Qardh Hasan
Qardh Hasan
Oleh
AS’AD ASYHAR FATHONI
NIM. 17015034
PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA
PROGRAM STUDI MAGISTER EKONOMI SYARIAH
2020
2
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam yang memiliki pengetahuan dan kuasa atas
segala sesuatu. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada makhluk paling agung
Rasulullah Muhammad saw, beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga hari akhir.
Makalah ini disusun mengangkat tema Akuntansi pada Akad Qardh Hasan. Qardh
Hasan diambil sebagai tema pembahasan karena potensi yang sangat besar untuk optimalisasi
penggunaannya. Qardh hasan sebagai salah satu instrumen keuangan dalam sistem ekonomi
Islam yang bertujuan untuk membantu (tabarru’) masyarakat yang belum bisa mengakses
produk keuangan karena keterbatasan kapabilitas sebagai nasabah yang bankable.
Makalah ini mengangkat pembahasan bagaimana konsep qardh hasan dari definisi
hingga mekanisme atau alur kerjanya. Kemudian dipaparkan pula hasil penelitian yang telah
melihat secara langsung implementasi transaksi qardh hasan pada institusi keuangan baik
bank dan non bank, begitu pula pengaruh dan saran optimalisasi penyaluran dana qardh
hasan. Pada pembahasan terakhir akan diberikan detil penyajian akuntansi akad qardh hasan
dalam penyusunan laporan keuangan suatu entitas.
Selanjutnya penulis mengucapkan beribu kata terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah yang sederhana ini. Kepada para peneliti yang
telah memberikan akses kepada penelitian yang dilakukan. Dan penulis menyadari bahwa
makalah yang tersusun ini adalah makalah sederhana yang perlu mendapat saran akademik
lanjutan. Penulis berharap makalah ini memberikan manfaat dan khazanah keilmuan bagi
para pembaca.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Grafik 1. Perkembangan Kegiatan Pembiayaan dengan Akad Qardh pada Bank Umum
Syariah, Unit Usaha Syariah dan BPRS
Periode Juli 2019 - Juli 2020
dalam Miliar Rupiah
250.00
150.00
Jul '19 Agt '19 Sept Okt '19 Nov Des Jan '20 Feb Mar Apr '20 Mei Jun '19 Jul '20
'19 '19 '19 '20 '20 '20
11,500
11,000
10,500
dalam Miliar Rupiah
10,000
9,500
9,000
8,500
8,000
Jul '19 Agt Sept Okt Nov Des Jan '20 Feb Mar Apr Mei Jun '19 Jul '20
'19 '19 '19 '19 '19 '20 '20 '20 '20
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bulan Juli 2020, Otoritas Jasa Keuangan
Tingginya potensi sumber dan pemanfaatan dana qardh hasan pada perbankan syariah, maka
akuntansi dalam transaksi-transaksinya juga sangat dibutuhkan untuk semua pihak baik
internal bank syariah sendiri maupun kalangan eksternal bank syariah. Sebagai bukti
responsibility serta keakuntabilitasan perbankan syariah.
Dalam makalah ini penulis ingin menitikberatkan pada beberapa hal yang terkait pada pokok
pembahasan mengenai implementasi pembiayaan menggunakan akad qardh hasan dan
penyajian akuntansinya.
6
BAB II
PEMBAHASAN
c. Pelatihan usaha/bisnis online bagi para imam masjid, penjaga masjid, santri, dan
huffadz.
Qardh yang diperlukan untuk membantu usaha sangat kecil dan keperluan sosial, dapat
bersumber dari dana zakat, infaq, dan sadaqah. Qardh Hasan juga dikhususkan untuk
membantu memberikan pinjaman kepada usaha-usaha pada sektor kecil yang umumnya
mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya. Pemberian pinjaman tunai untuk
Qardh Hasan tanpa dikenakan biaya apapun kecuali biaya administrasi berupa segala biaya
yang diperlukan untuk sahnya perjanjian utang. Seperti bea materai, bea akta notaris, bea
studi kelayakan, dan sebagainya.
Perbedaan Qardh dan Qardh Hasan
a. Qardh adalah pemberian pinjaman kepada orang lain yang dapat ditagih kembali,
sedangkan Qardh Hasan pemberian pinjaman kepada orang lain, dimana peminjam
tidak diharuskan mengembalikan pokoknya apabila dirasakan benar-benar peminjam
tidak mampu untuk mengembalikannya. Sehingga Qardh Hasan ini dianggap
sadaqah. Walaupun pada prinsipnya bukanlah produk yang profitable namun tetap
harus diperhatikan sistem dari produk ini agar lebih optimal dan meminimalisir
resiko yang mungkin terjadi.
b. Dilihat dari segi sumber dana, sumber dana qardh berasal dari dana komersial atau
modal. sedangkan sumber dana Qardh Hasan berasal dari dana sosial yakni dana
sumbangan (grant), infaq, dan sadaqah
Artinya: “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah
akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala
yang banyak”
Yang menjadi landasan dalil dalam ayat ini adalah kita diseru untuk “meminjamkan kepada
Allah”, artinya untuk membelanjakan harta dijalan Allah. Selaras dengan meminjamkan
9
kepada Allah, kita juga diseru untuk “meminjamkan kepada sesama manusia”, sebagai bagian
dari kehidupan bermasyarakat.
Meminjamkan yang bermanfaat bagi sesama umat muslim yang menggunakan akad
qardh hasan juga termasuk dari ayat di atas. Pinjaman tersebut pada masa kini dapat berupa
modal usaha, seperti yang sudah ada di lembaga-lembaga yang memiliki program bantuan
pinjaman dana untuk masyarakat kurang mampu dengan menggunakan akad qardhl hasan.
Dan terdapat pula firman Allah yang menjadi landasan akad qardh hasan yaitu Surah
At-Taghabun ayat 17
Artinya: “Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah
melipatgandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas
Jasa lagi Maha Penyantun”
Dari sisi muqridh (orang yang memberikan utang), Islam menganjurkan kepada umatnya
untuk memberikan bantuan kepada orang lain yang membutuhkan dengan cara memberi
utang. Dari sisi muqtaridh, utang bukan perbuatan yang dilarang, melainkan dibolehkan
karena seseorang berutang dengan tujuan untuk memanfaatkan barang atau uang yang
diutangnya itu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan ia akan mengembalikannya persis
seperti yang diterimanya.
Sabda Rasulullah saw dalam memperbolehkan akad qardh terdapat dalam riwayat Ibnu
Mas’ud dan Anas bin Malik ra.
Artinya: “Bukan seorang muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainnya) dua kali
kecuali yang satunya adalah (senilai) shadaqah” (HR. Ibnu Majah)
10
Artinya: “Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah berkata: aku melihat pada waktu malam
diisra’kan, pada pintu surga tertulis: sedekah dibalas sepuluh kali lipat dan qardh delapan
belas kali. Aku bertanya, Wahai jibril, mengapa qardh lebih utama dari sedekah? Ia
menjawab, karena peminta-minta sesuatu dan ia punya, sedangkan yang meminjam tidak
akan meminjam kecuali karena keperluan”. (HR Ibnu Majah dan Baihaqi)
muqridh menjadi milik muqtaridh sehingga muqridh harus memiliki hak untuk memindahkan
kepemilikan barang yang di qardh-kan. Harta yang boleh dijadikan objek akad Qardh harus
harta yang miliknya yang disepakati ukurannya, baik secara kuantitas maupun kualitasnya.
Personalia akad (muqridh) harus termasuk pihak yang memiliki kemampuan untuk
melakukan tabarru’ karena akad qardh termasuk akad yang menyebabkan terjadinya
perpindahan kepemilikan objek akad tanpa disertai imbalan. Tidak boleh mengambil manfaat
dari akad ini meskipun sudah disetujui oleh kedua belah pihak.
Dalam Fatwa DSN MUI No. 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang AL-Qardh. Ketentuan
umum al-Qardh yaitu:
1) Al-Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah yang memerlukan
2) nasabah Al-Qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu
yang telah disepakati bersama.
3) Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.
4) LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang perlu.
5) Nasabah Al-Qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan sukarela kepada
LKS selama tidak diperjanjikan dalam akad.
6) Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada
saat yang telah di sepakati dan LKS memastikan ketidakmampuannya, LKS dapat:
a. Memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau
b. Menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya.
Dengan ketentuan lain, bahwasannya:
1) Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di
antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari’ah
setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2) Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
12
Secara ringkas mekanisme pinjaman dengan akad Qardh Hasan tertera pada gambar 2
berikut.
Gambar 2. Mekanisme Pembiayaan Akad Qardh Hasan
Keterangan:
(1) Pemberi pembiayaan (muqridh) menyepakati akad qardh hasan dengan penerima
pembiayaan (muqtaridh).
(2) Penerima pembiayaan menerima dan menjalankan usaha dengan dana pembiayaan.
(3) Jika memperoleh laba usaha, maka akan sepenuhnya diperoleh oleh penerima pembiayaan
(4) Dana pembiayaan akan dikembalikan kepada pemberi pembiayaan
1
Siti Patimah Sari, Pengaruh Pembiayaan Qardhul Hasan Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Mustahik
Zakat (Studi Kasus Dompet Peduli Umat Daarut Tauhid Cabang Bogor), Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam Vol. 4
No.1 Maret 2013, hal. 57 – 93.
13
1.000.000. ditemukan dalam penelitian ini bahwa terdapat perbedaan antara sebelum
mendapatkan pembiayaan qardh hasan dan setelah mendapat pembiayaan qardh hasan.
Sementara itu setelah mustahik mendapatkan pembiayaan qardh hasan, rata-rata
pendapatannya adalah sebesar Rp. 492.000,-
2.2.2. Efektifitas Pembiayaan Qardh Hasan bagi Perkembangan Usaha2
Penelitian ini dilakukan pada Baitul Maal Al-Amin Kota Malang. Program pembiayaan
qarḍh ḥasan pada Baitul Maal Al-Amin sudah berjalan kurang lebih tiga tahun. Memiliki
tujuan utama yakni pengentasan kemiskinan daerah Kelurahan Kedungkandang, memerangi
rentenir yang beredar di Kelurahan Kedungkandang, serta kesejahteraan yang bersifat
produktif. Pembiayaan qarḍh ḥasan Baitul Maal Al-Amin diperuntukkan bagi masyarakat
Kelurahan Kedungkandang yang tergolong mustahik. Pemberian dana maksimal Rp.
2.000.000,- dengan jangka waktu keterlambatan pembayaran angsuran selama tiga bulan.
Dana yang diterima Baitul Maal Al-Amin untuk pembiayaan qarḍh ḥasan pada tahun
2017 sebesar Rp. 607.684.000,- dengan pengeluaran dana untuk pembiayaan qarḍh ḥasan
sebesar Rp. 494.000.000,- ditemukan dalam penelitian jumlah persentase jumlah anggota
yang memiliki permasalahan dalam pelunasan angsuran adalah sebesar 14,85%. Kemudian
pembiayaan qarḍh ḥasan juga memiliki dampak positif bagi perkembangan usaha mikro
masyarakat Kedungkandang. Berdasarkan umpan balik dari responden, ditemukan
kesimpulan bahwa usahanya semakin berkembang. Hal ini dilihat dengan pendapatan yang
lebih meningkat dari sebelumnya, jumlah pelanggan yang semakin banyak, tenaga kerja yang
bertambah dan perluasan tempat usaha.
2.2.3. Evaluasi dan Optimalisasi Pinjaman Qardh Hasan
Penelitian tentang evaluasi terhadap risiko Non Performing Loan (NPL) sebanyak 115
orang nasabah Qardh Hasan di BNI Syariah Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dengan
menduga bahwa NPL pada nasabah qardh hasan terjadi dikarenakan determinasi dari faktor
karakter, referensi dan rekomendasi, payment (kemampuan nasabah mengembalikan
pinjaman yang dilihat dari rasio angsuran dengan pendapatan per bulan), serta purpose
(tujuan penggunaan pinjaman)3.
Ditemukan dalam penelitian ini bahwa karakter nasabah penerima Qardh Hasan di
Bank BNI Syariah Kantor Cabang Syariah Yogyakarta berpengaruh terhadap NPL (Non
2
Alficha Roby Vabella dkk. Efektifitas Pembiayaan Qardul Hasan Bagi Perkembangan Usaha Mikro Pada Baitul
Maal Al-Amin, Kedungkandang, Kota Malang, Islamic Economics Journal Volume 4 Nomor 2 Desember 2018,
hal 203 - 216
3
Muhammad Akhyar Adnan, Evaluasi Non Performing Loan (NPL) Pinjaman Qardhul Hasan (Studi Kasus di BNI
Syariah Cabang Yogyakarta), Jurnal JAAI Volume 10 No 2 Desember 2006, hal. 155 – 171.
14
Performing Loan), nasabah dengan karakter baik dapat menurunkan rasio NPL yang terjadi.
Semakin banyak nasabah dengan referensi yang jelas (informasinya objektif) semakin kecil
rasio NPL yang terjadi. Payment semakin baik apabila pendapatan yang semakin besar
dibandingkan dengan angsuran perbulan, hal tersebut akan menurunkan rasio NPL yang
terjadi. Tujuan penggunaan (Purpose) Qardh Hasan di Bank BNI Syariah Kantor Cabang
Syariah Yogyakarta tidak berpengaruh terhadap NPL (Non Performing Loan).
Ditemukan pula keakuratan analisis pinjaman qardh hasan oleh petugas BNI Syariah
Yogyakarta akan mengurangi potensi pinjaman qardh hasan yang macet. Adanya persepsi
masyarakat masih menilai bahwa qardh hasan merupakan produk sosial yang bersifat bantuan
seperti diberikan pemerintah kepada masyarakat merupakan faktor bias membuat qardh hasan
menjadi tidak lancar. Adanya persepsi BNI Syariah yang menganggap produk qardh hasan
merupakan produk sampingan, sehingga pengelolaannya belum dilakukan profesional.
Penelitian lainnya dilakukan pula pada implementasi akad qardh hasan pada Baitul
Maal wat Tamwil (BMT) Beringharjo Yogyakarta4. Lembaga ini menerapkan konsep zakat
produktif bukan charity (konsumtif) yang langsung habis pada saat itu. Konsep qardh hasan
pada dasarnya adalah akad pembiayaan, namun dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan.
Pada BMT ini konsep qardh hasan yang diimplementasikan tidak hanya memberikan fasilitas
berupa pendanaan terhadap nasabahnya, akan tetapi juga dalam bentuk barang yang sifatnya
hibah. Selain pendanaan dan pengadaan barang hibah pada akad ini juga terdapat fasilitas
pendampingan bagi para pengusaha.
Pendampingan ini bertujuan agar pelaksanaan dan pengawasan dapat berjalan sebagai
mana mestinya. Fasilitas pendampingan di BMT Beringharjo ini melalui pendekatan
kekeluargaan, dimana antara BMT dan nasabah adalah mitra yang saling bekerjasama.
Kerjasama ini dilakukan karena pada dasarnya profit bukan tujuan utamanya, sehingga
diharapkan bentuk kerjasama ini dapat mewujudkan tujuan utamanya yaitu memberdayakan
ekonomi masyarakat, khususnya mengubah status mustahik menjadi seorang muzaki.
Berdasarkan penelitian BMT Beringharjo membagi kategori pembiayaan qardh hasan
pada rentang Rp. 300.000 – Rp. 2.500.000,- dengan memperhatikan pengalaman usaha
dagang dari nasabah dan indikator keuntungan yang telah diperoleh. Permasalahan pada
implementasi pembiayaan qardh hasan ini antara lain SDM pendamping mitra, materi
pendampingan, dukungan dari internal keluarga nasabah, serta semakin banyak rentenir.
4
Ferry Khusnul Mubarok, Optimalisasi Produk Qardhul Hasan dalam Memberdayakan Ekonomi Umat, Jurnal
Akuntabel 16 (1), 2019, hal. 62 – 68
15
Untuk pemahaman lebih mendalam, berikut ini akan disajikan contoh pencatatan
akuntansi qardhul hasan. Pelaporan qardh hasan disajikan tersendiri dalam laporan sumber
dan penggunaan dana qardh hasan karena dana tersebut bukan aset perusahaan. Oleh sebab
18
itu, seluruhnya dicatat dalam jurnal dengan akun dana kebajikan dan diposting ke buku besar
pembantu atas dana kebajikan berdasarkan jenis dana kebajikan yang diterima atau yang
dikeluarkan, tabel 2.2 dan 2.3 adalah contoh transaksi dan pencatatan akuntansi qardh hasan
yang disajikan dalam bentuk jurnal.
Perlakuan akuntansi bila terjadi penerimaan dana kebajikan diakui sebagai kewajiban
dan diakui sebagai pengurang kewajiban ketika disalurkan, kemudian dana kebajikan
disajikan sebagai kewajiban paling likuid. Hal-hal yang harus diungkap dalam laporan dana
kebajikan antara lain sumber dana kebajikan, kebijakan penyaluran dana kebajikan kepada
masing-masing penerima, proporsi dana yang disalurkan untuk masing-masing penerima
dana kebajikan, alasan terjadinya dan penggunaan atas penerimaan nonhalal, serta
pengungkapan lainnya.
19
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Qardhul Hasan (selanjutnya dalam makalah ini disebut qardh hasan) merupakan salah
satu ciri pembeda antara bank syariah dengan bank konvensional yang di dalamnya
terkandung misi sosial, di samping misi komersial. Hal ini selaras dengan salah satu langkah
penting atau penajaman fokus kebijakan dalam program pemberdayaan ekonomi rakyat, yang
mana sasaran strategis pengembangan perbankan syariah dilakukan dengan optimalisasi
fungsi sosial bank syariah dalam memfasilitasi sektor sosial (voluntary). Tingginya potensi
sumber dan pemanfaatan dana qardh hasan pada perbankan syariah, maka akuntansi dalam
transaksi-transaksinya juga sangat dibutuhkan untuk semua pihak baik internal bank syariah
sendiri maupun kalangan eksternal bank syariah.
Qardh Hasan yaitu jenis pinjaman yang diberikan kepada pihak yang sangat
memerlukan untuk jangka waktu tertentu tanpa harus membayar bunga atau keuntungan.
Penerima Qardhul Hasan hanya berkewajiban melunasi jumlah pinjaman pokok tanpa
diharuskan memberikan tambahan apapun. Namun penerima pinjaman boleh saja atas
kebijakannya sendiri membayar lebih dari uang yang dipinjamnya sebagai tanda terima kasih
kepada pemberi pinjaman. Tetapi hal tersebut tidak boleh diperjanjikan sebelumnya di muka.
Dalil berlaku Qardhul Hasan terdapat pada al-Qur’an surat al-Hadiid ayat 11 dan Surah
At-Taghabun ayat 17 serta hadits Rasulullah yang bersanad pada Anas bin Malik dan Ibnu
Mas’ud. Perlakuan akuntansi bila terjadi penerimaan dana kebajikan diakui sebagai
kewajiban dan diakui sebagai pengurang kewajiban ketika disalurkan, kemudian dana
kebajikan disajikan sebagai kewajiban paling likuid. Hal-hal yang harus diungkap dalam
laporan dana kebajikan antara lain sumber dana kebajikan, kebijakan penyaluran dana
kebajikan kepada masing-masing penerima, proporsi dana yang disalurkan untuk masing-
masing penerima dana kebajikan, alasan terjadinya dan penggunaan atas penerimaan
nonhalal, serta pengungkapan lainnya
20
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Muhammad Akhyar. 2006. Evaluasi Non Performing Loan (NPL) Pinjaman Qardhul
Hasan (Studi Kasus di BNI Syariah Cabang Yogyakarta), Jurnal JAAI Volume 10 No 2
Desember 2006.
Alficha Roby Vabella dkk. 2018. Efektifitas Pembiayaan Qardul Hasan Bagi Perkembangan
Usaha Mikro Pada Baitul Maal Al-Amin, Kedungkandang, Kota Malang. Islamic
Economics Journal Volume 4 Nomor 2 Desember 2018.
Ana Kadarningsih dkk. 2017. Penyajian Penyajian Akuntansi Qardhul Hasan dalam Laporan
Keuangan Perbankan Syariah. Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia Volume VII No 1
Juni 2017/1438 H.
Antonio, Muhammad Syafii. 2001. Bank Syariah: Dari Teori dan Praktik. Jakarta: Penerbit
Gema Insani
Falikhatun dkk. 2016. Menelisik Makna Pembiayaan Qardhul Hasan Dan Implementasinya
Pada Perbankan Syariah Di Indonesia. Jurnal Keuangan dan Perbankan Volume 20 No
1 Januari 2016
Febri Annisa Sukma dkk. 2019. Konsep Dan Implementasi Akad Qardhul Hasan Pada
Perbankan Syariah Dan Manfaatnya. Amwaluna: Jurnal Ekonomi dan Keuangan
Syariah Vol. 3 No 2 Juli 2019.
Harkaneri dan Hana Refisa. 2018 Pendapatan Non Halal Sebagai Sumber dan Penggunaan
Qardhul Hasan Dalam Perspektif Islam. Syarikat: Jurnal Rumpun Ekonomi Syariah
Volume 1 Nomor 2, Desember 2018
Mubarok, Ferry Khusnul. 2019. Optimalisasi Produk Qardhul Hasan dalam Memberdayakan
Ekonomi Umat. Jurnal Akuntabel 16 (1) 2019.
21
Nurhayati, Siti dan Wasilah. (2015). Akuntansi Syariah di Indonesia. Edisi 4. Jakarta:
Salemba Empat
Prasetyowati, Riris Aishah. 2017. Persepsi Bank-Bank Syariah Terhadap Produk Qardhul
Hasan di Indonesia. Jurnal Manajemen Volume 8 No 2 Desember 2017.
Sari, Siti Patimah. 2013. Pengaruh Pembiayaan Qardhul Hasan Terhadap Peningkatan
Pendapatan Usaha Mustahik Zakat (Studi Kasus Dompet Peduli Umat Daarut Tauhid
Cabang Bogor), Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam Vol. 4 No.1 Maret 2013.
Otoritas Jasa Keuangan. 2020. Statistik Perbankan Syariah Bulan Juli 2020. www.ojk.go.id