Anda di halaman 1dari 16

PENGERTIAN DAN RUANG

LINGKUP KEWIRAUSAHAAN

KEWIRAUSAHAAN

DELLA FADHILATUNISA, SE.,M.Ak.,Ak.,MOS

OLEH:

KELOMPOK I

ANDI NURUL AZIZAH (105751104716)

RESTY HARDIYANTHY E.R (105751103816)

TANTY IRWANTI ()

REZA WAHYUDI ()

D3-PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2018/2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................ii
1.1 Latar Belakang..........................................................................................ii
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................ii
1.3 Tujuan Makalah........................................................................................ii
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................1
2.1 PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN.....................................................1
2.2 RUANG LINGKUP KEWIRAUSAHAAN..............................................3
2.3 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN.................5
BAB III PENUTUP...............................................................................................iii
3.1 Kesimpulan..............................................................................................iii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................iv

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan kreatif dan inovatif


yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju
sukses. Sesuatu yang baru dan berbeda adalah nilai tambah barang dan jasa yang
menjadi sumber keuanggulan untuk dijadikan peluang. Jadi, kewirausahaan
merupakan suatu kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui
proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda.

      Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah


atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan
seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui
pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat
kewirausahaan menjadi berkembang.

Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut wirausahawan.


Muncul pertanyaan mengapa seorang wirausahawan (entrepreneur) mempunyai
cara berpikir yang berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka mempunyai
motivasi, panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang sangat terkait dengan nilai
nilai, sikap dan perilaku sebagai manusia unggul. Pada makalah ini dijelaskan
tentang pengertian, hakekat, ciri-ciri dan karakteristik dan peran kewirausahaan
dalam perekonomian nasional.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian kewirausahaan?
2. Apa tujuan dan manfaat kewirausahaan ?
3. Apa saja ruang lingkup kewirausahaan ?
4. Bagaimana Sejarah terbentuknya sejarah Kewirausahaan ?

1.3 Tujuan Makalah


1. Memahami materi-materi yang sudah dijelasakan dalam pokok
pembahasan mata kuliah kewirausahaan

ii
iii
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN

Saat ini Indonesia belum pulih benar dari krisis multidimensi sejak tahun
1997. Angka pengagguran masih relative tinggi, sementara angka kemiskinan
juga tidak kunjung menurun secara signifikan. Dalam situasi seperti ini semua
pihak ditantang untuk mengatasi permasalahan semacam ini. Salah satu
alternative yang paling popular adalah mengembangkan sikap dan prilaku
kewirausahaan masyarakat.

 Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira berarti :pejuang,
pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah beranidan berwatak
agung. Usaha, berarti perbuatan amal, bekerja, berbuatsesuatu. Jadi wirausaha
adalah pejuang atau pahlawan yang berbuatsesuatu. Ini baru dari segi etimologi
(asal usul kata). Menurut KamusBesar Bahasa Indonesia,

Wirausaha adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk


baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan
produk baru, mengatur permodalan operasinya serta memasarkannya. Dalam
lampiran Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusahan Kecil Nomor
961/KEP/M/XI/1995, dicantumkan bahwa: Wirausaha adalah orang yang
mempunyai semangat, sikap, perilakudan kemampuan kewirausahaan.

Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan


kemampuanseseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarahpada
upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja,teknologi dan produk
baru dengan meningkatkan efisiensi dalamrangka memberikan pelayanan yang
lebih baik dan atau memperolehkeuntungan yang lebih besar.

1
Jadi wirausaha itu mengarah kepada orang yang melakukan usaha /
kegiatan sendiri dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan
kewirausahaan menunjuk kepada sikap mental yang dimiliki seorang wirausaha
dalam melaksanakan usaha atau kegiatan.

Kewirausahaan dilihat dari sumber daya yang ada di dalamnya adalah


seseorang yang membawa sumber daya berupa tenaga kerja, material, dan asset
lainnya pada suatu kombinasi yang menambahkan nilai yang lebih besar dari pada
sebelumnya dan juga dilekatkan pada orang yang membawa perubahan, inovasi,
dan aturan baru.Kewirausahaan dalam arti proses yang dinamis
adalahkewirausahaan merupakan sebuah proses mengkreasikan
denganmenambahkan nilai sesuatu yang dicapai melalui usaha keras dan
waktuyang tepat dengan memperkirakan dana pendukung, fisik, dan resikosocial,
dan akan menerima reward yang berupa keuangan dan kepuasanserta kemandirian
personal.Melalui pengertian tersebut terdapat empat hal yang dimiliki olehseorang
wirausahawan yakni:

1) Proses berkreasi yakni mengkreasikan sesuatu yang baru dengan


menambahkan nilainya. Pertambahan nilai ini tidak hanya diakui
olehwirausahawan semata namun juga audiens yang akan
menggunakanhasil kreasi tersebut.
2) Komitmen yang tinggi terhadap penggunaan waktu dan usaha yang
diberikan. Semakin besar fokus dan perhatian yang diberikan dalam usaha
ini maka akan mendukung proses kreasi yang akan timbul
dalamkewirausahaan.
3) Memperkirakan resiko yang mungkin timbul. Dalam hal ini resiko
yangmungkin terjadi berkisar pada resiko keuangan, fisik dan resiko
social.
4) Memperoleh reward. Dalam hal ini reward yang terpenting
adalahindependensi atau kebebasan yang diikuti dengan kepuasan
pribadi.Sedangkan reward berupa uang biasanya dianggap sebagai
suatubentukderajat kesuksesan usahanya.

2
Tujuan Kewirausahaan:

a. Meningkatkan Jumlah wirausaha yang berkualitas


b. Menyadarkan masyarakat atau memberikan kesadaran berwirausaha yang
tangguh dan kuat terhadap masyarakat
c. Menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat
d. Membudayakan semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan
di kalangan masyarakat.

Sasaran Kewirausahaan:

a. Instansi pemerintah, BUMN, organisasi profesi dan kelompok masyarakat


b. Pelaku ekonomi: pengusaha kecil, koperasi
c. Generasi Muda: anak-anak putus sekolah, calon wirausahawan.

Manfaat Kewirausahan:

a. Memperkuat pertumbuhan ekonomi


b. Menambah daya tampung tenaga kerja
c. Sebagai generator pembangunan lingkungan, pribadi, distribusi,
pemeliharaan lingkungan dan kesejahteraan
d. Memberi contoh bagaimana bekerja keras, tekun dan memeiliki pribadi
unggul yang patut diteladai
e. Mendidik karyawan jadi orang mandiri, disiplin tekun, jujur dalam
menghadapi pekerjaan
f. Mendidik masyarakat hidup efisien dan sederhana

2.2 RUANG LINGKUP KEWIRAUSAHAAN

Ruang lingkup kewirausahaan sangat luas sekali, secara umum , ruang


lingkup kewirausahaan adalah bergerak dalam bisnis. Jika diuraikan secara rinci
ruang lingkup kewirausahaan , bergerak dalam bidang :

3
1. Lapangan agraris

1) Pertanian
2) Perkebunan dan kehutanan

2. Lapangan perikanan

1) Pemeliharaan ikan
2) Penetasan ikan
3) Makanan ikan
4) Pengangkutan ikan

3. Lapangan peternakan

1) Bangsa burung atau unggas


2) Bangsa binatang menyusui

4. Lapangan perindustrian dan kerajinan

1) Industry besar
2) Industry menengah
3) Industry kecil
4) Pengrajin

(a) Pengolahan hasil pertanian


(b) Penegolahan hasil perkebunan
(c) Pengolahan hasil perikanan
(d) Pengolahan hasil perikanan
(e) Pengolahan hasil peternakan
(f) Pengolahan hasil kehutanan

5. Lapangan pertambangan dan energy


6. Lapangan perdagangan

4
1) Sebagai pedangan besar
2) Sebagai pedagang menengah
3) Sebagai pedagang kecil

7. Lapangan pemberi jasa

1) Sebagai pedagang perantara


2) Sebagi pemberi kredit atau perbankan
3) Sebagi pengusaha angkutan
4) Sebagai pengusaha hotel dan restoran
5) Sebagi pengusaha biro jasa travel pariwisata
6) Sebagai pengusaha asuransi, pergudangan, perbengkelan, koperasi, tata
busana, Dll.

2.3 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN


Para wirausahawan dunia modern muncul petama kali di Inggris pada
masa revolusi industri pada akhir abad ke XVIII. Para wirausahawan awal ini
mempunyai karakteristik kesabaran dan tenaga yang tidak terbatas. Beberapa
adalah orang-orang yang mempunyai uang, tetapi bukan berasal dari golongan
bangsawan. Mereka muncul dari kelas menengah ke bawah, yang didorong oleh
keinginan untuk mewujudkan impian dan gagasan inovatif menjadi kenyataan.
Tujuan utama mereka adalah pertumbuhan dan perluasan organisasi-organisasi
mereka. Mereka percaya pada nilai kerja yang mereka lakukan, mereka tidak
mementingkan keuntungan dan kekayaan sebagai tujuan pertama. Keberhasilan
memberi arti dan kebanggaan pada usaha yang mereka lakukan.
Kewirausahaan dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan entrepreneur.
Diduga, kata itu diadopsi dari bahasa Perancis yang berarti between-taker atau go-
between (perantara). Istilah kewirausahaan yang masuk dalam kamus bisnis tahun
1980-an memiliki definisi yang berbeda-beda. Ada dua pendekatan yang

5
dilakukan di dalam mendefinisikan kewirausahaan, yaitu pendekatan fungsional
dan pendekatan kewirausahaan sisi penawaran.
Pendekatan fungsional menekankan peranan kewirausahaan dalam
perekonomian seperti mengemban suatu resiko karena melakukan pembelian pada
suatu tingkat harga tertentu dan menjualnya pada tingkat harga yang tidak
menentu, melakukan kegiatan-kegiatan produksi dan inovasi, serta menyebabkan
atau memberikan reaksi terhadap gejolak-gejolak ekonomi.
Pendekatan kewirausahaan sisi penawaran menekankan kepada sifat-sifat
individual yang dimiliki para pengusaha. Pendekatan ini mengatakan bahwa sifat-
sifat tertentu seperti keinginan untuk berprestasi dan kemampuan untuk
mengontrol serta menanggung resiko dari tindakan yang mereka lakukan sebagai
sifat-sifat dari wirausaha.
Entrepreneur dan fungsinya yang unik sebagai penanggung resiko,
pertama kali dikemukakan oleh Richard Cantillon, seorang Irlandia yang berdiam
di Perancis. Entrepreneur disini dimaksudkan sebagai upaya membeli barang dan
jasa-jasa dengan harga ”tertentu”, untuk dijual dengan harga ”yang tidak pasti” di
masa yang akan datang. Karena itu, pada awalnya, kewirausahaan diartikan
sebagai ”pengambil resiko” (risk taker). Di awal abad ke-18, Richard Cantillon
mengobservasi bahwa seorang wirausaha adalah orang yang menanggung resiko
pembelian dan penjualan. Beberapa ahli teori manajemen mengatakan bahwa
kewirahusahaan adalah kehebatan dalam pembentukan perusahaan baru yang di
dalamnya mengandung pemanfaatan peluang dan pengambilan resiko.
Peter F. Drucker mendefinisikan kewirausahaan dengan lebih optimis,
yakni sebagai seorang yang berfokus kepada peluang, bukan resiko. Bapak
manajemen yang terkenal ini juga menyebutkan bahwa kewirausahaan ini
bukanlah pengambil resiko melainkan penentu resiko.
Adam Simth dan Jean Baptisay (1803) mengatakan bahwa seorang
wirausaha adalah seorang yang menyatukan faktor-faktor produksi. Joseph
Schumpeter (1934) memberi makna kewirausahaan dengan kata inovator. Dalam
bukunya, The Management Challenge, James M.Higgins (1994) menguraikan
bahwa secara historis, kewirausahaan dianggap sebagai salah satu fungsi ekonomi.

6
Higgins mengatakan pula bahwa yang membedakan para wirausaha dengan para
manajer terletak pada pendekatan mereka terhadap pemecahan masalah. Para
wirausaha bukan hanya memecahkan masalah atau bereaksi terhadap masalah,
melainkan juga mencari peluang.
Dua pendekatan mengenai definisi dari kewirausahaan di atas dibantah
oleh Howard Stevenson. Menurutnya, tak satupun dari kedua pendekatan tersebut
yang cukup menjelaskan teori kewirausahaan. Menurut Stevenson, kewirausahaan
merupakan suatu pola tingkah laku manajerial yang terpadu. Kewirausahaan
adalah upaya pemanfaatan peluang-peluang yang tersedia tanpa mengabaikan
sumber daya yang dimilikinya. Pola tingkah laku manajerial yang terpadu tersebut
bisa dilihat dalam enam dimensi praktek bisnis, yakni:
1) Orientasi strategis;
2) komitmen terhadap peluang yang ada
3) komitmen terhadap sumber daya
4) pengawasan sumber daya;
5) konsep manajemen; dan
6) kebijakan balas jasa.
Dari keenam ciri di atas, dihasilkan dua bentuk pelaku bisnis dengan corak
yang berbeda, yakni: Promotor dan Trustee.
Promotor, yaitu orang yang percaya akan kemampuan yang dimilikinya.
Trustee, yaitu orang yang lebih menekankan penggunaan sumber daya yang telah
dimilikinya secara efisien.

Kemudian, Stevenson mengatakan bahwa dalam bentuk strategi suatu


perusahaan, orientasi kewirausahaan lebih menekankan pada penggunaaan
peluang terhadap sumberdaya yang tersedia. Perbedaan seorang berjiwa
wirausaha dengan yang tidak adalah dalam kemampuannya memahami bisnis
dengan sangat baik sehingga mereka bukan hanya mampu membuat komitmen
lebih dahulu dibandingkan orang lain, mereka juga mengetahui kapan harus
keluar dari suatu bisnis. Kemudian bahwa para wirausaha berusaha untuk
mendapatkan hasil optimal dengan sumberdaya tertentu. Selain itu, bahwa pola

7
tingkah laku kewirausahaan mencakup kemampuan untuk menggunakan
sumberdaya yang dimiliki orang lain, seperti keahliannya, ide-idenya atau bakat-
bakatnya, serta memutuskan sumberdaya apa saja yang dibutuhkan perusahaan.
Terakhir, bahwa kebijakan balas jasa, sebagai faktor yang mendorong tingkah
laku kewirausahaan, merupakan harapan-harapan individu serta persaingan
kemampuan yang akhirnya menciptakan sistem balas jasa yang adil dalam
perusahaan. Dalam bukunya Entrepreneurship, Robert Hisrich dan Michael Peters
(1995), seperti dikutip Buchari Alma (2000), mengatakan bahwa kewirausahaan
adalah the process of creating something different with value by devoting the
necessary time and effort, assuming the accompanying financial, psychological,
and social risks and receiving the resulting rewards of monetary and personal
satisfaction (merupakan proses menciptakan sesuatu yang berbeda, dengan
mengabdikan seluruh waktu dan tenaga, menanggung resiko keuangan, kejiwaan,
dan sosial, tetapi menerima balas jasa dalam bentuk uang dan kepuasan pribadi).
Dengan berpegang pada paparan Alma (2008), Sutrisno (2003), dan
Soemanto (2002) baik dilihat dari asa etimologis, sinonim maupun terminologi,
ada banyak makna tentang kewirausahaan. Makna ini dapat dikelompokkan
menjadi dua, yakni:
a. kewirausahaan sebagai etika (akhlak, moralitas) ekonomi modern (etika
kewirausahaan),
b. kewirausahaan sebagai etika (akhlak, moralitas) sosial modern (etika
Kewirausahaan sosial).

Kewiausahaan sebagai Etika Ekonomi Modern, kewirausahaan sebagai


etika (akhlak, moralitas) ekonomi/bisnis (etika kewirausahaan) berkaitan dengan
makna kewirausahaan sebagai resep bertindak guna menumbuh kembangkan
system perekonomian (bisnis) yang modern. Pemaknaan seperti ini tidak saja
berlaku secara tekstual, tetapi dikenal pula secara umum dalam masyarakat.
Pandangan tekstual bahwa kewirausahaan terkait dengan etika ekonomi (bisnis)
dapat dicermati pada pendapat Salim Siagian (dalam Sutisno 2003:4-5) yang
menyatakan sebagai berikut:

8
Kewirausahaan adalah semangat, pelaku dan kemapuan untuk memberikan
tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan diri sendiri dan
atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan/masyarakat, dengan selalu
berusahan mencari dan melayani lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan
dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang
lebih efisien, melalui keberanian mengambil risiko, kreativitas dan inovasi serta
kemampuan manajemen.

Sedangkan menurut Alma (2008:5) menyatakan sebagai berikut:


Wirausahawan adalah seorang inovator, sebgai individu yang mempunyai
naluri untuk melihat-lihat peluang, mempunyai semangat, kemampuan dan pikiran
untuk menaklukkan cara berpikiran malas dan lamban. Seorang wirausahawan
mempunyai peran untuk mencari kombinasi-kombinasi baru, yang merupakan
gabungan dari lima hal, yakni:
a) pengenalan barang;
b) metode produksi baru;
c) sumber bahan mentah baru;
d) pasar-pasar baru;
e) organisasi industri baru.
Bertolak dari gagasan tersebut dapat disimpulkan bahwa wirausaha sangat
penting, mengingat bahwa modernisasi dalam bidang ekonomi, sangat bergantung
pada kuantitas dan kualitas kewirausahaannya. Karena itu tidak mengherankan
jika PBB menyatakan, bahwa suatu negara akan mampu membangun, apabila
memiliki wirausahawan sekitar 2% dari jumlah penduduknya. Jumlah penduduk
Indonesia saat ini200.000.000 jiwa, sehingga paling tidak harus memiliki
wirausahawan sebanyak 4.000.000 orang (Alma, 2008:4). Namun kenyataannya,
Indonesia hanya memiliki wirausahawan sekitar 0,18% dari jumlah penduduk
(Suruji, 2008).

Wirausahawan memiliki kedudukan amat penting dalam kehidupan suatu


negara. Mengingat, bahwa wirausahawan tidak saja memberikan kemanfaatan

9
bagi dirinya sendiri-pekerjaan dan pendapatan secara mandiri, tetapi juga bagi
negara dan warga masyarakat dengan penciptaan lapangan kerja. Berbagai teori
pembangungan menyatakan, bahwa keberhasilan suatu negara dalam proses
percepatan pembangunan ekonomi sangat bergantung pada kuantitas dan kualitas
kewirausahaan yang dimiliki suatu negara.
Kewirausahaan sebagai Etika Sosial Modern, berkaitan dengan adanya
kenyataan, bahwa konsep-konsep, gagasan-gagasan, ide-ide atau dalil-dalil yang
tercantum di dalam kewirausahaan bisa diberlakukan sebagai resep bertindak yang
bersifat universal, yakni tidak saja dalam bidang bisnis, tetapi juga dalam bidang
kemasyarakatan guna mewujudkan kehidupan suatu masyarakat modern
(kewirausahaan sosial). Hal ini tercermin pada pendapat McClelland (1987:86)
yang menyatakan sebagai berikut:
1) Perilaku Kewiraswastaan:
a. memikul risiko-risiko yang tidak terlalu besar sebagai suatu akibat dari
keahlian dan bukan karena kebetulan.
b. kegiatan yang penuh semangat dan/atau yang berdaya cipta;
c. tanggung jawab pribadi;
d. pengetahuan tentang hasil-hasil keputusan, uang sebagai ukuran atas
hasil.
2) Minat terhadap peerjaan kewiraswastaan sebagai suatu akibat dari martabat
dan “sikap berisiko: mereka.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Usaha berarti perbutan amal, berupa sesuatu, bekerja atau berusaha. Jadi
wira usaha secara etimologi berarti pejuang yang berbuat sesuatu.
Instruksi Presiden No.4/1995, kewirausahaan adalah semangat, sikap,
perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang
mengarah pada upaya cara kerja tekhnologi, dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang baik dan
keuntungan yang lebih besar.
Kata inovasi pertama kali diperkenalkan oleh Schumpeter 1953, inovasi
dipandang sebagai kreasi dan implementasi atau biasa juga disebut sebagai
koordinasi baru dalam inovasi itu juga dapat menciptakan nilai tambah, yang
berkaitan dengan oraganisasi. Pemegang saham maupun masyarakat luas. Jadi
inovasi adalah mengkreasikan dan mengimplementasikan sesuatu menjadi satu
kombinasi. Kombinasi baru itu dapat merujuk pada produk jasa, proses kerja
pasar, kebijakan dan sistem baru.

iii
DAFTAR PUSTAKA

Muchson, M, 2017. Entrepreneurship (Kewirausahaan), Jakarta : Guepedia.

Muharramah, Widya, 2013. “Pengertian dan Ruang Lingkup Kewirausahaan”,


Scribd. https://www.scribd.com/doc/188103063/Pengertian-Dan-Ruang-
Lingkup-Kewirausahaan

Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusahan Kecil Nomor


961/KEP/M/XI/1995 tentang Definisi Wirausaha dan Kewirausahaan

Rukka, Muhammad Rusli. 2011. Buku Ajar Kewirusahaan -1.. Makassar


Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan Universitas Hasanuddin.

Wijatno, Serian, 2010. Pengantar Entrepreneurship, Jakarta: Grasindo.

iv

Anda mungkin juga menyukai