(2015) QBD 1 & 2 - Bencana Dan Penanganan Bencana PDF
(2015) QBD 1 & 2 - Bencana Dan Penanganan Bencana PDF
Kinanta Imanda
Angela Kimberly T
Safira Amelia
Dania Mirza R
Fachri Anugrah S
Rahmatsyah Siregar
Allysa Soraya S
Nadya Safira
(DK 3) - Tentir
Reyza Tratama A
Quality Control
Irfan Kresnadi
Media
QBD 1
PENGERTIAN BENCANA
Menurut KBBI, bencana adalah:
1. Suatu hal yang dapat mengakibatkan atau menimbulkan kesulitan, kerugian atau
penderitaan atau dengan kata lain kecelakaan atau bahaya.
2. Sebuah keadaan darurat yang mempengaruhi kehidupan orang di sekitar dan harta
benda mereka dan melebihi kapabilitas kedaruratan komunitas tersebut.
Menurut Charles Fritz, bencana adalah sebuah kejadian yang tak terkontrol yang terjadi
dalam suatu tempat dimana masyarakat mengalami kesulitan dan penderitaan yang dapat
mengganggu struktur sosial masyarakat tersebut.
JENIS-JENIS BENCANA
Berdasarkan penyebabnya, bencana dibagi menjadi beberapa jenis menurut UU RI No. 24
Tahun 2007:
1. BENCANA ALAM
Bencana yang diakibatkan peristiwa atau serangkaian peristiwa alam. Negara Indonesia
sangat berpotensi mengalami bencana alam karena letak geografis Indonesia yang:
a. Berada di ring of fire
b. Dikelilingi samudera-samudera
c. Merupakan Pertemuan tiga lempeng yaitu Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia
Contoh risiko: kematian, hilangnya rasa aman, luka sakit, jiwa terancam, kehilangan
harta benda, pengungsian, dan gangguan kegiatan masyarakat akibat
komplikasi kerentanan, bahaya, dan kapasitas daerah yang dilanda
bencana tersebut.
Sedangkan kerentanan merupakan karakteristik seseorang atau group dan situasinya yang
mempengaruhi kapasitas mereka untuk berpartisipasi, untuk menanggulangi, bertahan, dan
memulihkan dampak dari bencana alam.
Perlu diingat bahwa semakin tinggi kerentanan, semakin besar risiko bencana yang
kemungkinan dihadapi.
Berikut ini merupakan rumus untuk menghitung resiko bencana:
Risk (R) = H xV/ C
Untuk mengurangi resiko bencana (untuk mengurangi kerentanan), yang dapat kita lakukan
antara lain:
Relokasi penduduk dari daerah rawan bencana
Mengadakan pelatihan kesiapsiagaan bencana untuk penduduk
Membangun rumah ataupun sarana umum yang tanggap bencana (relatif lebih kuat
jika dilanda bencana seperti gempa)
Menyebarkan nilai-nilai kearifan lokal mengenai bencana
Dalam penanganan bencana khusus untuk bidang kesehatan tidak dibentuk sarana
dan prasarana khusus, tetapi hanya menggunakan sarana prasarana yang telah ada
dengan meningkatkan intensitas kerja dengan memberdayakan semua sumber daya
dari berbagai tingkat pemerintahan dalam bidang kesehatan sesuai ketentuan yang
berlaku
Dalam hal terjadinya bencana, pelayanan kesehatan dan pemenuhan kebutuhan
seperti perbekalan dan obat-obatan, saran kesehatan, dan tenaga kesehatan tidak
hanya diatasi oleh dinas kesehatan kabupaten atau kota setempat tetapi juga
dibantu oleh dinas kesehatan kabupaten atau kota lainnya, akan tetapi tetap
tanggung jawab dibawah dinas kesehatan provinsi dan pusat
Setiap kabupaten/kota dan provinsi wajib membentuk satuan tugan kesehatan yang
mampu menangani masalah kesehatan pada saat penanggulangan bencana di
wilayah setempat secara terpadu dan terkoordinasi dengan Satlak Penanggunalangan
Bencana
Penanggulangan bencana dapat meminta bantuan kepada instalasi terkait, LSM,
sektor swasta, maupun masyarakat.
Membentuk regionalisasi pusat bantuan krisis kesehatan dalam penanggulangan
bencana
SIKLUS BENCANA
1. PREPAREDNESS (PERSIAPAN)
Persiapan dirancang sebelum bencana terjadi dan membantu merancang suatu
tanggapan.
2. RESPONSE (TANGGAPAN)
Merupakan suatu peristiwa yang terjadi setelah bencana atau terkadang terjadi secara
bersamaan ketika bencana terjadi.
3. REKONSTRUKSI DAN REHABILITASI
Fase ini merupakan fase dimana beberapa hal yang menjadi pelajaran dari bencana
diterapkan agar tidak terulang kembali serta pemulihan kembali berbagai fasilitas public
yang mengalami kerusakan akibat bencana.
4. MITIGASI
Pelajaran yang diterapkan untuk meringankan atau benar-benar mencegah efek
terulangnya masa depan dari jenis bencana dan , pada saat yang sama , membuat
persiapan untuk menanggapi jenis bencana jika terulang kembali.
2. SKALA NASIONAL
Dalam draft Perpres tentang Penetapan Tingkat dan Status Bencana:
Ditetapkan oleh presiden (dengan rekomendasi Badan Nasional Penanggulangan
Bencana) jika pemerintah daerah (pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah
provinsi) sudah tidak dapat menanganinya
Jumah korban jiwa > 500 orang, kerugian harta benda > 1 triliun, kerusakan sarana
dan prasarana berat dan mengganggu kehidupan masyarakat, cakupan wilayah
sangat luas mencakup beberapa kabupaten/kota lebih dari satu provinsi.
Sudah tidak dapat lagi ditangani pemerintah daerah dengan SDM, finansial, sarana
prasarana, kelembagaan, menajemen, dan segi teknologi.
Peran BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) dalam pengelolaan bencana
diatur dalam UU No. 24 Tahun 2007:
a. Badan Nasional Penganggulangan Bencana (BNPB) dibentuk oleh pemerintah dan
merupakan lembaga pemerintah non-departemen setingkat menteri
3. SKALA INTERNASIONAL
Umumnya dilakukan pada bencana dahsyat yang berdampak pada beberapa
negara.
Di Indonesia, dalam situasi bencana tertentu, pemerintah memiliki wewenang
menentukan kebijakan bekerja sama dengan negara lain, badan-badan, atau pihak
internasional lain dalam hal penanggulangan bencana (UU Penanggulangan
Bencana, 2007).
Negara-negara yang terkena bencana mendapat bantuan dari pihak-pihak
internasional yang bersedia membantu dan menerima permintaan dari negara
terdampak. Kendala tidak semua bencana dahsyat mendapatkan respon karena
faktor-faktor seperti media, kepentingan, hubungan diplomatik, dll.
Pihak yang terlibat: korban, pemerintah lokal, pemerintah provinsi, negara,
organisasi internasional, institusi finansial internasional, asosiasi regional,
organisasi nonprofit, organisasi privat (bisnis, industry), dll.
Mengikuti tahapan = 1. Mitigation, 2. Preparation, 3. Response, 4. Recovery.
TRIASE
Triage berasal dari Bahasa Perancis “Trier” yang berarti mengambil atau memilih. Terdapat
penilaian, pemilihan dan pengelompokan penderita yang mendapat penanganan medis dan
evakuasi pada kondisi kejadian massal atau kejadian bencana. Penanganan medis yang
diberikan berdasarkan prioritas sesuai dengan keadaan penderita.
Triase dilakukan berdasarkan prinsip Simple Triage and Rapid Treatment (START). Triase
dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat korban yang membutuhkan stabilisasi segera
(perawatan di lapangan) dan mengidentifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan
ADVANCED TRIAGE
Hitam :luka pasien sudah sangat parah sehingga diprediksi akan meninggal
Merah :pasien yang membutuhkan penanganan segera
Kuning : pasien mengalami luka dan membutuhkan pertolongan medis, namun
kondisi pasien masih stabil, sehingga harus diperhatikan perubahan kondisinya.
Hijau : korban tidak membutuhkan pelayanan medis dalam waktu cepat
Putih : korban hanya mebutuhkan pertolongan pertama dan tidak membutuhkan
penanganan medis lebih lanjut.
Secara umum, kebutuhan yang diprioritaskan saat melakukan rapid need assessment
adalah:
Keamanan dan akses.
Demografi dari populasi yang terkena pengaruh.
Sumber daya masyarakat.
Kesehatan.
Air.
Sanitasi.
Kebutuhan pangan dan non-pangan.
Tempat tinggal (termasuk tempat tinggal sementara).
1. RESPON OHCA
Pada permintaan bantuan, OHCA akan mengirim sebuah tim United Nations Disaster
Assessment and Coordination (UNDAC) sebagai bantuan kepada negara yang
meminta bantuan. Tim UNDAC dikirim dalam rentang waktu 12 hingga 48 jam setelah
bencana untuk melakukan penilaian, koordinasi, dan manajemen informasi.
2. CLUSTER
OHCA juga memiliki cluster sebagai bentuk koordinasi dengan organisasi lain. System
cluster ini memungkinkan OHCA memberikan bantuan kemanusiaan yang
berkesinambungan termasuk pencegahan dan pemulihan.
International Decade for Natural Disaster Reduction (IDNDR) dibentuk oleh PBB
untuk 11 Des 1987 mengurangi efek kerugian material dan ekonomi (terutama
negara berkembang)
Resolusi PBB 44/236
o Memaksimalkan kapasitas mitigasi tiap negara, sistem untuk membantu
negara berkembang dan early warning.
o Menyusun scientific guidelines bencana yang telah disesuaikan dengan
keragaman ekonomi dan kultur negara
o Mendukung perkembangan sains dan teknologi untuk menutupi kesenjangan
IPTEK dan mencegah kerugian nyawa dan material.
o Menyebarkan teknologi terkait mitigasi, penanganan, dan pencegahan
bencana
o Evaluasi keefektifan program terkait mitigasi, penanganan, dan pencegahan
berdasarkan informasi yang telah didapat