Anda di halaman 1dari 13

PRANATA SOSIAL SISTEM PENGELOLAAN HUTAN

MASYARAKAT ADAT KAJANG

Muh Dassir

Laboratorium Hasil Hutan Fakultas Kehutanan UNHAS

ABSTRACT

Forest management practices based on ³ Pasang ³ at Kajang are phenomenon that


interesting, because concepts that professed by Kajang society actually apply forest
management practice everlastingly. In conection with the mentioned, author interested to
canvass how far existence "pasang ri Kajang" as a pranata management sumberdaya
especially forest and communities ammatoa as forest area user. Pasang-pasang that
forest preservation in awning custom society.

Key Words : Pasang, custom forest

PENDAHULUAN maka rusak pula kehidupan mereka. Oleh


sebab itu, komunitas adat Ammatoa
Komunitas Ammatoa di Kajang sangat berpantang untuk mengganggu
merupakan salah satu komunitas adat di hutan dan mengambil kayunya. Dalam
Indonesia yang hutannya masih upaya menjaga kelestarian hutannya,
terlindungi. Komunitas Ammatoa memiliki komunitas dibagi menjadi dua wilayah
sistem sosial yang unik, yaitu merupakan yaitu wilayah ilalang embayya (kawasan
kelompok komunitas sosial yang tetap lindung yang tidak boleh diganggu) dan
berpegang teguh pada "Pasang ri wilayah pantarang embayya yang dapat
Kajang" (sistem nilai budaya komunitas dimanfaatkan oleh komunitas. Dengan
Ammatoa) yang merupakan ajaran adanya batas wilayah yang boleh
tradisional dari leluhur yang berasal dari dimanfaatkan dan yang tidak
Tu Rie' A'ra'na (Tuhan) melalui bolehimanfaatkan, komunitas Ammatoa
Ammatoa sebagai pimpinan komunitas dapat menjaga kelestarian hutannya
tertinggi. Pasang adalah kumpulan sampai sekarang.
pesan-pesan, petuah-petuah, petunjuk- Praktek-praktek pengelolaan hutan
petunjuk dan aturan-aturan bagaimana berbasis pasang di Kajang merupakan
seseorang menempatkan diri terhadap fenomena yang menarik, karena konsep-
makro dan mikro kosmos serta tata cara konsep yang dianut oleh masyarakat
menjalin harmonisasi alam-manusia- Kajang sesungguhnya menerapkan
Tuhan. Pasang menjadi ukuran apakah praktek pengelolaan hutan secara lestari.
sesuatu itu "baik" atau "buruk" atau Sehubungan dengan hal tersebut, penulis
apakah sesuatu itu "boleh" atau "tidak". tertarik untuk meneliti sejauh mana
Pasang menganjurkan agar tidak keberadaan "pasang ri Kajang" sebagai
merusak hutan karena komunitas suatu pranata pengelolaan sumberdaya
Ammatoa memandang hutan sebagai khususnya hutan dan komunitas
sumber kehidupan dan penyangga Ammatoa sebagai pengguna kawasan
keseimbangan lingkungan. Bagi hutan.
komunitas Ammatoa jika hutan rusak,

Naskah Masuk : 5 Juni 2008 135


Naskah Diterima : 28 Juli 2008
Jurnal Hutan Dan Masyarakat
Vol. III No. 2 Agustus 2008, 111-234

Penelitian ini bertujuan untuk : dengan pola pengelolaan hutan yang


dilakukan oleh komunitas adat Ammatoa.
1. Mengetahui sistem pranata sosial
pengelolaan hutan pada Masyarakat
Data yang diperoleh dari hasil
.adat Kajang.
wawancara dengan masyarakat adat
2. Mengetahui struktur kelembagaan
yang diteliti dianalisis secara deskriptif
adat Ammatoa yang menyangkut
pengelolaan sumberdaya hutan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN
Profil Komunitas Adat Ammatoa
Penelitian ini telah dilaksanakan
Masyarakat Desa Tana Toa
selama r dua bulan yaitu mulai bulan Juli
Kecamatan Kajang Kabupaten
sampai bulan Agustus 2007, bertempat
Bulukumba adalah merupakan salah satu
di Desa Tana Toa Kecamatan Kajang
kelompok masyarakat adat yang sehari-
Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi
harinya menggunakan bahasa Konjo dan
Selatan.
kokoh memegang tradisinya. Komunitas
Pengumpulan data dalam Ammatoa terbagi dua yaitu komunitas
penelitian ini dilakukan melalui : Ammatoa di Tana Kamase-masea dan
komunitas Ammatoa di Tana Kuasayya.
Wawancara dengan para informan kunci
Komunitas Ammatoa yang bermukim di
untuk memperoleh data dan informasi
Tana Kamase-masea tetap
lisan mengenai pranata sosial
mempertahankan sistem nilai budaya
pengelolaan hutan dan struktur
yang diwariskan oleh nenek moyangnya
kelembagaan masyarakat adat kajang
dan cenderung lamban atau kurang
yang terkait dengan pengelolaan hutan.
menerima hal-hal yang baru bahkan
Para informan kunci yang dimaksud
sebagian ditolak sama sekali.
adalah :
Sikap dan perilaku kehidupan
a. Ammatoa (pimpinan tertinggi
masyarakat adat Ammatoa yang
komunitas adat);
bermukim di Tana Kamase-masea
b. Galla 5 (pembantu Ammatoa yang
berpedoman pada ajaran Pasang ri
khusus bertugas mangurusi
Kajang, yakni seluruh aktifitas kehidupan
masalah adat) yaitu Galla Pantama,
mereka dipusatkan pada kehidupan
Galla Lombo, Galla Puto, Galla
akhirat. Hal ini tercermin dari suasana
Kajang dan Galla Anjuru;
kehidupan yang ditampilkannya sehari-
c. Karaeng Tallua (pembantu
hari. Rumah sederhana berbentuk
Ammatoa dalam bidang
panggung, tanpa perabot, tanpa
penyelenggaraan pemerintahan
perhiasan. Bentuk rumah sama, sehinga
yang dikenal "tri tunggal dalam
sulit membedakan antara rumah ketua
pemerintahan") yaitu Sullehatang,
adat Ammatoa dengan anggota
Karaeng Kajang (Labbiriyah) dan
masyarakat lainnya.
Moncong Buloa (Anak Karaeng
Berbeda dengan komunitas adat
Tambangan);
Ammatoa yang bermukim di Tana
d. Tokoh masyarakat/agama, dan
Kuasayya, mereka sudah mulai
masyarakat sebagai pengelola dan
membuka diri terhadap piranti-piranti
pemanfaat hutan, baik di dalam
teknologi dan menggunakannya seperti
kawasan hutan adat maupun di luar
listrik, televisi, kendaraan bermotor, mobil
kawasan hutan adat.
sebagai upaya dari pemerintah untuk
Observasi atau peninjauan langsung ke
mengangkat kehidupan mereka.
lapangan untuk melihat kondisi hutan
Komunitas di Tana Kuasayya, secara

136
Pranata Sosial Sistem Pengelolaan Hutan
Masyarakat Adat Kajang
Muh Dassir

perlahan pola pikirnya mengalami Borong Karama' dan Borong


perkembangan. Hal ini nampak dengan Battasayya dibatasi oleh jalan setapak
adanya keinginan dari mereka untuk yang digunakan oleh Ammatoa dan
menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang anggota adat sebagai jalan untuk
yang lebih tinggi. Mereka berharap, masuk di Borong Karama' untuk
kehidupan anak-anak mereka pada masa upacara ritual komunitas. Borong
yang akan datang akan lebih baik dari Battasayya terdapat di Hutan
kehidupan yang dijalaninya sekarang. Pa'rasangeng Iraja. Di Borong
Selain itu, perubahan yang terjadi pada Battasayya, komunitas Ammatoa di
komunitas Ammatoa di Tana Kuasayya Tana Kamase-masea maupun di Tana
yaitu pakaian yang dikenakan, sebagian Kuasayya diperbolehkan mengambil
besar sudah memakai pakaian seperti kayu dengan syarat-syarat tertentu.
yang dipakai orang-orang di luar wilayah 3. Borong Luarayya merupakan
adat, hanya orang-orang tua saja yang hutan rakyat yang belum dibebani hak
masih memakai pakaian serba hitam. milik. Menurut Muh. Sain (anak dari
Amma Galla), hutan ini terletak di
Kawasan Hutan Adat Tana Toa sekitar kebun masyarakat ke-Ammatoa-
an dengan luas ± 100 Ha. Dari hutan
Hutan adat ke-Ammatoa-an inilah masyarakat bisa memenuhi
(Boronna I Bohe) dibagi ke dalam tiga kebutuhan mereka terhadap kayu
zona, yaitu : dengan persyaratan yang sama pada
pengambilan kayu di Borong
1. Hutan Keramat (Borong Karama'), Battasayya.
merupakan zona pertama dari hutan Luas kawasan hutan Tana Toa
adat yang menurut pasang terlarang yang meliputi Hutan Keramat
(kasipalli) untuk dimasuki, ataupun (Borong Karama') dan Hutan Perbatasan
mengganggu flora dan fauna yang ada (Borong Battasayya) menurut hasil tata
di dalamnya. Borong Karama' hanya batas yang dilakukan oleh Dinas
boleh dimasuki oleh Ammatoa dan Kehutanan Kabupaten Bulukumba yaitu
anggota adat apabila ada upacara adat 331,17 ha, yang oleh pemerintah
(upacara pelantikan Ammatoa, ditetapkan sebagai Hutan Produksi
Pa'nganroang). Borong Karama' dibagi Terbatas (HPT).
menjadi delapan yaitu : Borong
Pa'rasangeng Iraja, Borong Struktur Kelembagaan Masyarakat
Pa,rasangeng Ilau' Borong Tappalang, Adat Ammatoa
Borong Tombolo, Borong Karanjang,
Borong Tunikeke, Tuju Erasaya dan Struktur lembaga adat Ammatoa
Borong Pandingiang. Konon kabarnya, dikenal sebagai appa' pa'gentunna
apabila ada orang dari luar yang masuk tanaya na pa'tungkulu'na langi' (empat
di zona ini, orang tersebut tidak bisa penggantung bumi dan penopang langit)
keluar. Kalaupun bisa keluar, orang yaitu : (1) Ada' yang harus tegas
tersebut akan meninggal. Begitu juga (gattang); (2) Karaeng yang harus
dengan anjing, kalau berhasil keluar menegakkan kejujuran (lambusu); (3)
anjing tersebut tidak bisa Sanro (dukun) yang harus pasrah
menggonggong lagi. (apisona); dan (4) Guru yang harus sabar
2. Hutan Perbatasan (Borong (sa'bara). Adapun struktur kelembagaan
Battasayya), hutan ini merupakan zona adat Ammatoa menurut Ibrahim, T (2001)
kedua dari Borong Karama'. Antara dapat dilihat pada Gambar 2.

137
Jurnal Hutan Dan Masyarakat
Vol. III No. 2 Agustus 2008, 111-234

Ammato

Karaeng Tallua
Anrongta

Karaeng Kajang

Sulletang
Anak Karaeng
Ada' Limayya Tambangan
(Moncong Buloa)

Galla Galla Galla Galla Galla


Pantama Lombo Puto Kajang Anjuru

Adat Pelaksana Lompo Ada' Ada' Akkeke Butta


Pemerintahan (Ada' Buttaya) 5 orang

Ada' ri Tana
Lohea
5 orang

Ada' patambai cidong panroakki bicara


pallabbui rurung (pelengkap) 8 orang

Gambar 2. Struktur Lembaga Adat Ammatoa

Tugas dan Fungsi dari Struktur Menghubungkan harapan-


Kelembagaan Adat Ammatoa terdiri atas : harapan komunitas dan
1. Ammatoa mempunyai fungsi dan gagasan keilahian (upaya
peran menurut Pasang ri Kajang penyelarasannya melalui
sebagai berikut : pa'nganroang).
a. Sebagai orang yang dituakan, c. Ammatoa menjadi katup
artinya bahwa Ammatoa adalah pengaman ketegangan-
pelindung, pengayom dan suri ketegangan sosial antar
teladan bagi semua warga komunitas.
komunitas. d. Bertanggung jawab terhadap
b. Sebagai penghubung manusia - pelaksanaan kelestarian
Tu Rie' A'ra'na dan Tu Rie' Pasang ri Kajang.
A'ra'na - Manusia.

138
Pranata Sosial Sistem Pengelolaan Hutan
Masyarakat Adat Kajang
Muh Dassir

2. Anrongta ri Pangi dan Anrongta ri 4. Karaeng Tallua sebagai salah satu


Bongkina bertugas mengurus perangkat adat dalam struktur
perlengkapan-perlengkapan pada lembaga adat Ammatoa, memiliki tiga
upacara adat. orang personil, yaitu (1) Karaeng
3. Ada' Limayya, merupakan salah satu Kajang (labbiriyah), dijabat oleh
perangkat adat yang statusnya camat Kajang; (2) Sullehatang, dijabat
setingkat dengan Karaeng Tallua. oleh kepala kelurahan Tana Jaya; dan
Anggotanya sebanyak lima orang (3) Moncong Buloa, anak Karaeng
dengan tugas-tugas tersendiri. Kelima Tambangan. Sekarang dijabat oleh
orang tersebut masing-masing : Kepala Desa Tambangan. Tugas
a. Galla Pantama bertempat di Bonto yang dipercayakan kepada Karaeng
Pao memiliki tugas pa'lamung- Tallua yaitu mendampingi Galla
lamungang, yaitu menentukan waktu Pantama pada setiap berlangsungnya
mulai menanam dengan melihat pesta adat.
tanda-tanda (tanra). Seperti mulai 5. Lompo Ada' (Ada' Buttaya) bertugas
berbunganya pohon Dande dalam bidang-bidang :
(Hopea dolosa) menandakan mulai a. Ada' ri Tana Lohea. Perangkat adat
diadakannya abborong (musyawarah) ini mempunyai lima orang personil
yang dipimpin oleh Galla Pantama yang kesemuanya berasal dari Ada'
untuk menentukan waktu menanam Limaya dengan tugas tersendiri. Galla
padi. Sekarang dijabat oleh Puto Pantama dengan status sebagai
Tangngai. penghulu adat atau adat utama; Galla
b. Galla Lombo bertugas mengurus Lombo dengan tugas yang
masalah pemerintahan pada daerah- berhubungan dengan urusan
daerah takluk Ammatoa dan urusan perbelanjaan; Galla Kajang bertugas
keluar masuk kawasan adat. mengurus perkara-perkara dan
Sekarang dijabat oleh Kepala Desa hukum serta persoalan-persoalan
Tana Toa. kriminal; Galla Puto bertugas sebagai
c. Galla Anjuru bertugas dalam bidang juru bicara Ammatoa; dan Galla
pekerjaan yang berhubungan dengan Anjuru bertugas mengurusi bagian
nelayan (perikanan), menentukan perlengkapan.
waktu yang baik unrtuk turun ke laut b. Adat pelaksana pemerintahan, yang
dan menangkap ikan. terdiri dari tujuh anggota yaitu : (1)
d. Galla Kajang bertempat di Pangi, Guru bertugas sebagai pembaca doa
bertugas mengurusi pesta-pesta adat dan mantera-mantera; (2)
dan yang berhubungan dengan Kadahangnga bertugas dalam bidang
Pasang keagamaan dan pelanggaran pertanian; (3) Lompo Karaeng
(kriminal). bertugas membantu Ada' Limaya ri
e. Galla Puto bertempat di Benteng, Tana Lohea dalam pelaksanaan
bertugas sebagai juru bicara pesta dan upacara adat; (4) Sanro
Ammatoa dan sebagai pengawas Kajang, bertugas untuk menjaga dan
langsung tentang pelaksanaan memelihara kesehatan rakyat; (5)
Pasang ri Kajang. Sekarang dijabat Anrong Guru, bertugas dalam urusan
oleh Puto Beceng. pertahanan dan keamanan; (6)
Ada' Limayya pada mulanya dijabat Lompo Ada' bertugas juga sebagai
langsung oleh putra-putri Ammatoa pendamping adat jika berlangsung
pertama. Kemudian setelah mereka pesta adat; dan (7) Galla Malleleng
meninggal, jabatan itu dipegang oleh bertugas dalam urusan perbelanjaan
keturunan mereka berdasarkan dan keuangan.
petunjuk Pasang ri Kajang.

139
Jurnal Hutan Dan Masyarakat
Vol. III No. 2 Agustus 2008, 111-234

c. Ada' Akkeke Butta, terdapat lima terpandang dalam masyarakat; (6)


anggota dengan tugas pokok Panrea, yaitu orang-orang yang memiliki
memelihara dan memperbaiki saluran keahlian dan keterampilan khusus seperti
air dan pengairan. Itulah sebabnya tukang kayu, pandai besi dan
mereka disebut Ada' Akkeke artinya sebagainya; (7) Puahang, yaitu ketua
anggota adat yang bertugas untuk kelompok nelayan yang memiliki
mengatur hal-hal yang berhubungan perkumpulan nelayan yang disebut sero;
dengan urusan penggalian tanah dan (8) Uragi, yaitu ahli pertukangan
khususnya menyangkut soal saluran kayu, khususnya dalam pembuatan
air dan pengairan. Personilnya ialah : rumah. Anggota-anggota tersebut tidak
(1) Galla Ganta; (2) Galla Sangkala; mempunyai tugas dan tanggung jawab
(3) Galla Sapa; (4) Galla Bantalang; dalam pemerintahan maupun dalam
dan (5) Galla Batu Pajjara. susunan adat. Karena itu, mereka itu
¶6elain yang disebutkan di atas, masih hanya dikategorikan sebagai patambai
ada lagi perangkat adat yang disebut cidong panroakki bicara pallabbui rurung.
Ada' Patambai cidong panroakki bicara Artinya pelengkap orang yang duduk-
pallabbui rurung. Anggotanya diambil dari duduk, turut meramaikan pembicaraan
delapan jenis profesi dan keahlian. dan memperpanjang barisan.
Artinya, anggota kelompok ini adalah
orang-orang yang mempunyai pekerjaan Pasang ri Kajang tentang Pengelolaan
tertentu. Mereka itu ialah : (1) Laha dan Pelestarian Hutan
Karaeng, yaitu bekas kepala distrik atau
mantan Karaeng Kajang; (2) Laha Ada' Menyangkut hubungan manusia
yaitu mantan Gallarang (Mantan Kepala dengan alam, Pasang ri Kajang lebih
Desa); (3) Pattola Karaeng yaitu keluarga banyak menitikberatkan pada pelestarian
dekat pemerintahan yang sedang hutan. Pasang-pasang yang
memerintah; (4) Pattola Ada' yaitu berhubungan dengan pelestarian hutan
keluarga dekat pemangku adat atau menurut Ibrahim (2001) tersaji pada
pemimpin adat; (5) Tau Toa Tabel 3.
Pa'rasangeng, yaitu orang-orang

140
Pranata Sosial Sistem Pengelolaan Hutan
Masyarakat Adat Kajang
Muh Dassir

Tabel 3. Pasang Tentang Pelestarian Hutan


No. Pasang Artinya

1. Jagai linoa lollong bonena kammayya tompa Peliharalah bumi beserta isinya, demikian pula
langika siagang rupa taua siagang boronga langit, manusia dan hutan
Nikasipalliangngi ammanra'-manrakia borong
2. Anjo boronga iya kontaki bosiya nasaba konre Dilarang (kasipalli) dipantangkan merusak
mae pangairangnga iaminjo boronga nikua hutan
3. pangairang Hutanlah yang mengundang hujan sebab
disini tidak ada pengairan, maka hutanlah
4. Punna nitabbangngi kajua riborongnga, yang berfungsi sebagai pengairan karena
nunipappirangnga Angngurangi bosi patanre mendatangkan hujan.
timbusu. Nibicara pasang ri tau 0D¶ULROR Jika kayu dalam hutan ditebang, hujan akan
5. Narie' kaloro battu riboronga, narie' timbusu berkurang dan mata air akan hilang
battu rikajua na battu ri kalelengnga (mengering). Demikian pesan orang terdahulu
6. Boronga parallui nitallassi, erea battu ri kaloro Adanya sungai berasal hutan, adanya mata air
lupayya berasal dari pepohonan dan liana
7. Iyamintu akkiyo bosi anggenna ereya nipake
a'lamung pare, ba'do appa'rie' timbusia Hutan perlu dilestarikan karena air berasal dari
sunagi-sungai kecil
8. Anjo tugasa'na Ammatoa nalarangngi Dialah (hutan) yang mendatangkan hujan
annabbang kaju ri boronga. Iyaminjo nikua sehingga dapat digunakan untuk menanam
ada'tana padi, jagung dan menjadi mata air
9. Iyaminjo boronga kunne pusaka Tugas seorang Ammatoa yaitu melarang
10. Talakullei nisambei kajua, iyato' minjo kaju terjadinya penebangan kayu di hutan.
timboa, talakullei nitambai nanikurangi borong Demikianlah hukum yang berlaku disini
karama, nilarangngi tauwa a,lamung-lamung Hutan adalah pusaka kita
riboronga, nasaba se're hattu larie' tau Tidak diperkenankan mengganti jenis kayu di
angngakui bate lamunna hutan adat, itu saja kayu yang tumbuh secara
alami, tidak dapat ditambah dan dikurangi,
dilarang adanya kegiatan menanam di hutan
adat, sebab suatu waktu akan muncul
pengakuan hak milik tanaman dalam hutan
adat
Sumber : Ibrahim T, 2001

Pasang pertama menegaskan Demikian pula halnya dengan


bahwa alam yang terbagi ke dalam tiga dunia, jika salah satu unsur penyusunnya
benua yaitu benua atas yaitu boting rusak mka unsur yang lain ikut menjadi
langi' (langit), benua tengah (tempat rusak. Bumi dan segala isinya terutama
mahluk hidup termasuk manusia) disebut manusia dan hutan harus dijaga. Manusia
lino dan benua bawah disebut paratihi harus menjaga diri segala tindakan yang
(lautan), merupakan satu kesatuan yang dapat merusak alam agar alam tetap
saling terikat antara satu dengan lainnya lestari dan kepentingan manusia dapat
dan membentuk suatu sistem yang terpenuhi. Sebagaimana telah disebutkan
disebut dunia. Dalam suatu sistem, jika dalam pasang bahwa manusia harus
salah satu unsur dari sistem tersebut menjaga empat anggota tubuhnya agar
rusak atau tidak dapat menjalankan selamat di dunia dan akhirat yaitu
fungsinya sebagaimana mestinya maka menjaga mulut, menjaga tangan,
unsur-unsur lainnya juga akan terganggu menjaga mata dan menjaga langkah dari
dan tidak dapat berfungsi secara perbuatan-perbuatan yang dapat
maksimal. Dengan kata lain, kerusakan merusak alam dan mahluk hidup lainnya.
salah satu unsur penyusunnya akan Hutan harus dijaga kelestariannya
menyababkan kerusakan pada sistem karena kerusakan hutan akan
tersebut. menimbulkan kerusakan yang lebih besar

141
Jurnal Hutan Dan Masyarakat
Vol. III No. 2 Agustus 2008, 111-234

masarakat adat Ammatoa karena hutan


di bumi, seperti terjadinya kekeringan, dianggap sebagai pusaka sehingga
erosi, banjir, pemanasan global dan tanggung jawab untuk menjaga hutan
berbagai bentuk kerusakan lainnya yang dipegang oleh Ammatoa. Dari ungkapan
pada akhirnya akan merugikan manusia. Pasang ri Kajang di atas tampak bahwa
Akibatnya keseimbangan alam menjadi kekuasaan yang dipercayakan kepada
tidak stabil dan jika kerusakan hutan pemegang kendali pemerintahan,
semakin parah, maka akan sangat sulit bukanlah kekuasaan sewenang-wenang,
mengembalikannya ke kondisi semula tetapi kekuasaan harus diabdikan untuk
sekalipun hutan merupakan sumberdaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
yang dapat diperbaharui (renewable Sikap pemegang kendali pemerintahan
resources). yang diberi amanah sangat menentukan
Pasang kedua menegaskan untuk terciptanya keharmonisan hubungan
tidak mengambil/merusak hutan (kayu, antara alam dan kehidupan manusia.
rotan dan binatangnya), mengeksploitasi Kejujuran yang dipegang teguh oleh
hutan secara berlebihan, karena dapat pejabat pemerintah merupakan syarat
menimbulkan banjir, keringnya sumber- mutlak untuk menjaga kelestraian alam
sumber air serta rusaknya keseimbangan dan lingkungan. Untuk itulah, Pasang ri
ekosistem. Jadi banjir, hilangnya sumber- Kajang mengingatkan kepada manusia,
sumber air (akibat pembabatan hutan) apakah ia sebagai pemegang kendali
atau berkurangnya kesuburan tanah pemerintahan ataukah sebagai anggota
(akibat usaha intensifikasi lahan) adalah adat agar senantiasa bertanggung jawab
merupakan akibat dari perbuatan serakah terhadap tugas yang diembannya dan
manusia "tubakka teka'na" atau tidak saling mengingatkan dalam berbagai hal.
kamase-masea. Pasang terakhir menegaskan
Pasang ketiga, keempat, kelima, bahwa tidak boleh dilakukan penebangan
keenam dan ketujuh menggambarkan maupun penanaman di hutan adat
fungsi hidrologis hutan sebagai pengatur (Borong Karama'). Pepohonan yang ada
tata air. Bahwa dengan hutan yang lestari didalamnya dibiarkan tumbuh dan
dapat mendatangkan hujan dan membuat mengalami suksesi alami. Dengan
mata air tetap mengalir. Walaupun demikian nantinya tidak ada yang
komunitas Ammatoa menyatakannya mengakui kepemilikan atas hutan secara
dalam bahasa yang sederhana, akan pribadi. Hal ini juga berarti bahwa segala
tetapi hal ini menunjukkan bahwa mereka sesuatu yang sudah baku dari
sangat mengerti akan fungsi hutan. pemerintah ataupun adat, tidak boleh
Kehidupan manusia akan menjadi lebih diganggu karena itu sudah ketentuan
baik, karena dapat memenuhi kebutuhan yang harus ditaati. Kepemilikan
hidupnya tanpa mengganggu seseorang atas sesuatu barang atau
keseimbangan ekologi dari alam. jabatan, tidak boleh diganggu oleh orang
Dengan kesadaran akan fungsi lain karena itu sudah menjadi haknya.
hutan, masyarakat adat Ammatoa akan
senantiasa menjaga kelestarian hutan. Pranata sosial Pengelolaan Hutan Adat
Jika tidak, mereka sendiri yang akan Ammatoa
merasakan akibatnya. Akan terjadi
kekeringan dan gagal panen, serta tidak Suasana kehidupan masyarakat
dapat menjalankan aktivitas lainnya yang adat Ammatoa penuh dengan berbagai
selalu dibahasakan oleh mereka pantangan dan pemali. Mereka meyakini
"kehidupan akan hancur". bahwa salah satu pemali yang harus
Pasang kedelapan dan kesembilan dijaga kesakralannya adalah Pasang ri
menegaskan pentingnya hutan bagi Kajang itu sendiri. Karenanya, Pasang ri

142
Pranata Sosial Sistem Pengelolaan Hutan
Masyarakat Adat Kajang
Muh Dassir

Kajang menurut keyakinan komunitas memimpin upacara tersebut


adat Ammatoa berisi kebenaran yang memperlihatkan kepada hadirin
pantang unrtuk dirubah. Kebenaran yang bahwa yang memegang linggis
terkandung di dalamnya berlaku tersebut tidak terbakar jika memang ia
sepanjang jaman. Beberapa pantangan benar. Sesudah itu, Ammatoa
dan pemali yang tidak boleh dilakukan di bersama perangkat adat lainnya
hutan adat Ammatoa yaitu larangan memerintahkan kepada semua yang
menebang pohon, mengambil rotan dan hadir untuk memegang linggis yang
tali, menangkap udang dan ikan, memerah karena panas tersebut.
memburu satwa di Borong Karama' dan Siapa diantara mereka yang benar
mengganggu bani. Larangan-larangan dan jujur, pasti ia tidak merasakan
tersebut dibarengi sanksi-sanksi adat panasnya linggis tersebut. Sebaliknya
sebagai berikut : siapa yang curang, tidak jujur, akan
1. Babbala (cambuk) terbakar. Dengan cara itu, orang yang
Babbala (cambuk) yang terbagi atas melakukan pelanggaran akan
tiga tingkatan, yaitu : (1) poko' mengakui kesalahannya atau
babbala, (2) tangnga babbala, dan (3) kebohongan yang dipegangnya
cappa babbala. Tindakan selama ini.
pelanggaran berat (poko' babbala- Kasus seperti ini jika dilihat dari sudut
gagang cambuk) dihukum denda ilmu jiwa, menunjukkan bahwa
sebanyak 12 real atau 24 ohang seseorang ketika berhadapan dengan
(rupiah VOC), setara dengan Rp. tokoh yang memiliki kekuasaan penuh
1.200.000,-. Pelanggaran sedang (full power) lagi dijamin keteguhan
(tangnga babbala-tengah cambuk) dan kejujurannya dalam menegakkan
dihukum denda sebesar 8 real atau kebenaran dan keadilan, seperti tokoh
16 ohang, setara dengan Rp. adat Ammatoa, nyalinya menciut jika
800.000,- dan pelanggaran ringan memang ia berbohong. Karena itu,
(cappa babbala-ujung cambuk) upacara attunu panroli,
dihukum denda sebesar 4 real atau 8 sesungguhnya linggis yang dibakar itu
ohang, setara dengan Rp. 400.000,-. memang akan membakar orang yang
Pada saat si pelanggar diadili, rapat memegangnya, apabila ia salah dan
dihadiri oleh para pemangku adat dan apabila benar, maka linggis tersebut
pemerintah, menerima denda yang tidak akan membakarnya. Cuma
dibayarkan oleh sipelanggar. Uang orang yang bersalah berpikir, lebih
denda tersebut dibagikan kepada baik mengakui kekeiruannya,
semua yang hadir dan semua orang daripada harus menanggung resiko
hadir menjadi saksi. Menebang pohon yang lebih besar.
tanpa izin Ammatoa digolongkan 3. Attunu Passau (Pembakaran Passau)
pelanggaran berat. Diizinkan Apabila pelaku pelanggaran tidak
menebang 1 (satu) pohon, tetapi yang hadir pada saat upacara penjatuhan
ditebang 2 (dua) pohon, dikategorikan hukuman karena ingin menghindari
denda sedang, sementara menebang hukuman atau ingin melarikan diri ke
saja tetapi tidak mengambilnya daerah lain, maka Ammatoa bersama
dikategorikan denda ringan. pemangku adat lainnya melakukan
2. Attunu Panroli (Pembakaran Linggis) upacara pembakaran passau (attunu
Upacara pembakaran linggis ini passau).
bertujuan untuk mengetahui siapa Passau diambil dari sarang lebah,
yang jujur di antara masyarakat adat disimpan di rumah Ammatoa 5 hari
Ammatoa. Apabila linggis yang sebelum dibakar untuk didinginkan
dibakar telah merah menyala, yang dan diberi mantera-mantera. Passau

143
Jurnal Hutan Dan Masyarakat
Vol. III No. 2 Agustus 2008, 111-234

tersebut dibakar ditempat terjadinya Komunitas Ammatoa dengan


pelanggaran dan berlaku selama tiga prinsip hidup kamase-masea
bulan sejak passau dibakar. memandang hutan sebagai aset yang
Komunitas Ammatoa meyakini sangat berharga dalam kehidupannya
bahwa selama passau masih ditiup dan harus dilindungi. Untuk itu, dalam
oleh angin, maka sipelanggar pasti pengelolaan hutan komunitas selalu
tidak dapat menghindar walaupun berpedoman terhadap "Pasang ri
bersembunyi di langit ataupun ke Kajang" dan mempertegas larangan-
perut bumi. larangan yang tidak boleh dilakukan di
Pelaku yang dikenakan passau akan dalam hutan. Larangan-larangan adat
memperoleh sanksi yang sakral yang tidak boleh dilakukan di hutan
seperti perut membengkak, terjangkit adalah sebagai berikut :
penyakit kusta, nipa'loha (lupa 1. Larangan mengambil hasil hutan di
ingatan), yang tidak dapat sembuh Hutan Keramat (Borong Karama')
hingga mengalami kematian. Dari seperti menebang kayu (anna'bang
hasil wawancara dengan pemangku kaju), mengambil rotan (uhe), tali
adat dan masyarakat setempat (kaleleng), menangkap udang dan
mengatakan bahwa akibat dari ikan, memetik daun, bunga, ranting
passau sudah banyak terbukti dan hal dan cabang pohon. Bahkan terlarang
inilah yang membuat komunitas (kasipalli) mencabut rumput dan
Ammatoa sangat takut melakukan mengambil kayu yang tumbang. Jika
pelanggaran terutama di dalam hutan. seseorang melihat rotan yang
Seseorang yang memberi menjalar keluar dari hutan maka
keterangan palsu atau mengetahui harus dijalarkan kembali ke hutan.
adanya pelanggaran tetapi tidak bersedia Sedangkan di Borong Battasayya
menjadi saksi juga dikenakan "attunu dibolehkan menebang pohon atas
passau" karena dianggap telah persetujuan Ammatoa, tetapi larangan
bersekongkol dengan pelaku. Selain lainnya tetap berlaku sebagaimana di
dikenakan passau, pelanggar juga Borong Karama'.
dikenakan hukuman "pengucilan dari 2. Larangan memburu satwa liar di
pergaulan yang dianggap sebagai dalam hutan kecuali jika satwa
"lampabangngi" (babi) dan turi' (kera).
tersebut memasuki pemukiman, sawah a. Sebagai jagawana yang
atau kebun warga, maka satwa diharapkan bisa mejaga hutan dari
tersebut boleh ditangkap atau gangguan manusia,
dibunuh. Larangan ini berlaku di b. Manusia dan lebah bersaudara
dalam kawasan Tana karena keberadaannya di dunia
Kamase - masea maupun di Tana bersamaan dengan
Kuasayya. keberadaannya manusia pertama,
3. Larangan mengganggu lebah (bani, c. Menjadi contoh bagi manusia
manu'-manu'). Khusus untuk lebah dalam ketekunannnya berusaha
(bani, manu'-manu'), kasipalli atau dan kejujurannya melaksanakan
terlarang diganggu walaupun tugas,
bersarang di kolong rumah. Menurut d. Hanya memakan (mengisap) yang
penuturan Amma Galla, perlakuan baik-baik saja,
khusus yang diberikan kepada manu'- e. Menyerang hanya kalau diganggu,
manu' (bani, lebah) karena adanya dan
keyakinan bahwa : f. Membantu para pejuang dahulu
dalam menghadapi penjajah.

144
Pranata Sosial Sistem Pengelolaan Hutan
Masyarakat Adat Kajang
Muh Dassir

Pemanfaatan hutan oleh komuitas habis dan secara perlahan akan


adat keperluan rumah tangga. Selain itu, mengikis masuk ke dalam Borong
pemanfaatan yang sangat penting adalah Karama', sehingga kondisinya akan
sebagai tempat pelaksanaan upacara sama dengan hutan yang pernah
adat (ritual ceremony) dan benda-benda dikelola oleh Dinas Kehutanan
yang dikeramatkan tidak terganggu. Kabupaten Bulukumba.
Pemanfaatan hutan secara 2. Dari tahun ke tahun penduduk
langsung baik berupa kayu maupun non semakin bertambah yang berarti akan
kayu belum dirasakan oleh Komunitas semakin banyak pula yang
Ammatoa. Untuk bangunan rumah, membutuhkan kayu. Setelah
sebagian dari mereka membeli kayu dari penebangan kayu di Hutan
Sulawesi Tenggara dan dari kebun. Perbatasan (Borong Battasayya)
Hanya warga yang benar-benar tidak ditutup, maka pengambilan kayu
punya kayu di kebunnya dan tidak dialihkan ke Borong Luarayya yang
mampu beli yang meminta kayu kepada prosedurnya sama dengan
adat. pengambilan kayu di Borong
Pengambilan kayu di Borong Battasayya Battasayya.
dengan persetujuan Ammatoa, sudah Berdasarkan hasil wawancara
ditutup sewaktu Abdul Kahar Muslim dengan beberapa masyarakat
menjabat sebagai kepala Desa Tana Toa setempat, walaupun diizinkan
(sekarang dijabat oleh Abdul Salam, menebang kayu di Borong Luarayya,
mantan Sekretaris Desa) dengan tapi sangat sedikit dari anggota
pertimbangan sebagai berikut : komunitas Ammatoa yang
1. Trauma dengan kondisi hutan yang meminta kayu kepada adat karena
pernah dikelola oleh Dinas Kehutanan adanya prosedur yang harus
Kabupaten Bulukumba, yang hampir dilakukan dan ditaati. Selain itu,
seluruhnya dijadikan kebun. Ammatoa sebagian besar dari mereka dapat
dan pemangku adat lainnya khawatir, memenuhi kebutuhan kayunya dari
apabila izin penebangan kayu di kebun. Jika tidak dapat diperoleh dari
Borong Battasayya tetap dibuka maka kebun, mereka lebih memilih
pohon-pohon di hutan tersebut akan
untuk membeli di tempat lain seperti
dari Sulawesi Tenggara.
Menurut Ammatoa, Hutan untuk keperluan upacara adat di dalam
Keramat (Borong Karama') seluruhnya Borong Karama'.
sudah dipassaui (dibacakan mantra- Dari hasil wawancara dengan
mantra) untuk menjaga hutan. Sehingga masyarakat setempat, komunitas tidak
untuk memetik daun saja dipinggir hutan, mengambil kayu di hutan keramat
komunitas adat Ammatoa takut untuk (Borong Karama') karena alasan-alasan
melakukannya apalagi untuk menebang sebagai berikut :
pohon atau mengambil rotan karena takut 1. Dilarang oleh adat dan komunitas
akan sanksi sakralnya. Daun ataupun Ammatoa dan harus taat kepada
tangkai boleh diambil apabila orang aturan adat;
tersebut benar-benar membutuhkannya 2. Takut kena passau;
seperti peneliti yang membutuhkan 3. Agar kebutuhan mereka terhadap air
sampel daun untuk diiidentifikasi dengan dapat terpenuhi sepanjang waktu.
syarat harus mendapat izin dari
Ammatoa. Penebangan pohon dan Sebagaimana telah dijelaskan
mengambil rotan di Hutan Keramat sebelumnya bahwa dalam peraturan
(Borong Karama') hanya diperbolehkan adat, dibolehkan mengambil kayu di

145
Jurnal Hutan Dan Masyarakat
Vol. III No. 2 Agustus 2008, 111-234

kawasan Hutan Perbatasan (Borong 1. Masyarakat yang membutuhkan kayu


Battasayya) atas izin Ammatoa. Jenis menyampaikan ke Galla Puto;
dan ukuran kayu yang boleh diambil 2. Galla Puto melaporkan hal ini kepada
ditentukan oleh Ammatoa. Pengambilan Ammatoa;
kayu di Borong Battasayya hanya 3. Keputusan boleh atau tidak orang
dibolehkan untuk tujuan : tersebut mengambil kayu ditetapkan
oleh Ammatoa dengan
1. Membangun sarana umum, seperti mempertimbangkan tujuan, jumlah,
sekolah, rumah adat, rumah ibadah, ukuran, serta jenis kayu yang diminta;
dan sebagainya. 4. Setelah mendapat izin penebangan
2. Membangun rumah. Ini berlaku untuk kayu dari Ammatoa, Galla Puto dan
masyarakat yang benar-benar tidak Galla Lombo mengecek lokasi yang
mampu. Artinya orang tersebut tidak telah ditentukan dan memeriksa
dapat memperoleh kayu dari ketersediaan kayunya;
kebunnya ataupun membeli kayu dari 5. Proses penebangan kayu sampai
tempat lain, sementara dia sangat kayu dikeluarkan dari hutan
membutuhkan kayu untuk disaksikan oleh Galla Puto dan Galla
membangun rumah. Lombo untuk memastikan tidak terjadi
Sebelum pengambilan kayu dilakukan, pelanggaran.
maka orang yang bersangkutan terlebih
dahulu harus menanam dua pohon KESIMPULAN
sejenis dengan pohon yang akan diambil
di lokasi yang ditentukan oleh Ammatoa 1. Masyarakat adat Ammatoa sangat
untuk setiap pengambilan satu jenis menyadari akan pentingnya
pohon. Setelah pohon pengganti tumbuh kelestarian hutan bagi kehidupan
dengan baik maka penebangan boleh mereka, karena selain berfungsi
dilakukan. sebagai pengatur tata air (ekologis),
juga sebagai tempat pelaksanaan
Proses pengambilan kayu disaksikan upacara adat yang diyakini sebagai
oleh Amma Galla (Galla Puto) dan Galla tempat turun-naiknya manusia
Lombo untuk memastikan tidak terjadi pertama (Tau Mariolo) dan arwah
pelanggaran, baik dalam hal jumlah, manusia. Kelestarian hutan adat
ukuran, jenis dan lokasi pengambilan Ammatoa tetap terjaga karena
kayu maupun pada saat proses adanya nilai-nilai yang terkandung
penebangan dan pengeluaran kayu dari dalam Pasang ri Kajang yang
hutan. Alat yang digunakan untuk mengatur berbagai aspek kehidupan
menebang kayu harus alat tradisional masyarakat adat yang tercermin
berupa kampak (pangkulu') atau parang. dalam pola hidup sederhana dan
Dilarang menggunakan mesin chain saw bersahaja
karena bertentangan dengan pasang. 2. Struktur kelembagaan adat Ammatoa
Kayu yang ditebang harus dikeluarkan dikenal sebagai DSSD¶ SHUVXWHUDDQ
dari hutan dengan cara diangkat atau DODP¶JHQWXQQD WDQD\D QD
digotong, tidak boleh ditarik karena akan SDWWXQJNXOX¶QD ODQJL¶ (empat
menimbulkan kerusakan yang lebih besar penggantung bumi dan penopang
pada tanaman lain. Jika itu dilakukan, langit) yaitu : (a). $GD¶ yang harus
maka orang tersebut akan dikenakan tegas (gattang); (b). Karaeng yang
sanksi adat. harus menegakkan kejujuran
Adapun prosedur pengambilan (lambusu), (c). Sanro (dukun) yang
kayu di Borong Battasayya (hutan harus pasrah (apisona); dan (d). Guru
perbatasan) adalah sebagai berikut : yang sabar (VD¶EDUD).

146
Pranata Sosial Sistem Pengelolaan Hutan
Masyarakat Adat Kajang
Muh Dassir

3. Kawasan hutan adat Tana Toa dibagi Koentjaraningrat, 1965. Pengantar


menjadi tiga zona, yaitu Borong Antropologi. Penerbit Universitas
.DUDPD¶ ]RQD LQWL Borong Indonesia, Jakarta.
Battasayya (zona kedua) dan Borong Nababan, A., 2002. Revitalisasi Hukum
Luarayya (zona ketiga). Adat Untuk Menghentikan
Penebangan Hutan Secara Ilegal
DAFTAR PUSTAKA di Indonesia. Forest Law
Enforcement and Governance
Ahmad, 2000. Perubahan Sosial ± East Asia : A Ministerial Conference,
Budaya Masyarakat Ammatoa dalam 'HQSDVDU ,QGRQHVLD GDQ ³(&-
Menghadapi Pengaruh Budaya Forest Law Enforcement,
Luar. Skripsi Fakultas Sosial dan *RYHUQDQFH DQG 7UDGH´ %UXVVHOV
Politik Universitas Hasanuddin, Sallatang, A., 1965. Penjasadan Pasang
Makassar. dalam Masyarakat Kajang. Skripsi
Akib, Y., 2003. Potret Manusia Kajang. Fakultas Sastra Universitas
Pustaka Refleksi, Makassar. Hasanuddin, Makassar.
Departemen Kehutanan, 1999. Undang ± Salle, K., 1999. Kearifan Lingkungan
Undang Kehutanan Nomor 41 Menurut Pasang (Sebuah Kajian
Tahun 1999. Departemen Hukum Lingkungan Adat pada
Kehutanan, Jakarta. Masyarakat Ammatoa). Disertasi
Ibrahim, Tamsil., 2001. Pasang (Studi Program Pasca Sarjana Universitas
Kelembagaan yang Menunjang Hasanuddin, Makassar.
Pelestarian Sumberdaya Hutan di Sirajuddin, M., 1990. Sosiologi Suatu
Desa Tana Toa Kecamatan Kajang Pengantar. PT. Grafindo Persada,
Kabupaten Bulukumba Sulawesi Jakarta.
Selatan). Tesis Program Pasca Soekanto, S., 1990. Sosiologi Suatu
Sarjana Universitas Hasanuddin, Pengantar. PT. Raja Grafindo
Makassar. Persada, Jakarta.
Katu, Samiang., 2000. Pasang ri Kajang Zakaria, R. Yando, 1997.
(Kajian tentang Akomodasi Islam Mempertimbangkan Keberadaan
dengan Budaya Lokal di Sulawesi Masyarakat Adat dalam Jurnal
Selatan). Disertasi Program Pasca Komunity Forestry. Fakultas
Sarjana Universitas Syarif Hukum Universitas Lambung
Hidayatullah, Makassar. Mangkurat, Banjarmasin.

147

Anda mungkin juga menyukai