Anda di halaman 1dari 9

Modul Akuntansi Sektor Publik Pertemuan 5

BAB V
TEORI DAN KONSEP PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK

Mata Kuliah: Akuntansi Sektor Publik


Team Teaching

A. Pengantar
Pada bab ini akan menjelaskan teori dan konsep penganggaran dalam organisasi sektor
publik. Penjelasan tentang anggaran sektor publik diawali dengan pengertian anggaran,
fungsi, tujuan dan karakteristik, serta prinsip-prinsip dalam penganggaran sektor publik.
Selanjutnya, akan dijelaskan pendekatan-pendekatan yang dikenal dalam penganggaran
sektor publik yang mencerminkan perkembangan teori penganggaran dan bagaimana arah
perkembangannya ke depan. Lalu akan dijelaskan pula keterkaitan penganggaran dengan
standar pelayanan minimal (SPM) yang merupakan bagian yang sangat penting dalam
penganggaran berbasis kinerja.

B. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan


Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menjelaskan teori dan konsep penganggaran
sektor publik.

C. Pokok Bahasan
1. Pengertian Anggaran Sektor Publik
2. Fungsi Anggaran Sektor Publik
3. Tujuan dan Karakteristik Anggaran Sektor Publik
4. Prinsip-Prinsip dalam Penganggaran Sektor Publik
5. Pendekatan Penganggaran pada Sektor Publik
6. Perkembangan Teori Penganggaran Sektor Publik
7. Penganggaran dan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

D. Pre Test
1. Apa yang kalian ketahui tentang teori dan konsep anggaran sektor publik?
2. Apa fungsi dari anggaran sektor publik?
3. Apa tujuan dari anggaran sektor publik?

E. Deskripsi Materi
1. Pengertian Anggaran Sektor Publik
Anggaran memiliki peran penting dalam organisasi sektor publik, terutama
organisasi pemerintahan. Terdapat beberapa definisi anggaran, yaitu sebagai berikut.
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai
selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial,... (Mardiasmo,
2009:61)
Modul Akuntansi Sektor Publik Pertemuan 5

Anggaran adalah rencana kegiatan yang diwujudkan dalam bentuk finansial, meliputi
usulan pengeluaran yang diperkirakan untuk suatu periode waktu, serta usulan cara-
cara memenuhi pengeluaran tersebut. (Sugijanto., dkk., 1995:22)

.....,sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan


akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang. (Bastian, 2006 : 163)

Tiga definisi anggaran tersebut merupkan definisi anggaran yang sering dikutip oleh
beberapa penulis lain (lihat Halim, 2008; Mahsun dkk., 2007; Nordiawan, 2006; Ulum
2008).
Perbedaan mendasar pada ketiga definisi di atas, adalah lingkup dari isi anggaran.
Definisi pertama lebih bersifat umum yaitu bahwa anggaran berisi estimasi kinerja.
Definisi kedua mengkhususkan isi anggaran hanya untuk usulan pengeluaran saja.
Sedangkan, definisi ketiga menyatakan bahwa anggaran tidak hanya berisi perkiraan
pengeluaran saja melainkan berisi perkiraan penerimaan. Tentu, definisi ketiga terlihat
lebih lengkap daripada kedua definisi lainnya. Pada kenyataannya, anggaran sering kali
berisi rencana penerimaan dan pengeluaran, bahkan Ulum (2008 : 98) menambahkan
bahwa anggaran publik merupakan dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan
organisasi yang meliputi informasi mengenai penerimaan, pengeluaran dan aktivitas.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwan definisi anggaran adalah
dokumen yang berisi estimasi kinerja, baik berupa penerimaan dan pengeluaran, yang
disajikan dalam ukuran moneter yang akan dicapai pada periode waktu tertentu dan
menyertakan data masa lalu sebagai bentuk pengendalian dan penilaian kinerja.

2. Fungsi Anggaran Sektor Publik


Anggaran dalam akuntansi berada di dalam lingkup akuntansi manajemen.
Mardiasmo (2009) mengidentifikasi beberapa fungsi anggaran dalam manajemen sektor
publik adalah sebgai berikut.
2.1.Anggaran sebagai Alat Perencanaan
Mardiasmo (2009) menyatakan bahwa anggaran merupakan alat perencanaan
manajemen untuk mencapai tujuan organisasi sehingga organisasi akan tahu apa
yang harus dilakukan dan ke arah mana kebijakan akan dibuat.
2.2.Anggaran sebagai Alat Pengendalian
Anggaran sebagai instrumen pengendalian digunakan untuk menghindari adanya
pengeluaran yang terlalu besar (overspending), terlalu rendah (underspending), salah
sasaran (missappropriation), atau adanya penggunaan yang tidak semestinya
(misspending).
2.3.Anggaran sebagai Alat Kebijakan Fiskal
Melalui anggaran organisasi sektor publik dapat menentukan arah atas kebijakan
tertentu. Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah, digunakan untuk
menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
2.4.Anggaran sebagai Alat Politik
Modul Akuntansi Sektor Publik Pertemuan 5

Pada sektor publik, anggaran merupakan dokumen politik sebagai bentuk komitmen
eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik untuk kepentingan
tertentu. Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-prioritas dan kebutuhan
keuangan terhadap prioritas tertentu.
2.5.Anggaran sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi
Melalui dokumen anggaran yang komprehensif, sebuah bagian atau unit kerja atau
deprtemen yang merupakan sub-organisasi dapat mengethui apa yang harus
dilakukan dan apa yang akan dilakukan oleh bagian atau/unit kerja lainnya.
2.6.Anggaran sebagai Alat Penilaian Kinerja
Kinerja eksekutif dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran, efektivitas dan
efisiensi pelaksanaan anggaran. Kinerja manajer publik dinilai berdasarkan berapa
hasil yang dicapai dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan.
2.7.Anggaran sebagai Alat Motivasi
Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya agar
dapat bekerja secara ekonomis, efektif dan efisien dalam mencapai target dan tujuan
organisasi yang ditetapkan.
2.8.Anggaran sebagai Alat untuk Menciptakan Ruang Publik
Fungsi ini hanya berlaku pada organisasi sektor publik, karena pada organisasi
swasta anggaran merupakan dokumen rahasia yang tertutup untuk publik.
Masyarakat dan elemen masyarakat lainnya nonpemerintah, sperti LSM, Perguruan
Tinggi, Organisasi Keagamaan, dan Organisasi masyarakat lainnya, harus terlibat
dalam proses penganggaran publik.

3. Tujuan dan Karakter Anggaran Sektor Publik


Anggaran bagi sektor publik adalah alat untuk mencapai tujuan dalam rangka
memberikan pelayanan kepada masyarakat/rakyat yang tujuannya adalah untuk
meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat. Perencanaan dan
penganggaran merupakan proses yang terintegrasi, karena output dari perencanaan
adalah penganggaran. Anggaran sektor publik harus dapat merefleksikan perubahan
prioritas kebutuhan dan keinginan masyarakat, serta dapat menentukan penerimaan dan
pengeluaran pemerintah pusat atau pemerintah daerah.
Berdasarkan definisi di atas dan tujuan dari anggaran sektor publik, maka anggaran
sektor publik memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan.
2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu, satu atau beberapa tahun,
jangka pendek, menengah atau panjang.
3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk mencapai sasaran
yang ditetapkan.
4. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak berwenang yang lebih tinggi dari
penyusun anggaran.
5. Sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.

Keputusan yang diambil oleh pemerintah melalui anggaran juga akan memengaruhi
tingkat kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, anggaran sektor publik menjadi
penting, karena :
Modul Akuntansi Sektor Publik Pertemuan 5

1. Sebagai alat pemerintah untuk mengarahkn pembangunan, menjamin


kesinambungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
2. Adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tidak terbatas dan terus
berkembang, sedangkan sumber daya yang ada terbatas.
3. Untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat,
dalam hal ini anggaran berperan sebagai instrumen akuntabilitas publik.

Aspek-aspek yang tercakup dalam anggaran sektor publik adalah: aspek


perencanaan, aspek pengendalian, dan aspek akuntabilitas publik. Penganggaran sektor
publik harus diawasi mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan. Proses
penganggaran akan lebih efektif jika diawasi oleh lembaga pengawas khusus (oversight
body) yang bertugas untuk mengontrol proses perencanaan dan pengendalian anggaran.

4. Prinsip-Prinsip dalam Penganggaran Sektor Publik


Mengingat begitu pentingnya peranan dan fungsi anggaran, diperlukan prinsip-
prinsip yang menjadi pedoman bagi organisasi publik dan/atau pemerintah dalam
penyusunannya. Beberapa prinsip tersebut, adalah sebagai berikut (Mardiasmo, 2009:
67-68).
1. Otorisasi oleh legislatif
Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari legislatif sebelum eksekutif dapat
menggunakan anggaran tersebut.
2. Komprehensif/menyeluruh
Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh
karena itu, adanya dana nonbudgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran
yang bersifat komprehensif.
3. Keutuhan anggaran
Semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah tercakup dalam dana umum.
4. Nondiscretionary appropriation
Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara ekonomis,
efisiensi dan efektif.
5. Periodik
Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunan atau bersifat
multitahunan.
6. Akurat
Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi
(hidden reserve) yang dapat menyebabkan terjadinya pemborosan dan
ketidakefisienan anggaran serta dapat mengakibatkan munculnya underestimate
pendapatan dan overestimate pengeluaran.
7. Jelas
Anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami oleh masyarakat, dan tidak
membingungkan.
8. Transparan
Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.
Modul Akuntansi Sektor Publik Pertemuan 5

5. Pendekatan Penganggaran pada Sektor Publik


Sistem perencanaan anggaran publik berkembang dan berubah sesuai dengan
perkembangan manajemen sektor publik dan tuntutan yang muncul dalam masyarakat.
Pada dasarmya terdapat beberapa jenis pendekatan dalam perencanaan dan penyusunan
anggaran sektor publik. Pendekatan-pendekatan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pendekatan Tradisional
Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang banyak digunakan di negara
berkembang. Adapun ciri-ciri anggaran dengan pendekatan tradisonal yaitu
(Mardiasmo, 2009):
1. Cara penyusunan anggaran berdasarkan pendekatan incrementalism;
2. Struktur dan susuanan anggaran yang bersifat line-item;
3. Cenderung sentralistis;
4. Bersifat spesifikasi;
5. Tahunan;
6. Menggunakan prinsip-prinsip anggaran bruto.

Pendekatan tradisional terdiri atas tiga proses, adalah sebagai berikut (Nordiawan,
2006).

1. Pihak lembaga yang memerlukan anggaran mengajukan permintaan anggaran


kepada kepala eksekutif dan anggaran tersebut diperinci berdasarkan jenis
pengeluaran yang hendak dibuat.
2. Kepala eksekutif mengumpulkan permintaan anggaran dari berbagai lembaga,
lalu anggaran ini dimodifikasi oleh kepala eksekutif (dikonsolidasikan). Dari
hasil modifikasi tersebut, kepala eksekutif kemudian mengajukan permintaan
secara keseluruhan untuk organisasi tersebut kepada lembaga legislatif dengan
menggunakan perincian yang sama dengan anggaran yang diajukan sebelumnya
oleh lembaga-lembaga di bawahnya (dengan menggunakan pendekatan
trasdisional).
3. Setelah merevisi jumlah permintaan anggaran, pihak legislatif kemudian
menuliskan jumlah anggaran yang disetujui dengan menggunakan pendekatan
tradisional. Dari data mengenai program atau kinerja mungkin dimasukkan
dalam anggaran yang diperinci dengan menggunakan pendekatan tradisional.

Penyusunan anggaran dengan menggunakan pendekatan tradisional memiliki


beberapa kelebihan, yaitu bentuknya sederhana dan mudah dipersiapkan serta
dimengerti oleh orang yang berkepentingan. Pendekatan ini cocok dengan pola
akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting), yaitu bahwa pendekatan
ini memfasilitasi pengendalian akuntansi dalam proses pelaksanaan anggaran dan
data-data yang dapat dibandingkan bisa dikumpulkan untuk beberapa tahun secara
berurutan untuk memfasilitasi dilakukannya perbandingan dengan trend.

Namun, pendekatan tradisional ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara


lain tidak adanya informasi yang memadai bagi pembuat keputusan, terlalu
Modul Akuntansi Sektor Publik Pertemuan 5

berorientasi pada pengendalian dan kurang memperhatikan proses perencanaan dan


evaluasi.

2. Pendekatan New Public Management


New public management berfokus pada manajemen sektor publik yang berorientasi
pada kinerja bukan pada kebijakan. Oleh karena itu, bagian dari reformasi new
public management adalah dengan kemunculannya Manajemen Berbasis Kinerja.
Fokus manajemen pada pengukuran outcome (hasil), bukan lagi sekadar pengukuran
input atau output saja (Mahmudi, 2007). Penggunaan paradigma new public
management menuntut pemerintah untuk memberikan pelayanan yang efektif dan
efisien kepada masyarakat, pemangkasan biaya (cost cutting) dan kompetisi tender.
Pendekatan new public management digunakan untuk mengatasi kelemahan
anggaran tradisional. Pendekatan ini dalam sitem anggaran publik memiliki
karakteristik umum sebagai berikut.
1. Komprehensif/komparatif.
2. Terintegrasi dan lintas departemen.
3. Proses pengambilan keputusan yang rasional.
4. Bersifat jangka panjang.
5. Spesifikasi tujuan dan pemeringkasan prioritas.
6. Analisis total cost dan benefit (termasuk opportunity cost).
7. Berorientasi pada input, output, dan outcome, bukan sekadar input.
8. Adanya pengawasan kinerja.

Anggaran dengan pendekatan NPM adalah anggaran yang berorientasi pada


kinerja, yang terdiri atas planning programming and budgeting system (PPBS), Zero
Based Budgeting (ZBB), dan performance budgeting.
1. Planning, Programming, and Budgeting System (PPBS)
PPBS merupakan teknik penganggaran yang didasarkan pada teori sistem yang
berorientasi pada output dan tujuan dengan penekanan utamanya adalah alokasi
sumber daya berdasarkan analisis ekonomi. Sistem anggaran PPBS tidak
mendasarkan pada struktur organisasi tradisional yang terdiri dari divisi-divisi,
namun berdasarkan program, yaitu pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan
tertentu. PPBS adalah salah satu model penganggaran yang ditujukan untuk
membantu manajemen pemerintah dalam membuat keputusan alokasi sumber daya
secara lebih baik. Hal tersebut disebabkan sumber daya yang dimiliki pemerintah
terbatas jumlahnya, sementara tuntutan masyarakat tidak terbatas jumlahnya. Dalam
keadaan tersebut pemerintah dihadapkan pada pilihan alternatif keputusan yang
memberikan manfaat paling besar dalam pencapaian tujuan organisasi secara
keseluruhan.

2. Zero Based Budgeting (ZBB)


Konsep ZBB dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan yang ada pada sistem
anggaran tradisional. Penyusun anggaran dengan menggunakan konsep ZBB dapat
menghilangkan Incremenralism dan Line-item karena anggaran diasumsikan mulai
dari nol (zero-base). Penyusunan anggaran yang bersifat incremental mendasarkan
Modul Akuntansi Sektor Publik Pertemuan 5

besarnya realisasi anggaran tahun ini untuk menetapkan anggaran tahun depan, yaitu
dengan menyesuaikan dengan tingkat inflasi atau jumlah penduduk. ZBB tidak
berpatokan pada anggaran tahun lalu untuk menyusun anggaran tahun ini, namun,
penentuan anggaran di dasarkan pada kebutuhan saat ini. Dengan ZBB seolah-olah
proses anggaran dimulai dari hal yang baru sama sekali. Item anggaran yang sudah
tidak relevan tidak mendukung pencapaian tujuan organisasi dapat hilang dari
struktur anggaran, atau mungkin juga muncul item baru.

3. Performance Based Budgeting (PBB)/Anggaran Kinerja


Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat
dalam anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak
adanya tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian
tujuan dan sasaran pelayan publik. Anggaran dengan pendekatan kinerja sangat
menekankan pada konsep value for money dan pengawasan atas kinerja output.
Pendekatan ini juga mengutamakan mekanisme penentuan dan pembuatan prioritas
tujuan serta pendekatan yang sisitmatik dan rasional dalam proses pengambilan
keputusan. Untuk mengimplementasikan hal-hal tersebut anggaran kinerja
dilengkapi dengan teknik penganggaran analisis.

6. Perkembangan Teori Penganggaran Sektor Publik


Gibran dan Sekwat (2009) berpendapat bahwa teori penganggaran sejauh ini belum
lengkap karena teori yang ada hanya menyediakan jawaban-jawaban parsial terhadap
pertanyaan bagaimana dan kapan penganggaran publik dilaksanakan, dan belum
menjawab secara cukup pertanyaan mengapa pemerintah menyusun anggaran dengan
cara yang mereka lakukan. Pertama disini dijelaskan bahwa terdapat line item budget,
fokus line item budget terletak pada item-item belanja daripada tujuan atau fungsi dari
belanja, maka metode ini tidak memberikan perhatian dasar pangalokasian sumber daya
dan penjelasan berdasar aktivitas anggaran sehingga pendekatan ini tidak mempunyai
nilai prediktif. Selanjutnya yaitu terdapat metode penganggaran kinerja (performance
budgeting) yaitu sebuah metode yang berdasarkan pada fungsi dan aktivitas pemerintah
dalam mengimplementasikan kebijakannya. Kemudian disusul dengan adanya kebijakan
metode penganggaran program, penganggaran program berfokus pada tujuan-tujuan
pengeluaran pemerintah, tetapi metode ini masih mendasarkan perbaikan rasionalitas
dalam pembuatan keputusan penganggaran. Selanjutnya yaitu adanya zero-based
budgeting yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan pengambil keputusan untuk
membandingkan lebih dari satu tingkat rekomendasi dari pengeluaran untuk setiap
aktivitas program dan untuk menentukan unit keputusan mana yang menganggap
pencapaian tujuan program terbaik. Metode yang telah disebutkan diatas bersifat
teknikal. Oleh karena itu, Gibran dan Sekwat menawarkan pendekatan alternatif baru
dalam mengembangkan teori penganggaran yaitu dengan menggunakan pendekatan teori
sistem terbuka (open system theory).Teori sistem terbuka berpendapat bahwa ketika
sebuah organisasi memelihara kondisinya lebih/kurang mantap selama jangka waktu
tertentu, organisasi akan berusaha mengembangkan sebuah perbedaan, namun tetap
memilki kesamaan yang tinggi pada organisasi. Dalam konteks pemerintahan di
Modul Akuntansi Sektor Publik Pertemuan 5

Indonesia, teori dan konsep penganggaran yang digunakan adalah penganggaran


berbasis kinerja. Implementasi anggaran berbasis kinerja mensyaratkan adanya analisis
standar belanja (ASB) dan standar pelayanan minimal (SPM) kedua instrumen tersebut
menjadi acuan pemerintah (daerah) untuk menyusun perencanaan dan penganggaran
penyelenggaraan pemerintahan.

7. Penganggaran dan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Tujuan penyusunan anggaran adalah untuk mendukung terselenggaranya penyediaan
pelayanan dasar yang bemuara pada penciptaan kesejahteraan masyarakat. Ketentuan
mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang berhak diperoleh oleh setiap warga
secara minimal tertuang dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) (Ritonga, 2010).
Menurut Permendagri Nomor 6 Tahun 2007 Pasal 4, pelayanan dasar adalah bagian dari
pelaksanaan urusan wajib pemerintah dan memiliki karakteristik sebagi pelayan yang
sangat mendasar, berhak diperoleh oleh setiap warga secara minimal, dijamin
ketersediaannya oleh konstitusi dan konvensi internasional; didukung data dan informasi
terbaru yang lengkap; serta tidak menghasilkan keuntungan materi. SPM memiliki batas
waktu pencapaian baik secara nasional maupun daerah. Jadi, SPM merupakan bentuk
dokumen teknis dari penyediaan pelayanan dasar, sedangkan pelayanan dasar
merupakan bagian dari urusan wajib pemerintah. Pada konteks pemerintah daerah,
rencana pencapaian SPM dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah dan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD).
Adapun tahapan mekanisme penganggaran kegiatan-kegiatan untuk tercapainya
SPM adalah sebagai berikut.
1. Menyelaraskan antara capaian SPM yang terdapat di RPJMD dengan program-
program urusan wajib pemerintah ke dalam kebijakan umum anggaran (KUA) serta
prioritas dan plafon anggaran sementara (PPAS).
2. Menyusun rincian kegiatan untuk masing-masing program dalam rangka pencapaian
SPM dengan mengacu pda indikator kinerja, dan batas waktu pencapaian SPM yang
telah ditetapkan oleh pemerintah.
3. Menentukan urusan prioritas kegiatan-kegiatan untuk mencapi SPM. Salah satu
metode untuk menentukan prioritas kegiatan adalah dengan metode analytic
hierarchy process (AHP).
4. Menentukan besarnya plafon anggaran untuk masing-masing kegiatan dengan
menggunakan analisis standar belanja (ASB).

Sebagaimana dijelaskan di atas, penganggaran memiliki peranan yang penting dalam


kesuksesan penerapan SPM. Tanp anggaran yang memadai dan mencukupi, pemerintah
tidk dapat melaksanakan SPM sesuai dengan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu,
harus memperhatikan prinsip-prinsip perhitungan anggaran pada SPM, meskipun
menggunakan pendekatan pembiayaan berbasis kegiatan sebagai berikut (Ritonga, 2010:
137-138).
1. Pembiayaan mengacu pada program/langkah kegiatan.
2. Investasi fisik hanya untuk sarana/prasarana yang terkait langsung dengan
penerapann SPM.
Modul Akuntansi Sektor Publik Pertemuan 5

3. Tidak menghitung kebutuhan belanja secara keseluruhan dan menghitung seluruh


langkah kegiatan tanpa memandang sumber biaya.
4. Perhitungan kebutuhan biaya dengan memperhatikan capaian tahun sebelumnya.
5. Tidak menghitung kebutuhan belanja per unit kerja.

F. Post Test
1. Apa yang dimaksud dengan anggaran?
2. Apa saja fungsi dari anggaran sektor publik? Sebut dan jelaskan!
3. Sebutkan tujuan dan karakteristik dari anggaran sektor publik!
4. Apa saja pinsip-prinsip dalam penganggaran sektor publik? Sebut dan Jelaskan!
5. Apa yang dimaksud dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM)?

G. Referensi

Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Gibran, Joan M., dan Alex Sekwat. 2009. “Continuing the Search for a Theory of Public
Budgeting”. Journal of Public Budgeting, Accounting, and Financial Management,
21 (4), hlm. 617-644

Halim, Abdul. 2008. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah, edisi ke-3.
Jakarta: Salemba Empat.

Mahmudi, 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Mahsun, M., Firma Sulistyowati, dan Heribertus A.P. 2007. Akuntansi Sektor Publik, edisi
ke-2. Yogyakarta: BPFE UGM.

Mardiasmo, 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Nordiawan, Deddi. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan
dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.

Ritonga, Irwan Taufiq. 2010. Analisis Standar Belanja: Konsep, Metode Pengembangan,
dan Implementasi di Pemerintah Daerah. Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana UGM

Ulum, Ihyaul. 2008. Akuntansi Sektor Publik. Malang: UMM Press.

Anda mungkin juga menyukai