Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN


SUMBER PENDANAAN : LEASING , PEGADAIAN DAN BANK
ISLAM

DOSEN PENGAMPU
Dr. Fifi Swandari S.E., M.Si
Disusun oleh :

• Wahyudi (1810312110005)
• Fredy (1810312110002)
• Teguh Revi Wahyudi (1810312110031)
• M.Hafidz Ikhsan A (1810312110012)
• Satria Nugraha (1810312110021)
• Ahmad Maulana Asfiya (1810312110037)
• Ahmad Rifa'ie (1810312110029)
• Muhammad Sa'duddin (1810312110039)
• Kavin (1810312110020)
• Muhammad Rama Sa’idilah (1810312110014)
• Ahmad Khatami (1810312110017)

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
MANAJEMEN
2020
1. Pengertian Leasing
A. Definisi Leasing
Arti dari leasing adalah suatu perjanjian yang memberikan hak untuk
menggunakan harta, pabrik, atau alat-alat yang lain selama jangka waktu tertentu.
Dengan kata lain, sewa guna usaha/ leasing dapat dipandang sebagai kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha
dengan hak opsi (capital lease). Atau dengan sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating
lease) untuk digunakan lesse selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran
secara berkala. Pihak yang menyewakan disebut lessor dan pihak yang menyewa disebut
lessee. Untuk memenuhi aktiva tetap, perusahaan dapat memilih alternatif lain melalui
sewa guna usaha (leasing).
Secara formal kepemilikan aktiva tersebut berada pada pihak yang menyewakan
(lessor). Tapi pemanfaatan ekonominya dilakukan oleh pihak yang menyewa (lessee).
Sewa guna usaha/ Leasing adalah salah satu bentuk pendanaan jangka menengah yang
saat ini banyak dimanfaatkan di Indonesia. Bentuk pendanaan ini makin berkembang,
bahkan sudah ada jenis leasing syariah.

B. Jenis – Jenis Leasing


Jenis leasing dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Capital Lease atau Finance Lease
Finance Lease adalah jenis leasing yang mempunyai kriteria sebagai berikut:
a. Jumlah pembayaran sewa guna selama masa sewa guna usaha pertama
ditambah dengan nilai sisa barang modal. Harus dapat menutup harga
perolehan barang modal atau minimum sama atau lebih besar dari 90%
harga pasar aktiva yang disewakan dikurangi keringan pajak (kalau ada).
b. Masa sewa guna usaha ditetapkan:
 minimum 2 tahun untuk barang modal golongan I,
 minimum 3 tahun untuk barang modal golongan II,
 dan minimum 7 tahun untuk barang modal bangunan.
c. Sewa guna usaha mengandung persetujuan yang memberikan hak kepada
penyewa (lessee) untuk membeli aktiva yang disewa dengan harga yang
telah disetujui atau dengan kata lain penyewa mempunyai hak opsi.

2. Operating Lease
Operating Lease adalah jenis lasing yang memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha tidak
dapat menutup harga perolehan barang modal yang disewa ditambah
keuntungan yang diperhitungan lessor.
b. Tidak memiliki hak opsi bagi lessee, shingga tidak benar membeli atau
memindahkan hak pada akhir masa sewa guna usaha bagi lessee.

C. Bentuk Leasing
Ada 3 bentuk sewa guna usaha/ leasing, yaitu:
1. Sale and Lease Back
Sewa guna usaha dalam bentuk ini perusahaan seolah-olah menjual aktiva yang
telah dimilikinya kepada perusahaan sewa guna. Karena itu memperoleh cash
inflow, dan kemudian menyewanya kembali dari perusahaan tersebut. Perusahaan
melakukan cara ini biasanya karena memerlukan kas dalam jumlah yang cukup
banyak, tapi juga masih memerlukan aktiva yang di-sale and lease back tersebut.
2. Direct Leasing
Direct leasing adalah bentuk sewa guna usaha di mana perusahaan menyewa
aktiva yang sebenarnya tidak menjadi miliknya.
3. Leveraged Leasing
Leveraged Leasing adalah bentuk sewa guna usaha yang mirip dengan bentuk
direct leasing. Hanya saja perusahaan sewa guna tidak lagi membiayai seluruh
kebutuhan dana yang diperlukan untuk memperoleh aktiva tersebut, tapi
menggunakan sebagian pinjaman. Dengan demikian terdapat tiga pihak yang
terlibat, yaitu:
a. Lessor
b. Lessee
c. Pemberi pinjaman
Bagi lessee, bentuk sewa guna ini tidak ada bedanya dengan direct leasing.

D. Analisis Pendanaan Dengan Leasing


Perhatikan contoh soal sewa guna berikut ini :
PT MKN memerlukan aktiva senilai Rp 100 juta. Suatu perusahaan leasing menawarkan
untuk membiayai keperluan tersebut dengan cara membayar sewa sebanyak lima kali
dalam lima tahun. Hanya saja pembayaran tersebut dilakukan pada awal tahun . Hanya
saja pembayaran tersebut dilakukan pada awal tahun . Dengan demikian perhitungan
pembayaran sewa setiap awal tahun adalah sebagai berikut:
100 = X / (1-0,15) + X / (1-0,15)2 + X / (1-0,15)3 + X / (1-0,15)4 + X / (1-0,15)5
= 3,855X
X = Rp 25,94 juta

Bila PT MKN akan membeli aktiva tersebut, maka suatu bank bersedia membiayai
dengan bunga 18% per tahun. Pembayaran utang akan dilakukan dengan sistem anuitas,
artinya angsuran per tahun sama besarnya, dan dibayar pada akhir tahun. Perhitungan
pembayaran anuitas adalah sebagai berikut:
100 = X / (1-0,16) + X / (1-0,16)2 + X / (1-0,16)3 + X / (1-0,16)4 + X / (1-0,16)5
X = Rp 30,54 juta

1. Pola Cash Outflow Tidak Sama


Pemilihan alternatif leasing akan mengakibatkan pengeluaran kas pada awal
tahun. Sedangkan utang pada akhir tahun.
2. Penggunaan Utang
Dengan menggunakan utang PT MKN memiliki aktiva tersebut. Dengan demikian
beban penyusutan akan dapat digunakan sebagai pengurang pajak penghasilan.
Karena itulah dalam analisis perlu dilakukan atas dasar SETELAH pajak, baik
yang menyangkut penggunaan biaya modal yang relevan maupun arus kas yang
relevan, Bila tarif pajak penghasilan 50%, maka biaya modal setelah pajak yang
relevan adalah:
= 0,16 (1-0,50)
= 0,08
Dengan demikian analisis untuk alternatif guna usaha adalah sebagai berikut:

- Contoh Perhitungan Akutansi Leasing

Untuk alternatif utang, PV arus kas keluar setelah pajak dihitung setelah kita
menghitung berapa bunga yang dibayar setiap tahunnya. Perhitungan bunga ini peru
dilakukan karena pembayaran bunga plus penyusutan dapat digunakan untuk
mengurangi beban pajak. Perhitungan beban bunga adalah sebagai berikut:

- Contoh Perhitungan Bunga Leasing

Dengan demikian pehitungan PV arus kas keluar setelah pajak adalah sebagai
berikut:
Dari hasil analisis ternyata menunjukkan bahwa PV kas keluar kedua alternatif
tersebut sama saja (seharusnya pilih yang terkecil). Dengan demikian alternatif leasing
ataupun utang akan memberikan pengaruh yang SAMA bagi perusahaan.

E. Hubungan Lessor Dengan Lesse Baik Dalam Capital Lease Maupun Operating
Lease
Pada capital lease lessor mendapatkan hak milik atas barang modal yang kemudian
disewakan selama jangka waktu tertentu. Yang maksimum sama dengan masa kegunaan
ekonomis benda yang bersangkutan. Sebaliknya lessee berkewajiban membayar kepada
lessor atas seluruh biaya lessor untuk mendapatkan barang tersebut.ditambah dengan
biaya-biaya pembiayaan lessor, dan keuntungan lessor. Sementara pada operating lease,
lessor membeli barang kemudian disewakan dan lessee membayar sewa tersebut secara
berkala sebagai imbalan.
- Capital Lease tidak dapat diakhiri oleh lessee
Segala risiko ekonomis atas barang modal yang disewakan menjadi tanggung
jawab lessee. Risiko ekonomis tersebut adalah risiko pertambahan atau penurunan
nilai barang tersebut. Sedangkan dalam operating lease bahwa lessee dapat
mengakhiri perjanjian lease sewaktu-waktu dan risiko ekonomis barang yang
disewakan menjadi tanggung jawab pihak lessor. Pada akhir perjanjian leasing
pihak lessee yang melakukan capital lease dapat mengembalikan barang tersebut
kepada lessor. Atau membelinya dengan harga yang relatif rendah sebagaimana
telah diperjanjikan atau lessee dapat melakukan perpanjangan leasing dengan
syarat yang disetujui bersama. Sedangkan dalam operating lease pihak lessee tidak
dapat memiliki opsi sehingga pada akhir perjanjian atau perjanjian diakhiri, maka
barang yang bersangkutan harus dikembalikan kepada lessor. Pembukuan capital
lease dicatat oleh lessee sebagai aktiva sewa guna usaha dan mencatat utan sewa
guna usaha kepada lessor. Sedangkan untuk operating lease, pihak lessee hanya
mencatat pada saat terjadi pengeluaran biaya sewa saja.

2. Akuntansi Leasing
A. Analisis Dan Cara Pencatatan Jurnal Transaksi
Aktiva sewa guna usaha sebenarnya masih dalam kelompok aktiva tetap, namun
sebaiknya disajikan tersendiri atau terpisah (bahkan ada yang mengharuskan).
Transaksi leasing (sewa guna usaha) diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva sebagai
aktiva tetap dan kewajiban pada awal masa sewa guna usaha sebesar nilai tunai dari
seluruh pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa. Yaitu harga opasi yang
harus dibayar oleh penyewa pada akhir masa leasing. Selanjutnya, selama masa
tersebut , setiap pembayaran leasing  dialokasikan dan dicatat sebagai angsuran
pokok kewajiban sewa guna usaha. Dan beban bunga berdasarkan tingkat bunga
yang diperhitungkan terhadap sisa kewajiban penyewa. Aktiva sewa guna usaha yang
dimilikiharus diamortisasi setiap akhir periode pelaporan dengan menggunakan
metode yang sama dengan metode penyusutan pada aktiva tetap.
- Perhatikan Contoh soal leasing berikut ini
Bank ABC Surabaya telah memutuskan untuk memenuhi kebutuhan aktiva tetap
melalui leasing berupa kendaraan selama lima tahun. Sejak Januari 2019 kepada
Sewa Jaya Leasing Surabaya. Leasing tersebut tidak dapat dibatalkan atau
merupakan capital lease.
 Harga kendaraan pada saat perjanjian leasing ditandatangani 1 Januari 2019
adalah Rp 400.000.000.
 Umur ekonomis 5 tahun dan nilai residu ditaksir Rp 50.000.000.
 Tarif bunga kredit oleh Bank ABC yang disebut Lessee’s Incremental
Borrowing Rate sebesar 15% per tahun.
 Pihak lessor memperhitungkan sewa dengan dasar rate of return on
investmen (ROI) sebesar 14%. Penentuan tarif ini disepakati oleh Bank
ABC (Lessee).
 Pihak Bank ABC dalam melakukan penyusutan aktiva tetap menggunakan
metode garis lurus.
 Dalam perjanjian dituliskan bahwa bank boleh melakukan pembelian
aktiva sewa guna usaha yang bersangkutan pada akhir masa leasing.

Berdasarkan contoh soal akuntansi leasing dan jawabannya di atas, maka dapat dihitung
angsuran yang harus dibayar oleh Bank ABC pada akhir setiap tahun sebagai berikut:
Harga kendaraan = Rp 400.000.000
Nilai Sekarang residu Rp 50.000.000 x 0,51937 = Rp 25.968.500
= Rp 374.031.500

Nilai sekarang atas nilai residu dihitung dengan tingkat yang berlaku dan ditentukan oleh
lessor pada saat perjanjian, yaitu: 14%, dengan masa leasing 5 tahun. Dengan demikian
dapat ditentukan sewa tahunan dengan cara membagi nilai bersih sewa guna usaha
dengan harga tunai anuitas akhir periode untuk Rp 1 (tabel bunga) sebagai berikut:
= Rp 374.031.500 : 3,433
= Rp 108.951.791

Setiap tahun agar dapat menutup harga barang modal dan pihak lessor memperoleh rate
of return invesment (ROI) sebesar 14%. Perlu diketahui bahwa tingkat diskonto yang
digunakan untuk menentukan nilai tunai dari pembayaran sewa guna usaha aalah tingkat
bunga yang dibebankan oleh perusahaan leasing (lessor). Atau tingkat bunga yang
berlaku pada awal masa sewa guna usaha.

- Transaksi tersebut dicatat sebagai berikut


Tanggal 1 Januari 2019 pada saat perjanjian leasing, bila nilai residu dijamin oleh
Bank ABC (lessee), jurnalnya sebagai berikut:
[Debit] Aktiva Sewa Guna Usaha – Kendaraan  Rp 400.000.000
[Kredit] Utang Sewa Guna Usaha  Rp 400.000.000

Tanggal 31 Desember 2019 pada saat mencatat bunga dan depresiasi:


[Debit] Biaya Bunga Rp 37.111.160
[Kredit] Utang Bunga Rp 37.111.160

[Debit] Depresiasi Aktiva Sewa Guna Usaha Rp 70.000.000


[Kredit] Akumulasi Dep. Aktiva Sewa Guna Usaha Rp 70.000.000
Keterangan :
Perhitungan bunga tahun 2019 adalah:
= (Rp 374.031.500 – Rp 108.951.790) x 14%
= Rp 37.111.160

Perhitungan depresiasi tahun 2019 adalah:


= ( Rp 400.000.000 – Rp 50.000.000) : 5
= Rp 70.000.000

Tanggal 1 Januari 2020 pada waktu pembayaran angsuran pokok dan bunga yang
pertama, pencatatan jurnal transaksinya adalah:
[Debit] Utang Bunga Rp 37.111.160
[Debit] Utang Sewa Guna Usaha Rp 71.840.630
[Kredit] Kas Giro Leasing/Giro BI Rp 108.951.790

Penjelasan Hitungan :
Jumlah angsuran = Rp 108.951.790
Angsuran bunga = 37.111.160
Angsuran pokok = Rp 71.840.630

Untuk pencatatan atau pembukuan pada tahun-tahun berikutnya dilakukan denga cara
yang sama. Namun yang perlu dipahami adalah atas nilai residu pada akhir masa sewa
guna usaha, yaitu 1 Januari 2024 bila dijamin oleh lessee. Misalnya pada akhir periode
ternyata harga nilai residu Rp 30.000.000, maka lessee harus membayar Rp
20.000.000. Sedangkan selisihnya merupakan rugi.

Dan Pencatatan Jurnal Umum Transaksinya adalah sebagai berikut ini :


[Debit] Utang Bunga Rp –
[Kredit] Kas/Giro Leasing/Giro BI

[Debit] Akum. Depr. Aktiva tetap Sewa Guna Rp 350.000.000


[Debit] Utang Sewa Guna Usaha Rp 50.000.00
[Debit] Rugi Sewa Guna Usaha Rp 30.000.000
[Kredit] Aktiva Sewa Guna Usaha Rp 400.000.000
[Kredit] Kas Rp 30.000.000

Bila harga aktiva sewa guna usaha/ Leasing pada akhri periode melebihi nilai residu,
maka dicatat sebagai laba sewa guna usaha. Pada contoh kasus sewa guna usaha lain,
bahwa nilai residu tidak dijamin oleh pihak lessee atas kesepakatan bersama. Maka
besarnya nilai sewa guna usaha adalah sebesar harga perolehan dikurangi nilai residu
dengan pencatatan jurnal umum transaksinya sebagai berikut:
[Debit] Aktiva Sewa Guna Usaha Rp 374.031.500
[Kredit] Utang Sewa Guna Usaha Rp 374.031.500

Penyusutan pada setiap akhir periode:


[Debit] Depresiasi Aktiva Tetap Sewa Guna Usaha Rp 74.806.300
[Kredit] Akumulasi Depresiasi Aktiva Leasing Rp 74.806.300
B. Perlakuan Perpajakan untuk Transaksi sewa guna usaha atau Leasing
Analisis ekonomi pendanaan dengan menggunakan fasilitas leasing tidak bisa
dilepaskan dari peraturan perpajakan yang dikenakan atas lessor maupun lessee.
Umumnya peraturan perpajakan yang diberlakukan adalah pembayaran sewa oleh
lessee adalah komponen biaya. Dan karenanya dapat digunakan untuk
mengurangi pajak. Sedangkan bagi lessor, karena aktiva tersebut adalah milik
mereka, maka penyusutan dapat digunakan oleh lessor untuk mengurangi beban
pajak penghasilan mereka.

3. Pendanaan Jangka Menengah Selain Leasing


Term loans umumnya bersifat “self liquidating”. Artinya, hutang tersebut lunas pada saat
aktiva yang dibiayai dengan utang tersebuttidak lagi diperlukan. Namun demikian jenis
utang ini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dana yang lebih bersifat permanen.
Atau sebagai pendanaan sementara sambil menunggu pendanaan jangka panjang (bridging
finance). Manfaat utang jangka menengah adalah utang tersebut dapat disesuaikan dengan
kesediaan arus kas untuk melunasi utang tersebut. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah
bahwa dalam merencanakan kebutuhan utang, hendaknya dikaitkan dengan kebutuhan utang
perusahaan secara keseluruhan, bukan atas dasar aktiva per aktiva. Umumnya yang
menyediakan term loans adalah bank komersial, perusahaan asuransi, dan dana pensiun.
Term loans umumnya mempunyai 3 karakteristik umum, yaitu:
A. Jangka Waktu
Umumnya bank komersial membatasi jangka waktu yang diberikan berkisar 1-5 tahun.
Meskipun demikian untuk perusahaan asuransi dan dana pensiun mereka bisa jadi
memberikan term loans sampai 10 tahun. Karena itulah di USA dikatakan bahwa antara
bank komersial dan perusahaan asuransi serta dana pensiun tidak terjadi persaingan, tapi
justeru saling melengkapi. Seringkali bahkan untuk pemberian term loans yang cukup
besar, bank komersial bekerja sama dengan perusahaan asuransi dan dana pensiun.
B. Agunan
Term loans hampir selalu dijamin dengan agunan tertentu. Untuk term loans yang
berjangka pendek, agunan tersebut mungkin berupa peralatan dan mesin-mesin, atau
dengan saham dan obligasi. Sedangkan yang berjangka lebih panjang dijamin dengan
property atau real estate.
C. Restrictive Covenant
Sebagai tambahan atas agunan yang diberikan untuk memperoleh term loans, pihak
kreditur kadang-kadang mensyaratkan kondisi tertentu untuk tetap dipenuhi oleh pihak
debitur. Misalnya, ditentukan bahwa perbandingan antara aktiva lancar dengan
kewajiban lancar tidak boleh lebih kecil dari persentase tertentu. Penentuan persyaratan
ini dimaksudkan untuk memperkecil kemungkinan debitur tidak mampu membayar
kewajiban finansialnya. Bila persyaratan tersebut tidak dipenuhi, maka debitur akan
dikenakan denda, bahkan bisa diharuskan segera melunasi utangnya.
D. Skedul Pembayaran
Term loans umumnya dibayar secara berkala, yang pembayaran tersebut terdiri dari
angsuran pokok pinjaman dan bunganya. Angsuran dapat dilakukan setiap triwulan,
semesteran ataupun tahunan.
E. Equipment Financing
Term loans sering digunakan untuk membiayai pembelian peralatan tertentu. Bank
komersial, perusahaan pembiayaan, dan penjual peralatan tersebut sering menjadi
sumber term loan tersebut. Karena umumnya suku bunga yang dibebankan oleh
perusahaan pembiayaan sedikit lebih mahal daripada bank komersial. Maka biasanya
calon debitur hanya akan menggunakan perusahaan pembiayaan apabila tidak mampu
memperoleh kredit tersebut dari bank komersial. Kredit untuk peralatan ini dapat
dijamin dengan perjanjian chattel mortgage atau dengan kesepakatan conditional sales
contract. Untuk cara yang terakhir ini, berarti penjual masih memiliki hak atas peralatan
tersebut. Dan hak tersebut baru pindah ke pembeli setelah pembeli melunasi
pembeliannya. Dan kesepakatan tersebut dinyatakan dalam surat perjanjian antara
pembeli dan penjual. Cara pembayaran umumnya dilakukan dengan pembayaran
berkala. Penjual kemudian dapat menjual surat kesepakatan (kontrak) tersebut kepada
bank komersial atau perusahaan pembiayaan. Bila pembeli kemudian tidak mampu
membayar utang sesuai dengan skedul pembayaran. Bank atau perusahaan pembiayaan
akan mengambil peralatan tersebut dan menjualnya untuk melunasi utang tersebut.

4. Pegadaian
Pegadaian merupakan usaha pembayaran dengan jaminan barang bergerak. Tujuan perum
pegadaian sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.10 Tahun 1990 adalah menyediakan
pelayanan bagi masyarakat umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan
prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat dan bertujuan untuk: 
- Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanan kebijaksanaan dan program
pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya melalui
penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai.
- Mencegah praktek pegadaian gelap, riba dan pinjaman tidak wajar lainnya.
perum pegadaian juga melakukan kegiatan-kegiatan lainnya, yaitu:
- Menerima jasa taksiran, yaitu memberikan jasa kepada masyarakat yang ingin
mengetahui beberapa besar nilai sesunguhnya dari barang yang dimilikinya, seperti
emas, atau berlian.
- Menerima jasa titipan, yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat yang ingin
menitipkan dalam waktu lama, misal naik haji atau keluar kota.
- Bekerja sama dengan pihak ketiga dalam memanfaatkan aset perusahaan dalam
bidang bisnis properti, seperti pembangunan gedung kantor dan pertokoan dengan
sistem Built Operate and Transfer.
- Kredit pegawai, yaitu kredit yang diberikan kepada pegawai yang berpenghasilan
tetap.

5. Bank Islam
Bank Islam mulai beroperasi di Indonesia berdasarkan Undang-undang Perbankan
Tahun 1992 (UU.No.7/1992). Undang-undang tersebut kemudian diterjemahkan lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 1992. Perundangan perbankan syariah
disempurnakan lebih lanjut dengan UU.No.10/1998, dan UU.No.23/1999. UU terakhir
tentang Bank Indonesia yang memberikan kewenangan kepada BI untuk
mengakomodasi prinsip-prinsip syariah dalam pelaksanaan tugas pokoknya. Bank Islam
beroperasi tidak atas dasar bunga tetapi atas dasar pembagian (sharing) keuntungan.

6. Kesimpulan
Berdasarkan atas jangka waktu kredit digunakan oleh perusahaan, beberapa pihak
mengelompokkan sumber dana menjadi dana jangka pendek, menengah, dan panjang.
Salah satu bentuk pendanaan jangka menengah yang saat ini banyak dimanfaatkan di
Indonesia adalah sewa guna/ leasing. Perusahaan leasing menyediakan dana untuk
membeli aktiva yang diperlukan perusahaan, meskipun secara resminya perusahaan
sewa guna yang memiliki aktiva tersebut. Perusahan yang memakai aktiva tersebut
hanyalah menyewa aktiva tersebut. Posisi yang unik ini akan membawa dampak pajak
bagi lessor dan lessee. Karena penyusutan dapat digunakan untuk mengurangi beban
pajak, maka pajak yang diijinkan untuk menyusut aktiva tersebut akan memperoleh
manfaat dalam bentuk penghematan pajak. Bagi perusahaan, alternatif sewa guna
hendaknya dibandingkan dengan alternatif debt financing. Hal ini disebabkan karena
baik leasing maupun debt financing akan menimbulkan beban finansial tetap.
Karenanya tingkat bunga yang relevan adalah biaya utang setelah pajak. Selain sewa
guna, beberapa bentuk pendanaan jangka menengah antara lain, equipment financing.
Dalam menganalisis berbagai alternatif pembiayaan, perusahaan perlu memahami
bagaimana pembebanan bunga, apakah add on ataukah anuitas. Penggunaan cara add
on selalu mengakibatkan peminjam menanggung biaya kredit yang jauh lebih besar dari
suku bunga yang di-umumkan.
REFERENSI
https://manajemenkeuangan.net/pengertian-leasing-adalah/
Hanafi, Mamduh M.2016. Manajemen Keuangan. Edisi 2.Yogyakarta : BPFE-YOGYAKARTA

Anda mungkin juga menyukai