Makalah Pancasila Di Era Globalisasi
Makalah Pancasila Di Era Globalisasi
BAB I
PENDAHULUAN
Namun dibalik itu terdapat sejarah panjang perumusan sila-sila Pancasila dalam
perjalanan ketata negaraan Indonesia. Sejarah ini begitu sensitif dan salah-salah bisa mengancam
keutuhan Negara Indonesia. Hal ini dikarenakan begitu banyak polemik serta kontroversi yang
akut dan berkepanjangan baik mengenai siapa pengusul pertama sampai dengan pencetus istilah
Pancasila. Makalah ini sedapat mungkin menghindari polemik dan kontroversi tersebut. Oleh
karena itu makalah ini lebih bersifat suatu "perbandingan" (bukan "pertandingan") antara
rumusan satu dengan yang lain yang terdapat dalam dokumen-dokumen yang berbeda.
Penempatan rumusan yang lebih awal tidak mengurangi kedudukan rumusan yang lebih akhir.
Dari kronik sejarah setidaknya ada beberapa rumusan Pancasila yang telah atau pernah
muncul. Rumusan Pancasila yang satu dengan rumusan yang lain ada yang berbeda namun ada
pula yang sama. Secara berturut turut akan dikemukakan rumusan dari Muh Yamin, Sukarno,
Piagam Jakarta, Hasil BPUPKI, Hasil PPKI, Konstitusi RIS, UUD Sementara, UUD 1945
(Dekrit Presiden 5 Juli 1959), Versi Berbeda, dan Versi populer yang berkembang di masyarakat.
Budi Utomo yang dipelopori oleh Dr. Wahidin Sudiro Husodo pada 20 Mei 1908, kemudian
Sarekat Dagang Islam (SDI) tahun 1909 serta Partai Nasional Indonesia (PNI) tahun 1927 yang
didirikan oleh Soekarno, Cipto Mangunkusumo, Sartono serta tokoh lainnya.
Sejak saat itu perjuangan nasional Indonesia mempunyai tujuan yang jelas yaitu Indonesia
merdeka. Perjuangan nasional diteruskan dengan adanya gerakan Sumpah Pemuda pada tanggal
28 Oktober 1928 yang menyatakan satu bahasa, satu bangsa serta satu tanah air yaitu Indonesia
Raya.
Pancasila memenuhi syarat sebagai dasar negara bagi Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan alasan sebagai berikut.
1). Pancasila memiliki potensi menampung keadaan pluralistik masyarakat
Indonesia yang beraneka ragam suku, agama, ras dan antar golongan. Pada Sila Ketuhanan
Yang Maha Esa, menjamin kebebasan untuk beribadah sesuai agama dan keyakinan masing-
masing. Kemudian pada Sila Persatuan Indonesia, mampu mengikat keanekaragaman dalam
satu kesatuan bangsa dengan tetap menghormati sifat masing-masing sepert apa adanya.
2) Pancasila memberikan jaminan terealisasinya kehidupan yang pluralistik, dengan
menjunjung tinggi dan menghargai manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan secara berkeadilan yang disesuaikan dengan kemampuan dan hasil
usahanya. Hal ini ditunjukkan dengan Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
3) Pancasila memiliki potensi menjamin keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, yang terdiri atas ribuan pulau sesuai dengan
Sila Persatuan Indonesia.
4) Pancasila memberikan jaminan berlangsungnya demokrasi dan hak-hak asasi manusia sesuai
dengan budaya bangsa. Hal ini, selaras dengan Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
5) Pancasila menjamin terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera sesuai dengan Sila
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat sebagai acuan dalam mencapai tujuan tersebut.
Oleh karena itu yang penting adalah bagaimana kita memahami, menghayati dan
mengamalkan Pancasila dalam segala segi kehidupan. Tanpa ini maka Pancasila hanya akan
merupakan rangkaian kata-kata indah yang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945, yang
merupakan perumusan yang beku dan mati, serta tidak mempunyai arti bagi kehidupan bangsa
kita.
Apabila Pancasila tidak menyentuh kehidupan nyata, tidak kita rasakan wujudnya dalam
kehidupan sehari-hari, maka lambat laun kehidupannya akan kabur dan kesetiaan kita kepada
Pancasila akan luntur. Mungkin Pancasila akan hanya tertinggal dalam buku-buku sejarah
Indonesia. Apabila ini terjadi maka segala dosa dan noda akan melekat pada kita yang hidup di
masa kini, pada generasi yang telah begitu banyak berkorban untuk menegakkan dan membela
Pancasila.
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila pertama ini adalah dimana kita sebagai manusia
yang diciptakan wajib menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Didalam konteks
masyarakat dalam kampus, masyarakat kampus berhak untuk memeluk agama dan
kepercayaannya masing-masing dan wajib menjalankan apa yang diperintahkan dalam agama
masing-masing dan menjauhi apa yang dilarang.
1. Bangsa Indonesia sejak dahulu sebagai bangsa yang religius, percaya akanadanya zat yang
maha kuasa dan mempunyai keyakinan yang penuh, bahwa segala sesuatu yang ada
dimuka bumi ini akan ciptaan Tuhan. Dalam sejarah nenek moyang, kita ketahui bahwa
kepercayaan kepada Tuhan itu dimulai dari bentuk dinamisme (serba tenaga), lalu
animisme (serba arwah), kemudian menjadi politeisme (serba dewa)dan akhirnya menjadi
monoteisme (kepercayaan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa) sisanya dalam bentuk
peninggalan tempat-tempat pemujaan dan peribadatan upacara-upacara ritual keagamaan.
2. Sejak dahulu, bangsa Indonesia berkeyakinan bahwa pada hakekatnya semua manusia
dilahirkan sama, dan karena itu yang hidup dan menikmati kehadapan sepenuhnya watak
mesti bangsa Indonesia yang sebenarnya, tidak menyukai perbedaan perihal martabat yang
disebabkan karena perbedaan warna kulit, daerah keturunan dan kasta seperti yang terjadi
masyarakat feodal.
3. Karena pengaruh keadaan geografisnya yang terpencar antara satu wilayah dengan wilayah
yang lainnya, antar satu pulau dengan pulau lainnya maka Indonesia terkenal mempunyai
banyak perbedaan yang beraneka ragam sejak dari perbedaan bahasa daerah, suku bangsa,
adat istiadat, kesenian dan kebudayaannya (bhineka), tetapi karena mempunyai
kepentingan yang sama, maka setiap ada bahagian yang mengancam dari luar selalu
menimbulkan kesadaran bahwa dalam kebhinekaan itu terdapat ketunggalan yang harus
diutamkana kesadaran kebangsaan yang berbeda yaitu sebagai bangsaIndonesia.
4. Ciri khas yang merupakan kepribadian bansga dari berbagai suku, bangsa Indonesia adalah
adanya prinsip musyawarah diantara warga masyarakat sendiri dalam mengatur tata
kehidupan mereka. Sedang kepala desa, kepala suku,dan sebagainya.
5. hanya merupakan pamong (pembimbing mereka yang dipilih dan dari antara mereka
sendiri, prinsip musyawarah dan masyarakat yang merupakan inti dari kerakyatan telah
dipraktikkan dalam kehidupan masyarakat adat seperti : desa marga, kurnia, nagori, banua,
dsb.
6. Salah satu bentuk khusus dari kerakyatan ialah kerakyatan dibidang ekonomi, yang
dirumuskan sebagai keadilan atau kesejahteraan sosial bagi rakyat Indonesia, asas ini
sudah dikenal berabad-abad lamanya yang sisanya masih dapat kita jumpai dalam
masyarakat terutama di desa, yaitu kebisaaan tolong menolong antara sesama masyarakat,
gotong – royong dalam mengusahakan kepentingan bersama atau membantu (menolong
seseorang yang sangat membutuhkan seperti materialistik, kapitalisme dan individualisme
sama sekali tidak disukai oleh bangsa Indonesia, karena tidak memungkinkan tercapainya
keadilan / kesejahteraan sosial.
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas. Maka dapat diambil kesimpulan, yaitu :
1) Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi
seluruh rakyat Indonesia.
2) Proses pembentukan Pancasila sangat lama.
3) Pancasila mencakup aspek keagamaan dan keduniawian.
4) Pancasila berkembang dari pemikiran-pemikiran baru dalam kehidupan Bernegara.
5) Rumusan pada Pancasila sudah tidak sesuai lagi dengan zaman sekarang.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan diatas, saya selaku penulis dapat memberi
bebrapa saran kepada pembaca, diantaranya :
1) Kita harus mengetahui siapa yang telah berjasa memrumuskan Pancasila.
2) Dengan mempelajari Pancasila, kita juga belajar umtuk menjalani hidup dengan baik dan
benar.
3) Pancasila adalah ideology bangsa yang harus ditaati, diamalkan, dan dijaga Keutuhannya.
4) Menjadikan Makalah ini sebagai sarana yang dapat mendorong para mahasiswa dan
mahasiswi berfikir aktif dan kreatif.
5) Penulis mengharapkan kritikan yang bersifat membangun agar dalam penyususnan
makalah berikutnya, menjadi lebih baik.