Anda di halaman 1dari 34

1

CASE STUDY
Alcohol Used Disorder (AUD)
STASE KEPERAWATAN JIWA

OLEH :

KELOMPOK 3

ANITA ANGGARAENI (N.19.005)


NURADA DARWIS (N.19.031)
RENI RAHMADANI (N.19.042)

PRECEPTOR

…………………………………………….

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR
2019/2020
2

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
jualah, sehingga penyusunan case study ini dapat diselesaikan sebagaimana
mestinya. Case study ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Jiwa profesi ners dngan case study “(alkoholisme/ Alcohol use disorder
(AUD))”.
Penulis menyadari bahwa dalam upaya penyelesaian case study ini,
banyak mengalami berbagai kesulitan sehingga tidaklah mengherankan apabila
dalam case study ini masih banyak ditemukan kesalahan. Oleh karena itu, penulis
menyadari bahwa banyak mengalami kendala dan kesulitan. Namun, berkat
petunjuk, bimbingan dan nasehat dari dosen pembimbing sehingga tugas ini
terselesaikan dengan baik walaupun penuh dengan kekurangan.
 Penulis menyadari bahwa case study ini jauh dari kesempurnaan oleh
sebab itu saran dan kritik dari berbagai pihak yang sifatnya membangun, sangat
diharapkan dan saya ucapkan terima kasih. Semoga case study ini bermanfaat
adanya.
Wassalamualaikum wr.wb

Polewali,

Kelompok 3
3

DAFTAR ISI

SAMPUL Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................

B. Rumusan Masalah.........................................................

C. Tujuan

1. TujuanUmum....................................................

2. TujuanKhusus...................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori Alkoholisme ..........................................

BAB III ANALISA KASUS

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian......................................................................

B. Patowflow ......................................................................

C. Diagnosa keperawatan....................................................

D. Intervensi keperawatan...................................................

E. Evaluasi keperawatan.....................................................

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................

DAFTAR PUSTAKA
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya

meningkatkan dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada

fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien atau klien dapat berupa individu,

keluarga, kelompok, organisasi atau komunikasi (Stuart, 2007).

Dalam UU No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal (4) disebutkan

setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat

Kesehatan yang optimal. Definisi sehat menurut Kesehatan dunia Wordl

Health Organization (WHO) adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi

fisik, mental dan social yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.

Manusia akan beradaptasi terhadap keseimbangan melalui mekanisme

penanganan yang dipelajari pada masa lampau. Apabila manusia berhasil

beradaptasi dengan masa lampau, berarti ia telah mempelajari aktivitas

mekanisme penanganan yang adekuat untuk beradaptasi terhadap kesulitan

yang lebih kompleks dimasa mendatang dan bisa menyebabkan terjadinya

keadaan yang mempunyai pengaruh buruk terhadap kesehatan jiwa atau

gangguan jiwa.

Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah Kesehatan utama

diberbagai Negara maju, modern dan industry. Hasil riset WHO diperikarikan

pada setiap saat, 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahn

jiwa, saraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat. Lebih jauh lagi
5

dikatakan bahwa satu dari lima orang dewasa pernah mengalami gangguan

jiwa dari jenis biasa sampai yang serius (Rizki, 2012).

Di Rumah Sakit Indonesia , Sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh

pasien gangguan jiwa yaitu halusinasi dengar, 20% mengalami halusinasi

penghlihatan dan 10% mengalami halusinasi penciuman, pengecap dan

perabaan.

Salah satu masalah dalam keperawatan jiwa adalah Alcohol Use Disorder

(AUD), atau terkadang disebut juga alkoholisme, tersebar di seluruh dunia dengan

prevalensi terbesar di negara-negara Eropa Timur dimana 85% laki-laki dewasa

mengkonsumsi alkohol. Di Indonesia, berdasarkan laporan Badan Narkotika

Nasional (BNN) pada tahun 2016, sebesar 8% penduduk Indonesia pernah

mengkonsumsi alkohol sepanjang hidupnya dan sebanyak 5% penduduk Indonesia

aktif mengkonsumsi alkohol dalam setahun terakhir.

Prevalensi alcohol use disorder (AUD) menurut WHO berkisar


antara 0% - 16% dengan prevalensi terbesar ditemukan di Eropa Timur.

AUD juga menjadi faktor risiko utama ketiga burden of illness


secara global karena menyebabkan 3,3 juta kematian tiap tahunnya serta
menyumbang 60 jenis penyakit akibat penyalahgunaan alkohol. Depresi
merupakan gangguan psikiatri yang paling banyak ditemukan pada
ketergantungan alkohol (alcohol dependence).

Sebuah studi nasional di Amerika Serikat melaporkan bahwa


prevalensi AUD mencapai 29,1%. Prevalensi ini dilaporkan lebih tinggi pada
laki-laki dibandingkan wanita (36% vs 32,6%). Selain itu, AUD juga
dilaporkan berkaitan secara signifikan dengan gangguan depresi mayor dan
6

gangguan bipolar, serta berkaitan dengan kepribadian antisosial dan


borderline.

Masalah AUD di Indonesia cukup kompleks karena adanya


kebiasaan mencampur alkohol dengan zat lainnya (oplosan) yang tidak
ditemukan di negara-negara lain. Di tahun 2016, kasus keracunan metanol
yang terjadi di Sleman, Yogyakarta bahkan menimbulkan Kejadian Luar
Biasa (KLB) Keracunan dimana terdapat 44 korban yaitu 26 orang meninggal
dunia dan 18 luka berat/rawat inap.

Di Indonesia, prevalensi alcohol use disorder (AUD) dilaporkan


0,8% dengan pengguna laki-laki sebesar 1,3% dan perempuan 0,3%. Untuk
alcohol dependence, angka prevalensi di Indonesia adalah sebesar 0,7%
dengan prevalensi pada laki-laki sebesar 1,3% dan perempuan sebesar 0,2%.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan


bahwa prevalensi nasional minum alkohol selama 12 bulan mencapai 4,6%.
Provinsi dengan prevalensi tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (17,7%),
Sulawesi Utara (17,4%), dan Gorontalo (12,3%). Prevalensi nasional
peminum alkohol dalam satu bulan terakhir adalah 3,0% dengan Sulawesi
Utara (14,9%) memiliki angka tertinggi.

Badan Narkotika Nasional (BNN) melaporkan bahwa angka


prevalensi pernah minum alkohol di Indonesia mencapai 8% dan yang aktif
minum alkohol dalam setahun terakhir adalah 5%. Pengguna alkohol
terbanyak berada pada kelompok umur 20-29 tahun dan rerata usia pertama
kali minum alkohol sekitar 23 tahun. Rerata frekuensi minum alkohol
sebanyak dua kali per minggu, dan mereka yang selalu minum alkohol setiap
minggunya mencapai 15%.
7

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi Alkoholisme ?
2. Apakah penyebab dan gejala Alkoholisme?
3. Apakah patofisiologi Alkoholisme?
4. Apakah pemeriksaan penunjang pada Alkoholisme?
5. Apakah penatalaksanaan klien dengan Alkoholisme?
6. Apa sajakah komplikasi dari Alkoholisme?
7. Apa sajakah pencegahan pasien dengan Alkoholisme ?
8. Apakah asuhan keperawatan pasien dengan Alkoholisme ?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menjelaskan pengertian dan asuhan keperawatan pada klien dengan
HIV.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami definisi alkoholisme.
b. Menyebutkan dan memahami penyebab dan gejala Alkoholisme
c. Mengetahui dan memahami patofisiologis Alkoholisme.
d. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada
Alkoholisme.
e. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan
Alkoholisme.
f. Mengetahui dan memahami komplikasi dari Alkoholisme.
g. Mengetahui dan memahami pencegahan Alkoholisme .
h. Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan Alkoholisme.
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Alkoholisme


1. Definisi
Kecanduan alkohol adalah ketika tubuh menjadi bergantung
pada alkohol dan sulit untuk mengendalikan konsumsinya. Terdapat
beberapa istilah lain yang digunakan untuk keadaan ini, seperti
alkoholisme atau gangguan penggunaan alkohol (alcohol use disorder).
Pola konsumsi alkohol seperti ini bisa menimbulkan masalah dan
gangguan serius, tetapi seseorang yang kecanduan alkohol tidak akan
berhenti mengonsumsi alkohol meski kebiasaan tersebut menyebabkan
masalah pada dirinya atau bahkan bisa muncul gejala putus zat bila orang
tersebut menghentikan konsumsi alkohol.

Kecanduan alkohol terjadi saat alkohol sudah membuat


perubahan kimia otak. Perubahan ini meningkatkan sensasi kepuasan saat
penderita minum alkohol, sehingga memicunya untuk lebih sering
9

minum dan mengakibatkan kecanduan. Sensasi puas yang dirasakan akan


hilang, oleh karena itu pecandu akan tetap minum alkohol untuk
mencegah gejala putus zat.

Kecanduan alkohol adalah kondisi saat tubuh telah bergantung


pada alkohol dan sulit untuk mengendalikan konsumsinya. Pola
konsumsi alkohol seperti ini dapat menimbulkan masalah dan gangguan
serius. Seseorang pecandu alkohol tidak akan berhenti mengonsumsi
alkohol, meski kebiasaan tersebut menyebabkan masalah pada dirinya.
Parahnya lagi, kondisi ini dapat memunculkan gejala putus zat, jika
pecandu tersebut menghentikan konsumsi alkohol.

Sayangnya, kondisi ini sangat rentan dialami oleh para remaja.


Sebanyak 35 persen remaja pun dilaporkan pernah meminum alkohol
sejak ia masih berusia 15 tahun. Parahnya lagi, di Ameriksa Serikat,
alkohol telah menjadi penyebab seseorang dilarikan ke UGD sebanyak
189.000 orang dan menyebabkan 4.300 kasus kematian setiap tahunnya.

2. Penyebab dan Gejala


Penyebab Kecanduan Alkohol

Kecanduan alkohol adalah hasil dari gabungan yang cukup


kompleks antara faktor genetik, psikologis, dan lingkungan. Alkoholisme
tidak memiliki satu penyebab dan tidak diturunkan dari generasi ke
generasi di keluarga. Kondisi ini pun bisa dikatakan sebagain salah satu
gangguan mental.

Alkoholisme juga bisa dialami oleh siapapun. Mereka yang


mengidap kondisi ini akan terus minum walaupun minum alkohol
berdampak negatif, seperti kehilangan pekerjaan. Beberapa orang bahkan
sudah menyadari bahwa kebiasaan mengonsumsi alkohol dapat
berdampak buruk. Sayangnya, hal tersebut sering kali tidak cukup untuk
menghentikan kebiasaan tersebut
10

Gejala Kecanduan Alkohol, beberapa gejala kecanduan alkohol,


antara lain:

a. Konsumsi alkohol berlebih, meningkatnya jumlah atau frekuensi


konsumsi.
b. Toleransi tinggi terhadap alkohol.
c. Minum di saat yang tidak tepat (pagi hari atau di tempat kerja).
d. Perubahan pada hubungan pertemanan.
e. Perubahan emosi, seperti depresi dan kelesuan.
f. Ketergantungan terhadap alkohol untuk berkegiatan sehari-hari.
g. Menghindari kontak dengan orang terdekat.
h. Bicara yang melantur.
i. Keseimbangan yang buruk dan kecanggungan.
j. Refleks yang terlambat.
k. Tremor pada pagi hari setelah minum.
l. Kehilangan ingatan setelah minum-minum.
m. Gejala sakau saat tidak minum, seperti gemetar, mual, dan muntah.

3. Patofisiologi

Alcohol Use Disorder (AUD), atau terkadang disebut juga


alkoholisme, diperantarai oleh mekanisme utama aksi alkohol dalam
meningkatkan inhibisi pada sinaps GABA dan mengurangi eksitasi pada
sinaps glutamat . Alkohol meningkatkan pelepasan dopamin di neuron
dopamin pada ventral tegmental area (VTA) dan aksi ini penting untuk
memperkuat aspek adiktif alkohol. Alkohol juga beraksi pada reseptor µ
dan menyebabkan pelepasan opioid endogen seperti enkephalin. Hal ini
berkontribusi pada timbulnya adiksi alkohol.

Alkohol juga beraksi pada reseptor glutamat presinaps


(mGluRs) dan kanal kalsium presinaps (VSCCs) untuk menghambat
pelepasan glutamat. Akhirnya, alkohol meningkatkan pelepasan GABA
11

dengan memblokade reseptor GABA B presinaps dan melalui aksi


langsung atau tidak langsung pada reseptor GABA A. Hambatan
pelepasan glutamat juga akan menyebabkan fenomena disinhibisi, yaitu
penurunan inhibisi oleh GABA karena menurunnya excitatory drive dari
glutamat. Akibat penurunan inhibisi ini, maka akan terjadi peningkatan
pelepasan dopamine oleh neuron dopaminergik di VTA.

4. Patoflow Keperawatan

Perilaku Kekerasan

Resiko Mencederai Diri/Orang lain

Perubahan Emosi dan Gejala Sakau

Alkoholisme

Faktor Genetik, Psikologis dan Lingkungan

5. Pemeriksaan Penunjang

Manifestasi klinis alcohol use disorder (AUD) bergantung pada


keadaan pasien saat datang. Pasien yang intoksikasi akan menampilkan
gejala yang berbeda dengan pasien putus zat.

6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan alcohol use disorder (AUD), atau terkadang


disebut juga alkoholisme, selalu mengedepankan upaya-upaya untuk
abstinensia. Pemberian farmakoterapi maupun psikoterapi sebaiknya
12

dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten. Untuk Indonesia, berarti


dilakukan oleh psikiater atau tenaga medis yang telah dilatih oleh BNN.

Untuk mereka yang menyalahgunakan alkohol namun belum


menunjukkan gejala-gejala ketergantungan, maka sebaiknya
mendapatkan intervensi psikoterapi, misalnya dengan cognitive
behavioral therapy (CBT) dan terapi perilaku atau terapi sosial (seperti
pertemuan anonymous alcoholics). Terapi-terapi ini bertujuan untuk
perbaikan kognisi, perilaku, dan masalah sosial yang berhubungan
dengan penggunaan alkohol

Untuk tingkat penyalahgunaan ringan, upaya non farmakologis


lebih dikedepankan. Namun untuk tingkat sedang dan berat, harus
dikombinasikan dengan medikamentosa.

7. Komplikasi
Sejumlah penyakit dan gangguan yang bisa muncul pada
pecandu alkohol adalah:
a. Gangguan otak dan saraf. Demensia dan sindrom Wernicke-
Korsakoff merupakan gangguan pada saraf yang dapat ditimbulkan
akibat konsumsi alkohol jangka panjang. Gangguan saraf ini
dikaitkan dengan kekurangan vitamin B, terutama kekurangan
vitamin B1 yang menjadi penyebab sindrom Wernicke-Korsakoff.
Pecandu alkohol juga dapat mengalami mati rasa di tangan dan kaki,
gangguan dalam berpikir, dan hilang ingatan jangka pendek.
b. Penyakit liver. Konsumsi alkohol dalam jumlah banyak bisa
menyebabkan kadar lemak pada hati meningkat (hepatic steatosis),
radang hati (hepatitis alkoholik), hingga sirosis.
c. Penyakit jantung dan pembuluh darah. Konsumsi alkohol
berlebihan bisa memicu tekanan darah tinggi, stroke, serta
meningkatkan risiko gagal jantung, dan gangguan irama jantung.
13

d. Masalah pencernaan. Kecanduan alkohol bisa menyebabkan radang


pada lapisan lambung dan kerongkongan (esofagus). Penyerapan
vitamin B dan nutrisi lain juga akan terganggu. Selain itu, kerusakan
pankreas yang berujung ke pankreatitis juga bisa terjadi.
e. Gangguan menstruasi dan fungsi seksual. Kecanduan alkohol bisa
menyebabkan impotensi pada pria dan berhentinya menstruasi pada
wanita.
f. Masalah kehamilan. Konsumsi alkohol pada masa kehamilan
berisiko menyebabkan keguguran atau cacat pada anak yang
dilahirkan.
g. Masalah penglihatan. Konsumsi alkohol dalam jangka panjang bisa
menyebabkan pergerakan mata yang tidak terkendali (nistagmus)
serta kelumpuhan otot mata akibat kekurangan vitamin B1.
h. Komplikasi diabetes. Alkohol dapat mengganggu pelepasan gula
(glukosa) dari hati, sehingga berisiko menimbulkan hipoglikemia,
terutama pada penderita diabetes yang menggunakan insulin untuk
mengendalikan gula darah.
i. Kerusakan tulang. Alkohol bisa menghambat produksi sel tulang
baru, sehingga berpotensi menyebabkan pengeroposan tulang atau
osteoporosis. Selain tulang, sumsum tulang juga dirusak oleh
alkohol, hal ini mengakibatkan gangguan produksi sel darah yang
dihasilkan di sumsum tulang. Salah satu akibatnya, tubuh menjadi
mudah memar akibat sel keping darah (trombosit) yang rendah.
j. Kanker. Konsumsi alkohol dalam jangka panjang meningkatkan
risiko terserang kanker hati, kanker mulut, kanker usus, kanker
tenggorokan, dan kanker payudara.
k. Rentan terserang infeksi. Konsumsi alkohol bisa membuat
kekebalan tubuh menurun, sehingga meningkatkan risiko terkena
infeksi, seperti infeksi paru (pneumonia).
14

Selain itu, penting untuk diketahui, alkohol seringkali berinteraksi


dengan obat-obatan yang dikonsumsi sehingga berisiko menimbulkan
efek yang berbahaya.

8. Pencegahan
Beberapa upaya untuk mencegah kecanduan alkohol. Antara
lain adalah dengan intervensi dini untuk mencegah masalah konsumsi
alkohol pada remaja. Selain itu, pengenalan pola perilaku sejak dini dapat
dilakukan, supaya penyalahgunaan alkohol tidak berkepanjangan.

9. Pengobatan
Mengatasi kecanduan alkohol adalah tantangan yang
memerlukan banyak dukungan dari keluarga dan teman-teman. Selain
dukungan emosional, terapi pengobatan dapat membantu mengatasi
kecanduan alkohol. Banyak program yang dapat membantu mengatasi
ketergantungan alkohol. Biasanya program memiliki langkah-langkah
sebagai berikut:

Langkah 1. Mendetoksifikasi dan membersihkan diri dari alkohol untuk


menyingkirkan alkohol dari tubuh Anda.

Langkah 2. Rehabilitasi untuk mempelajari ketrampilan dan perilaku


menguasai diri.

Langkah 3. Konseling untuk membahas isu emosional.

Langkah 4. Mengikuti kelompok dukungan untuk mencegah kambuh dan


mengatur perubahan gaya hidup.

Langkah 5. Perawatan untuk masalah kesehatan fisik dan mental terkait


dengan alkoholisme.

Langkah 6. Pengobatan untuk mengendalikan kecanduan.


15

Beberapa pengobatan dapat membantu mengatasi kecanduan alkohol


dengan mengendalikan keinginan dan gejala sakau, seperti:

a. Naltrexone (Revia®, Vivitrol®). Obat ini dapat mengurangi


keinginan terhadap alkohol dengan menyumbat reseptor opioid yang
mencakup efek euphoria dari mengonsumsi alkohol.
b. Acamprosate (Campral®). Obat ini bekerja sebagai reseptor gamma-
aminobutyric acid (GABA) untuk mengurangi gejala sakau seperti
insomnia, gelisah dan dysphoria. Obat ini dapat digunakan
bersamaan dengan terapi.
c. Acamprosate (Campral®). Obat ini menghasilkan rasa tidak nyaman
pada fisik (seperti flushing, palpitasi, mual, muntah dan sakit kepala)
apabila seseorang mengonsumsi alkohol. Obat ini bekerja dengan
mengganggu penguraian alkohol, menyebabkan menumpuknya
acetaldehyde.
16

BAB III
ANALISA KASUS CASE STUDY

INSTRUKSI

Semua pertanyaan berlaku untuk studi kasus ini. Respons Anda harus singkat dan
to the point. Ketika diminta untuk memberikan beberapa jawaban, buatlah daftar
sesuai urutan prioritas atau signifikansi. Jangan menganggap informasi yang tidak
disediakan. Silakan cetak atau tulis dengan jelas. Jika tanggapan Anda tidak
terbaca, itu akan ditandai sebagai? dan Anda harus menulis ulang.

KASUS

Tn “J.G., seorang pria berusia 49 tahun, terlihat di gawat darurat (ED) 2


hari yang lalu, didiagnosis dengan keracunan alkohol, dan dibebaskan setelah 8
jam untuk perawatan saudaranya. Dia dibawa kembali ke UGD 12 jam yang lalu
dengan perdarahan gastrointestinal aktif (GI) dan dirawat di unit perawatan
intensif (ICU); diagnosisnya adalah perdarahan saluran cerna bagian atas dan
keracunan alkohol. Anda ditugasi untuk mengakui dan merawat J.G. selama sisa
shift Anda. Menurut catatan ED, tanda-tanda vitalnya adalah BP 84/56 mm Hg, P
110 bpm, R 26, dan ia muntah darah merah terang. Dia diberi cairan IV dan
ditransfusikan 6 unit sel darah merah yang dikemas (PRBC) di UGD. Pada
penilaian awal, Anda perhatikan bahwa Tanda-tanda vital Tn “J.G adalah tekanan
darah BP 154/90 mm Hg, P 110 bpm; dia memiliki sedikit getaran di tangannya,
dan dia tampak cemas. Dia mengeluh sakit kepala dan tampak memerah. Anda
perhatikan bahwa dia tidak memiliki emesis dan tidak memiliki darah merah apa
pun di fesesnya atau melena (feses berwarna hitam) selama 5 jam terakhir.
Menanggapi pertanyaan Anda, J.G. menyangkal bahwa ia memiliki masalah
alkohol tetapi kemudian mengaku minum sekitar seperlima vodka setiap hari
selama 2 bulan terakhir. Dia melaporkan bahwa dia minum vodka sebelum masuk
ke ED. Dia mengakui pernah mengalami kejang saat menarik diri dari alkohol di
masa lalu.
17

Penerimaan Lab
Hgb 10.9 g / dL
Hct 23%
ALT (SGPT) 69 unit / L
AST (SGOT) 111 unit / L
GGT 75 unit / L
Serum alkohol (ETOH) 291 mg / dL

1. Data mana dari penilaian Anda tentang J.G. yang menjadi perhatian anda ?
Jawaban : Data tentang J.G yang menjadi perhatian bahwa tanda-tanda vital
Tn “J.G adalah tekanan darah BP 154/90 mm Hg, P 110 bpm; dia memiliki
sedikit getaran di tangannya (tremor), dan dia tampak cemas. Dia mengeluh
sakit kepala dan tampak memerah. Dtidak memiliki emesis dan tidak
memiliki darah merah apa pun di fesesnya atau melena (feses berwarna
hitam) selama 5 jam terakhir. Tn. J.G mengaku minum sekitar seperlima
vodka setiap hari selama 2 bulan terakhir. Dia melaporkan bahwa dia minum
vodka sebelum masuk ke ED. Dia mengakui pernah mengalami kejang saat
menarik diri dari alkohol di masa lalu.

2. Apa yang ditunjukkan hasil laboratorium?


Jawaban : Hasil laboratorium menunjukkan :
Hgb 10.9 g / dL : Hemoglobin rendah dibawah normal sedangkan pada pria
Hb yg normal 13,8-17,2 g/dL.
Hct 23% : Hematokrit rendah dibawah normal sedangkan nilai normal pria
dewasa 40-54%.
ALT (SGPT) 69 unit / L : SGPT diatas normal sedangkan normal SGPT 7-56
unit / L
AST (SGOT) 111 unit / L : SGOT diatas normal sedangkan normal SGOT 5-
40 unit / L
18

GGT 75 unit / L : kadar GGT diatas normal sedangkan normal kadar GGT 0-
51 IU/L.
Serum alkohol (ETOH) 291 mg / dL
3. Manakah dari hasil lab sebelumnya yang secara spesifik mencerminkan
konsumsi alkohol kronis?
Jawaban :

Hgb 10.9 g/dl

Hct 23%

Alt (SGPT)

Ast (SGPT)

GGt 75 unit/I

Serum Alkohol

(ETOH) 291 mg/dl

4. Apa dua kemungkinan penyebab dari gejala J.G?


Jawaban : Perdarahan saluran cerna atas dan keracunan alcohol

5. Apa kerangka waktu yang paling mungkin bagi seseorang untuk memiliki
gejala penarikan setelah penghentian alkohol secara tiba-tiba?
Jawaban : Kerangka awaktu yang paling mungkin adalah sekitar 24 hingga
72 jam setelah penghentian.

KEMAJUAN STUDY KASUS

Anda perhatikan bahwa dokter Belum mendiagnosis J.G. memiliki


ketergantungan alkohol, dan perintahnya tidak termasuk pengobatan untuk
penarikan alkohol.
19

6. Sebagai Perawat, tindakan apa yang diperlukan sebelum Anda terus merawat
J.G.?
Jawaban : Sebagai perawat tindakan sebelum merawat tn JG, yaitu

memantau tanda tanda vital dan tiap 2 jam berikan cairan IV dan

ditransfusikan 6 unit sel darah merah, dan juga memberikan pemahaman yang

bisa dia pahami mengenai apa yang dia rasakan.

7. Menurut DSM-IV-TR, apa perbedaan antara ketergantungan alkohol dan


penyalahgunaan alkohol?
Jawaban : Alcoholisme adalah ketergantungan pada alcohol yang

mempengaruhi adjustment dalam hidup. Alkohol merupakan jenis depresan

atau penenang yang menyerang dan menumpulkan pusat pusat penting di

dalam otak. Sehingga penilaian dan proses proses rasional lainnya dalam diri

seseorang alkoholik menjadi terganggu disamping control dirinya pun

menjadi lemah.

- Penyalahgunaan alkohol kronis yang berusia lebih tua dapat kekurangan

vitamin-B kompleks yang mengakibatan sindrom amnestic. Konsumsi

alcohol yang sangat banyak semasa hamil. Diketahui merupakan penyebab

utama bayi mengalami retardasi mental. Kondisi ini dikenal dengan sindrom

alcohol fetal.

8. Apa yang akan bermanfaat bagi dokter J.G untuk mengetahui tentang riwayat
penyalahgunaan obat-obatan J.G?
Jawaban : Yang akan bermnfaat pada J.G adalah melakukan tes darah untuk
mengetahui penggunaaan obat-obatan tertentu.
20

KEMAJUAN STUDY KASUS

Dokter J.G. datang ke ICU untuk menilai J.G. dan memberitahu Anda untuk "hati-
hati" karena J.G. akan masuk ke delirium penarikan alkohol. Dokter menulis
beberapa perintah pengobatan.
9. Obat apa yang biasanya diresepkan untuk pasien yang berhenti minum
alkohol? (Pilih semua yang berlaku.)
a. Benzodiazepin, seperti chlordiazepoxide (Librium)
b. Naltrexone (Revia), agen opioid-pembalikan
c. Acamprosate (Campral), agen pencegah alkohol
d. Clonidine (Catapres), pemblokir alpha-adrenergik
e. Obat antiepilepsi, seperti carbamazepine (Tegretol)
f. Disulfiram (Antabuse), agen pencegah alkohol
g. Atenolol (Tenormin), penghambat beta-adrenergik
Jawaban : Resep obat untuk pasien yang berhenti meminum alkohol
a. Naltrexone (Revia), agen opioid-pembalikan
b. Acamprosate (Campral), agen pencegah alkohol
c. Disulfiram (Antabuse), agen pencegah alkohol

10. Jelaskan alasan untuk masing-masing obat yang digunakan selama


penghentian alkohol akut.
Jawaban :
a. Naltrexone (Revia), agen opioid-pembalikan : obat ini dapat
membantu untuk mengurangi konsumsi alkohol atau mengurangi
keinginan untuk mengambil opiat, dosis penggunaan obat didasarkan
pada kondisi medis klien dan respon terhadap pengobatan.
b. Acamprosate (Campral), agen pencegah alkohol : obat ini dapat
digunakan untuk membantu pasien yang ketergantungan alkohol
untuk berhenti minum alkohol. Acamprosate bekerja dengan
mengembalikan keseimbangan alami pada zat kimia di otak
21

(neurotransmiter). Sebelum menggunakan obat ini pengguna harus


sudah berhenti meminum alkohol.
c. Disulfiram (Antabuse), agen pencegah alkohol : obat minum bentuk
tablet yang digunakan dalam pengobatan kecanduan alkohol. Obat ini
membuat alkohol sulit dicerna dan diproses di dalam tubuh. Dengan
begitu, tubuh tidak akan mendeteksi adanya alkohol dan mencegah
gejala kecanduan.

11. Apa masalah kesehatan kronis yang dikaitkan dengan alkoholisme?


Jawaban : Konsumsi alkohol dikaitkan dengan peningkatan kejadian
banyak penyakit seperti jantung, tulang (osteoporosis), kanker, dan
penurunan sistem imun, kerusakan otak.

12. Tes laboratorium apa yang mungkin diperintahkan dokter untuk menilai
kekurangan nutrisi atau masalah medis lainnya J.G. sedang mengalami?
Jawaban :
a. Tes darah lengkap
b. CT-Scan kepala, untuk melihat ada tidaknya kerusakan otak yang
disebabkan oleh alkohol
c. Fungsi lumbal, untk melihat cairan otak (cairan serebrospina, LCS)
untuk melihat adanya pengaruh alkohol terhadap kejang atau kondisi
lainnya.
d. Uji protein C- reaktif
e. Tingkat sedimentasi eritrosit (laju endapan darah)
f. Tes elektrolit
g. Analisa gas darah
h. Tes darah untuk menilai risiko jantung

KEMAJUAN STUDY KASUS


J G. mengalami delirium penarikan alkohol yang berlangsung selama 36 jam
sebelum mereda. Dia tidak mengalami kejang saat ini. Ketika kondisi medisnya
22

stabil, ia dipindahkan dari ICU ke unit psikiatrik rumah sakit. Ia memberi tahu
Anda bahwa ia "siap untuk pulang" dan tidak ingin "menyentuh minuman lain"
tetapi mengakui bahwa ia membutuhkan bantuan.

13. Obat apa yang mungkin diresepkan untuk J.G. untuk membantunya dengan
ketenangan hati? Apa rejimen pengobatan yang biasa, dan apa efek samping
dan tindakan pencegahan yang harus Anda ajarkan kepada pasien tentang
masing-masing?
Jawaban : beberapa pengobatan yang dapat dilakukan anatar lain:
a. Terapi suportif : kompoten penting dari pengobatan sindrom penarikan
alkohol dan delirium tremens , ini termasuk menyediakan lingkungan
yang tenang, penilaian ulang berkelanjutan, memperhatikan defisit cairan
cairan dan elektrolit; dan pengobatan terhadap kecanduan zat lain yang
saling berdampingan.
b. Tiamin : tiamin dapat bermanfaat untuk mencegah kebingungan, ataksia,
optamoplegia (enselofalopati Wernicke) dan sindrom Wernicke-
Korsakoff.
c. Magnesium : sering diberikan pada orang dengan riwayat alkoholik,
karena golongan tersebut rentan mengalami kekurangan magnesium.
Selain itu magnesium juga dapat mengatasi dari tremor yyang berat.
d. Benzoadiazepin : digunakan pada penderita delirium tremens yang parah
sehingga membutuhkan sedasi di ICU.
14. Pendidikan kesehatan dan rujukan apa yang akan dilakukan sebelum J.G.
dikeluarkan dari rumah sakit?
Jawaban : Pendidikan kesehatan yang memberikan konseling, maka
penderita akan
a. Belajar mengenai risiko-risiko yang berhubungan degan konsumsi
alkohol
b. Mengganti alkohol dengan minuman bersoda maupun minuman ringan
lainnya.
23

Rujukan yang dapat dilakukan sebelum J.G dikelurakan dari Rumah sakit
adalah rujukan ke program alcoholics Anonymous (AA).
15. J.G. dirujuk ke program Alcoholics Anonymous (AA) setempat. Strategi apa
yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemungkinan kehadirannya dalam
pertemuan-pertemuan ini?
Jawaban : Strategi yang dapat diterapkan
a. Hindari berda disekitar orang, situasi yang menggunakan alkohol.
b. Menerapkan pola hidup sehat.
c. Melakukan aktivitas yang bermanfaat.

HASIL STUDY KASUS

Sponsor AA J.G. bertemu dengannya sementara J.G. masih di rumah sakit, dan
pertemuan berjalan dengan baik. Sehari setelah keluar dari rumah sakit, J.G.
menghadiri pertemuan AA pertamanya dengan sponsornya.
24

BAB IV

STRATEGI PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Pertemuan Ke-1

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien

a). Data Subjektif

1). Klien mengatakan dirinya sedikit gelisah

2). Klien mengatakan muntah darah

3). Klien mengatakan tangan nya bergetar

4). Klien mengatakan sakit pada kepala

b). Data Objektif

1). Klien Nampak cemas

2). Ekspresi wajah klien Nampak meringis menahan sakit kepala

3). Klien Nampak tremor

4). Klien Nampak muntah darah

2. Diagnosa Keperawatan Jiwa

Perilaku Kekerasan
25

3. Tujuan Khusus

a. Pasien dapat mengidentifikasi PK

b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda PK

c. Pasien dapat menyebutkan jenis PK yang pernah dilakukannya

d. Paisen dapat menyebutkan akibat dari PK yang dilakukannya

e. Pasien dapat meyebutkan cara mencegah/ mengendalikan PK nya

4. Tindakan Keperawatan

Sp 1 Klien ;

Membina Hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab marah,

tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat dan

cara mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama (Latihan

nafas dalam)

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Fase Orientasi :

a). Salam terapiutik

“Assalamu’alaikum, selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Nurada

Darwis, panggil saja Rada. Saya perawat yang sekarang lagi jaga di

ruang ICU ini, jadi selama shift jaga saya, saya akan merawat Bapak”

Nama Bapak siapa? Dan senangnya dipanggil apa ?

b). Evaluasi/validasi

“Bagaimana perasaan Bapak JG saat ini ?

“Masih ada perasaan kesal atau marah?


26

c). Kontrak

 Topik

“Baiklah sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan

marah yang bapak rasakan,” Apakah Bapak JG Setuju?

 Waktu

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10

menit? Atau jika tidak keberatan waktunya bisa bapak saja yang

sesuaikan selama bapak merasa nyaman dan ingin berbincang-bincang,

saya akan menjadi pendengar yang baik dan jikalau memungkinkan

saya akan memberi solusi dari masalah yang sedang bapak alami”

 Tempat

“Bagaimana kalua kita berdiskusi diruangan ini saja Bapak JG ?

Apakah Bapak JG setuju?

2. Fase Kerja

Selamat Pagi Bapak JG, bagaimana perasaan Bapak ? Apakah Bapak JG masih

merasa kesal? Apabila Bapak JG masih merasa keasal kemudian dada Bapak

JG berdebar-debar, mata melotot, dan tangan mengepal seperti hendak

memukul seseorang? “ Apa yang akan bapak lakukan selanjutnya”

“Apakah dengan Bpk JG marah marah, keadaan akan menjadi lebih baik ?

“ Menurut bapak adakah cara lain yang lebih selain marah-marah ?


27

“Maukah Bapak belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa

menimbulkan kerugian ?

“Ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita belajar

satu cara dulu,

“Begini pak, kalau tanda marah itu sudah bapak rasakan, bapak berdiri

kemudian Tarik nafas dari hidung lalu tahan sebentar, kemudian keluarkan

secara perlahan melalui mulut seperti halnya meluapkan kemarahan, coba lagi

pak dan lakukan sebanyak 5 kali sampai bapak merasa marah itu sudah bisa

terkendali dan meredah. Bagus sekali bapak sudah dapat melakukannya.

“Jadi alangkah baiknya Latihan ini bapak JG lakukan secara rutin yah pak,

sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Bapak JG sudah terbiasa

melakukannya”

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi

1). Evaluasi Subjektif

“ Bagaimana perasaan Bapak JG setelah berbincang-bincang tentang

kemarahan Bapak?”

2). Evaluasi Objektif

“Coba Bapak JG sebutkan penyebab Bapak marah dan yang Bapak JG

rasakan dan apa yang Bapak lakukan serta akibat dari Tindakan

Bapak?”

“Berapa kali dalam sehari Bapak mau melakukan Latihan nafas dalam ?”

“Bagus”
28

“Nanti tolong Bapak Tuliskan M (Mandiri) bilang melakukannya sendiri,

tulis B (Bantuan) bila dibantu dan tulis T (Tidak dapat melakukan) bila

Bapak JG tidak melakukan”.

b. Tindak Lanjut

“Untuk keluarga klien diharapkan untuk selalu mengawasi Bapak JG

apabila beliau masih meminum Alkohol”!

c. Kontrak yang akan datang

“Apakah besok Bapak JG Bersedia untuk berbincang-bincang mengenai

bagaimana cara mengendalikan rasa amarah Bapak akibat kebiasaan

meminum minuman keras?”

“Bapak JG ingin kita berdiskusi dimana ? Bagaimana kalua diruangan ini

lagi ?”

“Waktunya ± 15 menit yah Bapak JG?”

“Baiklah kalau begitu saya permisi dulu Bapak , Assalamu’alaikum “

Pertemuan Ke-2

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien

Klien tenang, kooperatif, ada kontak mata saat berbicara

2. Diagnosa Keperawatan Jiwa

Perilaku Kekerasan

3. Tujuan Khusus

a. Melatih cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara fisik kedua

b. Mengevaluasi Latihan nafas dalam


29

c. Melatih mengungkapkan rasa marah secara verbal : menolak dengan baik,

meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.

d. Menyusun jadwal latihan mengungkapkan secara verbal

4. Tindakan Keperawatan

Sp 2 Klien :

Membantu pasien Latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara

sosial/verbal (evaluasi jadwal harian tentang dua cara fisik mengendalikan

perilaku kekerasan, latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal) menolak

dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik, sesuai

jadwal Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Fase Orientasi :

“Assalamu’alaikum, selamat pagi pak, masih ingat dengan saya”. “Bagus

Bapak yah saya Nurada, sesuai dengan janji saya sekarang kita ketemu

lagi”

“ Bagaimana pak, sudah dilakukan Tarik nafas dalam? “Apa yang

dirasakan setelah melakukan Latihan secara teratur?” “Coba saya lihat

jadwal hariannya”. “Bagus pak bagaimana kalau sekarang kita Latihan

cara bicara untuk mencegah marah”?

“Seperti yang saya katakan kemarin bagaimana kalua kita berbincang-

bincang disini saja bu dengan lama waktu 15 menit”


30

2. Fase Kerja

“Sekarang kita Latihan cara bicara bapak baik untuk mencegah marah. Jikalau

marah Bapak sudah disalurkan melalui Tarik nafas dalam dan bapak sudah

merasa lega, maka kita perlu bicara dengan orang membuat kita marah.

Ada Dua caranya :

a. Meminta dengan baik tanpa marah dengan suara yang rendah serta tidak

menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak mengatakan penyebab

marahnya karena pengaruh Alkohol, coba Bapak mulai dari sekarang

hindari minum minuman keras seperti Alkohol, dan juga apabila Bapak

marah karena disebabkan karena Istri yang tidak menyedia makanan, coba

bapak berbicara dengan baik Seperti ini “Ibu, Tolong sediakan makanannya

yah karena saya sedang lapar”

b. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh Bapak melakukan pekerjaan

yang dianggap terlalu berat yaitu dengan mengatakan “Maaf saya sedang

Lelah mungkin saya tidak dapat melakukan pekerjaan itu karena terlalu

berat untuk dilakukan sekarang”

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi

1). Evaluasi Subjektif

“ Bagaimana perasaan Bapak JG setelah berbincang-bincang tentang cara

mengontrol marah dengan baik Bapak?”


31

2). Evaluasi Objektif

“Coba Bapak JG sebutkan cara bicara yang baikyang telah kita

pelajari.”Bagus sekali, sekarang kita masukkan dalam jadwal”

“Berapa kali dalam sehari Bapak mau melakukan Latihan berbicara

dengan baik?” “Bisa kita buat jadwalnya”

b. Tindak Lanjut

“Untuk keluarga klien diharapkan untuk selalu mengawasi Bapak JG

apabila beliau masih mengeluarkan kata-kata yang tidak untuk

diucapkan”!

c. Kontrak yang akan datang

“Apakah besok Bapak JG Bersedia untuk berbincang-bincang mengenai

bagaimana cara mengendalikan rasa amarah Bapak dengan melakukan

ibadah

“Bapak JG ingin kita berdiskusi dimana ? Bagaimana kalau diruangan ini

lagi ?”

“Waktunya ± 15 menit yah Bapak JG?”

“Baiklah kalau begitu saya permisi dulu Bapak , Assalamu’alaikum “


32

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kecanduan alkohol adalah ketika tubuh menjadi bergantung pada
alkohol dan sulit untuk mengendalikan konsumsinya. Terdapat beberapa
istilah lain yang digunakan untuk keadaan ini, seperti alkoholisme atau
gangguan penggunaan alkohol (alcohol use disorder). Pola konsumsi alkohol
seperti ini bisa menimbulkan masalah dan gangguan serius diantara bisa
menjadikan penggunanya menjadi pelaku kekerasan, tetapi seseorang yang
kecanduan alkohol tidak akan berhenti mengonsumsi alkohol meski
kebiasaan tersebut menyebabkan masalah pada dirinya atau bahkan bisa
muncul gejala putus zat bila orang tersebut menghentikan konsumsi alkohol.
33

DAFTAR PUSTAKA

Mayo Clinic. Alcohol Use Disorder. 2018. https://www.mayoclinic.org/diseases-


conditions/alcohol-use-disorder/symptoms-causes/syc-20369243

Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Keracunan Miras Oplosan di


Sleman, D.I Yogyakarta diunduh dari http://pusatkrisis.kemkes.go.id/keracunan-
miras-oplosan-di-sleman-di-yogyakarta pada 18 September 2018

Cuomo C, Sarchiapone M, Giannantonio MD, Mancini M, Roy A. Aggression,


impulsivity, personality traits, and childhood trauma of prisoners with
substance abuse and addiction. Am. J. Drug Alcohol Abuse
2008;34:339–45. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18428076)

Grann M, Danesh J, Fazel S. The association between psychiatric diagnosis and


violent re-offending in adult offenders in the community. BMC
Psychiatry 2008;8:92. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19032787)

NICE Guideline. Alcohol-use disorders: diagnosis, assessment and management


of harmful drinking and alcohol dependence. NICE. Manchester: 2011
(https://www.nice.org.uk/guidance/cg115)

Roerecke M, Rehm J. Cause-specific mortality risk in alcohol use disorder


treatment patients : a systematic review and meta analysis. Int J Epid,
2014. 43(3): 906-19. https://doi.org/10.1093/ije/dyu018

Stahl SM. Stahl’s essential psychopharmacology: neuroscientific basis and


practical application. 4th ed. Cambridge ; New York: Cambridge
University Press; 2013.

Albucher R. Psychiatry: just the facts. New York: McGraw-Hill Medical; 2008.

Dick DM, Agrawal A. The genetics of alcohol and other drug dependence.
Alcohol Res. Health 2008;31:111–119.
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3860452/)

Connor JP, Haber PS, Hall WD. Alcohol use disorders. The Lancet
2016;387:988–98. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26343838)

APA. Diagnostic and statistical manual of mental disorders (5th ed.). Arlington
VA: American Psychiatric Publishing; 2013.
34

Cunningham JA, McCambridge J. Is alcohol dependence best viewed as a chronic


relapsing disorder?: Alcohol dependence as a chronic relapsing disorder?
Addiction 2012;107:6–12.
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3272223/)

de Bruijn C, van den Brink W, de Graaf R, Vollebergh WAM. The three year
course of alcohol use disorders in the general population: DSM-IV, ICD-
10 and the Craving Withdrawal Model. Addict. Abingdon Engl.
2006;101:385–92. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16499511)

Tuithof M, Ten Have M, van den Brink W, Vollebergh W, de Graaf R. Predicting


persistency of DSM-5 alcohol use disorder and examining drinking
patterns of recently remitted individuals: a prospective general
population study. Addict. Abingdon Engl. 2013;108:2091–9.
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23889861)

Tuithof M, ten Have M, van den Brink W, Vollebergh W, de Graaf R. Alcohol


consumption and symptoms as predictors for relapse of DSM-5 alcohol
use disorder. Drug Alcohol Depend. 2014;140:85–91.
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24793368)

Badan Narkotika Nasional. Laporan Akhir Survei Nasional Perkembangan


Penyalahguna Narkoba Tahun Anggaran 2014. Depok Jakarta: Puslitkes
UI; 2015.

World Health Organization. Global status report on alcohol and health 2018.
Geneva: WHO; 2018.
(http://www.who.int/substance_abuse/publications/global_alcohol_report
/en/)

Grant BF, Goldstein RB, Saha TD, et al. Epidemiology of DSM-5 alcohol use
disorder result from the national epidemiologic survey on alcohol and
related conditions III. JAMA Psychiatry, 2015. 72(8): 757-766.
doi:10.1001/jamapsychiatry.2015.0584

Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2013.


Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013 [cited 2018 Sept 10]. Available
from: http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil
%20Riskesdas%202013.pdf

Anda mungkin juga menyukai