, serta retikulum, omasum, dan abomasum. Makanan dari perut

diteruskan ke usus halus yang secara berurutan terdiri atas duodenum, jejenum, dan

ileum. Organ-organ kelenjar seperti hati, kandung empedu, dan kelenjar pankreas

akan berperan dalam proses pencernaan lebih lanjut di dalam usus halus. Rangkaian

organ pencernaan terakhir adalah usus besar, yaitu sekum, kolon, dan rektum,

kemudian sisa makanan yang tidak tercerna berwujud tinja dikeluarkan melewati

anus sebagai pintu lintasan pencernaan terluar. Berbagai jaringan limfoid yaitu tonsil,

peyer’s patches dan bentuk jaringan limfoid lainnya menyebar sepanjang alat

pencernaan dimana kesemuannya memiliki peran masing-masing dalam proses

pencernaan makanan. Rumen mempunyai peranan penting dalam mencerna serat

kasar. Makanan yang berada dalam rumen dan retikulum akan dicerna oleh sejumlah

komponen hidup yang disebut mikroorganisme seperti bakteri, protozoa, khamir, dan

14
kapang yang secara normal ada dalam lambung sapi. Pakan yang telah ditelan

dimuntahkan kembali melalui proses regurgitasi dan kemudian dikunyah serta

dicampur dengan ludah sewaktu sapi tersebut dalam keadaan istirahat. Makanan yang

telah dikunyah kembali secara fisik dan berubah kondisinya menjadi lebih lumat

selanjutnya menuju rumen, retikulum, omasum dan abomasum.

Sapi disebut juga hewan ruminansia karena sapi bisa mengunyah kembali

makanannya hal ini karena sapi mempunyai lambung yang terbagi menjadi empat

ruang yaitu rumen, reticulum, omasum dan abomasum. Bolus yang masuk pertama

kali di rumen adapun sebagian mausk kedalam reticulum, didalam rumen maupun

reticulum terdapat organisme mutualistic yang berreproduksi cukup cepat.

Mikroorganisme ini bekerja mengolah bolus yang kaya akan selulosa. Sapi secara

periodic meregurgiitasi dan menguyah kembaloi bolus yang kemudian memecah serat

menyebabkan ;lebih mudah diolah. Sapi kemudia menelan kembali mamahan dan

selanjutnya akan memasuki omasum tempat air dihilangkan, mamahan yang banyak

sekali mengandung mikroorganisme tersebut akhirnya masuk ke abomasum untuk

dicerna oleh enzim-enzim milik sapi itu sendiri. Pencernaan selanjutnya berlangsung

di usus halus, usus besar dan kemudian rectum dan diekskresi melalui anus.

15
B. Bagian-Bagian Pencernaan Ruminansia

1. Rumen

Rumen adalah bagian yang mempunyai volume sekitar 70 – 75% dari total

saluran pencernaan, bentuk rumen ini menyerupai handuk. Peranan rumen sangat

penting karena 60-90% dari kecernaan total berlangsung di dalam organ tersebut.

Dalam rumen, pakan akan mengalami degradasi oleh aktivitas mikroorganisme

sekitar 20 jam sejak pertama didegradasi, yang selanjutnya produk dari degradasi ini

akan difermentasikan (Usman, 2017).

Fermentasi di dalam rumen merupakan interaksi yang sangat komplek di

antara mikroba tersebut dan dipengaruhi oleh struktur nutrien pakan dimana ini akan

berpengaruh terhadap populasi protozoa. Kondisi bagi mikroba rumen agar dapat

melakukan aktivitas secara optimal apabila pH rumen berada pada kondisi normal

yaitu 6-6,9. Mikroba di dalam rumen sangat penting dalam menentukan produksi

ternak ruminansia, karena memungkinkan ternak ruminansia memanfaatkan pakan

serat, pakan limbah yang tidak bermanfaat bagi manusia menjadi bahan makanan

yang bermutu tinggi. Amonia adalah sumber nitrogen utama dan sangat penting untuk

sintesis protein mikroba rumen. Amonia hasil perombakan protein pakan di dalam

rumen akan digunakan sebagai sumber nitrogen utama untuk sintesis protein

mikroba. Konsentrasi N-NH3 dalam rumen merupakan suatu hal yang perlu

diperhatikan. Kisaran konsentrasi NH3 yang optimal untuk sintesis protein mikroba

rumen berkisar 6 - 21 mMol. Selanjutnya dikatakan, faktor utama yang

mempengaruhi penggunaan N-NH3 adalah ketersediaan karbohidrat dalam ransum

16
yang berfungsi sebagai sumber energy untuk pembentukan protein mikroba. Oleh

karena itu, untuk memperoleh efisiensi sintesis protein mikroba yang maksimal, maka

ketersediaan N dan energi di dalam rumen harus seimbang. Keseimbangan ini akan

diperoleh dengan pemberian pakan yang cermat dengan memperhitungkan hijauan

sebagai sumber protein dan sumber energi (Suryani dkk., 2015).

2. Retikulum

Retikulum merupakan perut yang mempunyai bentuk permukaan menyerupai

sarang tawon, dengan struktur yang halus dan licin serta berhubungan langsung

dengan rumen. Retikulum membantu proses ruminasi dimana bolus diregurgitasikan

ke dalam mulut (Pudjiati., dkk. 2019).

Struktur histologi retikulum ruminansia terdiri atas empat lapisan, yaitu

tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis, dan tunika serosa. Pada tunika

mukosa tedapat tiga lamina, yaitu lamina epitelia, lamina propria, dan lamina

muskularis mukosa. Tunika mukosa retikulum membentuk lipatan yang saling

terhubung dan memberikan tampilan seperti sarang lebah. Epitelium mukosa

retikulum berbentuk pipih berlapis yang mengalami keratinasi. Lamina propria juga

tersusun atas jaringan ikat longgar yang mengandung serat kolagen, pembuluh darah

dapat terlihat jelas pada lamina propria ini, akan tetapi pada lamina propria retikulum

tidak ditemukan adanya kelenjar. Ciri khas dari retikulum terdapat pada lamina

muskularis mukosa yang membentuk lipatan memanjang (Agarvion dkk., 2018).

3. Omasum

Omasum merupakan lambung yang sebenarnya pada ruminansia dimana pada

omasum ini terjadi pencampuran makanan dengan enzim pencernaan kemudian

17
terjadi penyerapan sari-sari makanan. Sistem pencernaan pada ruminansia yang

paling utama adalah pada saat terjadi di rumen dan retikulum dimana pada bagian ini

terjadi penyerapan barang-barang yang masuk ke dalam mulut ternak, sehingga tidak

membahayakan dari ternak itu sendiri (Depari dkk, 2017).

Secara garis besar struktur histologi omasum hampir sama dengan struktur

histologi retikulum, yaitu terdiri dari tunika mukosa, tunika submukosa, tunika

muskularis, dan tunika serosa, dimana tunika mukosa ini terdiri dari tiga lamina yaitu

lamina epitelia, lamina propria, dan lamina muskularis mukosa. Bentuk epitel dari

tunika mukosa omasum adalah epitel pipih berlapis keratinasi. Lamina propria dari

mukosa omasum tersusun dari jaringan ikat longgar, sel plasma tersebar sepanjang

jaringan ikat longgar tersebut. Serabut otot polos dari muskularis mukosa membentuk

kumpulan dan lapisan sepanjang lamina propria. Tunika submukosa omasum sangat

tipis yang terdiri dari jaringan ikat longgar kolagen dan pembuluh darah. Selain itu,

pada serabut kolagen juga ditandai dengan adanya fibroblas, sel plasma, dan limfosit

(Agravion dkk., 2018).

4. Abomasum

Histologis abomasum pada sapi aceh terdiri dari empat lapisan yaitu, tunika

mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis, dan tunika serosa. Mukosa abomasum

menyebar ke tiga wilayah yaitu daerah kardia, fundus, dan pilorus. Sel permukaan

mukosa abomasum adalah epitel silindris selapis dengan inti berbentuk oval yang

terletak bagian basal. Lamina propria dari mukosa abomasum banyak terdapat serat

kolagen, retikuler, dan nodulus limfoideus. Pada lamina propria juga terdapat kelenjar

18
kardia dengan ujung kelenjar membentuk gulungan dan lumen terlihat jelas dengan

epitel berbentuk kubus. Kelenjar kardia berfungsi menghasilkan lendir (mukus)

(Agravion dkk., 2018).

Permukaan dalam dari jaringan abomasum sapi bali jantan dilapisi oleh

mukosa damana sel–selnya mengeluarkan berbagai jenis cairan seperti enzim, asam

lambung dan hormon, dengan rata–rata panjang 574,74±27,54μm yang tersusun oleh

sel epitel kolumnar simplex atau epitelium selapis dengan rata–rata panjang

16,11±2,18μm dan lebar 7,90±2,27μm. Permukaan jaringan abomasum ini melekuk

ke arah dalam membentuk sumur–sumur yang cukup dalam dan melanjutkan ke

bawah membentuk kelenjar eksokrin. Kelenjar–kelenjar tersebut terbenam dalam

lamina propria, di dalam lamina propria ditemukan jaringan ikat longgar dengan rata–

rata lebar 36,2±4,21μm dan pembuluh darah (Susilawati, 2016).

19
PENUTUP

Kesimpulan

Sistem pencernaan ternak ruminansia merupakan serangkain proses

pencernaan yang terdiri dari proses fisik, enzimatik, dan kimiawi. Sapi disebut juga

hewan ruminansia karena sapi bisa mengunyah kembali makanannya hal ini karena

sapi mempunyai lambung yang terbagi menjadi empat ruang yaitu rumen, reticulum,

omasum dan abomasum. Rumen pada ternak ruminansia hampir menyerupai handuk

sehingga rumen sering disebut sebagai perut handuk. Retikulum pada ternak

ruminansia menyerupai bentuk sarang tawon atau sering di sebut sebagai perut jala,

Omasum merupakan lambung ketiga dari ternak ruminansia yang permukaannya

terdiri atas lipatan-lipatan, sehingga nampak berlapis-lapis, dan Abomasum atau di

sebut juga dengan perut masam atau sebenarnya di sebut dengan lambung karena

Abomasum merupakan tempat pertama terjadinya pencernaan pakan secara kimiawi,

karena adanya sekresi getah lambung

Saran

Praktikum seperi ini sangatlah tidak kondusif dilakukan karena sebagai

praktikan hanya mendapatkan teori saja tanpa mengetahui secara langsung apa-apa

saja yang dilakukan ketika pemeliharaan serta adanya kendala jaringan di kampung.

20
DAFTAR PUSTAKA

Agravion, R., D. Masyitha, Zainuddin, M. Jalaluddin, Nazaruddin dan A. Sayuti.


2018. Studi histologi lambung sapi Aceh. JIMVET. Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Syiah Kuala. 2(1): 262-7.

Braun U, Jacquat, D. 2011. Ultrasonography of the retikulum in 30 healthy Saanen


goats. Acta Veterinaria Scandinavica. 53:19.

Depari, E. E. Dan A. Farhani. 2017. Gambaran histopatologi rumen dan retikulum


sapi Bali akibat adanya benda asing. Jurnal Sains Veteriner. 35 (1) : 35-41.

Firsoni dan E. Lisanti. 2017. Potensi pakan ruminansia dengan penampilan produksi
gas secara in vitro. Jurnal Petenakan Indonesia. Universitas Negeri Jakarta.
19(3): 140-148.

Pudjiati., E. Rianto., dan C, M. Lestari. 2019. Pemanfaatan Protein Pada Kambing


Kacang Lepas Sapi yang Diberikan Pakan Dengan Kandungan Protein dan
Total Digestible Nutriens yang Berbeda . Diss. Faculty Of Animal
Agricultural Scinles.

Risky, Dan Deswandi .2017 Pengaruh Campuran Jerami Amoniasi Dan Limbah
Darah Rph Di Dalam Ransum Sapi Potong Terhadap Konsumsi Bahan
Kering, Bahan Organik, Dan Kecernaannya. Diss. Universitas Andalas.

Suryani, N. N., I K. M. Budiasa dan I P. A. Astawa. 2018. Fermentasi rumen dan


sintesis protein mikroba kambing peranakan etawayang diberi pakan dengan
komposisi hijauan beragam dan level kosentrat berbeda. Majalah Ilmiah
Peternakan. 17(2): 56-60.

Susilawati. 2016. Fisiologi nutrisi abomasum sapi bali jantan. Publikasi Ilmiah.
Fakultas Peternakan Universitas Mataram. Mataram : 1-11.

Usman, Y. 2017. Pemberian pakan serat sisa tanaman pertanian (jerami kacang tanah,
jerami jagung dan pucuk tebu) terhadap evolusi pH, N-NH3 dan VFA di
dalam rumen. Agripet. 13 (2) : 53-8.

21

Anda mungkin juga menyukai