Anda di halaman 1dari 9

Artikel

PENGARUH LINGKUNGAN PENGAMATAN


PADA KETELITIAN HORISONTAL GNSS DENGAN
METODE RTK-NTRIP
Syafril Ramadhon
Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi, Cepu

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris pengaruh lingkungan pengamatan
pada ketelitian horisontal GNSS dengan metode RTK-NTRIP dengan penekanan pada
berbagai kemungkinan kondisi obstruksi dan lamanya waktu untuk mencapai ketelitian ≤5 cm.
Penelitian dilaksanakan dengan melakukan pengukuran GNSS dengan metode RTK-NTRIP
pada lokasi-lokasi yang mengakomodir berbagai kemungkinan obstruksi yang ditimbulkan
oleh lingkungan pengamatan, yaitu: lokasi yang relatif bebas obstruksi, lokasi yang terdapat
bangunan pada salah satu dari empat arah mata angin, lokasi pengukuran di bawah pohon, dan
lokasi pengukuran yang diapit oleh dua bangunan. Analisis data dilakukan secara deskriptif
dengan membandingkan ketelitian horisontal yang mampu dicapai pada setiap lokasi dan
waktu untuk mencapai ketelitian tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa obstruksi pada
lokasi pengamatan sangat berpengaruh pada lamanya waktu untuk mencapai ketelitian ≤5 cm,
bahkan pada lokasi pengamatan diantara dua bangunan, ketelitian ≤5cm tidak dapat dicapai.

Kata kunci: Lingkungan Pengamatan, GNSS, RTK-NTRIP, Ketelitian Horisontal

ABSTRACT

TThe aim of this research is to empirically prove the influence of the observation environment
on the horizontal accuracy of GNSS by the RTK-NTRIP method with an emphasis on various
possible obstruction conditions and the length of time to achieve accuracy ≤5 cm. The study
was conducted by measuring the GNSS using the RTK-NTRIP method at locations that accom-
modate a variety of possible obstructions caused by the observation environment, namely: a
location that is relatively obstruction-free, the location of the building in one of the four coordi-
nate directions, the location of measurements in under the tree, and the measurement location
between two buildings. Data analysis was performed descriptively by comparing horizontal
accuracy which was able to be achieved at each location and time to achieve that accuracy. The
results showed that obstruction at the observation environment is very influential on the length
of time to reach accuracy ≤5 cm, even at the observation site between two buildings, accuracy
≤5cm cannot be achieved.

Keywords: Observation Environment, GNSS, RTK-NTRIP, Horizontal Accuracy

27
Artikel

PENDAHULUAN pemetaan yang sudah diketahui koordinatnya


(based), dan receiver lainnya ditempatkan
Global Navigation Satellite Systems (GNSS)
pada titik yang akan ditentukan koordinatnya
merupakan terminologi untuk semua sistem
(rover). Setiap data pengukuran pada base
satelit navigasi yang telah beroperasi atau masih
dan rover yang mengamati satelit-satelit yang
direncanakan, yang antara lain adalah sistem
sama secara simultan memiliki kesalahan
satelit GPS, GLONASS, Galileo, BeiDou,
dan bias yang relatif sama, sehingga apabila
IRNSS, dan QZSS (Khomsin, Anjasmara,
dilakukan proses pengurangan (differencing)
Pratomo, & Ristanto, 2019). Penggunaan
tentunya kesalahan tersebut akan tereliminasi
sistem GNSS telah menyediakan informasi
atau tereduksi yang berdampak pada semakin
yang lebih presisi pada informasi waktu dan
presisinya koordinat yang dihasilkan (Abidin,
posisi di permukaan bumi, dibandingkan
2006).
dengan hanya menggunakan satu sistem satelit
Global Positionong Systems-GPS (Ghilani Proses differencing pada metode penentuan
& Wolf, 2012). Hal tersebut telah dibuktikan secara relatif sendiri dapat dilakukan secara
melalui beberapa penelitian yang disarikan post-processing dan real-time (Abidin,
oleh Khomsin dkk. (2019) sebagai berikut: 2006). Untuk proses secara post-processing,
(1) kombinasi sinyal GNSS antara BeiDou differencing data antara base dan rover
dan GPS menghasilkan koordinat 3-dimensi dilakukan menggunakan perangkat lunak,
dengan tingkat akurasi dan presisi yang sehingga koordinat yang dihasilkan pada
lebih baik; serta (2) kombinasi sinyal GPS rover didapat setelah proses pengolahan data
dan GLONASS dapat meningkatkan akurasi yang umumnya dilakukan setelah kegiatan
menjadi orde-milimeter untuk baseline pendek pengukuran selesai. Adapun pada proses secara
dan orde-centimeter untuk baseline panjang. real-time, data satelit pada base dikirimkan
kepada rover melalui sinyal radio Very High
Metode penentuan posisi menggunakan
Frequency (VHF) untuk kemudian dilakukan
GNSS yang paling dasar adalah single point
proses differencing data antara base dan rover
positioning yang hanya memerlukan satu
di receiver GNSS, sehingga koordinat pada
receiver GNSS yang mampu menerima
rover dengan kesalahan dan bias yang telah
minimal empat sinyal satelit untuk
tereliminasi atau tereduksi secara real-time
memperoleh data koordinat 3-dimensi dari
didapat (El Fadhila & Khomsin, 2013). Akan
titik yang akan ditentukan posisinya (Han,
tetapi dalam mengimplementasikan metode
Wu, & Liu, 2012). Akan tetapi, ketelitian
penentuan posisi secara real-time masih
posisi dengan metode tersebut dipengaruhi
terdapat kendala, terutama terkait keterbatasan
oleh berbagai bias dan kesalahan (Abidin,
jangkauan sinyal radio antara base dan rover
2006). Untuk mengeliminasi ataun mereduksi
(Dammalage & Samarakoon, 2008; Safi’i &
berbagai kesalahan dan bias tersebut, maka
Aditya, 2017).
digunakan metode penentuan posisi secara
relatif diferensial, sehingga didapatkan data Untuk mengatasi masalah tersebut, maka
koordinat yang lebih presisi (Han et al., pada tahun 2004, Federal Agency for
2012). Metode penentuan posisi secara relatif Cartography and Geodesy (BKG) di Jerman
diferensial minimum dilakukan menggunakan mengembangkan teknologi Network Transport
dua receiver GNSS yang secara simultan of RTCM via Internet Protocol (NTRIP)
mengamati satelit-satelit GNSS, dimana satu yang memungkinkan terjadinya koneksi data
receiver GNSS ditempatkan pada titik ikat antara based dan rover melalui akses internet,

28 Vol. 2 No. 1: Konservasi Energi dan Pemanfaatan Sumber Energi Baru


Artikel

(He, Tang, Yang, Wang, & Liu, 2014). Pada yang ingin dicapai.
sistem ini, jaringan kerangka dasar geodetik Atas dasar tersebut penelitian ini bertujuan
yang berfungsi sebagai base disebar sehingga untuk membuktikan secara empiris pengaruh
memungkinkan rover atau pengguna dapat lingkungan pengamatan pada ketelitian data
memanfaatkan data satelit dari base tersebut GNSS dengan metode RTK-NTRIP dengan
melalui akses internet. Jaringan kerangka dasar penekanan pada berbagai kemungkinan
geodetik tersebut dinamakan Continuously kondisi obstruksi dan lamanya waktu untuk
Operating Reference Station (CORS) yang mencapai ketelitian horisontal ≤5 cm.
beroperasi secara penuh dan kontinyu selama Penetapan ketelitian horisontal sebesar ≤5 cm,
24 jam dengan mengumpulkan, merekam, adalah berdasarkan pernyataan Abidin (2006)
dan mengirim data, sehingga pengguna cukup bahwa ketelitian posisi yang diberikan oleh
menggunakan satu buah receiver GNSS yang teknologi GPS kinematik adalah sekitar 1-5
kompatibel dengan teknologi NTRIP untuk cm, sehingga dalam penelitian ini diasumsikan
melakukan penentuan posisi secara real-time GNSS tentunya memiliki ketelitian yang lebih
(El Fadhila & Khomsin, 2013). baik, sehingga batas ketelitian yang diharapkan
Secara teoritis, ketelitian data GNSS dengan melebihi 5 cm. Penelitian ini diharapkan
metode Real Time Kinematik menggunakan bermanfaat dalam hal perencanaan kegiatan
NTRIP (RTK-NTRIP) dipengaruhi oleh survey dan pemetaan menggunakan GNSS,
beberapa faktor, yaitu: medium propagasi terutama berkaitan dengan pemilihan metode
sinyal, jarak baseline, lingkungan yang disesuaikan dengan karakteristik lokasi
pengamatan, dan konfigurasi geometris yang akan disurvey.
satelit (Baybura, Tiryakioǧlu, Uǧur, Solak,
& Şafak, 2019). Namun, berdasarkan hasil TINJAUAN PUSTAKA
eksplorasi penulis, penelitian yang secara
A. Teknologi NTRIP
empiris membahas faktor-faktor yang secara
teoritis mempengaruhi ketelitian data GNSS Teknologi NTRIP (Network Transport of
dengan metode RTK-NTRIP baru terfokus RTCM via Internet Protocol) merupakan
pada aspek pengaruh panjang baseline antara sebuah protokol standar yang didesain untuk
stasiun CORS dan rover dan aspek lingkungan menangani penerimaan dan pendistribusian
pengamatan. Pada aspek pengaruh panjang data koreksi GNSS berupa RadioTechnical
baseline dari beberapa penelitian didapat Commision for Maritime Service (RTCM)
temuan bahwa ketelitian data horisontal dari stasiun-stasiun referensi (CORS) kepada
dan vertikal akan semakin menurun dengan pengguna (rover) melalui akses internet
semakin panjangnya baseline (Merry, 2007; El secara real-time (Okey, 2015). RTCM sendiri
Fadhila & Khomsin, 2013; Hafiz, Awaluddin, merupakan format standar dari pesan-pesan
& Yuwono, 2014; Okey, 2015). Pada aspek koreksi, dengan RTCM Special Committee
lingkungan pengamatan, penelitian yang 10410.1 (RTCM SC-10410.1) versi 2.0 yang
dilakukan oleh Indriayati & Nugroho (2014) dikhususkan untuk menstandarisasi pesan
menyatakan bahwa obstruksi di lingkungan koreksi real-time GNSS pada sistem NTRIP
pengamatan berpengaruh terhadap kualitas (Shkalikava, 2016).
data GNSS dengan metode RTK-NTRIP.
Akan tetapi, dalam penelitian tersebut tidak Terdapat empat komponen utama dalam
menjelaskan secara detil kondisi obstruksi Teknologi NTRIP, yaitu: NTRIP Source,
dan lamanya waktu untuk mencapai ketelitian NTRIP Server, NTRIP Caster, dan NTRIP

29
Artikel

Client (Shkalikava, 2016). NTRIP source dan network base station (Setiawan, 2014).
merupakan komponen yang berfungsi untuk Single base station adalah system CORS yang
menyediakan data RTCM dari stasiun CORS. menggunakan satu stasiun referensi untuk
Setiap NTRIP source mempunyai id unik mengirimkan koreksi kepada rover, dengan
yang dinamakan mountpoint. Data RTCM cakupan jarak yang dapat dilayani dalam
dari NTRIP Source kemudian dikirimkan memberikan koreksi adalah dalam kisaran
kepada NTRIP Caster melalui NTRIP server 10-20 km. Adapun Network Base Station
melalui layanan protokol TCP/IP. NTRIP adalah sistem CORS yang menggunakan lebih
caster merupakan komponen yang bertindak dari satu sistem referensi, dengan cakupan
sebagai sebuah server HTTP yang menerima jarak yang dapat dilayani dalam memberikan
streaming data koreksi GNSS dari satu atau koreksi adalah dalam kisaran 50-70 km.
lebih server NTRIP, dan juga berfungsi untuk
mengirimkan data koreksi GNSS kepada satu
atau lebih NTRIP client melalui internet. B. Pengaruh Lingkungan Pengamatan Pada
NTRIP client, merupakan komponen yang Data GNSS
dapat menggunakan data RTCM dengan cara Lingkungan pengamatan yang secara umum
mengirimkan pesan dan kode kepada NTRIP mempengaruhi kualitas data GNSS adalah
caster dengan cara mengisi Caster Host, terkait dengan obstruksi topografi dan efek
ini bertujuan Caster Port,
Caster Host, username,
Caster Port, username, pada
dan password dan
ris pengaruh password pada mountpoint yang diinginkan.
multipath (Han et al., 2012; Kurniawan,
mountpoint yang diinginkan. Hubungan empat Yuwono, & Sabri, 2019). Obstruksi topografi
etelitian data Hubungan empat komponen utama dalam
TRIP dengan komponen utamadigambarkan
teknologi NTRIP dalam teknologi NTRIP
secara skematis merupakan kondisi dimana objek-objek
kinan kondisi digambarkan
pada gambar 1.secara skematis pada gambar 1. topografi menghalangi visibilitas satelit dan
tuk mencapai antena GNSS (Han et al., 2012). Obstruksi
pan ketelitian topografi menyebabkan jumlah satelit yang
berdasarkan teramati menjadi sedikit sehingga geometri
etelitian posisi
satelit semakin buruk yang berdampak pada
PS kinematik
am penelitian ketelitian posisi yang dihasilkan (Khomsin
ya memiliki et al., 2019). Adapun multipath merupakan
hingga batas fenomena dimana sinyal satelit diterima oleh
ebihi 5 cm. antena GNSS melalui dua atau lebih lintasan
aat dalam hal yang berbeda sebagai akibat dari pantulan
an pemetaan objek-objek yang berada di sekitar antenna
kaitan dengan seperti gedung, danau, dan jalan aspal yang
Gambar 1.1.Konsep
Gambar KonsepSistem NTRIP
Sistem NTRIP(disadur dari
(disadur
ikan dengan
vey.
Shkalikava, (2016)
dari Shkalikava, (2016) berdampak pada ukuran jarak antara satelit ke
antenna yang kurang teliti (Kurniawan et al.,
Metode NTRIP sudah dapat digunakan
Metode NTRIP sudah dapat digunakan di 2019). di
Indonesia dengan data dari Stasiun CORS yang
Indonesia dengan data dari Stasiun CORS yang
dapat digunakan secara gratis untuk umum.
Transport of dapat digunakan secara gratis
Stasiun CORS di Indonesia untuk
dikelola olehumum.
Badan METODE PENELITIAN
pakan sebuah Stasiun
InformasiCORS di Indonesia
Geospasial (BIG), yangdikelola
pada oleh
akhir
uk menangani tahun 2018 berjumlah 187 stasiun (Pusat Jaring Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Badan Informasi Geospasial (BIG), yang pada
data koreksi Kontrol Geodesi Tipe pengaruh lingkungan pengamatan terhadap
ommision for
akhir tahun 2018 dan Geodinamika,
berjumlah 2018).
187 stasiun (Pusat
stasiun Kontrol
Jaring CORS di Geodesi
Indonesia dan atas dua tipe, ketelitian horisontal data GNSS dengan metode
terdiriGeodinamika,
tasiun-stasiun
guna (rover) 2018). Tipe stasiun CORS di base
yaitu single base station dan network station RTK-NTRIP. Atas dasar tersebut, penelitian ini
Indonesia
(Setiawan, 2014). Single base station adalah dilaksanakan dengan melakukan pengukuran
l-time (Okey, terdiri atas dua tipe, yaitu single base station
system CORS yang menggunakan satu stasiun GNSS dengan metode RTK-NTRIP pada
ormat standar
referensi untuk mengirimkan koreksi kepada
TCM Special rover, dengan cakupan jarak yang dapat dilayani
0410.1) versi dalam memberikan koreksi adalah dalam kisaran
enstandarisasi 30 Vol. 2 No. 1: Konservasi Energi dan Pemanfaatan Sumber Energi Baru
10-20 km. Adapun Network Base Station adalah
sistem NTRIP
sistem CORS yang menggunakan lebih dari satu
sistem referensi, dengan cakupan jarak yang dapat
utama dalam dilayani dalam memberikan koreksi adalah dalam
ource, NTRIP kisaran 50-70 km.
ukuran jarak antara satelit ke antenna yang kurang ketelitian horisontal ≤5 cm yang stabil. Fokus
teliti (Kurniawan et al., 2019). pencatatan waktu hanya pada ketelitian horisontal
didasarkan karena ketelitian vertikal umumnya 2.5
METODE PENELITIAN kali lebih jelek dari ketelitian horisontal (Johnson,
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 2004), sehingga untuk beberapa lokasi dengan Artikel
pengaruh lingkungan pengamatan terhadap obstruksi tertentu akan sulit untuk mencapai
ketelitian horisontal data GNSS dengan metode ketelitian vertikal < 5cm. Analisis data dilakukan
RTK-NTRIP. Atas dasar tersebut, penelitian ini secara deskriptif dengan membandingkan
lokasi-lokasi dengan
dilaksanakan yang mengakomodir berbagai
melakukan pengukuran mampu
ketelitianmemberikan layanan
horisontal yang mampu4G. dicapai pada
GNSS dengan metode
kemungkinan RTK-NTRIP
obstruksi pada lokasi-
yang ditimbulkan Mekanisme
setiap lokasipengukuran
dengan waktu yang dilakukan adalah
untuk mencapai
lokasi yang mengakomodir
oleh lingkungan pengamatan. Lokasi-lokasi berbagai ketelitian tersebut.
dengan melakukan pengamatan pada setiap
kemungkinan obstruksi yang ditimbulkan
tersebut dibagi menjadi empat kriteria, yaitu: oleh Lokasi
lokasi untukpenelitian
kemudian adalah di wilayah
dilakukan kantor
pencatatan
lingkungan pengamatan. Lokasi-lokasi tersebut Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia
pertama, lokasi yang relatif bebas obstruksi
dibagi menjadi empat kriteria, yaitu: pertama,
terkait waktu yang diperlukan untuk mencapai
Minyak dan Gas Bumi (PPSDM Migas) yang
(L1 dan
lokasi yangL2);
relatifkedua, lokasi yang
bebas obstruksi terdapat
(L1 dan L2); ketelitian
berlokasi dihorisontal
Jl. Sorogo≤5 No.1
cm yang stabil. Fokus
Kecamatan Cepu
bangunan pada salah satu dari empat
kedua, lokasi yang terdapat bangunan pada salah arah pencatatan
Kabupaten Blora waktu
Jawa hanya pada ketelitian
Tengah. Adapun peralatan
matadari
satu angin (L3,arah
empat L4,mata
L5 dan L6);
angin (L3,ketiga,
L4, L5lokasi
dan horisontal didasarkan
yang digunakan adalah:karena ketelitian
1 set GNSS vertikal
Trimble R10
L6); ketiga, lokasi
pengukuran di bawahpengukuran di bawah
pohon (L7); serta pohon
lokasi umumnya 2.5 kali dengan
Dual Frekuensi lebih jelek dari ketelitian
provider seluler
(L7); serta lokasi
pengukuran pengukuran
yang yangdua
diapit oleh diapitbangunan
oleh dua Telkomsel. (Johnson, 2004), sehingga untuk
horisontal
bangunan (L8). Sketsa lokasi
(L8). Sketsa lokasi pengukuran diberikan pengukuran beberapa lokasi dengan obstruksi tertentu
diberikan pada gambar 2. HASIL PENELITIAN DANketelitian
PEMBAHASAN
pada gambar 2. akan sulit untuk mencapai vertikal <
A. Hasil Penelitian
5cm.Penelitian
Analisis data dilakukan secara deskriptif
ini bertujuan untuk mengetahui
dengan membandingkan
pengaruh lingkungan pengamatan ketelitian horisontal
dengan
yang mampu
berbagai dicapai pada
kemungkinan setiap lokasi
obstruksi dengan
dan lamanya
waktu untukmencapai
waktu untuk mencapaiketelitian
ketelitian≤5tersebut.
cm. Tabel 1
memberikan
Lokasi data adalah
penelitian hasil penelitian
di wilayahyang di
kantor
dalamnya terdapat ketelitian
Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusiahorizontal, lamanya
waktu hingga
Minyak dan mencapai
Gas Bumi ketelitian horisontal
(PPSDM dan
Migas)
vertikal yang stabil di kisaran ≤5 cm, dan
yang berlokasi di Jl. Sorogo No.1 Kecamatan
keterangan obstruksi di setiap lokasi penelitian.
Cepu Kabupaten Blora Jawa Tengah. Adapun
peralatan yang digunakan
Tabel adalah: 1 set GNSS
1. Hasil Penelitian
Trimble
Lokasi
R10 Dual Frekuensi
Ketelitian Ketelitian
dengan provider
seluler
Pengama-Telkomsel.
Horisontal Vertikal Waktu Obstruksi
Gambar 2. Sketsa Lokasi Penelitian tan (m) (m)
Gambar 2. Sketsa Lokasi Penelitian
HASIL
L1 PENELITIAN
0.010 DAN
0.011
Bebas
<1'
Stasiun CORS yang digunakan dalam Obstruksi
Stasiun ini
penelitian CORSadalah yang
Stasiun digunakan
CORS CBLRdalam yang PEMBAHASAN
L2 0.008 0.014 <1'
Bebas
Obstruksi
berlokasi di Kabupaten Blora JawaCORS
penelitian ini adalah Stasiun TengahCBLR
yang A. Hasil Penelitian Gedung di
L3 0.046 0.053 ±15'
yang berlokasi
berjarak kurang lebih di 28Kabupaten Blora
km dari lokasi Jawa
penelitian. sisi Barat
Gedung di
Tengah
Data yangdariberjarak
koreksi kurangtersebut
stasiun CORS lebih didapat
28 km L4 0.035 0.064 ±7'
secara gratis dengan
dari lokasi terlebihData
penelitian. dahulu melakukan
koreksi dari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuisisi Timur
Gedung di
registrasi secara daring
stasiun CORS tersebut didapat secara gratis melalui pengaruh lingkungan pengamatan sisi
L5 0.030 0.043 ±5' dengan
Utara
Bangunan
www.inacors.big.go.id untuk mendapatkan user
dengan terlebih dahulu melakukan registrasi berbagai kemungkinan obstruksi dan lamanya
di sisi
name, password, port-number, dan ip address. L6
waktu untuk 0.041
mencapai0.056
ketelitian±16'≤5 cm. Tabel
Selatan +
secaramemaksimalkan
Untuk daring melaluikualitas
www.inacors.big.go.id
data GNSS, maka Pohon
untuk mendapatkan user name, 1 memberikan data hasil penelitian yang
password,
alat yang digunakan adalah GNSS geodetik
L7 dual0.028 0.050 ±8' Pohon
di dalamnya terdapat ketelitian horizontal,
port-number, dan ip address.
frekuensi dan provider seluler yang mampu Untuk Dua
memaksimalkan
memberikan layanan kualitas
4G.
lamanya
data GNSS, maka
L8
waktu
0.255
hingga
0.343
mencapai
±30'
ketelitian
Gedung di
sisi timur
alat yang digunakan adalah GNSS geodetik horisontal dan vertikal yang stabil di dan
kisaran
barat
dual frekuensi dan provider seluler yang ≤5 cm, dan keterangan obstruksi di setiap
lokasi penelitian.
4

31
Artikel

Tabel 1. Hasil Penelitian


Lokasi Ketelitian Ketelitian
Waktu Obstruksi
Pengama-tan Horisontal (m) Vertikal (m)
L1 0.010 0.011 <1' Bebas Obstruksi
L2 0.008 0.014 <1' Bebas Obstruksi
Gedung di sisi
L3 0.046 0.053 ±15'
Barat
Gedung di sisi
L4 0.035 0.064 ±7'
Timur
Gedung di sisi
L5 0.030 0.043 ±5'
Utara
Bangunan di sisi
L6 0.041 0.056 ±16'
Selatan + Pohon

L7 0.028 0.050 ±8' Pohon


Dua Gedung di
L8 0.255 0.343 ±30' sisi timur dan
barat

Pada lokasi pengamatan yang relatif bebas kurang lebih 30 menit.


obstruksi (L1 dan L2) waktu untuk mencapai
ketelitian horisontal di bawah 5 cm (0.010 m) A. Pembahasan
yang stabil adalah kurang dari satu menit. Pada
lokasi L3 dengan obstruksi berupa gedung Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data
di sisi barat, meskipun ketelitian horisontal bahwa lokasi pengamatan sangat berpengaruh
mampu mencapai < 5 cm (0.046 m), akan pada ketelitian data GNSS menggunakan
tetapi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai metode RTK-NTRIP. Meskipun dibeberapa
ketelitian yang stabil tersebut adalah kurang lokasi yang terdapat obstruksi, ketelitian
lebih selama 15 menit. Akan tetapi, pada horisontal dapat mencapai < 5 cm, akan tetapi
lokasi L4 dan L5 dengan obstruksi berupa waktu untuk mencapai ketelitian tersebut
gedung dengan ketinggian yang relatif sama berkisar antara 5 sampai dengan 16 menit.
dengan lokasi L3 di sisi timur dan utara, waktu Bahkan pada lingkungan pengamatan dengan
yang dibutuhkan untuk mencapai ketelitian obstruksi berupa gedung di sisi timur dan
yang stabil ≤5 cm adalah kurang lebih selama barat, ketelitian horisontal yang dapat dicapai
7 menit untuk L4 dan 5 menit untuk L5. Pada adalah pada kisaran 22.5 cm dengan waktu
lokasi L6 dengan obstruksi berupa bagunan selama kurang lebih 30 menit.
di sisi selatan ditambah dengan pohon yang
mengitari lokasi pengukuran, waktu yang Untuk meminimalisir pengaruh panjang
dibutuhkan untuk mencapai ketelitian ≤ 5cm baseline dan juga gangguan koneksi internet,
yang stabil adalah kurang lebih selama 16 maka dalam penelitian ini digunakan alat
menit. Untuk lokasi L7 dengan obstruksi GNSS tipe geodetik dual frekuensi dan
berupa pohon waktu yang dibutuhkan untuk penyedia jaringan internet yang digunakan
mencapai ketelitian ≤ 5 cm yang stabil adalah adalah Telkomsel. Terkait dengan pengaruh
kurang lebih selama 8 menit. Adapun, pada panjang baseline dengan jenis alat GNSS
lokasi L8 dengan obstruksi berupa gedung di yang digunakan, berdasarkan penelitian
sisi timur dan barat, ketelitian horizontal ≤ 5 Cintra, Nero, & Rodrigues (2011) menyatakan
cm tidak dapat tercapai, dan hanya mampu pengamatan menggunakan metode RTK-
mencapai ketelitian horisontal sebesar 0.225 NTRIP dengan alat GNSS single frekuensi
m, itu pun dengan waktu pengukuran selama gagal untuk memecahkan solusi ambiguitas

32 Vol. 2 No. 1: Konservasi Energi dan Pemanfaatan Sumber Energi Baru


Artikel

fase pada jarak maksimum 6 km, sedangkan pengaruh obstruksi di lingkungan pengamatan
alat GNSS dual frekuensi mampu memecahkan GNSS dengan metode RTK-NTRIP memiliki
solusi ambiguitas fase hingga jarak maksimum pengaruh yang cukup signifikan, apalagi
34 km dengan ketelitian horisontal < 5cm. ditambah dengan faktor kestabilan stasiun
Karena jarak antara stasiun CORS dengan CORS yang digunakan sebagai base. Hal
lokasi penelitian adalah kurang lebih 28 km, tersebut juga ditunjang dengan penggunaan
maka diasumsikan solusi ambiguitas fase alat berupa GNSS geodetik dual frekuensi dan
terpecahkan untuk dapat mencapai ketelitian provider penyedia jaringan internet Telkomsel,
< 5 cm. Adapun terkait dengan penyedia sehingga pengaruh panjang baseline dan juga
jaringan internet, berdasarkan penelitian Sari gangguan internet diasumsikan tidak terlalu
& Khomsin (2014) penyedia jaringan yang signifikan mempengaruhi kualitas ketelitian
terbaik terkait dengan ketelitian horisontal data pengukuran. Oleh karena itu, secara
maupun vertikal adalah Telkomsel. umum dapat ditarik suatu bukti empiris bahwa
faktor obstruksi di lingkungan pengamatan
Hasil penelitian terkait lamanya waktu untuk mempengaruhi ketelitian data horisontal dan
mencapai solusi ketelitian fixed (≤5 cm) lamanya waktu untuk mencapai ketelitian
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh yang diharapkan.
Indriayati & Nugroho (2014) yang menyatakan
bahwa pengukuran GNSS dengan metode
RTK-NTRIP sulit untuk mencapai solusi KESIMPULAN
ketelitian yang fixed pada wilayah pengukuran
di pemukiman padat, tertutup vegetasi, dan Berdasarkan hasil penelitian maupun
dilakukan di bawah SUTET. Akan tetapi pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
menurut Sari & Khomsin (2014) lamanya ketelitian posisi horisontal pada pengukuran
waktu mencapai nilai fixed pada metode GNSS dengan metode RTK-NTRIP sangat
RTK-NTRIP disebabkan karena CORS yang dipengaruhi oleh obstruksi di lingkungan
dijadikan sebagai base dalam keadaan kurang pengamatan. Metode RTK-NTRIP sangat
stabil, sehingga koneksi antara CORS dan baik apabila dilaksanakan pada lingkungan
rover seringkali terputus. Penelitian lain terkait pengamatan yang bebas obstruksi dan
yang dapat dijadikan sebagai penengah antara sebaliknya tidak optimal dilakukan di wilayah
dua penelitian yang dijelaskan sebelumnya yang banyak obstruksi, baik itu berupa
diberikan oleh Hwang, Yun, Suh, Cho, & Lee bangunan dan vegetasi karena memerlukan
(2012) yang menyatakan bahwa di lingkungan waktu yang relatif lama untuk mencapai
pengamatan yang relatif bebas obstruksi, ketelitian fixed (≤5cm).
ketelitian data GPS/GNSS menggunakan
metode RTK-NTRIP mempunyai ketelitian DAFTAR PUSTAKA
horisontal dikisaran 2 cm dan ketelitian
vertikal dikisaran 5 cm dengan waktu untuk Abidin, H. (2006). Penentuan Posisi Dengan
mencapai ketelitian tersebut adalah di bawah GPS dan Aplikasinya. Jakarta: Prandnya
dua detik, meskipun dalam penelitian ini tidak Paramitha.
dijelaskan jarak antara stasiun CORS dan Baybura, T., Tiryakioǧlu, İ., Uǧur, M. A., Solak,
Rover. H. İ., & Şafak, Ş. (2019). Examining the
Accuracy of Network RTK and Long
Dari hasil penelitian dan penjelasan tiga Base RTK Methods with Repetitive
penelitian tersebut ditemukan bahwa Measurements. Journal of Sensors, 2019.

33
Artikel

https://doi.org/10.1155/2019/3572605 Hwang, J., Yun, H., Suh, Y., Cho, J., & Lee,
Cintra, J. P., Nero, M. A., & Rodrigues, D. (2012). Development of an RTK-GPS
D. (2011). GNSS/NTRIP service and positioning application with an improved
technique: accuracy tests. Boletim position error model for smartphones.
de Ciências Geodésicas, 17(2), 257– Sensors (Switzerland), 12(10), 12988–
271. https://doi.org/10.1590/s1982- 13001. https://doi.org/10.3390/
21702011000200006 s121012988
Dammalage, T. L., & Samarakoon, L. (2008). Indriayati, & Nugroho, R. (2014). penggunaan
Test Results of Rtk and Real-Time Dgps Continuously Operating Reference
Corrected Observations Based on Ntrip System (CORS) di bidang pertanahan.
Protocol. The International Archives of Pertanahan, 4(2), 35–52.
the Photogrammetry, Remote Sensing Johnson, A. (2004). Plane and Geodetic
and Spatial Information Sciences, Surveying The Management of Control
XXXVII, 1119–1124. Networks. London and New York: Spon
El Fadhila, K., & Khomsin. (2013). Analisis Press.
Perbandingan Ketelitian Posisi GOS Khomsin, Anjasmara, I., Pratomo, D., &
CORS RTK-NTRIP dengan Metode Ristanto, W. (2019). Accuracy Analysis of
Rapid Statik. Jurnal Teknik POMITS, GNSS (GPS, GLONASS and BEIDOU)
X(X), 1–6. Obsevation for Positioning. In E3S Web of
Ghilani, C. D., & Wolf, P. R. (2012). Conferences (Vol. 94, pp. 0–6). https://doi.
Elementary Surveying: An intoduction org/10.1051/e3sconf/20199401019
to Geomatics (13th ed.). New Jersey: Kurniawan, I., Yuwono, B., & Sabri, L. (2019).
Prentice Hall. Analisis pengaruh multipath dari topografi
Hafiz, E., Awaluddin, M., & Yuwono, B. terhadap presisi pengukuran gnss dengan
(2014). Analisis Pengaruh Panjang metode statik. Jurnal Geodesi Undip,
Baseline Terhadap Ketelitian Pengukuran 8(1), 10–18.
Situasi dengan Menggunakan GNSS Merry, P. C. (2007). GPS NTRIP - the future
Metode RTK-NTRIP (Studi Kasus: of differential GPS ? PositionIT, 53–55.
Semarang, Kab. Kendal dan Boyolali). Okey, O. W. (2015). Implementation of NTRIP
Jurnal Geodesi Undip, 3, 315–331. and Management System in NIGNET
Han, J.-Y., Wu, Y., & Liu, R.-Y. (2012). Network. Universidade Da Beira Interior.
Determining the optimal site location of Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan
GNSS base stations. Boletim de Ciências Geodinamika. (2018). Inacors BIG: Satu
Geodésicas, 18(1), 154–169. https://doi. Referensi Pemetaan Indonesia. Cibinong:
org/10.1590/s1982-21702012000100009 Badan Informasi Geospasial.
He, Z., Tang, W., Yang, X., Wang, L., & Liu, Safi’i, A. N., & Aditya, A. (2017). Akurasi
J. (2014). Use of NTRIP for optimizing Pengukuran Gps Metode Rtk-Ntrip
the decoding algorithm for real-time data Menggunakan Ina-Cors Big. In Seminar
streams. Sensors (Switzerland), 14(10), Nasional Geomatika (Vol. 2, pp. 455–462).
18878–18885. https://doi.org/10.3390/ https://doi.org/10.24895/sng.2017.2-0.441
s141018878 Sari, A., & Khomsin. (2014). Analisa

34 Vol. 2 No. 1: Konservasi Energi dan Pemanfaatan Sumber Energi Baru


Artikel

Perbandingan Ketelitian Penentuan


Posisi dengan GPS RTK-NTRIP dengan
Base GPS CORS BIG dari Berbagai
Macam Mobile Provider didasarkan Atas
Pergeseran Linear. GEOID, 10(1), 47–51.
Setiawan, R. (2014). Pembuatan NTRIP
Caster GNSS CORS GMU1 Menggunakan
Aplikasi Berbasis Linux. Universitas
Gadjah Mada.
Shkalikava, A. (2016). Transmission of
Position Information Via the Data Network.
Katedra Telekomunikační Techniky.

35

Anda mungkin juga menyukai