Analisis Laporan Keuangan Analisa Dan Penilaian Ekuitasdocx PDF
Analisis Laporan Keuangan Analisa Dan Penilaian Ekuitasdocx PDF
AND VALUATION
Disusun Oleh:
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PADJADJARAN
TAHUN AJARAN 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Analisis Laporan Keuangan – Equity
Analysis and Valuation PT. Unilever Indonesia, Tbk”. Makalah ini disusun untuk pemenuhan
tugas makalah dan presentasi mata kuliah Analisa Laporan Keuangan.
Penulis berharap makalah ini dapat berguna dikemudian hari. Penulis memohon maaf
bila terdapat kekurangan karena keterbatasan kemampuan penulis dan data yang didapatkan.
Penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun.
Penulis
5 Juni 2015
BAB I
PENDAHULUAN
I PERSISTENSI LABA
Analisis ini membantu menghasilkan ramalan kekuatan laba untuk penilaian yang
andal. Analisis keuangan yang baik dapat mengenali komponen laba yang stabil dan dapat
diprediksi atau komponen yang mampu “bertahan” (persistent).
BV merupakan book value nilai buku pada akhir periode t, RI adalah residual income
pendapatan sisa pada periode t + n, dan k adalah biaya modal. RI pada periode t
didefenisikan sebagai pendapatan net komprehensif dikurangi biaya pada nilai buku awal,
sehingga RIt = NIt – (k x BVt-1). Model ini menggambarkan sangat pentingnya profitabilitas
masa depan dalam menilai perusahaan, dengan menggunakan estimasi laba bersih dan
nilai buku masa depan. Estimasi yang akurat atas ukuran ini hanya dapat dilakukan setelah
mempertimbangkan kualitas dan persistensi laba serta kekuatan laba (earning power)
perusahaan. Metode penilaian berbasis akuntansi memungkinkan adanya manipulasi dan
distorsi laba oleh manajemen untuk kepentingan pribadi. Sehingga, analisis yang
dibutuhkan bukan hanya sekedar analisis terhadap angka-angka. Karena, potensi
manipulasi data akuntansi tersebut “bisa atau tidak” mempengaruhi peramalan nilai
perusahaan.
Vt
BVt
= 1 +
[ (ROCEt+1 - k)
(1 + k)
] +
[ (ROCEt+2 -k)
(1 + k)2
x
BVt+1
BVt
]
+
[ (ROCEt+3 - k)
(1 + k)3
x
BVt + 2
BVt
] + .....
Penghitungan ini menghasilkan beberapa pemahaman penting. Jika ROCE
masa depan dan/atau pertumbuhan nilai buku meningkat, maka rasio PB
meningkat. Selain itu ketika biaya (resiko) modal ekuitas, k, meningkat, rasio PB
turun. Rasio PB tidak sama dengan satu jika pasar mengharapkan laba sisa residual
earning (baik positif maupun negatif) di masa depan. Jika nilai sekarang laba
residual masa depan bernilai positif (negatif), maka rasio PB akan lebih besar
(lebih kecil) dari 1.
2 Rasio Harga terhadap Laba
Rasio harga terhadap laba (price to earning-PE ratio) dihitung sebagai berikut:
Nilai pasar ekuitas
Laba Bersih
Perusahaan dengan rasio PB dan PE yang tinggi (kolom I) adalah perusahaan yang
memiliki harapan laba sisa positif dan laba bersih yang diharapkan akan naik
dibandingkan saat ini. Ini merupakan perusahaan dengan kinerja baik (pertumbuhan yang
tinggi). Sebaliknya, rasio PB dan PE yang rendah (kolom IV) menunjukkan taksiran laba
sisa negatif dan laba masa depan yang lebih kecil daripada laba saat ini. Jelas bahwa
perusahaan ini mengalami kesulitan serius karena investasi mereeka saat ini diperkirakan
tidak menghasilkan pengembalian yang lebih besar dari biaya modal, dan profitabilitas
ditaksir lebih rendah dari saat ini. Perusahaan dengan rasio PB tinggi dan PE rendah
(kolom II) diharapkan melaporkan laba sisa positif, meskipun laba menurun. Perusahaan
ini masih menghasilkan investasi produk (nilai sekarang yang positif) namun dalam tahap
penurunan. Dan perusahaan dengan rasio PB rendah dan PE tinggi (kolom III) tidak
mampu menghasilkan nilai investasi sekarang yang positif, namun profitabilitas
diharapkan akan meningkat dibandingkan saat ini. Perusahaan ini sedang memperbaiki
operasi mereka,tetapi belum menyelesaikan kesulitan operasinya.
III KEKUATAN LABA DAN PERAMALAN UNTUK TUJUAN PENILAIAN
III.1. Kekuatan Laba
Kekuatan Laba (earning power) mengacu pada tingkat laba perusahaan yang
diharapkan akan terjadi pada masa depan. Dengan sedikit pengecualian, kekuatan laba di
akui sebagai faktor utama dalam penilaian perusahaan. Model penilaian berbasis akuntansi
mencakup kapitalisasi kekuatan laba, dimana kapitalisasi ini melibatkan penggunaan suatu
faktor atau penggandaan yang mencerminkan biaya modal dan taksiran risiko dan
pengembalian masa depan. Banyak analisis laba dan laporan keuangan yang ditujukan
untuk menentukan kekuatan laba.
1 PERSISTENSI LABA
Tren Pergerakan Harga Saham (10 tahun)
6,000,000
5,352,625
5,000,000 4,839,145
4,000,000 4,164,304
3,384,648
3,044,107
3,000,000
2,000,000
1,000,000
0
2009 2010 2011 2012 2013
Interpretasi tren:
Dari tahu ke tahun, Unilever Indonesia memperlihatkan tren yang meningkat, artinya dari
tahun ke tahun Unilever Indonesia semakin memperlihatkan kinerja nya yang begitu
memuaskan.
Persestensi Manajemen:
Tahun lalu – yang sekali lagi merupakan tahun yang sangat baik bagi Unilever Indonesia
– divisi Home and Personal Care berhasil mempertahankan momentum tahun-tahun
sebelumnya dengan meraih pertumbuhan di hampir semua kategori, meluncurkan
berbagai inovasi gemilang ke pasar dan menggunakan kekuatan brand untuk menciptakan
perubahan nyata di masyarakat melalui misi sosial mereka.
Tantangan utama di bisnis Personal Care di tahun 2013 adalah kompetisi yang makin
ketat. Menghadapi kenaikan biaya pengeluaran pada media tradisional dan in-store
promotion serta sejumlah program diskon yang agresif oleh para kompetitor, Unilever
memilih untuk mempertahankan harga produk dan mendukungnya dengan meningkatkan
ekuitas brand , memastikan ketersediaan dan penampilan produk di toko serta
memberikan kualitas produk yang unggul untuk menjaga kepercayaan pelanggan. Strategi
ini terbukti efektif, membuahkan pertumbuhan yang kuat dan membuat Unilever bisa
tetap berada selangkah di depan para pesaing.
Divisi Personal Care terus memperkuat posisinya di tengah tekanan persaingan yang ketat
di hampir seluruh kategori, dengan sebagian besar brand Unilever sukses
mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar. Kategori Deodorant, Baby Care dan
Male Grooming memimpin tren pertumbuhan, yang sebagian besar merupakan
pertumbuhan volume – hasil dari penetrasi pasar yang lebih dalam berkat pengembangan
pasar yang terus menerus dan inovasi berbasis insight . Peningkatan penjualan tertinggi
dicapai oleh Skin Care, yang merupakan kontributor terbesar walaupun kategori ini
adalah salah satu yang paling sulit.
Seluruh kategori di dalam Foods and Refreshments—teh, margarin, bumbu masak/
savoury dan jus buah—berhasil meraih peningkatan pangsa pasar sepanjang tahun. Hal
ini sangat menggembirakan, terutama mengingat tingginya tingkat inflasi bahan pangan
saat itu, yang mencekik kantong para konsumen.
Unilever mendefinisikan supply chain sebagai keseluruhan cara Unilever menjalankan
bisnis dari awal sampai akhir: mulai dari pengadaan bahan mentah sampai tersedianya
produk di rak-rak toko. Keberhasilan bisnis Unilever Indonesia bergantung pada supply
chain yang dapat diandalkan dan sustainable , yang dapat mendukung profitabilitas
dengan cara secara efektif merespons pasar yang berubah-ubah, tidak pasti, kompleks dan
ambigu (vUCA - volatile, Uncertain, Complex, Ambiguous).
Dalam situasi seperti itu, salah satu tantangan terbesar supply chain adalah menjadikan
efisiensi sebagai prioritas utama. Artinya, bagaimana biaya dapat ditekan sambil terus
memenuhi dan melebihi ekspektasi pelanggan. Pada 2013 Unilever dihadapkan pada
tingginya tingkat inflasi akibat kenaikan biaya energi dan komoditas serta perubahan nilai
kurs yang tidak menentu. Kondisi tersebut mengharuskan Unilever untuk memfokuskan
diri pada faktor-faktor yang bisa mereka kontrol, sambil kami melakukan penyempurnaan
di seluruh rantai supply chain mulai dari hulu sampai hilir serta meningkatkan antisipasi
dan kesiapan Unilever untuk menghadapi peristiwa tak diinginkan, seperti bencana alam
yang dapat mengganggu pasokan maupun permintaan. Unilever melakukan investasi
secara cermat di semua pabrik Unilever untuk secara efisien membangun kapasitas guna
mengantisipasi tingkat permintaan yang tinggi. Unilever menyempurnakan proses logistik
dengan meningkatkan pengisian muatan dan mengoptimalkan jaringan guna mengatasi
tekanan inflasi. Sementara itu, pusat distribusi kami yang baru, West Mega Distribution
Centre, telah berfungsi dengan stabil sehingga dapat membantu Unilever menumbuhkan
volume penjualan serta melayani para pelanggan secara lebih efisien.
Perseroan memfokuskan diri pada sejumlah kategori dan produk dimana Unilever
Indonesia, atau perusahaan induk mereka, memiliki atau mampu membangun keunggulan
kompetitif, dan dimana penjualan dan marjin dapat tumbuh secara konsisten.
Unilever terus memantau tren pasar, melibatkan diri dengan para pelanggan dan
pembelanja guna memperoleh insight tentang kesukaan seraya memantau perilaku
konsumen untuk mengembangkan kategori yang efektif dan strategi brand . Stategi ini
selanjutnya diturun kan dalam bentuk program inovasi dan pengembangan pasar untuk
menciptakan produk-produk dan jasa yang paling relevan dan menarik bagi konsumen.
Unilever percaya bahwa portofolio brand kami yang kokoh, produk-produk berkualitas
tinggi dengan harga kompetitif, inovasi yang teruji dan kemampuan pengembangan pasar,
basis biaya rendah dan eksekusi yang unggul dalam penjualan dan distribusi, serta
karyawan yang berkomitmen tinggi untuk memenangkan pasar, telah menempatkan
Unilever Indonesia dalam posisi yang kuat untuk bersaing.
PROSPEK USAHA
Tahun 2013 merupakan tahun penuh tantangan. Paruh kedua 2013, perekonomian
Indonesia kembali diuji dengan inflasi yang tinggi (setelah pengurangan subsidi BBM),
naiknya suku bunga dan pelemahan Rupiah. Faktorfaktor tersebut memberikan dampak
yang kurang baik bagi konsumen Unilever. Penjualan tumbuh 12.7%, melemah
dibandingkan dengan pertumbuhan tahun lalu sebesar 16.3%. Pertumbuhan yang cukup
bagus mengingat kondisi penuh tantangan yang harus kami hadapi. Laba tetap baik
mencapai Rp5,4 triliun, tumbuh 10,6% dari tahun lalu.
Rasio gearing pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 adalah sebagai berikut:
Penurunan rasio gearing pada 2013 terutama disebabkan oleh penurunan jumlah pinjaman
dan peningkatan jumlah ekuitas seiring dengan jumlah pendapatan komprehensif tahun
berjalan. Semakin tinggi Rasio Gearing maka akan semakin tinggi Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan atau sebaliknya, semakin rendah Rasio Gearing maka Ketepatan Waktu
Pelaporan Keuangan akan semakin rendah.
Saham biasa diklasifikasikan sebagai ekuitas. Tambahan modal disetor merupakan
selisih antara kontribusi modal dan nilai nominal saham. Biaya yang secara langsung terkait
dengan penerbitan saham disajikan sebagai pengurang tambahan modal disetor. Pembagian
dividen final kepada para pemegang saham Perseroan diakui sebagai liabilitas ketika dividen
disetujui oleh para pemegang saham Perseroan. Pembagian dividen interim kepada para
pemegang saham Perseroan diakui sebagai liabilitas ketika dividen disetujui berdasarkan
keputusan rapat Direksi dan sudah diumumkan kepada publik. Laba bersih per saham dasar
dihitung dengan membagi laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada
periode yang bersangkutan dengan jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar. Tidak
ada surat berharga yang dapat dikonversi, opsi, atau waran yang dapat menimbulkan
pengaruh dilusi pada laba bersih per saham.
Modal Saham
Saham Perseroan memiliki nilai nominal Rp 10 (nilai penuh) per lembar. Rincian
kepemilikan saham Perseroan pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 adalah sebagai
berikut:
Pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, UIH yang memiliki 6.484.877.500 lembar saham
atau 85,00% dari jumlah modal dasar, ditempatkan dan disetor penuh, merupakan pemegang
saham terbesar Perseroan; dan tidak ada pemegang saham lain yang memiliki saham lebih
dari 5,00% dari jumlah modal saham dasar, ditempatkan dan disetor penuh Perseroan. Pada
tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, Direktur yang memiliki saham publik Perseroan adalah
Tn. Ainul Yaqin kepemilikan tidak lebih dari 0,001% dari jumlah modal saham dasar,
ditempatkan dan disetor penuh Perseroan. Tidak ada anggota Dewan Komisaris dan Direksi
yang lain memiliki saham Perseroan.
Dividen
Pada tanggal 31 Desember 2013, jumlah dividen yang belum diterima oleh pemegang saham
sebesar Rp 69.470 (2012: Rp 61.677) telah dicatat sebagai utang lain-lain.
Earnings Power
6,000,000
5,352,625
5,000,000 4,839,145
4,000,000 4,164,304
3,384,648
3,044,107
3,000,000
2,000,000
1,000,000
0
2009 2010 2011 2012 2013
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya pada tren laba, PT Unilever Indonesia Tbk
mengalami peningkatan laba dari tahun ke tahun. Tentunya hal ini dapat mengundang
investor untuk berinvestasi pada PT Unilever Indonesia Tbk. Selain melihat dari tren laba,
investor juga biasanya melihat dari net profit margin pada tahun-tahun sebelumnya.
Investor berasumsi bahwa Net Profit Margin yang lebih tinggi lebih menarik, karena :
- semakin tinggi nilai NPM menandakan bahwa perusahaan tersebut semakin efisien
operasionalnya
- sebagai antisipasi melonjaknya bahan baku, biaya operasional seperti kenaikan gaji
pegawai, jika NPM perusahaan lebih tinggi, maka ketika hal-hal diatas terjadi, laba
bersih perusahaan tidak turun signifikan
4.839.145.000. 5.352.625.000. 5.738.523.000.
Net Income 000 000 000
27.303.248.000 30.757.435.000 34.511.534.000
Net Sales .000 .000 .000
Net Profit Margin 17.7% 17.4% 16.6%
Dapat dilihat bahwa Net Profit Margin dari PT Unilever Indonesia Tbk. terlihat menurun
setiap tahunnya. Tetapi penurunan net profit margin tersebut tidak begitu signifikan.
Investor pun tidak akan gegabah untuk mengambil keputusan dengan cara tidak
berinvestasi di perusahaan ini hanya dikarenakan oleh net profit marginnya yang
menurun, karena net profit margin bukan satu-satunya cara yang dilakukan investor untuk
melihat kinerja keuangan dari suatu perusahaan.
Investor pun seharusnya dapat melihat dari net income dan net sales perusahaan yang
setiap tahunnya semakin meningkat. Net Profit Margin yang semakin rendah menandakan
terdapat biaya-biaya pada perusahaan yang meningkat, dalam tahun 2012-2014 terdapat
peningkatan pada biaya umum dan administrasi.
Earnings Forecasting
Manajemen pada PT Unilever Indonesia Tbk. tidak berencana untuk menambah lini
bisnisnya atau mengubah bisnis dari perusahaan. Perusahaan tetap memfokuskan diri
pada sejumlah kategori dan produk dimana Unilever Indonesia, atau perusahaan induk
mereka, memiliki atau mampu membangun keunggulan kompetitif, dan dimana penjualan
dan marjin dapat tumbuh secara konsisten. Inflasi biaya tentunya menjadi kendala pada
PT Unilever Indonesia Tbk, tetapi PT Unilever Indonesia Tbk menanggapi inflasi tersebut
dengan cara penghematan biaya seperti melakukan optimasi mix impact.
Dilihat dari pembahasan dari materi yang telah disajikan diatas, dapat dilihat bahwa
pertumbuhan laba pada PT Unilever Indonesia Tbk terus meningkat pada setiap tahunnya.
Hal ini dapat mengundang investor untuk menanamkan modalnya pada PT Unilever
Indonesia Tbk. Tren dari penjualan dan laba yang meningkat tentunya diharapkan akan terus
bertahan pada tahun-tahun yang akan datang, didukung dengan kebijakan-kebijakan
manajemen dan kebijakan dari pemerintah, PT. Unilever Indonesia Tbk akan terus berusaha
untuk memuaskan konsumen, meningkatkan kinerja perusahaan, dan tentunya didukung juga
oleh profitabilitas peruahaan yang sehat sehingga mendorong masyarakat untuk terus royal
pada produk-produk dari PT Unilever Indonesia Tbk.
DAFTAR PUSTAKA
Laporan Tahunan PT. Unilever Indonesia, Tbk 2009 diakses dari www.unilever.co.id tanggal
4 Juni 2015
Laporan Tahunan PT. Unilever Indonesia, Tbk 2013 diakses dari www.unilever.co.id tanggal
4 Juni 2015
Laporan Tahunan PT. Unilever Indonesia, Tbk 2014 diakses dari www.unilever.co.id tanggal
4 Juni 2015
Wild, John J.; Subramanyam K.R.; dan Hasley, Robert F. Analisa Keuangan, Buku 2. Edisi
10. Jakarta: Salemba Empat, 2005.