Anda di halaman 1dari 64

Fisika Gunung

Api

- Pertemuan 4 Bentuk dan Struktur Gunung Api -


Definisi bentuk dan struktur
• Pengertian bentuk gunung api di sini dimaksudkan untuk
menguraikan bermacam-macam penampakan atau fitur
bentang alam gunung api.
• Pengertian struktur gunung api ditekankan pada
penampakan dalam dari setiap bentuk bentang alam
gunung api.
• Namun demikian, dalam beberapa hal bentuk dan
struktur gunung api kadang-kadang sulit untuk
dipisahkan.
• Bentuk gunung api sangat beragam mulai dari
bentuk tinggian (bukit atau gunung) sampai dengan
bentuk rendahan atau lubang, dalam, ukuran
sangat kecil, berdiameter dan mempunyai
ketinggian/kedalaman beberapa puluh meter saja,
hingga ukuran sangat besar, berdiameter puluhan
kilometer dan ketinggian lebih dari 5000 m dpl.
• Gunung api berukuran sangat kecil - kecil, mulai dari
kubah lava sampai dengan maar, dikelompokkan ke
dalam gunung api monogenesis (monogenetic
volcanoes).
• Sedangkan yang berukuran besar - sangat besar
disebut gunung api poligenesis (polygenetic
volcanoes).
• Gunung api monogenesis adalah gunung api yang
terbentuk oleh satu erupsi atau satu fase erupsi saja,
sehingga waktu hidupnya pendek dan ukurannya kecil.
• Gunung api poligenesis adalah gunung api yang
terbentuk oleh banyak atau berulangkali erupsi, yang
fase erupsi satu dengan lainnya dapat dipisahkan oleh
waktu istirahat panjang dan sering melibatkan berbagai
jenis magma.
Gunung Api Monogenesis
• Magma yang keluar ke permukaan bumi dalam waktu relatif
pendek, dengan volume kecil, energi rendah atau bahkan
hanya melibatkan bahan gas akan membentuk gunung api
berukuran relatif kecil. Karena merupakan produk satu kali
kegiatan atau satu periode kegiatan saja yang waktu
hidupnya sangat pendek.
• Gunung Api Paricutin di Meksiko yang muncul di kebun
jagung pada tahun 1943 dan giat hingga tahun 1952, namun
pada saat ini sudah tidak aktif lagi (Macdonald, 1972).
• Gunung Api Surtsey di Islandia meletus pada tahun 1963
sampai dengan 1966.
• Gunung Anyar di Kompleks Gunung Api Lamongan, Jawa
Timur meletus pada tahun 1898 (Kusumadinata, 1979).
• Gunung Tidar di Magelang diduga juga sebagai gunung api
monogenesis.
• Kubah lava adalah magma yang keluar ke
permukaan bumi dan karena sangat kental segera
membeku dan menumpuk di atas lubang kepundan
membentuk kubah (Gambar 3.2). Istilah lain untuk
kubah lava adalah “bocca lava”. Dalam beberapa
hal dan pada gunung api yang sudah tua serta
mengalami pengikisan kubah lava itu dapat
berbentuk kerucut lava.
• Kerucut sinder atau kerucut piroklastika adalah
kerucut yang terbentuk oleh akumulasi rempah
gunung api hasil letusan di sekeliling lubang kawah.
Beberapa jenis kerucut piroklastika adalah erupsi
linier atau erupsi rekahan (crater rows atau fissure
vents), kerucut sinder (cinder cones: scoria- and
pumice- cones), kerucut tuf (tuff cones), cincin tuf
(tuff rings), dan maar (Gambar 3.3).
Lava Dome

Berbentuk seperti kubah. Terbentuk dari lava dengan


viskositas tinggi sehingga tidak bisa mengalir dan
terkonsentrasi di sekitar vent. Dome biasanya terbentuk di
dalam crater dari composite volcano yang besar. 12
Contoh Lava Dome

Novarupta Dome
terbentuk akibat erupsi
Katma Volcano, Alaska,
1912

14
Cinder Cone

Cinder = sisa arang bara api. Merupakan struktur paling sederhana


dicirikan dengan adanya single vent (lubang saluran) tempat naiknya
magma. Berbentuk kerucut oval atau circular dan ditandai dengan
adanya crater (kawah) berbentuk seperti mangkok. Jarang yang tinggi,
banyak dijumpai di bagian barat Amerika Utara. Sekuen pembentukan:
erupsi - pembentukan kerucut dan crater - aliran lava. 15
Contoh Cinder Cone

Paricutin Volcano, Meksiko. Cinder cone Mauna Kea Volcano,


Tinggi sekitar 1200 feet . Hawaii. Tinggi 95 meter dan diameter
crater 400 meter.
16
• Kerucut sinder adalah kerucut piroklastika
yang tersusun oleh perlapisan bahan lepas
atau rempah gunung api yang umumnya
berupa skoria, membentuk kerucut skoria
(scoria cones), atau (sekalipun jarang)
batuapung atau pumis sehingga membentuk
kerucut pumis (pumice cones).
• Kerucut tuf adalah kerucut gunung api yang
tersusun oleh tuf atau abu gunung api,
mempunyai ketinggian hingga 300 m, sudut
lereng luar dan dalam sama-sama terjal.
• Cincin tuf adalah suatu kerucut gunung api
berlereng luar dan dalam landai, tersusun
oleh abu gunung api dan mempunyai kawah
yang lebar. Erupsi linier adalah keluarnya
magma ke permukaan bumi dengan
membentuk lubang kawah dan atau kerucut
piroklastika yang berjajar membentuk satu
garis lurus. Penampakan ini juga disebut
erupsi rekahan (fissure eruptions) karena
dikontrol oleh struktur rekahan atau sesar.
• Maar adalah suatu gunung api yang memotong
batuan dasar di bawah muka air tanah dan
membentuk kerucut berpematang landai yang
tersusun oleh rempah gunung api berbutir halus
hingga kasar mempunyai diameter kawah
bervariasi antara 100 - 3000 m (Gambar 3.3 dan
3.4), yang kadang-kadang terisi air sehingga
membentuk danau.
• Sebagian besar maar ini terbentuk oleh letusan
hidroklastika. Letusan non magmatik itu dapat
berlanjut menjadi letusan magmatik sehingga
terbentuk kerucut sinder atau kubah lava di tengah-
tengah maar seperti terjadi di Setu Patok dan Situ
Sangiang di kaki Gunung Ciremai, Jawa Barat
(Gambar 3.5 a dan b; Bronto dan Fernandy, 2000).
Maar

Maar adalah crater besar yang terbentuk akibat erupsi


eksplosif dangkal. Erupsi eksplosif terjadi akibat adanya
pemanasan dan pendidihan air tanah pada saat magma
panas bersinggungan dengan lapisan air tanah. Maar
seringkali terisi air sehingga terbentuk danau.
Contoh: Ukinrek Maar, Alaska. 24
Gunung Api Komposit dan Jamak
• Gunung api komposit berbentuk kerucut
dengan diameter alas mencapai lebih kurang 50
km dan ketinggian sekitar 3000 m dari dataran di
sekelilingnya. Berhubung di dalamnya tersusun
oleh perlapisan batuan gunung api maka sering
disebut gunung api strato, tetapi pada saat ini para
ahli gunung api lebih cenderung menyebut sebagai
gunung api komposit (Gambar 3.9 dan 3.10).
• Contoh gunung api komposit yang aktif pada
masa kini adalah Gunung Api Merapi dan Semeru,
masing-masing di Jawa Tengah dan Jawa Timur
(Gambar 3.11)
• Pemilihan nama gunung api komposit didasarkan pada
pemahaman bahwa kata ‘strato’ atau ‘strata’ hanya bermakna
‘berlapis’ atau ‘perlapisan’ yang hal itu dapat terjadi pada gunung
api kerucut sinder, perlapisannya tersusun oleh rempah gunung
api, atau seperti gunung api di Hawaii yang perlapisannya hanya
tersusun oleh aliran lava.
• Sementara pengertian ‘komposit’ mengandung arti bahan
penyusunnya beragam/berselang-seling antara bahan rempah
gunung api, misalnya breksi dan tuf, dengan aliran lava. Bahkan
dalam beberapa hal, komposisi bahan penyusun kerucut gunung
api komposit dapat bervariasi dari basa ke asam.
• Selain itu juga sering ditemukan tubuh intrusi dangkal yang
memotong (retas) atau menyisip (sill) di antara perlapisan batuan
gunung api tersebut (Gambar 3.12 dan 3.13) sekalipun hal ini
dapat pula terjadi pada bentuk gunung
api yang lain. Gunung api komposit pada umumnya terbentuk di
daerah dengan kedudukan tektonikanya berhubungan dengan
zona penunjaman, seperti halnya di Indonesia.
• Apabila gunung api komposit terdiri atas dua
kerucut atau lebih dengan ukuran relatif
sama besar dan sama tinggi maka gunung
api tersebut disebut gunung api jamak
(compound volcanoes, Gambar 3.14).
• Kegiatan gunung api berbentuk kerucut
komposit dan kerucut jamak tersebut dapat
dipandang sebagai fase pembangunan
(construction periods) gunung api.
• Gunung api yang berukuran lebih kecil atau
gunung api monogenesis apabila kemudian
tumbuh dan berkembang menjadi lebih
besar dapat dipandang sebagai awal
pembangunan gunung api komposit atau
gunung api jamak.
• Salah satu kerucut gunung api komposit tertinggi di dunia dan
daratan adalah Gunung Api Fuji di Jepang Gunung api itu
mempunyai ketinggian 3.700 m di atas dataran di sekitarnya,
berdiameter alas sekitar 30 km dan volume 870 km3 (Williams
dan McBirney, 1979).
• Di Eropa kerucut komposit tertinggi adalah Gunung Api Etna (+
3210 m dpl), berdiameter alas 40 km dan volume 527 km3.
• Gunung api tertinggi di Benua Afrika adalah Gunung Kilimanjaro
(+ 5895 m dpl.; Simkin dan Siebert, 1994) yang terletak di
Tanzania. Kerucut komposit gunung api tertinggi di dunia adalah
Gunung Cotopaxi (+ 5911 m dpl.) yang terletak di Equador,
Pegunungan Andes, Benua Amerika Selatan, tinggi mutlak lebih
dari 5000 m, tetapi separoh dari ketinggian itu berupa batuan
dasar pra-gunung api.
• Di Indonesia sendiri gunung api komposit yang sangat tinggi
antara lain Gunung Kerinci (+ 3800 m; Kusumadinata, 1979) di
Provinsi Jambi, Pulau. Sumatra, Gunung Semeru (+ 3676 m) dan
Gunung Raung (+ 3332 m) di Provinsi Jawa Timur; Gunung Merapi
(+ 2911 m) di Jawa Tengah, dan Gunung Agung (+ 3014 m) di
Pulau Bali.
Kompleks Gunung Api
• Apabila pada suatu daerah banyak dijumpai lubang erupsi
sedemikian rupa sehingga sering terjadi tumpang tindih baik
lokasi erupsi maupun endapannya, maka wilayah itu dapat
dipandang sebagai kawasan kompleks gunung api.
• Kompleks Gunung Api Dieng di Jawa Tengah dan Kompleks
Gunung Api Auckland (Auckland volcanic field) di North Island,
Selandia Baru.
• Di daerah itu gunung apinya dapat berbentuk kerucut komposit
maupun gunung api monogenesis, atau bahkan terdiri atas
beberapa gunung api kaldera.
• Dengan demikian, Gunung Api Lamongan di selatan Kota
Probolinggo yang sekalipun kerucut kompositnya relatif kecil
tetapi karena di sekelilingnya banyak dijumpai kerucut sinder,
kubah dan aliran lava serta maar maka kawasan tersebut dapat
juga disebut kompleks gunung api.
• Kompleks gunung api yang melibatkan
kerucut komposit dan kaldera antara lain:
• Gunung Wilis,
• Gunung Tengger,
• Gunung Iyang Argopuro dan
• Gunung Ijen di Jawa Timur.
• Sementara itu, kompleks gunung api Bandung
Raya (Bronto, 2009b) di Jawa Barat antara lain
Gunung Talagabodas, Gunung Papandayan-
Darajat-Kamojang-Guntur, Gunung Patuha-
Malabar, dan Gunung Sunda - Burangrang -
Tangkubanparahu -Tampomas (Gambar 3.15).
Gunung Api Kaldera
• Apabila suatu gunung api mempunyai kawah yang
sangat besar, berdiameter lebih dari 2000 m, maka
gunung api tersebut dinamakan gunung api kaldera
(Williams, 1941; Williams dan McBirney, 1979).
• Berdasarkan atas asal-usul (genesis)
pembentukannya, bentuk bentang alam gunung api
kaldera dapat disebabkan oleh letusan, amblesan,
dan longsoran. Kaldera yang terbentuk sebagai
akibat letusan besar disebut kaldera letusan.
• Pembentukan kaldera letusan itu dapat disebabkan
oleh terakumulasinya gas gunung api bertekanan
sangat tinggi di bawah tubuh suatu gunung api,
terutama yang berbentuk kerucut komposit.
• Pembentukan gas gunung api itu dapat dihasilkan
oleh proses diferensiasi lanjut dari suatu magma
basal menjadi magma berkomposisi menengah -
asam (andesit, dasit atau bahkan riolit), biasanya
berlangsung dalam waktu yang sangat lama, atau
adanya percampuran magma basal dengan magma
asam yang terjadi secara mendadak.
Gunung api kaldera letusan sangat banyak
jumlahnya, sebagai contoh :
• Kaldera Toba di Pulau Sumatra,
• Kaldera Krakatau di Selat Sunda,
• Kaldera Sunda di Jawa Barat,
• Kaldera Tengger,
• Kaldera Ijen di Jawa Timur,
• Kaldera Batur di Pulau Bali,
• Kaldera Rinjani di Pulau Lombok (Gambar 3.16- 20).
Gunung Agung dan Batur

46
• Kaldera amblesan terjadi pada gunung api tipe perisai.
Karena terlalu banyak magma basal yang keluar ke
permukaan bumi, sedangkan sumbernya relatif dekat
permukaan, maka terjadi kekosongan di dapur magma
dan berat batuan di atasnya tidak ada yang menahan
sehingga terjadi amblesan. Magma tersebut umumnya
berkomposisi basal dan encer. Salah satu kaldera
amblesan yang sangat terkenal di dunia adalah Kaldera
Galapagos di sebelah barat Benua Amerika Selatan.
• Kaldera longsoran terbentuk pada gunung api-gunung
api kerucut komposit yang sangat khas terjadi
pada letusan Gunung St. Helens 1980 di Amerika
Serikat (misal, Voight dkk., 1981; Glicken, 1986).
• Magma yang naik tidak dapat keluar melalui kawah
pusat karena adanya sumbat lava yang sangat kuat di
bawahnya. Oleh karena itu magma kemudian bergerak
menyamping mencari daerah yang lebih lemah
pada bagian lereng dari gunung api itu. Dorongan
magma ke atas menyebabkan lereng gunung api itu
menggembung (bulging) yang setelah melampaui titik
maksimum penggembungan akhirnya tubuh gunung api
itu longsor ke suatu arah.
• Kaldera longsoran selalu berbentuk seperti tapal
kuda, dan di Indonesia jumlahnya sangat banyak,
misalnya di Gunung Galunggung, Tasikmalaya Jawa
Barat dan Gunung Raung di Jember, Jawa Timur
(Neumann van Padang, 1939; Bronto, 1986, 1995
dan 2001; Siebert dkk., 1997; Bronto dan Hartono,
2002).
• Kaldera longsoran yang berasosiasi dengan letusan
gunung api magmatik termasuk kaldera longsoran
Tipe Bezymianny atau Tipe Gunung St. Helens.
• Dalam beberapa hal, kaldera longsoran dapat
disebabkan oleh letusan hidrotermal di daerah gunung
api yang sudah mengalami alterasi hidrotermal sangat
lanjut yang dikenal dengan kaldera longsoran Tipe
Bandai.
• Sebagai contoh letusan Gunung Papandayan 1772 di
Garut Jawa Barat (misal, Neumann van Padang, 1951;
Kusumadinata, 1979) dan Gunung Bandai di Jepang
pada tahun 1888 (Nakamura dan Glicken, 1997).
• Namun demikian, longsoran tubuh gunung api juga
dapat disebabkan oleh gempa bumi tektonika di daerah
itu (Ui, 1995).
• Fase letusan besar pembentukan kaldera itu
disebut periode perusakan (destructive periods)
dari suatu gunung api.
• Pada kegiatan berikutnya di dalam kaldera dapat
muncul kegiatan gunung api baru yang membentuk
“anak” gunung api (somma volcanoes; Gambar
3.1).
• Di Indonesia hampir semua gunung api kaldera
mempunyai anak gunung api di dalamnya, misalnya
Kaldera Krakatau, Kaldera Tengger, dan Kaldera Batur.
Gunung api baru itu pada perkembangannya dapat
tumbuh menjadi besar, sebagai fase konstruksi kedua,
dan mampu mengisi seluruh cekungan kaldera yang
ada sehingga bentuk bentang alam kaldera tidak
kelihatan lagi.
• Sebagai contoh kasus ini adalah Gunung Guntur (Bronto
dan Pratomo, 1997), Gunung Gede – Gunung
Pangrango (van Bemmelen, 1949) dan Gunung Ciremai
(Bronto dkk., 2000) di Jawa Barat, Gunung Sindoro dan
Gunung Merapi di Jawa Tengah (Newhall dkk., 2000;
Bronto, 2001).
Gunung Api Perisai
• Bentuk gunung api yang paling besar dan tinggi
adalah gunung api perisai atau gunung api tameng
(shield volcanoes).
• Ada tiga tipe gunung api perisai, yaitu tipe Islandia
(Icelandic Shields), tipe Hawaii (Hawaiian Shields),
dan tipe Galapagos (Galapagos Shields) (Gambar
3.21 dan 3.22).
Gunung Api Perisai
• Gunung api ini mempunyai sudut lereng yang
sangat landai, tersusun oleh perlapisan aliran lava
berkomposisi basal.
• Gunung api perisai Islandia terletak di Samudera
Atlantik bagian utara, mempunyai ketinggian
bervariasi dari 50 - 1000 m, rata-rata 350 m, sudut
lereng 1 - 5o, maksimum 10o, dengan volume tubuh
sekitar 15 km.
• Gunung api perisai Hawaii berada di Samudera
Pasifik, mempunyai ketinggian lebih dari 2000
m di atas permukaan air laut.
• Sebagai contoh Gunung Mauna Kea (+ 4180 m)
dan Gunung Mauna Loa (+ 3650 m). Di bagian
puncaknya hampir datar, sedang sudut lerengnya
bervariasi antara 2 - 10o.
• Bila dihitung mulai dari dasar samudra volume total
tubuh gunung apinya mencapai 40.000 km3.
• Gunung api perisai Galapagos terletak di Samudera
Pasifik Timur (East Pacific Rise) atau di sebelah
barat Benua Amerika Selatan.
• Gunung api ini mempunyai ketinggian 1500 m
di atas permukaan air laut, diameter alas 25 - 35
km, dan sudut lereng kurang dari 20o. Pada lereng
tengah mempunyai kemiringan terbesar (15-35o),
tetapi segera melandai dan mendatar mendekati
kaki.
Ada pertanyaan?
• Ringkasan …..
Tugas
POLA PENYEBARAN GUNUNGAPI
Pola penyebaran gunungapi di dunia
DAERAH JUMLAH %
LINGKAR PASIFIK 512 61.8
INDONESIA
BENUA ERASIA
129 15.6
3.6
AFRIKA, LAUT MERAH 30 9.5
LAUTAN PASIFIK 79 1.7
LAUTAN ATLANTIK 14 7.2
LAUTAN HINDIA 60 0.6
5

Sebutkan dan deskripsikan 129 gunung api


tersebut dari sisi bentuk dan strukturnya
selengkap-lengkapnya !!!

Anda mungkin juga menyukai