Anda di halaman 1dari 10

Nama : I Wayan Budi Darmawan

NIM : 135020307111030
No. Urut : 21

RINGKASAN CHAPTER 12
FRAUD LAPORAN KEUANGAN TERKAIT PENDAPATAN DAN PERSEDIAAN

A. Revenue Fraud
Akun yang paling sering dimanipulasi financial reporting adalah revenue dan
receivables. Lebih dari setengah kasus fraud financial reporting melibatkan manipulasi data
revenue dan receivables (penelitian oleh COSO).
Alasan Revenue paling lazim digunakan dalam manipulasi laporan keuangan:
1. Ketersediaan alternatif yang diterima untuk pendapatan
Setiap organisasi berbeda, revenue masing-masing organisasi pun berbeda-beda.
Perbedaan jenis pendapatan membuat perbedaan pada Revenue Recognition. Revenue
recognition yang berbeda akan membuat kriteria pencatatan revenue recognition dan metodenya
berbeda-beda.
Contoh sederhana, ada perusahaan yang mengakui revenue ketika barang siap dikirim
dan ada juga yang ketika barang sudah sampai di pembeli. Contoh lain, pengakuan pendapatan
untuk perusahaan long-term contstruction contract tentu berbeda dengan perusahaan yang proses
bisnisnya tidak memakan waktu lama.
Perbedaan membuat sulit dalam menentukan aturan Revenue recognition ini, berapa
pendapatan yang harus diakui karena semua pengakuan tersebut benar. Dalam banyak situasi,
judgement dari manajemen lah yang banyak berperan dalam menentukan kapan dan berapa
revenue yang harus diakui. Hal ini membuka kesempatan bagi manajemen untuk melakukan
fraud laporan keuangan.
2. Kemudahan memanipulasi net income menggunakan akun Revenue dan Receivables
Ketika perusahaan menambahkan akun piutang, akun pendapatan akan bertambah juga.
Penambahan pendapatan ini membuat net income perusahaan meningkat juga.

Skema Revenue-Fraud
1. Related-party transactions: Hubungan istimewa terjadi ketika anak perusahaan tidak
mengungkapkan kepetingan keuangan dalam sebuah transaksi yang menyebabkan
kerugian ekonomi bagi perusahaan
2. Sham sales: Pendapatan fiktif dilakukan dengan mencatat penjualan yang sebenarnya
tidak terjadi. Penjualan ini dapat memakai nama pembeli yang ada atau nama fiktif
3. Bill and Hold sales: Pesanan barang masih disimpan oleh si penjual biasanya karena si
pembeli belum siap menerima barang. Namun oleh si penjual barang tersebut diakui
sebagai pendapatan
4. Side agreements: Perubahan aturan penjualan yang dibuat tidak seperti biasanya. Fraud
terjadi ketika perusahaan melibatkan aturan kontrak yang sudah terjadi
5. Consignment sales: Transaksi menjual barang titipan dari perusahaan lain. Penjualan
konsinyasi ini membuat pendapatan meningkat dan terdapat biaya sesuai transaksi
6. Channel stuffing: Cara yang supplier gunakan untuk mendorong pelanggan untuk
membeli persediaan ekstra sehingga dapat meningkatkan penjualan tahun berjalan.
Praktek ini dapat meningkatkan penjualan ketika dinyatakan atau tersirat dalam side
agreements (ex: membolehkan konsumen mengembalikan barang) yang tidak benar
pengungkapannya atau tidak dapat dipertanggungjawabkan. Juga channel stuffing dapat
dianggap curang ketika cadangan yang memadai tidak ditetapkan (untuk ekspektasi
penjualan yang dikembalikan)
7. Lapping or kiting: Cara dimana penerimaan kas disalahgunakan untuk menyembunyikan
piutang fiktif
8. Redating or refreshing transactions: Cara dimana tanggal penjualan diubah untuk
menghindari tidak tertagihnya piutang
9. Liberal return policies: cara ini membolehkan customer untuk mengembalikan barang
dan membatalkan penjualan. Hal ini menyulitkan pencatatan mengenai berapa
pendapatan yang harus diakui
10. Partial shipment schemes: Mengakui semua barang telah dikirim dan menjadi pendapatan
padahal barang belum dikirim semua
11. Improper cut-off: Kecurangan dalam laporan keuangan termasuk juga dilakukan dengan
perbedaan waktu pengakuan, yaitu pencatatan pendapatan atau biaya dilakukan pada
periode yang salah
12. Round tripping: Penjualan aset yang sudah tidak digunakan dan perusahaan berjanji akan
membeli aset lagi seharga yang sama. Namun pada akhirnya tidak terdapat benefit yang
diperoleh perusahaan.
Skema-skema revenue fraud di atas bertujuan untuk meningkatkan pendapatan
sehingga income akan menjadi naik.
Berikut ini juga akan disajikan dalam sebuah tabel terkait jenis-jenis transaksi yang
digunakan di beberapa skema fraud

Transaksi Akun yang terkait Skema Fraud


Menjual barang/jasa ke Revenue dan Account - Mencatat penjualan fiktif
customer Receivable - Mengakui pendapatan
terlalu cepat
- Melebihkan nilai penjualan
Estimasi piutang tak tertagih Bad debt expense dan - Mengurangkan nilai AFDA
Allowance for Doubtful sehingga piutang
Account (AFDA) meningkat
Menerima pengembalian Sales return dan Account - Tidak mencatat
barang dari customer Receivable pengembalian barang
- Mencatat pengembalian
penjualan pada periode
yang akan datang
Menghapus piutang AFDA dan Account - Tidak menghapus piutang
Receivable - Menghapus piutang di
periode yang akan datang
Menerima kas setelah Cash dan Account - Mencatat bank transfer
periode diskon Receivable sebagai penerimaan dari
customer
- Memanipulasi penerimaan
kas dari related party
- Mencatat transaksi fiktif
Menerima kas dalam Cash, sales discounts, dan - Tidak mencatat sales
periode diskon Account Receivable discounts
Identifikasi Gejala Revenue Fraud
Sebagaimana yang telah dipelajari, gejala Fraud dibedakan menjadi enam kategori,
yaitu: (1) Analytical symptoms (2) Accounting or documentary symptoms (3) Lifestyle
symptoms (4) Control symptoms (5) Behavioral and verbal symptoms (6) Tips and Complaints
Berikut ini akan dibahas satu per satu gejala adanya fraud atas revenue yang didasarkan
atas enam poin tersebut:
1. Analytical symptoms
- Pendapatan atau penjualan yang terlalu tinggi.
- Sales discounts yang terlalu rendah.
- Sales return yang terlalu rendah.
- Bad Debt Allowance yang terlalu rendah.
- Piutang yang muncul terlalu tinggi atau meningkat terlalu cepat.
- AFDA yang terlalu rendah.
- Terlalu sedikit cash yang dilaporkan
2. Accounting or documentary symptoms
- Hilangnya bukti dokumen yang terkait dengan siklus pendapatan
- Buku besar terkait pendapatan (penjualan, penerimaan kas, dll) yang tidak seimbang
3. Lifestyle symptoms
- Bonus yang besar apabila target penjualan tercapai
- Kekayaan pribadi pihak eksekutif yang terikat di saham perusahaan
4. Control symptoms
- Manajemen memiliki kontrol lebih dalam pengendalian internal terkait siklus pendapatan
- Pelanggan baru yang muncul secara tiba-tiba dan biasanya langsung dalam jumlah yang
banyak tanpa melalui prosedur seperti umumnya
- Adanya kelemahan dalam proses akuntansi seperti pada proses cut off dan lain
sebagainya
5. Behavioral and verbal symptoms
- Ketidakkonsistenan tanggapan dari manajemen atau karyawan yang timbul dari prosedur
analitis terkait siklus pendapatan.
- Tidak diberinya akses kepada auditor untuk memeriksa segala hal yang terkait dalam
siklus pendapatan
6. Tips and Complaints
- Adanya whistleblower yang mengungkapkan praktik fraud atas pendapatan
- Fraud atas pendapatan diungkapkan di perusahaan yang kurang bersifat material atas
proses bisnis perusahaan secara keseluruhan

Menindaklanjuti Gejala Revenue Fraud


Aktivitas menindaklanjuti dilakukan setelah gejala-gejala fraud di dalam pendapatan
banyak ditemukan, tujuan dari aktivitas ini adalah memberikan kebenaran apakah fraud memang
terjadi atau tidak. Adapun di dalam proses menindaklanjuti juga tetap didasarkan pada enam poin
gejala fraud yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Analytical symptoms
a. Berfokus pada perubahan dari periode ke periode
Terdapat 3 cara yang dapat dilakukan, cara pertama adalah dengan langsung
membandingkan angka yang tertera di dalam laporan keuangan. Cara ini cukup susah
untuk dilakukan mengingat kita hanya membandingkan langsung data kasar yang tersaji
terlebih lagi jika data tersebut dalam jumlah yang besar
Cara kedua adalah dengan melakukan Analisis Horizontal, yakni menghitung
perubahan persentasi antar peride. Adapun cara perhitungannya adalah dengan meghitung
selisih periode saat ini dan sebelumnya yang kemudian dibagi dengan periode
sebelumnya sebagai tahun dasar. Sebagai contoh Piutang pada tahun pertama sebesar
$100.000 dan pada tahun kedua sebesar $130.000 sehingga melalui analisis horizontal
diperoleh hasil sebesar 30% ((130.000-100.000)/100.000).
Kemudian cara ketiga adalah dengan melakukan analisis cash flows, melauli
analisis ini perubahan piutang, persediaan, dan akun-akun lain dapat dideteksi namun
sayangnya cara ketiga ini kurang efektif apabila dibandingkan dengan melakukan analisis
horizontal
b. Berfokus pada perubahan hal-hal yang terkait dengan pendapatan
Lebih berfokus untuk melakukan analisis rasio. Adapun beberapa rasio yang sering
dijadikan untuk analisis adalah sebagai berikut:
a. Gross Profit (Margin) Ratio
Diperoleh dengan cara membagi gross profit dengan net sales. Rasio ini
memberikan ukuran persentase markup yang diberikan dari sebuah penjualan. Ketika
rasio ini meningkat secara dramatis, dimungkinkan adanya fraud yang dilakukan di
dalamnya.
b. Sales Return Percentage Ratio
Menghitung berapa persentase pengembalian atas penjualan kepada customer,
sehingga perhitungannya adalah membagi pengembalian penjualan dengan total
penjualan. Ketika rasio ini tinggi mengindikasihkan bahwa pengembalian atas
penjualan banyak terjadi namun saat rasio ini mendadak menjadi kecil, tentu ada
fraud yang terjadi.
c. Account Receivable Turnover
Diperoleh dari penjualan kredit yang dibagi dengan piutang. Secara umum rasio ini
digunakan untuk meghitung seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas
dalam setahun. Perubahan di rasio ini secara tiba-tiba merupakan indikasi kuat
terjadinya fraud.
d. Earnings per Share
Merupakan alat analisis tingkat profitabilitas perusahaan yang diperoleh dari
pendapatan bersih perusahaan selama setahun dibagi dengan jumlah rata-rata saham
yang beredar. Kenaikan yang terjadi secara drastis terhadap ratio ini merupakan suatu
indikasi dari adanya fraud.
2. Accounting or documentary symptoms
Dilakukannya analisis terhadap jurnal-jurnal perusahaan. Analisis biasanya dilakukan
dengan menggunakan software seperti Picalo, ACL, atau IDEA yang dapat dengan mudah
menelusuri jurnal-jurnal yang diindikasikan ada fraud disana. Analisis jurnal yang dilakukan
meliputi 5W, yakni Who, siapa yang memposting jurnal tersebut; What, apa tujuan dari
adanya jurnal tersebut; When, kapan jurnal tersebut di posting, Where, dimana jurnal tersebut
di posting dalam accounting system, dan Why, mengapa jurnal tersebut di posting.
3. Control symptoms
Dilakukan analisis terhadap triangle fraud yang meliputi tekanan, peluang, dan
rasionalisasi, juga dilakukan analisis terhadap kinerja manajemen dikarenakan manajamen
dianggap memilki kendali yang berlebih di dalam sistem pengendalian internal
4. Behavioral, verbal, and Lifestyle symptoms
Analisis banyak dilakukan kepada tim manajemen, tim audit internal perusahaan dan
tenaga kerja lainnya yang tidak tergabung dalam jajaran direksi. Kebanyakan melalui tenaga
kerja inilah praktik kecurangan di suatu perusahan dapat dibongkar.
5. Tips and Complaints
Dilakukannya analisis yang lebih medalam lagi terhadap whistle blowing system.
Adapun rangkuman dari gejala fraud dalam transaksi pendapatan disajikan dalam
sebuah tabel berikut ini (hanya dilihat dari segi analytical symptoms)

Transaksi Analytical Symptoms


Menjual barang/jasa ke Gross Profit Ratio
customer
Estimasi piutang tak tertagih Allowance for Uncollectible
Account as a percentage of
receivables
Menerima pengembalian Sales retun percentage ratio
barang dari customer
Menghapus piutang Account Receivable turnover
Menerima kas setelah periode Sales discount ratio
diskon
Menerima kas dalam periode Sales discount ratio
diskon

B. Inventory Fraud
Skema Inventory-Fraud
1. Double counting: terjadi saat inventory yang spesifik tercatat 2 kali
2. Capitalizing cost that should be expensed: terjadi ketika sebuah perusahaan
meningkatkan nilai persediaan dengan menambah biaya seperti biaya penjualan, beban
administrasi, dan umum yang kemudian dicatat sebagai persediaan.
3. Cutoff problems: terjadi ketika sebuah perusahaan menunda write-down dari persediaan
obsolence, mencatat hasil dari periode sebelumnya, mencatat pembelian di periode
selanjutnya, dan lain sebagainya.
4. Overestimating inventory: dapat terjadi dengan menerapkan metode sampling yang tidak
benar. Ketika persediaan diperkirakan menggunakan sampel atau proyeksi teknik,
perusahaan dapat menerapkan metode yang salah untuk persediaan akhirnya.
5. Bill and hold sales: Jika barang dihitung sebagai persediaan dan sebagai penjualan, maka
penjualan, piutang dan persediaan semua akan overstatement, sementara harga pokok
penjualan akan understatement
6. Consigned inventory: terjadi untuk meningkatkan persediaan akhir dengan mencatat
persediaan konsinyasi di perhitungan fisik akhir tahunnya.

Berikut ini juga akan disajikan dalam sebuah tabel terkait jenis-jenis transaksi yang
digunakan di beberapa skema fraud
Transaksi Akun terkait Skema Fraud
Pembelian persediaan Persediaan, hutang usaha - Menurunkan nilai
pembelian
- Terlambat mencatat
pembelian
- Tidak mencatat pembelian
Mengembalikan persediaan Hutang usaha, persediaan - Menaikkan nilai
ke supplier pengembalian
- Mencatat pengembalian di
periode lebih cepat
Membayar supplier dalam Hutang usaha, persediaan, - Menaikkan nilai diskon
periode diskon cash - Tidak mengurangi nilai
persediaan
Penjualan terjadi, pengakuan COGS, persediaan - Mencatat COGS sangat
COGS kecil
- Tidak mencatat COGS atau
tidak mengurangi
persediaan
Penentuan biaya persediaan Persediaan, COGS - Menggunakan biaya yang
tidak benar
- Mencatat persediaan fiktif
Identifikasi Gejala Inventory Fraud
1. Analytical symptoms
- Melaporkan saldo persediaan terlalu tinggi atau meningkat terlalu cepat.
- Melaporkan harga pokok penjualan saldo terlalu rendah atau menurun terlalu cepat.
- Melaporkan hasil pembelian terlalu tinggi atau meningkat terlalu cepat.
- Melaporkan diskon pembelian yang terlalu tinggi atau meningkat terlalu cepat.
- Melaporkan pembelian yang terlalu rendah untuk penjualan atau tingkat persediaan.
- Dikapitalisasinya persediaan yang terlihat seolah-olah itu memang harus dibebankan.
2. Accounting or documentary symptoms
- Transaksi persediaan atau harga pokok penjualan yang tidak tercatat secara lengkap atau
tepat waktu atau tidak benar dari segi jumlahnya, periode akuntansi, klasifikasi, dll
- Hilangnya dokumen yang berkaitan dengan persediaan dan biaya pokok penjualan
3. Lifestyle symptoms
- Gejala yang mirip dengan fraud terkait pendapatan (misalnya, penjualan saham, bonus,
dan kepemilikan saham). Namun, gejala ini sering tidak sangat efektif untuk mendeteksi
fraud pada laporan keuangan
4. Control symptoms
- Manajemen memengang kekuasaan penuh atas kegiatan pengendalian internal yang
terkait dengan pembelian, persediaan, atau harga pokok penjualan.
- Banyaknya bermunculan vendor secara tiba-tiba tanpa melalui prosedur yang seharusnya
- Kelemahan dalam proses penghitungan inventaris.
5. Behavioral and verbal symptoms
- Ketidakkonsistenan tanggapan dari manajemen atau karyawan yang timbul dari prosedur
analitis terkait persediaan.
6. Tips and Complaints
- Keluhan yang masuk melalui sistem whistleblowing atau melalui cara lain mungkin
menunjukkan bahwa skema fraud terkait persediaan mungkin terjadi.

Menindaklanjuti Gejala Inventory Fraud


Pada dasarnya sama dengan cara-cara yang diberlakukan dalam menindaklanjuti gejala
fraud pada pendapatan, hanya saja yang membedakan adalah penggunaan rasio pada analytical
symptoms. Adapun rasio yang digunakan untuk menganalisis adalah sebagai berikut:
1. Inventory turnover
Dihitung dengan membagi harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata dan
berguna untuk menentukan apakah persediaan overstatement atau harga pokok penjualan
understatement. Umumnya, melebih-lebihkan persediaan memiliki efek penurunan atas
rasio ini karena penyebutnya meningkat. Demikian pula, mengecilkan harga pokok
penjualan juga akan menurunkan rasio ini.
2. Number of days sales in inevntory
Mengukur rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menjual persediaan dan dihitung
dengan membagi jumlah hari dalam periode denganrasio perputaran persediaan. Dengan
demikian, jika harga pokok penjualan adalah $500, rata-rata persediaan adalah $200, dan
ada 365 hari dalam setahun, rasio perputaran persediaan adalah 2,5 ($500/$200), dan
jumlah hari penjualan dalam persediaan adalah 146 (365/2.5). Ini berarti bahwa
perusahaan menjual persediaan, rata-rata, setiap 146 hari. Ketika sebuah perusahaan
mengalami overstated persediaan atau understated harga pokok penjualan, jumlah hari
penjualan dalam persediaan akan meningkat.
Berikut ini disajikan sebuah tabel yang merangkum gejala fraud dalam transaksi
persediaan (hanya dilihat dari segi analytical symptoms)
Transaksi Analytical Symptoms
Pembelian persediaan Inventory turnover
Mengembalikan persediaan ke supplier Inventory turnover
Membayar supplier dalam periode diskon Inventory turnover
Penjualan terjadi, pengakuan COGS Number of days sales in inventory
Penentuan biaya persediaan Inventory turnover

Anda mungkin juga menyukai