Anda di halaman 1dari 2

1.

Secara etimologi, bipatride terdiri dari dua kata, yaitu bi yang artinya dua atau ganda dan
patride yang artinya kewarganegaran. Secara terminologi, bipatride adalah suatu keadaan
dimana seorang penduduk memiliki dua macam kewarganegaraan. Keadaan ini terjadi karena
adanya perbedaan dalam menentukan kewarganegaraan di beberapa negara. Contohnya seperti
kasus Gloria, bapaknya merupakan warga negara Perancis dan ibunya merupakan warga negara
Indonesia, artinya Gloria memiliki darah Perancis dan Indonesia. Hal ini menyebabkan Gloria
berketurunan Perancis. Karena negara Perancis memeluk asas ius sanguinis (kewarganegaraan
yang ditentukan berdasarkan keturunan), Gloria otomatis terdaftar sebagai warga negara
Perancis. Namun, di lain sisi, Gloria lahir di Jakarta dan berketurunan Indonesia. Hal ini
membuat dia berkewarganegaraan Indonesia juga karena Indonesia menganut ius sanguinis dan
ius soli secara terbatas (kewarganegaraan berdasarkan tempat kelahiran). Sehingga Gloria
berkewarganegaraan ganda, Indonesia dan Perancis.

2. Menurut UU RI No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, asas – asas
kewarganegaraan yang dianut Indonesia ada 4, yaitu :

 Asas ius sanguinis (law of the blood) : Asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang berdasarkan keturunannya, bukan tempat kelahirannya. Artinya, selama
penduduk tersebut memiliki darah asli Indonesia, dia memiliki hak untuk menjadi WNI.
Berdasarkan pasal 4, beberapa ketentuan ius sanguinis adalah :
- Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara
Indonesia.
- Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Indonesia
dan ibu warga negara asing.
- Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan
ibu Warga Negara Indonesia.
- Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia,
tapi ayahnya tidak memiliki kewarganegaraan (stateless) atau hukum negara asal ayahnya
tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut (vide Pasal 4 huruf d).
 Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas : Asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang berdasarkan negara tempat kelahirannya yang diberlakukan terbatas bagi anak
– anak berdasarkan undang – undang. Namun, dengan catatan (batasan) bahwa anak yang
lahir di wilayah negara Republik Indonesia tersebut merupakan hasil dari perkawinan
yang ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan (stateless) atau tidak diketahui
keberadaannya. Hal ini diberlakukan untuk melindungi anak tersebut secara hukum
karena jika Indonesia hanya menganut ius sanguinis, anak tersebut akan berstatus tidak
memiliki kewarganegaraan.
 Asas kewarganegaraan tunggal : Asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi
setiap orang. Artinya, asas ini mengatur penduduknya untuk memiliki hanya satu
kewarganegaraan, yaitu WNI. Asas ini terbentuk karena Indonesia tidak menganut
apatride, bipratide dan multipratide.
 Asas kewarganegaraan ganda terbatas : Asas yang menentukan kewarganegaraan ganda
bagi anak – anak sesuai dengan ketentuan yang diatur undang – undang. Artinya
pemerintah RI mengakui status kewarganegaraan ganda yang dimiliki seorang anak
hingga berumur 18 tahun dan/atau belum menikah. Setelah anak tersebut berumur 18
tahun maka Pemerintah Indonesia memberikan masa tenggang 3 tahun bagi anak tersebut
untuk memilih apakah menjadi WNI atau memilih menjadi WN lain.

3. Tidak jika konteks yang dibicarakan adalah kewarganegaraan ganda sepenuhnya. Dalam UU
RI No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, secara jelas disebutkan
bahwa Indonesia menganut asas kewarganegaraan tunggal dan kewarganegaraan ganda terbatas.
Kedua asas ini saling berkolerasi karena :
 Menurut asas kewarganegaraan tunggal, setiap orang hanya boleh memiliki satu
kewarganegaraan yaitu WNI.
 Menurut asas kewarganegaraan ganda terbatas, setiap orang bipartide harus memilih
salah satu kewarganegaraan secara jelas.
Sehingga keduanya saling bekolerasi dalam hal kewarganegaraan tunggal. Hal ini membuat
Indonesia tidak menganut bipartide maupun apartide dan multipartide.

4. – Albania
Albania mengakui kewarganegaraan ganda bagi warga negara kelahiran asli dan naturalisasi
sehingga memungkinkan terjadinya kewarganegaraan ganda. Warga Albania secara bebas dapat
memperoleh kewarganegaraan lain tanpa kehilangan kewarganegaraan Albanianya. Orang asing
juga tidak terhalang untuk mengajukan permohonan kewarganegaraan Albania, tanpa
menyangkal dari negara mana mereka berasal.

Anda mungkin juga menyukai