(Studi Konfirmatif Atas Hasil Penelitian Muh. Gitosaroso Tahun 2016 Pada
Jamaah Tarekat Haq Naqsyabandi di Kota Pontianak)
Elmansyah
Institut Agama Islam Negeri Pontianak
Jl. Letjend Suprapto Kota Pontianak
Email: elmans@iainptk.ac.id
Abstract: This study is a confirmative study of Muh. Gitosaroso in 2016, who discovered that the congregation of the
Haq Naqsyabandi Congregation in Pontianak tended to prioritize the essence of shari’ah. This study was conducted from
mid-September 2018 until the end of December 2018. The purpose of this study was to determine the extent of changes
that occurred in the congregation of the Haq Naqsyabandi congregation in Pontianak, related to their views on shari’ah.
The method used is descriptive method - analysis of the results of interviews in the field with the attitudes and actions of
the congregation everyday. The results showed that there had been a significant change in the congregation of the Haq
Naqsyabandi, related to their views on shari’ah. The congregation is active in the mosque for congregational prayers, active
in the economy, and active in various social activities.
Keywords: Sharia, Tariqa, Naqsyabandi
Abstrak: Studi ini merupakan studi konfirmatif atas hasil penelitian Muh. Gitosaroso tahun 2016, yang menemukan
bahwa Jamaah Tarekat Haq Naqsyabandi di Pontianak cenderung mengutamakan hakikat dari pada syariat. Studi ini
dilakukan sejak pertengahan bulan September 2018 sampai dengan akhir bulan Desember 2018. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada Jamaah tarekat Haq Naqsyabandi di Pontianak, terkait pandangan
mereka terhadap syariat. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif-analisis atas hasil wawancara di lapangan,
dengan sikap dan perbuatan jamaah sehari-hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan signifikan
pada Jamaah Tarekat Haq Naqsyabandi, berkaitan dengan pandangan mereka terhadap syariat. Jamaah mulai aktif ke
masjid untuk salat berjamaah, aktif dalam perekonomian, dan aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan.
Kata kunci: Syariat, Tarekat, Naqsyabandi
pasca al-Ghazali, perdebatan antara syariat Islam radikal. Karenanya, menjadi mendesak
dan hakikat ternyata masih saja berlangsung. untuk dilakukan sebuah penelitian yang bisa
Ini juga yang merisaukan tokoh sebesar al- menjelaskan tentang kondisi Jamaah pada saat
Sya’rani (1492-1565 M), tokoh sufi, ulama ini, sehingga tidak memicu terjadinya konflik
fikih dan sejarawan terkemuka dari Mesir. horizontal di masyarakat.
Menurut catatan kesimpulan Miftahul Huda, Problematika utama yang dihadapi oleh
al-Sya’rani melakukan upaya besar dalam men masyarakat (konflik horizontal) di dalam
damaikan persoalan ini melalui dua cara: kehidupan sehari-hari adalah masalah tanggung
pertama, memposisikan diri sebagai juru bicara jawab untuk mengimplementasikan nilai-
dan pembela bagi semua kelompok tersebut, nilai sosial keagamaan itu sendiri. Dalam hal
dengan menjelaskan jalan pikiran serta argumen ini, tarekat merupakan salah satu jalan ajaran
masing-masing pihak secara intelektual. Kedua, agama Islam yang menuntun umatnya dalam
memberikan peringatan kepada kaum muslimin mendekatkan diri kepada Allah Swt yang di
mengenai dampak buruk dari sikap fanatisme dalamnya ada nilai-nilai sosial keagamaan.4
aliran sekaligus memberikan catatan kritis
Artikel ini menguraikan tentang hasil mini
terhadap semua paham tersebut2.
riset yang dilakukan oleh penulis, setelah 2 tahun
Meski sudah sedemikian rupa, persoalan ini dari hasil penelitian saudara Muh. Gitosaroso
telah diupayakan penyelesaiannya oleh para (2016) dirilis. Artikel ini sekaligus merupakan
ahli dalam rangka penyelesaian konflik pe konfirmasi atas hasil penelitian tersebut, agar
mahaman tersebut. Namun realitanya, tetap dapat diketahui oleh masyarakat luas.
saja masih terdapat jurang pemisah antara
syariat dan hakikat, di mana masih saja ada
Metode Penelitian
kelompok-kelompok tertentu yang menguatkan
pengamalan yang satu dan menafikan yang lain. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
Hal dapat dilihat dari hasil penelitian saudara yang dilakukan dengan pendekatan fenomenologis
Muh. Gitosaroso, dosen IAIN Pontianak yang terhadap apa yang tampak pada Jamaah Tarekat
meneliti tentang persepsi Jamaah Tarekat Haq Naqsyabandi di wilayah Kota Pontianak dan
Haq Naqsyabandi di Kota Pontianak pada sekitarnya. Data dikumpulkan melalui observasi
tahun 2016, yang menemukan bahwa ada dan wawancara atas kegiatan para Jamaah Tarekat
kecenderungan Jamaah tarekat tersebut lebih Haq Naqsyabandi, pasca penelitian yang dilakukan
mengutamakan hakikat dari pada syariat3. oleh Muh. Gitosaroso tahun 2016 silam.
Hasil penelitian ini menarik untuk dikaji Variable penelitian ini terdiri dari 3 variabel,
ulang, mengingat pola pemahaman dan praktek yaitu pengurus, Jamaah dan non-Jamaah.
keagamaan di Indonesia yang belakangan ini Untuk setiap variable diambil beberapa orang
cenderung banyak yang dikategorikan sebagai informan sebagai sampel. Informan penelitian
ini terdiri dari 4 orang pengurus, 6 orang
dan hakikat). Ghozi Mubarok, “Al-Ghazali: Reputasi dan
Jamaah dan 4 orang non-Jamaah. Informan pe
Pengaruhnya di Pesantren”, Dirosat: Journal of Islamic Studies, ngurus dimaksudkan untuk menggali informasi
Vol. 1 No. 1 (2016), DOI: 10.28944/dirosat.v1i1.3, p. 1 [h. tentang kondisi Jamaah dan pola pembinaan
1-11].
2
Miftahul Huda, “Epistemologi Tasawuf dalam Pemikiran yang dilakukan belakangan ini. Informan
Fiqih Al-Sya’rani”, Ullumuna: Jurnal Studi Keislaman, Vol. XIV Jamaah dimaksudkan untuk melihat persepsi
No. 2 (2010), DOI: https://doi.org/10.20414/ujis.v14i2.217 ,
p. 268 [h. 249-270].
mereka terhadap syariat. Informan non-
3
Muh. Gitosaroso, “Persepsi Jama’ah Tarekat Terhadap
Syari’at: Studi Kasus terhadap Jama’ah Tarekat Haq 4
Firdaus. “Tarekat Qadariyah Wa Naqsabandiyah:
Naqsyabandiyah di Kota Pontianak”, Al-Hikmah: Jurnal Implikasinya Terhadap Kesalehan Sosial.” Al-Adyan: Jurnal
Dakwah, DOI: https://doi.org/10.24260/al-hikmah.v11i1.817, Studi Lintas Agama 12, no. 2 (January 5, 2018): 55–72.
p. 1 [h. 1-12]. doi:10.24042/ajsla.v12i2.2109.
menjadi nyata dengan hakikat11. Syariat tanpa Wilayah Tarekat Haq Naqsyabandi Provinsi
tarekat akan kosong, dan tarekat tanpa syariat Kalimantan Barat (Muh. Gitosaroso, M.Ag.),
akan batal, sehingga salah satu dari keduanya Ketua Bidang Dakwah Wilayah (Zaenuddin
tidak boleh ditinggalkan12. AK), dan Koordinator Organisasi Wilayah
Dalam kajian ini, syariat yang akan dibahas, (Sumardi, S.Pd.).
sekaligus sebagai pertanda bahwa seseorang Informan yang dikategorikan sebagai Jamaah
menjalankan syariat dibatasi pada 8 persoalan terdiri dari 6 orang, yaitu: Nb (Laki-laki, 50
saja, ini dimaksudkan agar lebih fokus. Syariat th, Pontianak Timur), PS (Perempuan, 51 th,
yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1) Pontianak Utara), IA (Laki-laki, 36 th, Pontianak
Masalah Syahadat; 2) Salat; 3) Zakat; 4) Puasa; Barat), Sug (Laki-laki, 47 th, Pontianak Kota),
5) Haji; 6) Mencari nafkah; 7) Menikah; SI (Laki-laki, 38 th, Pontianak Selatan), dan
dan 8) Silaturahmi. Kedelapan persoalan ini UA (Laki-laki, 39 th, Sungai Kakap, Kubu
menjadi kunci yang penulis yakini mampu Raya). Sedangkan informan yang diketogrikan
merepresentasikan bahwa seseorang itu telah sebagai non-Jamaah terdiri dari 6 orang, yaitu:
bersyariat dengan baik. Memahami hakikat Mar (Perempuan, 42 th, Pontianak Timur),
dari kedelapan persoalan tersebut, kemudian Suy (Perempuan, 52 th, Pontianak Utara), Kam
menjalankannya dengan baik, berarti seseorang (Laki-laki, 39 th, Pontianak Barat), Ram (Laki-
telah bertarekat dengan benar. laki, 46 th, Pontianak Kota), Sab (Perempuan,
51 th, Pontianak Selatan), dan Pur (Perempuan,
Deskripsi Data 38 th, Sungai Kakap, Kubu Raya)13.
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota
Pontianak, yakni di sekitar Kantor Pusat Hasil Penelitian
Pimpinan Wilayah Tarekat Haq Naqsyabandi Ada beberapa point penting yang dicari
Provinsi Kalimantan Barat, Jalan Sungai (diupayakan untuk di jawab) dalam penelitian
Landak Timur No. 56 Perumnas IV Kecamatan ini, pemahaman Jamaah terhadap syariat,
Pontianak Timur, Kota Pontianak. Penelitian yang ditandai dengan beberapa perilaku dalam
juga dilakukan di beberapa tempat pertemuan menyikapi persoalan syariat, seperi pelaksanaan
pembinaan Jamaah di wilayah kota Pontianak, syahadat, salat, zakat, puasa, haji, mencari
seperti di Pontianak Timur, Pontianak nafkah, menikah dan bersilaturahmi. Jawaban
Barat, Pontianak Kota, Pontianak Utara dan tersebut kemudian dikonfirmasikan kepada
Pontianak Selatan serta Kecamatan Sungai orang yang mungkin mengetahui (orang-orang
Kakap Kabupaten Kubu Raya. Penelitian yang tinggal di sekeliling) Jamaah, dan kepada
ini berlangsung selama sekitar 4 bulan, yaitu pengurus Tarekat Haq Naqsyabandi.
sejak bulan September sampai dengan bulan
Desember tahun 2018.
1. Jamaah Tarekat Haq Naqsyabandi
Informan yang dikategorikan sebagai
Adapun jawaban dari hasil wawancara
pengurus terdiri dari 4 orang, yaitu: Badal
terhadap Jamaah adalah sebagai berikut:
Mursyid Tarekat Haq Naqsyabandi wilayah
Kalimantan Barat (Tuan Guru K.H. Agus 13
Untuk informan jama’ah dan non-jama’ah, nama
Sukarmin, MBA.), Ketua Umum Pimpinan sengaja diinisialkan, demi menjaga privasi seseorang, karena
dikhawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Demikian
juga alamat lengkap informan, hanya ditulis nama kecamatan
11
Sayyid Haydar alMuli, Makrifat Ibadah: Temukan saja. Meskipun pada dasarnya ada beberapa informan yang tidak
Keajaiban dan Kenikmatan Shalat, Puasa, Zakat dan Haji masalah jika nama dan alamat lengkapnya ditulis dalam laporang
(Jakarta: Serambi, 2008), h. 10-11. penelitian ini. Akan tetapi, untuk keseragaman penulisan,
12
Abdul Munir Mulkhan, Revolusi Kesadaran dalam Serat- peneliti memilih untuk menginisialkan nama informan dan
serat Sufi (Jakarta: Serambi, 2003), h. 57. alamat lengkapnya secara sederhana.
14
Wawancara dengan Nb (Laki-laki, 50 th, di Pontianak 17
Wawancara dengan Sug (Laki-laki, 47 th, di Pontianak
Timur), 10 September 2018. Kota), 30 September 2018.
15
Wawancara dengan PS (Perempuan, 51 th, di Pontianak 18
Wawancara dengan SI (Laki-laki, 38 th, di Pontianak
Utara), 11 September 2018. Selatan), 15 Oktober 2018.
16
Wawancara dengan IA (Laki-laki, 36 th, di Pontianak 19
Wawancara dengan UA (Laki-laki, 39 th, di Sungai Kakap,
Barat), 18 September 2018. Kubu Raya), 15 Oktober 2018.
lain sebagainya). Puasa, di samping sebagai minum. Ini semua tergantung pada diri kita
syariat yang telah ditetapkan oleh Allah dan masing-masing35.
rasul-Nya, juga merupakan sarana dalam
mendekatkan diri kepada Alllah Swt31. e. Menunaikan Haji
IA (laki-laki, 36 th, Pontianak Barat), Nb (laki-laki, 50 th, Pontianak Timur), haji
puasa adalah kebutuhan manusia (terutama adalah ibadah wajib bagi yang sudah mampu,
penganut tarekat Haq Naqsyabandi), karena baik biaya, fisik, maupun kesempatan. Haji
di dalamnya terdapat hikmah yang luar biasa, itu ibadah pamungkas bagi seorang muslim,
seperti: ketenangan jiwa, kesehatan jasmani dan di mana seseorang akan benar-benar bisa
pembentukan akhlak32. merasakan kehadiran Allah di rumah-Nya.
Sug (laki-laki, 47 th, Pontianak Kota), puasa Tapi haji merupakan panggilan, orang yang
itu tirakat. Kalau orang jawa, tirakat itu adalah dipanggil, dengan berbagai cara akan sampai
cara untuk meraih kemuliaan. Leluhur saya dulu ke sana, tapi yang tidak, tentu akan sulit untuk
selalu menekankan untuk berpuasa, agar dapat sampai, dengan berbagai alasan pula. Namun,
memperoleh kemuliaan hidup, baik di dunia bagi umat Islam yang belum mendapatkan
maupun di akhirat. Jadi, saya sudah terbiasa kesempatan menunaikan ibadah Haji, dalam
berpuasa sejak dulu. Apalagi setelah menjadi Islam kan banyak yang ibadahnya setara haji,
penganut tarekat (haq Naqsyabandi), saya lebih sehingga tetap memperoleh nilai ibadah yang
giat lagi berpuasa33. senilai dengan ibadah haji36.
SI (laki-laki, 38 th, Pontianak Selatan), PS (perempuan, 51 th, Pontianak Utara),
menurut Tuan Guru, puasa itu merupakan jalan haji itu ibadah yang sungguh luar biasa. Saya
menuju Allah, karena di dalamnya terdapat bisa merasakan kedekatan diri yang begitu
latihan untuk senantiasa bersama Allah. Hanya dekat dengan Allah, ketika berada di samping
kita dan Allah yang tahu bahwa kita berpuasa. Ka’bah. Ingin rasanya ke sana terus setiap tahun,
Sehingga, di sini terlihat seberapa jauh keyakinan andai saja ada kesempatan. Tapi kan dala Islam
kita kepada Alllah34. hanya satu kali saja diwajibkan, selebihnya
UA (laki-laki, 39 th, Sungai Kakap, Kubu sunnah. Artinya, jika mampu, akan lebih baik
Raya), puasa itu adalah sarana mengenal diri menghajikan orang-orang yang sudah banyak
agar bisa mengenal Allah. Kontrol terhadap berjuang di jalan Allah, sehingga menjadi pahala
puasa terletak pada diri kita sendiri, bukan orang yang berlimpah. Atau membantu orang lain
lain. Ketika kita bisa mengontrol diri sendiri, yang sedang dalam kesulitan, membangun jalan
maka kita bisa mengenal Allah. Maksudnya, atau membangun jembatan. Saya rasa pahalanya
ketika kita berpuasa, kita bisa mengendalikan tidak akan kalah dengan ibadah haji yang kedua
diri kita untuk tidak melakukan segala sesuatu maupun ketiga dan seterusnya37.
yang pada hakikatnya membohongi diri kita IA (laki-laki, 36 th, Pontianak Barat), haji itu
sendiri dan Allah. Kita bisa saja berbohong kewajiban yang memiliki hikmah yang luar biasa
pada orang lain bahwa kita berpuasa, orang lain bagi orang bisa menjalankannya. Namun di sisi
tidak akan tahu, kecuali melihat kita makan/ lain, haji itu panggilan, sehingga tidak semua
orang yang dipanggil. Kita hanya bisa berusaha,
31
Wawancara dengan PS (Perempuan, 51 th, di Pontianak kalau sudah ada rejeki, ya segera mendaftarkan
Utara), 11 September 2018.
32
Wawancara dengan IA (Laki-laki, 36 th, di Pontianak 35
Wawancara dengan UA (Laki-laki, 39 th, di Sungai Kakap,
Barat), 18 September 2018. Kubu Raya), 15 Oktober 2018.
33
Wawancara dengan Sug (Laki-laki, 47 th, di Pontianak 36
Wawancara dengan Nb (Laki-laki, 50 th, di Pontianak
Kota), 30 September 2018. Timur), 10 September 2018.
34
Wawancara dengan SI (Laki-laki, 38 th, di Pontianak 37
Wawancara dengan PS (Perempuan, 51 th, di Pontianak
Selatan), 15 Oktober 2018. Utara), 11 September 2018.
diri. Perkara nanti bisa berangkat atau tidak, pemahamannya berbeda, yaitu: pertama, untuk
itu rahasia Allah. Akan tetapi, sebaiknya orang sampai ke maqam itu, seseorang harus benar-
yang sudah mendaftar haji, segeralah untuk benar memiliki keyakinan yang tinggi sekali
mempersiapkan diri dengan cara memperbaiki tingkatannya. Kalau tidak, sebaiknya berada
ibadah (mahdlah maupun ghairu mahdlah), pada maqam kasab saja, yang dibarengi dengan
supaya ketika tiba saatnya, sudah siap38. maqam tawakkal. Artinya, seseorang harus
Sug (laki-laki, 47 th, Pontianak Kota), haji tetap berusaha mencari nafkah, selebihnya ber
itu kewajiban dalam rukun Islam jelas adanya. tawakkal kepada Allah Swt, karena memang
Orang yang sudah memiliki kemampuan, tidak Allah-lah yang menentukan rejeki setiap hamba-
boleh menundanya. Sekarang ini kan waktu Nya42.
tunggunya cukup lama, sehingga kalau sudah PS (perempuan, 51 th, Pontianak Utara),
punya biaya, harus segera mendaftar39. berusaha mencari nafkah itu wajib, di dalamnya
SI (laki-laki, 38 th, Pontianak Selatan), haji ada ibadah. Kita kan dilarang mengemis, jika
itu sarana mi’raj ke Allah. Kita bisa sampai ke memang masih punya kemampuan untuk itu.
Allah langsung dari rumah-Nya. Jadi, seorang Tapi semua tergantung kemauan orangnya, jika
Jamaah tarekat, mestinya harus bisa menunaikan dia mau, pasti Allah akan menjawab kemauan
ibadah haji, karena di sanalah tempat paling itu, dan membalasnya dengan hasil yang se
tepat untuk menghadap (bertemu) Allah Swt40. timpal. Saya, meskipun sudah tua, tetap saja
bekerja, hasilnya lumaian, paling tidak, kita ini
UA (laki-laki, 39 th, Sungai Kakap, Kubu
tidak menjadi beban bagi anak cucu. Itu saja43.
Raya), haji itu ibadah yang istimewa, di mana
seorang hamba bisa langsung bertemu dengan IA (laki-laki, 36 th, Pontianak Barat),
Tuhan-nya. Karena istimewa, maka tidak semua mencari nafkah itu wajib, jika masih punya
orang bisa sampai ke sana, kecuali yang memang keinginan untuk hidup. Apa pun caranya, yang
dipanggil-Nya. Manusia hanya bisa berusaha, penting halal dan tidak menyusahkan orang
Allah-lah yang menentukannya. Saya sendiri, lain. Kata orang, jaman sekarang ini susah,
terus berusaha menari bekal agar bisa sampai ke apa-apa mahal, sehingga meskipun sudah
sana, mohon do’anya saja, biar bisa keturutan41. berusaha keras, tetap saja tidak cukup. Nah, itu
tergantung orangnya, jika tidak bersyukur dan
tidak mengukur ke mampuan, ya pasti akan
f. Mencari Nafkah
selalu merasa kurang44.
Nb (laki-laki, 50 th, Pontianak Timur),
Sug (laki-laki, 47 th, Pontianak Kota),
sebagai orang tarekat yang ada hubungannya
men cari nafkah itu bagian dari ibadah. Kita
dengan Naqsyabandi, tentu kami diajarkan
memang diperintahkan untuk mencari karunia
juga kitab Ibnu Atha’illah al-Sakandari (Al-
Allah. Kan ada itu dalam al-Qur’an di surah al-
Hikam). Dalam kitab itu, kita diajarkan tentang
Jumu’ah, Allah berfirman, “Jika sudah selesai
bagaimana bersuluk yang benar. Namun, ada satu
salat, maka bertebaranlah di muka bumi untuk
yang kadang disalah-pahami oleh para Jamaah,
mencari karunia Allah”. itu artinya, mencari
yaitu masalah bab tajrid. Manusia, betul-betul
nafkah sebagai salah satu karunia Allah di muka
berpasrah pada Allah terkait rejeki. Padahal
bumi ini, adalah perintah Allah itu sendiri.
Itu artinya, seseorang yang tidak mau mencari
38
Wawancara dengan IA (Laki-laki, 36 th, di Pontianak
Barat), 18 September 2018.
39
Wawancara dengan Sug (Laki-laki, 47 th, di Pontianak 42
Wawancara dengan Nb (Laki-laki, 50 th, di Pontianak
Kota), 30 September 2018. Timur), 10 September 2018.
40
Wawancara dengan SI (Laki-laki, 38 th, di Pontianak 43
Wawancara dengan PS (Laki-laki, 51 th, di Pontianak
Selatan), 15 Oktober 2018. Utara), 11 September 2018.
41
Wawancara dengan UA (Laki-laki, 39 th, di Sungai Kakap, 44
Wawancara dengan IA (Laki-laki, 36 th, di Pontianak
Kubu Raya), 26 Oktober 2018. Barat), 18 September 2018.
nafkah, berarti tidak mau menjalankan perintah yang bisa menjadi mubah, bisa menjadi wajib,
Allah?45 makruh bahkan haram. Tergantung pada tujuan
SI (laki-laki, 38 th, Pontianak Selatan), men menikah itu sendiri. Hal ini senada dengan
cari nafkah itu wajib, baik untuk diri sendiri jawaban dari UA (laki-laki, 39 th, Sungai Kakap,
maupun untuk keluarga. Itu adalah bagian dari Kubu Raya)48.
ibadah yang diperintahkan oleh Allah, agar kita
bisa meraih karunia Allah46. h. Bersilaturahmi
UA (laki-laki, 39 th, Sungai Kakap, Kubu Persoalan silaturahmi dijawab perlu
Raya), mencari nafkah itu wajib. Kita tidak dan me rupakan tanda orang beriman oleh
boleh mengemis, atau menjadi beban orang para informan, mulai dari Nb (laki-laki,
lain, sehingga kita harus bekerja untuk men 50 th, Pontianak Timur), PS (perempuan,
cari nafkah. Apa pun caranya, asal tidak 51 th, Pontianak Utara), IA (laki-laki, 36
melanggar ketentuan-ketentuan Allah. Rejeki th, Pontianak Barat), Sug (laki-laki, 47 th,
tidak akan datang sendiri, kecuali diusahakan. Pontianak Kota), SI (laki-laki, 38 th, Pontianak
Usahanya apa saja, yang penting tidak perlu Selatan), maupun UA (laki-laki, 39 th, Sungai
gengsi. Orang sekarang banyak yang gengsi Kakap, Kubu Raya). Akan tetapi, IA (laki-laki,
bekerja sebagai buruh, atau pengait sampah, 36 th, Pontianak Barat) menambahkan, bahwa
maunya bekerja di kantor di tempat yang dengan silaturahmi, akan memperpanjang
enak, meskipun gajinya kecil. Sebenarnya, umur dan melancarkan rejeki, sehingga
semua itu hanyalah cara Allah untuk member silaturahmi itu menjadi wajib bagi setiap orang
rejeki hamba-Nya47. yang tinggal di muka bumi, apalagi sesama
hamba Allah Swt (umat Islam), tak terkecuali
g. Menikah juga sesama manusia49.
Untuk masalah menikah, rata-rata Berdasarkan jawaban-jawaban yang di
informan menjawab wajib, bahkan merupakan peroleh dari informan di atas, dapat disimpulkan
kebutuhan. Menurut Nb (laki-laki, 50 th, bahwa pada dasarnya para Jamaah sudah sangat
Pontianak Timur), menikah itu wajib, sebagai memahami tentang point-point syariat yang
sarana untuk membendung hawa nafsu (seksual) dipertanyakan. Selain memahami, mereka juga
dan me lanjutkan keturunan. Artinya, selain menjalankan dengan baik. Tidak ada yang
wajib, menikah juga merupakan kebutuhan kurang dalam pengakuan-pengakuan tersebut,
setiap orang. Terutama umat Islam, menikah semuanya sudah sesuai dengan ketentuan
adalah sunnah yang sangat dianjurkan oleh syariat.
Rasulullah, bahkan menjadi wajib pada orang- Pertanyaannya kemudian, apa yang telah
orang tertentu. Demikian juga menurut Sug dilakukan oleh pengurus dalam merubah persepsi
(laki-laki, 47 th, Pontianak Kota) dan SI (laki- dan perilaku Jamaah seperti di atas? Pertanyaan
laki, 38 th, Pontianak Selatan). Sementara ini akan dijawab melalui konfirmasi langsung
menurut PS (Perempuan, 51 th, Pontianak kepada pengurus Tarekat Haq Naqsyabandi
Utara), menikah itu sunnah Rasul, sehingga Provinsi Kalimantan Barat.
harus diikuti. Sedangkan menurut IA (laki-laki,
36 th, Pontianak Barat), menikah itu sunnah,
45
Wawancara dengan Sug (Laki-laki, 47 th, di Pontianak
Kota), 30 September 2018.
46
Wawancara dengan SI (Laki-laki, 38 th, di Pontianak 48
Wawancara dengan Informan Jama’ah, pada waktu dan
Selatan), 15 Oktober 2018. tempat sesuai dengan urutan wawancaranya.
47
Wawancara dengan UA (Laki-laki, 39 th, di Sungai Kakap, 49
Wawancara dengan Informan Jama’ah, pada waktu dan
Kubu Raya), 26 Oktober 2018. tempat sesuai dengan urutan wawancaranya.
2. Pengurus Tarekat Haq Naqsyabandi dengan syariat. Akan tetapi, untuk materi-
Pengurus Tarekat Haq Naqsyabandi50 yang materi tentang tarekat, yang banyak
dimaksud di sini terdiri dari empat orang, yang bicara mengenai hakikat, tetap diberikan,
selama ini melakukan pembinaan terhadap sebagai upaya untuk menguatkan syariat.
Jamaah, yaitu: Badal Mursyid Tarekat Haq Menguatkan di sini dalam arti memaknai
Naqsyabandi wilayah Kalimantan Barat (Tuan hukum-hukum tersebut, agar para Jamaah
Guru K.H. Agus Sukarmin, MBA.), Ketua bersemangat dalam menjalankan syariat.
Umum Pimpinan Wilayah Tarekat Haq Misalnya, pelaksanaan syahadat, salat.
Naqsyabandi Provinsi Kalimantan Barat (Muh. Jamaah ditekankan untuk menjalankan
Gitosaroso, M.Ag.), Ketua Bidang Dakwah salat berjamaah di masjid/mushalla/surau
Wilayah (Zaenuddin AK), dan Koordinator di wilayahnya masing-masing, karena pada
Organisasi Wilayah (Sumardi, S.Pd.)51. hakikatnya itu adalah syi’ar (upaya mengajak
orang lain untuk melaksanakan salat). Selain
Pertanyaan yang diakukan antara lain:
itu, salat berJamaah adalah upaya untuk
a. Apakah bapak/ibu mengenal nama-nama melatih diri agar disiplin dalam beribadah. Ini
Jamaah informan yang dikategorikan merupakan maqam tersendiri dalam tasawuf,
sebagai Jamaah berikut ini: Nb (laki-laki, yang dikenal dengan istilah istiqamah.
50 th, Pontianak Timur), PS (perempuan, Kemudian, memberikan makna hakikat dari
51 th, Pontianak Utara), IA (laki-laki, 36 menunaikan zakat, di mana menunaikan
th, Pontianak Barat), Sug (laki-laki, 47 zakat pada hakikatnya merupakan upaya
th, Pontianak Kota), SI (laki-laki, 38 th, melatih dari untuk tidak terlalu terpaut
Pontianak Selatan), dan UA (laki-laki, 39 th, pada harta benda. Ini adalah maqam zuhud52
Sungai Kakap, Kubu Raya)? dan wara’ dalam tasawuf. Demikian pula
Semua pengurus mengaku mengenal dengan dengan puasa, di mana puasa merupakan
baik nama-nama, bahkan kepribadian pintu masuk menjalani suluk. Lalu, masalah
masing-masing Jamaah yang dimaksud. haji yang dikaitkan dengan suluk, di mana
haji adalah bagian dari suluk (perjalanan
b. Apakah hasil penelitian dari Saudara Muh.
menuju Allah Swt). Lalu mencari nafkah dan
Gitosaroso tahun 2016, tentang persepsi
menikah, di mana pada hakikatnya mencari
Jamaah Tarekat Haq Naqsyabandi dalam
nafkah itu merupakan perintah Allah SWT.
hal syariat, yang menemukan bahwa Jamaah
Sementara menikah adalah upaya untuk
tarekat ini cenderung menguatkan hakikat
mengendalikan hawa nafsu (seksual) dan
dari pada syariat, berpengaruh terhadap pola
belajar bertanggung jawab terhadap orang
pembinaan yang dilakukan pada Jamaah?
lain yang diamanahkan kepada kita (suami,
Menurut para pengurus, sejak itu dilakukan istri dan anggota keluarga lainnya). Itu semua
evaluasi mendalam mengenai materi masuk pada maqam takwa dalam tasawuf.
pembinaan Jamaah, terutama yang terkait Sedangkan bersilaturahmi merupakan cara
kita itu muhasabah diri ketika melihat orang
50
Perkembangan tarekat Naqsabandiyah ini terjadi pada
abad 19 secara luas. Tidak hanya di Indonesia tetapi di hampir lain, entah itu positif maupun negative yang
seluruh wilayah muslim. Hal ini disebabkan karena dominasi kita temui saat silaturahmi, akan menjadi
faham wujudiyah (tasawuf falsafi) yang melekat pada tarekat
Syattariyah mulai ditinggalkan oleh masyarakat muslim akibat sarana untuk membersihkan hati dan
serangan gencar kaum tradisionalis (tasawuf sunni). Noupal,
Muhammad. “Tarekat Naqsabandiyah Di Indonesia Abad 19
Dari Ortodoksi Ke Politisasi.” Intizar 22, no. 2 (December 24, 52
Seorang zahid bukan memakan sesuatu yang keras dan
2016): 297. doi:10.19109/intizar.v22i2.943. memakai baju yang kasar, tapi lebih bersikap rela terhadap
51
Wawancara dilakukan pada tanggal 10 November 2018 pemberian Allah dan selalu bersyukur. Fudholi, Moh. “Konsep
di Sekretariat Perguruan Tarekat Haq Naqsyabandi di Perum IV Zuhud al-Qushayrî dalam Risâlah al-Qushayrîyah.” Teosofi 1, no.
Pontianak Timur, Pontianak. 1 (Maret 29, 2011): 355. doi: 10.15642/teosofi.2011.1.1.38-54.
sekretariat tarekat. Sementara yang satunya lagi, mereka sehari-hari dalam beribadah, yang dapat
merupakan tetangga dari sekretariat tarekat Haq disaksikan oleh masyarakat yang non-Jamaah
Naqsyabandi yang lama, di Jeruju, Pontianak Tarekat Haq Naqsyabandi. Perubahan ini tidak
Barat53. terlepas dari upaya keras para pengurus Tarekat
Haq Naqsyabandi dalam melakukan pembinaan
Analisis Hasil terhadap Jamaah.
Analisis hasil penelitian di sini dilakukan
dengan cara mengkofirmasi apa yang menjadi Pustaka Acuan
jawaban para informan Jamaah kepada Abdullah, Fuady. “Spiritualitas Sosial Tarekat
dua variable, yaitu pengurus Tarekat Haq Naqsabandiyah: Kajian Terhadap Prinsip
Naqsyabandi dan kesaksian non-Jamaah yang Khalwat Dar Anjuman.” Tsaqafah, Vol.
berada di lingkungan Jamaah yang dijadikan 14, No. 2 (November 27, 2018): 223.
responden. doi:10.21111/tsaqafah.v14i2.2341.
Berdasarkan uraian di atas, jelas sekali Andiko, Toha. Fiqh Kontemporer, Bogor: IPB
bahwa apa yang terjadi di internal tarekat Haq Press, 2014.
Naqsyabandi pasca penelitian Muh. Girosaroso Al-Muli, Sayyid Haydar. Makrifat Ibadah:
2016 dirilis, perubahan besar-besaran dilakukan Temukan Keajaiban dan Kenikmatan Shalat,
sedemikian rupa, sehingga terjadi perubahan Puasa, Zakat dan Haji, Jakarta: Serambi,
signifikan terhadap persepsi Jamaah dalam 2008.
masalah pemahaman dan penerapan syariat Fudholi, Moh. “Konsep Zuhud al-Qushayrî
dalam tarekat. Hal ini ditunjukkan dari berbagai dalam Risâlah al-Qushayrîyah.” Teosofi,
jawaban Jamaah yang sudah sesuai dengan Vol. 1, No. 1 (Maret 29, 2011): 355. doi:
kriteria syariat pada umumnya, dan konfirmasi 10.15642/teosofi.2011.1.1.38-54.
non-Jamaah terhadap kondisi Jamaah di Gitosaroso, Muh. “Persepsi Jamaah Tarekat
lapangan. Tidak ada pertentangan sedikit pun Terhadap Syariat: Studi Kasus terhadap
atas perilaku Jamaah sebenarnya di lapangan, Jamaah Tarekat Haq Naqsyabandiyah
dengan pengakuan yang disampaikan kepada di Kota Pontianak”, Al-Hikmah: Jurnal
peneliti. Dakwah, DOI: https://doi.org/10.24260/
al-hikmah.v11i1.817.
Penutup Huda, Miftahul. “Epistemologi Tasawuf dalam
Berdasarkan paparan data dan analisis di atas, Pemikiran Fiqih Al-Sya’rani”, Ullumuna:
dapat disimpulkan bahwa telah terjadi perubahan Jurnal Studi Keislaman, Vol. XIV, No. 2
yang signifikan terhadap persepsi Jamaah (2010), DOI: https://doi.org/10.20414/
Tarekat Haq Naqsyabandi di Kota Pontianak, ujis.v14i2.217
pasca hasil penelitian Muh. Gitosaroso 2016 Huda, Sokhi. Tasawuf Kulheral, Yogyakarta:
yang mengatakan bahwa Jamaah tarekat Haq LKIS Yogyakarta, 2008.
Naqsyabandi cenderung mengutamakan hakikat
Firdaus. “Tarekat Qadariyah Wa Naqsabandiyah:
dari pada syariat. Perubahan ini ditandai dengan
Implikasinya Terhadap Kesalehan Sosial.”
pemahaman yang cukup komprehensif mengenai
Al-Adyan: Jurnal Studi Lintas Agama,
syariat, khususnya rukun Islam, menikah,
Vol. 12, No. 2 (January 5, 2018): 55–72.
mencari nafkah, dan silaturahmi. Selain itu,
doi:10.24042/ajsla.v12i2.2109.
perubahan signifikan terlihat dari aktifitas
Kafei, Jamaludin. Tasawuf Konterponer, Jakarta:
Mutiara al-Amien Perenduan, 2003.
53
Wawancara dilakukan pada tanggal 26 November s.d. 14
Desember 2018. Mubarok, Ghozi. “Al-Ghazali: Reputasi dan
Pengaruhnya di Pesantren”, Dirasat: Journal Mulkhan, Abdul Munir. Revolusi Kesadaran dalam
of Islamic Studies, Vol. 1, No. 1 (2016), Serat-serat Sufi, Jakarta: Serambi, 2003.
DOI: 10.28944/dirosat.v1i1.3 Noupal, Muhammad. “Tarekat Naqsabandiyah
Mudin, Moh. Isom. “Konsep Makrifat Menurut Di Indonesia Abad 19 Dari Ortodoksi
Ibnu Athaillah Al-Sakandari.” Kalimah, Ke Politisasi.” Intizar, Vol. 22, No. 2
Vol. 14, No. 2 (September 30, 2016): 155. (December 24, 2016): 297. doi:10.19109/
doi:10.21111/klm.v14i2.610. intizar.v22i2.943.