Anda di halaman 1dari 21

Dasar-dasar Perpetaan

BAB VIII
HITUNG PERATAAN (ADJUSTMENT) SEDERHANA
METODA DELL

Sebagai salah satu kegiatan dalam lingkup pengolahan data yang penting adalah hitung perataan
(adjusment) yang didasari oleh statistika. Berikut ini akan disampaikan salah satu metoda praktis
perataan yang mudah diterapkan dalam mengolah data lapangan dalam ilmu ukur tanah.

Seperti juga masalah yang telah dibahas di atas, sebagai langkah awal perlu disampaikan terlebih dahulu
pengertian mendasar hitung perataan agar tidak terjadi perbedaan pandangan.

8.1. Dasar-dasar Perataan


Pada dasarnya, tujuan hitung perataan adalah untuk mendapatkan nilai/harga terbaik dari
sejumlah data ukuran yang menjadi obyek olahan.
Nilai terbaik tersebut, dihitung dalam batasan (dengan pembatas) berupa pemenuhan syarat
geometrik bentuk mathematik yang diterapkan dalam pengukuran dan perhitungan.
 Ukuran Lebih
Untuk melaksanakan ataupun menerapkan hitung perataan, terdapat persyaratan yang harus
dipenuhi, yaitu bahwa data ukuran harus lebih banyak dari syarat cukup (minimal). Ini
dapat pula dikatakan dalam pengertian lain, yaitu bahwa data ukuran harus mempunyai syarat
lebih.
Untuk memudahkan pengertian syarat cukup dan syarat lebih, dapat dilihat ilustrasi di bawah.

Bila ketinggian titik A diketahui, maka ketinggian titik 1


1
dan 2, dapat dihitung cukup dengan data ukuran HA1
dan H12 atau HA1 dan HA2 atau HA2 dan H12.
Kedua ukuran ini, merupakan ukuran cukup. Tetapi
H12 bila data ukuran bertambah dengan beda tinggi ketiga
HA1 (misal : HA2) , maka kedua titik tersebut ( 1 dan 2),
2 mungkin dapat dihitung dari arah dan data lain,
A HA2 sehingga mungkin akan timbul perbedaan nilai.
Gambar 71.
Ilustrasi Ukuran Lebih Ukuran HA2 , atau salah satu dari lainnya, dikata-
kan/disebut dengan ukuran lebih, karena tanpa data
tersebut, ketinggian yang dimaksud tetap dapat
dihitung atau ditentukan.

Mengingat ukuran lebih merupakan syarat utama hitung perataan, maka berdasarkan “syarat
geometrik” bentuk mathematik “jaringan” kerangka tersebut, hitung perataan akan
memberikan harga/nilai tunggal bagi setiap titiknya, dengan persyaratan geometrik yang
tetap terpenuhi.
Syarat geometrik jaringan pada Gambar 61 adalah :
HA1 + H12 + H2A = 0
Bila ketiga ukuran ukuran tersebut tidak mempunyai kesalahan

Dengan demikian, untuk menerapkan hitung perataan, seseorang harus mampu :


 Mengetahui banyaknya (jumlah) ukuran cukup dan ukuran lebih untuk suatu
jaringan pengukuran
 Menyusun persamaan mathematik, sesuai dengan bentuk geometrik jaringan

112
Dasar-dasar Perpetaan

 Pengertian Kesalahan & Koreksi


Dalam menerapkan mathematika di bidang survey ataupun bidang lainnya, setiap istilah
sehari-hari (bahasa sehari-hari), harus dinyatakan dalam bentuk mathematis, sehingga
diperlukan pengertian mendasar untuk “pengalihan bahasa” tersebut.

Pada setiap pengukuran, akan terjadi kesalahan yang bersumber pada 3 (tiga) faktor utama,
yaitu :
 Alam ; sebagai tempat dan obyek ukuran
 Alat ukur ; sebagai peralatan yang mengandung pengaruh mekanik dan elek-
tronik yang dapat mempengaruhi nilai/harga hasil ukuran (data)
 Manusia ; sebagai pengukur, yang mungkin banyak menimbulkan kesalahan
baik kesalahan besar (blunder) ataupun kesalahan kecil (error).

Dalam hitung perataan, kesalahan yang akan mempengaruhi besar koreksi sebagai hasil
hitungan, merupakan kesalahan kecil (error) yang bersifat sistematik (tetap terjadi). Sehingga
bila terjadi suatu kesalahan besar (blunder) dalam data ukuran, maka fungsi hitung perataan
tidak akan sesuai dengan seharusnya.

Dalam “bahasa mathematika”, kesalahan dinyatakan sebagai :


“ Simpangan harga ukuran dari harga yang dianggap paling
benar (terbaik) ”
sehingga :
KS = Lu  Lo ……………. (8.1)
Di mana :
KS = kesalahan
Lu = harga/nilai ukuran
Lo = harga/nilai yang dianggap benar (terbaik).

Sebagai besaran yang berlawanan (kebalikan) dari kesalahan adalah “Koreksi” , yang
dinyatakan sebagai :
“ Besar harga yang diberikan pada hasil ukuran untuk
mendapatkan harga yang dianggap paling benar (terbaik) ”
atau :
Lo = Lu + KO ……………. (8.2)

di mana : KO = koreksi

Dengan demikian, dapat dinyatakan :

KO =  KS ……………. (8.3)

Pengertian kesalahan dan koreksi di atas, merupakan dasar hitungan, di mana kesalahan
merupakan awal kegiatan hitung perataan, sedang koreksi adalah hasil akhir (tujuan) hitung
perataan.

 Syarat Geometrik
Syarat geometrik yang paling sering dijumpai dalam hitung perataan, merupakan syarat
geometrik ukuran, di mana lebih nanyak menerapkan bentuk kring (loop).

Lihat pembahasan metoda-metoda penentuan posisi, baik horizontal maupun vertikal.

113
Dasar-dasar Perpetaan

 Penentuan posisi Horizontal (poligon)

Lihat BAB III :


 Syarat geometrik sudut :

 akhir   awal =   u  n.180o  F ……. (3.6)

 Syarat geometrik koordinat :

Xakhir  Xawal =  X  FX
Yakhir  Yawal =  Y  FY ……. (3.7)

 Syarat geometrik untuk bentuk kring :


1. Untuk sudut :
  dalam = (m – 2) . 180o ; atau
  luar = (m + 2) . 180o ……… (3.10)

2. Untuk koordinat :
Xakhir = Xawal
Yakhir = Yawal ……… (3.11)

 Penentuan posisi Vertikal (sipat datar)

Lihat BAB IV :
 Syarat geometrik ketinggian :

Hakhir  Hawal =  Huseksi  FH ……. (4.11)

 Syarat geometrik untuk bentuk kring :

FH =  Huseksi ……. (4.11a)

Yang dimaksudkan dengan “salah penutup” pada bab III & IV , adalah jumlah kesalahan
yang terjadi pada semua data ukuran. Bila jaringan tersebut (kring ataupun memanjang)
maka salah penutup adalah jumlah (kumulasi) kesalahan yang terjadi pada setiap seksi
ukuran. Sedangkan jumlah koreksi ( F.. ) pada bab tersebut adalah jumlah koreksi untuk
setiap bagian pengukuran yang nilai dalam harga mutlak adalah sama dengan salah
penutup dengan tanda yang berlawanan
Atau :
KSP.. =  F… …………… (8.4)

di mana : KSP… = salah penutup … (sudut, absis, ordinat atau beda tinggi)
F… = jumlah koreksi … (sudut, absis, ordinat atau beda tinggi)

Cara koreksi yang dibahas pada BAB III & IV , merupakan pemberian koreksi dengan cara
praktis, di mana kerangka dasar hanya terdiri dari satu bentuk. Bila kerangka dasar telah
menjadi jaringan yang terdiri dari beberapa kring, maka diperlukan hitung perataan agar setiap
titik kerangka mendapat perlakuan (diperlakukan) “setingkat”.
Dengan konsep dasar seperti yang terakhir diulas inilah, maka untuk suatu daerah yang
cukup luas, titik kerangka dasar terbagi atas beberapa tingkatan ketelitian (orde).

114
Dasar-dasar Perpetaan

8.2. Batasan Perataan Metoda DELL

Hitung perataan metoda DELL, merupakan metoda praktis yang ditujukan untuk menyeder-
hanakan hitungan perataan, terutama dalam penerapannya di bidang rekayasa (engineering).
Dalam penerapan yang lebih teliti ataupun cakupan daerah lebih luas, maka hitung perataan
yang sering diterapkan adalah metoda “Least Square” = “Kuadrat Terkecil”.
Metoda DELL, berawal dari konsep dasar (least square) yang dalam penerapannya terdapat
beberapa asumsi dengan tujuan mempermudah hitungan. Akibat “permudahan” tersebut, maka
metoda DELL ini hanya dapat diterapkan pada hitung perataan jaringan dengan bentuk kring
sampai dengan 10 (sepuluh) kring. Untuk jaringan lebih besar, metoda ini akan memberikan
hasil yang kurang baik bila dibandingkan dengan hitung perataan sebenarnya (metoda least
square).
Untuk mengawali pembahasan ini, sebaiknya diketahui dahulu batasan yang dapat pula menjadi
suatu persyaratan awal hitung perataan metoda DELL ini.
 Jumlah kring jaringan : tidak lebih dari 10 (sepuluh) kring.
 Sebaiknya jaringan dinyatakan dalam bentuk “sketsa”.
 Salah penutup setiap kring dihitung dengan arah hitungan yang sama (sebaiknya
searah jarum jam) dengan menggunakan syarat geometrik jaringan.
 Dalam setiap kring, sudah harus ditentukan seksi-seksi ukuran (seksi ukuran =
ukuran antar titik simpul)
 Titik simpul jaringan, dapat ditambahkan (disisipkan), untuk seksi yang terlalu panjang
(terlalu banyak datanya).
 Setiap pertemuan antara 2 (dua) buah kring, harus dinyakan sebagai suatu seksi yang
dinyatakan dalam bentuk titik simpul.
 Hasil ukuran setiap seksi harus tertulis dengan harga yang jelas, serta arah ukuran
tersebut (terutama untuk beda tinggi) .
 Setiap seksi, dituliskan dengan “penamaan” sesuai dengan arah hitungan.
 Hitung perataan akan memberikan nilai/harga koreksi untuk setiap seksi.

15
B
A II

F I 40

III
E D
V
BB
AB IV
BG
AH

Gambar 72.
Contoh jaringan dan seksi

115
Dasar-dasar Perpetaan

8.3. Persiapan Hitungan Metoda DELL

Sebagai langkah awal hitungan metoda DELL, terdapat beberapa kegiatan yang menjadi dasar
hitungan dan harus dilakukan secara hati-hati, karena akan besar pengaruhnya pada hasil akhir
hitungan tersebut.
Untuk ini, pembahasan akan dinyatakan dalam bentuk “langkah” kerja untuk tahap persiapan.
1. Nyatakan hasil ukuran pada sketsa
2. Buat tabel hitungan seperti pada contoh (Gambar 63.)
3. Tuliskan nama-nama seksi, sesuai dengan arah hitungan (misal searah jarum jam).
Seksi yang sama pada kring berbeda, akan dituliskan terbalik.
4. Tuliskan panjang seksi ataupun banyak sudut pada seksi tersebut :
 Untuk hitungan koreksi sudut, hitung jumlah sudut dengan menyatakan setengah/
separuh (½) sudut untuk setiap titik simpul
 Untuk hitungan koreksi beda absis, beda ordinat atau beda tinggi, dinyatakan dalam
panjang/ jarak setiap seksi
5. Hitung jumlah sudut/jarak untuk seluruh kring
6. Hitung prosentase (%) setiap seksi terhadap kring
7. Tuliskan salah penutup setiap kring

Format Tabel Hitungan Metoda DELL

Iterasi 1 Iterasi 2 Iterasi n


Kring Seksi Jarak % KSP KO SP KO SP  KO

-34
I A-B 1,5 20
B-C 1,0 12
C-D 1,3 17
D-E 2,2 28
E-F 1,8 23

7,8 100 KO1 KSP1 KO2 KSP2


+28
II B-15 2,4 37
15-40 2.1 33
40-C 1,0 15
C-B 1,0 15

6,5 100 KO1 KSP1 KO2 KSP2

Gambar 73.
Contoh tabel hitungan

116
Dasar-dasar Perpetaan

8.4. Langkah Umum Hitungan Metoda DELL


Dalam pelaksanaan hitungan metoda DELL, terdapat ketentuan umum yang berlaku untuk setiap
penerapan baik untuk perataan sudut, maupun untuk perataan jarak. Untuk itu, dapat
diperhatikan butir-butir berikut ini.
1. Metoda DELL, merupakan cara hitungan iterativ (berulang dengan cara serupa), sehingga/
sampai salah penutup setiap kring sebesar 0 (nol).
2. Pemberian koreksi setiap seksi, disesuaikan dengan prosentase seksi terhadap kring yang
bersangkutan.
3. Perhitungan koreksi setiap seksi, dimulai dari kring dengan nilai salah penutup terbesar
(tidak memperhatikan tanda salah penutup).
4. Koreksi berlawanan tanda dengan salah penutup
5. Setelah menghitung koreksi seksi setiap kring, periksa seksi yang sama pada kring lain.
6. Berikan koreksi seksi yang “sama” tersebut (tanda berlawanan) dengan seksi yang telah
dikoreksi pada kring lain (pada butir 2.). Hal ini dilakukan untuk setiap iterasi.
7. Hitung kembali salah penutup setiap kring (KSPi), dengan menjumlahkan salah penutup
terakhir dan jumlah koreksi.

KSPi = KSPi-1 +  KOi …………… (8.5)

Di mana : KSPi = salah penutup iterasi i


KSPi-1 = salah penutup iterasi sebelum i
 KOi = jumlah koreksi seksi iterasi i
8. Ulangi langkah serupa sejak butir 2., sehingga seluruh kring memiliki salah penutup
sebesar 0 (nol).
9. Jumlahkan koreksi setiap seksi (lajur mendatar)
10.Jumlahkan koreksi seksi setiap kring (lajur tegak dari seksi, atau lajur mendatar)
11. Lakukan pemeriksaan (checking) :
 Jumlah koreksi tiap kring = - salah penutup kring tersebut.
 Seksi yang sama pada kring berbeda, mendapat koreksi dengan nilai sama
(tanda berlawanan)
12.Periksa kembali hitungan bila terdapat perbedaan.
13.Koreksi setiap seksi akan “dibagikan” untuk setiap bagian titik-titik pada seksi yang
bersangkutan dengan cara pemberian koreksi yang telah dibahas pada metoda-metoda
pengukuran.

Untuk kring yang tidak “berhubungan” (tidak terdapat seksi yang


sama) , pemberian koreksi seksi dapat/boleh dilakukan secara
bersamaan dengan tujuan mempersingkat iterasi.

Untuk memberikan gambaran lebih jelas dalam menerapkan metoda DELL ini, berikut akan
dibahas contoh penerapan, dimulai dengan jaringan sipat datar. Jaringan sipat datar menjadi
contoh pertama, karena dirasakan lebih mengingat hanya satu dimensi (beda tinggi).

117
Dasar-dasar Perpetaan

8.5. Penerapan Metoda DELL pada Jaringan Sipat Datar

Mengingat pengukuran beda tinggi, merupakan pengukuran 1D (satu dimensi), maka hitung
perataan untuk ini, hanya dilakukan satu kali, sesuai dengan besaran ukuran.

Sketsa hasil pengukuran :

B1

 1,608  7,410
1,0 1,2

A2 II B2
26 mm
 5,600  3,513  1,105
1,5 1,3  2,315 1,0
1,1
A3 10 mm C1
A1 29 mm III
I  3,910 1,3
 2,416 1,2  0,480
 3,710 1,2
1,0 17 mm
IV C2
A4  4,309
 1,022 1,3 1,4
1,1  1,900
A5 V
 1,965 16 mm D1
1,0  2,407
0,7
 1,348
D3 1,0 D2

Gambar 74.
Contoh Sketsa Jaringan Sipat Datar

Langkah pelaksanaan hitungan adalah sebagai berikut :

1. Hitung salah penutup beda tinggi untuk setiap kring . Ingat : arah hitungan harus sama
2. Isi tabel hitungan seperti pada gambar 63 berasarkan data (lihat Gambar 64.). (Penulisan seksi
yang sama akan berlawanan pada kring yang berbeda)
3. Hitung prosentase tiap seksi berdasarkan perbandingan terhadap jumlah jarak seksi kring
tersebut.
4. Carilah kring dengan salah penutup terbesar.
5. Mulai koreksi seksi kring tersebut (butir 4.). berdasarkan prosentase seksi.
6. Koreksi dapat/boleh dilakukan bersamaan, untuk kring yang tidak memiliki persamaan
seksi.
7. Berikan koreksi dengan tanda berbeda, untuk setiap seksi yang sama pada kring lain.
8. Hitung jumlah koreksi setiap kring
9. Hitung kembali salah penutup, yaitu : kesalahan penutup + jumlah koreksi
10. Ulangi butir 4. sampai dengan 9., sehingga salah penutup setiap kring sebesar 0 (nol).
11. Jumlahkan koreksi untuk setiap seksi (lajur mendatar).
12. Jumlahkan koreksi seksi setiap kring (lajur tegak).
13. Periksa :
 Koreksi seksi yang sama akan bernilai sama (tanda berlawanan) pada kring berbeda.
 Jumlah koreksi seksi suatu kring harus sebesar salah penutup (tanda berlawanan).
14. Periksa kembali koreksi dan penjumlahan serta pemberian koreksi pada kring berbeda, bila
dijumpai ketidak-cocokan.

118
Dasar-dasar Perpetaan

(lihat contoh hitungan Gambar 64. pada Jaringan Sipat Datar dengan Metoda DELL)

119
Dasar-dasar Perpetaan

Jaringan Sipat Datar dengan Metoda DELL

Iterasi 1 terasi 2 terasi 3 terasi 4 Terasi 5 KOREKSI


Kring Seksi D % KSP KO SP KO SP KO SP KO SP KO SP SEKSI
I +29 0 -8 -4 0 +0
A1-A2 1,5 25 -7 +1 -6
A2-A3 1,3 21 -6 -6 +1 -1 - 12
A3-A4 1,2 20 -6 +4 +1 -1
A4-A5 1,1 18 -5 -2 +1 +1 -5
A5-A1 1,0 16 -5 -- -5

6,1 100 - 29 -8 +4 +4 +0 - 29

II -26 - 22 0 0 -1 0
A2-B1 1,0 22 +5 +5
B1-B2 1,2 26 +6 +6
B2-A3 1,1 24 -2 +5 -- +3
A3-A2 1,3 28 +6 +6 -1 +1 + 12

4,6 100 +4 + 22 -1 +1 + 26

III -10 0 -5 -1 0 0
A3-B2 1,1 24 +2 -5 -- -- -3
B2-C1 1,0 22 +2 +2
C1-C2 1,3 28 +3 +1 +4
C2-A3 1,2 26 +3 +4 -- +7

4,6 100 + 10 -5 +4 +1 -- + 10

IV +17 + 20 + 17 0 -1 0
A3-C2 1,2 24 -3 -4 -- -7
C2-D1 1,4 27 -5 -5
D1-A4 1,3 25 -3 -4 +1 -6
A4-A3 1,2 24 +6 -4 -1 +1

5,1 100 +3 -3 - 17 -1 +1 - 17

V -16 - 11 0 +4 +3 0
A5-A4 1,1 21 +5 +2 -1 -1 +5
A4-D1 1,3 25 +3 +4 -1 +6
D1-D2 0,7 14 +2 -- +2
D2-D3 1,0 20 +2 -- +2
D3-A5 1,0 20 +2 -1 +1

5,1 100 +5 + 11 +4 -1 -3 + 16

Keterangan :

KSP = Kesalahan Penutup kring


KO = Koreksi seksi
SP = Salah penutup setelah koreksi
= Kring yang dikoreksi (berdasarkan KSP/SP terbesar)

120
Dasar-dasar Perpetaan

8.6. Penerapan Metoda DELL pada Jaringan Poligon

Seperti yang telah diketahui, bahwa dalam hitungan poligon, terdapat tahapan hitungan dan
pemberian koreksi yang terpisah sesuai dengan jenis data ukuran, maka dalam menerapkan
metoda DELL, jika terdapat pemisahan yang serupa.

Langkah Hitungan Poligon dengan Metoda DELL

Terdapat sedikit perbedaan dengan hitungan poligon bila hanya satu kring, yaitu bahwa
pemisahan langkah hitungan menjadi lebih nyata. Pada setiap tahap hitungan, diterapkan
hitung perataan DELL sebelum dibagikan pada setiap komponen.
Hasil akhir hitungan metoda DELL pada poligon, hanya
memberikan koreksi untuk tiap seksi. Hitungan terbagi atas sudut
dan beda absis/ordinat.
Berhubung hitungan poligon umumnya menggunakan metoda Bowditch, maka contoh
berikutpun diterapkan dengan pola yang sama.
Agar lebih jelas cara menerapkan metoda DELL dalam hitungan jaringan poligon, maka
langkah hitungan secara umum dapat dirincikan sebagai berikut :

I. Hitungan azimuth/sudut jurusan tiap sisi poligon


1. Penuhi syarat sudut sentral , yaitu sudut-sudut pada titik dengan syarat jumlah
sudut 360o.
2. Hitung jumlah sudut setiap kring
3. Hitung salah penutup setiap kring
4. Hitung koreksi setiap seksi dengan metoda DELL
5. Hitung koreksi sudut tiap poligon

INGAT :
Koreksi sudut titik simpul adalah jumlah koreksi dari 2 seksi
yang berbeda (masing-masing dihitung sebesar  sudut)
6. Hitung sudut setelah dikoreksi
7. Hitung azimuth/sudut jurusan setiap sisi poligon dengan sudut terkoreksi
II. Hitungan beda absis/ordinat tiap sisi poligon
1. Hitung beda absis/ordinat setiap sisi poligon dari setiap kring
2. Beda absis setiap seksi yang terdapat pada 2 kring, cukup dihitung dari salah
satu kring (dihitung satu kali)
3. Jumlahkan beda absis/ordinat setiap seksi pada setiap kring
4. Hitung salah penutup absis/ordinat tiap kring
5. Hitung koreksi setiap seksi dengan metoda DELL (seperti pada sipat datar)
6. Hitung koreksi absis/ordinat antara 2 titik, dengan metoda Bowditch,
berdasarkan koreksi seksi hasil hitungan DELL.
7. Hitung beda absis/ordinat antara 2 titik setelah dikoreksi
III. Hitungan koordinat tiap titik poligon
1. Hitung koordinat setiap titik poligon setiap kring berdasarkan koordinat titik awal
dan beda absis, beda ordinat yang telah dikoreksi
2. Titik poligon pada seksi bertampalan (seksi pada 2 kring berbeda), cukup
dihitung 1 (satu) kali.
3. Periksa (Check) besar koreksi setiap seksi poligon tersebut. Besar jumlah
koreksi, harus sebesar koreksi seksi hasil hitungan metoda DELL.

121
Dasar-dasar Perpetaan

Contoh sketsa hasil pengukuran sudut poligon :


B1

A2 II B2

  

A3  C1
A1  III
I 


 C2
IV
A4 


A5 V
  D1


D3 D2

Gambar 75.
Contoh Sketsa Jaring Poligon
Keterangan :
 Titik A3 dan A4 sebagai titik simpul sudut sentral. Semua sudut pada titik
tersebut harus dikoreksi terlebih dahulu (syarat sudut sentral = 360o) sebelum
digunakan dalam hitungan DELL.
 Titik simpul lainnya, dapat berupa :
a. titik temu antara 2 kring yang berbeda
b. titik pada tepi/tengah kring yang dianggap penting.
Dengan demikian, terdapat 2 (dua) kemungkinan untuk hitungan koordinat titik, yaitu :
1. Hitungan koordinat hanya titik-titik simpul (titik ujung seksi)
2. Hitungan koordinat semua titik.

Berikut ini akan diberikan contoh hitungan metoda DELL untuk jaring poligon.
(perhatikan sketsa di bawah)
Diketahui pula :

XBM1 =  450,000 m ; YBM1 = + 315,000 m


 BM1- 1 = 280o 41’ 00,0”

Adapun langkah hitungan untuk jaring poligon tersebut, dapat di rincikan sebagai berikut :
1. Koreksi sudut sentral
2. Hitungan salah penutup sudut setiap kring
3. Hitungan perataan sudut
4. Pemberian koreksi tiap sudut
5. Hitungan beda absis dan ordinat tiap seksi
6. Hitungan salah penutup absis/ordinat setiap kring
7. Hitungan perataan absis/ordinat
8. Pemberian koreksi tiap seksi/beda absis, ordinat
9. Hitungan koordinat titik-titik poligon

122
Dasar-dasar Perpetaan

Pada contoh berikut, beberapa langkah, dinyatakan bersatu (digabungkan)

123
Dasar-dasar Perpetaan

1. Koreksi sudut sentral (pusat)

Dari sketsa ukuran tersebut, sebelum menghitung salah penutup setiap kring, yang pertama-
tama dilakukan adalah memberi koreksi sudut sentral (pusat) :

Sudut (  u ) Kor. Sudut (  ) Sudut (  u ) Kor. Sudut (  )


Ttk Ttk
( o ‘ “ ) (K) ( o ‘ “ ) ( o ‘ “ ) (K) ( o ‘ “ )

BM1 124 35 36,0 + 1,1” 124 35 37,1 BM6 111 29 10,9 + 1,4” 111 29 12,3
137 52 05,2 + 1,1” 137 52 06,3 116 25 27,4 + 1,4” 116 25 28,8
97 32 15,5 + 1,1” 97 32 16,6 132 05 17,6 + 1,3” 132 05 18,9

359 59 56,7 + 3,3” 360 00 00,0 359 59 55,9 + 4,1 360 00 00,0

Sudut (  u ) Kor. Sudut (  )


Ttk ( o ‘ “ ) (K) ( o ‘ “ )

BM7 223 31 55,7  2,9” 223 31 52,8


68 35 00,6  2,8” 68 34 57,8
67 53 12,3  2,9” 67 53 09,4

360 00 08,6 + 3,3” 360 00 00,0

2. Hitungan salah penutup sudut

Hitungan salah penutup sedut dilakukan searah jarum jam, dan mengambil sudut dalam dari
setiap kring, Berdasarkan syart geometrik setiap kring, maka di dapat salah penutup tiap
kring sebagai berikut :

Kring K S P (“) Kring K S P (“) Kring K S P (“)


I  24,0 II  01,3 III  12,7

Kring K S P (“) Kring K S P (“)


IV  20,5 V  11,6

3. Hitungan perataan sudut

(Lihat tabel hitungan perataan jaring poligon metoda DELL (sudut)


berikut)

Ringkasan hasil hitungan (berupa koreksi tiap seksi) :

Kor. Kor. Kor.


Kring SeksI (“) Kring SeksI (“) Kring SeksI (“)
I BM1 – BM2  2,6 II BM1-BM4  5,9 III BM1-BM7  1,8
BM1 – BM2  7,8 BM4-BM5  0,5 BM7-BM10  9,6
BM1 – BM2  7,7 BM5-BM6  4,3 BM10-BM2  3,9
BM1 – BM2  5,9 BM6-BM7  1,6 BM2-BM1  2,6
BM7-BM1  1,8

Kor. Kor.
Kring SeksI (“) Kring Seksi (“)
IV BM5-BM8  5,4 V BM6-BM9  4,1
BM8-BM9  6,7 BM9-BM10  4,5
BM9-BM6  4,1 BM10-BM7  9,6
BM6-BM5  4,3 BM7-BM6  1,6

124
Dasar-dasar Perpetaan

4. Koreksi sudut

Ketentuan umum untuk pemberian koreksi tiap susut adalah :


1. Sudut pada titik pusat, menjadi langkah awal
2. Sudut titik simpul dari suatu seksi yang sama (setiap seksi dibatasi 2 titik simpul),
mendapatkan koreksi sama besar.
3. Koreksi sisa setiap seksi, diberikan pada sudut tengah seksi (titik di dalam seksi)
4. Jumlah koreksi setiap seksi harus sebesar koreksi seksi hasil hitungan metoda DELL
(agar mudahnya, perhatikan contoh di bawah)

Koreksi sudut, terbagi atas beberapa jenis, yaitu :

a. Koreksi sudut sentral/pusat :

Titik : BM1
Sudut sebelum Koreksi dari seksi : ( “ ) Total Sudut setelah
koreksi BM1-BM2 BM4-BM1 BM7-BM1 (“) koreksi
124 35 37,1  0,3  0,7 ---  1,0 124 35 38,1
137 52 06,3 ---  0,7  0,4  1,1 137 52 05,2
97 32 16,6  0,3 ---  0,4  0,1 97 32 16,7

Titik : BM6
Sudut sebelum Koreksi dari seksi : ( “ ) Total Sudut setelah
Koreksi BM5-BM6 BM6-BM7 BM9-BM6 (“) Koreksi
111 29 12,3  0,7  0,4 ---  1,1 111 29 13,4
116 25 28,8  0,7 ---  0,3  1,0 116 25 27,8
132 05 18,9 ---  0,4  0,3  0,1 132 05 18,8

Titik : BM7
Sudut sebelum Koreksi dari seksi : ( “ ) Total Sudut setelah
koreksi BM7-BM1 BM7-BM10 BM6-BM7 (“) koreksi
223 31 52,8  0,4 ---  0,4  0,0 223 31 52,8
68 34 57,8 ---  0,8  0,4  1,2 68 34 56,6
67 53 09,4  0,4  0,8 ---  1,2 67 53 10,6

Catatan :
1. Jumlah koreksi sudut pusat = 0o 0’ 00,0”
2. Koreksi yang diberikan pada titik simpul seksi, sebaiknya bernilainya sama.
3. Agar putaran hitungan tetap. (Contoh : Titik pusat BM1, untuk sudut pada
kring I , yaitu 124o 35’ 37,1” , dikoreksi dengan arah searah jarum jam,
sehingga pernyataan koreksi seksi dari BM1-BM2 dan BM4-BM1)
4. Untuk sudut yang terkoreksi dengan putaran berlawanan, tanda koreksi juga
berlawanan.

125
Dasar-dasar Perpetaan

b. Koreksi sudut titik simpul

Sudut dan koreksi sudut, disesuaikan dengan besaran yang tertera pada sketsa.

Titik : BM2 Titik : BM4


Sudut ( u) K seksi (i-j) K (“)  =  u +K Sudut ( u) K seksi (i-j) K (“)  =  u +K

152 23 43,3  0,3  0,8  1,1 152 23 44,4 100 24 14,0  0,8  0,7  1,5 100 24 15,5
105 52 39,7  0,5  0,3  0,2 105 52 39,9 154 14 19,9  0,7  0,1  0,6 154 14 19,3

Titik : BM5 Titik : BM9


Sudut ( u) K seksi (i-j) K (“)  =  u +K Sudut ( u) K seksi (i-j) K (“)  =  u +K

174 58 36,8  0,1  0,7  0,8 174 58 37,6 153 47 20,5  0,7  0,3  1,0 153 47 19,5
72 05 56,3  0,7  0,7  1,4 72 05 54,9 122 03 27,6  0,3  0,3  0,0 122 03 27,6

Titik : BM3 Titik : BM8


Sudut ( u) K seksi (i-j) K (“)  =  u +K Sudut ( u) K seksi (i-j) K (“)  =  u +K

253 07 25,4  0,8  0,8  1,6 253 07 27,0 125 23 42,9  0,7  0,7  1,4 125 23 41,5

Titik : BM10
Sudut ( u) K seksi (i-j) K (“)  =  u +K

147 50 53,6  0,8  0,5  1,3 147 50 54,9


154 13 20,2  0,3  0,8  1,1 154 13 19,1

c. Koreksi sudut titik antara/tengah titik simpul seksi :

Sisa koreksi tiap seksi (berdasarkan urutan kring)

Banyak Kor. Titik Kor. Sudut


SEKSI Kor. Sisa
sudut Simpul Antara
BM1 – BM2 5  2,6  0,3  2,0  0,5
BM2 – BM3 5  7,8  0,8  6,2  1,5 (2) ;  1,6 (2)
BM3 – BM4 5  7,7  0,8  6,1  1,5 (3) ;  1,6 (1)
BM4 – BM1 4  5,9  0,7  4,5  1,5
BM4 – BM5 4  0,5  0,1  0,3  0,1
BM5 – BM6 3  4,3  0,7  2,9  1,4 ;  1,5
BM6 – BM7 2  1,6  0,4  0,8  0,8
BM7 – BM1 2  1,8  0,4  1,0  1,0
BM7 – BM10 6  9,6  0,8  8,0  1,6
BM10 – BM2 4  3,9  0,5  2,9  0,9 (1) ;  1,0 (2)
BM5 – BM8 4  5,4  0,7  4,0  1,3 (2) ;  1,4 (1)
BM8 – BM9 5  6,7  0,7  5,3  1,3 (3) ;  1,4 (1)
BM9 – BM6 6  4,1  0,3  3,5  0,7
BM9 – BM10 7  4,5  0,3  3,9  0,6 (3) ;  0,7 (3)

Perhatikan tanda koreksi dan arah penulisan seksi

126
Dasar-dasar Perpetaan

5. Hitungan beda absis/ordinat

Mengingat arah hitungan searah jarum jam, maka bila dijaga tetap, berakibat pada
penggunaan sudut KAnan pada hitungan azimuth (sudut jurusan).
Seksi yang telah dihitung (pada kring) sebelumnya, tidak perlu dihitung ulang.
Harga/nilai sudut simpul atau pusat, merupakan harga yang telah dikoreksi

KRING I
Sudut KAnan
Titik Sudut (o ‘ “) Azimuth (o ‘ “) Jarak (m) X (m) Y (m) Seksi

BM1
280 41 00,0 22,845  22,449  4,235
1 139 54 20,8 BM1 – BM2
 0,5 320 46 38,7 27,355  17,298  21,192
2 242 37 00,0 X =
 0,5 258 09 38,2 27,837  27,245  5,711 124,467
3 222 29 32,1
 0,5 215 40 05,6 26,452  15,424  21,490 Y =
4 88 38 13,9  29,949
 0,5 307 01 51,2 52.675  42,051  31,723 D = 157,164
BM2 152 23 44,4
334 38 06,8 41,200  17,649  37,228
5 120 59 50,7 BM2 – BM3
 1,6 33 38 14,5 74,391  41,208  61,935
6 107 17 07,4 X =
 1,5 106 21 05,6 59,333  56,933  16,704  82,415
7 81 09 47,9
 1,5 205 11 16,2 29,942  12,743  27,095 Y =
8 244 32 59,0  37,485
 1,6 140 38 15,6 23,125  14,666  17,879 D = 227,991
BM3 253 07 27,0
67 30 48,6 48,682  44,981  18,619
9 249 51 00,8 BM3 – BM4
 1,5 357 39 46,3 49,594  2,022  49,553
10 77 01 56,3 X =
 1,5 100 37 48,5 41.966  41,246  7,741 102,652
11 127 30 01,8
 1,5 153 07 45,2 63,621  28,755  56,752 Y =
12 132 38 10,0  23,901
 1,6 200 29 33,6 29,443  10,308  27,580 D = 233,306
BM4 100 24 15,5
280 05 18,1 23,346  22,985  4,089 BM4 – BM1
13 * 219 04 50,1
 1,5 241 00 26,5 23,429  20,493  11,356 X =
14 * 242 39 57,5  60,594
 1,5 178 20 27,5 18,964  0,549  18,956
15 * 133 03 47,9 Y =
 1,5 225 16 38,1 24,862  17,665  17,495  43,718
BM1 124 35 38,1 D = 90,601
280 41 00,0 KRING I :
1 ( check )  0,006  0,185 D = 709,062

127
Dasar-dasar Perpetaan

KRING II
Sudut KAnan
Titik Sudut (o ‘ “) Azimuth (o ‘ “) Jarak (m) X (m) Y (m) Seksi

13  60,594  43,718 BM1 – BM4


100 05 18,1
BM4 154 14 19,3
125 50 58,8 62,748  50,861  36,749
B1 153 28 39,7
 0,1 152 22 19,0 41,518  19,253  36,784
B2 147 01 59,7
 0,1 185 20 19,2 50,454  4,694 50,235
B3 158 10 15,3
 0,1 207 10 03,8 44,400  20,273  39,502
BM5 174 58 37,6 199,120  45,147 163,270 BM4 – BM5
212 11 26,2 36,161  19,264  30,602
B4 112 40 31,2
 1,4 279 30 53,6 31,850  31,412  5,265
B5 148 49 02,5
 1,5 310 41 49,6 24,833  18,828  16,193
BM6 111 29 13,4 92,844  69,504  9,144 BM5 – BM6
19 12 36,2 43,138  14,194  40,736
B6 225 30 00,3
 0,8 332 42 35,1 43,592  19,308  39,083
BM7 223 31 52,8 86,730  5,114  79,819 BM6 – BM7
290 10 42,3 35,438  33,263  12,224
B7 * 107 02 00,0
 1,0 02 08 43,3 36,891  2,024  36,835
BM1 137 52 05,2 72,329  31,239  49.059 BM7 – BM1
45 16 38,1 KRING II :
15 ( check )  0,116  0,182 D = 541,624

KRING III
Sudut KAnan
Titik Sudut (o ‘ “) Azimuth (o ‘ “) Jarak (m) X (m) Y (m) Seksi

B7  31,239  49.059 BM1 – BM7


110 10 42,3
BM7 67 53 10,6
222 17 31,7 41,425  27,875  30,643
C1 215 03 45,8
 1,6 187 13 44,3 24,656  3,103  24,460
C2 85 28 27,0
 1,6 281 45 15,7 31,600  30,937  6,437
C3 138 12 35,0
 1,6 323 32 39,1 29,195  17,348  23,482
C4 293 09 00,4
 1,6 210 23 37,1 32,586  16,486  28,108
C5 90 38 44,9
 1,6 299 44 50,6 25,103  21,795  12,456
BM10 147 50 54,9 184,565  117,544  40,836 BM7 – BM10
331 53 55,7 45,013  21,202  39,707
C6 229 04 54,0
 1,0 282 49 00,7 28,317  27,611  6,282
C7 121 33 23,4
 1,0 341 15 36,3 55,202  17,735  52,276
C8 108 21 04,3
 0,9 52 54 31,1 35,878  28,619  21,638
BM2 105 52 39,9 164,410 37,929 119,903 BM10 – BM2
127 01 51,2 124,467  29,949 BM2 – BM1
4 ( check ) KRING III :
 0,233  0,059 D = 578,468

128
Dasar-dasar Perpetaan

KRING IV
Sudut KAnan
Titik Sudut (o ‘ “) Azimuth (o ‘ “) Jarak (m) X (m) Y (m) Seksi

B4  69,504  9,144 BM6 – BM5


32 11 26,2
BM5 72 05 54,9
140 05 31,3 51,955  33,332  39,853
D1 150 25 40,6
 1,3 169 39 52,0 58,015  10,409  57,074
D2 126 39 48,5
 1,3 223 00 048 44,379  30,267 32,456
D3 154 57 01,7
 1,4 248 03 04,5 43,037  39,918  16,086
BM8 125 23 41,5 197,386  26,444 145,469 BM5 – BM8
302 39 23,0 23,208  19,539  12,523
D4 271 44 18,7
 1,3 210 55 05,6 55,382  28,456  47,512
D5 117 12 45,3
 1,3 273 42 21,6 37,573  37,494  2,429
D6 142 09 23,9
 1,3 311 32 59,0 71,121  53,226  47,172
D7 68 22 14,8
 1,4 63 10 45,6 27,763  24,776  12,527
BM9 153 47 19,5 215,047 113,939  27,139 BM8 – BM9
89 23 26,1 37,250  37,248  0,396
D8 297 25 45,5
 0,7 331 57 41,3 42,723  20,083  37,709
D9 125 58 32,4
 0,7 25 59 09,6 30,203  13,233  27,150
D10 134 12 02,2
 0,7 71 47 08,1 21,679  20,593  6,776
D11 258 56 24,4
 0,7 352 50 44,4 27,500  3,425  27,286
D12 105 43 27,7
 0,7 67 07 17,4 25,203  23,220  9,798
BM6 116 25 27,8 184,558  70,786 109,115 BM9 – BM6
B5 130 41 49,6 KRING IV :
( check )  0,093  0,071 D = 689,835

Rangkuman salah penutup tiap kring :

( Hitungan kring V , lihat tabel berikutnya )

Kring  X (m)  Y (m) D (m) Ket.

I  0,006  0,185 709,062 Hitungan searah jarum jam.


II  0,116  0,182 541,621
III  0,223  0,059 578,468 Berikutnya dinyatakan akan
IV  0,093  0,071 689,835 dalam satuan mm.
V  0,249  0,286 705,814

129
Dasar-dasar Perpetaan

KRING V
Sudut KAnan
Titik Sudut (o ‘ “) Azimuth (o ‘ “) Jarak (m) X (m) Y (m) Seksi

 5,114  79,819 BM7 – BM6


D8  70,786 109,115 BM6 – BM9
269 23 26,1
BM9 122 03 27,6
327 19 58,5 39,006  21,054  32,836
E1 205 51 07,5
 0,6 301 28 51,6 38,996  33,256  20,364
E2 275 01 10,9
 0,7 206 27 41,4 20,847  9,289 18,663
E3 49 58 03,1
 0,7 336 29 39,0 42,693  17,028  39,150
E4 130 09 33,2
 0,6 26 20 06,4 40,126  17,801  35,962
E5 226 03 46,0
 0,6 340 16 21,0 43,009  14,518 40,485
E6 66 18 12,0
 0,7 93 58 09,7 25,284  25,223  1,750
BM10 154 13 19,1 249,961  52,121 148,384 BM9 – BM10
119 44 50,6 117,544  40,836 BM10 – BM7
C5 ( check ) KRING V :
B5  0,249  0,286 D = 705,814

6. Hitung perataan DELL untuk beda absis dan ordinat

Hitung perataan dilakukan dengan cara serupa dengan perataan untuk jaring sipat datar.
Besar/nilai prosentase koreksi, ditentukan oleh jarak tiap seksi.

( PERHATIKAN TABEL-TABEL HITUNGAN BERIKUT )

Rangkuman nilai koreksi setiap seksi :

Seksi Kor.  X (mm) Kor.  Y (mm) Keterangan

BM1 - BM2  33  69
BM2 - BM3  5  31 * tanda koreksi, sesuai
BM3 - BM4  5  30 dengan arah penulisan
BM4 - BM1  29  55 seksi.
BM4 - BM5  58  91 * bila arah berlawanan,
BM5 - BM6  3  33 maka tanda koreksi
BM6 - BM7  3  9 akan berlawanan
BM7 - BM1  37  12

BM7 - BM10  115  49


BM10 - BM2  38  51

BM5 - BM8  56  21
BM8 - BM9  61  24
BM9 - BM6  21  83

BM9 - BM10  92  145

130
Dasar-dasar Perpetaan

7. Hitungan koordinat titik

Terdapat 2 (dua) kemungkinan hitungan koordinat titik, yaitu :


a. Hanya titi-titik simpul , karena titik lainnya sebagai titik bantu yang tidak diperlukan
posisinya,
b. Semua titik pada poligon tersebut.

Dalam hal ini, hitungan seluruh titik tidak dituliskan, melainkan contoh untuk seksi tertentu
saja.

Koordinat titik simpul :


Pengurutan titik diatur sedikit mungkin, sehingga terdapat penulisan
seksi dengan nilai yang berlawanan (terbalik).

Titik X (m) Y (m) X (m) Y (m)


Koreksi (mm) Koreksi (mm)

BM1  450,000 + 315,000


 124,467  29,949
BM2  33  69  574,434 + 345,018
 82,415  37,485
BM3  5  31  492,024 + 382,534
 102,652  23,901
BM4  5  30  389,377 + 358,663
 45,147  163,270
BM5  58  91  434,466 + 195,302
 69,504  9,144
BM6  3  33  503,967 + 186,125
 5,114  79,819
BM7  11  9  509,092 + 265,953
 117,544  40,836
BM!0  115  49  626,751 + 225,166
 52,121  148,384
BM9  102  145  574,732 + 76,927
 113,939  27,139
BM8  61  24  460,854 + 49,812
 26,444  145,469
BM5  56  21  434,466 + 195,302
(check) (check)

Koordinat titik-titik (salah satu seksi) :


 Koordinat titik simpul diambil dari hitungan di atas.
 Menerapkan metoda Bowditch dalam pemberian koreksi

Titik Jarak (m) X (m) Y (m) X (m) Y (m)


Koreksi (mm) Koreksi (mm)

BM1  450,000 + 315,000


  22,449  4,235
1  6  10  472,443 + 319,245
  17,298  21,192
2  5  12  489,736 + 340,449
  27,245  5,711
3  6  12  516,975 + 334,750
  15,424  21,490
4  5  12  532,394 + 313,272
  42,051  31,723
BM2  11  23  574,434 + 345,018
   (check) (check)

131
Dasar-dasar Perpetaan

Lampiran Hitung Perataan Metoda DELL poligon :

1. Sketsa pengukuran jaringan poligon


2. Hitung perataan sudut poligon
3. Hitung perataan beda absis poligon
4. Hitung perataan beda ordinat

132

Anda mungkin juga menyukai