Anda di halaman 1dari 30

Bab 5 (Kepribadian dan Nilai)

Pertanyaan Tinjauan

5-1 Apa itu kepribadian ? Bagaimana kita umumnya mengukurnya ? Faktor-faktor apa sajakah
yang menentukan kepribadian
Kepribadian secara umum adalah ​sebuah tingkah laku sosial yang terdiri dari
ekspresi, perasaan, ciri khas, kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan sikap yang
melekat pada seseorang jika berhubungan dengan orang lain atau dihadapkan pada situasi
tertentu. Kepribadian merupakan istilah dari sebuah konsep yang luas sehingga
pengertian kepribadian tidak dapat dipukul rata kepada semua orang. Bisa dikatakan
bahwa kepribadian adalah ciri khas perilaku dari seseorang.

kepribadian menurut para ahli, dapat kamu baca di bawah ini:

❏ Menurut, Theodore R. Newcombe – Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang


dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
❏ Menurut, Yinger – Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu
dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian
instruksi.
❏ Menurut, Cuber – Kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang
tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.
❏ Menurut M.A.W Bouwer – Kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang
meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini & sikap-sikap seseorang.
Page 1

Cara Mengukur Kepribadian

1. Observasi Direct

Observasi direct berbeda dengan observasi biasa. Observasi direk mempunyai


sasaran yang khusus , sedangkan observasi biasa mengamati seluruh tingkah laku
subjek. Observasi direk memilih situasi tertentu, yaitu saat dapat diperkirakan
munculnya indikator dari ciri-ciri yang hendak diteliti, sedangkan observasi biasa
mungkin tidak merencanakan untuk memilih waktu.

Observasi direct diadakan dalam situasi terkontrol, dapat diulang atau dapat
dibuat replikasinya. Misalnya, pada saat berpidato, sibuk bekerja, dan
sebagainya.Ada tiga tipe metode dalam observasi direk yaitu:

● Time Sampling Method

Dalam time sampling method, tiap-tiap subjek diselidiki pada periode waktu
tertentu. Hal yang diobservasi mungkin sekadar muncul tidaknya respons,
atau aspek tertentu.

● Incident Sampling Method

Dalam incident sampling method, sampling dipilih dari berbagai tingkah laku
dalam berbagai situasi. Laporan observasinya mungkin berupa catatan-catatan
dari Ibu tentang anaknya, khusus pada waktu menangis, pada waktu mogok
makan, dan sebagainya. Dalam pencatatan tersebut hal-hal yang menjadi
perhatian adalah tentang intensitasnya, lamanya, juga tentang efek-efek
berikut setelah respons.

2. Wawancara (interview)

Menilai kepribadian dengan wawancara (interview) berarti mengadakan tatap muka


dan berbicara dari hati ke hati dengan orang yang dinilai. Dalam psikologi
kepribadian, orang mulai mengembangkan dua jenis wawancara, yakni:
Page 2

● Stress interview

Stress interview digunakan untuk mengetahui sejauh mana seseorang dapat


bertahan terhadap hal-hal yang dapat mengganggu emosinya dan juga untuk
mengetahui seberapa lama seseorang dapat kembali menyeimbangkan emosinya
setelah tekanan-tekanan ditiadakan. Interviewer ditugaskan untuk mengerjakan
sesuatu yang mudah, kemudian dilanjutkan dengan sesuatu yang lebih sukar.

● Exhaustive Interview
● Exhaustive Interview merupakan cara interview yang berlangsung sangat lama;
diselenggarakan non-stop. Cara ini biasa digunakan untuk meneliti para tersangka
di bidang kriminal dan sebagai pemeriksaan taraf ketiga.
3. Tes Proyektif

Cara lain untuk mengatur atau menilai kepribadian adalah dengan menggunakan tes
proyektif. Orang yang dinilai akan memprediksikan dirinya melalui gambar atau
hal-hal lain yang dilakukannya. Tes proyektif pada dasarnya memberi peluang
kepada testee (orang yang dites) untuk memberikan makna atau arti atas hal yang
disajikan; tidak ada pemaknaan yang dianggap benar atau salah.

Jika kepada subjek diberikan tugas yang menuntut penggunaan imajinasi, kita dapat
menganalisis hasil fantasinya untuk mengukur cara dia merasa dan berpikir. Jika
melakukan kegiatan yang bebas, orang cenderung menunjukkan dirinya,
memantulkan (proyeksi) kepribadiannya untuk melakukan tugas yang kreatif.

Faktor-faktor yang menentukan kepribadian

● Faktor Keturunan Faktor keturunan ditransimisikan melalui ”gen”, yang berada


dalam kromosom, yang menentukan keseimbangan hormon, bentuk fisik, dan
menentukan atau membentuk kepribadian. Kepribadian tidak seluruhnya
dipengaruhi oleh faktor keturunan, faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi
bentuk kepribadian seseorang
Page 3

● Faktor Lingkungan Faktor lingkungan yang dapat memberikan tekanan kepada


kepribadian seseorang adalah kultur masyarakat dimana seseorang dibesarkan,
norma-norma keluarga, teman-teman dan kelompok sosial,serta
pengaruh-pengaruh lain yang kita alami. Kultur akan membentuk norma, sikap,
dan nilai-nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya yang
terus menerus berlangsung secara konsisten
● Kondisi Situasional Kondisi situasional dapat mempengaruhi efek dari
faktor-faktor keturunan dan lingkungan terhadap kepribadian. Kepribadian
seseorang meskipun relatif stabil dan konsisten, namun dapat berubah pada
situasi-situasi yang berbeda. Tuntutan yang berbeda pada situasi yang berbeda
dapat menimbulkan reaksi dan aspek yang berbeda pada kepribadian seseorang.
Oleh karena itu, sebaiknya tidak melihat corak kepribadian secara terisolasi, tetapi
juga mengetahui bahwa situasi-situasi tertentu lebih relevan dari situasi-situasi
lain dalam mempengaruhi kepribadian sehingga dapat dilihat adanya
perbedaan-perbedaan individual yang signifikan.

5-2 Apakah indikator Tipe Myers-Briggs (MBTI) dan apa kekuatan dan kelemahannya ?

● Extrovert(E) / Introvert(I)​, adalah cara bagaimana orang menghabiskan


waktunya. Seorang yang extrovert adalah orang senang menghabiskan waktunya
dengan bersosialisasi atau berkumpul bersama dengan orang lain. Extrovert
menjadi lebih enerjik ketika berada bersama orang lain. Sedangkan introvert
sebaliknya. Mereka senang menghabiskan waktu sendiri, dan kalaupun ingin
menghabiskan waktu dengan orang lain, biasa menghabiskan waktu dengan orang
yang dekat dengannya. Introvert lebih senang mendalami sesuatu ketimbang
ngobrol​ dengan orang lain.
● Sensing(S) / Intuition(N)​, adalah cara bagaimana seseorang berpikir. Seorang
yang sensing adalah orang yang sangat logis, percaya pada fakta dan tidak mudah
menerima hal baru. Mereka yang berpikir dengan cara sensing cenderung senang
Page 4

belajar dan mendalami teori. Mereka tidak menyukai fantasi dan senang dengan
realisme. Sedangkan mereka yang memakai intuisi, mereka memakai konsep,
sehingga mereka pun tidak terpaku (bahkan tidak menyukai) teori yang terlalu
banyak, dan cenderung lebih kreatif daripada mereka yang sensing karena
pemikirannya lebih terbuka. Mereka yang memakai intuisi lebih suka memakai
sesuatu yang mereka sebut dengan “feeling” ketimbang teori. Feeling ini mereka
dapat dari pengalaman yang mereka alami, sehingga mereka tahu betul ketika
sesuatu terjadi dapat memberikan dampak yang baik atau buruk. Orang-orang
yang intuitif lebih suka belajar dari pengalaman atau ​experiential learning​.
Orang-orang yang berpikir secara sensing cenderung memikirkan masa kini
ketimbang mereka yang memakai intuisi lebih suka berpikir ke depan atau
berandai-andai tentang masa depan.
● Thinker(T) / Feeler(F) ​adalah cara seseorang mengambil keputusan. Thinker
mengambil keputusan yang menurut logika lebih menguntungkan. Mereka
memakai tahap-tahap tertentu dan menganalisa keputusan yang mereka buat
secara mendalam. Mereka suka mencari kesalahan dan berpikir kritis. Sedangkan
mereka yang Feeler, mereka mengambil keputusan melihat orang lain, apakah
menguntungkan untuk kepentingan bersama atau tidak. Orang-orang yang feeler
cenderung mudah berempati dan bersimpati pada orang lain. Bagi Thinker,
pikiran lebih utama daripada perasaan, sedangkan Feeler sebaliknya. Thinker
ingin memiliki prestasi dan berhasil, sedangkan Feeler lebih senang jika Ia
dihargai.
● Judgers(J) / Perceivers(P) ​adalah cara seseorang dalam menjalani hidup. Bagi
mereka yang judgers, mereka hidup sesuai dengan aturan dan jadwal yang sudah
ada. Bagi Judgers, mereka senang menetapkan sasaran tertentu dan berusaha
untuk mencapai sasarannya. Mereka berorientasi pada hasil. Sebaliknya,
Perceivers cenderung memiliki prinsip hidup “semau saya”. Mereka tidak suka
dibebani jadwal dan cenderung memiliki jadwal yang tidak teratur. Mengerjakan
sesuatu tergantung apakah mereka mau atau tidak. Mereka yang Perceivers
Page 5

cenderung lebih berorientasi pada proses yang dicapai untuk memperoleh sasaran
mereka. Judgers lebih suka menyelesaikan sesuatu, sedangkan Perceivers lebih
suka memulai sesuatu.

Kelemahannya adalah Penggambaran karakter merupakan kecenderungan dalam dirinya,


tanpa melihat faktor pendukung lain yang berada di lingkungannya. Sedangkan
kelebihannya antara lain :

1. Memahami kelebihan (Strength) sekaligus kelemahan (Weakness) yang ada pada


diri kita.
2. Menggunakan logika dan kekuatan analisis untuk mengambil keputusan karir.
3. Memudahkan individu untuk menyesuaikan pribadinya dengan pekerjaan yang
disukainya.
4. Menyesuaikan minat, bakat, dan kemampuan dalam dirinya untuk memilih karir
yang sesuai dengan kepribadiannya.
5. Memahami tipe kepribadian lain.

5-3 Apakah sifat-sifat utama dalam model kepribadian lima besar ?

1. Openness to Experience (Terbuka terhadap Hal-hal baru)


Dimensi Kepribadian Opennes to Experience ini mengelompokan individu berdasarkan
ketertarikannya terhadap hal-hal baru dan keinginan untuk mengetahui serta
mempelajari sesuatu yang baru. Karakteristik positif pada Individu yang memiliki
dimensi ini cenderung lebih kreatif, Imajinatif, Intelektual, penasaran dan berpikiran
luas.
Sifat kebalikan dari “Openness to Experience” ini adalah individu yang cenderung
konvensional dan nyaman terhadap hal-hal yang telah ada serta akan menimbulkan
kegelisahan jika diberikan tugas-tugas baru.
Page 6

2. Conscientiousness (Sifat Berhati-hati)


Individu yang memiliki Dimensi Kepribadian Conscientiousness ini cenderung lebih
berhati-hati dalam melakukan suatu tindakan ataupun penuh pertimbangan dalam
mengambil sebuah keputusan, mereka juga memiliki disiplin diri yang tinggi dan dapat
dipercaya. Karakteristik Positif pada dimensi adalah dapat diandalkan, bertanggung
jawab, tekun dan berorientasi pada pencapain.
Sifat kebalikan dari Conscientiousness adalah individu yang cenderung kurang
bertanggung jawab, terburu-buru, tidak teratur dan kurang dapat diandalkan dalam
melakukan suatu pekerjaan.

3. Extraversion (Ekstraversi)
Dimensi Kepribadian Extraversion ini berkaitan dengan tingkat kenyamanan seseorang
dalam berinteraksi dengan orang lain. Karakteristik Positif Individu Extraversion
adalah senang bergaul, mudah bersosialisasi, hidup berkelompok dan tegas.
Sebaliknya, Individu yang Introversion (Kebalikan dari Extraversion) adalah mereka
yang pemalu, suka menyendiri, penakut dan pendiam.

4. Agreeableness (Mudah Akur atau Mudah Bersepakat)


Individu yang berdimensi Agreableness ini cenderung lebih patuh dengan individu
lainnya dan memiliki kepribadian yang ingin menghindari konflik. Karakteristik
Positif-nya adalah kooperatif (dapat bekerjasama), penuh kepercayaan, bersifat baik,
hangat dan berhati lembut serta suka membantu.
Karakteristik kebalikan dari sifat “Agreeableness” adalah mereka yang tidak mudah
bersepakat dengan individu lain karena suka menentang, bersifat dingin dan tidak
ramah.

5. Neuroticism (Neurotisme)
Neuroticism adalah dimensi kepribadian yang menilai kemampuan seseorang dalam
menahan tekanan atau stress. Karakteristik Positif dari Neuroticism disebut dengan
Page 7

Emotional Stability (Stabilitas Emosional), Individu dengan Emosional yang stabil


cenderung tenang saat menghadapi masalah, percaya diri, memiliki pendirian yang
teguh.
Sedangkan karakteristik kepribadian Neuroticism (karakteristik Negatif) adalah mudah
gugup, depresi, tidak percaya diri dan mudah berubah pikiran.
Oleh karena itu, Dimensi Kepribadian Neuroticism atau Neurotisme yang pada
dasarnya merupakan sisi negatif ini sering disebut juga dengan dimensi Emotional
Stability (Stabilitas Emosional) sebagai sisi positifnya, ada juga yang menyebut
Dimensi ini sebagai Natural Reactions (Reaksi Alami).

5-4 Bagaimana sifat-sifat lima besar memprediksi perilaku di tempat kerja ?


a. Stabilitas Emosional
Dari kelima faktor besar dalam kepribadian,faktor yang paling mempengaruhi
kepuasan hidup,kepuasan kerja,dan tingkat stress adalah stabilitas emosional.
Seseorang yang memiliki tingkat stabilitas emosional yang tinggi memiliki
emosi-emosi negatif yang lebih rendah dan lebih optimis,karena mampu mengontrol
stress lebih baik.
b. Ekstrover
Selanjutnya adalah faktor ekstrover. Seseorang yang ekstrover cenderung ekspresif,
memiliki kepercayaan diri yang tinggi,dan mampu bersosialisasi,sehingga mereka
memiliki emosi-emosi positif dibandingkan orang yang introvert.Seseorang yang
ekstrover memiliki kinerja lebih baik,biasanya mereka memiliki lebih banyak teman
dan lebih banyak keahlian daripada seorang introver, namun menurut beberapa studi
seorang ekstrover lebih cenderung terlibat dalam perilaku berbahaya dan lebih
cenderung untuk berbohong dalam wawancara kerja dibanding orang introver.
c. Terbuka pada pengalaman
Dalam hal kepemimpinan,dibutuhkan seorang pemimpin yang terbuka pada
pengalaman (memiliki rasa ingin tahu dan ingin berinovasi),seseorang yang terbuka
terhadap pengalaman memiliki kreativitas yang lebih dalam berbagai hal. Dengan
Page 8

kreativitas yang lebih,seorang pemimpin lebih mampu menghadapi perubahan dalam


organisasi (mampu beradaptasi dengan baik) dan mampu memimpin dengan efektif.
d. Keramahan
Faktor keramahan juga memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku pekerja di
tempat kerja.Seorang pekerja yang ramah tentu saja akan mempunyai banyak
teman,dan disukai oleh pekerja lainnya. Mereka cenderung taat terhadap
peraturan,rentan terhadap kecelakaan kerja,dan lebih puas dalam
pekerjaannya.Kemudian,seorang pekerja yang ramah juga mempunyai kinerja yang
lebih baik dibanding pekerja lainnya dalam pekerjaan yang berorientasi interpersonal
seperti layanan pelanggan.
e. Kehati-hatian
Seseorang yang memiliki tingkat kehati-hatian yang tinggi memiliki kinerja dan
mampu memimpin dengan lebih baik,hal itu disebabkan mereka yang memiliki
kehati-hatian yang tinggi cenderung memiliki usaha yang lebih dan
persisten,kemudian mereka memiliki kedisiplinan dan motivasi yang lebih,serta
lebih teratur dan terencana.

5-5 Bagaimana situasi lingkungan mempengaruhi tingkat dimana kepribadian memprediksi


perilaku ?
Lingkungan adalah dimana tempat kita tumbuh dan dibesarkan; norma dalam keluarga,
teman-teman, dan kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang kita alami.
Budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari 1 generasi ke generasi
berikutnya serta menghasilkan konsistensi berjalannya waktu. Ideologi yang secara
intens berakar di suatu kultur mungkin hanya akan berpengaruh sedikit pada kultur
yang lain akan tetapi pada umumnya stabil dan konsisten, dapat berubah tergantung
pada situasi dan kondisi yang dihadapinya.
Akan tetapi faktor keturunan membekali kita dengan sifat dan kemampuan bawaan,
tetapi potensi penuh kita ditentukan oleh seberapa baik kita menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
Page 9

Lingkungan adalah aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Ketika
manusia dilahirkan di muka, itu menunjukkan bahwa dirinya sudah berpindah dari
berbeda dari lingkungan sebelumnya. Lingkungan inilah yang menjadi faktor penting
terhadap pembentukan akhlak, perilaku, karakter, dan sifat seseorang. Semuanya itu
akan terbentuk mengikuti keadaan lingkungannya. Jika lingkungan yang ditempati itu
baik, maka akan terbentuk kepribadian yang baik. Begitupun sebaliknya, jika
lingkungan yang ditempati itu buruk, maka pasti akan terbentuk kepribadian yang
buruk pula. Seseorang akan menumbuhkan kepribadiannya berdasarkan atas hubungan
interaksi yang dilakukan dengan keadaan lingkungannya.

5-6 Apakah perbedaan antara nilai - nilai terminal dan instrumental ?


Nilai Terminal ​diartikan merujuk pada keadaan akhir eksistensi yang sangat diinginkan.
Nilai terminal merupakan tujuan yang ingin dicapai seseorang selama hidupnya. Contoh
dari nilai terminal menurut Rokeach dalam Robbin (2001) adalah :

a. Suatu hidup nyaman (hidup makmur)


b. Suatu hidup yang menggairahkan (hidup aktif, merangsang)
c. Rasa berprestasi (kontribusi lama)
d. Suatu dunia damai (bebas dari perang dan konflik)
e. Suatu dunia yang indah (keindahan alam dan seni)
f. Kesamaan (persaudaraan, kesempatan yang sama untuk semua)
g. Keamanan keluarga (merawat orang lain)
h. Kemerdekaan (ketidakbergantungan, pilihan bebas)
i. Kebahagiaan (kepuasan)
j. Harmoni batin (bebas dari konflik batin)
k. Kesenangan (hidup santai dan dapat dinikmati)

Nilai Instrumental ​yaitu merujuk ke modus perilaku yang lebih disukai atau diinginkan
atau cara untuk mencapai nilai-nilai terminal. Contoh dari nilai instrumental masih menurut
Rokeach dalam Robbin (2001) adalah :
Page 10

a. Ambisius (kerja keras, bercita-cita tinggi)


b. Berpikiran luas (berpikiran terbuka)
c. Kapabel (mampu, efektif)
d. Riang (senang, gembira)
e. Bersih (rapi, teratur)
f. Berani (tegak mempertahankan keyakinan)
g. Memaafkan (bersedia mengampuni orang yang dicintai)
h. Membantu (bekerja untuk kesejahteraan orang lain)
i. Jujur (tulus, tidak bohong)
j. Membantu (bekerja untuk kesejahteraan orang lain)
k. Memaafkan ( bersedia mengampuni orang lain)

5-7 Apakah nilai-nilai berbeda lintas generasi ? Bagaimana demikian ?

Nilai erat kaitannya dengan kebudayaan dan masyarakat. Setiap masyarakat atau
kebudayaan memiliki nilai-nilai tertentu mengenai sesuatu. Kebudayaan dan Masyarakat
itu sendiri merupakan nilai yang tidak terhingga bagi orang yang memilikinya. Dalam
bukunya yang berjudul Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan,​ Koentjaraningrat
membahas perintah lalu mengenai apa yang dimaksud sistem nilai budaya. Menurutnya,
sistem nilai budaya adalah konsep-konsep yang hidup dalam pikiran sebagian besar
warga masyarakat mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam
hidup dan biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia, yang
dijabarkan dalam bentuk kongkret berupa aturan, norma, atau hubungan yang mengatur
perilaku tiap anggota dalam masyarakat.

5-8 Apa sajakah lima dimensi nilai Hofstede dari budaya nasional ?

a. Power Distance

Merupakan tingkat kepercayaan atau penerimaan dari suatu power yang tidak
seimbang. Dimana perbedaan kekuatan ini tergantung dari tingkatan sosial, tingkatan
Page 11

pendidikan dan jabatan. Power distance dibedakan menjadi 2, yaitu high power
distance dan low power distance :

● High power distance, terdapat perbedaan kekuasaan yang sangat jelas diantara
masyarakatnya. Misalnya di Indonesia, terjadi hubungan yang tidak dekat antara
atasan dan bawahan.
● Low power distance, dimana kekuasaan lebih dibagikan secara merata. Misalnya
di Amerika, dimana atasan sering bersosialisasi dengan bawahan dan
memperlakukan bawahannya tidak semena-mena.
b. Individualism vs collectivism

Individualism ​sering diartikan sebagai s​ uatu kultur nasional dimana seseorang lebih
suka bertindak sebagai individu/perseorangan daripada berkelompok. Budaya
individualism lebih menitikberatkan kepada inisiatif dan penerimaan. Orang-orang
individualism akan lebih tertarik pada sesuatu yang menantang, hedonism, prestasi,
kemajuan, ​self-direction ​dan aktivitas diri yang maksimal. Selain itu, dalam
berkomunikasi orang-orang individualism lebih dominan menyatakan pendapatnya
secara langsung (to the point) dan eksplisit.

Contoh negara yang berbudaya individualism adalah Amerika, orang-orang di


amerika bekerja keras untuk mencapai jabatan tinggi dan tidak segan untuk bersaing
demi memperebutkan posisi tertentu tanpa memikirkan orang lain.

Sedangkan ​collectivism ​menyatakan bahwa seseorang merupakan anggota bagian


dari suatu kelompok, dimana kelompok itu akan melihat dirinya untuk loyalitas,
orang-orang yang berada pada budaya ini tidak akan bertindak atau berperilaku
diluar kebiasaan kelompoknya. Orang-orang collectivism memandang aktivitas
kelompok tertentu yang dominan, harmoni dan lebih mengutamakan kerjasama di
antara kelompok daripada fungsi dan tanggungjawab individu. Orang-orang pada
budaya ini lebih tertarik pada tradisi, ​conformity s​ erta cenderung menghindari
hal-hal baru karena tidak mau meninggalkan zona aman. Dalam berkomunikasi
Page 12

orang-orang collectivism biasanya tidak langsung mengutarakan apa yang ingin


disampaikan, menggunakan banyak simbol dan terkadang ambigu. Misalnya di
China, mereka menggunakan kata “kami” dalam berkomunikasi. Di dalam loyalitas
dan keharmonisan antar karyawan sangat terjaga sehingga bentrokan pribadi dapat
dihindari.

c. Masculine VS Feminine

Kebudayaan ​masculine ​dimiliki oleh bangsa-bangsa yang tinggal di daerah beriklim


panas, tropis dan dekat dengan garis khatulistiwa. Kebudayaan masculine
menghargai nilai prestasi kerja dan ketegasan. Sehingga budaya ini dianggap lebih
sesuai dengan karakter laki-laki yang tegas, lebih berambisi dan berani bersaing.

Contoh negara yang memiliki budaya maskulin adalah Jepang, dimana menganggap
jenis kelamin laki-laki memiliki kekuasaan absolute dan sebagai penerus nama
keluarga.

Kebudayaan ​feminine ​lebih banyak dimiliki oleh bangsa-bangsa yang tinggal di


daerah beriklim dingin dan sedang (jauh dari garis khatulistiwa). Kebudayaan
feminine memiliki nilai penurut dan mendukung kehidupan sosial dimana lebih
menghargai sesama dan simpati kepada orang yang berkekurangan. Kebudayaan ini
sangat seimbang antara jenis kelamin dan menerima pola asuh antara perempuan dan
laki-laki dan lebih fokus terhadap kualitas hidup. Contohnya adalah tidak adanya
diskriminasi antar gender saat melamar pekerjaan di Amerika.
Page 13

d. Uncertainty avoidance

Merupakan tingkatan dimana individu dalam suatu Negara lebih memilih situasi
terstruktur dibandingkan tidak terstruktur. Pada negara-negara yang mempunyai
uncertainty avoidance yang besar, cenderung menjunjung tinggi konformitas dan
keamanan, menghindari resiko dan mengandalkan peraturan formal dan juga ritual.
Pada Negara dengan uncertainty avoidance yang rendah, atau memiliki toleransi
yang lebih tinggi untuk ketidakpastian, mereka cenderung lebih bisa menerima
resiko, dapat memecahkan masalah, memiliki struktur organisasi yang flat, dan
memiliki toleransi terhadap ambiguitas. Sehingga masyarakat luar akan lebih mudah
untuk menjalin hubungan.

e. Orientasi jangka panjang dan Orientasi jangka pendek

Orientasi jangka panjang dan orientasi jangka pendek merefleksikan seberapa luas
masyarakat bergantung pada kemampuannya menganalisis persoalan. Masyarakat
yang berorientasi jangka panjang memandang dan mengatasi persoalannya secara
keseluruhan dan dengan cara yang fleksibel. Individu dalam kultur orientasi jangka
panjang melihat bahwa ke masa depan dan menghargai ketekunan dan tradisi.
Sedangkan masyarakat yang berorientasi jangka pendek cenderung untuk mencari
jalan pintas dan memandang persoalannya secara parsial.
Page 14

BAB 6 - Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individu

Pertanyaan Tinjauan

6-1 Apakah persepsi, dan apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi kita?
Jawab: ​Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus
yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan
penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera
oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan
mengerti tentang apa yang diindera. Dengan kata lain ​persepsi adalah proses yang menyangkut
masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan integrated
dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran,
perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi.
Gibson, dkk (1989) dalam buku Organisasi Dan Manajemen Perilaku, Struktur; memberikan
definisi persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan
memahami dunia sekitarnya (terhadap obyek). Gibson juga menjelaskan bahwa persepsi
merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap
individu memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama. Cara
individu melihat situasi seringkali lebih penting daripada situasi itu sendiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu Faktor
Internal dan Faktor Eksternal.

1. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri
individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :

Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini
akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan
Page 15

sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga
interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan
atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek.
Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga
berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu objek.
Minat. Persepsi terhadap suatu objek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi
atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance
merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus
atau dapat dikatakan sebagai minat.
Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang
individu mencari objek-objek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan
dirinya.
Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti
sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui
suatu rangsang dalam pengertian luas.
Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan
bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana
seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

2. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari lingkungan dan
obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang
seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseorang merasakannya
atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :

Ukuran dan penempatan dari objek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin
besarnya hubungan suatu objek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan
mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu objek individu
Page 16

akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.


Warna dari objek-objek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih
mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan latar
belakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan
banyak menarik perhatian.
Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila
lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari
stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap objek yang
memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan objek yang diam.

6-2 Apakah teori atribusi? Apakah ketiga penentu atribusi? Apakah implikasinya dalam
menjelaskan perilaku organisasi?
Jawab: ​Pengertian
Beberapa ahli psikologi telah merumuskan berbagai pengertian atribusi dan dari pengertian
tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah teori. Para ahli psikologi seperti Fritz Heider,
Edward Jones, Harold Kelley, dan Bernard Weiner adalah ahli-ahli yang mendefinisikan atribusi
dari sudut pandang masing-masing.

Adapun pengertian atribusi menurut mereka adalah sebagai berikut (Malle, 2007 : 74) :

1. Fritz Heider (1958)

Fritz Heider adalah salah satu ahli psikologi yang pertama kali mendefinisikan istilah atribusi.
Terdapat dua pengertian atribusi menurut Heider, yaitu atribusi sebagai proses persepsi dan
atribusi sebagai penilaian kausalitas.

a. Atribusi sebagai proses persepsi


Page 17

Menurut Heider, atribusi merupakan inti dari proses persepsi manusia. Lebih jauh Heider
berpendapat bahwa manusia terikat dalam proses psikologis yang menghubungkan pengalaman
subyektif mereka dengan berbagai obyek yang ada. Kemudian, berbagai obyek tersebut
direkonstruksi secara kognitif agar menjadi sumber-sumber akibat dari pengalaman perseptual.
Sebaliknya, ketika orang mencoba untuk membayangkan sebuah obyek, maka mereka akan
menghubungkan pengalaman tersebut ke dalam alam pikiran mereka.

b. Atribusi sebagai penilaian kausalitas

Ketertarikan Heider pada kognisi sosial telah mengantarkannya pada perumusan atribusi
selanjutnya. Menurutnya, kognisi sosial adalah proses dimana orang merasakan dan membuat
penilaian tentang orang lain. Di sinilah kemudian muncul atribusi sebagai penilaian kausalitas
yang menekankan pada penyebab orang berperilaku tertentu.

Terdapat dua jenis atribusi kausalitas yaitu atribusi personal dan atribusi impersonal. Yang
dimaksud dengan atribusi personal adalah penyebab personal atau pribadi yang merujuk pada
kepercayaan, hasrat, dan intensi yang mengarahkan pada perilaku manusia yang memiliki tujuan.
Sedangkan, atribusi impersonal adalah penyebab diluar pribadi yang bersangkutan yang merujuk
pada kekuatan yang tidak melibatkan intensi atau tujuan. Untuk itu, dalam ranah persepsi sosial,
orang akan berupaya untuk menjelaskan terjadinya sebuah perilaku.

2. Edward E. Jones (1965)

Edward E. Jones adalah salah seorang peneliti yang tertarik pada suatu penilaian yang terkadang
diberikan oleh seseorang ketika mereka mengamati perilaku orang lain. Inferensi yang dibuat
umumnya terkait dengan disposisi orang yang lebih stabil seperti sifat, sikap, dan nilai.
Misalnya, kita melihat orang bertato dan bertampang seram dan kemudian kita langsung
menyimpulkan bahwa orang tersebut adalah preman. Kita lebih suka membuat atribusi disposisi
walaupun perilaku dalam situasi tertentu tidak menjamin simpulan yang dihasilkan.

3. Para ahli psikologi sosial


Page 18

Para ahli psikologi sosial menyatakan bahwa ​responsibility attributions dan ​blame attributions
merupakan penilaian yang bersifat moral. Ketika keluaran atau hasil negatif terjadi maka orang
akan mencoba untuk menemukan siapa yang bertanggung jawab terhadap keluaran tersebut dan
siapa yang harus disalahkan. Kerapkali, ​responsibility attributions berhubungan langsung dengan
atribusi kausalitas namun kadangkala lebih kompleks. ​Responsibility attributions didasarkan
pada kausalitas dan apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang.

Menurut teori atribusi dari Harold Kelly (1972), kita menyimpulkan kausalitas internal atau
eksternal dengan memperhatikan tiga hal:

1. Konsensus​, merupakan tingkatan dimana orang lain menunjukkan perilaku yang sama.
Apakah orang lain bertindak sama seperti penanggap;
2. Konsistensi​, merupakan tingkatan dimana seseorang menunjukkan perilaku yang sama
pada waktu yang berbeda. Apakah penanggap bertindak yang sama pada situasi lain; dan
3. Kekhasan/keunikan (​distinctiveness​)​, merupakan tingkatan dimana seseorang
berperilaku secara serupa dalam situasi yang berbeda. Apakah orang itu bertindak yang
sama pada situasi lain, atau hanya pada situasi ini saja.

Teori atribusi yang dikembangkan oleh Bernard Weiner dalam lingkungan pendidikan menitik
beratkan pada :

1.Pengaruh hasil perbuatan berupa keberhasilan dan kegagalan.

2.Memberikan suatu kerangka kerja untuk melakukan analisa terhadap interaksi guru dan peserta
didik di kelas.

Model pembelajaran langsung dalam teori ini merupakan model pembelajaran yang sering
digunakan oleh sebagian besar Guru. Menurut Arends(1997), pembelajaran langsung disajikan
dalam lima tahap,yaitu:”(1)penyampaian tujuan pembelajaran,(2)mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan,(3)pemberian latihan terbimbing,(4) mengecek pemahaman dan
memberikan umpan balik,(5)pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu. Penerapan Teori
Page 19

Atribusi Weiner dalam pembelajaran langsung dimaksudkan untuk memberikan kesempatan


yang lebih luas kepada peserta didik agar mengembangkan lingkungan proaktif yang positif.
Dengan kata lain suasana pembelajaran menjadi berpusat pada peserta didik (student oriented).

6-3 Apakah jalan pintas yang orang-orang sering gunakan dalam membuat penilaian mengenai
orang lain?
Jawab: ​Jalan Pintas dalam Menilai Orang Lain Secara Umum.
Jalan Pintas untuk menilai orang lain sering kali memperbolehkan kita untuk membuat
persepsi akurat dengan cepat dan memberikan data yang valid untuk membuat prediksi

a. Persepsi Selektif (​Selective Perception), ​Kecenderungan untuk secara selektif


menginterpretasikan apa yang seorang lihat dalam basis minat, latar belakang, dan
sikap seseorang.

b. Efek Halo (​Halo Effect)​, Kecenderungan untuk menggambarkan impresi umum


mengenai seorang individu berdasarkan karakteristik tunggal.

c. Efek Kontras (​Contrast Effect), ​Evaluasi atas karakteristik seorang yang


dipengaruhi oleh perbandingan dengan orang lain yang baru muncul yang
berperingkat lebih tinggi atau rendah dalam karakteristik yang sama.

d. Stereotip adalah ketika menilai seseorang berdasarkan persepsi kita atas


kelompok asalnya kita sedang melakukan Stereotip.

Aplikasi Spesifik dari jalan pintas dalam Organisasi


Orang di dalam Organisasi selalu menilai satu sama lain. Manajer harus menilai kinerja
pekerjanya. Kita mengevaluasi seberapa banyak usaha yang diberikan rekan kerja kita dalam
pekerjaan mereka.

a. Wawancara Kerja, sedikit orang yang direkrut tanpa wawancara. Namun,


pewawancara membuat penilaian perseptual yang seringkali tidak akurat dan
menggambarkan kesan awal yang dengan cepat mengakar. Kebanyakan
Page 20

keputusan pewawancara berubah sangat sedikit sesudah 4 atau 5 menit pertama


wawancara. Sebagai hasilnya , informasi yang diperoleh dari awal wawancara
membawa bobot yang lebih besar dibandingkan informasi yang peroleh
sesudahnya, dan pelamar yang baik mungkin dikarakterisasi lebih berdasarkan
tidak adanya karakteristik yang tidak menyenangkan dibandingkan berdasarkan
kehadiran karakteristik yang menyenangkan.

Ekspektasi Kerja

Jika seorang manajer mengekspektasikan hal-hal besar dari pekerjaanya, mereka tidak mungkin
mengecewakannya. Sama halnya, jika Ia mengharapkan hanya kerja minimal, mereka akan
mungkin memenuhi ekspektasi kerja itu. Ekspektasi menjadi realita. Prediksi pemenuhan diri
telah didapati mempengaruhi kinerja pelajar, tentram dan bahkan akuntan.

Evaluasi Kinerja

Masa depan seorang pekerja sangat terikat dengan penilaian (promosi, kenaikan gaji dan
kelanjutan pekerjaan). Meskipun penilaian bisa jadi objektif tapi kadang pula ada banyak
pekerjaan yang dinilai secara subjektif.

6-4 Apakah kaitan antara persepsi dan pengambilan keputusan? Bagaimana yang satu
mempengaruhi yang lainnya?
Jawab: ​Hubungan antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual
Pengambilan keputusan individual, baik ditingkat bawah maupun atas, merupakan suatu bagian
yang penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaimana individu dalam organisasi mengambil
keputusan dan kualitas dari pilihan mereka sebagian besar dipengaruhi oleh persepsi mereka.

Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu reaksi terhadap suatu masalah. Terdapat suatu
penyimpangan antara suatu keadaan dewasa ini dan sesuatu keadaan yang diinginkan, yang
menuntut pertimbangan arah tindakan alternatif. Misalnya, seorang manager suatu divisi menilai
penurunan penjualan sebesar 2% sangat tidak memuaskan, namun di divisi lain penurunan
sebesar itu dianggap memuaskan oleh managernya.
Page 21

Perlu diperhatikan bahwa setiap keputusan menuntut penafsiran dan evaluasi terhadap informasi.
Karena itu, data yang diterima perlu disaring, diproses, dan ditafsirkan. Misalnya, data mana
yang relevan dengan pengambilan keputusan. Persepsi dari pengambil keputusan akan ikut
menentukan hal tersebut, yang akan mempunyai hubungan yang besar pada hasil akhirnya.

6-5 Apakah model rasional pengambilan keputusan? Bagaimana ia berbeda dari rasionalitas
terbatas dan intuisi?
Jawab: ​Rasional, model perilaku manusia berdasarkan keyakinan bahwa orang-orang,
organisasi, dan bangsa menjalankan kalkulasi pemaksimalan nilai, yang secara mendasar
konsisten.
Pengambilan keputusan yang rasional merupakan proses yang komplek. Tahapan rasional
decision making process:
a. Mengenal permasalahan.
b. Definisikan tujuan.
c. Kumpulkan data yang relevan.
d. Identifikasi alternative yang memungkinkan (feasible).
e. Seleksi kriteria untuk pertimbangan alternative terbaik.
f. Modelkan hubungan antara kriteria, data, dan alternative.
g. Prediksi hasil dari semua alternative.
h. Pilih alternative terbaik.
Rasionalitas Terbatas
Perilaku yang rasional berdasarkan parameter proses pengambilan keputusan yang
disederhanakan, yang dibatasi (dipagari) oleh kemampuan seseorang untuk memproses
informasi. Para manajer mengetahui bahwa pengambilan keputusan yang “baik” diandaikan
melakukan hal-hal tertentu: mengidentifikasi masalah, mempertimbangkan, berbagai alternative,
mengumpulkan informasi, dan bertindak secara tegas, namun berhati-hati. Para manajer, dengan
demikian, diharapkan menampilkan perilaku pengambilan keputusan yang benar. Dengan
berbuat begitu, para manajer memberi isyarat kepada atasan, rekan sejawat, dan bawahan mereka
Page 22

bahwa mereka itu kompeten dan bahwa keputusan mereka merupakan hasil pertimbangan yang
cerdas dan rasional.
Dasar Pengambilan Keputusan :
Menurut ​George R.Terry ​menyebutkan ​5 dasar (basis) dalam pengambilan keputusan​,
yaitu: (1) intuisi; (2) pengalaman; (3) fakta; (4) wewenang; dan (5) rasional.
1. Intuisi
Pengambilan keputusan berdasarkan Intuisi adalah proses pengambilan keputusan
berdasarkan pengalaman, perasaan dan pertimbangan yang sudah terkumpul. pengambilan intuisi
ini mengandung unsur keuntungan dan kelemahan yaitu sebagai berikut :
Keuntungan :
a. waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif lebih pendek
b. untuk masalah yang pengaruhnya terbatas, pengambilan keputusan ini akan memberikan
kepuasan pada umumnya
c. kemampuan mengambil keputusan dari pengambil keputusan itu sangat berperan, dan itu perlu
dimanfaatkan dengan baik.

Kelemahan:
a. Keputusan yang dihasilkan relatif kurang baik.
b. Sulit mencari alat pembandingnya, sehingga sulit diukur kebenaran dan keabsahannya.
c. Dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan seringkali diabaikan.

6-6 Apakah beberapa bias atau kesalahan keputusan umum yang dibuat orang?
Jawab: ​Berikut bias-bias paling umum dalam pengambilan keputusan

1.​ ​Bias Terlalu Percaya Diri

Riset terkini terus menyimpulkan bahwa kita cenderung terlalu percaya diri dengan kemampuan
kita dan kemampuan orang lain. Individu yang mempunyai kecerdasan intelektual dan
interpersonal paling lemah, paling mungkin berlebih dalam mengestimasi kinerja dan
kemampuannya. Adapun hubungan negative antara optimalisasi wirausaha dana kinerja bisnis
barunya, semakin optimis semakin tidak sukses. Kecenderungan untuk terlalu percaya diri akan
Page 23

ide-ide mereka mungkin menyebabkan tidak direncanakannya berbagai menghindari masalah


yang muncul.

2.​ ​Bias Jangkar ​(anchoris bias)

Merupakan kecenderungan untuk bertahan pada informasi awal dan gagal menyesuaikan dengan
informasi selanjutnya secara adekuat. Pikiran kita tampaknya memberikan jumlah penekanan
yang tidak seimbang pada informasi pertama yang diterima. Jangkar secara luas digunakan oleh
orang-orang dalam profesi di mana keahlian persuasive penting. Beberapa riset menyatakan
orang berpikir membuat penyesuaian sesudah jangkar ditetapkan sebagai penggenapan angka.
Jika Anda menyatakan gaji 55.000, atasan Anda akan mempertimbangkan 50.000 sampai 60.000
kisaran yang wajar untuk negosiasi, tetapi jika Anda menyebutkan 55.5660, atasan Anda ebih
mengkin untuk memprtimbangkan 55.000-56.000 sebagai kisaran yang mungkin.

3.​ ​Bias Konfirmasi (​confirmation bias)

Kecenderungan untuk mencari informasi yang membenarkan pilihan-pilihan masal lampau dan
untuk mengurangi informasi yang menentang penilaian masa lampau. Kita paling renta pada bias
konfirmasi ketika kita percaya bahwa kita memiliki informasi yang baik dan dengan kuat
berpegang pada opini kita. Untungnya, mereka yang merasa ada kebutuhan yang kuat untuk
akurat dalam pengambilan keputusan kuna rentan pada nias konfirmasi.

4.​ ​Bias Ketersediaan (​availability bias)

Merupakan kecenderungan orang untuk mendasarkan penilaian pada informasi yang siap tersedia
bagi mereka. Riset terbaru mengindikasikan bahwa sebuah kombinasi atas informasi yang siap
sedia dan pengalaman langsung kita dengan informasi yang sama khususnya sangat berdampak
pada pengambilan keputusan kita.
Page 24

5.​ ​Eskalasi Komitmen

Eskalasi Komitmen merujuk pada bertahannya kita dengan keputusan sekalipun ada bukti yang
jelas bahwa itu salah. Komitmen yang meningkat untuk sebuah keputusan meskipun terdapat
informasi negatif. Contoh :Seorang pria telah berpacaran dengan seorang wanitanya kurang lebih
4 tahun.Meskipun pria ini mengatakan bahwa banyak masalah dalam hubungan mereka, namun
pria ini mengatakan bahwa tetap akan menikahi wanita tersebut.

6.​ ​Kesalahan Acak (​Randomness Error​ )

Kecenderungan individu untuk percaya bahwa mereka dapat memprediksi hasil dari
peristiwa-peristiwa yang tidak disengaja. Contoh : Ketika sekelompok individu diberi informasi
harga saham,individu-individu ini kurang lebih 65 persen yakin bahwa mereka bisa memprediksi
arah perubahan saham. Pada keadaan yang sebenarnya, individu-individu ini hanya benar 49
persen pada saat itu.

7.​ ​Aversi Resiko (​Risk Aversion​)

Kecenderungan individu untuk lebih menyukai keuntungan rata-rata jika ada faktor resiko,
meskipun jika resiko diambil dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Contoh : Para
investor menghindari pembelian instrumen beresiko tinggi dan beralih ke instrumen yang
beresiko rendah, (Emas guna menyelamatkan asset mereka di tengah ketidakpastian pasar).

8.​ ​Bias Retrospeksi

Kecenderungan kita untuk pura-pura yakin bahwa kita telah memprediksi hasil dari sebuah
peristiwa secara akurat, setelah hasil tersebut benar-benar diketahui. Contoh : semakin banyak
individu yang sepertinya telah yakin akan siapa yang memenangkan Super Bowl pada hari
setelah pertandingan bila dibandingkan dengan individu yang yakin pada hal itu sebelum
pertandingan.
Page 25

6-7 Bagaimana perbedaan-perbedaan individu dan batasan-batasan organisasi mempengaruhi


pengambilan keputusan?
Jawab: ​Perbedaan individu merupakan subjek di dalam psikologi modern. Dalam banyak hal,
kajian ini merupakan psikologi klasik yang ditujukan pada psikologis seseorang mengenai
perbedaan dan kesamaan antara orang – orang. Macam – macam perbedaan individu yaitu:
1. Perbedaan Kognitif

Kemampuan kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan penguasaan ilmu


pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan pengamatan dan penyerapan seseorang atas suatu
obyek, setiap orang dapat memiliki persepsi tersendiri mengenai hal – hal tersebut. Berkat
pengetahuan yang diperolehnya tersebut, seseorang dapat membentuk suatu persepsi akan hal
yang dialaminya dan pengetahuan yang didapat akan menjadi milik orang tersebut.

2. Perbedaan Kecakapan Berbahasa

Salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupan adalah kecakapan
berbahasa yang berbeda – beda antara setiap individu. Kemampuan berbahasa ini adalah macam
-macam perbedaan individu yang berguna untuk menyatakan hasil pemikiran seseorang dalam
bentuk ungkapan kata – kata yang bermakna, logis dan sistematis serta dalam kalimat yang
terstruktur baik. Faktor lingkungan serta faktor fisik atau organ tubuh yang digunakan untuk
bicara adalah faktor – faktor yang mempengaruhi kemampuan berbahasa.

3. Perbedaan Kecakapan Motorik

Kecakapan motorik atau kemampuan psikomotorik yang dimiliki individu merupakan macam –
macam perbedaan individu yang lainnya. Kemampuan motorik memungkinkan seseorang
melakukan koordinasi tubuh yang baik yang berasal dari gerakan saraf motorik untuk melakukan
suatu gerakan. Semakin kompleks gerakan yang harus dilakukan, maka akan membutuhkan
keterampilan motorik yang lebih kompleks juga. Faktor yang mempengaruhi kemampuan
Page 26

motorik adalah kematangan pertumbuhan fisik dan tingkat kemampuan berpikir yang akan
membuat perbedaan pada kemampuan motorik masing – masing orang.

4. Perbedaan Latar Belakang

Prestasi seseorang dapat dihambat atau diperlancar berkat perbedaan latar belakang dan
pengalaman seseorang. Hal ini terlepas dari potensi yang dimiliki oleh masing – masing orang
untuk belajar dan menyerap serta menguasai berbagai informasi. Macam – macam perbedaan
individu yang menjadi faktor pembeda antara orang – orang antara lain minat, kebiasaan,
kecakapan dan kemampuan berkonsentrasi.

5. Perbedaan Bakat

Kemampuan khusus mengenai suatu bidang tertentu yang dibawa sejak lahir disebut bakat.
Bakat dapat berkembang dengan baik apabila seseorang mendapatkan stimulasi yang tepat.
Sedangkan apabila lingkungan tidak memberikan kesempatan pada bakat seseorang untuk
berkembang, maka bakat tersebut tidak akan terasah dan berkembang dengan baik. Kemampuan
mengembangkan bakat dimiliki oleh masing – masing orang, namun hasil tes inteligensi yang
dilakukan lebih menampilkan keberhasilan di bidang akademik daripada bakat seseorang.

6. Perbedaan Kesiapan Belajar

Perkembangan anak banyak dipengaruhi oleh latar belakangnya sendiri, seperti latar belakang
sosial, ekonomi, budaya, yang peranannya sangat signifikan bagi perkembangan anak itu sendiri.
Karena itulah pada dasarnya kesiapan belajar anak – anak tidak akan sama antara satu anak
dengan yang lainnya walaupun mereka berada dalam rentang usia yang sama. Belajar disini tidak
melulu diartikan sebagai hal yang berkaitan dengan bidang akademis, akan tetapi juga
berhubungan dengan kesiapan anak menerima berbagai hal atau informasi yang diperolehnya
dan memperoleh keuntungan dari pengetahuan tersebut. Faktor – faktor yang mempengaruhi
antara lain kondisi fisik, rasa ingin tahu, sikap, dan pengalaman.
Page 27

7. Perbedaan Jenis Kelamin dan Gender

Istilah jenis kelamin dan gender tidak sama. Jenis kelamin lebih merujuk pada istilah yang
berhubungan dengan perbedaan laki – laki dan perempuan secara biologis, sementara gender
lebih menunjuk kepada aspek psikososial dari seorang laki – laki atau perempuan. Gender adalah
perbedaan yang terbangun antara laki – laki dan perempuan secara sosial dan budaya. Termasuk
dalam gender adalah peran, tingkah laku, sifat, dan kecenderungan lain yang mendefinisikan
artinya menjadi seorang lelaki atzu arti menjadi seorang perempuan dalam masyarakat.

8. Perbedaan Minat

Minat bisa diartikan sebagai kekuatan yang memotivasi dan membuat kita ingin melakukan
sesuatu mengenai suatu hal, orang, atau suatu aktivitas. Dalam berbagai bidang, itu berarti
ketertarikan seseorang akan suatu bidang tertentu yang melebihi bidang lainnya. Minat juga akan
bervariasi pada setiap individu, dan merupakan salah satu dari macam – macam perbedaan
individu.

9. Perbedaan Tingkah Laku

Macam – macam perbedaan individu lainnya adalah perbedaan pada tingkah laku. Beberapa
orang memiliki tingkah laku yang positif terhadap suatu topik yang khusus, subjek, dan profesi
daripada yang lainnya. Tingkah laku yang positif ini bisa dihasilkan melalui pendidikan yang
diberikan, tentunya sejak masa kecil. Ketahuilah ​hakikat pendidikan karakter dalam perspektif
islam​ dan ​peran kepramukaan dalam pendidikan karakter bangsa​.

10. Perbedaan Nilai

Nilai adalah hal – hal yang dianggap penting oleh individu. Beberapa orang menilai bahwa
materi lebih penting daripada nilai moral, ada juga yang menganggap sebaliknya dan masih
banyak lagi nilai yang dipentingkan oleh tiap orang yang berbeda. Untuk menyeimbangkan nilai
– nilai tersebut dalam diri seseorang antara nilai spiritual dan materialisme agar tercapai juga
keseimbangan dalam hidup seseorang, maka pendidikan yang tepat perlu dilakukan sejak dini.
Page 28

11. Perbedaan Konsep Diri

Perbedaan dalam konsep diri mencakup tingkah laku, penilaian dan nilai mengenai seorang
individu yang berhubungan dengan perilaku, kemampuan dan kualitasnya. Beberapa orang yang
memiliki konsep diri positif akan menampilkan dirinya lebih baik daripada orang yang memiliki
konsep diri negatif. Konsep diri yang negatif tentunya juga akan mengarahkan seseorang kepada
kecenderungan hal – hal yang negatif dan tidak berguna bagi perkembangan dirinya sendiri.

12. Perbedaan Kebiasaan Belajar

Terkadang tampak jelas bahwa sebagian orang memiliki kebiasaan belajar yang berbeda dengan
orang lainnya. Misalnya, seseorang baru dapat menerima informasi jika ia mencernanya sambil
melakukan kegiatan fisik atau bekerja di luar ruangan. Sebagian orang mungkin akan memahami
berbagai hal dengan membaca, sementara lainnya perlu melakukan praktek untuk memahami
informasi tertentu, dan sebagainya. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara yang paling sesuai
untuk individu agar mampu menerima dan mencerna informasi yang ada.

Dalam organisasi, pengaruh yang penting terhadap perilaku yang etis adalah adanya norma dan
nilai tim, departemen, dan organisasi secara keseluruhan. Riset menunjukkan bahwa nilai-nilai
ini sangat mempengaruhi tindakan dan proses pengambilan keputusan oleh karyawan. Secara
khusus, budaya perusahaan memungkinkan karyawan tahu keyakinan dan perilaku seperti apa
yang didukung oleh perusahaan dan seperti apa yang tidak dapat ditoleransi oleh perlahan.

Budaya dapat diamati untuk melihat jenis-jenis sinyal etika yang diberikan kepada para
karyawan. Standar etika yang tinggi dapat ditegaskan dan dikomunikasikan melalui penghargaan
publik atau upacara resmi.

Budaya bukanlah satu-satunya aspek dari organisasi yang mempengaruhi etika, namun
merupakan suatu kekuatan yang besar karena menentukan nilai-nilai perusahaan. Aspek
organisasi yang lain, seperti aturan dan kebijakan yang eksplisit, sistem seleksi, penekanan pada
Page 29

standar hukum dan profesional. Serta proses kepemimpinan dan pengambilan keputusan, juga
dapat mempengaruhi nilai etika dan proses pengambilan keputusan oleh manajer.

6-8 Apakah kreativitas, dan apakah ketiga komponen model kreativitas?


Jawab: ​Kreativitas adalah sebuah kemampuan yang dimiliki oleh individu/ ​seseorang untuk
memahami keadaan/dunia​, dalam menginterprestasikan pengalaman dan memecahkan masalah
dengan cara yang baru dan asli (membuat/ menciptakan suatu hal yang baru yang bermanfaat ).
Berikut ini adalah kriteria-kriteria kreativitas :
- Sensitivity to problems, yaitu kreativitas dilihat dari kepekaan terhadap masalah yang muncul.
- Originality, yaitu pemecahan masalah dengan cara baru, bukan meniru pemecahan
masalah orang lain.
- Breadth, yaitu ketepatan dalam pemecahan masalah dan berguna.
- Ingenuity, yaitu adanya kecerdikan dalam pemecahan masalah.
- Recognity by peers, yaitu adanya pengakuan dari kelompoknya tentang penemuannya.
karena kreativitas merupakan hasil dari proses berpikir kreatif yang dilakukan oleh seseorang,
sehingga Berpikir kreatif sangat erat hubungannya dengan ​kreativitas​.
Tiga Komponen kunci untuk membangun kreativitas :
1. Keahlian. Keahlian berarti adanya kompetensi atau kecakapan, pengetahuan dan keterampilan
. 2. Motivasi. Motivasi – terutama yang digerakkan oleh inner motivation – ternyata amat
mendorong proses berpikir kreatif.
3. Creative Thinking Skills. Kreativitas akan muncul jika memang kita dibekali dengan creative
thinking skills yang memadai.

Anda mungkin juga menyukai