DOSEN PENGAMPU
Dr. Fifi Swandari S.E., M.Si
Disusun oleh :
• Wahyudi (1810312110005)
• Fredy (1810312110002)
• Teguh Revi Wahyudi (1810312110031)
• M.Hafidz Ikhsan A (1810312110012)
• Satria Nugraha (1810312110021)
• Ahmad Maulana Asfiya (1810312110037)
• Ahmad Rifa'ie (1810312110029)
• Muhammad Sa'duddin (1810312110039)
• Kavin (1810312110020)
• Muhammad Rama Sa’idilah (1810312110014)
• Ahmad Khatami (1810312110017)
2. Operating Lease
Operating Lease adalah jenis lasing yang memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha tidak
dapat menutup harga perolehan barang modal yang disewa ditambah
keuntungan yang diperhitungan lessor.
b. Tidak memiliki hak opsi bagi lessee, shingga tidak benar membeli atau
memindahkan hak pada akhir masa sewa guna usaha bagi lessee.
C. Bentuk Leasing
Ada 3 bentuk sewa guna usaha/ leasing, yaitu:
1. Sale and Lease Back
Sewa guna usaha dalam bentuk ini perusahaan seolah-olah menjual aktiva yang
telah dimilikinya kepada perusahaan sewa guna. Karena itu memperoleh cash
inflow, dan kemudian menyewanya kembali dari perusahaan tersebut. Perusahaan
melakukan cara ini biasanya karena memerlukan kas dalam jumlah yang cukup
banyak, tapi juga masih memerlukan aktiva yang di-sale and lease back tersebut.
2. Direct Leasing
Direct leasing adalah bentuk sewa guna usaha di mana perusahaan menyewa
aktiva yang sebenarnya tidak menjadi miliknya.
3. Leveraged Leasing
Leveraged Leasing adalah bentuk sewa guna usaha yang mirip dengan bentuk
direct leasing. Hanya saja perusahaan sewa guna tidak lagi membiayai seluruh
kebutuhan dana yang diperlukan untuk memperoleh aktiva tersebut, tapi
menggunakan sebagian pinjaman. Dengan demikian terdapat tiga pihak yang
terlibat, yaitu:
a. Lessor
b. Lessee
c. Pemberi pinjaman
Bagi lessee, bentuk sewa guna ini tidak ada bedanya dengan direct leasing.
Bila PT MKN akan membeli aktiva tersebut, maka suatu bank bersedia membiayai
dengan bunga 18% per tahun. Pembayaran utang akan dilakukan dengan sistem anuitas,
artinya angsuran per tahun sama besarnya, dan dibayar pada akhir tahun. Perhitungan
pembayaran anuitas adalah sebagai berikut:
100 = X / (1-0,16) + X / (1-0,16)2 + X / (1-0,16)3 + X / (1-0,16)4 + X / (1-0,16)5
X = Rp 30,54 juta
Untuk alternatif utang, PV arus kas keluar setelah pajak dihitung setelah kita
menghitung berapa bunga yang dibayar setiap tahunnya. Perhitungan bunga ini peru
dilakukan karena pembayaran bunga plus penyusutan dapat digunakan untuk
mengurangi beban pajak. Perhitungan beban bunga adalah sebagai berikut:
Dengan demikian pehitungan PV arus kas keluar setelah pajak adalah sebagai
berikut:
Dari hasil analisis ternyata menunjukkan bahwa PV kas keluar kedua alternatif
tersebut sama saja (seharusnya pilih yang terkecil). Dengan demikian alternatif leasing
ataupun utang akan memberikan pengaruh yang SAMA bagi perusahaan.
E. Hubungan Lessor Dengan Lesse Baik Dalam Capital Lease Maupun Operating
Lease
Pada capital lease lessor mendapatkan hak milik atas barang modal yang kemudian
disewakan selama jangka waktu tertentu. Yang maksimum sama dengan masa kegunaan
ekonomis benda yang bersangkutan. Sebaliknya lessee berkewajiban membayar kepada
lessor atas seluruh biaya lessor untuk mendapatkan barang tersebut.ditambah dengan
biaya-biaya pembiayaan lessor, dan keuntungan lessor. Sementara pada operating lease,
lessor membeli barang kemudian disewakan dan lessee membayar sewa tersebut secara
berkala sebagai imbalan.
- Capital Lease tidak dapat diakhiri oleh lessee
Segala risiko ekonomis atas barang modal yang disewakan menjadi tanggung
jawab lessee. Risiko ekonomis tersebut adalah risiko pertambahan atau penurunan
nilai barang tersebut. Sedangkan dalam operating lease bahwa lessee dapat
mengakhiri perjanjian lease sewaktu-waktu dan risiko ekonomis barang yang
disewakan menjadi tanggung jawab pihak lessor. Pada akhir perjanjian leasing
pihak lessee yang melakukan capital lease dapat mengembalikan barang tersebut
kepada lessor. Atau membelinya dengan harga yang relatif rendah sebagaimana
telah diperjanjikan atau lessee dapat melakukan perpanjangan leasing dengan
syarat yang disetujui bersama. Sedangkan dalam operating lease pihak lessee tidak
dapat memiliki opsi sehingga pada akhir perjanjian atau perjanjian diakhiri, maka
barang yang bersangkutan harus dikembalikan kepada lessor. Pembukuan capital
lease dicatat oleh lessee sebagai aktiva sewa guna usaha dan mencatat utan sewa
guna usaha kepada lessor. Sedangkan untuk operating lease, pihak lessee hanya
mencatat pada saat terjadi pengeluaran biaya sewa saja.
2. Akuntansi Leasing
A. Analisis Dan Cara Pencatatan Jurnal Transaksi
Aktiva sewa guna usaha sebenarnya masih dalam kelompok aktiva tetap, namun
sebaiknya disajikan tersendiri atau terpisah (bahkan ada yang mengharuskan).
Transaksi leasing (sewa guna usaha) diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva sebagai
aktiva tetap dan kewajiban pada awal masa sewa guna usaha sebesar nilai tunai dari
seluruh pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa. Yaitu harga opasi yang
harus dibayar oleh penyewa pada akhir masa leasing. Selanjutnya, selama masa
tersebut , setiap pembayaran leasing dialokasikan dan dicatat sebagai angsuran
pokok kewajiban sewa guna usaha. Dan beban bunga berdasarkan tingkat bunga
yang diperhitungkan terhadap sisa kewajiban penyewa. Aktiva sewa guna usaha yang
dimilikiharus diamortisasi setiap akhir periode pelaporan dengan menggunakan
metode yang sama dengan metode penyusutan pada aktiva tetap.
- Perhatikan Contoh soal leasing berikut ini
Bank ABC Surabaya telah memutuskan untuk memenuhi kebutuhan aktiva tetap
melalui leasing berupa kendaraan selama lima tahun. Sejak Januari 2019 kepada
Sewa Jaya Leasing Surabaya. Leasing tersebut tidak dapat dibatalkan atau
merupakan capital lease.
Harga kendaraan pada saat perjanjian leasing ditandatangani 1 Januari 2019
adalah Rp 400.000.000.
Umur ekonomis 5 tahun dan nilai residu ditaksir Rp 50.000.000.
Tarif bunga kredit oleh Bank ABC yang disebut Lessee’s Incremental
Borrowing Rate sebesar 15% per tahun.
Pihak lessor memperhitungkan sewa dengan dasar rate of return on
investmen (ROI) sebesar 14%. Penentuan tarif ini disepakati oleh Bank
ABC (Lessee).
Pihak Bank ABC dalam melakukan penyusutan aktiva tetap menggunakan
metode garis lurus.
Dalam perjanjian dituliskan bahwa bank boleh melakukan pembelian
aktiva sewa guna usaha yang bersangkutan pada akhir masa leasing.
Berdasarkan contoh soal akuntansi leasing dan jawabannya di atas, maka dapat dihitung
angsuran yang harus dibayar oleh Bank ABC pada akhir setiap tahun sebagai berikut:
Harga kendaraan = Rp 400.000.000
Nilai Sekarang residu Rp 50.000.000 x 0,51937 = Rp 25.968.500
= Rp 374.031.500
Nilai sekarang atas nilai residu dihitung dengan tingkat yang berlaku dan ditentukan oleh
lessor pada saat perjanjian, yaitu: 14%, dengan masa leasing 5 tahun. Dengan demikian
dapat ditentukan sewa tahunan dengan cara membagi nilai bersih sewa guna usaha
dengan harga tunai anuitas akhir periode untuk Rp 1 (tabel bunga) sebagai berikut:
= Rp 374.031.500 : 3,433
= Rp 108.951.791
Setiap tahun agar dapat menutup harga barang modal dan pihak lessor memperoleh rate
of return invesment (ROI) sebesar 14%. Perlu diketahui bahwa tingkat diskonto yang
digunakan untuk menentukan nilai tunai dari pembayaran sewa guna usaha aalah tingkat
bunga yang dibebankan oleh perusahaan leasing (lessor). Atau tingkat bunga yang
berlaku pada awal masa sewa guna usaha.
Tanggal 1 Januari 2020 pada waktu pembayaran angsuran pokok dan bunga yang
pertama, pencatatan jurnal transaksinya adalah:
[Debit] Utang Bunga Rp 37.111.160
[Debit] Utang Sewa Guna Usaha Rp 71.840.630
[Kredit] Kas Giro Leasing/Giro BI Rp 108.951.790
Penjelasan Hitungan :
Jumlah angsuran = Rp 108.951.790
Angsuran bunga = 37.111.160
Angsuran pokok = Rp 71.840.630
Untuk pencatatan atau pembukuan pada tahun-tahun berikutnya dilakukan denga cara
yang sama. Namun yang perlu dipahami adalah atas nilai residu pada akhir masa sewa
guna usaha, yaitu 1 Januari 2024 bila dijamin oleh lessee. Misalnya pada akhir periode
ternyata harga nilai residu Rp 30.000.000, maka lessee harus membayar Rp
20.000.000. Sedangkan selisihnya merupakan rugi.
Bila harga aktiva sewa guna usaha/ Leasing pada akhri periode melebihi nilai residu,
maka dicatat sebagai laba sewa guna usaha. Pada contoh kasus sewa guna usaha lain,
bahwa nilai residu tidak dijamin oleh pihak lessee atas kesepakatan bersama. Maka
besarnya nilai sewa guna usaha adalah sebesar harga perolehan dikurangi nilai residu
dengan pencatatan jurnal umum transaksinya sebagai berikut:
[Debit] Aktiva Sewa Guna Usaha Rp 374.031.500
[Kredit] Utang Sewa Guna Usaha Rp 374.031.500
4. Pegadaian
Pegadaian merupakan usaha pembayaran dengan jaminan barang bergerak. Tujuan perum
pegadaian sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1990 adalah menyediakan
pelayanan bagi masyarakat umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan
prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat dan bertujuan untuk:
- Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanan kebijaksanaan dan program
pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya melalui
penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai.
- Mencegah praktek pegadaian gelap, riba dan pinjaman tidak wajar lainnya.
perum pegadaian juga melakukan kegiatan-kegiatan lainnya, yaitu:
- Menerima jasa taksiran, yaitu memberikan jasa kepada masyarakat yang ingin
mengetahui beberapa besar nilai sesunguhnya dari barang yang dimilikinya, seperti
emas, atau berlian.
- Menerima jasa titipan, yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat yang ingin
menitipkan dalam waktu lama, misal naik haji atau keluar kota.
- Bekerja sama dengan pihak ketiga dalam memanfaatkan aset perusahaan dalam
bidang bisnis properti, seperti pembangunan gedung kantor dan pertokoan dengan
sistem Built Operate and Transfer.
- Kredit pegawai, yaitu kredit yang diberikan kepada pegawai yang berpenghasilan
tetap.
5. Bank Islam
Bank Islam mulai beroperasi di Indonesia berdasarkan Undang-undang Perbankan
Tahun 1992 (UU.No.7/1992). Undang-undang tersebut kemudian diterjemahkan lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 1992. Perundangan perbankan syariah
disempurnakan lebih lanjut dengan UU.No.10/1998, dan UU.No.23/1999. UU terakhir
tentang Bank Indonesia yang memberikan kewenangan kepada BI untuk
mengakomodasi prinsip-prinsip syariah dalam pelaksanaan tugas pokoknya. Bank Islam
beroperasi tidak atas dasar bunga tetapi atas dasar pembagian (sharing) keuntungan.
6. Kesimpulan
Berdasarkan atas jangka waktu kredit digunakan oleh perusahaan, beberapa pihak
mengelompokkan sumber dana menjadi dana jangka pendek, menengah, dan panjang.
Salah satu bentuk pendanaan jangka menengah yang saat ini banyak dimanfaatkan di
Indonesia adalah sewa guna/ leasing. Perusahaan leasing menyediakan dana untuk
membeli aktiva yang diperlukan perusahaan, meskipun secara resminya perusahaan
sewa guna yang memiliki aktiva tersebut. Perusahan yang memakai aktiva tersebut
hanyalah menyewa aktiva tersebut. Posisi yang unik ini akan membawa dampak pajak
bagi lessor dan lessee. Karena penyusutan dapat digunakan untuk mengurangi beban
pajak, maka pajak yang diijinkan untuk menyusut aktiva tersebut akan memperoleh
manfaat dalam bentuk penghematan pajak. Bagi perusahaan, alternatif sewa guna
hendaknya dibandingkan dengan alternatif debt financing. Hal ini disebabkan karena
baik leasing maupun debt financing akan menimbulkan beban finansial tetap.
Karenanya tingkat bunga yang relevan adalah biaya utang setelah pajak. Selain sewa
guna, beberapa bentuk pendanaan jangka menengah antara lain, equipment financing.
Dalam menganalisis berbagai alternatif pembiayaan, perusahaan perlu memahami
bagaimana pembebanan bunga, apakah add on ataukah anuitas. Penggunaan cara add
on selalu mengakibatkan peminjam menanggung biaya kredit yang jauh lebih besar dari
suku bunga yang di-umumkan.
REFERENSI
https://manajemenkeuangan.net/pengertian-leasing-adalah/
Hanafi, Mamduh M.2016. Manajemen Keuangan. Edisi 2.Yogyakarta : BPFE-YOGYAKARTA