Anda di halaman 1dari 47

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Pembangunan Pabrik Gula Kwala Madu dimulai dari proyek gula PT.

Perkebunan Nusantara IX (Proyek Pengembangan Gula) tahun 1975 yang

dilakukan di beberapa tempat, yaitu :

1. Perkebunan Tanjung Morawa

2. Perkebunan Batang Kuis

3. Perkebunan Sei Semayang

4. Perkebunan Kwala Madu

Dalam upaya peningkatan produktivitas tanah, Balai penelitian PT.

Perkebunan Nusantara IX melakukan penelitian tentang peranan tebu. Dari hasil

penelitian yang dilakukan, Balai penelitian ini memiliki harapan besar untuk

memulai suatu proyek gula. Hal ini dikarenakan output yang diperoleh setiap

hektarnya sangat tinggi. Maka studi kelayakan pendirian pabrik pada bulan

Februari tahun 1978 oleh Philpine Consurtium of Consultan, dan pada bulan

Agustus 1978 izin prinsip pengembangan proyek gula PTP II dikeluarkan oleh

Menteri Pertanian Republik Indonesia dengan Surat No. 252/Menteri/III/1978.

Pabrik Gula Kwala Madu adalah suatu perusahaan penghasil gula kedua yang

didirikan diluar pulau Jawa yang mempunyai kantor besar dijalan Tembakau Deli

No.4 Medan.

Universitas Sumatera Utara


Dalam tahap perkembangan Pabrik Gula ini, Pemerintah mengadakan

kontrak dengan Hitachi Zosen yang ditandatangani pada tanggal 23 November

1981 dan mulai dan mulai berlaku tanggal 6 Februari 1982. Dengan demikian

penyelesaian Pabrik Gula Kwala Madu dapat diselesaikan dalam waktu kurang

dari 24 bulan dari kontrak yang telah ditandatangani.

Dalam proses pengolahannya, Pabrik Gula Kwala Madu beroperasi selama

24 jam sehari dalam masa gilingan selama ± 7 bulan yang dibagi menjadi 3 shift

kerja, dimana 1 shift adalah 8 jam. Pabrik Gula Kwala Madu beroperasi dengan

kapasitas produksi 4000 ton tebu sehari (4000 TCD). Pada tahun 1997 PT.

Perkebunan Nusantara IX berubah nama menjadi PTP. Nusantara II sampai

sekarang.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Pabrik Gula Kwala Madu menghasilkan gula tebu ataupun gula pasir dari

tebu, dimana dalam penanaman tebu PTPN II memiliki perkebunan sendiri, yang

selanjutnya tebu diolah pada pabrik dan menghasilkan gula pasir.

Pabrik gula Kwala Madu dikategorikan dalam kelompok D sesuai dengan

SK Menteri Pertanian No. 59/pst/EKKU/10/1997 yang mengelompokkan pabrik

gula berdasarkan kapasitas dalam :

1. Golongan A untuk pabrik dengan kapasitas 800 – 1200 ton/hari

2. Golongan B untuk pabrik dengan kapasitas 1200 – 1800 ton/hari

3. Golongan C untuk pabrik dengan kapasitas 1800 – 2700 ton/hari

4. Golongan D untuk pabrik dengan kapasitas 2700 – 4000 ton/hari


Selain pabrik Gula Kwala Madu, PTP. Nusantara II juga mempunyai

pabrik gula yang lain yaitu Pabrik Gula Sei Semayang dengan kapasitas 4000

ton/hari.

2.2.1. Lokasi Perusahaan

Lokasi Pabrik Gula Kwala Madu berjarak 36 Km dari kota Medan,

tepatnya di Kwala Begumit, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat. Lokasi

Pabrik Gula Kwala Madu jauh dari keramaian penduduk dan lokasi bahan baku

yaitu perkebunan tebu yang berada cukup dekat disekitar pabrik, dengan luas areal

penanaman tebu seluas 6706,47 Ha dimana areal perkebunan meliputi:

1. Kwala Madu : 1.966,10 Ha

2. Distrik Tb/P3GI : 6,0 Ha

3. Tandem Hilir : 1100,00 Ha

4. Tandem : 96,60 Ha

5. Kwala Binjai : 1684,90 Ha

6. T. Jati : 424,16 Ha

7. Batang Serangan : 85,00 Ha

Di lain sisi pabrik juga mengolah tebu dari hasil rakyat di sekitar

pabrik melalui tebu rakyat intensifikasi seluas 500,25 Ha.

2.2.2. Daerah Pemasaran

PT. Perkebunan Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu memiliki sistem

pemasaran yang dimulai dari proses pemesanan. Pesanan ini diterima oleh pihak
perusahaan melalui bagian pemasaran berdasarkan sistem tender, dimana

selanjutnya bagian pemasaran akan memberitahukan pemesanan tersebut ke

pabrik untuk di proses. Setelah pemesanan selesai di proses, maka konsumen akan

mengambil langsung ke Pabrik Gula Kwala Madu sesuai dengan jadwal yang

telah ditentukan.

2.3. Organisasi dan Manajemen

Organisasi adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan tertentu dan

diantara mereka dilakukan pembagian tugas untuk pencapaian tujuan tersebut.

Organisasi mempunyai unsur-unsur seperti dibawah ini:

1. Adanya dua orang atau lebih

2. Adanya maksud dan tujuan untuk bekerja sama.

3. Adanya pengaturan hubungan.

4. Adanya tujuan yang hendak dicapai.

Organisasi menggambarkan keseluruhan aktifitas manajemen dalam

pengelompokan orang-orang dan penetapan tugas, fungsi-fungsi, wewenang, serta

tanggung jawab masing-masing dengan tujuan terciptanya aktifitas-aktifitas yang

berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Manajemen adalah alat organisasi untuk mencapai tujuannya.

Administrator atau manajer harus berupaya mengerahkan kelompok orang-orang

yang di bawahnya seefektif dan seefisien mungkin untuk mencapai tujuan

tersebut. Ukuran keberhasilan administrator atau manajer adalah tinggi rendahnya

produktivitas kelompok yang dibawahinya.


2.3.1. Struktur Organisasi

Dalam struktur organisasi akan dapat dilihat hubungan dan kerjasama

dalam suatu organisasi. Struktur organisasi merupakan bahan yang memberikan

gambaran secara skematis tentang penetapan dan pembagian pekerjaan yang harus

dilakukan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan serta

menetapkan hubungan antara unsur-unsur organisasi secara jelas dan terperinci.

Bagan organisasi menunjukkan:

1. Pembagian kerja

2. Pimpinan dan bawahan

3. Tipe pekerjaan yang dilaksanakan

4. Pengelompokan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan

5. Tingkatan-tingkatan dalam manajemen

Dalam sistem pengorganisasian pada unit yang berbeda-beda, diperlukan

struktur organisasi yang dapat mempersatukan seluruh sumber daya dengan cara

yang teratur. Dengan struktur organisasi tersebut diharapkan setiap personil yang

ada di dalam organisai dapat diarahkan sehingga dapat mendorong mereka

melaksanakan aktifitas masing-masing dengan baik dengan mendukungnya

sasaran perusahaan.

Adapun struktur yang berlaku di Pabrik Gula Kwala Madu adalah organisasi

fungsional, dimana organisasi ini disusun atas dasar fungsi yang harus

dilaksanakan, serta dalam pembagian tugas-tugas dapat didasarkan pula oleh

fungsi yang harus dilakukannya. Struktur organisasi Pabrik Gula Kwala Madu

dapat dilihat pada Gambar 2.1. Struktur Organisasi Pabrik gula Kwala Madu
MANAGER PABRIK

KA. DINAS TEKNIK KA. DINAS TATA USAHA KA. DINAS LABORATORIUM KA. DINAS PENGOLAHAN

TUIK TIMBANGAN GUDANG ASISTEN LAB ASISTEN LIMBAHASISTEN WATER TREATMENT

TEN CANEYARD TRANSPORT DINAS SIPIL/ALAT


ASISTEN
BERAT
WORKSHOPASISTEN BOILER ASISTEN GILINGAN
ASISTEN LISTRIK INSTRUMENT
ASISTEN PENGUAPANASISTEN PEMURNIANASISTEN MASAKANASISTEN PUTARAN

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Pabrik gula Kwala Madu

Sumber : Pabrik Gula Kwala Madu PTP. Nusantara II

Universitas Sumatera Utara


2.3.2. Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab

Adapun tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing bagian

dalam struktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran I.

2.3.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Karyawan di Pabrik Gula Kwala Madu umumnya telah bekerja sejak

berdirinya pabrik pada tahun 1983 sampai saat ini, dan telah mengalami

pendidikan khusus Pabrik Gula baik dari Lembaga Pendidikan Perkebunan di

Yogyakarta maupun Job Training di Pabrik Gula yang ada di pulau Jawa, Pabrik

Gula Cot Girek di Aceh maupun Pabrik Gula yang ada di luar negeri seperti di

Filipina.

Komposisi tenaga kerja di PG. Kwala Madu terdiri dari :

a. Pimpinan = 13 orang

b. Karyawan Pelaksana = 560 orang

c. Karyawan Tidak Tetap = 160 orang

Jumlah = 733 orang

Adapun komposisi susunan tenaga kerja di Pabrik Gula Kwala Madu dapat

dilihat pada Tabel 2.1. Susunan Tenaga Kerja PG. Kwala Madu

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1. Susunan Tenaga Kerja PG. Kwala Madu

Pimpinan Karyawan Karyawan Tidak Jumlah


No Umum
(orang) Pelaksana (orang) Tetap (orang) (orang)

1 Kantor Manager

 Manager 1 - - 1

 TUK/Umum/G.Material - 44 8 52

 Gudang Hasil 1 12 41 54

2 Dinas Teknik

 Kantor Dinas teknik 1 9 2 12

 Boiler 1 57 6 64

 Mill 1 53 6 60

 Power House/ Listrik 1 58 8 67

 Instrument - 17 - 17

 Workshop 1 48 8 57

 Cane yard - 40 - 40

 Keamanan - 28 - 28

3 Dinas Pengolahan

 Kantor Dinas 1 5 - 6

 Pemurnian 1 50 8 59

 Penguapan 1 49 8 58

 Masakan 1 24 9 34

 Putaran 1 24 11 36

 Pengarungan 1 2 18 21
Tabel 2.1. Susunan Tenaga Kerja PG. Kwala Madu (Lanjutan)

Pimpinan Karyawan Karyawan Tidak Jumlah


No Umum
(orang) Pelaksana (orang) Tetap (orang) (orang)

Laboratorium

 Laboratorium Pabrik 1 25 15 41

 Water Treatment - 3 3 6
4
 Instalasi Limbah - 3 3 6

 Timbangan - 9 6 15

Total 14 560 160 734

Sumber : Pabrik Gula Kwala Madu

Agar produksi perusahaan berjalan lancar dalam melakukan tugas untuk

mencapai tujuannya, maka jam kerja diatur menjadi tiga shift, yaitu:

1. Shift I mulai pukul 07.00 sampai 16.00 WIB

2. Shift II mulai pukul 16.00 sampai 23.00 WIB

3. Shift III mulai pukul 23.00 sampai 07.00 WIB

2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya

Sistem pengupahan yang dilakukan di Pabrik Gula Kwala Madu adalah

berdasarkan peraturan pemerintah melalui Surat keputusan Bersama (SKB) yang

dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Departemen Pertanian.

Sistem pengupahan dibedakan berdasarkan golongan karyawan. Karyawan

pimpinan terdiri dari golongan III-A sampai IV-D, karyawan pelaksana terdiri dari

golongan I-A sampai II-D.


Masa giling di Pabrik gula Kwala Madu adalah sekitar 7 bulan yaitu mulai

bulan Januari sampai bulan Juli dalam 1 tahun, akan tetapi seluruh karyawan tetap

dan pimpinan tetap aktif bekerja walaupun pada saat itu diluar jam kerja yang

telah ditentukan, maka karyawan tersebut mendapat upah lembur.

Upah/gaji dibayar oleh perusahaan setiap awal bulan sebesar upah standar,

ditambah upah lembur bila ada, dan pada waktu-waktu tertentu karyawan akan

menerima :

a. Upah perangsang berdasarkan prestasi.

b. Pembagian keuntungan

c. Jaminan untuk hari tua/pensiun

d. Tunjangan hari raya dan tahun baru dan lain-lain.

Untuk mendorong pimpinan dan karyawan agar bekerja lebih giat dan

meningkatkan prestasi kerja, pihak perusahaan memberikan fasilitas-fasilitas

pendukung seperti berikut :

1. Pemberian Cuti

2. Perumahan

3. Perawatan Kesehatan

4. Sarana Pendidikan

5. Sarana Rumah Ibadah

6. Koperasi Karyawan

7. Transportasi
2.4. Proses Produksi

Proses Produksi merupakan kegiatan-kegiatan yang berlangsung di pabrik

mulai dari pengolahan bahan baku menjadi suatu produk jadi. Proses produksi di

Pabrik Gula Kwala Madu adalah untuk menghasilkan gula pasir.

2.4.1. Bahan Yang digunakan

1. Bahan Baku

Bahan baku adalah semua bahan yang digunakan sebagai bahan

utama dalam proses produksi, ikut dalam proses produksi dan memiliki

persentase terbesar dibandingkan dengan bahan lainnya. Adapun bahan

baku yang digunakan untuk proses produksi yang terdapat di Pabrik gula

Kwala Madu adalah tebu.

Tebu yang akan dipanen mempunyai rendemen (kadar gula) rata-rata

6,5 – 7 %. Pemanenan tebu dilakukan antara 10 – 12 bulan sejak ditanam,

dimana sebelumnya diperiksa terlebih dahulu dengan mengambil sepuluh

batang tebu secara acak sebagai contoh. Tebu yang baik untuk dijadikan

bahan baku pembuatan gula adalah tebu yang matang, dimana kandungan

gula dalam batangnya adalah sama.

kadar gula dalam tebu dipengaruhi oleh faktor intern yaitu varietas

tebu dan faktor ekstern adalah iklim tanah, serta perawatan/pemeliharaan.

Faktor yang paling nyata mempengaruhi kadar kandungan gula adalah

iklim, karena itu panen dilakukan saat curah hujan sedikit yaitu pada bulan

Januari sampai dengan bulan Agustus.


2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses

produksi, yang ditambahkan dalam proses pembuatan produk sehingga

dapat meningkatkan mutu produksi. Bahan tambahan merupakan bahan

yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk atau suatu bahan yang

ditambahkan pada produk dimana keberadaannya tidak mengurangi nilai

produk tersebut

Adapun bahan tambahan dalam produksi gula adalah :

a. Air

Air digunakan sebagai air imbibisi pada stasiun gilingan untuk

memeras kadar gula pada ampas tebu semaksimal mungkin. Volume

air adalah 20% dari kapasitas tebu/hari.

b. Susu kapur (Ca(OH)2)

Kapur tohor dibuat menjadi susu kapur yang berfungsi untuk

menaikkan pH nira menjadi 9,0 – 9,5. Pemilihan susu kapur sebagai

bahan yang digunakan untuk menaikkan pH nira didasarkan pada

harganya yang dapat terjangkau dan mudah membuatnya. Susu kapur

dibuat dengan proses pembakaran batu kapur dan disiram dengan air.

c. Gas Belerang (SO2)

Gas belerang dibuat dari belarang yang digunakan dalam pemurnian

nira. Tujuan pemakian gas belerang adalah :

1) Menetralkan kelebihan air kapur (Ca(OH)2) pada nira terkapur pH-

nya mencapai 7,0 – 7,2.


2) Untuk memutihkan warna yang ada dalam larutan nira yang

mengurangi pengaruh pada warna Kristal dari gula.

d. Floculant

Floculant diberikan untuk mempercepat pengendapan yang berfungsi

sebagai pengikat partikel halus yang tidak baik dalam nira 9larutan

untuk membentuk gumpalan partikel yang lebih besar dan lebih mudah

diendapkan kemudian disaring)

3. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan-bahan yang digunakan dalam suatu

proses produksi yang dikenakan langsung atau tidak langsung terhadap

bahan baku dalam suatu proses produksi untuk mendapatkan produk yang

diinginkan. Bahan-bahan penolong yang digunakan dalam produksi gula

adalah :

a. Karung plastik yang digunakan untuk pemngarungan gula.

b. Benang jahit untuk menjahit karung plastik.

2.4.2. Standar Mutu Produk

Standar mutu produk yang digunakan pihak perusahaan Pbrik Gula Kwala

Madu adalah standar mutu berdasarkan Pusat Penelitian Perkebunan Gula

Indonesia (P3GI) yang ada di Yogyakarta. adapun standar mutu produk yang

ditetapkan perusahaan adalah :

a. Gula yang diproduksi harus berwarna putih dan bersih.


b. Ukuran kristal memenuhi persyaratan yaitu 0,7 – 0,9 mm.

c. Gula hasil produksi haruslah benar-benar kering agar tahan lama.

d. Gula yang dihasilkan tidak berbau.

2.4.3. Uraian proses Produksi

Gula yang diproduksi oleh Pabrik Gula Kwala Madu PTP. Nusantara II

adalah gula tebu yang berbentuk sakarosa dengan rumus kimia sebagai berikut :

C12H22O11 C6H12O6 + C6H12O6

Saccharosa Glukosa Fruktosa

Proses pembuatan gula dari tebu pada Pabrik Gula Kwala Madu dibagi

dalam beberapa stasiun. Adapun tahapan proses produksi dari awal sampai akhir

pengolahan tebu menjadi Kristal gula dapat dilihat pada Blok Diagram Gambar.

2.2.

1. Stasiun Penimbangan

Tebu yang berasal dari perkebunan diangkat ke pabrik dengan truk.

Sebelum sampai ke halaman pabrik, tebu beserta truk ditimbang terlebih

dahulu kemudian setelah tebu ditimbang maka berat keseluruhan dikurangi

berat truk sehingga diperoleh berat bersih.

Truk yang berisi tebu dengan kapasitas 5-6 ton naik ke tripper dan

dijungkitkan dengan tenaga pompa hidrolik sehingga tebu jatuh ke bagian

pembawa tebu (cane carrier). Truk dengan 10 – 12 ton yang dilengkapi dengan

tali dengan menggunakan alat pengangkat tebu, mengangkat tebu ke bagian


meja tebu dimana kabel pengangkat tebu dihubungkan dengan tali sling.

Selanjutnya tenaga hidrolik digerakkan sehingga mengangkat tali sling dan

tebu ditumpukkan ke bagian meja tebu, lalu tebu dimasukkan ke bagian

pembawa tebu sehingga dapat digiling.

2. Stasiun Penanganan (Cane Handling Station)

Pada proses selanjutnya cane carrier membawa tebu masuk ke cane

leveler (bagian pengaturan tebu) guna mengatur pemasukan tebu menuju cane

cutter I. Pada cane cutter I tebu dipotong-potong secara horizontal, dicacah dan

dipotong-potong agar mempermudah proses penggilingan. Selanjutnya dibawa

ke bagian cane cutter II.

a. Cane cutter I

Cane cutter I berfungsi memotong tebu agar tebu terpotong-potong rata

walaupun masih kasar, untuk mempermudah penggilingan.

b. Cane cutter II

Tahap berikutnya tebu dimasukkan ke cane cutter II yang digunakan

sebagai alat pemecah tebu yang telah dipotong-potong oleh cutter I supaya

lebih halus dari cutter I, sehingga penggilingan berlangsung lebih mudah.

3. Stasiun Gilingan

Pada stasiun gilingan tebu akan digiling yang bertujuan untuk

mendapatkan aiar nira sebanyak mungkin. Penggilingan (pemerasan) dilakukan

lima kali dengan unit gilingan (Five Set Three Roller Mill) yang disusun seri

dengan memakai tekanan hidrolik yang berbeda-beda. Alat ini terdiri dari tiga
buah roll yang terbuat dari (satu set) yang mempunyai permukaan yang beralur

berbentuk V dengan sudut 300 yang gunanya untuk memperlancar aliran nira

dengan mengurangi terjadinya slip. Jarak antara roll atas (Top Roll) dengan roll

belakang (bagasse roll) lebih kecil daripada jarak antara roll atas dan roll

depan (feed roll). Besarnya daya yang digunakan untuk menggerakkan alat

penggiling adalah 1500 – 2000 Kg.cm2 dengan putaran yang berbeda-beda

antara gilingan I dengan gilingan yang lain dimana gilingan I sekitar 5,3 rpm,

gilingan II 5,0 rpm, gilingan III 5,0 rpm, gilingan IV 5,2 rpm dan gilingan ke V

3,8 rpm dan sesuai dengan kebutuhannya.

Mekanisme kerja dari stasiun penggilingan ini adalah sebagai berikut :

a. Tebu pada cane cutter I dibawa elevator ke mesin gilingan I. Air perasan

(nira) dari gilingan I ditampung pada bak penampung I. Ampas dari mesin

gilingan I masuk ke mesin gilingan II untuk digiling kembali. Air perasan

(gilingan) yang diperoleh dari bak penampung I disebut primary juice

masuk ke dalam bak penampung nira I.

b. Nira yang berasal dari penggilingan I dan II ditampung pada bak

penampung I masih mengandung ampas yang sama-sama disaring pada

juice strainer kemudian dimasukkan pada gilingan II dan nira yang

disaring ditampung dalam tangki dan siap dipompakan pada stasiun

pemurnian.

c. Ampas tebu yang berasal dari penggilingan II dibawa ke penggilingan III

untuk digiling kembali. Nira ditampung pada bak penampung II dan


digunakan untuk menyiram ampas pada gilingan I, agar penggilingan

berjalan dengan lancar.

d. Ampas tebu dari penggilingan III dibawa ke penggilingan IV. Air perasan

ditampung pada bak penampung III dan digunakan untuk menyiram ampas

pada gilingan III agar nira yang dikeluarkan semakin optimal.

e. Ampas tebu dari gilingan IV masuk ke gilingan V untuk digiling kembali.

Air dari gilingan IV ditampung pada bak IV dan gunanya untuk menyiram

ampas pada gilingan IV.Ampas dari gilingan IV diberi air imbibisi dengan

temperature sekitar 60 – 70 0C berasal dari kondensat evaporator badan IV

dan V.

f. Ampas tebu (bagasse) darai gilingan V ddiangkut dengan satu unit

conveyor melalui satu plat saringan, dimana ampas berserat kasar

dilewatkan menuju boiler dan ampas halus dipisah untuk selanjutnya

digunakan untuk membantu proses penyaringan pada alat vacum filter di

stasiun pemurnian.

Proses penggilingan sangat mempengaruhi kandungan nira tebu, dimana

semakin banyak tebu mengalami penggilingan maka kadar niranya akan

semakin sedikit. Ampas tebu dari gilingan V diangkut dengan satu unit

conveyor melalui satu plat saringan dimana ampas kasar dibawa menuju

gudang ampas sebagai cadangan bahan bakar dan sebagian dibawa menuju

gudang ampas sebagai cadangan bakar. Ampas yang sudah halus dihisap

dengan bagasse fan yang terdapat dibawa saringan dan dikirim lagi ke

bagacillo tank untuk digunakan sebagai pencampur pada rotary vacuum filter.
Air imbibisi yang diberikan pada ampas gilingan IV berfungsi

melarutkan nira yang masih ada tertinggal pada ampas tersebut. Debit alir air

imbibisi adalah 26 – 30 m3/jam dan suhu 70 0C dengan perbandingan 19 – 24%

dari berat tebu untuk kapasitas tebu per hari. Bila air imbibisi yang diberikan

terlalu banyak, maka akan gula yang dilarutkan semakin banyak, akan tetapi

diperlukan waktu yang terlalu lama untuk menguapkannya. Jika nilai imbibisi

kurang maka kadar gula akan tertinggal pada ampas yang cukup tinggi, karena

itu perlu ditentukan jumlah air imbibisi yang optimum ditambahkan selama

penggilingan berlangsung. Apanila persediaan telah habis sehingga stasiun

penggilingan terhenti maka roll mill harus disemprot dengan larutan kapur

yang berfungsi untuk mencegah perkembangan mikroorganisme.

4. Stasiun

Nira yang diperoleh dari stasiun gilingan yang ditampung dalam bak

penampung selanjutnya dipompakan menuju stasiun pemurnian. Nira yang

berasal dari stasiun penggilingan merupakan nira mentah, masih mengandung

kotoran disamping gula, dapat dikatakan nira mentah imi hamper masih semua

komponen/partikel yang terdapat pada tebu masih ada didalamnya.

Proses pemurnian ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran dari dalam

nira sehingga nira dihasilkan lebih murni mengandung sakarosa. Tujuan utama

pemurnian ini adalah untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang terkandung

dalam nira mentah. Ada beberapa tahap yang dilakukan didalam proses

pemurnian yaitu :
a. Timbangan Nira Mentah (Juice Weighting Scale)

Nira yang berada di tangki penampungan dialirkan melalui pipa saringan

dan dipompakan ke tangki nira mentah tertimbang. Sistem penimbangan

nira mentah dapat bekerja secara otomatis denganmenggunbakan

timbangan Maxwelt Bolougne. Prinsip kerja dari alat ini adalah atas dasar

system kesetimbangan gaya berat bejana dan bandul, dimana akan berhenti

secara gravitasi ke tangki penampungan. Berat timbangan diperkirakan

mencapai 6,5 ton.

b. Pemanasan Nira I (Juice Heater I)

Setelah nira mentah ditimbang, selanjutnya ditampung pada tangki

penampung nira tertimbang. Kemudian dipompakan kea lat pemanas I

(primary heater) yang memiliki 2 unit pemanas. Tujuan dari pemanas I

adalah untuk menyempurnakan reaksi yang telah terjadi dan mematikan

mikroorganisme, sehingga komponen yang ada dapat dipisahkan dari nira

pada bejana pengendapan nanti. Pada badan pemanas I nira dipanaskan

hingga suhu 700C, kemudian nira dialirkan kedalam pemanasII dan

dipanaskan hingga temperature 750C. Uap panas pada pemanas nira I

merupakan uap bekas yang dihasilkan oleh evaporator I dan II, dengan

demikian uap dapat dipakai seefektif dan seefisien mungkin.

c. Tangki defekasi (Ddefecator)

Setelah nira dipanaskan pada pemanas nira kemudian dipompakan ke

tangki defekasi dan diberikan susu kapur dengan fungsi untuk mengubah

pH nira 5,6 menjadi 8,0 – 8,5. Tujuan dari penambahan nira menjadi basa
karena gula akan rusak bila gula dalam keadaan basa. Pemasukan susu

kapur diatur dengan control valve yang dikendalikan oleh pH indicator

controller.

d. Tangki Sulfitasi

Tangki sulfitasi berfungsi untuk mencampur nira terkapur dari tangki

defekasi dengan gas SO2 dari tabung belerang. Sedangkan sekat para bolis

berfungsi untuk membantu proses pencampuran dapat berjalan dengan

kontinyu. Penambahan gas SO2 dengan maksud agar nira terkapur

mengalami penurunan pH menjadi 6,0 – 6,5 pada suhu 70 0C – 750C

dengan waktu lima (5) menit. Pada tangki sulfitasi ini diharapkan pada

kelebihan susu kapur akan bereaksi dengan gas SO 2. Selanjutnya

dinetralkan kembali pada neutralizing Tank sehingga pH tercapai 7,0 –

7,2. Dengan terbentuknya CaSO2, yang terbentuk endapan yang berfungsi

untuk menyerap koloid-koloid yang terkandung dalam nira, dimana

endapan yang terbentuk menyerap kotoran-kotoran lain yang lebih halus,

hal inilah yang disebut dengan efek pemurnian.

e. Tangki Tunggu

Fungsi dari tangki tunggu adalah untuk mendapatkan koloid-koloid yang

terbentukl dari tangki sulfilator, dimana nira mentah dari tangki sulfitasi

mengalir secara over flow ke tangki tunggu dengan waktu 5 (lima) menit.

f. Tangki netralisasi

Nira yang berasal dari tangki tunggu mengalir ke tangki netralisasi. Fungsi

dari tangki netralisasi adalah mengatur pH nira yang keluar dari tangki
sulfitator. Didalam tangki netralisasi nira diaduk dengan alat pengaduk

mekanis. pH yang diharapkan adalah 7,0 – 7,2. Jika pH kurang dari 7,0

maka ditambahkan dengan susu kapur.

g. Pemanas Nira II (Juice Heater II)

Pemanas nira II ini prinsip kerjanya sama dengan pemanas nira I. Nira dari

tangki netralisasi dipompa dengan mesin pompa sentrifugal ke pemanas

nira II yang juga memiliki dua unit badan pemanas dengan temperature

100 0C.

h. Tangki Pengembang (Flash Tank)

Fungsi tangki pengembang adalah untuk menghilangkan udara dan gas-gas

yang terlarut dalam nira. Bila udara dan gas-gas terlarut dalam nira tidak

dihilangkan, maka akan mengganggu atau menghambat pemisahan

kotoran-kotoran dari nira di tangki pengendapan. Selain itu dengan adanya

tangki pengembang dapat menghemat energy dan dapat menghilangkan

gaya-gaya yang bekerja sehingga memberikan aliran yang bergejolak. Nira

yang berasal dari tangki pengembang selanjutnya dialirkan ke tangki

pengendapan.

i. Tangki Pengendapan (Settling Tank)

Didalam tangki pengendapan ini nira jernih dan nira kotor dipisahkan.

Nira yang jernih (bagian atas) dan nira kotor (bagian bawah). Nira yang

jernih dialirkan ke stasiun penguapan (evaporator), sedangkan endapan

nira atau nira kotor di bagian bawah dibawa ke Mud Feed Mixer untuk

dicampur dengan ampas halus yang berasal dari stasiun penggilingan.


tangki pengendapan bekerja secara kontinyu dan memiliki empat

kompartement yang dipergunakan untuk mempermudah proses

pengendapan. Endapan yang terbentuk disapu dengan skrap yang bergerak

lambat. Endapan jatuh ke tepi-tepi tiap peralatan. Selanjutnya dipompakan

ke Mud Feed Mixer, sedangkan nira jernih keluar secara over flow melalui

pipa-pipa yang dipasang pada tiap kompartement.

Untuk mempercepat pengendapan, maka dtambahkan floculant kedalam

tangki pengendapan. pencampuran ini bertujuan membantu pada saat

penyaringan (vacuum filter) yang memisahkan nira dengan kotoran.

Saringan yang digunakan adalah saringan hampa (rotary vacuum filter).

Nira hasil saringan selanjutnya dikembalikan ke tangki penimbangan nira

mentah, sedangkan endapan kotoran yang tersaring disebut dengan blotong

yang selanjutnya dibuang atau dijadikan pupuk. Jadi dapat kita ketahui

secara jelas bahwa tangki pengendapan berfungsi untuk memisahkan

endapan yang terbentuk dari hasil reaksi dengan larutan yang jernih.

5. Stasiun Penguapan (Evaporator Station)

Stasiun Penguapan ditujukan untuk menguapkan air yang terkandung

dalam nira encer, sehingga nira akan lebih mudah dikristalkan dalam proses

selanjutnya. Stasiun penguapan pada proses pengolahan gula di Pabrik Gula

Kwala Madu menggunakan empat unit, yang disebut Quadruple Evaporator

dan memakai cara Forward Feed yang bertujuan untuk menguapkan air dan

nira yang menggunakan proses pemvakuman. Penguapan dilakukan pada

temperature 50 - 100 0C dan untuk menghindari kerusakan sukrosa maupun


monosakaridanya dilakukan penurunan tekanan didalam evaporatore sehingga

titik didih nira turun. Evaporator yang tersedia ada lima unit yaitu empat unit

beroperasi dan satu unit sebagai cadangan bila ada pembersihan. Selama proses

berlangsung temperature dari masing-masing evaporator berbeda-beda. Untuk

menghemat panas yang diperlukan maka media pemanas untuk evaporator I

digunakan uap bekas yang berasal dari Pressure vessel, sedangkan media

pemanas evaporator yang lain memanfaatkan kembali uap yang terbentuk dari

evaporator sebelumnya. hal ini disebuit vapour temperature pada evaporator I

sebesar 110 0C dan berangsur-angsur turun sampai temperature 50 – 55 0C

pada evaporator IV. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menurunkan tekanan

yang berbeda-beda dari evaporator I sampai dengan evaporator IV.

Uap yang mengalir dari evaporator I ke evaporator II disebabkan pada

evaporator I setelah masuk kedlaam bagian shell pada evaporator II akan

melepaskan panas sehingga mengembun. Terkondensasinya uap menyebabkan

terjadinya penurunan tekanan dalam shell sehingga uap air nira evaporator I

dapat mengalir ke evaporator II dan seterusnya. Uap nira evaporator IV masuk

kedalam kondensor untuk diembunkan (dikondensasikan) dan dijatuhkan

bersama air injeksi, sedangkan uap-uap yang tidak terkondensasikan dibiarkan

keluar ke udara. Peristiwa mengalirnya nira dari evaporator I ke evaporator II

dan seterusnya disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan vakum pada

masing-masing evaporator. Nira encer yang masuk pada setiap evaporatort

akan bersirkulasi sampai mencapai titik tertentu dan secara otomatis valve akan
terebuka sehingga nira mengalir menuju evaporator selanjutnya, begitu

seterusnya hingga evaporator IV.

6. Stasiun Masakan

Tujuan dari stasiun pemasakan adalah untuk mempermudah pemisahan

Kristal gula dengan kotorannya dalam pemutaran sehingga diperoleh hasil

yang memiliki kemurnian yang tinggi dengan kristal gula yang sesuai dengan

standar kualitas yang ditentukan dan diperlukan untuk mengubah sukrosa

dalam larutan menjadi kristal agar pembentukan gula setinggi-tingginya dan

hasil akhir dari proses produksi yaitu tetes yang mengandung gula sangat

sedikit, bahkan diharapkan tidak gula sama sekali.

Pada stasiun masakan di Pabrik Gula Kwala Madu PTPN II ada tiga

proses masakan yaitu :

a. Masakan A

Masakan A adalah masakan paling awal yang menghasilkan gula A dan

stroop A (mengandung sukrosa). Pada maskan A terdapat dua buah fan

masakan yang dapat mengkristalkan 68% dari nira kental yang masuk.

Dimana stroop A akan diproses kembali agar mengkristal dan dapat

menghasilkan gula B.

b. Masakan B

Stroop A yang berasal dari masakan A akan dimasak kembali di masakan

B dimana proses pemasakan ini menghasilkan Kristal gula B dan stroop B.

Pada masakan B terdapat satu buah fan masakan yang dapat


mengkristalkan 62% dari nira kental yang masuk. Kemudian stroop B

akan diproses kembali pada masakan D

c. Masakan D

Stroop B yang berasal dari maskan B akan dimasak kembali di masakan D

dimana proses masakan ini menghasilkan Kristal gula D dan klare D

dengan menggunakan bahan dasar stroop A, stroop B dan klare D. Pada

masakan D terdapat dua buah fan masakan yang dapat mengkristalkan

58% dari nira kental yang masuk.

7. Stasiun Putaran

Stasiun pemutaran berfungsi untuk memisahkan kristal gula dari stroop

dan tetes yang terdapat dalam masakan. hasil pengkristalan dalam pemasakan

adalah campuran antara kristal gula, stroop dan tetes. Alat pemutar bekerja

berdasarkan gaya sentrifugal. Untuk mendapatkan kristal dalam bentuk murni

dilakukan pemisahan campuran dengan menggunakan kekuatan gaya

sentrifugal. Sistem pemutaran yang digunakan di Pabrik Gula Kwala Madu ada

5 jenis putaran yaitu :

a. Putaran A sebanyak 4 unit

b. Putaran B sebanyak 2 unit

c. Putaran D1 sebanyak 5 unit

d. Putaran D2 sebanyak 3 unit

e. Putaran SHS sebanyak 3 unit


a. Putaran A dan B

Nira kental yang berasal dari masakan dialirkan ke stasiun pemutaran dan

diputar untuk mendapatkan kristal gula, dimana pada putaran ini juga

terdapat saringan yang memisahkan antara stroop A dan kristal gula A pada

putaran A dan stroop B dan kristal gula B pada putaran B.

b. Putaran D1 dan D2

Nira kental yang berasal dari putaran B dialirkan ke stasiun pemutaran D 1

dan D2 diputar untuk mendapatkan kristal gula sebagai pembibitan gula

pada masakan A. dimana pada putaran ini juga terdapat saringan yang

memisahkan tetes dan kristal gula D.

c. Putaran SHS

Kristal gula yang dihasilkan dari putaran A dan B dibawa oleh screw

conveyor ke magma mingler. Larutan gula yang ada pada putaran tangki A

dan B akan terpisah tetapi masih ada larutan yang menempel pada kristal,

maka untuk menghilangkan larutan tersebut dibantu dengan mencampurkan

dengan air panas, selanjutnya diputar pada SHS sehingga memperoleh

kristal gula yang berkualitas.

8. Stasiun Penyelesaian

Kristal gula yang berasal dari stasiun putaran dibawa ke sugar elevator

dimana kondisi gula SHS masih dalam keadaan basah. Oleh karena itu

dilakukan pengeringan dan pendinginan untuk mendapatkan gula SHS yang

standar. Gula SHS tersebut dimasukkan kedalam sugar dryer dan cooler

dimana system pemanasan dan pengferingan dilakukan dengan cara mekanis


dan memberikan udara panas pada suhu kira-kira 80 – 90 0C yang dialirkan

melalui air dryer langsung ke dryer cooler, kemudian gula tersebut

dimasukkan ke Bucket Elevator dan diteruskan ke vibrating screen. Pada

vibrating screen kristal gula SHS telah mencapai kekeringan dan pendinginan

yang cukup. Dalam sugar dryer dan cooler dilengkapi dengan suatu alat

pemompa yang berfungsi untuk menarik gula halus yang terkandung dalam

proses pembuatan gula SHS. Gula halus dialirkan melalui pipa rangkap dan

secara otomatis diinjeksikan dengan imbibisi oleh pemisahan nozel untuk

menangkap partikel-partikel gula halus. Kemudian gula tersebut dimasukkan

kedalam bak penampung dan dialirkan ke stasiun masakan untuk proses

gumpalan-gumpalan gula yang dimasukkan kedalam tangki peleburan gula

selanjutnya dikirim ke stasiun masakan untuk diproses selanjutnya. Gula

standar dimasukkan ke alat pembawa gula penyadap logam yang mana

penyadap logam ini berfungsi untuk menangkap partikel-partikel logam yang

terbawa atau tercampur dengan gula produksi.

9. Pengemasan dan Penggudangan Gula Produksi

Penampungan kristal gula di Pabrik Gula Kwala Madu dilengkapi dengan

dua alat pengisi gula secara otomatis dimana setiap alat pengisi mempunyai

timbangan yang telah ditentukan oleh badan meteorologi dan bekerja sama

dengan bulog untuk menjamin keamanan dan keselamatan produksi terbuat

dengan ketentuan 50 kg/karung. Untuk menjaga keselamatan produksi gula

SHS ditetapkan oleh direksi dengan standar yang telah ditentukan.


Penggudangan gula produksi SHS yang telah dikemas dikirim ke gudang

untuk penyimpanan sementara dimana gula produksi ini disimpan dengan suhu

gudang 30 – 35 0C, dengan kelembaban udara dalam ruang sekitar 72 – 82%.

Kapasitas desain gudang 12.740 ton, namun kapsitas optimum yang dipakai

adalah 10.056 ton. Untuk pendistribusian dan pemasaran gula produksi SHS

ketentuannya diatur oleh pihak direksi dan bagian pemasaran PTP. Nusantara

II.

Proses pengolahan tebu menjadi gula dapat dilihat pada pada Gambar

2.2. Blok Diagram Pengolahan Tebu menjadi Gula di Pabrik Gula Kwala Madu

PTP. Nusantara II.


Menimbang tebu di bagian
penimbangan

Memotong & mencacah tebu di


cane cutter I dan cane cutter II

Air imbibisi 20 - 24 %
Menggiling tebu di bagian Ampas 30 – 40 %
penggilingan

Menimbang nira tebu di


penimbangan nira mentah

Memanaskan nira di pemanas nira I

r
Susu kapu Memompa nira ke tangki defekasi
untuk menaikkan pH menjadi 8 0-

Menurunkan pH mencapai 6,0 –


6 5 Menunggu 5 menit serta

Gas SO2 Menetralkan pH nira hingga


mencapai 7 0 – 72

Memanaskan nira pada pemanas


nira II

Menghilangkan udara & gas yang


terlarut dalam nira pada tangki

Floculant Memisahkan nira jernih dan nira


kotor di tangki pengendapan

Menguapkan air yang terkandung


dalam nira encer di stasiun

Mengkristalkan gula pada stasiun


masakan

Memisahkan kristal gula daari


stroop dan tetes pada stasiun

Mengeringkan dan mendinginkan


gula untuk mendapatkan gula SHS

Gambar 2.2. Blok Diagram Pengolahan Tebu Menjadi Gula


di Pabrik Gula Kwala Madu PTP. Nusantara II
2.5. Mesin dan Peralatan

2.5.1. Mesin Produksi

Adapun spesifikasi mesin produksi yang ada di PTP. Nusantara II Pabrik

Gula Kwala Madu adalah dapat dilihat pada tabel 2.2.


Tabel 2.2. Spesifikasi Mesin Produksi PTP. Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu.

Tahapan Nama Mesin Fungsi Merk/ Kapasitas Dimensi Jumlah Elektromotor/non Power Tegangan

Proses Buatan elektromotor (volt)

Persiapan Mesin pembawa Membawa batang tebu ke elektromotor 220

penggilingan Tebu cane feeding table


Meja Tebu (Cane Membawa batang tebu 6m x 220

Feeding Table) untuk dipotong ke cane 7.5 m


Cane Cutter Memotong batang tebu Kawatetsu 1400 x elektromotor 220

(Mesin menjadi bagian yang Japan 1080

Pemotong) lebih kecil (cacahan) mm

Cane Carrier Membawa cacahan elektromotor 220

Elevator batang tebu ke stasiun

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.2. Spesifikasi Mesin Produksi PTP. Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu (Lanjutan).

Tahapan Nama Mesin Fungsi Merk/ Kapasitas Dimensi Jumlah Elektromotor/non Power Tegangan

Proses Buatan elektromotor (volt)

Penggilingan Mill Menggiling cacahan Kawasaki elektromotor 380

batang tebu untuk


Pemurnian Juice Heater Memanaskan nira Kawasaki elektromotor 220

mentah hingga 750 C


Tabel 2.2. Spesifikasi Mesin Produksi PTP. Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu (Lanjutan).

Stasiun Nama Mesin Fungsi Merk/ Dimensi Jumlah Elektromotor Power Tegangan
Kerja Buatan /non (volt)
elektromotor

Pemurnian Defekator Mencampur dan pengaduk Kawatetsu Dxt= elektromotor 220

nira mentah dengan susu K.H.I Japan 1500 x

2000 mm
kapur hingga kotoran nira

mengendap untuk dipotong

ke cane cutter
Tangki Mengendapkan kotoran Kawatetsu Dxt=

Sulfitasi Nira nira mentah dengan K.H.I Japan 2700 x

6000 mm
Mentah menggunakan SO2

Flash tank Menguapkan gas-gas yang Atmindo Dxt= 220

terkandung dalam nira Indonesia Type 500 x

Cylindrical 1800 mm
mentah
Tabel 2.2. Spesifikasi Mesin Produksi PTP. Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu (Lanjutan).

Stasiun Nama Mesin Fungsi Merk/ Dimensi Jumlah Elektromotor Power Tegangan
Kerja Buatan /non (volt)
elektromotor

Pemurnian Tangki Menurunkan pH nira Indonesia Dxt= elektromotor 220

Netralisasi mentah dengan cara Type 1650 x 2000

Cylindrica mm
mencampurkan susu kapur
l
ke dalam larutan nira

hingga menjadi pH netral


Continou Mengendapkan nira Kawasaki D =10375 mm elektromotor 110

s mentah sehingga diperoleh

Clarifier nira jernih

Vacum Filter Menyaring kotoran nira D x p x La 220

untuk memperoleh filtrat tapis = 500 x

sebanyak-banyaknya 4878 x 46,5 m

no mesh = 8
Tabel 2.2. Spesifikasi Mesin Produksi PTP. Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu (Lanjutan).

Stasiun Nama Mesin Fungsi Merk/ Dimensi Jumlah Elektromotor Power Tegangan

Kerja Buatan /non (volt)

elektromotor

Pemurnian Mud Mencampur nira kotor dengan Pxl= elektromotor 110

ampas halus dari mesin giling 3600 x 1200


Feed Mixer
mm

Penguapan Evaporator Mengurangi kadar air dalam nira Dxt=

encer dengan menyemprotkan uap 4500 x 5000

mm
kering
Masakan Heater Memanaskan nira kental hingga 50 m2

mencapai suhu 880C

Clandria Memasak nira kental hingga 3 unit

Vacum Pan menghasilkan gula dan stroop


Tabel 2.2. Spesifikasi Mesin Produksi PTP. Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu (Lanjutan).

Stasiun Nama Mesin Fungsi Merk/ Dimensi Jumlah Elektromotor/ Power Tegangan

Kerja Buatan non (volt)

elektromotor

Putaran Putaran AB Memisahkan kristal gula dan stroop 4 unit elektromotor 380 Volt

dengan prinsip gaya sentrifugal 2200 rpm

Putaran D Memisahkan kristal gula dan stroop elektromotor 380 Volt

dengan prinsip gaya sentrifugal 2200 rpm

Putaran SHS Memutar gula sehingga dihasilkan elektromotor 220Volt 500

gula SHS dan klare SHS rpm

Sugar Dryer Mengurangi kadar air gula SHS Pemanas 5 unit,

sehingga gula lebih tahan lama pendingin 1 unit

Saringan Memisahkan gula standart, kasar, 3,6 x 1,8 3 segmen elektromotor 220Volt 500

Gula dan halus m rpm


Tabel 2.2. Spesifikasi Mesin Produksi PTP. Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu (Lanjutan).

Stasiun Nama Fungsi Merk/ Berat Dimensi Jumlah Elektromotor Power Tegangan

Kerja Mesin Buatan masing- /non (volt)

masing elektromotor

Pengepakan Mengemas gula SHS dalam 50 2 unit

karung plastik kg/karung


2.5.2. Peralatan Produksi

Adapun spesifikasi peralatan produksi yang ada di PTPN II Pabrik Gula

Kwala Madu dapat dilihat pada Tabel 2.3. Spesifikasi Peralatan Produksi PTP.

Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.3. Spesifikasi Peralatan Produksi PTP. Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu.

Nama Peralatan Fungsi Merk/ Kapasitas Dimensi Jumlah Elektromotor/no Power Tegangan

Buatan n elektromotor (volt)

Raw juice Tank Sebagai tangki penampung nira 20 m3 1 unit

mentah

Imbibition water Sebagai tangki air imbibisi 20 m3 1 unit

Tank

Cake Bunker Menampung amapas halus hasil 64 m3 1 unit

gilingan

Grasshopper Mengayak kapur agar mendapat 1 unit elektromotor 2 KW 220 volt

Strainer kapur yang cukup halus


Saringan Gula Memisahkan gula kasar dari gula 9 mesh, D = 3 unit elektromotor 10 HP 220 volt

Kasar krikil 0,8 mm

Saringan Gula Memisahkan gula normal dari gula 22 mesh, D = 3 unit elektromotor 10 HP 220 volt

Kasar kasar 0,4 mm

Universitas Sumatera Utara


2.5.3. Utilitas

Untuk mendukung kelancaran proses produksi, Pabrik Gula Kwala Madu

sangat membutuhkan utilitas yang meliputi :

1. Air

Dalam proses pembuatan gula, air merupakan utilitas yang sangat diperlukan.

Air yang digunakan untuk Pabrik Gula Kwala Madu adalah berasal dari

sungai, yang berjarak 4 Km dari lokasi Pabrik Air tersebut tidak langsung

digunakan untuk proses produksi maupun air umpan ketel, sebab air sungai

itu belum memenuhi persyaratan untuk digunakan. Oleh karena itu diperlukan

perlakuan tertentu agar air memenuhi syarat untuk digunakan. Air yang telah

diproses diantaranya adalah air bersih yang masuk ke dalam storage tank.

2. Tenaga Listrik

Tenaga listrik sangat diperlukan untuk menjalankan proses produksi,

sehingga diperlukan pembangkit tenaga listrik sendiri demi kelancaran proses

produksi tersebut. Turbin digerakkan dengan menggunakan uap kering yang

dihasilkan dari boiler yang disuplay melalui power house. Turbin

menggerakkan gear untuk memutar generator yang menghasilkan arus listrik.

Tenaga listrik digunakan untuk penerangan pabrik, kantor dan kompleks

perumahan. Fungsi utama tenaga listrik ini adalah untuk menggerakkan alat-

alat proses produksi.

Sedangkan diluar masa giling pembangkit listrik yang digunakan adalah

mesin diesel dan listrik yang dihasilkan untuk keperluan penerangan work shop,

penggerak motor serta keperluan lainnya.

Universitas Sumatera Utara


1. Tenaga Uap

Tenaga uap sangat diperlukan untuk menggerakkan turbin uap generator

listrik, penggerak turbin gilingan, penggerak turbin uap cane cutter dan

keperluannya. Pabrik Gula Kwala Madu menggunakan tenaga uap yang

diperoleh dari dua unit boiler jenis ketel pipa air dengan kapasitas masing-

masing 60 ton uap/jam dengan tipe H-1600S.

2. Work Shop

Work Shop berfungsi untuk pelayanan teknis, produksi dan pelayanan jasa.

Work Shop PTP. Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu digunakan untuk

perbaikan dan perawatan peralatan. Dalam pengoperasian, operator biasanya

mendatangi tempat-tempat dimana terjadinya kerusakan peralatan ataupun

diperbaiki di Work Shop yang ada antara lain BPT (bagian pelayanan teknis).

bagian ini berfungsi untuk melayani pekerjaan-pekerjaan dipabrik yang tidak

biasa dilayani oleh work shop.

2.5.4. Safety and Fire Protection

Keselamatan pekerja adalah hal yang harus diperhatikan. Keselamatan

kerja merupakan sarana utama untuk pencegahan kecelakaan kerja, cacat dan

kematian yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang terjadi

dapat mengakibatkan hambatan-hambatan yang sekaligus juga merupakan

kerugian baik secara tidak langsung seperti kerusakan mesin dan peralatan kerja,

terhentinya proses produksi untuk beberapa saat. Hal ini akan mengakibatkan

tingginya biaya produksi. Jadi salah satu usaha untuk menekan biaya produksi
adalah dengan menggunakan mesin-mesin yang dilengkapi dengan alat pelindung

yang aman guna memperkecil akibat yang ditimbulkan mesin tersebut jika terjadi

kecelakaan. Keselamatan kerja harus benar-benar diperhatikan pada saat

perancangan dan bukan baru dipikirkan kemudian setelah pabrik didirikan.

Namun sekalipun pabrik sudah beroperasi, pengawasan tetap penting untuk

mencapai standar keselamatan kerja yang tinggi.

Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dalam bekerja sebaiknya pekerja

mengunakan peralatan pelindung yang sesuai pada jenis pekerjaan dilapangan.

Alat-alat pelindung diri meliputi :

a. Untuk melindungi badan pekerja dari panas sebaiknya menggunakan pakaian

kerja khusus yang tahan panas.

b. Bagi pekerja yang berada di mesin penggiling sebaiknya menggunakan

pelindung telinga.

c. Untuk melindungi pekerja dari kecelakaan yang disebabkan oleh benda berat

yang menimpa kaki, benda tajam yang mungkin terinjak oleh kaki pekerja

harus menggunakan sepatu pengaman.

d. Untuk melindungi kepala pekerja dari benda yang jatuh dari atas

menggunakan topi/helm.

e. Untuk melindungi tangan dari tusukan, sayatan dan aliran listrik

menggunakan sarung tangan.

Untuk pengamanan arus listrik maka saklar-saklar harus ditempatkan pada

posisi yang mudah dijangkau dan tertutup, sekring-sekring harus pada panel

tertutup, kabel listrik harus terpasang bagus agar tidak terjadi aliran listrik bila
terjadi hal-hal yang membahayakan keselamatan pekerja. Disamping alat

pelindung diri juga merupakan perlengkapan pelindung mekanis terutama mesin-

mesin penggerak, bagian-bagian yang berputar, penghubung gerak roda gigi.

2.5.5. Waste Treatment

Limbah merupakan hal yang tidak dapat dihindari dari setiap proses

produksi, jika penanggulangan limbah tidak diperhatikan dan ditanggulangi

dengan serius maka dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, yang dapat

merugikan lingkungan maupun pihak perusahaan itu sendiri.

Pabrik Gula Kwala Madu memiliki limbah berupa air yang berasal dari

hasil proses produksi. Air limbah ini terjadi akibat kebocoran pompa dan

tumpahan nira pada saat proses. Air limbah ini bersifat asam sehingga dapat

merusak lingkungan. Air limbah pada Pabrik Gula Kwala Madu berasal dari

beberapa stasiun produksi, diantaranya berasal dari stasiun gilingan, pemurnian,

evaporator, putaran, boiler, dan power house.

Dalam penanggulangan limbah pada Pabrik Gula Kwala

Madu, terdiri dari 4 kolam yang masing-masing memiliki fungsi dan

penanggulangan yang berbeda dan 1 kali pengendapan sebagai tahap

akhir dari proses pengolahan limbah

a. Penanggulangan limbah cair pada Pabrik Gula Kwala Madu

Tahapan dalam pengolahan air limbah pabrik gula dilakukan

dengan menggunakan beberapa jenis kolam sebagai berikut :

1. Kolam Penampungan/Pengendapan
Limbah cair dari proses pengolahan dan utilitas dialirkan dengan

menggunakan pompa ke kolam penampungan untuk diendapkan. Kolam

penampungan ini terdiri dari penampungan soda, kolam kotoran nira, kolam

air cucian dan kolam air pendingin. Fungsi dari kolam penampungan ini

adalah untuk melakukan degradasi bahan dan menstabilkan pengaruh suhu,

asam dan zat kimia lainnya.

2. Kolam Anaerob

Limbah cair yang masuk pada kolam ini berasal dari stasiun gilingan,

pemurnian, evaporator, putaran, boiler, dan power house yang mengandung

lemak, gula, ampas, dan lain-lain yang telah diendapkan di kolam

pengendapan. Limbah ini memiliki pH 4,5-5,0, temperatur 280C-350C,

dengan ukuran 60 m x 90 m x 4 m Pada kolam ini dilakukan

pengembangbiakan bakteri Anaerob, yang berfungsi untuk menguraikan

limbah tanpa menggunakan oksigen. Timbulnya gelembung udara dari dalam

kolam ke permukaan merupakan indicator yang harus diperhatikan serta

biogas dan ketebalan scum yang diperkirakan ± 15 cm.

3. Kolam Vakultatif

Limbah yang berasal dari kolam anaerob dialirkan ke kolam vakultatif dan

didiamkan, dengan bantuan sinar matahari akan terjadi perubahan bakteri

anaerob menjadi asimilasi. Kolam ini memiliki pH 5,0 – 5,5 dengan

temperature 28 0C – 30 0C dan ukuran 30 m x 90 m x 3,5 m. Kolam vakultatif

merupakan kolam tempat dimana proses dekomposisi telah selesai.

4. Kolam Aerob
Penurunan aktifitas bakteri aerob dilakukan di kolam aerob yaitu dengan

menghilangkan bau air limbah.

5. Kolam Sedimentasi

Adanya pertumbuhan ganggang merupakan pertanda positif pada kolam

sedimentasi yang akan diikuti dengan mulai beningnya warna air. Pada kolam

sedimentasi terjadi pengendapan dan penyaringan air limbah. Penyaringan air

limbah dilakukan pada pH 6,0 – 9,0 dengan debit air 24 jam 950 – 1000 m 3.

Proses pengendapan akan membentuk massa lumpur/satuan waktu. Dalam

kolam sedimentasi tingkat keasaman (pH) air limbah diupayakan netral

dengan menambahkan kapur tohor

6. Kolam Aerasi

Dalam kolam aerasi terjadi peningkatan nilai oksigen terlarut (dissolved

oxygen) yang dilakukan dengan mengikat oksigen dari udara melalui curahan

air oleh aerator. Aerator juga dapat difungsikan untuk member makan bakteri

aerob, menghilangkan gas-gas yang terperangkap dari air mengabsorbsi

oksigen ke dalam air. Aktifitas mikroorganisme digunakan untuk

mendegradasi bahan-bahan organic secara aerob. Aerasi ditujukan untuk

mereduksi COD, BOD dan TSS hingga berada pada baku mutu limbah yang

ditetapkan.

7. Kolam Lumpur Aktif

Dalam kolam lumpur aktif akan terjadi pengikatan ion dan selanjutnya

diendapkan. Setelah proses pengendapan Air limbah disaring dengan

menggunakan pasir dan ijuk. Selanjutnya air dari kola mini dialirkan sebagai
effluent dan kontrol hasil akhir pengolahan. Adapun pengolahan dan

penanganan air limbah ini dapat dilihat pada Gambar 2. Diagram Pengolahan

Air Limbah Pabrik Gula Kwala Madu PTP. Nusantara II.

b. Pada penanggulangan limbah padat adalah:

1. Pemanfaatan blotong untuk bahan pupuk kompos

2. Pemanfaatan ampas tebu untuk bahan bakar di boiler dan pupuk kompos

c. Pengolahan limbah gas.

Penanganan abu cerobong ketel yang mengandung abu ketel (dengan

pemasangan wet scrubber pada gas duck boiler)


KOLAM ANAEROB

KOLAM FAKULTATIF
K
O
L
A
M

P
E
N KOLAM AEROB
G
E
N
D
A
P
A TANGKI SUSU
N KAPUR

KOLAM
SEDIMENTASI

BAK SUSU
KAPUR

SALURAN
LIMBAH
BELAKANG
SALURAN
AIR, ABU
& BOILER
Gambar 2.3. Diagram Pengolahan Air Limbah Pabrik Gula Kwala Madu PTP. Nusantara II

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai