Anda di halaman 1dari 3

KUNJUNGAN KE PESTA PASKAH

Bagi bangsa Yahudi tahun kedua belas ialah garis pemisah antara masa kanak-kanak dan
masa muda. Setelah meningkat ke dalam usia ini seorang anak muda Ibrani disebut anak
hukum, dan juga anak Allah. Ia diberi kesempatan istimewa untuk pelajaran agama, dan
diharapkan untuk mengikuti berbagai pesta dan upacara keagamaan. Sesuai dengan
kebiasaan inilah Yesus pada masa muda-Nya mengadakan kunjungan paskah ke Yerusalem.
Sebagaimana semua orang Israel yang tekun beribadah, Yusuf dan Maria pergi tiap tahun
untuk menghadiri Paskah, dan sesudah Yesus mencapai umur yang dituntut, mereka
membawa Dia beserta mereka.
Ada tiga pesta tahunan, Paskah, Pentakosta, dan Pesta Pondok Daun-daunan, pada
kesempatan seperti itu semua orang laki-laki Israel diperintahkan menghadap Tuhan di
Yerusalem. Di antara semua pesta ini pesta Paskahlah yang paling ramai dikunjungi orang.
Banyak yang datang dari segala negeri dimana orang Yahudi tercerai-berai. Dari segenap
bagian Palestina datanglah orang-orang yang hendak berbakti dalam rombonga-rombongan
yang besar. Perjalanan dari Galilea memerlukan beberapa hari, dan para pengunjung itu
bersatu dalam rombongan-rombongan besar untuk persahabatan dan perlindungan. Kaum
wanita dan orang-orang yang sudah lanjut usianya mengendarai lembu jantan atau keledai
melalui jalan yang curam dan berbatu-batu. Orang-orang laki-laki dewasa dan anak-anak
muda yang agak kuat, berjalan kaki. Waktu pesta Paskah itu, jatuh pada akhir bulan Maret
atau pada awal bulan April, dan seluruh negeri bersemarak dengan bunga-bunga dan
beriang-ria dengan kicauan burung. Sepanjang jalan tampak tempat-tempat yang menjadi
kenang-kenangan dalam sejarah bangsa Israel maka ibu-ibu serta bapa-bapa mengisahkan
kepada anak-anak mereka masing-masing tentang mukjizat-mukjizat yang telah ditiadakan
Allah bagi umat-Nya pada masa yang telah lampau. Mereka mengisi waktu perjalanan itu
dengan nyanyian dan musik, dan tatkala akhirnya menara-menara Yerusalem nampak,
berpadulah tiap suara dalam nyanyian kegembiraan yang gempita-gempita—" Sekarang kaki
kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem. . . . .
Biarlah kesejahteraan ada di lingkungan tembokmu, dan sentosa di dalam purimu" Mzm
122:1,7. Pemeliharaan Paskah mulai dengan kelahiran bangsa Ibrani. Pada malam terakhir
dari masa perhambaan mereka di Mesir, apabila tiada sesuatu tanda kelepasan tampak,
Allah memerintahkan mereka supaya bersiap-siap untuk kelepasan yang segera akan terjadi.
Ia telah memberikan amaran kepada Firaun tentang hukuman yang terakhir atas orang
Mesir, dan Ia telah menyuruh orang Ibrani mengumpulkan keluarga mereka di tempat
kediaman masing-masing. Setelah segala ambang pintu dipercik dengan darah anak domba
yang disembelih, mereka harus memakan daging anak domba itu, yang sudah dipanggang,
bersama roti yang tidak beragi dan sayur pahit." Dan beginilah kamu memakannya:
pinggangmu berikat, kasut pada kakimu dan tongkat di tanganmu; buru-burulah kamu
memakannya; itulah Paskah bagi Tuhan." Tengah malam semua anak sulung orang-orang
Mesir mati terbunuh. Kemudian raja mengirimkan kabar kepada bani Israel, "Bangunlah,
keluarlah dari tengah-tengah bangsaku, ... pergilah beribadahlah kepada Tuhan, seperti
katamu itu." Orang-orang Ibrani itu pergi keluar dari Mesir sebagai satu bangsa yang
merdeka. Tuhan telah memerintahkan supaya pesta Paskah itu diselenggarakan tiap tahun.
"Maka akan jadi kelak," Ia bersabda, "apabila anakmu bertanya kepadamu: Apakah artinya
ibadahmu ini? Maka haruslah kamu berkata: Itulah korban Paskah bagi Tuhan yang
melewati rumah-rumah orang Israel di Mesir, ketika Ia menulahi orang Mesir, tetapi
menyelamatkan rumah-rumah kita." Demikianlah dari keturunan kepada keturunan hikayat
tentang kelepasan yang ajaib ini harus diulangi.
Paskah itu disusul dengan pesta roti yang tidak beragi yang lamanya tujuh hari. Pada hari
yang kedua dari pesta tersebut, buah bungaran dari panen tahun itu, seberkas gandum,
dipersembahkan di hadirat Tuhan. Segenap upacara pesta itu membayangkan pekerjaan
Kristus. Kelepasan bani Israel dari Mesir adalah satu pelajaran yang membayangkan
penebusan, dan untuk itu paskah dimaksudkan untuk mengingatkannya. Domba yang
disembelih, roti yang tidak beragi, buah bungaran itu, membayangkan Juruselamat.
Bagi kebanyakan orang pada zaman Kristus, pemeliharaan pesta ini telah merosot menjadi
sekadar hari raya upacara saja. Tetapi betapa besar artinya bagi Putra Allah!
Inilah kali yang pertama Yesus melihat Bait Suci. Ia melihat imam-imam yang berjubah putih
melakukan tugas mereka dengan penuh khidmat. Ia melihat korban yang bergelimangan
darah diatas mezbah korban. Bersaman dengan orang-orang yang berbakti Ia tunduk
berdoa, sementara asap dupa naik di hadirat Allah. Ia menyaksikan upacara Paskah yang
mengesankan itu. Hari demi hari Ia melihat arti semuanya dengan bertambah jelas. Tiap
perbuatan tampaknya terikat dengan hidup-Nya sendiri. Getaran-getaran baru timbul dalam
dada-Nya. Dengan tenang dan penuh perhatian, Ia nampaknya mempejari sebuah soal yang
pelik. Rahasia tugas-Nya sedang terbuka bagi Juruselamat.
Karena terlalu asyiknya memikirkan peristiwa ini, Ia tidak tinggal tetap di samping orangtua-
Nya. Ia berusaha menyendiri. Sesudah upacara-upacara Paskah itu berakhir, Ia masih tinggal
di halaman Bait Suci itu; dan setelah semua orang yang berbakti meninggalkan Yerusalem, Ia
ketinggalan di sana.
Dalam kunjungan ke Yerusalem ini, orangtua Yesus ingin memperkenalkan Dia dengan guru-
guru besar di kalangan orang Israel. Meskipun Ia taat dalam segala hal pada firman Allah, Ia
tidak menyesuaikan diri dengan segala upacara dan kebiasaan rabi-rabi. Yusuf dan Maria
mengharap supaya Ia dapat dipimpin untuk menghormati rabi-rabi yang terpelajar, dan
memberikan perhatian yang lebih besar kepada tuntutan-tuntutan mereka. Tetapi Yesus
dalam kaabah sudah diajar oleh Allah. Apa yang telah diterima-Nya, dengan segelra mulai
diberikan-Nya.
Pada zaman itu sebuah ruangan yang dihubungkan dengan bait suci dijadikan sekolah suci,
menurut cara sekolah nabi-nabi. Di sinilah rabi-rabi yang terkemuka berhimpun dengan
murid-muridnya dan kesinilah Yesus datang. Setelah duduk di kaki orang-orang yang
terpelajar dan disegani ini Ia mendengarkan pengajaran mereka. Selaku seorang yang suka
menuntut hikmat, ditanyai-Nya guru-guru itu tentang nubuatan-nubuatan dan tentang
peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi pada waktu itu, yang menunjuk kepada kedatangan
Mesias.
Yesus menunjukkan diri-Nya sebagai seorang yang haus akan pengetahuan tentang Allah.
Pertanyaan-pertanyaan-Nya mengandung kebenaran-kebenaran yang dalam yang sudah
lama tersembunyi, namun yang mutlak bagi keselamatan jiwa. Sementara menyatakan
betapa sempit dan dangkal adanya pengetahuan orang-orang pintar itu, setiap pertanyaan
membuka bagi mereka suatu pelajaran Ilahi, serta menaruh kebenaran dalam segi
pandangan yang baru. Rabi-rabi itu berbicara tentang kemuliaan ajaib yang akan dibawa
oleh kedatangan Mesia kepada bangsa Yahudi; akan tetapi Yesus menyebutkan nubuatan
Nabi Yesaya lalu menanyakan kepada mereka apa arti tulisan-tulisan yang menunjuk kepada
penderitaan serta kematian Anak Domba Allah.
Doktor-doktor itu berpaling kepada-Nya dengan pertanyaan-pertanyaan, dan mereka
kehera-heranan mendengar segala jawab-Nya. Dengan kerendahan hati seorang anak kecil
Ia mengulangi ayat Alkitab memberikan kepadanya arti yang begitu dalam, yang belum
pernah diselami oleh orang-orang pandai itu. Seandainya diturut, maka garis-garis
kebenaran yang ditunjukkan-Nya itu niscaya sudah melahirkan suatu reformasi dalam
agama zaman itu. Perhatian yang tekun dalam soal-soal kerohanian niscaya

Anda mungkin juga menyukai