Anda di halaman 1dari 97

 

ELECTRIC SYSTEM 2
SEMESTER 2

 
 
 
MODUL SISWA

 
 

DESEMBER 2008 MSES2-11208-1


   
 

  ELECTRICAL SYSTEM 2
 
 GAMBARAN UMUM PELATIHAN
 
   
Materi pembelajaran Electric System 2 terbagi menjadi 4 (empat) bab. Bab 1 (satu)
membahas mengenai basic electric, AVOmeter, magnet dan battery. Bab 2 (dua)
membahas mengenai system yang terdapat pada engine, diantaranya starting system,
charging system dan pre heating system. Bab 3 (tiga) pada materi pembelajaran
Electric System 2 ini, membahas mengenai wiring diagram, sedangkan pada bab 4
(empat) dibahas perawatan battery dan wiring.

 
 
 

  DAFTAR ISI
 
GAMBARAN UMUM PELATIHAN
DAFTAR ISI
PENJELASAN PELATIHAN
SASARAN PEMBELAJARAN
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
REFERENSI
GLOSARIUM
BAB I. BASIC ELECTRIC
Pelajaran 1 : Basic Electric 2
Pelajaran 2 : AVOmeter 14
Pelajaran 3 : Magnet 17
Pelajaran 4 : Battery 25
Ringkasan 32
Latihan Soal 34
BAB II. SYSTEM PADA ENGINE
Pelajaran 1 : Starting System 36
Pelajaran 2 : Charging System 44
Pelajaran 3 : Pre Heating System 48
Ringkasan 55
Latihan Soal 56
BAB III. WIRING DIAGRAM
Pelajaran 1 : Simbol 58
Pelajaran 2 : Wiring Diagram 60
Ringkasan 72
Latihan Soal 73
BAB IV. PERAWATAN
Pelajaran 1 : Battery 75
Pelajaran 2 : Wiring dan Connector 82
Ringkasan 86
Latihan Soal 87

 
   
 

  ELECTRICAL SYSTEM 2
 

 
PENJELASAN PELATIHAN
 

 
Metode
 
• Teori (30%)
  a. Ceramah
b. Diskusi
 
• Praktek (70%)
  a. Demonstrasi

  b. Praktek
Durasi
 
5 hari kerja
  Jumlah Siswa
Maksimal 16 orang
 
Kriteria Kelulusan
  • Kehadiran minimal 90% dari total hari pelatihan.

  • Evaluasi akhir
a. Nilai minimal test teori: 75
 
b. Nilai minimal test praktek: 75.
  Pemberian Sertifikat
• Sertifikat akan diberikan kepada siswa yang memenuhi kriteria kelulusan.
 
• Surat keterangan akan diberikan kepada siswa yang memenuhi syarat
  kehadiran minimal tetapi tidak memenuhi syarat minimal nilai kelulusan.

 
   
 

  ELECTRICAL SYSTEM 2
 

 
SASARAN PEMBELAJARAN
 

Setelah mengikuti pembelajaran ini secara tuntas, siswa dapat menjelaskan basic 

(prinsip  dasar)  electric  serta  struktur  dan  cara  kerja  baterai.  Siswa  juga  dapat 
menjelaskan cara kerja dari starting system, charging system dan pre‐heating system. 
Selain itu, setelah mengikuti pembelajaran ini secara tuntas, siswa juga mampu
membaca  wiring  diagram  serta  menjelaskan  dan  melakukan  perawatan  terhadap 
komponen‐komponen electric. 

 
   
 

  ELECTRICAL SYSTEM 2
 

   

 
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL  
 

• Petunjuk Bagi Siswa


Untuk memperoleh hasil belajar secara maksimal dalam mempelajari materi modul ini,
langkah-langkah yang perlu dilaksanakan antara lain:
ƒ Bacalah dan pahamilah dengan seksama uraian-uraian materi yang ada pada
pada masing-masing kegiatan belajar. Bila ada materi yang kurang jelas,
siswa dapat bertanya pada instruktur yang mengampu kegiatan belajar
tersebut.
ƒ Kerjakanlah setiap soal latihan yang terdapat pada modul ini untuk
mengetahui seberapa besar pemahaman yang telah dimiliki terhadap materi-
materi yang dibahas dalam setiap kegiatan belajar.
ƒ Jika belum menguasai tingkat materi yang diharapkan, ulangi lagi pada
kegiatan belajar sebelumnya atau bertanyalah kepada instruktur yang
mengampu kegiatan pembelajaran yang bersangkutan.

• Petunjuk Bagi Instruktur


Dalam setiap kegiatan belajar instruktur berperan untuk:
ƒ Membantu siswa dalam merencanakan proses belajar.
ƒ Membimbing siswa melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam
tahap belajar.
ƒ Membantu siswa dalam memahami konsep, praktik baru, dan menjawab
pertamnyaan siswa mengenai proses belajarnya.
ƒ Membantu siswa untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain
yang diperlukan untuk belajrar.
ƒ Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.

 
  
 

  ELECTRICAL SYSTEM 2
 

 
REFERENSI
 

Shop Manual D60/65A,P-8 : D155A-2 : D85ESS-2


Training Aid
The Gold Book
Unit Instruction Manual Komatsu Electrical System (SEULU0601-0)

 
   
 

  GLOSARIUM

Alternating Current (Arus Bolak-balik): Arus yang mengalir dengan polaritas yang
selalu berubah-ubah. Dimana masing-masing terminalnya polaritas yang selalu
bergantian.
Armature: Bagian dari starting motor yang dapat berputar dan mengeluarkan arus listrik.
Avometer (Multi Tester): Alat ukur yang multi guna untuk mengukur ampere, volt dan
ohm.
Battery: Alat perubah energi kimia menjadi energi listrik untuk menyediakan listrik bagi
sistem kelistrikan pada unit.
Battery Relay Switch: Komponen starting system yang digunakan untuk memutuskan
atau menghubungkan negatif battery dengan body/chasis dan positif battery dengan
starting motor.
Carbon Potentiometer: Potentiometer yang mempunyai elemen resistor dalam suatu jalur
yang berbentuk lingkaran.
Charging System: Suatu sistem yang digunakan untuk mengembalikan kondisi battery
agar selalu siap digunakan.
Circuit Breaker: Suatu alat yang digunakan untuk mencegah kerusakan kerusakan
komponen-komponen dan kabel-kabel pada preheating system (sistem pemanasan
awal) yang dikarenakan arus berlebihan (short circuit).
Direct Current (Arus Searah): Arus yang mengalir dalam arah yang tetap (konstan).
Dimana masing-masing terminal selalu tetap polaritasnya.
Electromagnet: Medan magnet yang ditimbulkan oleh adanya aliran arus listrik pada
sebuah konduktor atau coil.
Glow Plug: Alat pemanas yang dengan komponen-komponen lain akan memanaskan udara
untuk pembakaran pada engine.

 
Isolator: Bahan atom–atomnya mempunyai lebih dari 4 elektron pada lintasan (kulit)
terluar.
Konduktor: Bahan yang atom–atomnya mempunyai jumlah elektron lebih kecil dari 4 pada
lintasan (kulit) terluar.
Preheating System: Suatu sistem yang digunakan untuk memanaskan udara yang akan
masuk ke ruang bakar dengan tujuan mempermudah menghidupkan engine pada
waktu udara sekeliling engine masih dingin.
Safety Relay: Komponen starting system yang digunakan sebagai relay (penghubung)
antara starting switch dan starting motor selain fungsi lainnya.
Self Discharge: Suatu battery yang mengalami kehilangan muatan listrik yang tersimpan
tanpa pemakaian melalui rangkaian luar.
Self Induction (Induksi Diri): Gaya gerak listrik yang berbalik dengan arah aliran arus
pada lilitan ketika switch dibuka (off) dari kondisi tertutup (on).
Semi Konduktor: Sedangkan bahan atom–atomnya mempunyai 4 elektron pada lintasan
(kulit) terluar.
Starting Motor: Komponen starting system yang digunakan untuk menghidupkan engine
dengan prinsip merubah energi listrik menjadi energi mekanis.
Starting Switch: Komponen starting system yang digunakan untuk memutuskan atau
menghubungkan komponen-komponen dalam sistem start.
Starting System: Suatu sistem yang bertujuan untuk menghidupkan suatu engine atau
unit. Komponen utama dalam sistem ini adalah starting switch, battery relay switch,
starting motor dan safety relay.
Valensi: Elektron yang terdapat pada kulit terluar.

 
 

BAB I

BASIC ELECTRIC

Tujuan Bab 1:
Setelah menyelesaikan pembelajaran pada Bab 1, siswa mampu menjelaskan:
- Basic (prinsip dasar) electric.
- Struktur dan cara kerja battery.

Referensi:
- Training Aid.
- Unit Instruction Manual Komatsu Electrical System (SEULU0601-0).
 
     Electric System 2 

Pelajaran 1: Basic Electric

Tujuan Pelajaran 1
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 1, siswa mampu:
- Menjelaskan teori elektron.
- Menjelaskan tentang arus, tegangan dan hambatan.
- Menjelaskan tentang arus searah dan arus bolak-balik.
- Menjelaskan tentang tenaga listrik.
- Menjelaskan tentang simbol-simbol elektrik.

Teori Elektron
Elektron adalah bagian terkecil dari suatu atom. Atom terdiri atas partikel-partikel yang lebih kecil
lagi, disebut partikel subatom, yaitu proton (p), elektron (e) dan neutron (n).

Proton adalah partikel subatom yang bermuatan positif,


ditemukan oleh Goldstein pada tahun 1886. Elektron adalah
partikel subatom yang bermuatan negatif, ditemukan oleh
J.J. Thomson pada tahun 1897, sedangkan neutron adalah
partikel yang tidak bermuatan, ditemukan oleh J. Chadwick
pada tahun 1932. Sampai saat ini diyakini bahwa atom terdiri
atas inti atom yang dikelilingi oleh elektron, dimana inti atom
terdiri atas proton dan neutron.

Menurut model atom mekanika kuantum, elektron


berada dalam suatu orbital. Orbital-orbital dengan
tingkat energi yang sama atau hampir sama
membentuk kulit atom. Dalam suatu atom terdapat
berbagai macam kulit atom. Kulit atom ini mempunyai
harga n = 1, 2, 3, 4 dst, dinyatakan dengan lambang
K, L, M, N dst. Elektron yang terdapat pada kulit terluar
disebut elektron bebas (valensi). Menurut Paulli,
banyaknya elektron maksimum yang dapat menempati
tiap kulit dirumuskan dengan:

2 n2 (n = nomor lintasan kulit atom)


 
     Electric System 2 

Simbol kulit dan banyaknya elektron maksimum dalam setiap kulit adalah:
K (n = 1) = 2 x (1)2 = 2 elektron
L (n = 2) = 2 x (2)2 = 8 elektron
M (n = 3) = 2 x (3)2 = 18 elektron
N (n = 4) = 2 x (4)2 = 32 elektron
O (n = 5) = 2 x (5)2 = 50 elektron
P (n = 6) = 2 x (6)2 = 72 elektron

Atom yang sederhana adalah atom


hidrogen. Atom ini mempunyai satu
elektron yang mengorbit pada satu
inti. Atom yang jumlah elektronnya
lebih banyak adalah atom uranium.
Atom ini mempunyai 92 elektron dan
92 proton.

Berdasarkan jumlah valensi atau jumlah elektron pada kulit atom terluar, suatu bahan dapat
dikategorikan sebagai konduktor, semi konduktor dan isolator. Konduktor adalah bahan yang dapat
menghantarkan arus listrik, mempunyai jumlah valensi kurang dari 4 pada kulit terluar. Semi
konduktor adalah bahan yang dapat menghantarkan arus listrik, tapi juga dapat menjadi bahan yang
tidak dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan isolator adalah bahan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik, mempunyai jumlah valensi lebih dari 4 pada kulit terluar. Di bawah ini
ditunjukkan macam-macam bahan berdasarkan nomor atom dan sifat kemudahan menghantar arus
listrik (konduktivitas).

Tembaga (Cu):
NA = 29
K = 2
L = 8
M = 18
N = 1 (Valensi) , Konduktor


 
     Electric System 2 

Silicon (Si):
NA = 14
K = 2
L = 8
M = 4 (Valensi) , Semi konduktor

Silicon (Si):
NA = 16
K = 2
L = 8
M = 6 (Valensi) , Isolator

Elektron bebas (valensi) cenderung mudah berpindah ke atom yang lain. Akibat perpindahan elektron
bebas ini, terjadi kekosongan di dalam atom dan segera diisi oleh elektron-elektron dari atom yang
lain. Apabila pergerakan elektron bebas ini teratur ke satu arah, maka akan timbul aliran listrik.

Arus, Tegangan dan Hambatan

Untuk lebih memahami konsep arus, tegangan dan


hambatan, gambar di atas dapat digunakan untuk
mengilustrasikan konsep arus, tegangan dan hambatan. Pada
gambar di atas ditunjukkan dua buah wadah yang terhubung satu
dengan lainnya melalui sebuah pipa yang dipersempit untuk menghambat aliran.

Tegangan dapat diibaratkan beda ketinggian diantara kedua wadah yang menyebabkan terjadinya
aliran air. Semakin besar perbedaan ketinggian air, semakin kuat keinginan air untuk mengalir. Arus


 
     Electric System 2 

diibaratkan jumlah air yang mengalir setiap detiknya melalui pipa, sedangkan hambatan diibaratkan
semua hambatan yang dijumpai air saat mengalir di dalam pipa. Semakin besar pipa maka semakin
kecil hambatan alirnya dan semakin besar arus air yang mengalir, begitu sebaliknya.

ƒ Arus ( I )
Air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah,
semakin tinggi perbedaan antara dua level air tersebut maka akan
semakin besar aliran/arus air mengalirnya. Hal yang sama juga
terjadi pada sistem kelistrikan. Arus listrik mengalir dari level
potensial yang tinggi ke level potensial yang rendah, potensial yang
tinggi disebut potensial positif (+) dan potensial rendah disebut
potensial negatif (-).

Ketika 2 konduktor (A) dan (B) yang bermuatan positif dan negatif dihubungkan dengan kawat
penghantar (C), elektron-elektron bebas yang berada pada konduktor (B) akan ditarik oleh konduktor
(A) melalui penghantar (C).
Hal ini akan menyebabkan arus elektron dari
konduktor (B) yang bermuatan negatif ke konduktor
A B
(A) yang bermuatan positif. Pergerakan elektron

C inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya arus


dari konduktor (A) yang bermuatan positif ke
konduktor (B) yang bermuatan negatif.

Coloumb (Q) adalah banyaknya muatan listrik (elektron) yang mengalir melalui suatu titik pada
18
sebuah penghantar yang besarnya adalah: 1 Q = 6.25 x 10 elektron
Arus listrik adalah jumlah muatan listrik yang mengalir melalui suatu titik tertentu selama satu detik.

Q Satuan arus listrik adalah coloumb per second atau


I= , dimana:
t Ampere dengan simbol “A”.
I = Arus (Ampere) 1 A = 1000 mA
Q = Muatan listrik (Coloumb) 1 mA = 1000 μA
t = Waktu (Second) 1 A = 106 μA

ƒ Tegangan ( V )
Tegangan (voltage) adalah gaya yang mengakibatkan terjadinya arus listrik. Tegangan terjadi akibat
adanya beda/selisih potensial antara dua ujung konduktor. Beda potensial terjadi karena perbedaan


 
     Electric System 2 

jumlah elektron pada ujung konduktor. Arus listrik akan mengalir dari tegangan yang tinggi (+) ke

tegangan yang rendah ( - ). Satuan tegangan listrik adalah Volt dan disimbolkan “V”.

1 MV = 1000 KV
1 KV = 1000 V
1 V = 1000 mV

Tegangan dihasilkan antara 2 titik, yaitu satu titik


bermuatan positif dan satu titik bermuatan negatif.
Tegangan akan timbul walaupun tidak terjadi aliran arus,
tetapi tidak akan mengalir jika tidak ada beda potensial.

ƒ Hambatan (R)
Ketika elektron bebas berjalan melalui sebuah logam, elektron-elektron itu melalui molekul yang akan
memperlambat kecepatan jalannya. Perlambatan kecepatan itu merupakan hambatan yang
umumnya disebut dengan resistansi atau hambatan listrik. Kawat tembaga pada umumnya digunakan
untuk menghantarkan arus listrik karena kawat tembaga memiliki hambatan yang kecil terhadap
aliran listriknya.

 
Satuan hambatan listrik adalah ohm dan simbolnya adalah Ω. Hambatan suatu penghantar dikatakan
satu bila besarnya hambatan tersebut menyebabkan mengalirnya arus sebesar 1 A, bila pada kedua
ujung penghantar dihubungkan dengan sumber tegangan sebesar 1 volts (pada temperatur konstan).
Adapun harga hambatan pada sebuah penghantar dipengaruhi oleh bahan penghantar, luas
penampang penghantar dan temperatur. Harga hambatan dapat dihitung dengan rumus:

ρ
R =L , dimana:
A
R = Hambatan (Ohm ; Ω)
ρ = Tahanan jenis (Ohmmeter ; Ωmeter)
L = Panjang kawat (meter)
A = Luas penampang kawat (m2)


 
     Electric System 2 

Tahanan jenis setiap material berbeda-beda seperti pada tabel dibawah ini :

No Material ρ (Ω) at 20°C No Material ρ (Ω) at 20°C


-6
1 Cooper (Pure Soft) 1,724 x 10 8 Gold 2,2 x 10-6
2 Cooper (Hard Draw) 1,777 x 10-6 9 Lead 20,0 x 10-6
-6
3 Steel (Low Carbon) 9,69 x 10 10 Mercury 85,1 x 10-6
4 Cast Iron 19,1 x 10-6 11 Silver 1,59 x 10-6
5 Alumunium (Soft) 2,73 x 10-6 12 Zinc 6,21 x 10-6
6 Alumunium (Hard) 2,83 x 10-6 13 Nichrome 100,0 x 10-6
7 Nickel (100% Pure) 10,4 x 10-6 14 Manganin 47,8 x 10-6

ƒ Hukum Ohm
Hukum Ohm menyatakan bahwa besar arus yang mengalir pada suatu konduktor pada suhu tetap
sebanding dengan beda potensial antara kedua ujung-ujung konduktor. Hukum Ohm dapat
dirumuskan sebagai:

V
I= , dimana:
R
I = Arus (Ampere)
V = Tegangan (Volt)
R = Hambatan (Ohm)

Arus Searah dan Arus Bolak-balik

ƒ Arus Searah (Direct Current)


Arus searah (DC) adalah arus yang mengalir dalam arah yang tetap (konstan), dimana masing-
masing terminal selalu tetap polaritasnya. Misal, sebagai kutub (+) selalu menghasilkan polaritas
positif begitu pula sebaliknya. Contoh sumber arus searah (DC) adalah battery dan dynamo.


 
     Electric System 2 

ƒ Arus Bolak-balik (Alternating Current)


Arus bolak-balik (AC) adalah arus yang mengalir dengan polaritas yang selalu berubah-ubah. Dimana
masing-masing polaritas terminalnya yang selalu bergantian. Contoh sumber arus bolak-balik adalah:
Alternator (AC generator) dan PLN.

Tenaga Listrik
Tenaga listrik adalah jumlah dari usaha listrik yang dihasilkan
selama periode waktu satu detik. Generator set (genset) dan
battery merupakan sumber tenaga listrik yang dapat
mensupply energi listrik ke peralatan elektronika (beban).
Daya listrik dinyatakan dengan satuan Watt (W) dinotasikan
dengan huruf P. Besar kecilnya tenaga listrik tergantung dari
besarnya arus dan tegangan yang mengalir dalam rangkaian.

P = V•I Horse Power (HP) digunakan sebagai satuan tenaga


mekanis, jika dikonversikan ke tenaga listrik adalah:
2
P = (R • I) I = R • I , dimana:
1 HP = 746 W (Foot Pound HP)
P = Tenaga listrik (Watt)
1 PS = 735 W (Metrik Horse Power ; Pferde Starke) 
V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Ampere)
R = Hambatan (Ohm)

 
     Electric System 2 

Rangkaian Listrik
ƒ Rangkaian Seri
Pada rangkaian seri, jumlah arus yang mengalir selalu sama pada setiap titik, sedangkan tahanan
total adalah sama dengan jumlah dari masing-masing tahanan R1, R2 dan R3. Dengan adanya tahanan
listrik di dalam rangkaian, maka jika ada arus listrik yang mengalir akan menyebabkan tegangan
turun setelah melewati tahanan. Besarnya perubahan tegangan karena adanya tahanan disebut
dengan penurunan tegangan (voltage drop). Pada rangkaian seri, penjumlahan penurunan tegangan
setelah melewati tahanan akan sama dengan tegangan sumber (Vt).

Adapun rumus arus listrik, tahanan dan


tegangan pada rangkaian seri adalah sebagai
berikut:

I =I =I =I =I
Total 1 2 3 n
R = R +R +R +R
Total 1 2 3 n
V = V +V +V +V
Total 1 2 3 n

Berdasarkan gambar rangkaian di atas, besar tahanan, kuat arus dan tegangan dapat dihitung
sebagai berikut:
- Kuat arus ( I ) yang mengalir pada rangkaian seri besarnya sama pada R1, R2 dan R3, sehingga
dapat dihitung menjadi:

V V
I = =
Total R R +R +R
Total 1 2 3
12
I = =1A
Total 2+4+6

- Jika arus ( I ) mengalir pada rangkaian, penurunan tegangan V1, V2 dan V3 setelah melewati R1, R2
dan R3 adalah:

V = R • I = 2 •1 = 2 V
1 1
V = R • I = 4 •1 = 4 V
2 2
V = R • I = 6 •1 = 6 V
3 3


 
     Electric System 2 

ƒ Rangkaian Paralel
Pada rangkaian paralel, tegangan sumber ( V ) adalah
sama pada seluruh tahanan, sedangkan kuat arus ( I )
adalah sama dengan jumlah arus I1, I2 dan I3, yaitu
arus yang mengalir melalui masing-masing resistor R1,
R2 dan R3. Adapun rumus arus listrik, tahanan dan
tegangan pada rangkaian parallel adalah sebagai
berikut:

I = I +I +I +I
Total 1 2 3 n
1 1 1 1 1
= + + +
R R R R R
Total 1 2 3 n
V =V =V =V =V
Total 1 2 3 n

Berdasarkan gambar rangkaian di atas, besar tegangan pada masing-masing tahanan adalah sama
dengan tegangan baterai, yaitu 12 V. Besar tahanan dan kuat arus dapat dihitung sebagai berikut:
- Kuat arus ( I ) yang mengalir pada R1, R2 dan R3 adalah:

V 12
I = = = 6A
1 R 2
1l
V 12
I = = = 3A
2 R 4
2
V 12
I = = = 2A
3 R 6
3

- Besar tahanan total adalah:

1 1 1 1
= + +
R R R R
Total 1 2 3
1 1 1 1 6+3+2
= + + =
R 2 4 6 12
Total
12
R = Ω
Total 11

10 
 
     Electric System 2 

ƒ Rangkaian Kombinasi
Rangkaian kombinasi (seri – parallel) merupakan
gabungan dari rangkaian seri dan paralel dalam
satu rangkaian, seperti diperlihatkan pada gambar
di samping. Besar tahanan, kuat arus dan
tegangan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus rangkaian seri atau paralel di atas.

Symbol-Symbol Electric

Symbol Description

Electric wire (Bold line when large current flows)

Wires crossing but are not electrically connected. No current flows from
either wire to the other.

Two wire electrically connected to each other with current flowing from
one to the other.

Wire grounded to the machine body.

Wire connected to a terminal

Battery, longer line ( + ) and shorter line ( – )

Fuse.

Ammeter.

Voltmeter.

A switch which may be turned on or off by hand (single pole single


throw).

11 
 
     Electric System 2 

Pushbutton switch, normally open, push to “ON”.

Pushbutton switch, normally closed, push to “OFF”.

Electromagnetic contact, normally open.

Electromagnetic contact, normally closed.

Timer contact, normally open.

Timer contact, normally closed.

Single pole double throw switch.

Bulb or lamp.

Wattmeter.

Ohmmeter.

Resistor (fixed).

Resistor (variable).

Coil.

Electromagnetic relay.

Capacitor.

12 
 
     Electric System 2 

Transformer.

Diode.

Zener diode.

Light emitting diode.

Transistor (PNP type).

Transistor (NPN type).

Operational amplifier, comparator.

Connector, female & male.

Pressure operated switch, normally open.

Pressure operated switch, normally closed.

Electromagnetic valve.

Fusible link.

13 
 
     Electric System 2 

Pelajaran 2: Avometer

Tujuan Pelajaran 2
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 2, siswa mampu:
- Menjelaskan fungsi Avometer.
- Menjelaskan dan melakukan pengukuran arus, tegangan dan hambatan dengan menggunakan
Avometer.
- Menjelaskan dan melakukan perawatan Avometer.

Fungsi
Avometer adalah alat ukur multi guna yang banyak digunakan untuk mengukur besar arus, tegangan
dan hambatan (Ampere, Volt, Ohm). Sebagian orang menyebut Avometer sebagai Multytester. Secara
umum, terdapat dua jenis Avometer, yaitu jenis analog dan digital.

Mengukur Arus, Tegangan dan Hambatan

Di bawah ini diuraikan beberapa hal yang


harus diperhatikan ketika mengukur arus,
tegangan dan hambatan dengan menggunakan
Avometer.

14 
 
     Electric System 2 

ƒ Mengukur Arus
- Mengetahui kira-kira besarnya arus yang akan diukur.
- Mengetahui sumber tegangannya DC atau AC. Jika sumbernya adalah DC maka harus
diketahui kutub ( + ) atau kutub ( – ). Pada umumnya Avometer hanya untuk mengukur arus
DC yang kecil (0-500 mA).
- Posisikan selektor (rotary switch) pada skala
Ampere.
- Set indicating pointer pada posisi 0 (nol)
dengan menyetel zero point adjusting screw.
- Pasang Avometer secara seri dengan
rangkaian yang akan diukur.
- Pembacaan besarnya arus yang akan diukur
adalah sesuai dengan skala pada selektor
(rotary switch).

ƒ Mengukur Tegangan
- Mengetahui kira-kira besarnya tegangan yang akan diukur.
- Mengetahui sumber tegangannya DC atau AC. Jika sumbernya adalah DC maka harus
diketahui kutub ( + ) atau kutub ( – ).
- Posisikan selektor (rotary switch) pada skala Volt (DC volt atau AC volt).
- Posisikan skala selektor di atas atau lebih besar dari tegangan yang akan diukur.
- Set pointer pada posisi 0 (nol) dengan
menyetel zero point adjusting screw.
- Pasang Avometer secara paralel dengan
rangkaian yang akan diukur.
- Pembacaan besarnya tegangan yang akan
diukur adalah sesuai dengan skala pada
selektor (rotary switch).

ƒ Mengukur Hambatan
Pengukuran hambatan diberi tenaga oleh battery pada
Avometer. Kondisi battery yang lemah akan menyebabkan
kesalahan pembacaan nilai yang diukur. Untuk pembacaan
yang benar dari hambatan, kesensitifan dari indicating
pointer harus di-adjust menurut tegangan yang di-supply
oleh battery. Hal ini dinamakan penyetelan 0 Ω (kalibrasi).

15 
 
     Electric System 2 

- Pastikan bahwa hambatan yang akan diukur tidak dialiri arus dan tidak mempunyai hubungan
dengan hambatan yang lain.
- Posisikan selektor (rotary switch) pada skala Ohm.
- Set pointer pada posisi 0 (nol) dengan menyetel zero ohm adjuster (kedua test pin
dihubungkan)
- Pasang Avometer secara paralel dengan hambatan yang akan diukur.
- Pembacaan besarnya hambatan yang diukur adalah sesuai dengan skala pada selektor dan
indicating pointer-nya.

Perawatan
- Gunakan skala ukur yang tepat untuk menambah
keakuratan/ketepatan pengukuran.
- Ketika mengukur nilai yang diketahui, maka gunakan
skala ukur yang nilainya terdekat dengan nilai yang
sedang diukur. Contoh untuk mengukur tegangan
battery kering 1.5 volt, gunakan skala ukur DC 2.5 V.
- Ketika mengukur nilai yang tidak diketahui, maka
mulailah dengan skala ukur yang tertinggi. Setelah
bisa diperkirakan besarnya, selektor bisa atur ke skala
ukur yang lebih rendah untuk menambah
keakuratan/ketepatan pengukuran.
- Lakukan penggantian battery jika penyetelan 0 Ω sudah tidak bisa dilakukan.
- Hindari Avometer dari guncangan atau getaran yang kuat serta temperatur atau kelembaban yang
tinggi.

16 
 
     Electric System 2 

Pelajaran 3: Magnet

Tujuan Pelajaran 3
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 3, siswa mampu:
- Menjelaskan pengertian kemagnetan.
- Menjelaskan sifat-sifat magnet.
- Menjelaskan tentang elektromagnet.
- Menjelaskan prinsip kerja motor listrik.
- Menjelaskan prinsip kerja alternator.

Pengertian Kemagnetan
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berdekatan
dengan magnet. Bumi tempat kita tinggal merupakan
magnet raksasana, tubuh kita dan benda-benda di
sekeliling kita banyak yang mempunyai sifat magnet.
Kekuatan magnet sangat bergantung pada
sumbernya. Daerah di sekitar sumber magnet
dinamakan medan magnet. Medan magnet
mempunyai kekuatan untuk menarik atau menolak
bahan/benda yang mempunyai sifat kemagnetan.
Sifat kemagnetan bahan sering diukur oleh mudah
tidaknya suatu bahan dipengaruhi oleh medan
magnet. Medan magnet ini muncul pada suatu
konduktor yang dialiri arus. Arus yang berubah terhadap waktu akan menimbulkan medan magnet
yang berubah terhadap waktu dan menimbulkan medan listrik induksi. Jadi sifat kemagnetan dan
kelistrikan dan terjadi bolak balik sebagai penyebab dan akibat, dan sering dinamakan sebagai medan
elektromagnet. Penerapan medan magnet dan medan elektromagnet sudah sangat banyak dalam
berbagai bidang.

Magnet adalah sebuah benda logam yang mempunyai sifat menarik benda-benda besi. Terdapat 2
(dua) macam magnet, yaitu:
- Magnet alam, adalah magnet yang terdapat pada batu besi magnet.
- Magnet buatan, adalah besi dengan cara tertentu dibuat menjadi magnet. Pada magnet buatan,
bila dapat menyimpan kemagnetannya dengan baik (lama) disebut magnet permanen, sedangkan
bila dapat menyimpan kemagnetan hanya sementara disebut remanen magnet.

17 
 
     Electric System 2 

Sifat – Sifat Magnet


- Pada ujung-ujung sebuah magnet terdapat kutub utara
(N pole) dan kutub selatan (S pole).

- Kutub-kutub yang senama akan saling tolak-menolak,


sedangkan kutub-kutub yang tidak senama akan saling
tarik menarik.
      

- Kemagnetan yang terkuat terdapat pada ujung-ujungnya.

- Magnet mempunyai garis-garis gaya magnet yang mengarah


dari kutub utara ke kutub selatan di luar magnet, sedangkan di
dalam magnet mengarah dari kutub selatan ke kutub utara.

Elektromagnet
Elektromagnet adalah medan magnet yang ditimbulkan oleh adanya aliran arus listrik pada sebuah
konduktor atau coil. Percobaan yang dilakukan Oersted, yaitu mengamati jarum kompas yang
ditempatkan di bawah kawat yang dilalui arus listrik, memperlihatkan bahwa jarum kompas menunjuk
arah utara ketika kawat tidak dialiri arus listrik (1). Selanjutnya jarum kompas dialiri arus listrik ke
arah utara, akibatnya penunjukan jarum kompas menyimpang ke arah timur (2). Apabila jarum
kompas dialiri arus listrik ke arah selatan, maka penunjukan jarum menyimpang ke arah barat (3).

(1) (2) (3)

18 
 
     Electric System 2 

Sifat-sifat elektromagnet:
- Bila sebuah konduktor dialiri arus listrik, maka disekeliling konduktor
akan timbul medan magnet yang dapat ditentukan menurut aturan
tangan kanan.
- Arah medan magnet yang timbul tergantung dari arah arus yang
melewati konduktor tersebut. Apabila arus mengalir ke atas, maka
arah medan magnet (B) berlawanan dengan putaran jarum jam. Jika
arah arus ke bawah, maka arah medan magnet searah dengan
putaran jarum jam.
- Makin besar arus yang mengalir, maka semakin besar medan magnet
yang timbul.

- Bila coil/gulungan dialiri arus listrik, maka pada


coil/gulungan tersebut akan timbul medan magnet.

- Jika arah gulungan atau arah arus listrik


berubah, maka arah medan magnet yang timbul
juga akan berbalik.

- Medan magnet dapat diperbesar dengan cara memperbesar arus yang mengalir, menambahkan
inti besi ke dalam coil atau memperbanyak jumlah coil.

- Induksi diri (self induction)


Pada gambar di samping diperlihatkan bahwa switch, lilitan
dan battery dihubungkan seri. Bila switch di On-kan maka
arus akan mengalir dan pada lilitan akan timbul garis-garis
gaya magnet.

19 
 
     Electric System 2 

Ketika switch dibuka (off), dengan tiba-tiba arus hilang dan


medan magnet akan turun yang menyebabkan berbaliknya gaya
gerak listrik. Gaya gerak listrik yang berbalik akan menyebabkan
aliran arus induksi pada lilitan yang disebut induksi diri (self
Induction). Tegangan yang timbul akan berbalik seperti
diperlihatkan pada gambar di atas.

Dalam percoban seperti pada gambar di bawah, ketika switch dihubungkan dengan battery 6 volt,
lampu tidak menyala, tetapi jika switch dibuka dengan tiba-tiba lampu akan menyala sesaat. Makin
cepat switch dilepas, semakin terang nyala lampu tersebut. Hal tersebut membuktikan bahwa
terjadi induksi diri di lilitan.

- Mutual induction (induksi timbal balik)

Sebuah lilitan dihubungkan seri dengan switch dan


battery. Lilitan S dengan jumlah lilitan yang lebih
banyak didekatkan dengan lilitan P tersebut.

Bila arus melewati lilitan P diputus dan dihubungkan, maka akan menyebabkan gaya gerak listrik
pada lilitan S. Gaya gerak listrik pada lilitan S tersebut disebabkan oleh perubahan medan magnet
(induksi medan magnet) dari lilitan P.

- Transformer
Gambar di samping memperlihatkan
primary coil dihubungkan seri dengan
battery dan switch. Ketika switch digerak-
gerakkan ON - OFF lampu akan menyala,
dan bila primary coil dihubungkan dengan
sumber AC, lampu juga akan menyala.

20 
 
     Electric System 2 

Hal ini disebabkan perubahan arus bolak-balik berubah secara periodik dengan frequency yang
sama besar. Perubahan arus karena ON dan OFF atau karena arus AC (bolak-balik) tersebut
menyebabkan perubahan medan magnet pada lilitan primer dan menginduksi lilitan sekunder.
Induksi medan magnet ini menjadikan gaya gerak listrik di secondary coil berlangsung terus-
menerus. Inilah yang merupakan prinsip dasar sebuah transformer.

Pada umumnya transformer dibuat dalam bentuk


seperti pada gambar di samping, dimana ketebalan
plat core pada umumnya 0.35 mm. Hubungan
antara tegangan dan arus di primary coil dan
secondary coil adalah:

Tegangan Primer Lilitan Primer Arus Sekunder


= =  
Tegangan Sekunder Lilitan Sekunder Arus Primer

V1 N1 I2
= =  
V2 N2 I1

Prinsip Kerja Motor Listrik


Bila sebuah konduktor yang dialiri arus listrik diletakkan diantara kutub utara dan selatan magnet,
maka konduktor akan terlempar keluar dari kutub-kutub magnet tersebut.

Peristiwa tersebut di atas dapat dipahami dengan kaidah


tangan kiri Fleming.
- Jari telunjuk menunjukkan arah medan magnet.
- Jari tengah menunjukkan arah arus pada konduktor.
- Ibu jari menunjukkan arah gaya pada konduktor.

Bila konduktor yang terletak sejajar dialiri arus listrik, garis gaya magnet yang mengelilingi masing-
masing konduktor akan saling mempengaruhi, dimana garis-garis gaya yang searah akan tarik
menarik, sedangkan garis-garis gaya yang berlawanan akan tolak menolak.

21 
 
     Electric System 2 

Pada sebuah motor listrik, diantara kutub magnet N dan S


terdapat sebuah konduktor yang berujung di C1 dan C2
(setengah cincin tembaga yang disebut commutator). Dua
buah sikat arang (brush) B1 dan B2 yang berhubungan
dengan commutator memungkinkan arus mengalir ke
konduktor. Bagian yang dapat berputar ini disebut dengan
armature.

Konduktor yang terletak didekat kutub S akan


bergerak ke kanan dan konduktor yang terletak
didekat kutub N akan bergerak ke kiri. Gabungan
dari gerak tersebut akan memutar armature
searah jarum jam (sesuai dengan kaidah tangan
kiri fleming). Bila arus pada konduktor tersebut di
balik, maka putaran armature akan berbalik.

Prinsip Kerja Alternator


Bila sebuah konduktor digerak-gerakkan memotong garis gaya magnet, maka pada konduktor akan
mengalir arus listrik (Hukum Faraday). Medan magnet di dalam lilitan akan berubah yang
mengakibatkan gaya gerak listrik sehingga arus akan mengalir. Hal ini disebut dengan induksi
elektromagnet.

22 
 
     Electric System 2 

Bila sebuah konduktor yang berada dalam


medan magnet, digerakkan memotong medan
magnet tersebut, maka pada konduktor akan
timbul gaya gerak listrik (timbul arus listrik).

Kaidah tangan kanan Fleming menyatakan bahwa:


- Jari telunjuk menunjukkan arah medan magnet.
- Ibu jari menunjukkan arah gerak konduktor.
- Jari tengah menunjukkan arah arus induksi.

Generator adalah sebuah alat yang merubah garis-garis gaya magnet yang memotong coil menjadi
tenaga listrik. Generator secara umum terbagi menjadi dua, yaitu AC generator (alternator) dan DC
generator (dynamo). Prinsip dasar dari keduanya adalah sama, namun konstruksinya yang berbeda.

Pada alternator ditandai dengan tidak adanya magnet tetap, dengan


demikian alternator harus diberikan arus listrik awal agar tercipta
medan magnet. Bagian yang berputar pada alternator disebut rotor
coil atau field coil yang sekaligus sebagai pembangkit medan magnet
bila coil tersebut dialiri arus. Sedangkan bagian yang diam disebut
Stator coil atau armature coil. Armature coil inilah yang kemudian
akan mengeluarkan arus listrik bila field coil berputar. Flux yang
melalui stator coil akan berubah perlahan-lahan seperti berikut:

Ketika rotor diputar searah jarum jam, maka


induksi gaya gerak listrik akan maksimum
pada 90° dan 270°, serta akan minumum
pada 180° dan 360°. Dengan demikian arus
listrik selalu berbeda polaritas setiap 180°.
Polaritas yang demikian ini disebut dengan
arus bolak-balik atau Alternating Current.

23 
 
     Electric System 2 

Pada DC generator, ditandai dengan adanya


medan tetap, sedangkan armature coilnya
berputar didalam magnet tersebut. Akibatnya
terjadilah pemotongan garis gaya magnet
oleh armature coil sehingga pada armature
coil akan ada arus listrik. Pada shaft armature
terdapat commutator (cincin yang terbelah
belah).

Adanya cincin ini menyebabkan arus yang


berbalik polaritasnya selalu diarahkan ke
tempat yang sama. Dengan demikian
walaupun pada armature coil terjadi polaritas
bolak balik, tetapi keluarannya setelah
melewati commutator memiliki polaritas yang
selalu tetap. Arus yang polaritasnya tetap ini
dinamakan arus searah atau atau Dirrect
Current.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

24 
 
     Electric System 2 

Pelajaran 4: Battery

Tujuan Pelajaran 4
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 4, siswa mampu:
- Menyebutkan dan menjelaskan tipe battery.
- Menjelaskan struktur battery.
- Menjelaskan tentang pengisian battery.
- Menjelaskan tentang kapasitas battery.

Fungsi dan Tipe


Battery merupakan sumber energi listrik utama pada unit. Proses kerja battery adalah sebuah reaksi
kimia antara dua buah plat timbal yang berbeda sifat kimia dan terendam dalam larutan elektrolit.
Berdasarkan kondisi operasional di unit maka fungsi battery adalah:
- Pada saat engine off, berfungsi untuk menyediakan arus listrik untuk lampu dan accesoris lainnya.
- Pada saat engine start, berfungsi untuk mensuplay arus ke starting motor dan sistem electric
control engine.
- Pada saat engine running kebutuhan arus listrik sepenuhnya telah di-supplay dari charging system,
battery hanya berfungsi sebagai penstabil tegangan atau filter, sehingga komponen-komponen
yang sangat sensitif terhadap kenaikan dan penurunan tegangan seperti controller engine dan
controller lainnya akan aman.

Berdasarkan konstruksinya, battery dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:


- Konstruksi compound, dimana sel-sel yang terdapat
pada battery berdiri sendiri-sendiri. Sel yang satu
dengan yang lainnya, dihubungkan dengan lead bar
(connector) di luar case.

- Konstruksi solid, dimana sel yang satu


dengan yang lainnya dihubungkan
dengan lead bar di dalam case. Hanya
terlihat dua terminal yang
menghubungkan seri sel-sel di dalamnya.

25 
 
     Electric System 2 

Berdasarkan tipenya, battery dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:


- Tipe basah (wet type), terdiri dari elemen-elemen yang telah diisi penuh dengan muatan listrik
(full charged) dan dalam penyimpanannya telah diisi dengan elektrolit. Battery ini tidak bisa
dipertahankan tetap dalam kondisi full charge, sehingga harus diisi (charge) secara periodik.
Selama battery tidak digunakan atau dalam penyimpanan, akan terjadi reaksi kimia secara lambat
yang menyebabkan berkurangnya kapasitas battery, reaksi ini disebut self discharge.
- Tipe Kering (dry type), terdiri dari plat-plat (positif & negatif) yang telah diisi penuh dengan
muatan listrik, tapi dalam penyimpanannya tidak diisi dengan elektrolit. Battery tipe ini pada
dasarnya sama seperti dengan battery tipe basah. Elemen-elemen battery diisi secara khusus
dengan cara memberikan arus DC pada plat yang direndamkan dalam larutan elektrolit lemah.
Setelah plat-plat terisi penuh dengan muatan listrik, kemudian diangkat dari larutan elektrolit
kemudian dicuci dengan air dan dikeringkan. Plat -plat tersebut kemudian di-assembling dalam
case battery, sehingga bila battery tersebut akan dipakai, cukup diisi elektrolit dan langsung bisa
digunakan tanpa charge kembali.

Struktur
ƒ Vent Plug
Lubang pengisian ditutup dengan sumbat ventilasi (vent
plug). Fungsi vent plug adalah untuk mencegah masuknya
debu dan kotoran ke dalam sel. Vent plug juga berfungsi
untuk memisahkan gas hidrogen dan uap asam sulfat yang
terbentuk pada saat proses pengisian berlangsung. Gas
hidrogen keluar melalui lubang ventilasi (vent hole),
sedangkan uap asam sulfat mengembun pada tepian
ventilasi dan menetes kembali ke bawah.

ƒ Plat Positif dan Plat Negatif

Pada setiap sel baterai terdapat elemen yang terendam


pada elektrolit. Elemen baterai adalah kesatuan dari plat
(plate), pemisah (separator) dan serat gelas (fiberglass).
Plat terbuat dari timah hitam atau campuran timah hitam
dengan antimon ditambah dengan bahan aktif untuk
menambah daya penyimpanan. Plat positif adalah oksida
timah hitam (PbO2) berwarna sawo matang, sedangkan
plat negatif adalah timah hitam (Pb) berpori berwarna
kelabu.

26 
 
     Electric System 2 

Plat positif dan negatif masing-masing dihubungkan oleh pengikat plat (plate strap) dipasangkan
berselang-seling dan dibatasi oleh pemisah dan serat gelas. Serat gelas melindungi bahan aktif pada
plat positif yang tidak tahan terhadap getaran dan mudah membentuk gumpalan-gumpalan. Posisi
plat ditinggikan dari dasar dan diberi penyekat agar tidak terjadi hubungan singkat apabila terdapat
bahan aktif yang lepas dari plat.

ƒ Elektrolit (H2SO4)
Elektrolit baterai adalah larutan asam sulfat (SO4) dengan air suling (H2O). Komposisi campuran
adalah 36% SO4 dan 64% H2O. Standard berat jenis (specific gravity) elektrolit battery pada
temperature standard (200C) adalah 1.280.

Apabila temperature larutan elektrolit berubah, maka


standard berat jenis dapat dicari dengan rumus:

S20 = St + 0.0007 ( t – 20 ), dimana:


S20 = Berat jenis pada temperatur 20°C
St = Berat jenis pada temperatur pengukuran
t = Temperatur elektrolit pada saat pengukuran

Berat jenis akan turun pada saat


battery dipakai (discharge). Pada
kondisi standard (20°Celsius),
bila berat jenis elektrolit turun
mencapai 1.200, maka battery
harus diisi kembali (charging).

Bila jumlah elektrolit di dalam battery


berkurang, maka harus ditambah dengan
air suling. Perubahan berat jenis elektrolit
tergantung pada:
- Discharge rate.
- Charge rate.
- Temperature.
- Jumlah asam sulfat yang terkandung
dalam elektrolit.

27 
 
     Electric System 2 

Larutan elektrolit dapat membeku pada


temperatur tertentu. Oleh karena itu,
menyimpan battery boleh ditempat sedingin
mungkin asalkan tidak sampai larutan
elektrolitnya membeku.

ƒ Reaksi Kimia
Proses pengosongan (discharge) dan pengisian (charge) battery merupakan satu siklus reaksi kimia
sebagai berikut:
Selama proses pengosongan plat positif (PbO2) dan
negatif (Pb) bereaksi dengan sulfat (SO4)
membentuk PbSO4. Reaksi tersebut menyebabkan
H2SO4 sedikit demi sedikit berubah menjadi H2O,
akibatnya konsentrasi dan berat jenis elektrolit
berkurang.

Selama proses pengisian SO4 terpisah dari PbSO4,


sehingga terbentuk PbO2 pada plat positif dan Pb
pada plat negatif. H2SO4 akan kembali terbentuk di
dalam elektrolit, sehingga konsentrasi dan berat
jenis elektrolit bertambah.

28 
 
     Electric System 2 

ƒ Terminal Voltage
Terminal voltage adalah batas tegangan battery yang diijinkan pada saat proses pengosongan
(discharge) dan pengisian (charge) battery. Ketika battery dipakai dengan arus besar, sebagai contoh
digunakan untuk memutar engine pada saat start, maka tahanan dalam battery akan naik. Hal ini
tidak hanya disebabkan berkurangnya asam sulfat (yang semestinya untuk mempertahankan
kecepatan reaksi kimia antara plat-plat dan elektrolit), tetapi juga akibat polarisasi battery itu.

Terminal volatge battery dalam


satu sel yang dipakai selama 20
jam (untuk battery N200) dan
arus yang digunakan 10A adalah
seperti pada kurva di samping.

Proses pengisian (arus pengisian ± 1/10 dari arus


discharge rata-rata) akan menghasilkan naiknya
perbedaaan potensial antara terminal positif dan
negatif. Pada saat charging tersebut, akan timbul
gelembung-gelembung karena peristiwa elektrolisa
(penguraian) H2O. Gelembung-gelembung tersebut
dapat menyebabkan umur battery pendek. Oleh
karena itu, apabila sudah mencapai terminal
voltage, maka charging harus dihentikan.

ƒ Self Discharge
Suatu battery yang telah diisi elektrolit, jika didiamkan (tidak dipakai) akan kehilangan muatan
listriknya. Hal ini disebabkan setelah battery diisi elektrolit, maka battery mulai mengalami suatu
reaksi kimia, meskipun battery tersebut dipakai atau tidak. Sifat seperti ini tidak dapat dihindarkan

29 
 
     Electric System 2 

pada semua battery. Kehilangan muatan listrik yang tersimpan tanpa pemakaian melalui rangkaian
luar disebut self discharge. Sebab-sebab terjadinya self discharge adalah:
- Plat negatif beraksi langsung dengan asam sulfat dari elektrolit membentuk timbal sulfat (PbSO4)
- Hubungan singkat antara plat positif dan plat negatif melalui endapan dari material aktif.
- Jika suhu dan konsentrasi elektrolit tidak merata disekitar plat positif dan negatif akan terjadi
reaksi elektrokimia lokal.

Reaksi kimia yang terjadi pada battery akan


lebih cepat seiring dengan kenaikan suhu
elektrolit. Hal ini juga berarti self discharge akan
bertambah cepat jika suhu lebih tinggi.
Penyimpanan battery pada suhu rendah akan
lebih efektif dalam memperkecil kecepatan self
discharge seperti terlihat pada kurva di samping.

Faktor lain yang mempercepat self discharge adalah bila elektrolit atau air suling yang diisikan ke
dalam battery mengandung material-material pengetes, karena akan menimbulkan reaksi lokal.

ƒ Kapasitas
Kapasitas battery adalah jumlah listrik yang dapat dihasilkan dengan melepaskan arus tetap, sampai
dicapai voltage akhir (final terminal voltage). Besarnya ditentukan dengan mengalikan besar arus
pelepasan dengan waktu pelepasan dan dinyatakan dalam AH (Ampere Hour). Jadi untuk
menyatakan kapasitas battery, perlu ditentukan laju arus pelepasan. Karena kapasitas battery
tergantung dari kuat arus pelepasan. Misalnya suatu battery mempunyai kapasitas 100 AH untuk laju
arus 20 jam. Ini berarti battery tersebut sanggup melepaskan muatan sebesar 5 ampere selama 20
jam. Tapi tidak berarti sanggup melepaskan muatan sebesar 10 ampere selama 10 jam. Suatu
battery yang sanggup melepaskan muatan sebesar 10 ampere selama 10 jam disebut mempunyai
kapasitas 100 AH untuk laju arus 10 jam. Sedang battery yang sanggup melepaskan muatan sebesar
5 ampere selama 20 jam disebut battery mempunyai kapasitas 100 AH untuk laju arus 20 jam.

Jadi jika ingin membandingkan kapasitas


battery perlu disamakan dahulu laju arus
pelepasan muatan listriknya. Makin besar
arus pelepasan, makin kecil laju arus
pelepasan. Hubungan antara laju arus
pelepasan kapasitas battery (untuk battery
120 AH/20 H) dapat dilihat pada kurva di
samping.

30 
 
     Electric System 2 

Selain arus pelepasan dan laju arus pelepasan, suhu elektrolit juga mempengaruhi kapasitas battery.
Standard suhu untuk menentukan kapasitas battery adalah 25ºC. Misalnya suatu battery yang
dinyatakan mempunyai kapsitas 200 AH untuk laju arus 20 jam adalah bila battery tersebut dipakai
(discharge) dengan arus konstan 10 A, akan sampai pada final terminal voltage selama laju arus 20
jam pada suhu elektrolit 25ºC.
Pengaruh suhu elektrolit terhadap kapasitas
battery dapat dilihat pada kurva di samping.
Jika temperatur elektrolit rendah kecepatan
reaksi kimia di dalam battery lambat yang
menyebabkan berkurangnya kapasitas battery.
Sebaliknya reaksi kimia terjadi dengan cepat
pada temperatur tinggi, menyebabkan
kapasitas battery naik.

31 
 
     Electric System 2 

Ringkasan

ƒ Elektron adalah bagian terkecil dari suatu atom. Elektron yang terdapat pada kulit terluar disebut
Valensi. Bahan yang elektron valensi lebih kecil dari 4 disebut Konduktor, jika lebih dari 4 elektron
valensi disebut Isolator, sedangkan bahan dengan elektron valensi 4 disebut Semi Konduktor.
ƒ Arus listrik merupakan jumlah muatan listrik yang mengalir melalui suatu titik tertentu selama satu
detik. Tegangan adalah gaya yang mengakibatkan terjadinya arus listrik. Tegangan (voltage)
terjadi akibat adanya beda/selisih potensial antara dua ujung konduktor. Resistansi atau hambatan
merupakan perlambatan kecepatan elektron bebas yang berjalan melalui sebuah logam. Alat ukur
yang digunakan untuk mengukur besar arus, tegangan dan tahanan disebut Multytester/Avometer.
ƒ Arus searah (DC) adalah arus yang mengalir dalam arah yang tetap (konstan), dimana masing-
masing terminal tetap polaritasnya. Arus bolak-balik (AC) adalah arus yang mengalir dengan
polaritas yang selalu berubah-ubah, dimana masing-masing terminalnya polaritas yang selalu
bergantian.
ƒ Magnet adalah sebuah benda logam yang mempunyai sifat menarik benda-benda besi. Terdapat
dua macam magnet yaitu magnet alam magnet buatan. Magnet mempunyai beberapa sifat
khusus, diantaranya adalah Pada ujungnya terdapat kutub utara dan kutub selatan. Kutub yang
senama tolak-menolak, sedangkan kutub yang tidak senama tarik menarik. Kemagnetan terkuat
terdapat pada ujungnya.
ƒ Elektromagnet adalah medan magnet yang ditimbulkan oleh adanya aliran arus listrik pada sebuah
konduktor atau coil. Sifat elektromagnet diantaranya adalah bahwa arah medan magnet
tergantung dari arah arus yang melewati konduktor tersebut. Bila sebuah konduktor dialiri arus
listrik, maka disekeliling konduktor akan timbul medan magnet. Makin besar arus yang mengalir
maka makin besar medan magnet yang timbul. Bila gulungan/coil dialiri arus listrik maka pada
gulungan/coil tersebut akan timbul medan magnet. Arah gulungan atau arah arus listrik berubah,
maka arah medan magnet yang timbul juga akan berbalik dan sifat elektromagnet yang lainnya.
ƒ Prinsip motor listrik adalah dengan menggunakan kaidah tangan kiri Fleming, dimana jari telunjuk
menunjukkan arah medan magnet, jari tengah menunjukkan arah arus dan ibu jari menunjukkan
arah gaya magnet. Apabila konduktor yang terletak sejajar dan dialiri arus listrik, garis gaya
magnet yang mengelilingi masing–masing konduktor akan saling mempengaruhi.
ƒ Prinsip kerja alternator berdasarkan prinsip dari hukum Faraday. Pada alternator digunakan kaidah
tangan kanan Fleming untuk menentukan arus induksi di dalam sebuah konduktor, dimana jari
telunjuk menunjukkan arah medan magnet, ibu jari menunjukkan gerak konduktor dan jari tengah
menunjukkan arah arus induksi.
ƒ Berdasarkan kondisi operasional di unit maka fungsi battery adalah:
- Pada saat engine off, berfungsi untuk menyediakan arus listrik untuk lampu dan accesoris
lainnya.

32 
 
     Electric System 2 

- Pada saat engine start, berfungsi untuk mensuplay arus ke starting motor dan sistem electric
control engine.
- Pada saat engine running kebutuhan arus listrik sepenuhnya telah di-supplay dari charging
system, battery hanya berfungsi sebagai penstabil tegangan atau filter, sehingga komponen-
komponen yang sangat sensitif terhadap kenaikan dan penurunan tegangan seperti controller
engine dan controller lainnya akan aman.

33 
 
     Electric System 2 

Latihan Soal
Latihan berikut dikerjakan oleh siswa secara mandiri, setelah menyelesaikan pembelajaran bab 1.

Siswa menjawab secara singkat dan jelas pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!


1. Apakah yang dimaksud dengan arus, tegangan dan hambatan?
2. Jelaskan perbedaan dari arus searah dan arus bolak-balik!
3. Hal-hal apa saja yang harus dilakukan untuk merawat AVOmeter?
4. Sebutkan sifat-sifat dari magnet!
5. Apa yang harus dilakukan untuk memperbesar medan magnet?
6. Jelaskan prinsip kerja motor listrik dan alternator!
7. Sebutkan fungsi battery!
8. Apa yang dimaksud self discharge pada battery?
9. Apa yang dimaksud dengan larutan elektrolit battery?
10. Jelaskan reaksi pengosongan (discharge) dan pengisian (charging) battery!

34 
 
 

BAB II

Electrical Engine System

Tujuan Bab 2:
Setelah menyelesaikan pembelajaran pada Bab 2, siswa mampu menjelaskan
struktur dan cara kerja dari electrical engine system, yaitu:
- Starting system.
- Charging system.
- Pre Heating system.

Referensi:
ƒ Training Aid.
ƒ The Gold Book.
ƒ Unit Instruction Manual Komatsu Electrical System (SEULU0601-0).
 
     Electric System 2 

Pelajaran 1: Starting System

Tujuan Pelajaran 1
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 1, siswa mampu menjelaskan struktur, fungsi dan
cara kerja dari starting system.

Struktur dan Fungsi


Starting system pada sebuah engine merupakan suatu sistem yang berfungsi sebagai penggerak
mula untuk menghidupkan engine. Komponen-komponen utama starting system diantaranya adalah:

ƒ Battery.
ƒ Starting switch.
ƒ Battery relay switch.
ƒ Starting motor.
ƒ Safety relay.

Hubungan komponen-komponen tersebut di atas adalah sebagai berikut:

Rangkaian dasar starting system

36 
 
     Electric System 2 

ƒ Starting Switch

Starting switch berfungsi untuk memutuskan


atau menghubungkan komponen-komponen
dalam starting system, juga komponen-
komponen dalam electrical engine system
lainnya.

Adapun konstruksi dan hubungan masing-masing terminal yang terdapat pada starting switch adalah
sebagai berikut:

ƒ Battery Relay Switch


Battery relay switch berfungsi untuk
memutuskan atau menghubungkan negatif
battery dengan body/chasis. Pada unit-unit
tertentu, battery relay switch berfungsi untuk
memutus atau menghubungkan positif battery
dengan starting motor. Terdapat 2 (dua) jenis
battery relay switch, yaitu battery relay negatif
(3 terminal, 4 terminal) battery relay positif.

37 
 
     Electric System 2 

ƒ Battery Relay Negatif


ƒ 3 terminal

Arus pada saat starting switch posisi ON:

Arus yang melewati C1 diperlukan untuk menarik kontraktor P1 - P2, sedangkan arus yang
melewati C1 dan C2 diperlukan untuk menahan kontraktor P1 - P2.

ƒ 4 terminal

38 
 
     Electric System 2 

Arus pada saat starting switch posisi ON:

Bila engine hidup dan tegangan pengisian battery mencapai 28 - 29 volt, maka arus dari
Alternator adalah sebagai berikut:

Dengan demikian, jika starting switch di OFF-kan, maka P1 - P2 dan sub switch tidak akan
terbuka secara tiba-tiba dan tegangan dari alternator turun menjadi 9 volt. D1 yang
dihubungkan pararel dengan coil C adalah sebagai dioda fly wheel yang berfungsi untuk
mengalirkan tegangan yang timbul pada coil C ketika sirkuit ground terputus. D2 berfungsi
untuk mencegah terbaliknya polaritas terminal BR dan -b. D3 berfungsi untuk mencegah arus
menuju alternator ketika sub switch terhubung.

ƒ Battery Relay Positif


Battery relay positif menghubungkan terminal positif battery dengan starting motor.

39 
 
     Electric System 2 

ƒ Starting Motor
Starting motor berfungsi untuk memutar engine pada saat start (awal menghidupkan engine) dengan
prinsip merubah energi listrik menjadi energi mekanis. Konstruksi dari starting motor diperlihatkan
pada gambar di bawah:

Cara kerja dari starting motor adalah sebagai berikut:

Ketika starting switch diposisikan START maka


jalannya arus adalah:

Kemagnetan yang terjadi mampu melawan spring (4), menarik plunger (3) sehingga terminal B - M
berhubungan. Pada saat terminal B - M berhubungan, pull in coil (2) tidak bekerja, sedangkan hold in
coil (1) bekerja untuk mempertahankan agar terminal B - M tetap berhubungan. Dengan adanya
mekanisme shift lever, maka pergerakan plunger akan mendorong pinion gear sehingga berhubungan

40 
 
     Electric System 2 

dengan ring gear. Pada field coil akan timbul medan magnet, sehingga armature akan berputar ketika
mendapat arus untuk memutar engine.

ƒ Safety Relay
Fungsi safety relay adalah sebagai penghubung antara starting switch dengan starting motor. Safety
relay juga berfungsi untuk:
- Mencegah mengalirnya arus ke starting motor jika starting switch
diputar ke posisi start sementara engine sudah hidup.
- Secara otomatis memutus arus ke starting motor, sehingga pinion gear
starting motor lepas dari ring gear (setelah engine hidup) walaupun
starting switch masih berada pada posisi start.
- Mencegah arus mengalir ke starting motor jika starting switch di putar
ke posisi start pada saat starting motor masih berputar karena gagal
menghidupkan engine (safety relay old model).

• Safety Relay Old Model


Konstruksi safety relay old model banyak
digunakan pada unit-unit terdahulu yang
saat ini sudah tidak dipakai lagi. Di bawah
ini ditunjukkan konstruksi dan sirkuit dari
safety relay old model.  

41 
 
     Electric System 2 

• Safety Relay New Model


Konstruksi dan sirkuit dari safety relay new model adalah sebagai berikut:

Saat starting switch diposisikan start, maka jalannya arus adalah:

Ketika engine telah hidup sedang posisi starting switch masih pada posisi start, jalannya arus
adalah:

42 
 
     Electric System 2 

Karena kontaktor T terbuka, maka starting motor tidak bekerja. R3 dan C1 digunakan sebagai
pengaman agar arus ke starting motor tidak bekerja (segera terputus) ketika altenator mulai
menghasilkan arus/tegangan, sedangkan zener diode Z digunakan untuk mencegah transistor Q1
on sebelum tegangan yang dihasilkan alternator sesuai spesifikasi yang ditentukan.

43 
 
     Electric System 2 

Pelajaran 2: Charging System

Tujuan Pelajaran 2
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 2, siswa mampu menjelaskan struktur, fungsi dan
cara kerja dari charging system.

Struktur dan Fungsi


Sistem kelistrikan pada alat berat seperti starting
system, lighting system dan instrumen kelistrikan
lainnya membutuhkan energi listrik untuk dapat
bisa menjalankan fungsinya masing-masing. Energi
listrik yang dapat di-supply oleh baterai sebagai
sumber listrik jumlahnya terbatas dan akan habis
jika terus menerus digunakan.

Secara umum sistem pengisian berfungsi untuk menghasilkan energi listrik supaya bisa mengisi
kembali dan mempertahankan kondisi baterai. Disamping itu, sistem pengisian juga berfungsi untuk
menyuplai energi listrik secara langsung ke sistem-sistem kelistrikan yang membutuhkan. Sistem
pengisian (charging system), pada produk-produk Komatsu diklasifikasikan menjadi 4 (empat), yaitu:
- Sistem pengisian dengan DC Generator dan Tirril Regulator.
- Sistem pengisian dengan Alternator dan Tirril Regulator.
- Sistem pengisian dengan Alternator dan Semi Conductor Regulator.
- Sistem pengisian dengan Alternator Brushless dan Semi Conductor Regulator.
Sistem pengisian dengan DC Generator dan Tirril Regulator serta Alternator dan Tirril Regulator,
keduanya sudah tidak digunakan lagi. Sistem tersebut hanya digunakan pada unit terdahulu yang
sekarang populasinya sudah hampir habis, sehingga tidak dibahas lagi.

ƒ Sistem Pengisian dengan Alternator dan Semi Conductor Regulator

Tegangan yang dihasilkan alternator diatur oleh


regulator, disesuaikan dengan karakteristik
sistem kelistrikan pada unitnya. Adapun arus
yang masuk ke battery (sebagai arus pengisian)
dapat dimonitor melalui Ammeter atau charging
lamp yang dihubungkan seri dengan terminal R
alternator dan terminal ACC starting switch.

44 
 
     Electric System 2 

• Alternator
Konstruksi dan prinsip kerja alternator adalah:

- Field coil (rotor coil) mendapat arus penguat sehingga


pada rotor coil timbul medan magnet.
- Bila alternator diputar oleh engine, maka medan magnet
pada rotor coil akan dipotong oleh konduktor pada stator
coil, sehingga pada stator akan timbul arus listrik.
- Tegangan bolak balik yang keluar dari stator disearahkan
oleh diode sehingga menjadi arus searah.

45 
 
     Electric System 2 

• Semi Conductor Regulator


Fungsi semi conductor regulator adalah mengontrol arus penguat ke field coil (rotor coil)
sehingga didapatkan tegangan yang dihasilkan alternator antara 27,5 - 29,5 volt. Prinsip kerja
regulator adalah:

- Bila starting switch posisi ON, maka arus dari battery akan mengalir ke rotor coil. Jalannya
arus penguat adalah: Battery - B - R - rotor coil - F - T1 – E
- Setelah rotor coil menjadi magnet dan alternator diputar oleh engine, maka alternator akan
menghasilkan tegangan.
- Bila output voltage dari alternator masih kecil, maka arus yang keluar dari alternator akan
memperkuat medan magnet pada rotor coil, sehingga output voltage dari alternator naik.
Output voltage dari alternator adalah sebanding dengan putaran dan kekuatan medan
magnetnya.

- Saat tegangan mencapai 29,5 volt, maka


voltage drop di V3 akan menyebabkan zener
diode mendapat reverse voltage, sehingga T2
akan ON dan T1 akan OFF. Dengan demikian,
arus penguat ke rotor coil tidak mendapat
ground dan kemagnetan akan berkurang
sehingga tegangan yang dihasilkan alternator
akan turun.

- Bila output voltage turun mencapai 27,5 volt, maka T2 akan OFF dan T1 kembali ON dan field
coil mendapat arus penguat kembali, sehingga output voltage alternator naik kembali.
- Hal tersebut di atas terjadi berulang-ulang sehingga mengatur output voltage sebesar 27,5 -
29,5 volt.

46 
 
     Electric System 2 

ƒ Sistem Pengisian dengan Alternator Brushless dan Semi Conductor Regulator.


Pada prinsipnya, sistem pengisian jenis ini sama
dengan pengisian yang menggunakan alternator dan
semi conductor regulator. Adapun perbedaannya
terletak pada konstruksi alternator yang tidak
menggunakan brush serta adanya sistem penguat yang
disebut dengan Darlington pada regulatornya.

1. Stator ass’y
2. Bracket rear
3. Heat sink ass’y
4. Heat sink ass’y
5. Bolt
6. Support 17. Cover
7. Insulator 18. Bearing, Ball
8. Bushing 19. Cover
9. Insulator 20. Coil ass’y
10. Bushing 21. Rotor ass’y
11. Condenser 22. Bracket front
12. Bolt 23. Seal, Oil
13. Insulator 24. Bearing, Ball
14. Bushing 25. O-ring
15. Regulator ass’y 26. Cover
16. O-ring 27. Bolt
47 
 
     Electric System 2 

Prinsip kerja Darlington regulator:

Bila switch ON, maka TR1 ON, sehingga akan ada


arus B2 - E2, dengan demikian TR2 juga ON. Jadi:

IB2 = IB1 + IC1

Misal, hFE TR1 = TR2 = 20. hFE = Nilai penguatan, berarti


penguatan yang terjadi adalah 20 kali. Bila IB1 = 1 mA dan
IC1 = 20 mA, maka:

IB2 = IB1 + IC1


= 1 + 20
= 21 mA

dengan demikian :
IC2 = 21 x 20
= 420 mA

48 
 
     Electric System 2 

Pelajaran 3: Preheating System

Tujuan Pelajaran 3
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 3, siswa mampu menjelaskan struktur, fungsi dan
cara kerja dari preheating system.

Fungsi
Fungsi preheating system atau sistem pemanasan awal adalah untuk memanaskan udara yang akan
masuk ke ruang bakar dengan tujuan mempermudah menghidupkan engine pada saat udara di
sekeliling engine masih dingin. Pada produk-produk Komatsu terdapat beberapa jenis sistem
pemanasan awal, yaitu:
- Sistem pemanasan awal dengan Glow Plug
- Sistem pemanasan awal dengan Ribbon Heater
- Sistem pemanasan awal dengan Thermostat
- Sistem pemanasan awal dengan APS (Auto Priming System)

Sistem Pemanasan Awal dengan Glow Plug


Pada sistem pemanasan awal ini, udara dipanaskan dengan jalan membakar bahan bakar atau udara
dengan menggunakan glow plug. Hubungan komponen-komponen pada sistem pemanasan awal ini
adalah:

Prinsip kerja sistem pemanasan awal dengan glow plug adalah:

⊕ Battery Î B Î R1 Î R1 resistor Î R2 Î Circuit Breaker Î Heater Switch Î Heater


Signal Î Glow Plug Ground

49 
 
     Electric System 2 

Pada saat starting switch diputar ke posisi heat, maka arus dari battery mengalir ke terminal R1,
kemudian diturunkan melalui hambatan R1 dan R2, sehingga tegangan yang diberikan ke glow
plug menjadi 6 volt, karena glow plug yang dipakai adalah 6 volt. Namun, pada saat starting
switch diputar ke posisi start, maka arus akan diteruskan ke terminal R2 kemudian diturunkan
oleh hambatan R2 baru ke glow plug.

ƒ Glow Plug
Glow plug adalah sebuah alat pemanas
yang dengan komponen-komponen lain
akan memanaskan udara untuk
pembakaran pada engine.

Pada prinsipnya Glow Plug akan membara dan proses


pemanasan pun berlangsung. Untuk mengetahui bahwa
glow plug sudah membara maka dipasang glow plug
indicator.

ƒ Circuit Breaker
Fungsi circuit breaker adalah mencegah kerusakan komponen-
komponen dan kabel-kabel pada sistem pemanasan awal yang
dikarenakan arus berlebihan (short circuit).

50 
 
     Electric System 2 

Sistem Pemanasan Awal dengan Ribbon Heater


Rangkaian dan prinsip kerja sistem pemanasan awal dengan ribbon heater (intake air heater) adalah:

⊕ Battery Î B Î R1 Î C Î Coil Î Ground


Ð
magnet
Ð
Heater relay B - A terhubung

Heater signal Î Ground

⊕ Battery Î B Î R1 Î

Ribbon Heater Î Ground

Adapun konstruksi ribbon heater yang digunakan adalah:

51 
 
     Electric System 2 

Contoh sistem pemanasan awal pada D375 yang mengunakan intake air heater:

Sistem Pemanasan Awal dengan Thermostat


Pada sistem pemanasan awal ini bahan bakar dibakar dengan igniter yang konstruksinya adalah:

Bila starting switch diposisikan heat, maka jalannya arus adalah:

⊕ Battery Î Starting Switch Î Heater Signal ÎThermostart Î Ground.

- Ketika heater coil memanas, valve steam mengembang dan ball valve terbuka.
- Fuel yang keluar dari valve stem akan menyembur igniter dan terbakar (udara menjadi panas).

52 
 
     Electric System 2 

Sistem Pemanasan Awal dengan APS (Auto Priming System)


Pada sistem pemanasan awal ini, prinsipnya sama dengan yang menggunakan glow plug atau
thermostat, yaitu dengan membakar bahan bakar di dalam intake manifold. Aplikasi APS adalah pada
dozer D375-5. 

Rangkaian APS pada dozer D375 adalah:

53 
 
     Electric System 2 

APS membakar fuel di dalam intake manifold untuk memanaskan udara yang masuk. Cara kerja APS
adalah:

- Ketika suhu air pendingin engine di bawah suhu yang ditetapkan, kontak sensor suhu air APS
tertutup sehigga sinyal masuk ke kontroller.
- Dengan demikian, jika preheating switch ON, kontroller mengirim sinyal listrik ke glow plug supaya
panas. Ketika glow plug panas, preheating pilot lamp menyala.
- Ketika waktu preheating untuk glow plug selesai, lampu padam. Ketika pilot lamp padam,
menunjukkan bahwa glow plug telah cukup dipanaskan untuk mengaktifkan APS.
- Setelah preheating lamp padam, jika starting switch dipindah pada posisi START, APS injection
nozzle di dalam intake manifold akan ON/OFF (10 kali/detik) untuk menginjeksikan fuel.
- Ketika suhu air pendingin engine di atas suhu yang sudah ditetapkan, maka kontak sensor suhu air
pendingin terbuka sehingga glow plug dan fuel injection nozzle tidak aktif. Preheting lamp
kemudian berkedip 1 Hz untuk menandakan bahwa APS sudah selesai.
- Pindahkan starting switch ke posisi OFF.
- Jika glow plug atau APS nozzle system short dengan ground, lampu akan menyala sampai short
circuit di perbaiki. Jika lampu tidak bisa padam ketika preheating selesai (setelah 12 detik), atau
lampu padam kemudian nyala lagi, matikan engine dan periksa rangkaian yang short dengan
ground.
- Jika preheating switch ON ketika suhu air pendingin engine di atas suhu yang sudah ditetapkan,
lampu akan menyala 12 detik dan kemudian berkedip. Dalam hal ini glow plug tidak aktif.

54 
 
     Electric System 2 

Ringkasan

ƒ Starting system pada sebuah engine merupakan suatu sistem yang berfungsi sebagai penggerak
mula untuk menghidupkan engine. Komponen-komponen utama starting system diantaranya
adalah:
- Battery.
- Starting switch.
- Battery relay switch.
- Starting motor.
- Safety relay.

ƒ Secara umum sistem pengisian berfungsi untuk menghasilkan energi listrik supaya bisa mengisi
kembali dan mempertahankan kondisi baterai. Disamping itu, sistem pengisian juga berfungsi
untuk menyuplai energi listrik secara langsung ke sistem-sistem kelistrikan yang membutuhkan.
Sistem pengisian (charging system), pada produk-produk Komatsu diklasifikasikan menjadi 4
(empat), yaitu:
- Sistem pengisian dengan DC Generator dan Tirril Regulator.
- Sistem pengisian dengan Alternator dan Tirril Regulator.
- Sistem pengisian dengan Alternator dan Semi Conductor Regulator.
- Sistem pengisian dengan Alternator Brushless dan Semi Conductor Regulator.

ƒ Fungsi preheating system atau sistem pemanasan awal adalah untuk memanaskan udara yang
akan masuk ke ruang bakar dengan tujuan mempermudah menghidupkan engine pada saat udara
di sekeliling engine masih dingin. Pada produk-produk Komatsu terdapat beberapa jenis sistem
pemanasan awal, yaitu:
- Sistem pemanasan awal dengan Glow Plug.
- Sistem pemanasan awal dengan Ribbon Heater.
- Sistem pemanasan awal dengan Thermostat.
- Sistem pemanasan awal dengan APS (Auto Priming System).

55 
 
     Electric System 2 

Latihan Soal
Latihan berikut dikerjakan oleh siswa secara mandiri, setelah menyelesaikan pembelajaran bab 2.

Siswa menjodohkan pernyataan pada kolom A dengan kolom B yang tepat (pada kolom B dapat
dipilih lebih dari satu kali).

KOLOM A KOLOM B

1. Berfungsi sebagai penggerak mula. a. Safety relay


2. Berfungsi untuk memutuskan atau menghubungkan komponen- b. Starting switch
komponen dalam starting system, juga komponen-komponen c. Circuit breaker
dalam electrical engine system lainnya. d. Charging system
3. Berfungsi untuk memutuskan/menghubungkan negatif battery e. Battery relay switch
dengan body/chasis atau positif battery dengan starting motor.   f. Preheating system
4. Berfungsi untuk memutar engine pada saat start (awal g. Starting system
menghidupkan engine) dengan prinsip merubah energi listrik h. Starting motor
menjadi energi mekanis.   i. Glow plug
5. Berfungsi sebagai penghubung antara starting switch dengan j. Regulator
starting motor dan mencegah mengalirnya arus ke starting motor
jika starting switch diputar ke posisi start sementara engine sudah
hidup.
6. Berfungsi untuk menghasilkan energi listrik supaya bisa mengisi
kembali dan mempertahankan kondisi baterai dan men-supply
energi listrik secara langsung ke sistem-sistem kelistrikan yang
membutuhkan.
7. Mengatur tegangan yang dihasilkan oleh alternator.  
8. Berfungsi untuk memanaskan udara yang akan masuk ke ruang
bakar dengan tujuan mempermudah menghidupkan engine pada
saat udara di sekeliling engine masih dingin.  
9. Sebuah alat pemanas yang dengan komponen-komponen lain
akan memanaskan udara untuk pembakaran pada engine.
10. Berfungsi untuk mencegah kerusakan komponen-komponen dan
kabel-kabel pada sistem pemanasan awal yang dikarenakan arus
berlebihan.

56 
 
 

BAB III

Wiring Diagram

Tujuan Bab 3:
Setelah menyelesaikan pembelajaran pada Bab 3, siswa mampu menjelaskan arti
dari simbol kabel dan komponen electric. Siswa juga mampu membaca wiring
diagram.

Referensi:
- Shop Manual D60/65A,P-8 : D155A-2 ; D85ESS-2
- Training Aid.
- Unit Instruction Manual Komatsu Electrical System (SEULU0601-0).
 
     Electric System 2 

Pelajaran 1: Simbol

Tujuan Pelajaran 1
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 1, siswa mampu menjelaskan arti dari simbol kabel
dan komponen electric.

Simbol Kabel
Simbol kabel pada suatu wiring diagram pada umumnya
menyatakan ketebalan dan warna kabel. Contoh:

0.85 BW
nominal number: 0.85
warna kabel: hitam dengan garis putih.

Tabel di bawah menunjukkan klasifikasi kabel berdasarkan ketebalan.

58 
 
     Electric System 2 

Tabel di bawah menunjukkan klasifikasi kabel berdasarkan kode dan warna.

Simbol Komponen
Simbol komponen electric secara umum telah diuraikan pada bab 1 pelajaran 1.

59 
 
     Electric System 2 

Pelajaran 2: Wiring Diagram

Tujuan Pelajaran 2
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 2, siswa mampu membaca wiring diagram.

Wiring Diagram
Electrical Wiring Diagram D60/65A,P-8:

60 
 
     Electric System 2 

Electrical Circuit Diagram D60/65A,P-8:

61 
 
     Electric System 2 

Electrical Circuit Diagram D155A-2:

62 
 
     Electric System 2 

Connector Position Drawing D85ESS-2:

63 
 
     Electric System 2 

64 
 
     Electric System 2 

Connection table for connector pin numbers:

No. of X type connector


pins Male (female housing) Female (male housing)

No. of SWP type connector


pins Male (female housing) Female (male housing)

12

65 
 
     Electric System 2 

16

No. of M type connector


pins Male (female housing) Female (male housing)

66 
 
     Electric System 2 

No. of S type connector


pins Male (female housing) Female (male housing)

10

12

16

No. of MIC type connector


pins Male (female housing) Female (male housing)

67 
 
     Electric System 2 

13

17

21

No. of AMP040 type connector


pins Male (female housing) Female (male housing)

12

68 
 
     Electric System 2 

16

20

No. of AMP070 type connector


pins Male (female housing) Female (male housing)

14

18

No. of L type connector


pins Male (female housing) Female (male housing)

69 
 
     Electric System 2 

No. of Automobile connector


pins Male (female housing) Female (male housing)

No. of Relay connector


pins Male (female housing) Female (male housing)

70 
 
     Electric System 2 

71 
 
     Electric System 2 

Ringkasan

Simbol kabel pada suatu wiring diagram pada umumnya menyatakan ketebalan dan warna kabel.
Contoh:

0.85 BW
nominal number: 0.85
warna kabel: hitam dengan garis putih.

72 
 
     Electric System 2 

Latihan Soal
Latihan berikut dikerjakan oleh siswa secara mandiri, setelah menyelesaikan pembelajaran bab 3.

Siswa menjawab secara singkat dan jelas pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.


1. Jelaskan maksud simbol kabel dan connector di bawah ini!
a. 0.5Y
b. 0.2GL
c. J01 (Lihat Shop Manual PC200-7)
d. SR1 (Lihat Shop Manual HD785-5)

2. Gambarkan simbol komponen di bawah ini!


a. Battery
b. Battery Relay
c. Starting Switch
d. Alternator
e. Oil Pressure Switch
f. Lamp
g. Heater Signal
h. Horn
i. Heater Relay
j. Lamp Switch

73 
 
 

BAB IV

Perawatan

Tujuan Bab 4:
Setelah menyelesaikan pembelajaran pada Bab 4, siswa mampu menjelaskan dan
melakukan perawatan pada battery. Siswa juga mampu menjelaskan dan
melakukan perawatan pada kabel dan connector.

Referensi:
- Shop Manual D60/65A,P-8 : D155A-2 ; D85ESS-2
- Training Aid.
     Electric System 2 

Pelajaran 1: Battery

Tujuan Pelajaran 1
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 1, siswa mampu menjelaskan dan melakukan
perawatan pada battery.

Elektrolit Battery
Kondisi dari sebuah battery ditunjukkan oleh nilai specific
gravity (berat jenis) larutan elektrolitnya. Alat untuk
mengukur berat jenis elektrolit disebut hydrometer.
Hydrometer harus dikalibrasi agar mendapatkan nilai berat
jenis elektrolit standar pada temperatur 20ºC (68ºF) JIS.
Untuk mendapatkan pembacaan berat jenis yang benar
adalah jika temperatur di atas 20ºC, ditambah 0,0007 tiap
kenaikan 1ºC. Jika temperatur di bawah 20ºC, ditambah
0,0007 tiap penurunan 1ºC.

Contoh, pada suhu 49ºC didapatkan pembacaan berat jenis


elektrolit adalah 1,25. Temperatur elektrolit pada saat
º
pengukuran adalah 29 C di atas standard yang ditetapkan, yaitu
20ºC (68ºF) JIS, sehingga pembacaan berat jenis yang
sebenarnya dihitung dengan rumus sebagai berikut:
S20 = St + 0,0007 ( t – 20 )
= 1,25 + 0,0007 ( 49 – 20 )
= 1,25 + 0,0203
= 1,2703

Jadi pembacaan yang benar setelah dikoreksi dengan temperatur adalah 1,2703. Contoh lain,
temperatur elektrolit pada saat pengukuran adalah 0ºC. Berat jenis elektrolit pada hydrometer terbaca
1,29. Temperatur elektrolit pada saat pengukuran adalah 20ºC di bawah standard, sehingga
pembacaan berat jenis yang benar adalah:
S20 = St + 0,0007 ( t – 20 )
= 1,29 + 0,0007 ( 0 – 20 )
= 1,29 – 0,014
= 1,276

Jadi pembacaan yang benar adalah 1,276 setelah dikoreksi dengan temperatur elektrolitnya.

  75
 
     Electric System 2 

Pembacaan skala pada hydrometer harus dipastikan bahwa


hydrometer floatnya benar-benar bebas, dan kita luruskan mata
kita dengan permukaan zat cair untuk mendapatkan pembacaan
yang tepat. Pembacaan yang dengan menyudut akan didapatkan
hasil yang kurang tepat.

Selain menggunakan hydrometer, pengukuran berat jenis


elektrolit battery dapat menggunakan Reflactometer seperti
diperlihatkan pada gambar di samping. Reflactometer biasanya
dilengkapi dengan skala temperatur elektrolit battery pada saat
pengukuran.

Jumlah elektrolit battery perlu diperiksa melalui dua garis pada


battery dengan kotak transparan yang menunjukkan batas
tertinggi dan batas terendah. Permukaan elektrolit harus berada
diantara kedua garis tersebut. Bila elektrolit sudah sampai pada
batas terendah, maka harus ditambah dengan air suling sampai
batas tertinggi.

Pemeriksaan jumlah elektrolit battery dengan kotak


hitam dilakukan melalui lubang pengisian. Bila
permukaan elektrolit berada di bawah split ring,
maka harus ditambah dengan air suling.

Charging
Sebuah battery yang telah lama digunakan akan berkurang unjuk
kerjanya. Begitu pula dengan battery yang lama tidak digunakan,
unjuk kerjanya akan berkurang karena terjadi self discharge.
Pengosongan battery menjadi semakin cepat apabila battery
tersebut harus mengeluarkan arus tanpa adanya pengisian. Agar
dapat terus digunakan, maka battery tersebut harus diisi dengan
menggunakan pengisi battery (battery charger).

Terdapat dua jenis pengisian battery, yaitu pengisian cepat (fast charging) dan pengisian lambat
(slow charging). Pengisian cepat dilakukan bila diperlukan pengisian battery dengan waktu yang

  76
 
     Electric System 2 

singkat dan arus pengisian yang besar. Pengisian cepat dapat mengurangi umur battery. Bila waktu
yang tersedia cukup, lebih baik menggunakan pengisian lambat. Untuk mengisi battery sampai penuh
atau mengisi battery yang sama sekali kosong, dianjurkan untuk menggunakan pengisian lambat
dengan arus pengisian yang kecil. Beberapa hal yang perlu dilakukan sebelum pengisian adalah:
- Bersihkan terminal battery dari kotoran, karat atau kerak dengan menggunakan sikat kuningan
atau kertas gosok halus.
- Lepas semua sumbat ventilasi.
- Periksa permukaan elektrolit, tambahkan air suling bila kurang.
- Bila pengisian dilakukan dalam keadaan battery terpasang pada unit, lepas kabel dari terminal
positif dan negatif battery untuk mencegah kerusakan pada rectifiers alternator dan komponen
lainnya.
- Tentukan besar arus pengisian.

ƒ Charging dengan arus tinggi (fast charging)


Metode charging dengan arus tinggi pada dasarnya men-charging battery dengan arus sebesar-
besarnya untuk mendapatkan waktu yang sesingkat-singkatnya. Pengisian dengan arus tinggi harus
dihindari karena metode ini akan memperpendek umur battery. Pada umumnya alat pengisi
dilengkapi dengan alat pengukur arus dan waktu pengisian. Oleh karena itu, ikutilah instruksi yang
ada. Bila alat pengisi tidak dilengkapi dengan alat pengukur arus dan waktu pengisian, gunakan
rumus untuk menghitung besar arus pengisian di bawah.

Kapasitas Kekosongan (Ah)


Arus Pengisian (A) =  
1 + Waktu Pengisian (h)

Kapasitas kekosongan battery diketahui dari grafik kekosongan


battery di samping setelah pengukuran berat jenis elektrolit
battery. Besar arus pengisian maksimum adalah ½ kapasitas
battery. Waktu untuk pengisian cepat adalah ½ – 1 jam.

Contoh, battery dengan kode N200 memiliki kapasitas 200 Ah dengan nilai berat jenis elektrolit
adalah 1.20 pada suhu 20°C. Dengan melihat grafik, maka kapasitas kekosongan battery pada berat
jenis 1.20 adalah 30%. Artinya, 200 Ah x 30% = 60 Ah. Apabila waktu pengisian yang akan dilakukan
adalah 1 jam, maka:

60
Arus Pengisian (A) = = 30 A
1+1

  77
 
     Electric System 2 

ƒ Charging dengan arus rendah (slow charging)


Metode charging dengan arus rendah (slow charging) adalah cara yang paling tepat untuk
mengembalikan battery ke kondisi semula. Pengisian dengan arus rendah akan memperpanjang umur
battery karena reaksi yang terjadi dalam battery berlangsung pelan, sehingga tidak menimbulkan
beban yang berlebih pada battery. Pengisian dengan arus kecil harus dihitung dengan rumus di
bawah. Besar arus pengisian tidak boleh melebihi 10% kapasitas battery.

Kapasitas Kekosongan (Ah)


Waktu Pengisian (H) = • 1.2 − 1.5
Besar Arus Pengisian (A)

Contoh, battery dengan kode N200 memiliki kapasitas 200 Ah dengan nilai berat jenis elektrolit
adalah 1.20 pada suhu 20°C. Dengan melihat grafik, maka kapasitas kekosongan battery pada berat
jenis 1.20 adalah 30%. Artinya, 200 Ah x 30% = 60 Ah. Apabila besarnya arus yang digunakan untuk
charging adalah 5 ampere, maka:

60
Waktu Pengisian (H) = • 1.2 − 1.5 = 4.8 - 6 Hours
5

Penggunaan Charger
- Pastikan saklar utama (main switch), saklar waktu (timer
switch), dan saklar arus (current switch) berada pada
posisi Off.
- Hubungkan kabel pengisi (charging lead) positif dengan
terminal positif battery dan kabel pengisi negatif dengan
terminal negatif battery.
- Hubungkan kabel daya (power lead) dengan sumber
listrik.
- Posisikan saklar tegangan (voltage switch) sesuai dengan
tegangan battery.
- Posisikan saklar utama pada posisi On.
- Posisikan saklar waktu pada waktu yang sesuai.
- Posisikan saklar arus pada besar arus yang sesuai.

Perawatan Battery

Agar sebuah battery dapat mencapai umur/masa pakai yang


direkomendasikan oleh pabrik, maka dalam penggunaannya perlu
diperhatikan hal-hal di bawah ini.

  78
 
     Electric System 2 

ƒ Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Discharging.


- Periksa kabel-kabel penghubung. Jika rusak, ganti yang baru.
- Bersihkan terminal battery dan terminal kabel dengan sikat
kawat dan bubuhkan sedikit gemuk/vaselin, kemudian
kencangkan hubungan kabel kabelnya.
- Pemakaian arus battery untuk 6 volt tidak boleh lebih dari 2x
kapasitasnya, sedangkan untuk 12 volt tidak boleh lebih dari 3x
kapasitasnya, karena dapat memperpendek umur dari battery.
- Pembebanan battery tidak boleh melebihi batas terminal
voltage (final terminal voltage) yang diijinkan. Untuk tiap sel
final terminal voltage-nya 1,75 volt.
- Tutup battery terutama vent plug-nya tidak boleh tersumbat,
karena bisa menyebabkan battery meledak.
- Bila air battery kurang, harus ditambah dengan air suling.

ƒ Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat Recharging.


- Sebelum Recharging harus diperiksa jumlah elektrolit dalam battery. Bila kurang tambahkan air
suling.
- Jangan sekali-kali menambahkan larutan asam sulfat (H2SO4), karena akan mengakibatkan berat
jenis elektrolit terlalu tinggi, sehingga akan mengurangi umur battery dan tidak memungkinkan
untuk mengukur keadaan muatan listrik battery melalui berat jenisnya.
- Kencangkan kabel-kabel penghubung, sebab bila kabel kendor akan terjadi loncatan bunga api.
- Gas yang terjadi pada proses recharging harus segera dibebaskan (perhatikan vent plug-nya atau
buka tutup jika perlu).
- Bila memakai battery charger, harus ada fan untuk membuang gas-gas yang terbentuk dan harus
dicegah supaya tidak terjadi bunga api yang bisa menyebabkan kebakaran.
- Arus pengisian dianjurkan adalah 0-70 Ampere untuk fast charging, sedangkan untuk slow
charging tidak boleh melebihi 10% kapasitas battery. Saat pengisian, temperatur elektrolit tidak
boleh melebihi 55°C.

ƒ Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat penyimpanan battery.


- Battery yang tidak dipakai harus disimpan ditempat yang kering, sejuk dan tidak kena sinar
matahari langsung, karena bisa mempercepat reaksi kimia (self discharge).
- Battery yang diterima lebih dahulu sebaiknya didahulukan pemakaiannya.
- Pada waktu dikeluarkan dari kemasan, periksa dengan teliti apakah ada kerusakan luar. Jika ada
kerusakan segera perbaiki.
- Untuk battery tipe basah, perlu adanya pengisian secara periodik, yaitu minimal sebulan sekali,
untuk menjaga agar battery tetap full charge dan tidak cepat rusak.

  79
 
     Electric System 2 

Penyebab Kerusakan Battery


Semua battery mempunyai umur tertentu, tetapi
terdapat beberapa hal yang akan memperpendek
umur battery.

ƒ Level Elektrolit
Level elektrolit yang rendah akan merusak active
material yang ada pada plat-plat battery dan
menyebabkan pembentukan asam sulfat, sehingga
akan menurunkan reaksi kimia battery. Penyebab
berkurangnya level elektrolit antara lain:
- Kotak battery retak/pecah.
- Perawatan yang tidak baik, terutama tidak dilakukannya penambahan air pada saat dibutuhkan.
- Terjadi overcharging pada battery, sehingga penguapan meningkat yang pada akhirnya elektrolit
akan berkurang.
Level air battery yang terlalu banyak juga tidak baik, karena akan mencairkan/menurunkan berat
jenis elektrolit dan suatu saat akan meluber keluar melalui vent hole, sehingga menimbulkan korosi
pada terminal.

ƒ Overcharging
Overcharging bisa terjadi di unit atau pada saat di-charge dengan battery charger. Overcharging akan
menyebabkan penguapan yang tinggi dan kenaikan panas pada battery. Penguapan yang berlebih
akan melarutkan active material dari battery serta kebutuhan penambahan air akan bertambah.
Peningkatan suhu yang berlebih akan menimbulkan oksidasi pada pelat dan membuat pelat battery
bergelombang.

ƒ Undercharging
Kerusakan sistem pengisian pada unit biasanya menjadikan battery undercharging. Undercharging
akan membuat asam sulfat dari pelat battery mengeras dan sulit untuk dikembalikan ke posisi
semula. Selain itu juga akan membuat elektrolit battery mudah membeku. Battery jika dalam kondisi
undercharge, tidak dapat digunakan untuk men-start engine.

ƒ Corrosion
Tumpahnya elektrolit dan kondensasi dari proses penguapan akan menyebabkan korosi pada
terminal, konektor dan bahan-bahan logam dari bracket battery. Korosi akan menyebabkan kenaikan
tahanan, sehingga akan mengurangi tegangan yang dialirkan serta efektifitas charging system.

  80
 
     Electric System 2 

ƒ Cycling
Proses charging dan discharging yang terjadi secara berulang akan menyebabkan active material dari
plat positif battery lepas. Hal ini akan menurunkan kapasitas battery dan pada akhirnya akan
mengurangi umur battery.

ƒ Temperatur
Kenaikan temperatur dari battery bisa disebabkan karena battery mengalami overcharge atau karena
engine mengalami overheat. Kenaikan suhu tersebut akan mengurangi umur battery. Temperatur
yang terlalu rendah juga akan menyebabkan elektrolit battery menjadi mudah membeku. Pada suhu
0oF, sebuah battery dengan kondisi full charge hanya mampu mengirimkan arus sebesar setengah
atau bahkan kurang dibandingkan dengan pada kondisi normal. Pada temperatur yang sama (0oF
atau -17,8oC), engine yang dalam kondisi dingin membutuhkan tenaga dua kali lebih banyak jika
dibandingkan dengan kondisi normal. Elektrolit dalam kondisi full charge baru dapat membeku pada
suhu -60oC atau dibawahnya, sedangkan apabila dalam kondisi tidak bermuatan sama sekali akan
lebih mudah membeku, yaitu pada suhu 17,8oC.

ƒ Vibration
Battery harus diikat sekencang mungkin supaya tidak bisa bergerak dari dudukannya. Vibrasi pada
battery akan menyebabkan lepasnya konektor, retak pada case-nya dan kerusakan pada komponen
dalam battery.

ƒ Kekencangan Terminal
Kekencangan terminal battery perlu diperhatikan secara periodik. Konektor yang kendor akan
mengakibatkan koneksi yang tidak baik. Apabila konektor tersebut kendor, pada saat dibutuhkan arus
yang besar akan mengakibatkan bunga api, sehingga pada akhirnya akan merusak konektor dan
terminal battery itu sendiri. Pemilihan konektor yang terlalu besar dibandingkan dengan terminal
battery sehingga kekencangan sebuah konektor dipaksakan dengan menambah plat dan sebagainya,
akan mengakibatkan penyaluran arus menjadi terhambat. Akibatnya adalah sama, yaitu muncul
bunga api pada saat digunakan men-start engine.

  81
 
     Electric System 2 

Pelajaran 2: Wiring & Connector

Tujuan Pelajaran 2
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 2, siswa mampu menjelaskan dan melakukan
perawatan pada wiring & connector.

Wiring harnesses adalah sekelompok kabel yang digunakan sebagai penghubung antara satu
komponen electric dengan komponen lainnya. Connectors digunakan untuk dapat menghubung atau
memutuskan sebuah wiring dengan wiring lainnya. Untuk melindungi wiring dari kemungkinan
terjadinya kerusakan, maka digunakan protectors atau tubes.

Dibandingkan dengan komponen electric yang tersimpan


dalam sebuah kotak atau case, kemungkinan terjadinya
kerusakan pada wiring harnesses lebih besar karena
mendapat pengaruh langsung dari luar, misal hujan, panas
maupun getaran. Selain itu, kerusakan juga dapat terjadi
karena proses remove dan install yang terjadi berkali-kali
selama pelaksanaan inspection dan repair. Oleh karena itu,
wiring harnesses dan connector perlu mendapat perhatian
khusus dalam penanganannya.

Beberapa kerusakan yang terjadi pada wiring harnesses, diantaranya:

- Defective contact antara male dan female - Disconnecting pada wiring.


connector.

- Defective crimping atau soldering pada


connector. - High pressure water pada connector.

  82
 
     Electric System 2 

- Oli atau kotoran pada connector

Di bawah ini merupakan prosedur removing, installing and drying conectors dan wiring connector
berdasarkan shop manual.

  83
 
     Electric System 2 

  84
 
     Electric System 2 

  85
 
     Electric System 2 

Ringkasan

ƒ Kondisi dari sebuah battery ditunjukkan oleh nilai specific gravity (berat jenis) larutan elektrolitnya.
Alat untuk mengukur berat jenis elektrolit disebut hydrometer. Selain menggunakan hydrometer,
pengukuran berat jenis elektrolit battery dapat menggunakan Reflactometer. 
ƒ Jumlah elektrolit battery perlu diperiksa melalui dua garis pada battery dengan kotak transparan
yang menunjukkan batas tertinggi dan batas terendah. Pemeriksaan jumlah elektrolit battery
dengan kotak hitam dilakukan melalui lubang pengisian.  
ƒ Agar dapat terus digunakan, maka battery tersebut harus diisi dengan menggunakan pengisi
battery (battery charger). Terdapat dua jenis pengisian battery, yaitu pengisian cepat (fast
charging) dan pengisian lambat (slow charging).
ƒ Wiring harnesses adalah sekelompok kabel yang digunakan sebagai penghubung antara satu
komponen electric dengan komponen lainnya.  
ƒ Kemungkinan terjadinya kerusakan pada wiring harnesses sangat besar karena mendapat
pengaruh langsung dari luar, misal hujan, panas maupun getaran. Selain itu, kerusakan juga dapat
terjadi karena proses remove dan install yang terjadi berkali-kali selama pelaksanaan inspection
dan repair.
ƒ Beberapa kerusakan yang terjadi pada wiring harnesses, diantaranya:
- Defective contact antara male dan female connector.
- Defective crimping atau soldering pada connector.
- Disconnecting pada wiring.
- High pressure water pada connector.
- Oli atau kotoran pada connector.

  86
 
     Electric System 2 

Latihan Soal
Latihan berikut dikerjakan oleh siswa secara mandiri, setelah menyelesaikan pembelajaran bab 4.

Siswa melengkapi pernyataan-pernyataan berikut.


1. Kondisi dari sebuah battery ditunjukkan oleh nilai _______________ larutan elektrolitnya.

2. _______________(a) dan _______________(b) adalah dua alat yang digunakan untuk mengukur
berat jenis elektrolit battery.

3. Jumlah elektrolit battery perlu diperiksa melalui _______________(a) pada battery dengan kotak
transparan yang menunjukkan batas tertinggi dan batas terendah, sedangkan pemeriksaan pada
battery dengan kotak hitam dilakukan melalui _______________(B). Bila elektrolit sudah sampai
pada batas terendah, maka harus ditambah dengan _______________(c).

4. Pada suhu 34ºC didapatkan pembacaan berat jenis elektrolit adalah 1,28 , maka pembacaan berat
jenis yang sebenarnya adalah _______________ .

5. Terdapat dua jenis pengisian battery, yaitu _______________(a) dan _______________(b).

6. _______________ adalah sekelompok kabel yang digunakan sebagai penghubung antara satu
komponen electric dengan komponen lainnya.  

  87
 
 

Yayasan Karya Bakti United Tractors


Jalan Raya Bekasi Km 22. Cakung Jakarta Timur 13910 – Indonesia
Telp : (62-21) 4605949 4605959 4605979
Fax : (62-21) 4600657 4600677

Anda mungkin juga menyukai