Anda di halaman 1dari 2

TUGAS HUKUM KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

SESI 4
Nama Dosen : R Fresley Hutapea, SH., MH., MARS
Nama Mahasiswa : Aep Saepudin
Nama Dosen : 20190309058
Prodi : MARS/Angkatan 8/ Kelas B

SOAL:
1. Masalah –masalah dalam penyelengaraan rumah sakit di Indonesia
2. Tanggapan anda tentang persyaratan menjadi pimpinan rumah sakit sesuai
permenkes No : 971 tahun 2008 standar kompetensi pejabat

JAWABAN:
Soal 1.
- Terlalu banyak dan ribet nya persayaratan ijin rumah sakit
- Masih ada beberapa direktur RS yang merangkap jabatan memimpin RS lain
- Pemilik RS masih ada yang merangkap jabatan sebagai direktur RS yang dia miliki
- Tidak konsistennya RS dalam melaksanakan hasil akreditasi
- Masih adanya staf RS yang bekerja tanpa surat ijin praktik atau sudah kadaluarsa
- Ada beberapa RS yang belum atau terlambat memperpanjang ijin operasionalnya
karena persyaratan yang cukup rumit
- Masih banyak direktur RS yang belum cukup baik kemampuannya dalam mengelola
RS
- Masih banyaknya RS yang tidak sesuai dengan kelasnya

Soal 2.

- Dalam Permenkes No 971/MENKES/PER/XI/2009 tentang Standar Kompetensi


Pejabat Struktural Kesehatan,, dimana memuat Standar Kompetensi Pejabat Struktural
yang terdiri dari Kompetensi Dasar yang meliputi Integritas, Kepemimpinan,
Perencanaan, Penganggaran, Pengorgaisasian, Kerjasama dan Fleksibel (Pasal 5),
Kompetensi Bidang yang meliputi Orietasi Pada Pelayanan, Orientasi pada Kualitas,
Berpikir Analitis, Berpikir Konseptual, Keahlian Teknikal, Manajerial, Profesional
dan Inovasi (Pasal 6), kompetensi Khusus, meliputi Pendidikan, Pelatihan dan
Pengalaman Jabatan (Pasal 7), sehingga seperti yang saya uraikan dalam aturan
Permenkes No 971/MENKES/XI/ 2009 ini saya tidak menemukan sesuatu hal
“pembeda” sehingga pemerintah mengharuskan Direktur Rumah Sakit harus seorang
Tenaga Medis, karena baik Kompetensi Dasar, Kompetensi Bidang maupun dalam
Kompetensi Khusus, dalam Permenkes ini merupakan suatu syarat yang lazim harus
dipenuhi oleh seorang pimpinan organisasi apapun tidak hanya Rumah Sakit, artinya
bahwa tidak ada suatu perbedaan yang mendasar jika Direktur Rumah Sakit dijabat
baik oleh tenga medis atau tenaga kesehatan yang lainnya, sehingga harusnya aturan
yang mengatur tentang penetapan seorang direktur rumah sakit dari tenaga medis
haruslah dicabut, artinya walaupun tenaga medis menjadi Direktur Rumah Sakit
belum tentu arumah sakit dibandingkan tenaga non medis.
- Begitu juga pada UU No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, dan Peraturan
Menteri Kesehatan No 971 Tahun 2009 sebagai peraturan turunan dari Undang –
undang tentang Rumah Sakit, yang dirasa terlalu memmihak kepada tenaga medis,
sedangkan untuk proses akreditasi, Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
menerbitkan Surat Edaran No864/SE/KARS/VIII/2017 tentang Persyaratan Mutlak
Kelulusan Akreditasi Rumah Sakit dimana dalam poin satu (1) disebutkan syarat
mutlak seorang Direktur Rumah Sakit adalah dari Tenaga Medis (dr/drg) yang
kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan lanjutan (S2) dengan
kemampuan/keahlian di bidang perumahsakitan

Anda mungkin juga menyukai