Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Di antara berbagai kelainan bawaan (congenital anomaly) yang ada, penyakit
jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan yang sering ditemukan. Di amerika
serikat, insidens penyakit jantung bawaan sekitar 8 – 10 dari 1000 kelahiran
hidup, dengan sepertiga di antaranya bermanifestasi sebagai kondisi kritis pada
tahun pertama kehidupan dan 50% dari kegawatan pada bulan pertama
kehidupan berakhir dengan kematian penderita. Di indonesia, dengan populasi
lebih dari 200 juta penduduk dan angka kelahiran hidup 2%, diperkirakan
terdapat sekitar 30.000 penderita.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata ajar Keperawatan Anak
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami pengertian Atrium
Septal Defect
b. Agar mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami etiologi Atrium
Septal Defect
c. Agar mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami manifestasi klinis
Atrium Septal Defect
d. Agar mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami komplikasi Atrium
Septal Defect
e. Agar mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami pemeriksaan
diagnostik Atrium Septal Defect

Akademi Keperawatan Harum JakartaPage 1


f. Agar mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami patofisiologi Atrium
Septal Defect
g. Agar mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami asuhan keperawatan
pada anak dengan gangguan Atrium Septal Defect

C. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup makalah ini penulis membahas tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Anak Dengan Atrium Septal Defect”.

D. Metode Penulisan
Metode penulisan dalam pembuatan makalah ini menggunakan studi
kepustakaan dan buku berhubungan dengan judul tersebut yang kiranya dapat
dijadikan panduan dalam penyusunan makalah ini.

E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ilmiah ini adalah dengan
menggunakan metode penyusunan yang terdiri dari 3 BAB yaitu :
Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,
ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan
Bab II : Tinjauan teoritis yang terdiri dari Pengertian, Anatomi
Fisiologi Kardiovaskuler, Macam-macam Defek, Etiologi,
Patofisiologi, Pathway, Manifestasi klinis, Komplikasi,
Pemeriksaan Diagnostic dan Penatalaksanaan
Bab III : Asuhan Keperawatan yang terdiri dari Pengkajian, Diagnosa
Keperawatan, Intervensi dan Evaluasi
Bab IV : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II

Akademi Keperawatan Harum JakartaPage 2


TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Atrium Septal Defect (ASD) adalah penyakit jantung bawaan berupa lubang
(defek) pada septum interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi karena
kegagalan fungsi septum interatrial semasa janin. Atrial Septal Defect (ASD)
adalah suatu lubang pada dinding (septum) yang memisahkan jantung bagian
atas (atrium kiri dan atrium kanan).
Kelainan jantung ini mirip seperti Ventrikel Septal Defect (VSD), tetapi letak
kebocoran di septum antara serambi kiri dan kanan. Kelainan ini menimbulkan
keluhan yang lebih ringan dibanding VSD.
Atrial Septal Defect (ASD) adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada
sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan jantung bawaan
yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium.
Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara serambi jantung kanan
dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat. Defek ini dapat
berupa defek sinus venousus di dekat muara vena kava superior, foramen ovale
terbuka pada umumnya menutup spontan setelah kelahiran, defek septum
sekundum yaitu kegagalan pembentukan septum sekundum dan defek septum
primum adalah kegagalan penutupan septum primum yang letaknya dekat sekat
antar bilik atau pada bantalan endokard.

B. Anatomi Fisiologi Kardiovaskuler


1. Jantung
Jantung merupakan sebuah organ muskuler berongga yang terdiri dari otot-
otot. Otot jantung merupakan jaringan istimewa karena jika dilihat dari
bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang, dan cara kerjanya
dipengaruhi oleh susunan saraf otonom atau diluar kemauan.

Akademi Keperawatan Harum JakartaPage 3


Bentuk jantung menyerupai jantung pisang bagian atasnya tumpul (pangkal
jantung) yang disebut juga basis kordis, disebelah bawah agak runcing yang
disebut apeks cordis. Jantung terletak dirongga dada sebelah depan (cavum
mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada,
diatas diafragma, dan pangkalnya terdapat dibelakang kiri antara costa V
dan VI, dua jari dibawah papila mamae. Pada tempat ini teraba adanya
denyutan jantung yang disebut iktuscordis. Ukuran jantung + sebesar
genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250 – 300 gram.
2. Lapisan Jantung
(Menurut Syaifiuddin 2006 hal, 122) lapisan jantung terdiri dari 3 lapisan:
a. Perikardium
Lapisan ini merupakan lapisan terluar dari jantung yang merupakan
selaput pembungkus, yang terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan parietal
dan viseral yang bertemu di pangkal jantung membentuk kantung
jantung.
b. Miokardium
Lapisan ini merupakan lapisan inti dari jantung yang terdiri dari otot-
otot jantung, otot jantung ini membentuk bundalan-bundalan otot yaitu :
1) Bundalan otot atria, yang terdapat dibagian kiri atau kanan dari basis
cordis yang membentuk serambi atau aurikula cordis.
2) Bundalan otot ventrikel, yang membentuk bilik jantung, yang dimulai
dari cincin atrio ventikuler sampai di apeks jantung.
3) Bundalan otot atrio ventrikuler, merupakan dinding pemisah antara
serambi dan bilik jantung
c. Endokardium
Merupakan lapisan jantung yang terdapat disebelah dalam yang terdiri
dari jaringan endotel atau selaput lendir yang melapisi permukaan
rongga jantung.

Akademi Keperawatan Harum JakartaPage 4


3. Ruang Jantung
a. Atrium kanan
Berfungsi sebagai penyimpan darah yang berasal dari vena cava
superior dan inferior dan pemyalur darah dari vena – vena sirkulasi
sistemik kedalam ventrikel kanan kemudian ke paru – paru.
b. Ventrikel kanan
Ventrikel kanan berbentuk bulan sabit yang unik guna menghasilkan
kontraksi bertekanan rendah yang cukup untuk mengalirkan darah
kedalam arteri pulmonalis
c. Atrium kiri
Atrium kiri menerima darah yang sudah di oksigenisasikan dari paru –
paru melalui vena pulmonalis
d. Ventrikel kiri
Ventrikel kiri meghasilkan tekanan yang tinggi untuk mengatasi
tahanan sirkulasi sistemik dan mempertahankan aliran darah ke jaringan
perifer.
4. Katup-katup Jantung
Katup jantung berfungsi mempertahankan aliran darah searah melaui bilik-
bilik jantung. Ada 2 jenis katup jantung yaitu katup atrioventrikularis (katup
AV) yang memisahkan atrium dengan ventrikel, dan katup semilunaris
yang memisahkan arteri pulmonalis dan aorta dari ventrikel yang
bersangkutan.
Katup-katup ini membuka dan menutup secara pasif, menanggapi
perubahan tekanan dan volume dalam bilik-bilik jantung dari pembuluh
darah.
a. Katup Atrioventrikularis
Katup ini terbagai atas 2 katup yaitu :
1) Katup trikuspidalis
Terletak diantara atrium kanan dan ventrikel kanan, yang berfungsi

Akademi Keperawatan Harum JakartaPage 5


sebagai penerima suplai darah dari atrium kanan dan menyalurkan
ke ventrikel kanan.

2) Katup bikuspidalis atau mitral


Terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri, berfungsi sebagai
penerima suplai darah yang kaya O2 dari atrium kiri kemudian
dialirkan ke ventrikel kiri.
b. Katup Semilunaris
Terdiri dari 2 katup yaitu :
1) Katup pulmonalis
Terletak antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis, berfungsi
mengalirkan darah ke paru-paru.
2) Katup aorta
Terletak antara ventrikel kiri dan aorta, berfungsi mengalirkan darah
ke seluruh tubuh.
5. Sistem Peredaran Darah Manusia
Macam Peredaran Darah
Peredaran darah manusia merupakan peredaran darah tertutup karena darah
yang dialirkan dari dan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah dan darah
mengalir melewati jantung sebanyak dua kali sehingga disebut sebagai
peredaran darah ganda yang terdiri dari :
a. Peredaran darah panjang/besar/sistemik
Peredaran darah yang mengalirkan darah yang kaya oksigen dari bilik
(ventrikel) kiri jantung lalu diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.
Oksigen bertukar dengan karbondioksida di jaringan tubuh. Lalu darah
yang kaya karbondioksida dibawa melalui vena menuju serambi kanan
(atrium) jantung.
b. Peredaran darah pendek/kecil/pulmonal
Peredaran darah yang mengalirkan darah dari jantung ke paru-paru dan

Akademi Keperawatan Harum JakartaPage 6


kembali ke jantung. Darah yang kaya karbondioksida dari bilik kanan
dialirkan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis, di alveolus paru-paru
darah tersebut bertukar dengan darah yang kaya akan oksigen yang
selanjutnya akan dialirkan ke serambi kiri jantung melalui vena
pulmonalis.
Proses peredaran darah dipengaruhi juga oleh kecepatan darah, luas
penampang pembuluh darah, tekanan darah dan kerja otot yang terdapat
pada jantung dan pembuluh darah.
Pada kapiler terdapat spingter prakapiler mengatur aliran darah ke
kapiler :
1) Bila spingter prakapiler berelaksasi maka kapiler-kapiler yang
bercabang dari pembuluh darah utama membuka dan darah mengalir
ke kapiler.
2) Bila spingter prakapiler berkontraksi, kapiler akan tertutup dan aliran
darah yang melalui kapiler tersebut akan berkurang.

C. Macam-macam Defek
Macam-macam defek sekat ini harus ditutup dengan tindakan bedah sebelum
terjadinya pembalikan aliran darah melalui pintasan ini dari kanan ke kiri
sebagai tanda timbulnya sindrome Eisenmenger. Bila sudah terjadi pembalikan
aliran darah, maka pembedahan dikontraindikasikan. Tindakan bedah berupa
penutupan dengan menjahit langsung dengan jahitan jelujur atau dengan
menambal defek dengan sepotong dakron. Berdasarkan lokasi lubang,
diklasifikasikan dalam 3 tipe, yaitu:
1. Ostium Primum (ASD 1), letak lubang di bagian bawah septum,mungkin
disertai kelainan katup mitral.
2. Ostium Secundum (ASD 2), letak lubang di tengah septum.
3. Sinus Venosus Defek, lubang berada diantara Vena Cava Superior dan
Atrium Kanan.

Akademi Keperawatan Harum JakartaPage 7


D. Etiologi
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor
yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD,
faktor – faktor tersebut diantaranya:
1. Faktor prenatal
a. Ibu menderita infeksi rubella
b. Ibu Alkoholisme
c. Umur ibu lebih dari 40 Tahun
d. Ibu menderita IDDM
e. Ibu meminum obat – obatan penenang atau jamu
2. Faktor genetik
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
b. Ayah atau ibunya menderita penyakit jantung bawaan
c. Kelainan kromosom misalnya sindrom down
d. Lahir dengan kelainan bawaan lain

ASD merupakan suatu kelainan jantung bawaan. Dalam keadaan normal, pada
peredaran darah janin terdapat suatu lubang diantara atrium kiri dan kanan
sehingga darah tidak perlu melewati paru-paru. Pada saat bayi lahir, lubang ini
biasanya menutup. Jika lubang ini tetap terbuka, darah terus mengalir dari
atrium kiri ke atrium kanan (shunt). Penyebab dari tidak menutupnya lubang
pada septum atrium ini tidak diketahui.

Akademi Keperawatan Harum JakartaPage 8


E. Patofisiologi
Pada kasus Atrial Septal Defect yang tidak ada komplikasi, darah yang
mengandung oksigen dari Atrium Kiri mengalir ke Atrium Kanan tetapi tidak
sebaliknya. Aliran yang melalui defek tersebut merupakan suatu proses akibat
ukuran dan complain dari atrium tersebut. Normalnya setelah bayi lahir complain
ventrikel kanan menjadi lebih besar daripada ventrikel kiri yang menyebabkan
ketebalan dinding ventrikel kanan berkurang. Hal ini juga berakibat volume serta
ukuran atrium kanan dan ventrikel kanan meningkat. Jika complain ventrikel
kanan terus menurun akibat beban yang terus meningkat shunt dari kiri kekanan
bisa berkurang. Pada suatu saat sindroma Eisenmenger bisa terjadi akibat
penyakit vaskuler paru yang terus bertambah berat. Arah shunt pun bisa berubah
menjadi dari kanan kekiri sehingga sirkulasi darah sistemik banyak mengandung
darah yang rendah oksigen akibatnya terjadi hipoksemi dan sianosis.

F. Pathway
Defek

Darah yg mengandung oksigen


Atrium kiri Atrium kanan

Pembesaran complain ventrikel kanan

Berkurangnya ketebalan dinding ventrikel kanan

Proses pembesaran volume, ukuran dan complain atrium kanan

Tekanan ventrikel kanan menurun


( meningkatkan shunt dari kiri ke kanan )

Akademi Keperawatan Harum JakartaPage 9


Vascular paru meningkat( sindrom eisenmenger)
Sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah yang rendah oksigen
Hipotensi dan sianosis

G. Manifestasi klinis
Adapun manifestasi klinis dari Ateri Septal Defect
1. Sering mengalami infeksi saluran pernafasan
2. Dispnea (kesulitan dalam bernafas)
3. Sesak nafas ketika melaukan aktivitas
4. Jantung berdebar – debar (palpitasi)
5. Aritmia
6. Clubbing finger

H. Komplikasi
Adapun komplikasi dari Aterial Septal Defect
1. Gagal jantung
2. Penyakit pembuluh darah paru
3. Endokarditis
4. Aritmia
5. Clubbing finger

I. Pemeriksaan diagnostic

Akademi Keperawatan Harum JakartaPage 10


1. Rontgen dada
2. Ekokardiografi
3. Doppler berwarna
4. Ekokardiografi trans esophageal
5. Kateterisasi jantung
6. MRI dada
7. Foto thorax

J. Penatalaksanaan
1. Pembedahan penutupan defek dianjurkan pada saat anak berusia 5-10 tahun.
Prognosis sangat ditentukan oleh resistensi kapiler paru, dan bila terjadi
sindrome Eisenmenger, umumnya menunjukkan prognosis buruk.
2. Amplazer Septal Ocluder
3. Sadap jantung (bila diperlukan).

BAB III

Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
Bukti penambahan BB yang buruk, makan buruk, intoleransi aktivitas,
postur tubuh tidak umum, atau infeksi saluran pernapasan yang sering.

Akademi Keperawatan Harum JakartaPage 11


Observasi anak terhadap manifestasi ASD Pada Bayi.
a. Dispnea, khususnya setelah kerja fisik seperti makan, menangis,
mengejan
b. Keletihan
c. Pertumbuhan dan perkembangan buruk (gagal tumbuh)
Sebagian anak menderita KJB dapat tumbuh dan berkembang secara
normal. Pada kasus yang spesifik seperti VSD, ASD dan TF,
pertumbuhan fisik anak terganggu, terutama berat badannya. Anak
kelihatan kurus dan mudah sakit, terutama karena mengalami infeksi
saluran pernapasan. Sedangkan untuk perkembangannya yang sering
mengalami gangguan adalah aspek motoriknya.
d. Pola Aktivitas
Anak-anak yang menderita TF sering tidak dapat melaksanakan
aktivitas sehari-hari secara normal. Apabila melakukan aktivitas yang
membutuhkan banyak energi, seperti berlari, bergerak, berjalan-jalan
cukup jauh, makan/minum yang tergesa-gesa, menangis atau tiba-tiba
jongkok (squating), anak dapat mengalami serangan sianosis. Hal ini
dimaksudkan untuk memperlancar aliran darah ke otak. Kadang-kadang
tampak pasif dan lemah, sehingga kurang mampu untuk melaksanakan
aktivitas sehari-hari dan perlu dibantu
2. Lakukan pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan yang mendetail terhadap
jantung.
a. Denyut arteri pulmonalis dapat diraba di dada
b. Pemeriksaan dengan stetoskop menunjukkan bunyi jantung yang
Abnormal.
c. Bisa terdengar murmur akibat peningkatan aliran darah yang melalui
katup pulmonalis
d. Tanda-tanda gagal jantung
e. Jika shuntnya besar, murmur juga bisa terdengar akibat peningkatan

Akademi Keperawatan Harum JakartaPage 12


aliran darah yang mengalir melalui katup trikuspidalis
3. Lakukan pengukuran tanda-tanda vital.
4. Kaji tampilan umum, perilaku, dan fungsi:
a. Inspeksi
1) Status nutrisi–Gagal tumbuh atau penambahan berat badan yang
buruk berhubungan dengan penyakit jantung.
2) Warna – Sianosis adalah gambaran umum dari penyakit jantung
kongenital, sedangkan pucat berhubungan dengan anemia, yang
sering menyertai penyakit jantung.
3) Deformitas dada – Pembesaran jantung terkadang mengubah
konfigurasi dada.
4) Pulsasi tidak umum – Terkadang terjadi pulsasi yang dapat dilihat.
5) Ekskursi pernapasan – Pernapasan mudah atau sulit (mis; takipnea,
dispnea, adanya dengkur ekspirasi).
6) Jari tabuh – Berhubungan dengan beberapa type penyakit jantung
kongenital.
7) Perilaku – Memilih posisi lutut dada atau berjongkok merupakan ciri
khas dari beberapa jenis penyakit jantung.

b. Palpasi dan perkusi


1) Dada – Membantu melihat perbedaan antara ukuran jantung dan
karakteristik lain (seperti thrill-vibrilasi yang dirasakan pemeriksa
saat mampalpasi)
2) Abdomen – Hepatomegali dan/atau splenomegali mungkin terlihat.
3) Nadi perifer – Frekwensi, keteraturan, dan amplitudo (kekuatan)
dapat menunjukkan ketidaksesuaian.
c. Auskultasi
1) Jantung – Mendeteksi adanya murmur jantung.

Akademi Keperawatan Harum JakartaPage 13


2) Frekwensi dan irama jantung – Menunjukkan deviasi bunyi dan
intensitas jantung yang membantu melokalisasi defek jantung.
3) Paru-paru – Menunjukkan ronki kering kasar, mengi.
4) Tekanan darah – Penyimpangan terjadi dibeberapa kondisi jantung
(mis; ketidaksesuaian antara ekstremitas atas dan bawah) Bantu
dengan prosedur diagnostik dan pengujian – mis; ekg, radiografi,
ekokardiografi, fluoroskopi, ultrasonografi, angiografi, analisis darah
(jumlah darah, haemoglobin, volume sel darah, gas darah),
kateterisasi jantung.

B. Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan defek struktur
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen
3. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan ketidak
adekuatan oksigen dan nutrien pada jaringan; isolasi sosial.
4. Resiko tinngi infeksi berhubungan dengan status fisik yang lemah
5. Resiko tinggi cedera (komplikasi )berhubungan dengan kondisi jantung dan
terapi
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak dengan
penyakit jantung (ASD)

C. Intervensi
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan defek struktur
Tujuan : Klien akan menunjukan perbaikan curah jantung
kriteria hasil
a. Frekwensi jantung, tekanan darah, dan perfusi perifer berada pada batas
normal sesuai usia
b. Keluaran urine adekuat (antara 0,5 – 2 ml/kg BB, tergantung pada usia)

Intervensi

Akademi Keperawatan Harum JakartaPage 14


a. Beri digoksin sesuai program
b. Beri obat penurun afterload sesuai program
c. Beri diuretik sesuai program
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen
Tujuan : klien mempertahankan tingkat energi yang adekuat tanpa stress
tambahan
Kriteria Hasil
a. Anak menentukan dan melakukan aktivitas yang sesuai dengan
kemampuan
b. Anak mendapatkan waktu istirahat atau tidur yang tepat

Intervensi

a. Berikan periode istirahat yang sering dan periode tidur tanpa gangguan
b. Anjurkan prmainan dan aktivitas tenang
c. Bantu anak memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi, dan
kemampuan.
d. Hindari suhu lingkungan yang ekstrem karena hipertermia atau
hipotermia meningkatkan kebutuhan oksigen
e. Implementasikan tindakan untuk menurunkan ansietas
f. Berespon dengan segera terhadap tangisan atau ekspresi lain dari strees
3. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan ketidak
adekuatan oksigen dan nutrien pada jaringan; isolasi sosial.
Tujuan : pasien mengikuti kurva pertumbuhan berat badan dan tinggi badan
Kriteria Hasil:
a. Anak mencapai pertumbuhan yang adekuat
b. Anak melakuakan aktivitas sesuai usia
c. Anak tidak mengalami isolasi sosial

Intervensi

Akademi Keperawatan Harum JakartaPage 15


a. Beri diet tinggi nutrisi yang seimbang untuk mencapai pertumbuhan yang
adekuat
b. Pantau tinggi dan brat badan; gambarkan pada grafik pertumbuhan untuk
menentukan kecendrungan pertumbuhan
c. Dapat memberikan suplemen zat besi untuk mengatasi anemia, bila di
anjurkan
d. Dorong aktivitas yang sesuai usia.
e. Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama terhadap
sosialisasi seperti anak yang lain.
f. Izinkan anak menata ruanganya sendiri dan batasan aktivitas karena anak
akan beristirahat bila lelah.

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan status fisik yang lemah


Tujuan : klien tidak menunjukan bukti – bukti infeksi
Kriteria Hasil
a. Anak bebas dari infeksi

Intervensi

a. Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi


b. Beristirahat yang adekuat
c. Beri nutrisi optimal untuk mendukung pertahanan alami
5. Resiko tinggi cedera (komplikasi )berhubungan dengan kondisi jantung dan
terapi
Tujuan : klien / keluarga mengenali tanda – tanda komplikasi secara dini
Kriteria hasil

Akademi Keperawatan Harum JakartaPage 16


a. Keluarga mengenali tanda – tanda komplikasi dan melakukan tindakan
yang tepat
b. Klien / keluarga menunjukan pemahaman tentang tes diagnostik dan
pembedahan

Intervensi

a. Ajari keluarga untuk mengenali tanda – tanda komplikasi:


1) Gagal jantung kongestif:
a) Takikardi, khususnya selama istirahat dan aktivitas rigan
b) Takipnea
c) Keringat banyak di kulit kepala, khusunya pada bayi
d) Keletihan
e) Penambahan berat badan yang tiba – tiba
f) Distress pernapasan

2) Toksisitas digoksin
a) Muntah (tanda paing dini)
b) Mual
c) Anoreksia
d) Bradikardi
e) Disritmia
f) Peningkatan upaya pernafasan – retraksi, mengorok, batuk,
sianosis
g) Hipoksemia – sianosis, gelisah.
h) Kolaps kardiovaskuler – pucat, sianosis, hipotonia.
b. Ajari keluarga untuk melakukan intervensi selam serangan hipersianotik
1) Tempatkan anak pada posisi lutut – dada dengan kepala dan dada
ditinggikan

Akademi Keperawatan Harum JakartaPage 17


2) Tetap tenang
3) Beri oksigen 100% dengan asker wajah bila ada
c. Jelaskan atau klarifikasi informasi yang diberikan oleh praktisi dan ahl
bedah pada keluarga
d. Siapkan anak dan orang tua untuk prosedur
e. Bantu membuat keputusan keluarga berkaitan dengan pembedahan
f. Gali perasaan mengenai pilihan pembedahan
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak dengan
penyakit jantung (ASD)
Tujuan : klien dan keluarga mengalami penurunan rasa tajut dan ansietas ,
klien menunjukan perilaku koping yang positif
Kriteria Hasil:
a. Keluarga mendiskusikan rasa takut dan ansietasnya
b. Keluarga menghadapi gejala anak dengan cara yang positif

Intervensi :

a. Diskusikan dengan orang tua dan anak (bila tepat) tentang ketakutan
mereka dan masalah defek jantung dan gejala fisiknya pada anak karena
hal ini sering menyebabkan ansietas/rasa takut.
b. Dorong keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan anak selama
hospitalisasi untuk memudahkan koping yang lebih baik di rumah.
c. Dorong keluarga untuk memasukkan orang lain dalam perawatan anak
untuk mencegah kelelahan pada diri mereka sendiri.
d. Bantu keluarga dalam menentukan aktivitas fisik dan metode disiplin
yang tepat untuk anak

D. Evaluasi
a. Proses : langsung setalah setiap tindakan
b. Hasil : tujuan yang diharapkan

Akademi Keperawatan Harum JakartaPage 18


1. Tanda-tanda vital anak berada dalam batas normal sesuai dengan usia
2. Anak berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang sesuai dengan usia
3. Anak bebas dari komplikasi pascabedah

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Jantung merupakan sebuah organ muskuler berongga yang terdiri dari otot-otot.
Otot jantung merupakan jaringan istimewa karena jika dilihat dari bentuk dan
susunannya sama dengan otot serat lintang, dan cara kerjanya dipengaruhi oleh
susunan saraf otonom atau diluar kemauan kita.
a. Atrium Septal Defect (ASD)
Atrium Septal Defect (ASD) adalah penyakit jantung bawaan berupa
lubang (defek) pada septum interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi
karena kegagalan fungsi septum interatrial semasa janin. Atrial Septal

Akademi Keperawatan Harum JakartaPage 19


Defect (ASD) adalah suatu lubang pada dinding (septum) yang
memisahkan jantung bagian atas (atrium kiri dan atrium kanan).
b. Ventrikel septal defect (VSD)
Suatu keadaan abnormal yaitu adanya pembukaan antara ventrikel kiri dan
ventrikel kanan. Adanya defek pada ventrikel, menyebabkan tekanan
ventrikel kiri meningkat dan resistensi sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi
dibandingkan resistensi pulmonal. Hal ini mengakibatkan darah mengalir
ke arteri pulmonal melalui defek septum. Volume darah di paru akan
meningkat dan terjadi resistensi pembuluh darah paru. Dengan demikian
tekanan diventrikel kanan meningkat akibat adanya shunting dari kiri
kekanan. Ini akan beresiko endokarditis dan mengakibatkan terjadinya
hipertropi otot ventrikel kanan sehingga akan berdampak pada peningkatan
workload sehingga atrium kanan tidak dapat mengimbangi meningkatnya
workload, terjadilah pembesaran atrium kanan untuk mengatasi resistensi
yang disebabkan oleh pengosongan atrium yang tidak sempurna.

B. Saran
Bagi pembaca di sarankan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan
jantung ASD/ VSD Sehingga dapat di lakukan upaya-upaya yang bermanfaat
untuk menanganinya secara efektif dan efisien .
a. Mahasiswa kesehatan sebaiknya memahami dan mnegetahui konsep. Atrium
septum defek/ ventrikel septum defek dan askep nya guna unttuk
mengaplikasikan dalam memberikan pelayanan kepada pasien
b. Perawat memiliki pengetahuan tentang ASD/ VSD untuk dapat
mempengaruhi orang tua dalam menjalani pengobatan untuk sehingga
penyakit lebih berat dapat dihindari .
c. Pelayanan keperawatan dapat memberikan anjuran kepada orang tua untuk
melalukan terapi agar ASD/ VSD dapat teratasi.

Akademi Keperawatan Harum JakartaPage 20

Anda mungkin juga menyukai