Makalah KDK 2 DR. TEDDY
Makalah KDK 2 DR. TEDDY
KEBIDANAN”
Ghazali,SpOG
5. Mawwadah
7. Sherli Agustina
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan
Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah dengan judul “Pemeriksaan
Diagnostik”
Terima kasih disampaikan kepada Bapak dosen mata yang telah membimbing dan
memberikan kuliah demi lancarnya tugas ini.
Demikianlah makalah ini disusun semoga bermanfaat, agar dapat memenuhi tugas mata
kuliah
Penyusun
Baturaja,05 April 2020
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR
ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG ................................................................................. 1
B.
TUJUAN .......................................................................................................... 2
BABII PEMBAHASAN
1. PERSIAPAN PEMERIKSAAN
DALAM.............................................. 3
2. PERSIAPAN PEMERIKSAAN
LUAR.....................................................3
3.
KOLPOSKOPI......................................................................................................3
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
.................................................................................................................. 6
B. SARAN ................................................................................................
....................................6
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BALAKANG
Perkembangan Ultrasonografi (USG) sudah dimulai sejak kira-kira tahun 1960, dirintis
oleh Profesor Ian Donald. Sejak itu, sejalan dengan kemajuan teknologi bidang komputer,
maka perkembangan ultrasonografi juga maju dengan sangat pesat, sehingga saat ini sudah
dihasilkan USG 3 Dimensi dan Live 3D (ada yang menyebut sebagai USG 4D).
4. Sedangkan indikasi non obstetrik bila kelainan yang dicurigai berasal dari disiplin ilmu
lain, misalnya dari bagian pediatri, rujukan pasien dengan kecurigaan metastasis dari organ
ginekologi dll.
Teknologi rontgen sudah digunakan lebih dari satu abad yang lalu. Tepatnya sejak 8
November 1890 ketika fisikawan terkemuka berkebangsaan Jerman, Conrad Roentgen,
menemukan sinar yang tidak dikenalinya, yang kemudian diberi label sinar X. Sinar ini
mampu menembus bagian tubuh manusia, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memotret
bagian-bagian dalam tubuh. Berkat jasanya bagi dunia kedokteran, banyak nyawa bisa
diselamatkan, hingga ia mendapat penghargaan Nobel di tahun 1901.
Pada prinsipnya sinar yang menembus tubuh ini perlu dipindahkan ke format film agar bisa
dilihat hasilnya. Seiring dengan kemajuan teknologi, kini foto rontgen juga sudah bisa
diproses secara digital tanpa film. Sementara hasilnya bisa disimpan dalam bentuk CD atau
bahkan dikirim ke berbagai belahan dunia menggunakan teknologi e-mail.
CTG dalam arti khusus adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur DJJ pada saat
kontraksi maupun tidak sedangkan dalam arti umum
CTG merupakan suatu alat untuk mengetahui kesejahteraan janin di dalam rahim, dengan
merekam pola denyut jantung janin dan hubungannya dengan gerakan janin atau kontraksi
rahim.
Jadi bila doppler hanya menghasilkan DJJ maka pada CTG kontraksi ibu juga terekam dan
kemudian dilihat perubahan DJJ pada saat kontraksi dan diluar kontraksi. Bila terdapat
perlambatan maka itu menandakan adanya gawat janin akibat fungsi plasenta yang sudah
tidak baik
Cara pengukuran CTG hampir sama dengan doppler hanya pada CTG yang ditempelkan 2
alat yang satu untuk mendeteksi DJJ yang satu untuk mendeteksi kontraksi, alat ini
ditempelkan selama kurang lebih 10-15 menit
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar pembaca dapat menjelaskan
tentang pemeriksaan diagnostic
BAB II
PEMBAHASAN
Pemeriksaan diagnostik adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga dan
komunikan terhadap suatu masalah kesehatan dan proses kehidupan aktual maupun potensial.
Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau
perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui faktor yang
mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.
Pra instrumentasi
Pada tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas, pasien dan dokter. Hal ini
karena tanpa kerja sama yang baik akan mengganggu/mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium. Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi :
b. Persiapan penderita
Periksa Dalam (PD) merupakan pemeriksaan rutin dalam ilmu kebidanan dan kandungan
selain inspeksi (pemeriksaan dari luar). PD terdiri atas vaginal touch (colok vagina) dan
inspekulo (melihat saluran kelamin luar dengan menggunakan alat spekulum). Pada dasarnya
pemeriksaan ini dilakukan untuk memantau kehamilan dan kelainan lain pada organ
reproduksi, sehingga berbagai risiko atau dampak negatif pada kehamilan yang muncul bisa
ditangani.
1. Inspeksi. Pengamatan dan perabaan dengan jari, organ reproduksi bagian luar seperti
minoram klitoris dan sekitarnya, untuk melihat apakah ada kelainan.
2. Inspekulo. Pemeriksaan menggunakan spekulum, alat yang mirip paruh bebek, untuk
menilai dinding vagina, leher rahim dan sekitarnya. Spekulum akan membuka vagina
sehingga mulut rahim dan dinding vagina bisa dilihat dokter untuk mengetahui apakah ibu
sedang hamil muda atau tidak.
3. Vaginal touch. Perabaan dengan jari, bagian dalam untuk menilai rahim, saluran
telur/tuba dan indung telur, juga keadaan kehamilan, yaitu bagian terbawah janin, pembukaan
leher rahim, turunnya bagian terendah janin, kemajuan persalinan/membendingkan dengan
pemeriksaan sebelumnya, serta prakiraan kapasitas panggul/ukuran panggul.
2. PERSIAPAN UNTUK PEMERIKSAAN LUAR
a) MRI
Hasil pemeriksaan ini akan membantu tim medis Anda menentukan diagnosis penyakit yang
Anda alami dan rencana pengobatan yang sebaiknya dilakukan selanjutnya.
b) LETAK JANIN
Leopold 1
Dokter menempatkan kedua telapak tangan di bagian atas perut untuk menentukan letak
bagian tertinggi rahim. Kemudian dokter meraba perlahan area ini untuk memperkirakan
bagian tubuh bayi yang berada di sana.
Kepala bayi akan teraba keras dan bentuknya bundar. Sedangkan bokong bayi, akan terasa
seperti objek besar dengan tekstur lembut. Pada sekitar 95% kehamilan, posisi bokong berada
di bagian tertinggi rahim ini.
Leopold 2
Pada tahap Leopold 2, kedua telapak tangan dokter akan meraba perlahan kedua sisi perut
Bunda, tepatnya di area sekitar pusar. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui bayi Bunda
menghadap ke kanan atau ke kiri.
Caranya adalah dengan membedakan letak punggung bayi dan anggota tubuh lain. Punggung
bayi akan terasa lebar dan keras. Sedangkan, bagian tubuh lain akan terasa lebih lembut, tidak
beraturan dan dapat bergerak.
Leopold 3
Di pemeriksaan Leopold tahap 3, dokter akan meraba bagian bawah perut Bunda
menggunakan jempol dan jari-jari dari salah satu tangannya saja (tangan kanan atau tangan
kiri).
Mirip dengan Leopold 1, cara ini bertujuan untuk memastikan bagian tubuh bayi yang berada
di bagian bawah rahim. Bila teraba keras, berarti kepala. Namun bila terasa seperti objek
bergerak, berarti tungkai atau kaki.
Jika teraba kosong, bisa jadi bayi berada dalam posisi melintang dalam rahim. Tahap
perabaan ini juga bisa membantu dokter memperkirakan berat bayi dan volume air ketuban.
Leopold 4
Pada tahap terakhir, dokter akan meraba bagian bawah perut Bunda dengan kedua telapak
tangannya. Cara ini dapat membantu dokter mengetahui apakah kepala bayi sudah turun
sampai rongga tulang panggul (jalan lahir) atau masih di area perut. Bila sudah masuk penuh
sampai rongga panggul, seharusnya kepala bayi akan sulit atau tidak lagi bisa diraba.
c) DJJ
Pemeriksaan Denyut Jantung Janin (DJJ) merupakan salah satu jenis pemeriksaan
dalam rangkaian pemeriksaan fisik pada kehamilan yang masuk dalam jenis
pemeriksaan auskultasi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kesejahteraan
janin dengan mendengarkan denyut jantung janin secara langsung (irama, frekuensi).
Adapun teknik pemeriksaan auskultasi bergantung pada alat yang digunakan. Dalam
melakukan pemeriksaan ini dapat menggunakan: monoaural stetoschope/ fetoscope,
doppler, CTG, ataupun USG. Pada bahasan ini, penulis hanya akan menguraikan
tentang pemeriksaan DJJ menggunakan Fetoskop Pinard.
Stetoskop janin atau Leannex adalah jenis stetoskop akustik yang berbentuk seperti
terompet pendengaran. Letaknya menempel pada perut ibu hamil untuk mendengarkan
bunyi denyut jantung janin. Alat ini berbentuk seperti tanduk berongga, sering terbuat
dari kayu atau logam, panjangnya sekitar 8 inci (200 mm). Fungsinya mirip dengan
sangkakala dengan memperkuat suara. Pengguna memegang ujung terompet yang lebar
terhadap perut ibu hamil, dan mendengarkan melalui ujung lainnya. Penggunaan Leannex
ini merupakan pendukung awal kemajuan dalam perawatan prenatal, termasuk
pemantauan kesehatan janin lebih dekat.
d) Kardiotokografi (CTG)
Secara khusus CTG adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur DJJ pada saat
kontraksi maupun tidak.sedangkn Secara umum CTG merupakan suatu alat untuk
mengetahui kesejahteraan janin di dalam rahim, dengan merekam pola denyut jantung janin
dan hubungannya dengan gerakan janin atau kontraksi rahim.
Ø Pemeriksaan CTG
1) Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan.
2) Waktu pemeriksaan selama 20 menit,
3) Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tak menyakitkan ibu maupun bayi.
4) Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat segera diberikan
pertolongan yang sesuai.
5) Konsultasi langsung dengan dokter kandunga
adalah pemeriksaan non-invasif yang digunakan untuk memperkirakan aliran darah melalui
pembuluh darah dengan cara memantulkan gelombang suara berfrekuensi tinggi atau
ultrasonik dari sirkulasi darah merah.
Perbedaan USG Doppler dengan USG biasa adalah bahwa USG biasa hanya menghasilkan
gambar, tapi tidak bisa menunjukkan aliran darah, sedangkan USG Doppler dapat
menunjukkan aliran darah.
USG tidak hanya digunakan untuk memeriksa kondisi kandungan saja, tapi juga untuk
membantu diagnosis berbagai penyakit lainnya
3. Kolposkopi
adalah tindakan yang bertujuan untuk memeriksa adanya sel yang abnormal di dalam
atau di sekitar vagina, vulva, atau serviks (leher rahim). Sel yang abnormal biasanya
dapat ditemukan di antara lubang serviks sampai saluran melahirkan dan rahim. Sel yang
abnormal harus segera dideteksi dan diobati karena dapat meningkatkan risiko terjadinya
kanker serviks. Kolpokospi biasanya dilakukan saat hasil dari pemeriksaan serviks rutin
menunjukkan tanda-tanda adanya kelainan pada serviks.
Cara kerja kolposkopi:
Kolposkopi adalah tindakan rawat jalan yang dilakukan oleh ahli kolposkopi, biasanya
seorang dokter atau perawat yang telah menjalani pelatihan khusus untuk melakukan
tindakan pemeriksaan ini. Selama kolposkopi, pasien akan diminta untuk berbaring di
kursi khusus yang memiliki bantalan lutut, dan spekulum akan dimasukkan ke vagina.
Saat sudah berada di dalam vagina, spekulum akan terbuka secara perlahan dan ahli
kolposkopi dapat melihat bagian dalam serviks dengan kolposkop, suatu alat seperti
mikroskop dengan cahaya. Alat ini bekerja dari luar dan sama sekali tidak memasuki
vagina. Beberapa kolposkop juga memiliki kamera yang dapat digunakan untuk
mengambil gambar dan langsung menampilkannya di layar. Apabila ada bagian serviks
yang tidak normal, larutan tertentu dapat dioleskan untuk menandai bagian tersebut.
Setelah itu, biopsi akan dilakukan untuk memastikan dugaan akan adanya sel abnormal.
Namun, ada juga kasus di mana dokter sudah merasa yakin dengan hasil kolposkopi
sehingga biopsi tidak dilakukan dan pasien akan langsung memulai proses pengobatan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pemeriksaan diagnostik adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga dan
komunikan terhadap suatu masalah kesehatan dan proses kehidupan aktual maupun potensial.
Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau
perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui faktor yang
mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.
B. SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca khususnya perawat dapat menerapkan
pengkajian diagnostik ini dalama asuhan kebidanan dan dapat mencari referensi lain untuk
menambah pengetahuan pembaca mengenai pengkajian diagnostic