Anda di halaman 1dari 21

AKUNTANSI

AKAD QARDH HASAN

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


Akuntansi Syariah
Dosen Pengampu:
Dr. Abdul Djalil, M.Si

Oleh
AS’AD ASYHAR FATHONI
NIM. 17015034

PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA
PROGRAM STUDI MAGISTER EKONOMI SYARIAH
2020
2

KATA PENGANTAR

Assalaamualaikum Warahmatullah Wabarakaatuh

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam yang memiliki pengetahuan dan kuasa atas
segala sesuatu. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada makhluk paling agung
Rasulullah Muhammad saw, beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga hari akhir.
Makalah ini disusun mengangkat tema Akuntansi pada Akad Qardh Hasan. Qardh
Hasan diambil sebagai tema pembahasan karena potensi yang sangat besar untuk optimalisasi
penggunaannya. Qardh hasan sebagai salah satu instrumen keuangan dalam sistem ekonomi
Islam yang bertujuan untuk membantu (tabarru’) masyarakat yang belum bisa mengakses
produk keuangan karena keterbatasan kapabilitas sebagai nasabah yang bankable.
Makalah ini mengangkat pembahasan bagaimana konsep qardh hasan dari definisi
hingga mekanisme atau alur kerjanya. Kemudian dipaparkan pula hasil penelitian yang telah
melihat secara langsung implementasi transaksi qardh hasan pada institusi keuangan baik
bank dan non bank, begitu pula pengaruh dan saran optimalisasi penyaluran dana qardh
hasan. Pada pembahasan terakhir akan diberikan detil penyajian akuntansi akad qardh hasan
dalam penyusunan laporan keuangan suatu entitas.
Selanjutnya penulis mengucapkan beribu kata terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah yang sederhana ini. Kepada para peneliti yang
telah memberikan akses kepada penelitian yang dilakukan. Dan penulis menyadari bahwa
makalah yang tersusun ini adalah makalah sederhana yang perlu mendapat saran akademik
lanjutan. Penulis berharap makalah ini memberikan manfaat dan khazanah keilmuan bagi
para pembaca.

Wassalaamualaikum Warahmatullah Wabarakaatuh

Semarang, Oktober 2020


Penulis

As’ad Asyhar Fathoni


NIM. 17015034
3

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................................................... 1


Kata Pengantar ...................................................................................................................... 2
Daftar Isi ............................................................................................................................... 3
Bab I Pendahuluan ................................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................. 6
1.3. Tujuan Penulisan .................................................................................................... 6
Bab II Pembahasan ............................................................................................................... 7
2.1. Konsep Qardh Hasan .............................................................................................. 7
2.1.1. Definisi Qardh Hasan ..................................................................................... 7
2.1.2. Dasar Hukum Qardh Hasan ............................................................................ 8
2.1.3. Rukun dan Syarat Akad Qardh ....................................................................... 10
2.2. Pengaruh Implementasi Akad Qardh Hasan bagi Masyarakat ............................... 12
2.2.1. Upaya Peningkatan Pendapatan Usaha Mustahik Zakat .................................12
2.2.2. Efektifitas Pembiayaan Qardh Hasan bagi Perkembangan Usaha ..................13
2.2.3. Evaluasi dan Optimalisasi Pinjaman Qardh Hasan .........................................13
2.3. Penyajian Akuntansi Atas Transaksi Akad Qardh Hasan
Dalam Laporan Keuangan ...................................................................................... 15
Bab III Penutup ..................................................................................................................... 19
3.1. Kesimpulan ............................................................................................................. 19
Daftar Pustaka .......................................................................................................................20
4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Perbankan syariah merupakan salah satu derivatif atau turunan dari Lembaga Keuangan
Syariah (LKS), yang mana mempunyai produk simpanan (funding) dan pembiayaan
(financing) yang sangat bervariatif. pada laba (profit oriented) juga berorientasi pada sosial
(tabarru’) atau disamping produk dan layanan yang bersifat komersial, perbankan syariah
juga melaksanakan fungsi sosial yang merupakan keistimewaan bank islam melalui aktivitas
penghimpunan dan penyaluran dana sosial (zakat, infaq, sadaqah dan hibah) dan dana
kebajikan (qardhul hasan).
Qardhul Hasan (selanjutnya dalam makalah ini disebut qardh hasan) merupakan salah satu
ciri pembeda antara bank syariah dengan bank konvensional yang di dalamnya terkandung
misi sosial, di samping misi komersial. Misi sosial kemasyarakatan ini diharapkan akan
meningkatakan citra dan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah. Hal ini selaras dengan
salah satu langkah penting atau penajaman fokus kebijakan dalam program pemberdayaan
ekonomi rakyat, yang mana sasaran strategis pengembangan perbankan syariah dilakukan
dengan optimalisasi fungsi sosial bank syariah dalam memfasilitasi sektor sosial (voluntary).
Perkembangan produk qardh hasan pada perbankan semakin terlihat. Tercatat pada data
Statistik Perbankan Syariah per Juli 2020, pinjaman qardh hasan yang dilakukan oleh bank
syariah dan unit usaha syariah di Indonesia sebesar 9,1 Triliun rupiah atau mengalami
progress secara YoY sebesar 8,5 persen walaupun secara Ytd terdapat penurunan sebanyak
14 persen. Sementara pada Bank Pembiayaan Rakyat Syaraiah (BPRS) dengan periode yang
sama tercatat total pinjaman dengan akad Qardh sebesar 228,7 Miliar rupiah meningkat 17
Miliar rupiah dari tahun lalu pada bulan yang sama (YoY). Produk pembiayaan qardh hasan
dapat menjadi alternatif pembiayaan yang ringan bagi masyarakat yang memiliki usaha
UMKM sebagai debitur dan kaum dhuafa yang ingin terlepas dari garis kemiskinan.
5

Grafik 1. Perkembangan Kegiatan Pembiayaan dengan Akad Qardh pada Bank Umum
Syariah, Unit Usaha Syariah dan BPRS
Periode Juli 2019 - Juli 2020
dalam Miliar Rupiah

250.00

150.00
Jul '19 Agt '19 Sept Okt '19 Nov Des Jan '20 Feb Mar Apr '20 Mei Jun '19 Jul '20
'19 '19 '19 '20 '20 '20

11,500

11,000

10,500
dalam Miliar Rupiah

10,000

9,500

9,000

8,500

8,000
Jul '19 Agt Sept Okt Nov Des Jan '20 Feb Mar Apr Mei Jun '19 Jul '20
'19 '19 '19 '19 '19 '20 '20 '20 '20

Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bulan Juli 2020, Otoritas Jasa Keuangan

Tingginya potensi sumber dan pemanfaatan dana qardh hasan pada perbankan syariah, maka
akuntansi dalam transaksi-transaksinya juga sangat dibutuhkan untuk semua pihak baik
internal bank syariah sendiri maupun kalangan eksternal bank syariah. Sebagai bukti
responsibility serta keakuntabilitasan perbankan syariah.
Dalam makalah ini penulis ingin menitikberatkan pada beberapa hal yang terkait pada pokok
pembahasan mengenai implementasi pembiayaan menggunakan akad qardh hasan dan
penyajian akuntansinya.
6

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan gambaran pada latar belakang di atas maka ditetapkan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana konsep Qardh Hasan?
2. Seberapa besar pengaruh implementasi pinjaman qardh hasan bagi masyarakat?
3. Bagaimana penyajian akuntansi atas transaksi akad qardh hasan dalam laporan
keuangan?

1.3. Tujuan Penulisan


Berdasarkan paparan rumusan masalah, maka didapatkan tujuan penulisan sebagai berikut:
1. Mengetahui konsep Qardh Hasan
2. Menyajikan pengaruh implementasi pembiayaan qardh hasan bagi masyarakat
3. Mengetahui penyajian akuntansi atas transaksi akad qardh hasan dalam laporan
keuangan
7

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Qardh Hasan


2.1.1. Definisi Qardh Hasan
Secara etimologi, qardh berarti potongan, sedangkan pengertian secara terminologi
berarti pemberian harta kepada orang lain yang dapat diminta kembali dengan jumlah yang
sama atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan atau tambahan.
Sedangkan Qardh Hasan adalah suatu interest free financing sering pula disebut benevolent
loan. Kata “hasan” berasal dari bahasa arab yaitu ”ihsan” yang artinya kebaikan kepada orang
lain.
Qardh Hasan yaitu jenis pinjaman yang diberikan kepada pihak yang sangat
memerlukan untuk jangka waktu tertentu tanpa harus membayar bunga atau keuntungan.
Penerima Qardhul Hasan hanya berkewajiban melunasi jumlah pinjaman pokok tanpa
diharuskan memberikan tambahan apapun. Namun penerima pinjaman boleh saja atas
kebijakannya sendiri membayar lebih dari uang yang dipinjamnya sebagai tanda terima kasih
kepada pemberi pinjaman. Tetapi hal tersebut tidak boleh diperjanjikan sebelumnya di muka.
Pembiayaan qardh hasan bertujuan untuk diberikan pada orang yang membutuhkan atau tidak
memiliki kemampuan finansial, untuk tujuan sosial atau untuk kemanusiaan. Cara pelunasan
dan waktu pelunasan pembiayaan ditetapkan bersama antara pemberi dan penerima
pembiayaan. Jika penerima pembiayaan mengalami kerugian bukan karena kelalaiannya
maka kerugian tersebut dapat mengurangi jumlah pembiayaan.
Qardhul Hasan tergolong dalam akad tabarru’. Akad tabarru’ dilakukan dengan tujuan
tolong-menolong dalam rangka berbuat kebaikan (tabarru’ berasal dari kata birr dalam
bahasa Arab, yang artinya kebaikan). Dalam akad tabarru’, pihak yang berbuat kebaikan
tersebut tidak berhak mensyaratkan imbalan atau tambahan apapun kepada pihak lainnya.
Pada dasarnya pinjaman Qardhul Hasan diberikan kepada:
a. Mereka yang memerlukan pinjaman konsumtif jangka pendek untuk tujuan-tujuan
yang sangat mendesak.
b. Para pengusaha kecil yang kekurangan dana tetapi mempunyai prospek bisnis yang
sangat baik.
8

c. Pelatihan usaha/bisnis online bagi para imam masjid, penjaga masjid, santri, dan
huffadz.
Qardh yang diperlukan untuk membantu usaha sangat kecil dan keperluan sosial, dapat
bersumber dari dana zakat, infaq, dan sadaqah. Qardh Hasan juga dikhususkan untuk
membantu memberikan pinjaman kepada usaha-usaha pada sektor kecil yang umumnya
mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya. Pemberian pinjaman tunai untuk
Qardh Hasan tanpa dikenakan biaya apapun kecuali biaya administrasi berupa segala biaya
yang diperlukan untuk sahnya perjanjian utang. Seperti bea materai, bea akta notaris, bea
studi kelayakan, dan sebagainya.
Perbedaan Qardh dan Qardh Hasan
a. Qardh adalah pemberian pinjaman kepada orang lain yang dapat ditagih kembali,
sedangkan Qardh Hasan pemberian pinjaman kepada orang lain, dimana peminjam
tidak diharuskan mengembalikan pokoknya apabila dirasakan benar-benar peminjam
tidak mampu untuk mengembalikannya. Sehingga Qardh Hasan ini dianggap
sadaqah. Walaupun pada prinsipnya bukanlah produk yang profitable namun tetap
harus diperhatikan sistem dari produk ini agar lebih optimal dan meminimalisir
resiko yang mungkin terjadi.
b. Dilihat dari segi sumber dana, sumber dana qardh berasal dari dana komersial atau
modal. sedangkan sumber dana Qardh Hasan berasal dari dana sosial yakni dana
sumbangan (grant), infaq, dan sadaqah

2.1.2. Dasar Hukum Qardh Hasan


a. Landasan Hukum Al-Qur’am dan Hadits
Dalil berlaku Qardhul Hasan terdapat pada al-Qur’an surat al-Hadiid ayat 11

‫ض ِعفَهۥُ لَهۥُ َولَ ٓۥهُ أَجْ ٌر َك ِري ٌم‬


َ ٰ ُ‫َّمن َذا ٱلَّ ِذى يُ ْق ِرضُ ٱهَّلل َ قَرْ ضًا َح َسنًا فَي‬

Artinya: “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah
akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala
yang banyak”

Yang menjadi landasan dalil dalam ayat ini adalah kita diseru untuk “meminjamkan kepada
Allah”, artinya untuk membelanjakan harta dijalan Allah. Selaras dengan meminjamkan
9

kepada Allah, kita juga diseru untuk “meminjamkan kepada sesama manusia”, sebagai bagian
dari kehidupan bermasyarakat.
Meminjamkan yang bermanfaat bagi sesama umat muslim yang menggunakan akad
qardh hasan juga termasuk dari ayat di atas. Pinjaman tersebut pada masa kini dapat berupa
modal usaha, seperti yang sudah ada di lembaga-lembaga yang memiliki program bantuan
pinjaman dana untuk masyarakat kurang mampu dengan menggunakan akad qardhl hasan.
Dan terdapat pula firman Allah yang menjadi landasan akad qardh hasan yaitu Surah
At-Taghabun ayat 17

‫ض ِع ْف ُه َل ُك ْم َو َي ْغفِرْ َل ُك ْم ۚ َوٱهَّلل ُ َش ُكو ٌر َحلِي ٌم‬ ۟ ‫إِن ُت ْقرض‬


َ ٰ ‫ُوا ٱهَّلل َ َقرْ ضًا َح َس ًنا ُي‬ ِ

Artinya: “Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah
melipatgandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas
Jasa lagi Maha Penyantun”
Dari sisi muqridh (orang yang memberikan utang), Islam menganjurkan kepada umatnya
untuk memberikan bantuan kepada orang lain yang membutuhkan dengan cara memberi
utang. Dari sisi muqtaridh, utang bukan perbuatan yang dilarang, melainkan dibolehkan
karena seseorang berutang dengan tujuan untuk memanfaatkan barang atau uang yang
diutangnya itu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan ia akan mengembalikannya persis
seperti yang diterimanya.
Sabda Rasulullah saw dalam memperbolehkan akad qardh terdapat dalam riwayat Ibnu
Mas’ud dan Anas bin Malik ra.

‫ْن‬ َ َّ‫ْن َمسْ عُو ٍد أَنَّ ال َّن ِبي‬


ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َقا َل َما ِمنْ مُسْ ل ٍِم ُي ْق ِرضُ مُسْ لِمًا َقرْ ضًا َمرَّ َتي‬ ِ ‫َعنْ اب‬
‫صدَ َق ِت َها َمرَّ ًة‬ َ ‫إِاَّل َك‬
َ ‫ان َك‬

Artinya: “Bukan seorang muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainnya) dua kali
kecuali yang satunya adalah (senilai) shadaqah” (HR. Ibnu Majah)
10

َ ‫ب ْا‬ ُ ُ ‫صلَّى هللاِ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َرأَي‬


‫لجنَّ ِة‬ ِ ‫ي بِي َعلَى بَا‬ ِ ‫ْت لَ ْيلَةَ أس‬
َ ‫ْر‬ َ ِ‫ال َرسُوْ ُل هللا‬ َ َ‫ك ق‬ ٍ ِ‫َس ب ِْن َمال‬ِ ‫ع َْن أَن‬
َ‫ض ُل ِمن‬ َ ‫ض أَ ْف‬
ِ ْ‫ت يَا ِجب ِْر ْي َل َما بَا ُل ْالقَر‬ُ ‫ص َدقَةُ بِ َع ْش ِر أَ ْمثَالِهَا َو ْالقَرْ ضُ بِثَ َمانِيَ ِة َع َش َر فَقُ ْل‬
َّ ‫َم ْكتُوْ با ً ال‬
‫ال ألَ َّن السَّا ئِ َل يَسْأ َ ُل َو ِع ْن َدهُ َو ْال ُم ْستَ ْق ِرضُ الَ يَ ْستَ ْق ِرضُ إِالَّ ِم ْن َحا َج ٍة‬
َ َ‫ص َدقَ ِة ق‬
َّ ‫ال‬

Artinya: “Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah berkata: aku melihat pada waktu malam
diisra’kan, pada pintu surga tertulis: sedekah dibalas sepuluh kali lipat dan qardh delapan
belas kali. Aku bertanya, Wahai jibril, mengapa qardh lebih utama dari sedekah? Ia
menjawab, karena peminta-minta sesuatu dan ia punya, sedangkan yang meminjam tidak
akan meminjam kecuali karena keperluan”. (HR Ibnu Majah dan Baihaqi)

b. Landasan Hukum Akad Qardh di Indonesia


Akad Qardh di Indonesia diatur pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005
tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan
Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, Qardh diartikan sebagai pinjam meminjam dana tanpa
imbalan dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus
atau cicilan dalam waktu tertentu. Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syari’ah (KHES)
Qardh adalah penyediaan dana atau tagihan antarlembaga keuangan syari’ah dengan pihak
peminjam yang mewajibkan pihak peminjam untuk melakukan pembayaran secara tunai atau
cicilan dalam jangka waktu tertentu. Menurut Fatwa DSN No. 19/DSN-MUI/IV/2001, Al-
Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh) yang memerlukan.
Nasabah Al-Qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah
disepakati bersama.

2.1.3. Rukun dan Syarat Akad Qardh


Rukun qardh menurut ulama Hanafiyah adalah ijab dan kabul. Sementara menurut
Jumhur ulama rukun Qardh ada tiga, yaitu:
1) dua orang yang berakad yang terdiri dari: muqridh (yang memberikan utang) dan
muqtaridh (orang yang berutang);
2) Qardh (barang atau objek yang dipinjamkan);
3) Shigat ijab dan kabul
Ketentuan dan syarat harta qardh dari segi kepemilikan berlaku ketentuan dan syarat al-
mabi’ (benda yang diperjualbelikan), yaitu harta yang di-qardh-kan harus milik muqridh
karena sifat al-tamlik-nya sama, yaitu harta qardh berpindah kepemilikannya dari milik
11

muqridh menjadi milik muqtaridh sehingga muqridh harus memiliki hak untuk memindahkan
kepemilikan barang yang di qardh-kan. Harta yang boleh dijadikan objek akad Qardh harus
harta yang miliknya yang disepakati ukurannya, baik secara kuantitas maupun kualitasnya.
Personalia akad (muqridh) harus termasuk pihak yang memiliki kemampuan untuk
melakukan tabarru’ karena akad qardh termasuk akad yang menyebabkan terjadinya
perpindahan kepemilikan objek akad tanpa disertai imbalan. Tidak boleh mengambil manfaat
dari akad ini meskipun sudah disetujui oleh kedua belah pihak.
Dalam Fatwa DSN MUI No. 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang AL-Qardh. Ketentuan
umum al-Qardh yaitu:
1) Al-Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah yang memerlukan
2) nasabah Al-Qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu
yang telah disepakati bersama.
3) Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.
4) LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang perlu.
5) Nasabah Al-Qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan sukarela kepada
LKS selama tidak diperjanjikan dalam akad.
6) Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada
saat yang telah di sepakati dan LKS memastikan ketidakmampuannya, LKS dapat:
a. Memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau
b. Menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya.
Dengan ketentuan lain, bahwasannya:
1) Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di
antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari’ah
setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2) Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
12

Secara ringkas mekanisme pinjaman dengan akad Qardh Hasan tertera pada gambar 2
berikut.
Gambar 2. Mekanisme Pembiayaan Akad Qardh Hasan

Keterangan:
(1) Pemberi pembiayaan (muqridh) menyepakati akad qardh hasan dengan penerima
pembiayaan (muqtaridh).
(2) Penerima pembiayaan menerima dan menjalankan usaha dengan dana pembiayaan.
(3) Jika memperoleh laba usaha, maka akan sepenuhnya diperoleh oleh penerima pembiayaan
(4) Dana pembiayaan akan dikembalikan kepada pemberi pembiayaan

2.2. Pengaruh Implementasi Akad Qardh Hasan bagi Masyarakat


2.2.1. Upaya Peningkatan Pendapatan Usaha Mustahik Zakat1
Penelitian mengenai akad qardh yang diterapkan di Lembaga Amil Zakat Dompet
Peduli Umat Daarut Tauhiid (DPU-DT) Cabang Bogor. Lembaga ini mempunyai program
untuk pengentasan kemiskinan yaitu Program Misykat (Micro Finance Berbasis Masyarakat)
dan PIKKa (Pemberdayaan Ibu Kepala Keluarga) di mana lembaga tersebut menggunakan
akad qardh dengan memberikannya khusus kepada para mustahik zakat, sehingga bisa
membantu para mustahik untuk meningkatkan perekonomiannya agar dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri tanpa bergantung kepada orang lain.
Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 50 orang mustahik yang mengajukan
pinjaman dengan akad qardh. Rentang pinjaman yang diajukan antara Rp. 200.000 – Rp.

1
Siti Patimah Sari, Pengaruh Pembiayaan Qardhul Hasan Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Mustahik
Zakat (Studi Kasus Dompet Peduli Umat Daarut Tauhid Cabang Bogor), Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam Vol. 4
No.1 Maret 2013, hal. 57 – 93.
13

1.000.000. ditemukan dalam penelitian ini bahwa terdapat perbedaan antara sebelum
mendapatkan pembiayaan qardh hasan dan setelah mendapat pembiayaan qardh hasan.
Sementara itu setelah mustahik mendapatkan pembiayaan qardh hasan, rata-rata
pendapatannya adalah sebesar Rp. 492.000,-
2.2.2. Efektifitas Pembiayaan Qardh Hasan bagi Perkembangan Usaha2
Penelitian ini dilakukan pada Baitul Maal Al-Amin Kota Malang. Program pembiayaan
qarḍh ḥasan pada Baitul Maal Al-Amin sudah berjalan kurang lebih tiga tahun. Memiliki
tujuan utama yakni pengentasan kemiskinan daerah Kelurahan Kedungkandang, memerangi
rentenir yang beredar di Kelurahan Kedungkandang, serta kesejahteraan yang bersifat
produktif. Pembiayaan qarḍh ḥasan Baitul Maal Al-Amin diperuntukkan bagi masyarakat
Kelurahan Kedungkandang yang tergolong mustahik. Pemberian dana maksimal Rp.
2.000.000,- dengan jangka waktu keterlambatan pembayaran angsuran selama tiga bulan.
Dana yang diterima Baitul Maal Al-Amin untuk pembiayaan qarḍh ḥasan pada tahun
2017 sebesar Rp. 607.684.000,- dengan pengeluaran dana untuk pembiayaan qarḍh ḥasan
sebesar Rp. 494.000.000,- ditemukan dalam penelitian jumlah persentase jumlah anggota
yang memiliki permasalahan dalam pelunasan angsuran adalah sebesar 14,85%. Kemudian
pembiayaan qarḍh ḥasan juga memiliki dampak positif bagi perkembangan usaha mikro
masyarakat Kedungkandang. Berdasarkan umpan balik dari responden, ditemukan
kesimpulan bahwa usahanya semakin berkembang. Hal ini dilihat dengan pendapatan yang
lebih meningkat dari sebelumnya, jumlah pelanggan yang semakin banyak, tenaga kerja yang
bertambah dan perluasan tempat usaha.
2.2.3. Evaluasi dan Optimalisasi Pinjaman Qardh Hasan
Penelitian tentang evaluasi terhadap risiko Non Performing Loan (NPL) sebanyak 115
orang nasabah Qardh Hasan di BNI Syariah Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dengan
menduga bahwa NPL pada nasabah qardh hasan terjadi dikarenakan determinasi dari faktor
karakter, referensi dan rekomendasi, payment (kemampuan nasabah mengembalikan
pinjaman yang dilihat dari rasio angsuran dengan pendapatan per bulan), serta purpose
(tujuan penggunaan pinjaman)3.
Ditemukan dalam penelitian ini bahwa karakter nasabah penerima Qardh Hasan di
Bank BNI Syariah Kantor Cabang Syariah Yogyakarta berpengaruh terhadap NPL (Non
2
Alficha Roby Vabella dkk. Efektifitas Pembiayaan Qardul Hasan Bagi Perkembangan Usaha Mikro Pada Baitul
Maal Al-Amin, Kedungkandang, Kota Malang, Islamic Economics Journal Volume 4 Nomor 2 Desember 2018,
hal 203 - 216
3
Muhammad Akhyar Adnan, Evaluasi Non Performing Loan (NPL) Pinjaman Qardhul Hasan (Studi Kasus di BNI
Syariah Cabang Yogyakarta), Jurnal JAAI Volume 10 No 2 Desember 2006, hal. 155 – 171.
14

Performing Loan), nasabah dengan karakter baik dapat menurunkan rasio NPL yang terjadi.
Semakin banyak nasabah dengan referensi yang jelas (informasinya objektif) semakin kecil
rasio NPL yang terjadi. Payment semakin baik apabila pendapatan yang semakin besar
dibandingkan dengan angsuran perbulan, hal tersebut akan menurunkan rasio NPL yang
terjadi. Tujuan penggunaan (Purpose) Qardh Hasan di Bank BNI Syariah Kantor Cabang
Syariah Yogyakarta tidak berpengaruh terhadap NPL (Non Performing Loan).
Ditemukan pula keakuratan analisis pinjaman qardh hasan oleh petugas BNI Syariah
Yogyakarta akan mengurangi potensi pinjaman qardh hasan yang macet. Adanya persepsi
masyarakat masih menilai bahwa qardh hasan merupakan produk sosial yang bersifat bantuan
seperti diberikan pemerintah kepada masyarakat merupakan faktor bias membuat qardh hasan
menjadi tidak lancar. Adanya persepsi BNI Syariah yang menganggap produk qardh hasan
merupakan produk sampingan, sehingga pengelolaannya belum dilakukan profesional.
Penelitian lainnya dilakukan pula pada implementasi akad qardh hasan pada Baitul
Maal wat Tamwil (BMT) Beringharjo Yogyakarta4. Lembaga ini menerapkan konsep zakat
produktif bukan charity (konsumtif) yang langsung habis pada saat itu. Konsep qardh hasan
pada dasarnya adalah akad pembiayaan, namun dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan.
Pada BMT ini konsep qardh hasan yang diimplementasikan tidak hanya memberikan fasilitas
berupa pendanaan terhadap nasabahnya, akan tetapi juga dalam bentuk barang yang sifatnya
hibah. Selain pendanaan dan pengadaan barang hibah pada akad ini juga terdapat fasilitas
pendampingan bagi para pengusaha.
Pendampingan ini bertujuan agar pelaksanaan dan pengawasan dapat berjalan sebagai
mana mestinya. Fasilitas pendampingan di BMT Beringharjo ini melalui pendekatan
kekeluargaan, dimana antara BMT dan nasabah adalah mitra yang saling bekerjasama.
Kerjasama ini dilakukan karena pada dasarnya profit bukan tujuan utamanya, sehingga
diharapkan bentuk kerjasama ini dapat mewujudkan tujuan utamanya yaitu memberdayakan
ekonomi masyarakat, khususnya mengubah status mustahik menjadi seorang muzaki.
Berdasarkan penelitian BMT Beringharjo membagi kategori pembiayaan qardh hasan
pada rentang Rp. 300.000 – Rp. 2.500.000,- dengan memperhatikan pengalaman usaha
dagang dari nasabah dan indikator keuntungan yang telah diperoleh. Permasalahan pada
implementasi pembiayaan qardh hasan ini antara lain SDM pendamping mitra, materi
pendampingan, dukungan dari internal keluarga nasabah, serta semakin banyak rentenir.

4
Ferry Khusnul Mubarok, Optimalisasi Produk Qardhul Hasan dalam Memberdayakan Ekonomi Umat, Jurnal
Akuntabel 16 (1), 2019, hal. 62 – 68
15

Strategi BMT Beringharjo Yogyakarta dalam mengoptimalkan program pemberdayaan


berbasis qardhul hasan, melalui beberapa langkah yang diantaranya: pertama, dalam hal
funding BMT ini melakukan beberapa strategi, berupa mengoptimalkan dana ZIS dari para
karyawan BMT dan masyarakat secara umum, menjaring perusahaan lain melalui dana
CSRnya, mengoptimalkan dana lain berupa wakaf uang. Kedua, dalam hal lending BMT ini
menerapkan konsep zakat produktif, dimana pemberdayaan tidak diberikan dalam bentuk
dana, melainkan juga dalam bentuk pengadaan barang dan pendampingan. Dalam hal
pendampingan BMT ini menerapkan strategi membentuk kelompok usaha, tidak menerapkan
usaha individual mengingat SDM yang terbatas, sehingga dalam melakukan pendampingan
satu pendamping untuk beberapa kelompok usaha, sehingga secara ekonomi dapat lebih
efektif dan efisien.
Ketiga, dalam hal penyampaian materi BM ini menerapkan pendekatan kekeluargaan,
jadi penyampaian materi tidak bersifat formal akan tetapi lebih menekankan pada interaksi
interpersonal berupa sharing pengalaman dan keluhan-keluhan. Keempat, pendamping juga
menyampakan materi-materi yang berkaitan dengan kekeluargaan, sehingga dengan adanya
pengetahuan menganai hal ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan para nasabah
dalam menghadapi masalah-masalah yang muncul dari lingkup keluarga. Kelima, untuk
meningkatkan dan memperluas usaha BMT ini menerapkan sistem pengklasifikasian
berdasarkan kemampuan berkembangnya usaha dan kapabilitas mitra. Keenam, BMT ini
menerapkan sikap istiqomah (konsisten) dalam menjalankan berbagai aktifitas.
2.3. Penyajian Akuntansi Atas Transaksi Akad Qardh Hasan Dalam Laporan
Keuangan
Unsur dasar penyajian akuntansi qardh hasan dalam laporan keuangan perbankan
syariah meliputi sumber penggunaan dan qardh hasan selama jangka waktu tertentu dan saldo
dana qardh hasan pada tanggal tertentu. Sumber dana qardh hasan berasal dari bank atau dari
luar bank. Sumber dana qardh hasan dari luar berasal dari infak dan shadaqah dari pemilik,
nasabah, atau pihak lainnya. Penggunaan dana qardh hasan meliputi pemberian pinjaman
baru selama jangka waktu tertentu dan pengembalian dana qardh hasan temporer yang
disediakan pihak lain. Saldo dana qardh hasan adalah dana qardh hasan yang belum
disalurkan pada tanggal tertentu.
Laporan sumber dan penggunaan dana qardh hasan tertera pada PSAK 101 dimana
laporan ini merupakan salah satu komponen Laporan Keuangan yang mencerminkan kegiatan
sosial suatu entitas. Kemudian laporan ini memberikan informasi agar para pemakai dapat
mengevaluasi aktivitas entitas dalam mengelola dana kebajikan.
16

Entitas menyajikan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan sebagai


komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan:
(a) sumber dana kebajikan berasal dari penerimaan:
(i) infak;
(ii) sedekah;
(iii) hasil pengelolaan wakaf sesuai dengan perundangundangan yang berlaku;
(iv) pengembalian dana kebajikan produktif;
(v) denda; dan
(vi) pendapatan nonhalal.
(b) penggunaan dana kebajikan untuk :
(i) dana kebajikan produktif
(ii) sumbangan; dan
(iii) penggunaan lainnya untuk kepentingan umum.
(c) kenaikan atau penurunan sumber dana kebajikan;
(d) saldo awal dana penggunaan dana kebajikan; dan
(e) saldo akhir dana penggunaan dana kebajikan.
Dalam buku Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Buku IV Akuntansi Syari‘ah, Bab I
mengenai Cakupan Akuntansi Syari‘ah, Pasal 796 juga mengatur bahwa pengungkapan dan
pengakuan tentang laporan sumber dana dan penggunaan dana qardh hasan, harus
menjelaskan:
a. Periode yang dicakup oleh laporan sumber dana dan penggunaan dana qardh hasan;
b. Rincian saldo qardhul hasan pada awal dan akhir periode berdasarkan sumbernya;
dan
c. Jumlah dana yang disalurkan dan sumber dana yang diterima selama periode laporan
berdasarkan jenisnya.
Sebagai contoh apabila laporan sumber dan penggunaan dana qardhul hasan disusun
secara skontro (t-account) maka laporan akan seperti ditunjukkan dalam tabel 2.1
Tabel 2.1. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardh Hasan Bank Rahmat
Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2020
Sumber Dana Penggunaan Dana
Saldo awal Rp. 100.000.000 Pengurangan, untuk:
Penambahan a. Pinjaman Rp. 85.000.000
a. Infaq Rp. 15.000.000 b. Sumbangan Rp. 15.000.000
b. Sadaqah Rp. 25.000.000 Jumlah Penggunaan Rp. 100.000.000
c. Denda Rp. 5.000.000 Saldo Akhir Rp. 60.000.000
d. Pendapatan Non Rp. 15.000.000 Total Penggunaan dan Rp. 160.000.000
halal saldo dana
17

Jumlah Sumber Dana Rp. 60.000.000


Total Dana Tersedia Rp. 160.000.000
Tabel 2.2. Jurnal yang dicatat oleh Pemberi Pembiayaan
Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit
Oktober 12 Dana Kebajikan–Kas 001 Rp. 45.000.000
2020 Dana Kebajikan–Infak / 002 Rp. 45.000.000
Sedekah / Hasil Wakaf
(menerima dana sumbangan
dari pihak eksternal sebesar
Rp. 45.000.000)
Oktober 27 Dana Kebajikan-kas 003 Rp. 100.000
2020 Dana Kebajikan - Denda 004 Rp. 100.000
/Pendapatan Non Halal
(Penerimaan dana dari denda
dan pendapatan Non halal
sebesar Rp. 100.000)
Novembe 30 Dana Kebajikan-Dana 005 Rp. 65.000.000
r 2020 Kebajikan Produktif
Dana Kebajikan-Kas 006 Rp. 65.000.000
(Pengeluaran dalam rangka
pengalokasian dana qardh
hasan sebesar Rp. 65.000.000)
Desember 17 Dana Kebajikan-Kas 007 Rp. 35.000.000
2020 Dana Kebajikan-Dana 008 Rp. 35.000.000
Kebajikan Produktif
(Penerimaan saat pelunasan
pinjaman qardh hasan sebesar
Rp. 35.000.000)

Tabel 2.3. Jurnal yang dicatat oleh Penerima Pembiayaan


Tanggal Keterangan Re Debit Kredit
f
November 30 Kas 00 Rp. 65.000.000
2020 1
Utang 00 Rp. 65.000.000
(Menerima uang 2
pinjaman sebesar Rp.
65.000.000)
November 30 Utang 00 Rp. 65.000.000
2022 3
Kas 00 Rp. 65.000.000
4
(Pelunasan uang
pinjaman sebesar Rp.
65.000.000I

Untuk pemahaman lebih mendalam, berikut ini akan disajikan contoh pencatatan
akuntansi qardhul hasan. Pelaporan qardh hasan disajikan tersendiri dalam laporan sumber
dan penggunaan dana qardh hasan karena dana tersebut bukan aset perusahaan. Oleh sebab
18

itu, seluruhnya dicatat dalam jurnal dengan akun dana kebajikan dan diposting ke buku besar
pembantu atas dana kebajikan berdasarkan jenis dana kebajikan yang diterima atau yang
dikeluarkan, tabel 2.2 dan 2.3 adalah contoh transaksi dan pencatatan akuntansi qardh hasan
yang disajikan dalam bentuk jurnal.
Perlakuan akuntansi bila terjadi penerimaan dana kebajikan diakui sebagai kewajiban
dan diakui sebagai pengurang kewajiban ketika disalurkan, kemudian dana kebajikan
disajikan sebagai kewajiban paling likuid. Hal-hal yang harus diungkap dalam laporan dana
kebajikan antara lain sumber dana kebajikan, kebijakan penyaluran dana kebajikan kepada
masing-masing penerima, proporsi dana yang disalurkan untuk masing-masing penerima
dana kebajikan, alasan terjadinya dan penggunaan atas penerimaan nonhalal, serta
pengungkapan lainnya.
19

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Qardhul Hasan (selanjutnya dalam makalah ini disebut qardh hasan) merupakan salah
satu ciri pembeda antara bank syariah dengan bank konvensional yang di dalamnya
terkandung misi sosial, di samping misi komersial. Hal ini selaras dengan salah satu langkah
penting atau penajaman fokus kebijakan dalam program pemberdayaan ekonomi rakyat, yang
mana sasaran strategis pengembangan perbankan syariah dilakukan dengan optimalisasi
fungsi sosial bank syariah dalam memfasilitasi sektor sosial (voluntary). Tingginya potensi
sumber dan pemanfaatan dana qardh hasan pada perbankan syariah, maka akuntansi dalam
transaksi-transaksinya juga sangat dibutuhkan untuk semua pihak baik internal bank syariah
sendiri maupun kalangan eksternal bank syariah.

Qardh Hasan yaitu jenis pinjaman yang diberikan kepada pihak yang sangat
memerlukan untuk jangka waktu tertentu tanpa harus membayar bunga atau keuntungan.
Penerima Qardhul Hasan hanya berkewajiban melunasi jumlah pinjaman pokok tanpa
diharuskan memberikan tambahan apapun. Namun penerima pinjaman boleh saja atas
kebijakannya sendiri membayar lebih dari uang yang dipinjamnya sebagai tanda terima kasih
kepada pemberi pinjaman. Tetapi hal tersebut tidak boleh diperjanjikan sebelumnya di muka.

Dalil berlaku Qardhul Hasan terdapat pada al-Qur’an surat al-Hadiid ayat 11 dan Surah
At-Taghabun ayat 17 serta hadits Rasulullah yang bersanad pada Anas bin Malik dan Ibnu
Mas’ud. Perlakuan akuntansi bila terjadi penerimaan dana kebajikan diakui sebagai
kewajiban dan diakui sebagai pengurang kewajiban ketika disalurkan, kemudian dana
kebajikan disajikan sebagai kewajiban paling likuid. Hal-hal yang harus diungkap dalam
laporan dana kebajikan antara lain sumber dana kebajikan, kebijakan penyaluran dana
kebajikan kepada masing-masing penerima, proporsi dana yang disalurkan untuk masing-
masing penerima dana kebajikan, alasan terjadinya dan penggunaan atas penerimaan
nonhalal, serta pengungkapan lainnya
20

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Muhammad Akhyar. 2006. Evaluasi Non Performing Loan (NPL) Pinjaman Qardhul
Hasan (Studi Kasus di BNI Syariah Cabang Yogyakarta), Jurnal JAAI Volume 10 No 2
Desember 2006.

Alficha Roby Vabella dkk. 2018. Efektifitas Pembiayaan Qardul Hasan Bagi Perkembangan
Usaha Mikro Pada Baitul Maal Al-Amin, Kedungkandang, Kota Malang. Islamic
Economics Journal Volume 4 Nomor 2 Desember 2018.

Ana Kadarningsih dkk. 2017. Penyajian Penyajian Akuntansi Qardhul Hasan dalam Laporan
Keuangan Perbankan Syariah. Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia Volume VII No 1
Juni 2017/1438 H.

Antonio, Muhammad Syafii. 2001. Bank Syariah: Dari Teori dan Praktik. Jakarta: Penerbit
Gema Insani

Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 2007. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan: ED


No. 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah Revisi 2007 Cetakan Kedua Juni 2009.
Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia

Falikhatun dkk. 2016. Menelisik Makna Pembiayaan Qardhul Hasan Dan Implementasinya
Pada Perbankan Syariah Di Indonesia. Jurnal Keuangan dan Perbankan Volume 20 No
1 Januari 2016

Febri Annisa Sukma dkk. 2019. Konsep Dan Implementasi Akad Qardhul Hasan Pada
Perbankan Syariah Dan Manfaatnya. Amwaluna: Jurnal Ekonomi dan Keuangan
Syariah Vol. 3 No 2 Juli 2019.

Harkaneri dan Hana Refisa. 2018 Pendapatan Non Halal Sebagai Sumber dan Penggunaan
Qardhul Hasan Dalam Perspektif Islam. Syarikat: Jurnal Rumpun Ekonomi Syariah
Volume 1 Nomor 2, Desember 2018

Mubarok, Ferry Khusnul. 2019. Optimalisasi Produk Qardhul Hasan dalam Memberdayakan
Ekonomi Umat. Jurnal Akuntabel 16 (1) 2019.
21

Nurhayati, Siti dan Wasilah. (2015). Akuntansi Syariah di Indonesia. Edisi 4. Jakarta:
Salemba Empat

Prasetyowati, Riris Aishah. 2017. Persepsi Bank-Bank Syariah Terhadap Produk Qardhul
Hasan di Indonesia. Jurnal Manajemen Volume 8 No 2 Desember 2017.

Sari, Siti Patimah. 2013. Pengaruh Pembiayaan Qardhul Hasan Terhadap Peningkatan
Pendapatan Usaha Mustahik Zakat (Studi Kasus Dompet Peduli Umat Daarut Tauhid
Cabang Bogor), Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam Vol. 4 No.1 Maret 2013.

Otoritas Jasa Keuangan. 2020. Statistik Perbankan Syariah Bulan Juli 2020. www.ojk.go.id

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan


Penyaluran Dana Bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
Syariah

Fatwa DSN MUI No. 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang AL-Qardh

Anda mungkin juga menyukai