Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring berkembangnya kota-kota di Indonesia, lajunya pertumbuhan


penduduk di pusat kota dipengaruhi oleh meningkatnya urbanisasi.
Perkembangan perkotaan memang akan meningkatkan perkembangan
ekonomi. Kota-kota besar merupakan pusat dari segala kegiatan baik
kegiatan-kegiatan pemerintahan, kegiatan sosial budaya maupun kegiatan-
kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi berupa perdagangan, jasa dan industri
yang berkembang pesat di perkotaan menyebabkan banyaknya pendatang
yang masuk ke daerah perkotaan.

Dengan semakin banyaknya kegiatan dan padatnya penduduk


menyebabkan sebuah kota tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan warganya
secara optimal sehingga diperlukan adanya kota-kota penunjang yang dapat
menampung kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dipenuhi di perkotaan.
Sebagai contoh masalah kebutuhan perumahan, di perkotaan harga tanah
sangat mahal, sementara kebutuhan perumahan bagi masyarakat terutama
masyarakat menengah ke bawah yang bekerja disektor-sektor industri dan
sektor-sektor informal semakin meningkat. Kebutuhan tersebut tidak dapat
lagi ditampung di perkotaan sehingga pembangunan perumahan berpindah
ke kota-kota kecil sekitar perkotaan, kota-kota penunjang tersebut dikenal
sebagai istilah kota-kota satelit.

Menurut pakar Arsitektur kota Hamid Shirvani (1985) dalam bukunya


“the Urban Design Process”, ada 8 elemen yang membentuk fisik kota yakni
Tata Guna Lahan (Land Use), Pembentuk dan Tatanan Massa Bangunan
(Building Form and Mass Building), Sirkulasi dan Parkir (Circulation and
Parking), Ruang Terbuka (Open Space), Papan Iklan/ Rambu (Signages),
Pedestrian Pedestrian Ways, Aktifitas pendukung Support Activity,
Preservasi (Preservation). Kota satelit merupakan suatu daerah yang
memiliki sifat perkotaan dan daerah ini memberi daya dukung bagi
kehidupan kota. Kota satelit terbentuk akibat perkembangan yang terjadi di
dalam inti kota. Menurut F. Schnore kota satelit merupakan pusat-pusat kecil
dibidang industri yang berfungsi sebagai kota produksi. Kota satelit yang
dapat menunjang kota Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi adalah kawasan
Kota Wisata Cibubur. Area Cibubur ini termasuk salah satu area satelit yang
sangat pesat perkembangannya, dengan kawasan Kota Wisata sebagai
magnet utamanya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka akan dilakukan kajian tentang


elemen-elemen perancangan kota yang ada di Kawasan Kota Wisata
Cibubur berdasarkan teori Hamid Shirvani.

1.2. Rumusan Masalah


a. Bagaimana potensi dan permasalahan yang ada di kawasan Kota
Wisata Cibubur berdasarkan pendekatan teori Hamid Shirvani?
b. Bagaimana elemen perancangan kota di kawasan Kota Wisata
Cibubur berdasarkan pendekatan teori Hamid Shirvani?
c. Bagaimana rekomendasi Elemen Perancangan Kota di kawasan Kota
Wisata Cibubur berdasarkan pendekatan teori Hamid Shirvani?

1.3. Tujuan
a. Untuk mengkaji Potensi dan Permasalahan apa saja yang ada di
kawasan Kota Wisata Cibubur berdasarkan pendekatan teori Hamid
Shirvani.
b. Untuk mengkaji elemen perancangan kota di kawasan Kota Wisata
Cibubur berdasarkan pendekatan teori Hamid Shirvani.
c. Untuk mengkaji rekomendasi Elemen Perancangan Kota di kawasan
Kota Wisata Cibubur berdasarkan pendekatan teori Hamid Shirvani?

1.4. Manfaat Penulisan

Manfaat dalam penelitian ini meliputi :


a. Manfaat bagi pembaca untuk memberikan pengetahuan umum
mengenai elemen perancangan kota.
b. Manfaat praktis penelitian ini adalah memberikan masukan kepada
pemerintah, pengelola, serta pengembang perumahan mengenai
elemen perancangan kota.

1.5. Ruang Lingkup Pembahasan


a. Secara Substansial
Ruang lingkup penulisan membahas elemen-elemen perancangan
kota yang berupa kawasan kota satelit, menurut 8 elemen kota
Hamid Shirvani dalam bukunya The Urban Design Process (1985),
yaitu Tata Guna Lahan (Land Use), Pembentuk dan Tatanan
Massa Bangunan (Building Form and Mass Building), Sirkulasi dan
Parkir (Circulation and Parking), Ruang Terbuka (Open Space),
Papan Iklan/ Rambu (Signages), Pedestrian Pedestrian Ways,
Aktifitas pendukung Support Activity, Preservasi (Preservation)..
b. Secara Spasial
Ruang lingkup penulisan membahas Kawasan Kota Wisata
Cibubur di Bogor.
Gambar 1.1. Peta Jawa Barat, Peta Kabupaten Bogor, Peta Kota Wisata
(Sumber : google.co.id, google.maps.com)
1.6. Metode Pembahasan
Metode pembahasan yang digunakan adalah deskriptif analitis,
sebagai berikut :
a. Data Primer
Survey dan pengumpulan data-data primer (data lapangan dan
observasi langsung Kawasan Kota Wisata Cibubur).
b. Data Sekunder
Studi literatur 8 elemen kota Hamid Shirvani dalam bukunya The
Urban Design Process (1985) dan studi literatur terkait mengenai
teori kota serta Undang-undang yang berkaitan.

1.7. Sistematika Penulisan


BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah,
penjelasan studi, perumusan masalah, metode pembahasan, tujuan,
ruang lingkup pembahasan, serta sistematika penulisan mengenai
kajian kawasan Kota Wisata Cibubur.
BAB II TINJAUAN TEORI
Pada bab ini berisi studi literature relevan yang menjadi acuan
mengkaji pada obyek penulisan. Dalam penulisan ini, tinjauan teori
berisi teori elemen perancangan kota Hamid Shirvani dalam bukunya
The Urban Design Process (1985).
BAB III TINJAUAN KHUSUS
Pada bab ini akan membahas mengenai penjelasan gambaran
umum pada lokasi penelitian dan lebih difokuskan ke dalam lokasi
studi.
BAB IV METODELOGI PEMBAHASAN
Pada bab ini metodelogi pembahasan akan menjelaskan
metode yang digunakan melalui pendekatan penelitian, teknik
pengumpulan data, serta metode analisis.
BAB V PEMBAHASAN
Pada bab ini pembahasan dilakukan analisis terkait penjelasan
pada tinjauan teori dengan metode yang telah didapatkan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari data yang
telah dianalisis diatas yang sesuai dengan permasalahan tersebut dan
saran yang dapat diberikan dalam penyelesaian permasalahannya.

Anda mungkin juga menyukai