KUMPULAN ARTIKEL
“AHAD STORY”
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT, Rabb Semesta Alam, yang telah
memberikan segenap rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Atas anugerah dan
pertolongan-Nya lah penyusunan buku “Kumpulan artikel “Ahad Story” dari situs
komunitastahajjudberantai.or.id” ini dapat saya selesaikan. Shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah SAW, keluarga beliau, para
sahabat, dan orang-orang yang berpegang teguh pada ajaran beliau hingga akhir masa.
Amma ba‟du
Buku ini merupakan kumpulan artikel kategori “Ahad Story” dari situs
komunitastahajjudberantai.or.id yang juga dibroadcast via whatsapp kepada member
KUTUB (Komunitas Tahajjud Berantai). Adapun KUTUB (Komunitas Tahajjud
Berantai) adalah sebuah komunitas yang mengajak dan memotivasi umat Islam untuk
menunaikan dan membiasakan sholat tahajjud. Selain mendapat reminder untuk
menunaikan sholat tahajjud, para member KUTUB juga akan mendapat asupan
berbagai materi kajian keagamaan yang di-broadcast via whatsapp.
Salah satu broadcast artikel keislaman yang rutin dikirimkan kepada member
KUTUB adalah “Ahad Story”. Sesuai namanya, artikel “Ahad Story” ini di-update dan
dikirim kepada para member KUTUB setiap hari ahad. Dan sesuai namanya pula,
broadcast “Ahad Story” ini biasanya berisi cerita-cerita inspiratif penuh hikmah.
Saya menilai bahwa artikel-artikel bertajuk “Ahad Story” yang dimuat di situs
resmi KUTUB ini sangatlah inspiratif dan memberikan kita banyak pelajaran berharga,
sehingga saya berpikir alangkah baiknya jika artikel-artikel ini dikompilasi menjadi satu
buku.
Berbagai manfaat dari kompilasi semacam ini adalah untuk merapikan artikel-
artikel yang berserakan ke dalam satu buku, memudahkan pembaca untuk belajar satu
topik tertentu, memungkinkan mengakses artikel-artikel tersebut dalam keadaan luring
(offline), serta sebagai upaya pengarsipan konten suatu situs jika suatu saat situs tersebut
mengalami take down atau dinon-aktifkan.
Semoga buku kompilasi ini dapat bermanfaat kepada umat Islam sekalian. Semoga
tulisan-tulisan dalam buku ini dapat menginspirasi dan memberikan kita banyak
pelajaran berharga. Semoga buku ini menjadi amal jariyah bagi para penulis artikel,
segenap pihak yang mengelola situs komunitastahajjudberantai.or.id, segenap pengurus
dan member KUTUB, serta bagi saya sebagai kompilator buku ini. Aamiin yaa rabbal
„aalamiin.
AHAD STORY
No. : 340/AS/KOM/III/2018
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
“Dasar anak nakal! Kenapa kamu nggak pernah bisa seperti kakakmu sih?
Contoh dong dia, cerdas, berprestasi, nggak bikin malu Mama.” Kataku berapi-api.
Haikal menatapku. Untuk pertama kalinya aku melihat mata bulatnya menatap tajam ke
arahku. “Maaf kalo Ical bikin malu Mama.” Tanpa menunggu respon dariku, Haikal
berlalu dari hadapanku. Seketika aku tercenung.
Pertengkaran pagi itu masih teringat di benakku. Menyesal? Iya. Sedih? Iya.
Kecewa Apalagi, pasti. Sudah 4 jam aku mencari-cari Haikal, tapi belum juga kutemui.
Sepanjang jalan kuperhatikan keadaan sekitar. Ternyata banyak pelajaran. Banyak
tetanggaku yang memberiku pengajaran secara tidak langsung.
Selama ini rumah hanya menjadi tempat singgah sementara bagiku. Waktuku
habis di kantor dengan beragam dokumen yang siap kugarap setiap hari. Seratus meter
dari rumah, kutemui seorang ibu yang sedang memugar kolam ikan yang cukup besar di
depan rumahnya.
“Saya bongkar, soalnya kemarin anak saya kecebur di sini. Saya lagi main
gadget.” Akunya, saat aku tanya kenapa ia memugar kolam ikannya. Tak jauh dari
sana, kutemui seorang ibu yang sedang tersenyum memperhatikan anak-anak bermain
tanah.
Tampak wajah sedih si anak. Kasihan sih, tapi aku tak mau banyak ikut campur.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Kulangkahkan kaki lagi. Kali ini, yang kutemui adalah seorang nenek yang rindu
akan anak dan cucunya. “Mereka jarang datang, Mba”. Katanya di akhir curhat. Aku
mengangguk tanda mengerti. Namun dalam hati, aku simpati.
Kurasa, aku sudah terlalu jauh melangkah. Aku menebak-nebak, orang seperti
apa lagi yang akan kutemui? Ternyata seorang anak yang merindukan kasih sayang
orangtuanya. Meski ia diberi banyak harta, tapi tak sebanding dengan kasih sayang yang
didapatkan.
“Kalau boleh pilih, lebih baik miskin harta tapi kaya akan kasih sayang
keluarga.” Katanya pelan. Namun aku bisa mendengarnya dengan jelas. Kupeluk ia
erat-erat. Airmataku seketika jatuh membasahi pipi.
“Maafkan Mama ya, Cal. Mama salah. Mama pikir dengan memberimu uang
setiap hari, Mama sudah jadi orangtua yang baik. Ternyata Mama salah. Mama malah
asyik membandingkanmu dengan kakak. Padahal yang kamu butuhkan adalah
dukungan Mama.”
Kali ini penyesalanku adalah yang paling dalam. Aku janji, tak akan kubiarkan
anak-anakku kekurangan kasih sayang orangtua lagi.
Mitha Juniar
◆==¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤==◆
AHAD STORY
No. : 341/AS/KOM/III/2018
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Aku menarik napas panjang. Langkahku mulai gontai. Kupandangi deretan resto
mewah di daerah Kemang saat itu. Lampu-lampunya terang benderang, tapi sayang…
“Maaf, sampah di sini sudah ada yang kelola.” Jawab seorang manager salah
satu restoran usai aku presentasi soal R-SIK.
Oh tunggu! Kalian tahu R-SIK kan? Rumah Sosial Kutub yang bergerak di
bidang pemberdayaan sampah daur ulang untuk digunakan sebagai kesejahteraan
ummat. Bagus kan programnya? Tapi sayang, banyak oknum yang kutemui tapi belum
mengerti betapa berharganya sampah-sampah itu bagi mereka.
“Aduh maaf, saya nggak urus soal sampahnya. OB yang urus.” sahut manager
restoran lain. Begitu ku konformasi ke OB, ternyata mereka juga menjualnya demi
keuntungan sendiri.
“Kalau disedekahkan, nanti saya nggak bisa dapat penghasilan tambahan, Mba.
Maaf ya. Tapi kalau nanti saya berubah pikiran, saya kabarin Mbanya deh.” Begitu
katanya.
Sudah hampir satu minggu aku mencari donatur. Dari yang kenal sampai yang
tidak kenal, tapi belum juga dapat. Ternyata susah ya. Kupikir orang-orang dengan harta
di atas rata-rata akan dengan mudah-nya memberi sampah-sampah itu pada R-SIK.
Yaaa memang sih mereka bukan melarang, tapi karena mereka tidak urusi masalah
begituan.
“Kak, lagi mulung juga?” sapa seorang anak kecil berjilbab lusuh di belakangku.
Aku tersenyum. Kuhampiri ia dan kujelaskan apa maksudku mencari donatur sampah.
Tiba-tiba ia melakukan hal di luar dugaan. Ia memberi sekarung sampah hasilnya
memulung.
“Kenapa dikasih ke kakak?” Tanyaku heran. “Untuk sedekah juga. Aku mau
ikutan sedekah. Boleh kan? Sedekahnya gak mesti jadi orang kaya dulu kan?” Masya
Allah, hatiku bergetar mendengar kata-katanya.
Anak sekecil itu bisa dengan polosnya punya pikiran seperti itu. Benar ya, pikiran
dewasa bukan dibentuk oleh usia, tapi karena tempaan pengalaman. Aku tersenyum.
Kuterima kenaikan hatinya. Sebagai gantinya, biar aku yang sedekah padanya. Karena
aku yakin sampah yang relawan R-SIK kumpulkan Insya Allah berkah bagimu, bagi
kita, bermanfaat bagi mereka. Aamiin.
Mitha Juniar
◆==¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤==◆
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
AHAD STORY
07 Syafar 1439 H
No. : 342/AS/KOM/III/2018
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Syukur
Wirda selalu tampil kece ketika ke kantor, sementara aku? Sempat pakai bedak
saja sudah sangat bersyukur. Pasalnya aku mengurus anak dan suami tanpa bantuan
ART dan baby sitter. Rasanya penampilanku seperti mbok-mbok. Huh kesal!
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Rasa iriku pada Wirda semakin membuncah ketika Wirda lagi-lagi terlihat
beruntung di mataku. Ia dipromosikan. Aku??? Begini-begini saja.
Tapi mataku terbuka ketika aku tak sengaja membaca buku diarynya di kantor.
WIRDA IRI DENGANKU! Iya, Wirda iri karena aku punya keluarga lengkap, di
matanya aku adalah wanita seutuhnya karena punya keluarga utuh yang bisa kuurus
sendiri.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Kini justru aku bersyukur dengan hidupku. Tak apa aku seperti mbok-mbok. Tapi
aku tak kekurangan cinta dan kasih keluarga.
Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan dalam kehidupannya. Itu wajar
saja. Tapi yang tidak wajar adalah ketika orang itu iri dengan kehidupan orang lain.
Padahal kita belum tahu seperti apa kehidupan mereka sebenarnya.
Mitha Juniar
◆==¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤==◆
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
AHAD STORY
14 Rajab 1439 H
No. : 343/AS/KOM/IV/2018
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Aku meraih saku. Dengan sedikit malu kukeluarkan selembar uang 5000an. Ya,
karena hanya itu yang aku miliki saat ini. Sudah beberapa hari ini keuangan keluargaku
tak stabil.
Suamiku kena PHK, sementara aku ada hutang, duh… semua jadi berantakan.
Sepertinya ini adalah ujian pertama dari Allah untuk rumah tanggaku. Ujian di bagian
keuangan. Hari ini saja aku belanja bahan masakan hanya 3500. Tempe 2500 ditambah
tauge 1000.
“Duh, si teteh mah pinter kelola keuangan. Belanja habis sedikit.” Kata ibu
berkerudung hijau. Entah itu benar pujian atau justru cibiran. Aku hanya membalas
dengan senyuman.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Tak lama, datang beberapa ibu lagi. Kelihatan jelas salah satu dari mereka ada
yang menangis. Sontak membuat ibu-ibu yang sedang berkumpul mulai kepo. Hebatnya
ibu itu percaya saja sampai-sampai menceritakan apa masalahnya pada mereka. Aku
mengelus dada mendengar cerita Bu Ine, kutahu namanya karena beberapa ibu
menyebutnya begitu.
Kumpulan Artikel “Ahad Story” KUTUB 11
Meski telah selesai belanja, tapi insting perempuanku tetap bekerja. Aku pun
kepo dengan masalahnya. Dan ternyata Bu Ine pun tengah dalam ujian rumah tangga.
Suaminya bekerja sebagai supervisor sebuah hotel di Jakarta, anak-anaknya berjumlah 4
dan masih kecil-kecil.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
“Suami saya sudah nikah lagi.” Deeggg… Rasanya dunia mau runtuh kalau saja
aku yang mengalami itu. Kupikir harusnya aku bersyukur karena Allah hanya memberi
ujian keuangan. Aku pasti mampu melewatinya. Hatiku kuat untuk melewatinya.
Tapi apa aku akan kuat kalau Allah beriku ujian seperti yang Bu Ine rasakan?
Belum tentu. Meski agama memperbolehkan, tapi aku tak yakin laki-laki biasa mau
bersikap adil terhadap istri-istrinya. Dari pada ada yang tersakiti, lebih baik satu saja
didampingi.
Mitha Juniar
◆==¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤==◆
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
AHAD STORY
28 Rajab 1439 H
No. : 344/AS/KOM/IV/2018
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Suara Adzan menggema sangat merdu. Iya, lebih merdu dari kidung apapun,
percayalah! Aku melangkahkan kaki menuju masjid dekat rumah. Sampai di sana,
belum terlalu banyak jamaah yang datang. Ada satu jamaah yang sejak awal menarik
perhatianku.
“Siapa sih Kang yang mau sama laki-laki pengangguran seperti saya. Sehari-hari
dihabiskan di masjid saja.” Katanya seraya menunduk.
Akhirnya kujelaskan perihal Kak Dijah, kakak kandungku yang sudah berusia 42
tahun tapi belum menikah sama sekali. Entah apa yang salah. Agamanya baik,
pendidikannya tinggi, jabatannya di kantor pun terhormat, tapi soal jodoh, bisa dibilang
nol nesar. Sudah 4 kali Kak Dijah dilangkahi adik-adiknya menikah. Aku kasihan
melihat keadaannya. Ia pun patut bahagia menghabiskan akhir waktu bersama
pasangan, bukan terus-terusan sendiri.
Alhamdulillah, tak perlu waktu lama untuk menyatukan Zainal dengan Kak
Dijah. Perbedaan usia hampir 12 tahun tak menyurutkan niat Zainal. Karena ia sadar
betul pernikahan adalah ibadah. Bahkan Zainal sudah menyetujui sebelum ia tahu
seberapa kaya dan terhormat calon istrinya itu. Meski sempat minder, tapi kami
sekeluarga berhasil meyakinkannya.
Mitha Juniar
◆==¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤==◆
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
AHAD STORY
6 Sya‟ban 1439 H
No. : 345/AS/KOM/IV/2018
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Sudah hampir 3 hari aku melihat lelaki tinggi kekar itu membantu Mang Uus,
marbot masjid dekat rumahku. Kadang ia menyapu, kadang merapikan karpet, atau
bahkan menyikat lantai tempat wudhu.
Penampilannya biasa saja. Tak mewah, tapi juga tak kumal. Sepertinya di bawah
kelas menengah. Usianya mungkin masih seusia anakku yang paling besar, 30 tahunan.
Setiap aku masuk masjid, ia dengan ramah menyapa.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Hari itu, masjid tampak sepi. Kulihat beberapa orang berkumpul di belakang
mimbar.
“Ini Pak, speaker yang lama, rusak. Jadi ganti baru.” Sahut mang Uus.
Aku tersenyum. Kutepuk bahu Raihan dengan lembut. “Tidak apa-apa, Mang.
Saya cuma takut masjid berhutang saja.” sahutku tenang. Usai itu, aku dan Raihan
berbincang panjang sebelum ia mengumandang-kan adzan ashar.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Dan yang membuatku kagum, ia segera sadar karena hidayah Allah. Dengan
mantap, ia meninggalkan semua hartanya. Ia hanya berbekal sepasang pakaian yang
melekat di badannya. Ia bertekad. Di masjid inilah ia akan habiskan waktunya bersama
mang Uus dan jemaah lain.
Masya Allah. Keren menurutku. Jadi ingat kisah Abdurrahman pada zaman
Rosululloh. Karena kemantapan hatinya, beliau justru mendapatkan banyak kelebihan
dari Allah. Alhamdulillah.
Mitha Juniar
◆==¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤==◆
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
AHAD STORY
13 Sya‟ban 1439 H
No. : 346/AS/KOM/IV/2018
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Pagi itu suasana masjid cukup ramai oleh jamaah sholat subuh dan kajian subuh.
Sebagian besar jamaah memang sudah sangat kukenal. Ya, mereka tinggal di sekitar
rumahku.
Dan sebagian kecil biasanya orang-orang yang bermalam di masjid, entah sengaja
atau tidak. Tapi tidak kulihat Pak Wawan. Biasanya dialah yang rajin
mengumandangkan sholawat sebelum muazin mengambil alih.
Pak Wawan orang yang dermawan. Ke mana beliau hari ini? Satu hari, dua hari,
Pak Wawan tak kunjung datang untuk sholat berjamaah di masjid. Akupun
memutuskan untuk melihat ke rumahnya bersama remaja masjid lainnya. Innalillahi…
Ternyata pak Wawan sakit.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
“Saya nggak tahu Nak, kenapa nggak ada yang jenguk saya.” Ungkap pak
Wawan dengan nada sedih. Aku jadi ikut sedih. Kenapa orang sebaik pak Wawan tapi
tak ada yang menjenguk? Aneh. Hari ini aku mendapat jawaban. Tapi jawaban ini
rasanya tak bisa kuterima. Jawaban aneh.
“Saya malu, Nak. Saya ada hutang dengan pak Wawan.” Duuhhh! Kok ada ya
orang-orang yang berpikiran begitu? Agar pak Wawan tak berpikir macam-macam dan
negatif, aku pun menyampaikan alasan orang-orang pada pak Wawan.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Kukira pak Wawan akan marah, tapi salah! Pak Wawan malah memintaku
menyampaikan pada warga yang berhutang, untuk tak perlu lagi membayar hutangnya
pada pak Wawan. Jika mereka mau datang pun tak perlu pakai buah tangan segala.
Masya Allah, aku jadi ingat kisah Qais bin Saad. Sungguh, di dunia ini masih ada
orang- orang berhati amat indah seperti pak Wawan. Semoga Allah membalas kebaikan
dan dermawan mereka. Aamiin.
Mitha Juniar
◆==¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤==◆
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
AHAD STORY
20 Sya‟ban 1439 H
No. : 347/AS/KOM/V/2018
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Aku memutar pandangan. Sepanjang jalan berjajar pedagang kaki lima. Lucunya,
hampir semua pedagang berjualan yang sama. Rangkaian bunga. Ya, hari ini adalah
ulang tahun mama, dan aku ingin membelikannya serangkaian bunga.
Bukan untuk merayakan apalagi berfoya-foya, tapi karena kemarin mama bilang
ingin punya bunga asli di ruang tamu rumah kami. Dan aku ingin mewujudkannya hari
ini. Meskipun sederet pedagang berjualan yang sama, tapi hanya satu toko bunga yang
paling ramai. Aku jadi penasaran.
Kudekati kerumunan itu. Kok sepertinya sama saja dengan yang dijual pedagang
di sebelah kanan kirinya. Apa yang istimewa? Untuk mendapatkan jawabannya, aku
sengaja berdiam diri dan memerhatikan untuk beberapa saat. Suasana mulai lengang.
Aku pun mendekati si penjual. Ia menyapaku dengan amat ramah.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
“Mau cari apa, Mba?” Tanyanya padaku. Tak lupa ia tersenyum ramah. “Oohh
aku mau cari bunga untuk mama. Mana yang bagus ya?”. Tanpa menunda lama,
tangannya bergegas meraih beberapa bunga berbagai warna. Cantik.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Dan aku mendapatkan cerita perjalanan dagang Nabi Muhammad SAW. Masya
Allah, pantas saja pedagang tadi mendapat banyak pembeli. Ternyata ia mengikuti cara
dagang Rasulullah. JUJUR! Semoga aku pun bisa jadi penjual yang disukai pelanggan
nantinya. Aamiin.
Mitha Juniar
◆==¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤==◆
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
AHAD STORY
27 Sya‟ban 1439 H
No. : 348/AS/KOM/V/2018
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Hampir 7 tahun aku menikah dengannya. Lelaki yang dengan gentle memintaku
pada abi. Alhamdulillah, aku dan abi tak salah pilih. Setiap hari ada saja sikap maupun
sifat baiknya yang terbuka.
Walaupun kami tak bergelimang harta, tapi wataknya membuatku merasa kaya
akan kasih sayang. Kurasa anak-anak pun begitu. Seperti hari ini. Tiba-tiba saja ia
pulang dengan wajah teduhnya.
“Assalamu‟alaikum dek, ada makanan di rumah kita?” Aku tertegun sejenak, lalu
menoleh ke meja makan. “Ada telur rebus untuk anak-anak. Kenapa Mas?” aku
penasaran.
“Kemari deh. Ada yang mau Mas sampaikan.” Aku mengikuti langkahnya
menuju meja makan dan duduk di kursi yang ia sediakan. Inilah salah satu romantisnya.
Selalu menyediakan kursi untukku.
“Tadi haji Ahmad minta tolong ke Mas untuk menjamu tamu karena haji Ahmad
harus mengisi acara di kampung lain. Suami istri ini Insya Allah akan jadi donatur
untuk kawasan pondok pesantren ini. Nah, nggak apa-apa kan kalau makanan itu jadi
suguhan untuk mereka?”
Kumpulan Artikel “Ahad Story” KUTUB 24
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Penjelasannya sedikit lambat kucerna. Bukan, bukan karena aku tak mengerti.
Tapi aku sedang berpikir, nanti anakku makan apa? Seperti sadar akan pikiranku, ia
berkata lagi. “Jangan khawatir, Insya Allah ada rezeki lain untuk anak-anak.” Aku pun
mengangguk yakin. Kami percaya pada Allah.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Malam itu, aku berhasil membujuk anak-anak untuk tidur lebih cepat. Ketika
tamu pondok pesantren datang bersama suamiku, buru-buru kuhidangkan telur jatah
anak-anak untuk mereka.
Alhamdulillah, tamu kami antusias meski hanya telur rebus. Paling tidak, itulah
cara yang kami bisa untuk memuliakan tamu. Hari semakin larut, tiba-tiba seseorang
mengetuk pintu rumah. Tak lama, muncul seseorang berseragam sopir.
“Oh iya, ini sopir saya. Tadi sengaja saya suruh ke restoran si ujung jalan untuk
beli makanan. Nah, ini untuk kalian dan anak-anak ya. Terima kasih banyak sudah
menjamu kami dengan sangat baik. Saya kagum dengan keluarga kalian.”
Saat menerima beberapa kotak makanan restoran, rasanya lututku lemas sekali.
Ingin jatuh, tapi kutahan sekuat tanaga. Masya Allah, secepat itu Allah ganti apa yang
kami beri pada mereka.
Memang janji Allah tak pernah diingkari. Tak henti aku bersyukur selepas
pulangnya suami istri dermawan tadi. “Tuh kan, apa kata Mas. Allah Maha Baik ya,
Dek.” Katanya seraya melempar senyum. Senyum yang amat kusuka.
Mitha Juniar
◆==¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤==◆
AHAD STORY
04 Ramadhan 1439 H
No. : 348/AS/KOM/V/2018
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Aku menatap bu Nurul dengan senyuman. Raut wajah bangga jelas terpancar
dari sorot matanya. Senyum syukurnya tak henti-henti tergaris di bibir keriputnya.
Masya Allah.
Di depan, di atas panggung sana, berdiri seorang bocah kecil berusia 6 tahun
yang sedang memegang piala penghargaan atas prestasinya menghapal Al-Quran.
Namanya Latifah. Gadis mungil yang ditinggal ayah dan ibunya sejak lahir.
Benar ya, Allah selalu memberikan solusi di setiap masalah. Jadi, jangan takut!
Sebesar apapun masalah kita, tenang! Allah lebih besar. Bu Nurul dan Latifah
contohnya.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
“Meskipun orang susah, tapi soal agama mah nenek selalu nomor satukan”. Kata
bu Nurul saat aku tanya. Bu Nurul memang tidak hapal Al-Quran, tapi ia menggalakkan
Latifah harus menghapalnya.
Hari ini aku belajar beberapa hal. Tidak ada yang tidak mungkin untuk Allah. Di
mana ada kemauan, di sana ada jalan. Selalu ada maksud baik setiap kali Allah memberi
cobaan. Jadi, masihkah kita bisa mengeluh?
Mitha Juniar
◆==¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤==◆
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
AHAD STORY
18 Ramadhan 1439 H
No. : 349/AS/KOM/VI/2018
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
“Makannya gak dihabisin, Ta?” Tanya Dijah, membuatku sedikit tersentak dari
lamunan. Sejak tadi pagi, aku memang jadi banyak melamun. Entah kenapa, sampai
buka puasa pun tak bernafsu. Sepiring kecil sambal goreng kentang, semangkuk sup
tulang sapi, dan jus alpukat yang sisa setengah gelas masih teronggok di depanku.
“Mikirin kerjaan gak ada habisnya, Jah. Pusing.” Sahutku asal-asalan. Dijah
tertawa. Tak lama ia menatap makananku. “Kenapa? Mau? Makanlah.” Pintaku seraya
mendorong mangkuk ke arahnya. “Bener? Aku ambil ya.”
Tanpa malu lagi, ia menuang lauk paukku ke dalam plastik ukuran setengah kilo.
Bukan hanya itu, Dijah juga meminta makanan prasmanan yang tak habis namun masih
layak makan. Beberapa orang memandang aneh padanya. Eits, ada juga yang
memandang dengan tatapan jijik.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Mungkin mereka berpikir macam-macam. Tapi aku kenal betul general manager
tempatku bekerja itu. Ia tak mungkin punya alasan receh karena mengumpulkan
makanan sisa itu. Kegiatan Dijah meminta makanan justru jadi kegiatan rutin.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Hari itu, aku membuntuti Dijah. Aku yakin ia tak akan mau kubantu terang-
terangan. Di rumahnya, aku memerhatikan dari jauh. Tak lama ia keluar dengan sudah
berganti pakaian dan membawa beberapa plastik besar berisi… Entahlah apa isinya.
Kubuntuti ia terus. Hingga akhirnya mataku basah oleh airmata yang berebut
keluar dari kelopaknya. Di hadapanku langsung, Dijah membagikan makanan berbuka
puasa untuk mereka yang kekurangan.
Dengan beberapa makanan tambahan, ia tampak senang bisa berbagi. Toh itu
bukan makanan sisa makan. Tapi makanan yang „mereka‟ tak makan karena
kesombongannya. Masya Allah.
Mitha Juniar
◆==¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤==◆
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
Syiar Dakwah – No. Rek: 3180005019 atau melalui MAK bagi yg sudah
mendapatkannnya
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
17 Syawal 1439 H
No. : 349/AS/KOM/VII/2018
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Anak memang anugerah terindah dalam sebuah rumah tangga. Tapi ternyata
tidak semua pasangan bisa dapat momongan sesegera mungkin. Contohnya aku, sudah
8 tahun aku dan si Mas menikah tapi belum juga dikaruniai momongan.
Semua keluh kesahku tentang ini kucurahkan pada Diana, sahabatku yang sudah
punya 3 anak. Duh, bahagia ya jadi dia? Iya, menurutku sih bahagia. Tapi ternyata tidak
baginya. Setiap bulan ia selalu kebingungan membeli perlengkapan kebutuhan anak-
anaknya. Sementara ia adalah orang tua tunggal bagi anak-anaknya. Beruntung ibunya
Diana sering kali membantu kebutuhannya.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
“Aku malu sama mamaku, Nis. Tapi aku yakin, ini yang terbaik dari Allah.
Memang sih, kadang iri dengan hidup orang lain, tapi kan semua orang punya cobaan
masing-masing.” Katanya mengakhiri sesi curhat hari itu.
Kumpulan Artikel “Ahad Story” KUTUB 33
Sepanjang perjalanan pulang, aku mencerna kata-kata Diana. Benar yang
dikatakannya. Kalau ketidakadaan suami dan cobaan materiil, Allah berikan pada
Diana, mungkin karena ia mampu melewatinya. Belum tentu aku mampu ketika cobaan
itu diberikan padaku. Begitupun sebaliknya.
Mitha Juniar
◆==¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤==◆
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
AHAD STORY
02 Dzulqo‟dah 1439 H
No. : 351/AS/KOM/VII/2018
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Hari mulai gelap. Beberapa ruangan di kantorpun sudah gelap tanda tidak ada
lagi karyawan di sana. Akupun ingin turut pulang. Penat sekali rasanya seharian berada
di kantor. Apalagi dengan perut yang semakin membesar. Kutengok handphone,
terdapat pesan singkat dari suamiku yang bilang akan jemput telat karena macet. Ah ya,
aku baru ingat ini hari sabtu malam minggu. Jakarta macet sudah biasa.
Akupun berniat menunggunya di lobby bawah. Paling tidak, ada pak satpam atau
beberapa karyawan yang juga sedang menunggu jemputan. Dan aku benar, ada dua
orang wanita yang juga tengah menunggu jemputan. Kusapa dia seramah mungkin.
Salah satu dari wanita itu terlihat gelisah. Air wajahnya tampak tidak tenang. Kulihat
name tag yang tertera di dadanya. Melisa.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
“Anakku yang sakit, Mba Tin. Jatuh dari tangga karena si nanny-nya ceroboh.
Ya Allah, aku nyesel pakai nanny kalau begini.” Katanya tanpa rem. Terlihat jelas
wajah takut dan khawatir pada Mba Melisa.
“Mba Tin, duluan ya. Aku buru-buru mau ke rumah sakit. Semoga anakku nggak
parah.” Katanya sambil melambaikan tangan ke arahku.
Sepeninggal Mba Melisa, aku beralih pada wanita lainnya untuk meleburkan
suasana. “Bu Tiara tumben pulang jam segini? Biasanya lembur.” Kataku hati-hati,
jabatannya lebih tinggi dari aku.
“Barusan mamaku telpon dan bilang kalau anakku dapat nilai jelek di ujian. Ini
karena mamaku terlalu manjain. Setiap main game, nggak diberi batasan waktu. Huh.”
Keluhnya sedikit kecewa.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
“Memang gitu ya, Bu. Biasanya nenek akan lebih sayang sama cucunya. Jadi
apa saja yang diminta pasti diberi.” Kataku tiba-tiba. Untung saja Bu Tiara nggak
marah, ia malah membenarkan kata-kataku. Tidak lama, jemputan Bu Tiara datang.
Kini, tinggal aku sendiri menunggu suami menjemput.
Dalam kesendirianku, aku jadi berpikir sesuatu. Kuraih ponsel di tas dan kubuka
email, lalu mengirim draft email yang sejak siang tadi tersimpan. Sebuah email
bersubject “Pengajuan Resign” terkirim ke atasanku. Insya Allah ini yang terbaik
untukku dan untuk anakku. Aamiin….
Mitha Juniar
==========☆☆☆============
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
Syiar Dakwah – No. Rek: 3180005019 atau melalui MAK bagi yg sudah
mendapatkannnya
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
09 Dzulqo‟dah 1439 H
No. : 352/AS/KOM/VII/2018
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Asisten Mamaku
Aku menatap banyak karyawan yang baru saja keluar dari pabrik. Tampak sekali
wajah-wajah lelah di sana. “Ah, andai saja aku masih bekerja seperti dulu.” kataku
dalam hati. Ya, begitulah sudah 3 bulan aku resign dari kantor dan belum juga dapat
gantinya.
Selama 3 bulan ini aku jadi menyusahkan mama yang mencari uang lewat toko
kue kecil-kecilan di rumah kami. Malu rasanya. Kasihan juga mama. Sudah hidup
sendiri, eeeeh malah aku bebani. Astagfirullah…
Siang ini terlalu terik, aku putuskan tidak keluar untuk cari pekerjaan. Hari ini,
sengaja kukhususkan untuk di rumah saja membantu mama. Kulihat mama sibuk di
dapur toko. Sesekali terdengar bunyi handphone berdering, lalu mama menerima dan
mencatat di buku. Sepertinya itu telpon pesanan.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
“Hah, 500 setiap hari? Masya Allah. “Tiba-tiba mama sedikit terkejut. Aku yang
ada beberapa meter dari belakang mama langsung bergegas menghampiri.”
Kenapa, Ma?” Tanyaku saat mama sudah menutup telponnya. “Alhamdulillah Ca,
“Kereeeen! Ambil, Ma. “Aku bersorak girang. “Tapi… Apa Mama sanggup, Ca?
Mama kan udah tua, tenaga juga terbatas. Tapi sayang kalau gak diambil. Duh, galau
Mama Ca.” Mama tampak ragu. Aku memeluk mama. “Tenang Ma, kan ada Ica. Kita
bikin berdua, pasti bisa!”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
“Emang Ica mau? Gak malu jadi tukang kue?”. “Ngapain malu, yang penting
halal.” Mama tersenyum. “Mama pikir selama ini kamu malu Mama jadi tukang kue.
Habisnya kamu gak pernah bantu Mama sih. Hehe.” Mendengar canda mama, aku
tertawa. Dipikir-pikir benar juga sih aku tak pernah sekalipun bantu mama di toko kue.
Malam ini, profesi baruku dimulai. Asisten mama! Ternyata aku suka. Dan satu
lagi yang baru kusadari. Allah sebenarnya sudah memberi petunjuk sejak 3 bulan lalu.
Mulai dari aku yang resign sampai aku yang belum dapat kerja hingga sekarang.
Bayangkan saja kalau aku kerja, masa aku tega membiarkan mama buat 500 kue
setiap hari? Big no! Maha Baik Allah dengan semua petunjuk-Nya. Hanya saja hamba
yang tidak sadari.
Mitha Juniar
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
Syiar Dakwah – No. Rek: 3180005019 atau melalui MAK bagi yg sudah
mendapatkannnya
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
23 Dzulqo‟dah 1439 H
No. : 353/AS/KOM/VIII/2018
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Mamaku Malaikatku
Ugh, kesal! Mama selalu melarang ini dan itu. Padahal aku yakin semua akan
baik-baik saja. Aku kan sudah besar, sudah 16 tahun. Sudah bisa menentukan mana
yang baik dan buruk. Tapi mama seolah-olah mengaturku. Seperti hari ini, aku ingin
ikut ke acara sekolah di malam hari. Tapi mama tidak mengizinkan.
“Kota Depok lagi rawan begal, Dek.” Begitu alasannya. Dan ternyata hanya
mamaku yang punya pikiran begitu. Buktiknya Annisa, Meira, dan Zalfa ikut datang ke
acara sekolah padahal rumahnya satu RT denganku. Apa mama tidak pikirkan
perasaanku ya?
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Aku malu diatur-atur orangtua. Mama memang orang yang tegas dan selalu
bersikukuh dengan pendiriannya. Sekali tidak, ya tidak. Itu artinya aku harus berdiam
diri di rumah sementara teman-temanku datang ke acara sekolah. Baiklah….
Karena penasaran, aku pun mendatangi. Betapa ngilu hatiku saat melihat Meira
diperban sana sini.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
“Makasi ya, Mama selalu jadi pelindung Jihan.” Kataku tanpa terasa
meneteskan airmata.
“Kamu kenapa, Dek?”, “Kalau aja semalam mama izinkan Jihan pergi, bisa aja
Jihan yang jadi korban begal. Meira saja yang sudah di kawal kakak laki-laki masih kena
begal. Apalagi Jihan yang sendirian?
“Makasi ya Ma. Mama tau yang terbaik untuk Jihan.” kataku sembari terisak.
Mama memelukku erat. “Mama sayang Jihan, tapi Allah lebih sayang. Makanya Allah
beri tahu Mama lewat hati.” Sebuah kecupan mendarat di keningku. Bahagianya.
Mitha Juniar
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
Syiar Dakwah – No. Rek: 3180005019 atau melalui MAK bagi yg sudah
mendapatkannnya
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
30 Dzulqo‟dah 1439 H
No. : 354/AS/KOM/VIII/2018
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Aku menghela napas berat. Rasanya menjadi seorang guru di pesantren ini sudah
sampai pada titik jenuh. Anak-anak mulai tidak bisa diatur. Setiap hari adaaa saja alasan
konyol mereka agar bisa keluar dari kelasku lalu pergi beli makan, beli aksesoris tidak
penting, atau apalah yang lainnya padahal itu jelas-jelas dilarang.
Sudah beberapa kali aku menutupi kelakuan mereka. Dan hari ini, aku sungguh-
sungguh tidak tahan lagi. “Ada yang bisa saya bantu, Ustadzah Annisa?”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
“Ya, saya tidak habis pikir masih ada guru yang tidak mengerti perasaan
siswanya di sini. Padahal, kalau kita mau disayang dan dihormati murid, coba pahami
perasaannya.” Ummi Maryam tersenyum. “Maksudnya Umm?” Aku jadi makin
penasaran. Ummi lagi-lagi tersenyum ramah.
“Kita sama-sama pernah jadi santri. Kita tahu rasanya saat jenuh menyerang.
Kadang, kita sok cari alasan agar bisa keluar sebentar saja dari pondok dan merefresh
otak. Kalau ada santri yang begitu, apa perlu dilaporkan sesegera mungkin?” Aku
terdiam. Ummi pasti punya pikiran yang berbeda denganku. Ya, semua guru juga tahu,
Ummi adalah orang yang punya pikiran unik.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
“Harusnya guru punya inisiatif. Coba buat suasana belajar yang menyenangkan,
misal belajar di luar kelas seperti kemauan santri. Jangan apa-apa langsung lapor”.
Duh…, bagai disambar petir rasanya saat itu. Karena aku berada di ruangan itu untuk
melaporkan santri.
“Aduh maaf, maaf, ana malah baper jadinya. Kasihan saja dengan anak-anak.
Bagaimana Ustadzah, ada yang bisa ana bantu?” Aku tersentak, “iya Ummi. Ana izin
mau bawa anak-anak keluar pondok. Ke… Museum. Boleh?” Ah, entah kenapa kalimat
itu meluncur begitu saja dari mulutku.
Aku ikut bahagia melihat raut wajah santri yang tampak bahagia. Hampir saja
aku membuat kesalahan besar. Ternyata, menjadi guru bukan hanya mengajar, tapi juga
memahami.
Mitha Juniar
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
Syiar Dakwah – No. Rek: 3180005019 atau melalui MAK bagi yg sudah
mendapatkannnya
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
07 Dzulhijjah 1439 H
No. : 354/AS/KOM/VIII/2018
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Tapi…
Aku menghela napas sembari murojaah hapalan surat An-Naba. Tapi pikiranku
yang carut marut membuat jin mudah mengacaukan hapalanku. Bagaimana tidak?
Seorang atlet sepakbola harusnya punya sepatu bagus sebagai penopang dan senjata.
Kumpulan Artikel “Ahad Story” KUTUB 47
Tapi aku?
Sepatu ketsku malah sobek depannya. Sementara yang lain sudah dikirimi sepatu
bola oleh orang tuanya. Kupikir berulang-ulangpun aku tidak temukan jawaban atas
kegundahanku. Semoga saja akan ada teman yang meminjamkan esok hari. Akhirnya,
malam itu kututup dengan qiyamul lail penuh harapan.
Pagi itu, semua peserta telah berkumpul. Dengan malu-malu, aku masuk ke
lapangan. Tiba-tiba kapten grupku menghampiri.
“Kamu tidak punya sepatu lain? Ini kan bolong.” Katanya dengan tatapan tajam.
Aku menggeleng lemah. Tanpa kata lagi, ia berbalik ke kerumunan teman-teman
lainnya. Seketika semua mata tertuju padaku. Ya Allah, aku hanya mengharap
kerendahan hati teman-teman.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Kalaupun aku tidak diizinkan bergabung, tidak masalah. Aku tidak akan
menghalangi kemenangan mereka. Kutatap wajah teman-teman satu persatu. Aku yakin
betul, mereka semua mengharapkanku tidak bergabung.
Akupun memutar badan hendak keluar lapangan. Baru saja beberapa langkah
berjalan, tiba-tiba kapten timku memanggil. Aku menoleh. Ya Allah… Betapa kagetnya
aku melihat tumpukan sepatu di depan mereka.
“Kita nyeker aja. Seru! Yuk main!” Serunya amat riang. Seketika semangatku
berkumpul lagi. Tanpa menunggu lama, aku bergabung bersama mereka. Aku bahagia,
meski solusinya bukanlah sepatu baru atau sepatu bola pinjaman, yang penting aku bisa
ikut bermain.
Mitha Juniar
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
Syiar Dakwah – No. Rek: 3180005019 atau melalui MAK bagi yg sudah
mendapatkannnya
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
14 Dzulhijjah 1439 H
No. : 355/AS/KOM/VIII/2018
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Arrghh! Aku kesal, hari ini mama memotong uang jajanku lagi. Ini sudah yang
ke sekian kali. Dan alasannya selalu saja sepele, menurutku. Masa hanya karena aku
tidak merapikan tempat tidur sendiri, uang jajanku dipotong? Padahal kan ada si mbak
yang memang bertugas rapi-rapi rumah. Ah, entahlah.
Tidak punya uang jajan yang cukup membuatku harus berlama-lama di kelas.
Bagaimana tidak? Uang yang mama beri hanya bisa untuk isi kuota. Itu pun cuma yang
paling murah. Alhasil aku putuskan untuk membeli sepotong roti dan air minum, lalu
berdiam diri di kelas.
Tapi ternyata aku tak sendiri. Ada beberapa anak yang melakukan hal yang
sama. Dan rata-rata yang ekonominya terbelakang. Dari semua teman yang ada, aku
tertarik dengan Rapha. Ia dengan semangat berkeliling menawarkan camilan keripik
singkong.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
“Kamu ngapain sih jualan di sekolah?” Aku malah bertanya yang lain. Rapha
tersenyum. “Ya untuk sekolah.”
“Untuk jajan?” “Bukan, untuk sekolah. Bayaran, beli buku, ongkos ke sekolah,
study tour, dan lain-lain. Kalau jajan sih… ” Rapha diam. “Kenapa?” Aku jadi kepo.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
“Jajan sih untung-untunganlah, Suf. Malah hampir nggak pernah. Dari pada
jajan, aku lebih suka bawa makan. Jadi uangnya bisa kusimpan.”
“Mama kamu gak pernah kasih uang jajan?” Aku makin penasaran.
“Aku yang nggak mau, Kasian. Ibu bapak sudah lelah mulung demi anak-anaknya.”
“Loh, kenapa ibu bapak kamu gak kerja kantoran aja?” Rapha tertawa.
“Kalo nggak sekolah, mana bisa? Makanya aku mau sekolah tinggi, biar bisa
kerja lebih baik dari orang tuaku. Aku ingin mereka bahagia di hari tuanya.” Aku
tersentak mendengar kalimat itu keluar dari mulutnya. Untuk ukuran anak SD, pikiran
itu sudah jauh dari seharusnya. Hari ini aku agak telat pulang sekolah.
“Kok telat? Main dulu ya?” Tanya mama. “Nggak kok Bu, tadi Yusuf bantu
Rapha jualan keripik sambil jalan pulang. Jadinya telat. Maaf ya, Bu. “Makasi ya,
Yusuf.” Bela Rapha untukku. Kulihat lama-lama mama tersenyum dan memelukku.
Sepulangnya Rapha, mama menyiapkan kejutan untukku. Dan aku suka!
Mitha Juniar
==========☆☆☆============
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
Syiar Dakwah – No. Rek: 3180005019 atau melalui MAK bagi yg sudah
mendapatkannnya
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
23 Dzulhijjah 1439 H
No. : 357/AS/KOM/IX/2018
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Benih Kebaikan
Pagi itu aku berjalan tergesa-gesa. Bagaimana tidak? Harusnya hari ini aku
presentasi hasil KIR minggu lalu. Duh, pasti teman-teman satu kelompokku akan
mencak-mencak ketika tahu aku belum datang ke sekolah. Apalagi makalah kami ada
padaku.
Kupercepat langkah sedikit berlari. Tiba-tiba dari arah belakang terdengar decitan
sepeda motor yang ngerem mendadak. Tak lama, terdengar suara „gubrak‟. Kutengok ke
belakang, ternyata sebuah sepeda motor menabrak sesuatu. Pengendara motor nampak
baik-baik saja dan langsung pergi sambil marah-marah.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Kulihat seorang anak kecil menangisi kucingnya yang tergeletak karena tertabrak
motor tadi. Hatiku dilema. Satu sisi aku memikirkan presentasiku, tapi di sisi lain aku
salah satu penyayang kucing dan tidak tega membiarkan anak sekecil itu sendirian.
Kutimang-timang pilihanku. Dan akhirnya aku memilih untuk membantu kucing dan
anak kecil itu terlebih dahulu.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Sampai sekolah, ternyata guruku belum datang. Beruntungnya aku, meski teman-
teman tetap pasang wajah kesal. Tidak lama, guruku datang. Bukannya minta kami
untuk presentasi, justru beliau curhat perihal kucingnya yang tertabrak motor.
“Padahal itu kucing kesayangan keluarga kami. Saya sampai sedih dan galau.
Kata anak saya, untung ada kakak SMA yang nolong. Saya berterima kasih sekali.
Sayang saya gak tau siapa.”
Tunggu, tunggu! Kok ceritanya mirip ceritaku? Ah, entahlah. Yang penting aku
selamat dari keterlambatan presentasi. Lagi pula, aku ikhlas karena aku memang
menyayangi kucing sebagai mana yang diajarkan Nabi Muhammad.
Mitha Juniar
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
Syiar Dakwah – No. Rek: 3180005019 atau melalui MAK bagi yg sudah
mendapatkannnya
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
13 Muharram 1440 H
No. : 359/AS/KOM/IX/2018
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Kekayaan Hati
Menjadi marbot masjid, sudah menjadi pekerjaanku sekitar tiga tahun terakhir
ini, masjid kecil disebuah desa di atas pegunungan, dengan kehidupan ekonomi
masyarakatnya yang sederhana.
Seperti saat akhir bulan begini, banyak yang harus kulaporkan kepada takmir
masjid, termasuk hasil infaq kotak masjid. Ada hal yang selalu membuatku heran saat
membuka kotak infaq, selalu ada uang seratus ribu lima lembar, maa syaa Allah
siapakah orangnya?
Karena setahuku, di desa ini mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani atau
buruh. Masih dengan menghitung hasil infaq, pikiranku membayangkan, kapan aku bisa
infaq sebesar itu?
Uang sebanyak itu gajiku sebulan ditambah hasilku mengajar anak-anak, Ah….
belum lagi ingatanku kepada orangtuaku, sebentar lagi masuk awal bulan, waktunya
menyisihkan hasil kerjaku untuk mereka. Sepulang dari rumah takmir masjid, saya
bertemu bapak Arif di halaman masjid.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
“Alhamdulillah Nak Rafi, maaf ya saya buru-buru ditunggu bapak Joni untuk
memperbaiki atap rumahnya” sahutnya
Entahlah mengapa ada rasa penasaran ingin membuka kotak infaq lagi. Dan yang
membuatku kaget, di kotak itu sudah ada uang seratus ribu lima lembar lagi…
Tiba-tiba tenggorkanku rasanya tidak bisa menelan air liur, bapak Arif yang
bekerja sebagai buruh panggilan, mampu menyisihkan uang sebesar itu untuk
akhiratnya. Sedangkan aku?
Ahh…merasa malu diri ini dibandingkan dengan bapak Arif. Benarlah, bahwa
kekayaan itu terletak di hati bukan di dompet
Fita Fatimah
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
Syiar Dakwah – No. Rek: 3180005019 atau melalui MAK bagi yg sudah
mendapatkannnya
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
05 Safar 1440 H
No. : 360/AS/KOM/X/2018
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Teringat kejadian saat tsunami menghantam kotaku dulu. Ya, sudah lama
memang. Tapi lukanya belum kunjung sembuh. Masih sangat sakit kala mengingatnya.
Ya Allah, aku takut…
Tsunami belasan tahun lalu telah mengambil keluargaku tanpa menyisakan satu
orang pun, kecuali aku. Sedih, marah, kesal, sakit, menjadi satu saat itu. Tapi aku tidak
tahu harus marah pada siapa?
Aku hanya sendiri. Dan tidak mungkin aku marah pada Allah. Karena aku tahu
bahwa Dia akan memberi cobaan yang sesuai dan bisa dilewati oleh hamba-Nya. Kalau
Allah memberiku cobaan ini, berarti aku bisa, begitu kata Ummi dalam mimpiku. Tidak
ada kesulitan yang datang tanpa kemudahan. Tidak ada musibah yang datang tanpa
hikmah. Kenapa aku bilang begitu?
Tsunami waktu itu memang merenggut keluarga dan hartaku, tapi tidak
semangatku. Saat kotaku dalam masa pemulihan, akupun demikian. Meski sendiri dan
masih berusia belasan, tapi Allah memampukanku untuk melewatinya. Alhamdulillah,
seiring pulihnya kotaku, pulih juga hatiku.
Namun kini serasa ada yang menuang cuka ke luka yang menganga. Pedih, tapi
yang masih aku yakini adalah, ada hikmah dari musibah. Entah apa, tapi Insya Allah
rahasia Allah akan terkuak dengan indahnya.
Semangat saudaraku di Palu, Sigi, dan Donggala. Do‟a dan support kami akan
terus mengalir untuk kalian. Aamiin.
Mitha Juniar
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
12 Safar 1440 H
No. : 361/AS/KOM/X/2018
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Cinta Yatim
Aku menghitung hari. “Wah, sebentar lagi anakku ulang tahun yang pertama.”
Diam-diam aku berpikir untuk mengajaknya ke panti asuhan. Insya Allah, kita rayakan
di sana. Kita berbagi kebahagiaan dengan mereka yang kurang beruntung. Ya, tak perlu
ada perayaan sesama teman-temannya dan tak perlu juga kado-kado yang berserakan.
Toh anakku sudah berkecukupan dari aku dan ayahnya. Alhamdulillah.
Aku bergegas masuk dari toko satu ke toko lainnya untuk melengkapi keperluan
ulang tahun si kecil. Meski baru usia 1 tahun, tapi aku yakin ia sudah bisa mengerti apa
yang sedang diberikan padanya. Ia pasti akan mengingat betapa bahagianya merayakan
ulang tahun sambil berbagi. “Nah, tinggal kuenya.” Seruku seraya berjalan ke sebuah
toko kue.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Sebelum masuk, mataku tertuju pada seorang anak kecil di depan toko. Matanya
menatap harap pada roti-roti yang berjajar di etalase. Aku tersenyum dan bergegas
membeli beberapa potong roti dan kuhampiri dia.
“Ini, bawa sisanya untuk orangtuamu.” Aku memberikan satu potong roti lagi
padanya. Tapi kali ini, ia justru murung. “Kenapa?”
“Aku yatim piatu, Tante. Aku tinggal di rumah singgah bersama anak jalanan
lainnya. Aku gak pernah punya orangtua.” Seketika air matanya meleleh.
“Aku kepingin ngerasain kayak anak itu, Tante. Kayaknya enak ya? Diperhatiin
orangtua, disayang, dimanja. Tapi mau gimana lagi, Allah udah gariskan aku kayak
gini.” Hatiku mencelos. Terlihat betul ia sedih dan rindu akan belaian orangtua.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Seketika aku teringat sesuatu. “Ini, bawa untuk teman-temanmu ya.” Kuberikan
semua belanjaan perlengkapan ulang tahun yang kubeli sebelumnya. Usai berterima
kasih, ia pergi dengan wajah amat riang. Aku ikut tersenyum. Kutatap toko kue tart di
seberang sana. “Tak perlu.” Aku pun berjalan pulang.
Perayaan ulang tahun anakku berbelok menjadi selamatan saja. Ya, tak perlu
memamerkan kasih sayang dengan kue tart, lilin, dan foto-foto keluarga. Aku jadi
membayangkan bagaimana perihnya hati anak panti asuhan melihat anakku nantinya.
Aku tak mau menjadi sebab kesedihan mereka karena kerinduan pada sosok orangtua.
Mitha Juniar
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
Syiar Dakwah – No. Rek: 3180005019 atau melalui MAK bagi yg sudah
mendapatkannnya
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
19 Safar 1440 H
No. : 362/AS/KOM/X/2018
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Sumbangan
Malam itu, jam dinding menunjukkan pukul 11 malam. Aku terbangun karena
haus. Kukira semua anggota keluarga sudah tidur, tapi ternyata ada kakakku yang justru
sedang mengintip ke arah luar. Karena penasaran, aku pun menghampiri.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
“Tuh kan, pasti anak-anak yang semalam nih.” Komentar kakakku. Aku
berdecak. “Ya sudah sih, daripada komen doang, mending kita bersihkan, Mumpung
Malamnya, kebetulan aku baru pulang dari rumah Amanda untuk urusan skripsi.
Aku sengaja turun dari ojol di depan gang saja, sehingga aku harus berjalan kaki. Dan
pemandangan kemarin malam terjadi lagi. Kali ini kuberanikan diri menghampiri.
“Assalamu‟alaikum. Maaf, boleh tau kalian sedang apa? Soalnya tadi pagi
banyak warga yang protes di sini banyak sampah.” Aku coba menginfokan. Salah satu
dari mereka berdiri menghampiriku. Pakaiannya memang sedikit aneh. Bisa dibilang
agak tak terurus. Raut wajahnya seram, tapi teduh. Seketika ia tersenyum.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
“Maaf kak, kami sedang siapkan perlengkapan untuk galang dana Palu, Sigi,
Donggala. Kemarin itu kami keburu capek, jadi belum sempat rapihkan barang-
barangnya. Sebetulnya itu bukan sampah kak. Itu perlengkapannya.” Katanya amat
sopan. Aku sedikit lebih tenang.
“Tapi itu kan barang bekas.” Kataku masih tak yakin. “Iya kak, barang-barang
itu yang kami manfaatkan untuk diubah menjadi seauatu yang bermanfaat dan berdaya
pakai,Terus kami jual, dan hasilnya untuk sumbangan. Maklum kak, kami anak jalanan,
gak bisa langsung kasih uang tanpa bikin apa-apa.” Jelasnya membuatku tersentak. Aku
mengangguk-angguk tanda mengerti.
“Kali ini, dirapihkan ya sebelum pergi jualan.” Kataku sambil senyum. Usai
mereka menyetujui saranku, aku pun berbalik badan dan pergi. Belum ada 5 langkah,
aku menoleh lagi. Mereka anak jalanan lho. Bisa dibilang kekurangan. Tapi mereka
memikirkan nasib orang lain di sana. Lah aku? Aku yang berkecukupan, sudah
melakukan apa untuk mereka? Seketika aku malu sendiri.
Mitha Juniar
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
Syiar Dakwah – No. Rek: 3180005019 atau melalui MAK bagi yg sudah
mendapatkannnya
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
26 Safar 1440 H
No. : 363/AS/KOM/XI/2018
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
“Galau?” Aku kira, aku tidak akan merasakan hal itu. Kukira mereka yang sering
update status galau di sosial media adalah orang-orang kurang kerjaan. Lha kok tiba-tiba
aku yang merasakan juga? Ingin curhat, tapi bingung pada siapa?
Ingin mengambil keputusan sendiri, takut salah. Duh, rasanya serba salah.
Bagaimana tidak? Siang itu tiba-tiba aku dapat kabar kalau aku dapat beasiswa full ke
Turki. Iya, iya, aku tahu seharusnya aku bahagia. Tapi masalahnya adalah ada pilihan
kedua yang datang dari orangtua.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
“Kak, ada yang mau Abi bicarakan. Duduk sini, yuk!” Kata Abi di suatu sore.
Nah kebetulan. Aku juga ingin menyampaikan perihal beasiswaku ke Turki. Tapi
berhubung Abi duluan yang menyampaikan maksud, jadi biar Abi dulu yang bicara.
Aku menjadi pendengar yang baik. Abi berdehem lembut.
“Kak, tahu Hafidz anak Ustadz Hanan, kan?” Tanya Abi amat bijaksana.
Pertanyaannya sederhana, hanya butuh anggukan kepalaku, tapi kok ada rasa dagdigdug
di hati ya? Lalu kalimat berikutnya makin membuatku berdegup, “Ahad besok, beliau
“Kak?” Abi menegurku. “Eh iya Bi. Khitbah siapa?” Pertanyaan lucu ini tiba-tiba
saja meluncur dari mulutku. Padahal aku sudah tahu, tentu saja untukku. Lha wong aku
anak pertama, dua adikku masih sekolah. Siapa lagi kalau bukan aku? Abi tertawa
pelan.
“Bi, Kakak dapat beasiswa full ke Turki, lho.” Aku mengalihkan pembicaraan.
Abi berbinar-binar. “Keren! Barakallah anak Abi, sayang. Lalu?” Aduh! “Lalu Kakak
berangkat ya, Bi?” Kataku pelan. “Itu kan impian Kakak.” Aku tersenyum bahagia
karena Abi merestui. “Kalau punya menantu shaleh seperti Hafidz itu impian Abi dan
Ummi.” Glekkk… Ringan didengar tapi berat dipikir.
Jam weker di mejaku menunjukkan jam 3 dini hari. Aku terbangun dan seperti
biasa, kutengok hp. Ingin ku update status soal kegalauanku. Tapi tiba-tiba notif dari
group KUTUB sudah penuh laporan shalihat yang sudah melaksanakan tahajjud.
Alhamdulillah aku tersadar, aku bergegas bangun dan wudhu, lalu shalat.
Baru kali ini aku merasa tahajjudku begitu berarti. Tak ada kantuk, tidak ada
pikiran lain selain Allah. Entah, mungkinkah ini yang dinamakan khusyuk? Dalam
sujudku, segala kegalauan kucurahkan. Kok rasanya adeeeem begitu, ya? Setelah itu,
aku tidak tidur lagi. Kubaca Al-Qur‟an. Pokoknya malam ini terasa berbeda. Seperti aku
yang baru.
“Kak, sini. Abi mau bicara.” Kata Abi saat aku baru saja pulang. Aku tersenyum
dan bergegas menghampiri Abi. “Tunggu Abi, boleh Kakak yang bicara duluan?” Abi
mengangguk dan mengisyaratkan agar aku bicara.
“Bi, Hafidz jadi datang Ahad ini? Bilang Bi, Kakak siap.” Aku tersenyum. Abi
terbelalak. “Ke Turkinya?” “Kapan-kapan.” Kataku enteng. Tapi wajah Abi bersedih.
“Sayangnya Hafidz mau pergi.” Kali ini aku yang terbelalak. “Lah, ke mana? Terus
Kakak gimana?” Kok aku jadi khawatir, ya.
“Mana Kakak tau.” Kataku agak kesal. Padahal aku sudah mengorbankan
beasiswaku demi Hafidz, eeeh dia malah pergi. Gak dapat dua-duanya deh. Memang ya,
berharap sama manusia itu rentan kecewa.
Mitha Juniar
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
No. : 364/AS/KOM/XI/2018
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Siang ini kota Nganjuk terasa amat panas. Tapi tenang, hatiku justru terasa sejuk.
Alhamdulillah aku dapat undangan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan di
Jakarta untuk bisa menghadiri seminar dan serah terima penghargaan.
Bukan penghargaannya yang kuharapkan sih. Aku sudah sangat bangga masuk
sebagai tamu undangan, apalagi sampai dapat penghargaan, duh….. aku tak mau
bermimpi terlalu tinggi. Sesampainya di rumah, kusampaikan berita ini pada Ummi.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
“Lho, kan gak ada saudara di sana?” Tanya Ummi penuh khawatir. “Kan ada
penginapannya, Mi.”
“Bukan masalah menginapnya, tapi pengawasannya, Nak. Memangnya panitia hanya
akan ngawasin kamu? Kan banyak anak SMA lain. Ini se-Indonesia, lho.” Aku dan
Ummi sama-sama terdiam. Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Aku pun meraih handphone.
“Ummi ingat Bunda Dewi anggota KUTUB yang pernah main ke sini kan? Itu
lho yang orang Jakarta, terus nginap 3 hari di sini.” aku coba mengingatkan. “Oh iya,
iya. Ummi ingat. Ummi paham maksud kamu. Coba kamu telpon.” Ummi berbinar.
Saat sedang tengok kanan kiri, tiba-tiba seseorang menepuk bahuku, Bunda
Dewi. Aku pun memeluknya dengan riang. Sayangnya kami tak bisa berbincang lama
karena panitia sudah menyuruhku masuk.
“Bunda gak apa-apa tunggu di sini? Kalau Bunda mau pulang dulu gak apa-apa
kok. Nanti siang kalau sudah selesai, aku telpon Bunda.” Kataku tak enak hati.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Tapi Bunda Dewi hanya tersenyum dan menyuruhku lekas masuk. Aku pun
menuruti keinginannya. Tak lama aku duduk di kursi baris kedua, beberapa orang yang
dianggap penting dalam acara itu pun masuk dan duduk di atas panggung. Mataku
terbelalak.
“Masya Allah…” gumamku tak percaya. Dari atas panggung sana, Bunda Dewi
melambaikan tangan dan tersenyum lebar ke arahku. Seketika aku merasa sangat
beruntung. Berarti Ummi sangat tepat menitipkanku pada Bunda Dewi.
Alhamdulillah…
Mitha Juniar
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
Syiar Dakwah – No. Rek: 3180005019 atau melalui MAK bagi yg sudah
mendapatkannnya
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
No. : 365/AS/KOM/XI/2018
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Hari ini adalah salah satu hari bersejarah untukku. Pasalnya aku dipercaya
menjadi pembina seluruh ekskul di sekolah tempatku mengajar. Itu artinya amanah
untukku bertambah lagi. Ya, kalau dihitung-hitung ada lebih dari 5 ekskul di sekolah ini.
Masya Allah.
Saat namaku dipanggil, semua memperhatikan. Baru saja aku selesai memberi
sambutan, tiba-tiba saja terdengar teriakan beberapa orang dari belakang sekolah.
Ternyata di sana terjadi kebakaran akibat konsleting listrik. Di belakang sekolah adalah
pemukiman padat penduduk. Dengan mudah, api menjalar.
Sambil menunggu petugas pemadam kebakaran datang, aku dan beberapa guru
lain membantu warga memadamkan api. Tapi takdir berkata lain. Banyak rumah yang
hangus meskipun petugas pemadam kebakaran sudah mengerahkan seluruh
kemampuan.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Menanggapi musibah yang terjadi di dekat sekolah, aku pun mengajukan acara
galang dana pada anak-anak OSIS. Mereka menyetujui. Esoknya, aku kaget bukan
“Kita kan gak punya uang, Miss. Jadi ngumpulin ini aja deh.” Kata Devia, ketua
PMR, saat aku tanya kenapa mengumpulkan baju-baju layak pakai. Aku bahagia sekali,
awal jabatanku sudah disuguhkan pelajaran berharga. Bahwa siapapun bisa bersedekah,
tinggal caranya saja yang berbeda-beda. Ternyata mereka bukan hanya berlomba-lomba
dalam prestasi, tapi juga dalam kebaikan.
Mitha Juniar
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
Syiar Dakwah – No. Rek: 3180005019 atau melalui MAK bagi yg sudah
mendapatkannnya
AHAD STORY
No. : 367/AS/KOM/XII/2018
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Siang itu, saat aku sedang menyiapkan berkas untuk sidang, tiba-tiba saja aku
melihat seorang ibu dan anak remaja yang sedari tadi memerhatikanku. Setelah
kupastikan semua berkas klien tersusun rapi, aku yang penasaran pun langsung
menghampiri mereka.
“Maaf, apa kita pernah kenal? Atau ada yang bisa saya bantu?” Tanyaku
mencoba seramah mungkin. Kulihat keduanya saling pandang. Tampak jelas wajah
sendu pada remaja yang duduk di sebelah kananku itu.
“Sudah bilang saja.” Kata Ibu di sebelah kiriku. Remaja itu menggeleng.
“Mungkin Ibu bisa bantu jelaskan permasalahan anak ibu kepada saya dan apa yang
bisa saya bantu.” Kataku agar tak membuang waktu. Dua jam lagi aku harus menemani
klien untuk sidang.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
“Oh bukan. Ini tetangga saya, bukan anak saya, Mba.” Katanya seraya
menegakkan duduknya. “Sebelumnya maaf ya, Mba Khansa. Saya tau Mba pengacara
Untuk sekian menit aku mendengarkan penjelasan ibu yang terakhir aku ketahui
namanya Bu Mira. Hatiku langsung mencelos. Intinya, Amel anak yatim piatu yang
haknya direbut dan parahnya difitnah oleh tantenya sendiri.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
“Amel, jangan takut. Kita perkarakan ke jalur hukum. Saya 100% akan
membantu kamu. Dan kamu tidak perlu keluar uang sepeserpun. Biar saya yang urus.
Kamu harus dapatkan hak kamu. Hak yang nyata milik kamu, bukan hak yang
dititipkan ke orang untuk kamu.” Kataku mantap.
Kulihat mata Amel berkaca-kaca. Tanpa aba-aba, ia memelukku erat. Tak lama
setelah ia dan bu Mira pergi, gantian airmataku yang merebak. Teringat saat dulu aku
berjuang seorang diri mempertahankan hakku sebagai anak yatim yang didzalimi
orangtua angkatku.
Tak ada yang mau membantuku hingga aku harus mengalah karena terpaksa.
Tapi semua justru menjadi pacuan untuk sukses. Dan sekarang, aku telah menjadi
pengacara. Ya, pengacara khusus orang-orang yang „tak punya‟. Semoga ini bisa
menjadi ladang pahala untukku. Aamiin…
Mitha Juniar
==========☆☆☆============
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
Syiar Dakwah – No. Rek: 3180005019 atau melalui MAK bagi yg sudah
mendapatkannnya
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
No. : 369/AS/KOM/II/2019
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Ahad, 9 Februari 2019 tim R_Sik KUTUB mengunjungi kembali tempat bencana
di Labuan Pandeglang Banten, kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka
menyampaikan bantuan perbaikan perahu nelayan dari para donatur.
Menurut Suhito direktur R_Sik, bantuan ini diberikan kepada nelayan yang
terkena dampak tsunami selat sunda, dimana perahu yang mereka miliki rusak parah
dan terdampar di Pulau Retore selama sembilan hari bersama para nelayan.
Adapun para penerima manfaat dari bantuan ini adalah Pandi, Yadi, Panda,
Pandi, Pudin, Aan, Ayi, Mang cukit, Roni, Epul, Royani, Ujang, Pian yang beralamat
kampung kebon cau, desa labuan, Kecamatan Labuan, kabupaten pandeglang Banten.
Selain mendapatkan bantuan perbaikan perahu, para nelayan juga mendapatkan
bantuan beras lima kilo.
Para nelayan menyampaikan terima kasihnya kepada para donatur atas bantuan
yang diberikan kepada mereka.
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
Syiar Dakwah – No. Rek: 3180005019 atau melalui MAK bagi yg sudah
mendapatkannnya
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
09 Sya‟ban 1440 H
No. :1457/AM/KOM/IV/2019
========= =========
Sering aku dijadiin tempat curhatan teman-teman, tidak hanya yang masih single,
yang sudah nikah bahkan sudah eyang pun sering berbagi cerita denganku. Bagi saya hal
ini tidak menjadi beban, semua itu saya anggap sebagai kebahagiaan tersendiri. karena
masih ada yang percaya dan mau berbagi cerita denganku, saya coba untuk selalu
mendengarkan curhatan mereka, saya akui saya tidak bisa memberi apa-apa buat
mereka, tapi saya akan sediakan waktu untuk mendengarkan keluh kesah mereka.
Dititik itulah saya merasa, mungkin inilah saatnya saya harus meletakkan semua
amanah ini. Karena takut tidak amanah lagi, saya berniat setelah Milad KUTUB yang
ke 5 saya akan resign dari semua amanah ini. Dan akhirnya hari itu datang juga,
handphone yang sudah tidak bisa buat ngetik sama sekali. Mau tidak mau saat itu saya
harus menyerahkan amanah ini ke pundak yang lainya.
Dan saya pun resign serta keluar dari KUTUB, karena tidak mau merepotin
admin di group jika saya laporan kholas tahajjudnya lewat sms. Banyak yang japri
menanyakan keputusanku resign ini, sudh bagaikan artis aja dicariin kemana-mana,
hehehe. Kira-kira 20 hari saya tidak bersentuhan lagi dengan KUTUB, ada rasa yang
hilang dan sepi, bukan soal ada tidaknya yang bangunin tahajjud tapi soal kebersaamaan
dengan teman-teman yang lainya, ngangenin dech pokoknya, hehehe.
Alhamdulillah akhirnya rizki itu datang juga, lumayan walau sedikit bisa buat
beli layar hp yg baru. Disaat handphone sudah kembali baik, ada keinginan untuk balik
lagi ke KUTUB, menjalin silaturahmi dengan sahabat-sahabat semuanya. Alhamdulillah
masih ada yang mau menampung saya menjadi membernya dan kini akhirnya saya
gabung lagi di KUTUB, menikmati hari-hari sebagai member saja, tanpa harus
beramanah seperti sebelumnya.
Salam penuh cinta untuk semua sahabat-sahabat KUTUB yang mengenal saya
serta untuk teman-teman di Kormin 6, K‟178 dan juga K‟279.
========= =========
Bagi Kutuber yang punya bakat menulis dan ingin berbagi dengan Kutuber
lainnya silahkan kirim email ke : Divisipromosi.kutub@gmail.com
0812-3461-6737 (Fita)
========= =========
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
17 Dzulhijjah 1440 H
No. : 372/AS/KOM/VIII/2019
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Hai. Salam hormatku kepadamu. Inti cerita ini tentu saja kamu. Iya. Kamu. Aku
tahu tentang seribu satu malammu. Engkau berlindung di balik gelap sambil berbisik
lirih. Dahulu ceritamu adalah tentang darah dan tulang. Hidup yang kau anggap kejam.
Seolah situasi di hadapanmu itu mengirismu. Melukaimu hingga urat syarafmu nyaris
putus. Engkau bilang mati rasa. Bahkan terhadap bahagia. Lalu, kenapa engkau
meneteskan mata air luka itu?
Engkau menjaga mata air itu di bawah luka. Aku selalu terheran denganmu,
bukankah luka itu akan selalu basah. Setidaknya waktu bisa menyembunyikannya di
bawah alismu, hitam matamu, dan senyum. Tapi, engkau tidak bisa berlari secepat saat
lukamu kering dan hilang di masa lalu.
Suatu hari aku kenalkan engkau dengan tahajjud. Ah. sebenarnya engkau sudah
mengenalnya. Lembaran Al-Quran yang bersambung-sambung engkau baca.
Membuatmu mengerti, bahwa luka itu bukanlah waktu terbaikmu. Sebab perih itu,
Kumpulan Artikel “Ahad Story” KUTUB 86
menyakiti rusuk dan jantungmu. Engkau membawa puasamu itu, seperti pisau.
Ayyamul Bidh mu seperti pisau. Engkau ingin membelah bulan menjadi kepingan-
kepingan es. Saat malam lima belas dan cahayanya begitu putih. Engkau keluar rumah.
Menatapnya.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Engkau. Iya. Engkau itulah sang Pengaruh Hidup itu bertebaran di sekitarmu.
Hidupku bersisian sangat rapat. Seperti untaian kata-kata terbaik, doa-doa terbaik. Yang
entah mengumpul di waktu itu. Air matamu itu, tak berasal dari mata airmu. Kau
sembunyikan di bawah luka. Dahulu, rasa air itu asin. Seperti laut. Begitu luas. Tak
terbatas. Saat itu, luka itu begitu perih. Tapi.. mata airmu sudah berganti. Bukan di
bumi. Tapi di langit tak terbatas. Mata airmu adalah awan doa dan ampunan-Nya.
Tapi, rentang sakit dan bahagia itu setipis kulit ari. Hatimu terbuat dari air yang
bergulir. Membiru karena rasa sakit dan memerah karena cinta. Bukankah cinta itu
seharusnya biru, karena ia sakit? Iya. bertahun tahun biru itu membuatmu mengartikan
cinta dengan luka, sampai kamu bertemu merah di pantulan embun. Langit yang
beranjak pagi. Sesaat setelah mata airmu itu jatuh. Dari langit doamu. Saat itu, engkau
menjadi tahu. Berantai-rantai doa dinaikkan.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Dalam tahajjud berantai. Pada jarak kutub utara ke kutub selatan. Lewat langit.
Melalui awan-awan berarak dan hujan berjatuhan. Kamu tahu mata airmu. Langit yang
belum bertemu pagi. Sesaat yang begitu manis, sebelum ia sembunyi. Malam terakhir
sebelum ia pagi. Putih adalah kumpulan cahaya matahari. Bukankah putih itu luka?
Engkau dan aku tahu, berantai-rantai doa dalam kumpulan. Kumpulan dalam
pengharapan. Kembali menjadi suci, putih. Semuanya ingin suci ketika mati. Cinta dari
sang Maha Pencipta. Sang petunjuk jalan lurus. Ialah Maha Cinta. Sungguh. Maha
Cinta.
Edw
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
13 Rajab 1441 H
No. : 373/AS/KOM/III/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Lelaki itu bernama Wahya. Dia bukankah seorang raja, tapi ia temanku. Aku
mengenalnya di Komunitas. Dalam keseharian yang lepas. Di group Whatsapp. Lelaki
yang gagah dalam rompi hitam Palestina. Yang jago desain dan suka bercanda. Tapi,
batinnya serius dengan ummat.
“Gini lo bro. Aku ini semacam Arjuna mencari cinta itu loh”, senyumnya
mengembang.
Wahya menyambut cermin itu sambil tersenyum. “Inilah wajah terbaik yang
Allah berikan padaku bro.” Yo jangan salahkan kalau aku bangga dengannya. Masya
Allah. Tidak adalah yang sia-sia dalam penciptaan manusia. “Bisa jadi nanti ini jadi
wasilah untuk istriku di kala rindunya. Melihat foto wajahku di hape-nya.”
Dikembalikannya cermin itu kepadaku.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
“Jiaah, dia sedang menunggu. Coba cari siapa yang sedang menunggu. Itulah
calonku”, kata Wahya dengan mata yang penuh senyum.
“Curaang.
“Sampeyan kan tahu, wanita itu pada umumnya menunggu dan memilih, lelaki
yang mencari pasangannya”, protesku.
“Waah, salah itu masbro. Wanita itu bisa menunggu dalam doanya. Membidik
lelaki terbaik untuk jadi pasangannya, tapi hanya dalam doa dan isak tangisnya kepada
Allah.
Aku juga sedang mencari pasanganku dalam doa dan tangisku kepada-Nya.
Sampai getaran cinta-Nya itu menyatukan kami dalam frekuensi yang sama,” jelasnya
sambil memandangku.
“La, suwi nemen iku. Menunggu frekuensi yang sama. Pasif sampeyan. Sing
lebih aktif napa”, gerutuku.
“Justru itu. Allah itu bekerja dengan cara terhalus dan paling efektif. kata siapa
lama? ini bahkan sudah dekat kok”, pungkasnya sambil tersenyum lebar.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Masya Allah. Itulah perbincangan kami waktu itu. Wahyalah lelaki yang selalu
mengingatkan untuk sholat tepat waktu. Hari-hari ini, ketika virus corona menjadi hits
dunia. Kesibukannya makin bertambah.
Ah tak terasa waktu demikian cepatnya berlalu. Bahkan aku tidak sempat
menanyakan siapa calonnya waktu itu. Aku akan menanyakannya nanti jika ada
kesempatan di tengah kesibukannya. Aku hanya mengingat satu hal. Akhwat itu adalah
perempuan yang sedang menunggu.
Edw
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
20 Rajab 1441 H
No. : 374/AS/KOM/III/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Lalu ternyata, dia berubah. Sepuluh tahun lalu Akhwat mengenal bisnis.
Begitulah. Dia memulainya. Dunia bisnis itu keras. Tapi pilihannya sudah setajam ujung
panah. Bismillah. Ia memilih. Dan dari saat itulah perjuangannya dimulai.
“Jadi orang bodoh tapi beruntung, lebih baik daripada orang biasa yang tidak
beruntung,” itulah sebagian dari kehidupan kata-katanya. Kata-kata itu mengantarnya
ke komunitas. Betapa ia merasa sangat beruntung. Teman-teman komunitas itu seperti
air perendam pedang ketika baja dalam masa penempaan. di saat penting itulah,
komunitas itu membuatnya menjadi baja terbaik.
“Ya Allah. Pintu kesadaran bukan milikku. Aku merasakan getaran. Batin ini
rindu. Biarkanlah hati terkecilku meminta. Bebaskanlah setengah imanku. Jadikanlah
aku sempurna di mata-Mu”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Akhwat menjalani hidup dengan senyum. Dengan kekuatan penuh senyum. Lalu
sesuatu terjadi. Dia berubah. Hari itu terasa panjang. Setelah kunjungan persahabatan.
Setelah menikmati semilir angin di pinggiran tempat makan nan asri di suatu tempat.
Dengan tawa dan senyum yang begitu dekat. Ada angin yang menyisir rambutnya.
Mengalir menembus jilbab krem yang dipakainya. menembus baja-baja dan cuka di
dirinya. Itulah selaput panas di mata. Bukan untuk airmata.
“Doaku ini pena. Ya Allah. Ajarilah aku menuliskan sejarah. Hidupku ini tidak
sempurna. Karena Engkau menciptakan tinta, aku tiba-tiba mengetahui cinta. Arahkan
aku dalam doaku ini. Sebab lelaki terbaik itu, terasa dekat sekali. Tapi, ketika angin
meniupkan hanya separuh, aku hanya menunggu-Mu memberikan isyarat ke hatinya.
Engkaulah pengawal jiwaku. Berikanlah yang terbaik dari diriku, untuk yang terbaik
menurut-Mu.”
Edw
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
04 Sya‟ban 1441 H
No. : 376/AS/KOM/III/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
◐•Sebagian kau injak di pematang sawah yang tak pernah kau pandang
◐•Adakah yang bisa terbakar dari masa ini lalu berhenti di masa depan?
◐• Kau akan memandanginya selamanya bila waktu tak kau putar dengan
cintamu yang abadi.
◐•Berbahagialah
◐•Berbahagialah
Edw
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
25 Sya‟ban 1441 H
No. : 377/AS/KOM/IV/202
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Peristiwa Unik
Ini adalah salah satu peristiwa yang terjadi antara Rasulullah dengan salah
seorang sahabat. Dalam shahih Al-Bukhari dan shahih Muslim, dari Abu Hurairah ra, ia
berkata, “Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah seraya berkata, “Aku telah
celaka, aku telah berhubungan intim dengan istriku di siang Ramadhan.”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
04 Ramadhan 1441 H
No. : 378/AS/KOM/IV/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Ini adalah peristiwa lain yang diceritakan tentang Rasulullah. Seorang Arab
Badui datang ketika Rasulullah sedang khutbah Jum‟at, ia meminta kepada Rasulullah
agar hujan diturunkan kepada mereka karena bumi telah kering. Maka Rasulullah
berdoa, lalu hujan pun turun selama seminggu penuh tanpa henti.
Orang yang sama datang kepada Rasulullah pada hari Jum‟at berikutnya
meminta kepada Rasulullah agar memohon kepada Allah supaya menghentikan hujan
karena mereka telah tenggelam. Rasulullah pun tertawa.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Anas, ada seorang laki-laki
datang kepada Rasulullah pada hari Jum‟at, ketika Rasulullah sedang khutbah di
Madinah. Laki-laki itu berkata, “Hujan tidak turun, mohonlah kepada Tuhanmu agar
hujan diturunkan.”
Beliau melihat ke langit, kami tidak melihat ada awan. Lalu Rasulullah
memohon agar hujan diturunkan. Maka awan pun berkumpul, kemudian hujan pun
Lalu laki-laki itu, atau orang lain berdiri, ketika itu Rasulullah sedang khutbah,
orang itu berkata, “Kami telah tenggelam, mohonlah kepada Tuhanmu agar menahan
hujan itu dari kami.”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Maka Rasulullah tertawa. Kemudian beliau berkata, “Ya Allah, disekitar kami,
jangan di atas kami.”
Dua kali atau tiga kali. Maka awan terkuak dari kota Madinah ke kanan dan ke
kiri. Hujan turun di sekitar kami, tidak turun di kota Madinah walaupun sedikit. Allah
SWT menunjukkan kemuliaan Rasulullah dan doanya yang mustajab.
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
17 Ramadhan 1441 H
No. : 379/AS/KOM/V/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Diriwayatkan bahwa ada sesorang pencuri yang menyusup ke rumah Malik bin
Dinar, ia tidak mendapatkan apa-apa untuk dicuri. Ia dapati Malik bin Dinar sedang
melaksanakan shalat. Malik bin Dinar mempersingkat sholatnya, kemudian ia menoleh
kepada pencuri itu seraya mengucapkan salam.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Kemudian Malik bin Dinar membawa bejana berisi air seraya berkata,
“Berwudhu‟lah dan shalatlah dua rakaat. Sesungguhnya engkau akan keluar dengan
membawa kebaikan yang ingin engkau cari.”
Pencuri itu berkata, “Ya, terima kasih.” Ia pun berwudhu‟ dan melaksanakan
shalat dua rakaat. Kemudian ia berkata lagi, “Wahai Malik, apakah boleh jika aku
menambah dua rakaat lagi?”
Kemudian Malik bin Dinar berkata kepadamya, “Pergilah dalam keadaan baik.”
Namun pencuri itu berkata, “Wahai tuanku, aku mesti menetap di tempatmu hari ini,
karena aku telah berniat melaksanakan puasa.”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Ketika ia akan pergi, ia berkata, “Wahai Malik, aku telah berniat untuk
bertaubat.” Malik bin Dinar berkata, “ Semua itu ditangan Allah.” Pencuri itupun
bertaubat dengan taubat yang sebenarnya.
Kemudian ia pergi dari tempat Malik bin Dinar, lalu ia bertemu dengan salah
seorang pencuri lain yang berkata kepadanya, “Aku sangka engkau telah mendapatkan
harta simpanan?”
Si mantan pencuri itu berkata, “Wahai saudaraku, aku masuk ke rumah Malik
bin Dinar, aku datang untuk mencuri hartanya, akan tetapi dialah yang telah mencuri
hartaku, aku telah bertaubat kepada Allah. Sekarang aku menjadi penjaga pintu dan aku
akan tetap seperti ini hingga aku mendapatkan seperti apa yang telah diperoleh orang-
orang terkasih.”
==========☆☆☆============
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
08 Syawal 1441 H
No. : 380/AS/KOM/V/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Manshur bin „Ammar berkata, “Doa apa yang engkau inginkan?” Pembantu itu
berkata, “Tuan majikanku sangat keras, aku ingin melepaskan diri darinya. Kedua, agar
Allah mengganti uang empat Dirham itu. Ketiga, agar Allah menerima taubat tuanku,
dan keempat, agar Allah mengampuni aku, tuanku, engkau dan seluruh kaum
muslimin.”
Tiba-tiba amarah tuannya mereda. Lalu tuannya bertanya, “Apa doa pertama
yang kau minta?”
Pembantu itu berkata, “Aku mendoakan agar aku dibebaskan dari hamba
sahaya.” Tuannya berkata, “Aku telah membebaskanmu. Engkau bebas karena Allah.
Lalu apa doamu yang kedua?”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
14 Syawal 1441 H
No. : 381/AS/KOM/VI/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Al-Hasan Al-Basri berkata, “Ada seorang wanita tuna susila, usianya sepertiga
usia Al-Hasan, ia hanya mau jika dibayar seratus Dinar. Ada seorang ahli ibadah yang
melihatnya, ahli ibadah itu mengaguminya, maka ahli ibadah itupun bekerja keras, ia
mengumpulkan seratus Dinar, kemudian ia datang kepada wanita itu seraya berkata,
“Engkau telah memukauku, maka aku pun bekerja dengan tanganku sendiri, aku
bekerja keras hingga aku mengumpulkan seratus Dinar.” Wanita itu berkata,
“Masuklah” Lalu ahli ibadah itu pun masuk. Wanita itu memiliki tempat tidur dari
emas. Wanita itu duduk di atas tempat tidurnya, kemudian ia berkata, “Kemarilah.”
Ketika ahli ibadah itu duduk diantara kedua kaki wanita itu, ia ingat
kedudukannya di hadapan Allah, maka ia pun ketakutan. Ahli ibadah itu berkata,
“Tinggalkan aku, keluarlah, ambillah seratus Dinar itu.”
Wanita itu berkata, “Ada apa denganmu? Engkau telah mengatakan bahwa engkau
mengagumiku.”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Wanita itu marah kepadaku seraya berkata, “Engkau adalah orang yang paling
aku benci. Jika ucapanmu benar, maka aku tidak ingin menikah selain denganmu.”
Ahli ibadah itu berkata, “Biarkan aku keluar.” Wanita itu berkata, “Tidak, kecuali jika
engkau menikahiku.”
Wanita itu berkata lagi, “Ya, engkau boleh keluar, akan tetapi aku akan datang
agar engkau menikahiku.”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Wanita itu pergi, ia bertaubat dan menyesal atas semua perbuatannya, kemudian
ia sampai di negeri ahli ibadah itu. Wanita itu menanyakan nama dan rumah si ahli
ibadah itu. Mereka menunjukkan rumahnya, lalu dikatakan kepada ahli ibadah itu,
“Ratu telah datang kepadamu.”
Penduduk negeri itu mengira si wanita itu ratu karena keelokan parasnya.
Ketika si ahli ibadah itu melihatnya, ia terkejut lalu mati ditangan wanita itu.
Wanita itu berkata, “Ia telah luput dariku, apakah ia mempunyai kerabat?”
Mereka menjawab, “Ada saudaranya, seorang laik-laki miskin.” Wanita itu berkata,
“Aku akan menikah dengannya karena cinta kepada saudaranya.” Maka wanita itu pun
menikah dengan saudara ahli ibadah itu.
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
22 Syawal 1441 H
No. : 382/AS/KOM/VI/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Ada sebatang pohon yang banyak disembah oleh manusia. Lalu datanglah
seorang mukmin ahli ibadah dari kalangan Bani Israil mengambil kampak untuk
memotong batang pohon tersebut.
Iblis berkata kepadanya, “Engkau tidak akan mampu, Karena aku mencegahmu
melakukan itu.”
Laki-laki ahli ibadah itu memukul dan menjatuhkan iblis ke tanah. Kemudian ia
berjalan menuju pohon itu untuk menebangnya. Namun iblis kembali menghadangnya,
dan si ahli ibadah kembali memukul dan menjatuhkannya ke tanah.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Akhirnya ahli ibadah itu pun kembali ke rumahnya dan ia mendapati dua Dinar
di bawah bantalnya. Kemudian, pada pagi berikutnya ia tidak mendapatkan apa-apa di
bawah bantalnya, maka ia pergi untuk menebang pohon itu dalam keadaan marah.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Ahli ibadah itu bertekad pergi untuk menebang pohon tersebut, namun iblis
beruwujud manusia tersebut menghadangnya, iblis menjatuhkan ahli ibadah itu ke tanah
dan mencekiknya. Ia hamppir membunuh ahli ibadah itu.
Kemudian iblis berkata, “Apakah engkau tau siapa aku? Pertama kali engkau
datang, engkau marah karena Allah, maka aku tidak mampu mengalahkanmu.
Kemudian aku menipumu dengan dua Dinar, dan engkau membiarkan pohon itu.
Ketika engkau datang dengan marah karena tidak mendapatkan uang dua Dinar itu, aku
bisa mengalahkanmu.”
Dari kisah ini kita dapat mengetahui bahwa, jika perbuatan itu tidak ikhlas
karena Allah, maka orang yang melakukannya tidak akan mendapatkan manfaat dari
perbuatan tersebut baik di dunia maupun di akhirat kelak. Sesungguhnya hamba Allah
itu mendapatkan kekuatan dari keimanannya kepada Allah.
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
29 Syawal 1441 H
No. : 383/AS/KOM/VI/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Suatu hari, seorang lelaki pergi menemui Ibrahim bin Adham, seorang
penyembuh penyakit hati. Lelaki itu berkata, “Aku adalah orang yang berdosa, tolong
sebutkan padaku apa yang dapat membuatku berhenti melakukan dosa.”
Lalu Ibrahim berkata kepadanya, “Jika engkau mampu melakukan lima perkara ini,
maka engkau tidak akan tergolong pelaku maksiat.”
Ibrahim : “Jika engkau mengetahui itu, apakah layak bagimu memakan rezeki-
Nya?!”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Si lelaki pendosa tersebut lebih heran daripada keheranannya yang pertama, lalu
berkata : “Bagaimana mungkin engkau mengatakan itu wahai Ibrahim, sedangkan
semua negeri ini milik Allah!”
Ibrahim : “JIka engkau mengetahui itu, apakah layak bagimu tinggal di negeri
milik Allah sedangkan engkau berbuat maksiat kepada-Nya?!”
Ibrahim : “JIka engkau ingin melakukan perbuatan maksiat, maka carilah tempat
dimana engkau tidak dilihat oleh Allah, maka lakukanlah perbuatan maksiat di tempat
itu.”
Ibrahim :”Jika engkau mengetahui hal itu, lantas apakah pantas engkau
melakukan maksiat kepada Allah?!”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Si Lelaki pendosa tertunduk semakin dalam dan berkata: Tidak Wahai Ibrahim,
sebutkan yang keempat”
Ibrahim : JIka engkau mengetahuu hal itu, lantas bagaimana mungkin engkau
masih mengharapkan keselamatan?”
Hampir saja lelaki tersebut tidak mendengarkan syarat yang kelima, sambil
menangis ia berkata, “Cukup wahai Ibrahim, aku memohon ampun kepada Allah dan
bertaubat kepada-Nya.” Sejak saat itu lelaki tersebut rajin beribadah hingga ia meninggal
dunia.
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
07 Dzulqaidah 1441 H
No. : 384/AS/KOM/VI/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Allah ﷻberfirman,
ِ ٍْ َعب ِن ِى ْانغ
َّ ب َوان
ِش َهبدَة َ ت انَّذِي ت َ ِف ُّزوٌَ ِي ُْهُ فَإ ََِّهُ ُي ََلقٍِ ُك ْى ۖ ث ُ َّى ت ُ َزدُّوٌَ ِإنَ ٰى َ قُ ْم ِإ ٌَّ ْان ًَ ْى
ٌَفٍََُُ ِبّئ ُ ُك ْى ِب ًَب ُك ُْت ُ ْى تَ ْع ًَهُى
Berikut dua kisah berbeda yang menceritakan betapa kematian akan menjemput
bila saatnya tiba dan tidak akan mendatangimu meskipun engkau telah bersiap.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Kisah A
Ketika ia telah benar-benar yakin bahwa pesawat telah berangkat, maka ia pun
pergi ke kamar anaknya dan bermaksud untuk membangunkan putranya. Namun ia
dapati putranya telah meninggal dunia di atas tempat tidur.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Kisah B
Syaikh Ali At-Thanthawi menyebutkan bahwa di negeri Syam ada seorang lelaki
memiliki mobil truk yang diatas truk tersebut ada peti mati untuk jenazah.
Seorang laki-laki ingin menumpang truk dan kemudian naik ke atas gerobak truk
tersebut. Diatas gerobak truk tersebut, selain terdapat sebuah peti mati juga ada sebuah
terpal yang siap dipakai jika dibutuhkan. Ketika didalam perjalanan tiba-tiba hujan
turun dengan derasnya, lelaki yang menumpang tersebut kemudian membentangkan
terpal untuk menutupi peti dan masuk ke dalam peti mati untuk berlindung dari hujan.
Tiba-tiba ada lelaki lain yang naik ke atas gerobak truk tersebut, berdiri disamping
peti mati itu dan ikut berlindung di bawah terpal. Hujan terus turun dengan lebatnya,
orang yang tegak disamping peti mati itu menyangka bahwa ia hanya sendiri saja berada
di atas gerobak truk tersebut.
Tiba-tiba, lelaki yang berada didalam peti mati mengeluarkan tangannya untuk
mengetahui apakah hujan masih turun atau telah reda. Hal itu membuat orang yang
berdiri di tepi peti mati itu ketakutan. Ia menyangka bahwa ada mayat yang hidup
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
14 Dzulqaidah 1441 H
No. : 385/AS/KOM/VII/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Al-Faruq Umar bin Al-Khathab tidak melihat apa-apa ketika ia memilih putri
penjual susu sebagai istri putranya yang bernama „Ashim. Bukan karena kemuliaan dan
keturunan, dan bukan pula karena harta dan kehormatan.
Ia adalah seorang gadis sederhana, bukan dari kalangan keluarga terhormat dan
kaya, akan tetapi ibadahnya sampai pada tingkatan ihsan, dimana ia menyembah Allah
seakan-akan ia melihat-Nya, jika ia tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Allah yang
melihatnya.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Pada suatu malam, ketika Umar bin Al-Khathab sedang berjalan di antara
rumah-rumah untuk memeriksa keadaan rakyatnya, dari dalam sebuah rumah ia
mendengar seorang perempuan berkata kepada putrinya,
Ibu : “Wahai putriku, ambillah susu itu lalu campurlah dengan air.”
Ibu : “Campurlah susu itu dengan air. Engkau berada di tempat yang tidak dilihat
Umar, pegawai Umar juga tidak melihatmu.”
Putri : Wahai ibu, Umar tidak tahu, akan tetapi Tuhan Umar mengetahuinya.
Demi Allah, tidak mungkin aku taat kepada-Nya di tengah orang banyak dan melawan
perintah-Nya ketika sendirian.”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Pada pagi harinya, Umar berkata kepada „Ashim putranya, “Pergilah engkau ke
tempat si fulanah. Disana ada seorang gadis. Jika ia tidak dalam ikatan, maka nikahilah
ia, semoga Allah memberikan keturunan yang berkah kepadamu.” Kemudian pergilah
putranya ke rumah si penjual susu itu.
Firasat Umar itu ternyata benar, setelah „Ashim menikahi putri si tukang susu itu,
ia melahirkan Ummu „Ashim yang kemudian dinikahi oleh Abdul „Aziz bin Marwan.
Lalu kemudian ummu „Ashim melahirkan Umar bin Abdul Aziz, seorang raja yang adil
dan diridhai Allah, semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepadanya.
==========☆☆☆============
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
21 Dzulqaidah 1441 H
No. : 386/AS/KOM/VII/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Dahsyatnya Kejujuran
Cerita berikut merupakan petikan dari riwayat para Salaf tentang bagaimana
mereka membiasakan anak-anak mereka agar jujur. Salah seorang dari kalangan Salaf
berkata,”Sejak aku tumbuh, aku telah dibiasakan untuk selalu jujur.
Suatu saat aku harus pergi dari kota Mekkah menuju Baghdad untuk menuntut
ilmu. Ibuku memberikan kepadaku uang sebanyak 40 Dinar sebagai bekal untuk
berbelanja keperluanku, dan beliau memintaku untuk jujur.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Kemudian, ada orang lain bagian dari perampok tersebut yang melihatku,
mendekatiku, lalu bertanya, “Apa yang yang kamu miliki?” Aku memberi jawaban yang
sama dengan jawabanku kepada temannya tadi, dan Ia membawaku kepada kepala
perampok.
Salaf : “Aku berjanji kepada ibuku agar selalu berkata jujur. Aku takut melanggar
janjiku.”
Kepala perampok itu kelihatan takut, lalu ia berteriak sambal merobek bajunya,
“Engkau takut mengkhianati janji kepada ibumu sedangkan aku tidak takut
mengkhianati janjiku kepada Allah?”
Para anggota perampok lain yang melihat pimpinannya bertaubat lantas berkata,
“Engkau adalah pemimpin kami dalam hal merampok. Maka hari ini engkau adalah
pemimpin kami dalam hal taubat.”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
“Allah berfirman, Inilah saat orang yang benar memperoleh manfaat dari
kebenarannya. Mereka memperoleh surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
28 Dzulqaidah 1441 H
No. : 387/AS/KOM/VII/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Diriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki yang menetap di negeri non- Arab, ia
mempunyai seorang istri dan beberapa orang anak perempuan. Mereka hidup dalam
berkecukupan, hingga kemudian sang suami meninggal dunia, dan setelah itu janda dan
anak-anaknya hidup miskin dan kekurangan.
Suatu hari, janda itu membawa anak-anaknya pergi ke negeri lain karena takut
serangan musuh. Kebetulan kepergian mereka pada cuaca yang sangat dingin. Ketika
mereka sampai di suatu negeri, ia memasukkan anak-anaknya ke dalam Mesjid
terpencil, sementara ia pergi mencari makanan.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
“Kepala kampung yang muslim itu berkata, “Tunjukkan bukti bahwa engkau
adalah wanita muslimah yang baik.”
Wanita itu berkata lagi, “Saya seorang wanita yang sedang dalam perjalanan
yang jauh dari negeri saya, tidak ada orang yang mengenal saya disini.”
Kepala kampung itu pun akhirnya menolaknya, dan perempuan itu pun berlalu
dengan hati terluka. Kemudian ia mendatangi kelompok orang Majusi, ia jelaskan
tentang keadaannya, dan ia katakan pula bahwa ia membawa beberapa orang anak
yatim, ia adalah seorang wanita baik-baik dan sedang dalam perjalanan.
Ia juga menceritakan apa yang telah dialaminya dengan kepala kampung yang
muslim tersebut. Kemudian pemimpin orang majusi itu berdiri dan mengutus istrinya
untuk menemani wanita tersebut menjemput anak-anaknya, dan membawanya ke
rumah orang Majusi itu. Mereka diberi makan dan pakaian yang layak, serta diberikan
ijin menginap di rumah orang majusi tersebut.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Ketika tengah malam tiba, kepala kampung yang muslim itu melihat dalam
tidurnya seakan-akan hari kiamat telah terjadi. Bendera telah dikibarkan diatas kepala
Rasulullah. Ada istana terbuat dari zamrud berwarna hijau dikelilingi mutiara dan
manikam. Juga terdapat kubah-kubah terbuat dari mutiara dan intan.
Rasulullah berkata, “ketika ada seorang wanita minta tolong, engkau katakan,
tunjukkanlah bukti bahwa engkau adalah seorang muslimah yang baik, maka demikian
Kepala kampung muslim itu pun sadar dan merasa sedih karena ia telah menolak
wanita itu tanpa memberikan apa-apa. Kemudian kepala kampung muslim itu
berkeliling kampung mencari wanita itu, hingga akhirnya ada yang memberitahukannya
bahwa wanita itu berada di rumah orang Majusi.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Kemudian orang Majusi itu menjawab, “Aku tidak bisa melakukannya. Mesti
mereka yang membayar itu. Sesungguhnya apa yang engkau inginkan itu, aku lebih
berhak untuk mendapatkannya. Istana yang engkau lihat dalam tidurmu itu diciptakan
untukku. Apakah engkau akan menunjukkan Islam kepadaku?
Demi Allah, semalam kami telah masuk Islam sebelum kami tidur. Kami masuk
Islam karena wanita itu, aku telah melihat dalam mimpiku seperti ynag telah engkau
lihat dalam mimpimu. Rasulullah bertanya kepadaku, “wanita itu dan anak-anaknya
ada bersamamu?” Aku menjawab, “ya, Rasulullah.”
Kepala kampung muslim itupun kemudian pergi dalam keadaan bersedih dan
berduka, hanya Allah saja yang mengetahuinya.
Dalam riwayat Muslim disebutkan, “Aku dan orang yang menyantuni anak
yatim, apakah kerabatnya atau orang lain, berada di dalam surga. Orang yang menolong
janda dan orang miskin seperti orang yang berjihad di jalan Allah.”
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
5 Dzulhijjah 1441 H
No. : 388/AS/KOM/VII/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Dari Khalid bin Ma‟dan, ia berkata, “Umar bin al-Khathab mengangkat Sa‟id bin
„Amir bin Hudzaim sebagai kepala negeri Himsh. Ketika Umar tiba di negeri Himsh, ia
berkata, “Wahai penduduk Himsh, bagaimanakah kepala negeri kalian?”
Mereka mengadukan Sa‟id bin „Amir kepada Umar. Peduduk Himsh disebut
sebagai Al-Kuwaifah Ash-Shughra, karena mereka mengadukan para kepala negeri
mereka sendiri.
Kemudian mereka berkata, “Ia tidak mau menerima seorang pun pada malam
hari.”
Mereka berkata lagi, “Ada satu hari dalam satu bulan, ia tidak keluar menemui
kami.”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Lalu Umar bertanya kepada penduduk Himsh untuk kedua kalinya, “Apalagi
yang kalian adukan tentangnya?”
Penduduk Himsh : “Ia tidak pernah mau menerima orang pada malam hari.”
Sa‟id bin „Amir : “Sebenarnya aku juga tidak suka menyebutkannya. Sesungguhnya aku
menjadikan siang itu untuk mereka dan malamku untuk Allah.”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Kemudian Umar bertanya untuk yang ketiga kalinya, “Apalagi yang kalian
adukan tentangnya?”
Penduduk Himsh : “Ada satu hari dalam satu bulan, ia tidak keluar menemui
kami.”
Sa‟id bin „Amir : “Aku tidak mempunyai pembantu untuk mencuci pakaianku,
aku juga tidak mempunyai banyak kain sebagai penggantinya. Maka aku duduk hingga
pakaianku kering, kemudian aku menggosoknya, baru kemudian aku keluar menemui
mereka pada petang hari.”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Setelah mendengar semua penjelasan Sa‟id bin „Amir, Umar berkata, “Segala puji
bagi Allah yang tidak melemahkan firasatku.”
Kemudian Umar memberikan seribu Dinar kepada Sa‟id bin „Amir, dan berkata,
“Gunakanlah untuk kebutuhanmu.”
Istri Sa‟id bin „Amir lalu berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah
mencukupkan kami terhadap bantuanmu.”
Umar bertanya, “Apakah engkau merasa baik-baik saja dengan itu? Kami akan
menyerahkannya kepada orang yang lebih membutuhkannya daripada dirimu.”
Dan istri Sa‟id menjawab, “Ya.”
Istrinya berkata, “tidakkah engkau belikan hamba sahaya pembantu untuk kami?
Untuk apa uang ini?”
Sa‟id menjawab, “Akan datang kepadamu orang yang lebih membutuhkan uang
itu daripada dirimu.”
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
18 Dzulhijjah 1441 H
No. : 389/AS/KOM/VIII/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Salah seorang dari kalangan salaf, bernama Tsabit bin Nu‟man, memasuki kebun,
ia dalam keadaan sangat lapar dan lelah. Tiba-tiba, matanya tertuju kepada pepohonan,
ia melihat ada sebuah apel, maka ia mengulurkan tangannya, kemudian ia memakan
sebahagiannya. Kemudian ia minum air sungai yang ada di samping kebun tersebut.
Tapi kemudian ia tersadar, lalu ia berkata dalam hati, “celakalah aku, bagaimana
mungkin aku makan buah-buahan milik orang lain tanpa izin?” Ia bersumpah tidak akan
pergi sebelum ia mengetahui pemilik kebun tersebut.
Ia ingin meminta agar apa yang telah ia makan itu dihalalkan. Ia terus mencari
pemilik kebun itu, sampai akhirnya ia menemukan rumah pemilik kebun itu dan
mengetuk pintu rumahnya.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Pemilik kebun itu berkata, “Saya tidak akan memaafkanmu kecuali dengan satu
syarat.”
Kemudian pemilik kebun itu berkata lagi, “Tapi ketahuilah bahwa putriku itu
buta tdak melihat, bisu tidak berbicara dan tuli tidak bisa mendengar.”
Tsabit bin Nu‟man mulai berpikir dan menimbang nimbang, apa yang mesti ia
lakukan? Kemudian ia sadar bahwa diuji dengan perempuan seperti ini lebih baik
daripada memakan nanah di dalam neraka jahanam sebagai balasan karena telah
memakan buah apel tersebut. Bukankah hari-hari di dunia ini hanya sementara.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Ia gelisah, dan ingin rasanya agar ditelan bumi saja sebelum peristiwa itu terjadi.
Akan tetapi ia bertawakal kepada Allah sambil mengucap, “Tiadadaya dan upaya
kecuali dengan pertolongan Allah, sesungguhnya kita akan kembali kepada-Nya.”
Pada malam pengantin, Tsabit bin Nu‟man melihat istrinya, dan ia dapati
perempuan itu berdiri di hadapannya mengucapkan salam. Ketika Tsabit bin Nu‟man
melihatnya, ternyata ia layaknya seorang bidadari dari surga.
Setelah lama terdiam, ia berkata, “Apakah ini yang sedang terjadi? Engkau bisa
berbicara, mendengar dan melihat.”
Kumpulan Artikel “Ahad Story” KUTUB 142
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Tsabit bin Nu‟man kemudian menceritakan apa yang telah diberitahukan pemilik
kebun kepadanya mengenai kondisi anaknya. Istrinya menjawab,” Apa yang dikatakan
ayahku itu benar, ia tidak berdusta.
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
26 Dzulhijjah 1441 H
No. : 390/AS/KOM/VIII/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Al-Qadhi Abu Bakar Muhammad bin Abdul Baqi bin Muhammad Al-Bazzar al-
Anshari (wafat thn 535 H di Baghdad) berkata, “Dulu, aku pernah berada di Makah,
semoga Allah selalu menjaganya. Suatu hari aku merasakan lapar yang sangat. Aku
tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menghilangkan laparku. Tiba-tiba aku
menemukan sebuah kantong dari sutera dan diikat dengan pita yang juga terbuat dari
sutera. Ketika aku buka, aku dapatkan di dalamnya sebuah kalung mutiara yang tidak
pernah aku lihat sebelumnya.”
Kemudian, aku keluar rumah, dan saat itu ada seorang bapak tua yang berteriak
mencari kantongnya yang hilang sambil memegang kantong kain yang berisi uang lima
ratus dinar. Dia mengatakan, Ini adalah bagi orang yang mau mengembalikan kantong
sutera yang berisi mutiara.
Aku berkata kepada diriku, “Aku sedang membutuhkan, aku ini sedang lapar.
Aku bisa mengambil uang dinar emas itu untuk aku manfaatkan dan mengembalikan
kantong sutera ini kepadanya.” Maka, aku membawa orang itu ke rumahku.
Yang disebutkannya persis seperti kantong yang aku temukan, maka aku segera
mengeluarkan dan memberikan kantong itu kepadanya, dan dia pun memberikan
untukku lima ratus dinar, tetapi aku tidak mau mengambilnya.
Aku tetap pada pendirianku, untuk tidak menerima uang imbalan tersebut.
Akhirnya, bapak tua itu pun pergi meninggalkanku. Adapun aku, beberapa waktu
setelah kejadian itu, aku keluar dari kota Mekah dan berlayar dengan perahu.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Di tengah laut perahu tumpangan itu terbelah dan orang-orang semua tenggelam
dengan harta benda mereka. Tetapi aku selamat dengan menumpang potongan papan
dari pecahan perahu itu. Untuk beberapa waktu aku terombang ambing di lautan, tak
tahu ke mana hendak pergi.
Akhirnya aku terdampar di sebuah pulau yang berpenduduk. Di pulau itu, aku
mencari mesjid dan duduk di dalam salah satu mesjid mereka, sambil membaca ayat-
ayat Alquran. Ketika mereka tahu bahwa aku dapat membaca Alquran, maka semua
penduduk pulau itu datang kepadaku dan mengatakan, “Ajarkanlah Alquran
kepadaku.”
Kemudian aku penuhi permintaan mereka, dan dari mereka aku mendapat harta
yang banyak.
Mereka pun datang dengan anak-anak dan para remaja mereka. Aku ajari mereka
tulis-menulis. Dari itu, aku juga mendapat banyak uang. Setelah itu mereka berkata,
“Kami mempunyai seorang putri yatim, dia mempunyai harta yang cukup. Maukah kau
menikahinya?” Aku menolak. Tetapi, mereka terus mendesak, “Tidak bisa, kau harus
mau” itulah kata mereka memaksaku, Akhirnya aku menuruti keinginan mereka juga.”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Ketika mereka membawa anak perempuan itu ke hadapanku, aku pandangi dia.
Tiba-tiba aku melihat kalung mutiara yang dulu pernah aku temukan di Mekah
melingkar di lehernya. Tidak ada yang aku lakukan saat itu, kecuali hanya terus
memperhatikan kalung mutiara itu.
Mereka berkata, “Sungguh kau telah menghancurkan hati perempuan yatim ini.
Kau hanya memperhatikan kalung itu dan tidak memperhatikan orangnya.”
Maka, saya ceritakan kepada mereka kisah saya dengan kalung tersebut. Setelah
mereka tahu, mereka meneriakkan tahlil dan takbir hingga terdengar oleh penduduk
setempat. “Ada apa dengan kalian?” kataku bertanya.
Mereka menjawab, “Tahukah engkau, bahwa orang tua yang mengambil kalung itu
darimu saat itu adalah ayah anak perempuan ini.”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Meskipun anak perempuan itu telah yatim, namun doa sang ayah terkabul karena
akhirnya merekapun menikah dan Allah Subhanahu Wa Ta‟ala telah mengabulkan doa
sang ayah pemilik kalung tersebut.
Harta yang kamu lihat ini adalah sisa-sisa dari harta itu. Di tangan Allah lah
segala urusan, dan hanya kepada Allah lah seharusnya kita bersandar dalam segala
urusan kita. Sesungguhnya Allah akan membalas setiap kebaikan dan keikhlasan kita,
meskipun kadang kita lalai atau lupa bahwa itulah buah dari kebaikan kita di masa
lampau.
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
04 Muharam 1442 H
No. : 391/AS/KOM/VIII/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Hari berlalu dan musim pun berganti, laki-laki tersebut jatuh miskin. Semua
hartanya habis dan akhirnya ia pun menceraikan istrinya. Kemudian sang istri menikah
dengan orang lain.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Suatu ketika, mantan istri lelaki tersebut sedang duduk-duduk sambil makan
bersama suami barunya. Di hadapan mereka ada ayam panggang. Tiba-tiba, ada seorang
pengemis mengetuk pintu depan rumah. Sang suami lantas berkata kepada istrinya,
“berikanlah ayam panggang ini padanya.”
Lalu sang istri membuka pintu dan memberikan ayam panggang itu sesuai
perintah suaminya. Ternyata pengemis itu adalah mantan suami pertamanya.
Suaminya berkata, “Apa yang membuatmu heran? Demi Allah aku adalah
pengemis yang dulu ia usir.”
Ternyata suaminya saat ini adalah mantan pengemis yang dulu pernah dihardik
dan diusir mantan suami pertamanya.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
11 Muharam 1442 H
No. : 392/AS/KOM/VIII/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Ibnu Habib menceritakan ada seorang laki-laki bersumpah bahwa ia tidak akan
menikah hingga ia meminta saran kepada seratus orang. Semua itu ia lakukan karena
sikap kerasnya terhadap perempuan.
Singkat cerita, lelaki itu sudah meminta saran kepada sembilan puluh sembilan
orang, dan hanya tinggal satu orang lagi. Kemudian ia pergi untuk meminta saran
terakhir dari orang yang pertama akan ditemuinya hari itu.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Ditengah jalan, ia bertemu dengan seorang gila yang membuat rantai dari tulang
belulang. Orang gila itu menghitamkan wajahnya dan ia menaiki rotan seperti kuda.
Lalu laki-laki itu mengucapkan salam kepada orang gila itu seraya berkata, “Aku ingin
bertanya kepadamu tentang suatu masalah, tolong dijawab. “
Orang gila itu berkata, “Tanyalah apa yang ingin engkau tanyakan, akan tetapi
jangan tanyakan sesuatu yang tidak penting. “
Laki-laki : “Aku seorang laki-laki yang telah menemui banyak masalah dengan
perempuan. Aku telah memutuskan bahwa aku tidak akan menikah hingga aku
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Orang gila : “Ketahuilah bahwa perempuan itu terbagi tiga. Satu baik untukmu,
satu tidak baik untukmu dan yang satunya tidak baik untukmu dan tidak pula baik
terhadapmu.
Perempuan yang baik untukmu adalah perempuan yang cantik dan lembut, tidak
ada laki-laki lain yang mengenalnya sebelum engkau. Jika ia melihat sesuatu yang
menyenangkan maka ia akan memuji dan jika ia melihat sesuatu yang tidak
menyenangkan maka ia menutupinya.”
Lanjut orang gila itu berkata, “Adapun perempuan yang tidak baik bagimu
adalah perempuan yang mempunyai anak bukan darimu, ia merampas hartamu
kemudian ia berikan kepada anaknya. Ia tidak akan berterima kasih kepadamu
meskipun engkau telah berbuat banyak untuknya.”
“Dan adapun perempuan yang tidak baik untukmu dan tidak pula baik
terhadapmu adalah perempuan yang telah menikah dengan lelaki lain sebelum
denganmu, jika ia melihat sesuatu yang menyenangkan dia berkata ini yang kami sukai,
dan jika ia melihat sesuatu yang tidak menyenangkan, ia akan mengatakan, aku rindu
kepada suamiku yang pertama. Inilah keadaan para perempuan. Aku menjelaskannya
kepadamu agar engkau mengerti. Jika engkau ingin menikah, maka pilihlah dari para
perempuan itu. Jika tidak mampu, maka jangan lakukan.”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Orang gila : “Bukankah aku telah menetapkan syarat kepadamu agar jangan
bertanya tentang sesuatu yang tidak penting?!”
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
18 Muharam 1442 H
No. : 393/AS/KOM/IX/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
“Pada suatu ketika, saya sedang duduk di sebuah daratan. Saya menghadapkan
pandangan kian kemari memperhatikan makhluk ciptaan Allah SWT. Saya merasa
takjub akan keindahan ciptaan Allah Yang Maha Pengasih. Lalu mata saya tertuju pada
seekor semut yang ada di sekitar saya. Semut itu lalu lalang mencari sesuatu yang tidak
ia ketahui, akan tetapi ia tetap mencari dan mencari. Ia tidak pasrah dan tidak pernah
jemu ataupun bosan.”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
“Tidak berapa lama kemudian, semut itu kembali bersama sekelompok besar
semut-semut lainnya. Ketika aku menyaksikan semut-semut itu, aku sadari bahwa
“Seketika timbul didalam hatiku sedikit keinginan untuk menghibur diri. Lalu
aku mengambil kaki belalang itu dan menyembunyikannya. Kemudian semut-semut itu
mulai mencari kaki belalang tersebut ke sana kemari hingga akhirnya mereka putus asa
tentang keberadaannya, lalu pergi kembali entah kemana.”
“Beberapa saat kemudian, semut pertama itu kembali dan ia berada di hadapan
kaki belalang yang aku taruh kembali ditempatnya. Ia berkeliling dan memperhatikan
sekitarnya, lalu berusaha menarik dan menarik kaki belalang tersebut, namun ia tak
mampu.”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
“Ketika aku memperhatikan gerombolan semut-semut itu, aku tertawa kecil dan
kembali melakukan keisengan yang sama, aku mengambil kaki belalang itu dan aku
sembunyikan.”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
“Kemudian kelompok semut itu berkumpul setelah mereka bosan mencari. Lalu
mereka menyerang seekor semut, yang saya duga, pasti semut pertama yang
menemukan kaki belalang itu. Saya menyaksikan dengan takjub bagaimana semut-
semut itu memotong-motong dan mencabik-cabik semut itu di hadapan saya. Mereka
membunuh semut malang itu.”
“Maha suci Allah, bahkan bangsa semut sekalipun menilai dusta itu sebagai
suatu kekurangan, bahkan kesalahan besar yang mesti dijatuhkan hukuman bagi
pelakunya.”
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
AHAD STORY
25 Muharam 1442 H
No. : 394/AS/KOM/IX/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Ibnu Jauzi berkata, “Dalam sebuah riwayat disebutkan seorang laki-laki datang
kepada Imam Abu Hanifah, ia mengadukan bahwa ia telah menanam harta di suatu
tempat akan tetapi ia tidak mengingat tempat tersebut.”
Imam Abu Hanifah berkata, ” Ini bukan masalah Fikih, sehingga aku bisa
memberikan solusi untukmu. Akan tetapi laksanakanlah shalat dari malam hingga esok
pagi, insyaa Allah engkau akan mengingatnya.”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
02 Safar 1442 H
No. : 395/AS/KOM/IX/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Adu Domba
Diriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki melihat seorang hamba sahaya dijual.
Hamba sahaya itu tidak memiliki kekurangan apapun, hanya saja ia suka mengadu
domba. Laki-laki itu menganggap kekurangan hamba sahaya itu sebagai sesuatu yang
ringan, maka ia membeli hamba sahaya tersebut.
Hamba sahaya tersebut telah tinggal di rumahnya selama beberapa hari. Suatu
hari, hamba sahaya itu berkata kepada istri majikannya, “Tahukah nyonya bahwa tuan
ingin menikah lagi? Ia tidak mencintai nyonya lagi. Jika nyonya mau agar ia bersikap
lembut kepadamu dan meninggalkan niatnya, maka ketika ia tidur, ambillah pisau silet,
kemudian cukurlah beberapa helai jenggotnya, lalu simpanlah.”
Istri tuannya itu lantas hendak melaksanakan apa yang diberitahukan oleh hamba
sahaya tersebut. Ia bertekad untuk melakukannya ketika suaminya tidur.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Majikannya percaya pada hamba sahayanya. Lalu ketika malam tiba, istrinya
datang membawa pisau untuk mencukur jenggotnya. Sementara si suami berpura-pura
sedang tidur. Ia membatin didalam hati, “Sungguh benar ucapan hamba sahaya itu.”
Ketika pisau telah diletakkan dilehernya, ia bangun dan mengambil pisau itu,
laku ia menyembelih istrinya dengan pisau itu. Maka ketika keluarga istrinya pun
datang, mereka mendapati saudari perempuan mereka telah meninggal dunia, lalu
mereka membunuh suami saudari mereka itu.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ketika Rasulullah ﷺmelewati dua kubur, beliau
berkata, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih
Muslim, “Mereka berdua diazab. Mereka berdua diazab bukan karena dosa besar, akan
tetapi itu sesuatu yang besar. Salah seorang di antara mereka gemar mengadu domba
sedangkan yang kedua tidak menutupi dirinya ketika buang air kecil.”
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
09 Safar 1442 H
No. : 396/AS/KOM/IX/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Diriwayatkan bahwa ada seorang lelaki dari kalangan sahabat golongan Anshar
bernama Abu Mughliq. Ia adalah seorang pedagang yang berjalan ke penjuru negeri. Ia
rajin beribadah dan memiliki sifat wara‟.
Suatu ketika, pada salah satu perjalanan dagangnya, ia bertemu dengan seorang
pencuri bertopeng yang membawa senjata. Pencuri itu berkata, “Letakkan semua
milikmu, aku akan membunuhmu.”
Pencuri : “Terserah!”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Penunggang kuda itu berkata, “Aku adalah malaikat yang turun dari langit
keempat. Ketika engkau mengucapkan Do‟amu yang pertama, aku mendengar pintu-
pintu langit bergelegar.”
“Lalu ketika mengucapkan Do‟amu yang kedua, aku mendengar penduduk langit
menjadi ribut. Kemudian engkau memanjatkan Do‟a yang ketiga, maka dikatakan
kepadaku, itu Do‟a orang dalam kesulitan. Maka aku memohon kepada Allah agar
memberikan kuasa kepadaku untuk membunuhnya.”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
16 Safar 1442 H
No. : 397/AS/KOM/X/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Diriwayatkan bahwa seorang pembantu raja menemukan seorang anak kecil yang
dibuang di jalanan. Raja memerintahkan agar mengambil anak kecil itu menjadi anak
angkatnya. Ia memberi nama anak itu Ahmad Yatim.
Ketika anak kecil itu tumbuh besar, pada dirinya terlihat tanda-tanda kemahiran
dan kecerdasan. Kemudian ia pun dididik dan diberi pelajaran. Ia dipilih dan lebih
didahulukan dalam semua pekerjaan dan urusan istana.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Suatu hari, ia diperintahkan agar menghadiri suatu acara di salah satu ruangan di
dalam istana. Ketika ia menuju ruangan acara, ia melihat seorang perempuan salah satu
kerabat raja, sedang berduaan dengan seorang pembantu istana.
Perempuan itu khawatir Ahmad Yatim akan melaporkannya kepada raja, maka
ia meminta agar Ahmad menyembunyikan peristiwa itu dengan menawarkan dirinya
kepada Ahmad Yatim. Akan tetapi Ahmad berkata, “Aku berlindung kepada Allah, aku
tidak mungkin mengkhianati raja, ia telah berbuat baik kepadaku.”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Raja pun murka, ia ingin membunuh Ahmad Yatim. Lalu Raja merencanakan
sesuatu, ia memerintahkan kepada salah satu pengawalnya, “Jika aku mengutus
seseorang kepada si Fulan, maka bunuhlah ia dan kirimkan kepalanya kepadaku.”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Ahmad Yatim kemudian datang dan menjelaskan apa yang telah terjadi. Raja
berkata kepadanya, “Apakah engkau mengetahui kesalahan pembantuku yang
terpenggal kepalanya ini?”
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
AHAD STORY
23 Safar 1442 H
No. : 398/AS/KOM/X/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Akan tetapi, kakaknya tidak membalas budi baik adiknya itu. Ia iri hati dan
dengki teehadap adiknya. Ia berfikir untuk melenyapkan harta yang dimiliki adiknya
agar sama miskin seperti dirinya.
Sehingga hatinya merasa tenang, orang lain tidak akan mengejeknya dengan
kemiskinannya dan mengagung-agungkan adiknya yang sukses. Maka ia berusaha
sekuat tenaga untuk mencapai tujuannya yang keji dan hina.
Akibat sifat dengkinya, akhirnya ia mendapat bisikan iblis untuk datang kepada
seorang yang sangat dengki, dimana tidak ada orang yang selamat dari kedengkiannya.
Orang yang sangat dengki itu memiliki tatapan mata yang sangat lemah dan rabun.
Sehingga ia nyaris tidak dapat mengenali orang lain kecuali dari jarak dekat.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Kakak pedagang sukses itu pergi kepada orang dengki itu, ia meminta agar orang
yang dengki itu membinasakan harta adiknya dengan upahnya berupa harta adiknya itu.
Ia memberitahukan jalan yang biasa dilalui adiknya ketika berdagang.
Orang yang dengki itu sedemikian dengkinya, lalu berkata, “Alangkah kuatnya
tatapan matamu. Apakah engkau dapat melihat dari jarak sejauh itu? Andai tatapan
mataku seperti tatapan matamu.”
Tiba-tiba kakak pedagang sukses itu merasakan sakit kepala, kedua matanya
menjadi gelap dan saat itu juga ia menjadi buta. Dan barang dagangan adiknya lewat
dengan selamat tanpa ada bencana apapun.
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
No. : 399/AS/KOM/X/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Suatu pagi, seorang nelayan berangkat melaut utk mencari ikan. Ia menebarkan
jaringnya, akan tetapi ia tidak mendapatkan apapun. Maka kemudian ia berdoa dan
memohon kepada Allah, karena anak-anaknya menunggunya dalam kelaparan di
rumah.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Ketika sampai di istana, raja ingin membuat sang ratu gembira, maka ia
keluarkan ikan itu dihadapan sang ratu untuk dipamerkan. Ikan itu menggelepar lalu
Kumpulan Artikel “Ahad Story” KUTUB 175
mengigit jari sang raja. Malam itu raja tdk bisa tidur karena luka gigitan ikan tersebut.
Maka, didatangkanlah para dokter ke istana, dan mereka menyarankan agar jari raja di
potong.
Namun meski jari raja telah di potong, raja tetap tidak bisa tidur, karena racun
ikan tersebut telah menyebar ke tangan raja hingga pergelangan. Maka para dokter
menyarankan agar tangan raja dipotong hingga pergelangan. Ketika pergelangan tangan
raja telah dipotong, raja tetap tidak dapat beristirahat tenang.
Ia menjerit dan meminta tolong. Maka para dokter kembali menyarankan agar
tangan raja dipotong hingga batas siku. Setelah itu, barulah raja bisa beristirahat,
meskipun jiwanya masih tidak tenang, dan ia menyadari apa penyebabnya.
Kemudian, para penasehat raja menyarankan agar Raja pergi menemui orang
yang mengerti penyakit hati, yaitu para ulama ahli hikmah, maka raja pun pergi dan
menceritakan kisah seekor ikan tersebut. Ulama ahli hikmah tersebut berkata, “Engkau
tidak akan tenang hingga pemilik ikan itu memaafkanmu.”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Maka raja mengirim utusan untuk menemui nelayan tersebut. Ketika utusan raja
menemui nelayan tersebut dan menceritakan apa yang telah terjadi pada raja, utusan
raja meminta agar sang nelayan untuk memaafkan raja dan ia pun kemudian
memaafkan raja.
Ketika akhirnya sang raja bertemu dengan sang nelayan, ia bertanya kepadanya,
“Apa yang telah engkau katakan terhadapku?”
Nelayan itu berkata,”Yang aku katakan hanya satu kalimat, Ya Allah, raja telah
memperlihatkan kekuasaannya kepadaku, maka tunjukkanlah kepadaku kuasa-Mu.”
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
No. : 400/AS/KOM/X/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Salah seorang jamaah mesjid tempat saya tinggal bercerita, ia bersumpah demi
Allah bahwa ia mendengar kisah ini dari seseorang yang mengalami peristiwa ini,
seorang pemuda yang telah bertaubat.
Pemuda itu berkata, “Allah telah menolong dan menyelamatkan saya dari
neraka, padahal sebelumnya jarak antara saya dan neraka itu hanya tinggal satu hasta.”
Kami berteman tiga orang, dna kami bersama sama dalam berbuat maksiat. Dua
orang teman saya ini setiap tahun selalu melakukan perjalanan ke suatu negara, dimana
mereka melakukan semua perbuatan dosa, dari minum khamar, zina, judi dan lain
sebagainya.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Tahun ini mereka mengajak saya untuk melakukan perjalanan bersama dengan
mereka. Mereka menceritakan kisah-kisah indah seputar perjalanan dosa tersebut.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Tiba-tiba tatapan mata saya tertuju pada rambu-rambu yang menjelaskan jarak
antar kota di sisi jalan yang tertulis “150 km menuju neraka jahanam.” “Ya Allah, saya
melompat dari tempat duduk, saya katakan kepada kedua teman saya, “Apa kamu
berdua tidak membaca?”
Disini saya berusaha meyakinkan teman-teman saya agar segera kembali dan
bertaubat kepada Allah, ini adalah peringatan dari Allah. Akan tetapi mereka tidak
menghiraukan ucapan saya.
Ketika itu saya putuskan untuk turun dari mobil dan kembali ke rumah. Mereka
berdua menurunkan saya , lalu melanjutkan perjalanan mereka. Saat itu sudah jam tiga
malam, saya menunggu lama di tepi jalan, hingga hampir satu jam lamanya.
Tiba-tiba saya melihat ada truk yang lewat. Saya bersyukur kepada Allah, ketika
sopir truk itu menghentikan truknya. Ketika saya menaiki truk itu, sopir truk tidak
berbicara, akan tetapi ia terus mengulangi ucapannya. “Innalillahi wa inna ilaihi roji‟un”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Saya bertanya, “apa warna mobil itu?” Ternyata, mobil itu adalah mobil kedua
teman saya tadi. Saya langsung menangis bersyukur kepada Allah karena dengan
kemuliaan dan rahmat-Nya Ia telah menyelamatkan saya.
Oleh sebab itu saya katakan kepada para pemuda, “Kembalilah kepada jalan
Tuhan kamu dan bertaubatlah kepada Allah. “Ya Allah, berikanlah rahmat-Mu kepada
kami dan jadikanlah akhir hidup kami dalam husnul khotimah, Aamiin.
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
No. : 401/AS/KOM/XI/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Dari Yazid bin Harun, ia berkata, “Saya pergi menemui Ashbagh bin Yazid al-
Warraq, saya ingin mendengar riwayat darinya, namun saya dapati ia sedang dalam
keadaan bersusah hati.
Maka kemudian saya menulis riwayat darinya dan lalu saya pun pergi. Pada hari
kedua, saya datang lagi menemuinya, dan saya dapati ia lebih bersedih dari hari
sebelumnya. Ketika saya bertanya kepadanya, dia memberikan jawaban yang sama
dengan jawabannya dua hari yang lalu. Maka saya menulis, lalu saya pun pergi.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Namun, pada hari ketiga, ketika saya menemuinya, saya dapati wajahnya cerah,
ia sedang bergembira. “Alhamdulillah, hari ini saya lihat engkau bergembira. Sedangkan
kemarin engkau bersedih hati. Ada apa sebenarnya?”
“Pada hari ketiga, putriku yang kecil berkata, „wahai ayah, aku lapar, aku
mengabaikannya, lalu aku pergi ke tempat wudhu, aku berwudhu, aku shalat dua rakaat,
lalu aku angkat tanganku untuk berdoa. Tapi aku lupa doa yang baik yang ingin ku
ucapkan.”
Lalu aku katakan, “Ya Allah, jika engkau tidak memberikan rezeki kepadaku,
janganlah Engkau buat aku lupa akan doaku.”
Kemudian tiba-tiba aku mengingat doaku, lalu aku katakan dalam doaku,
“Bukakanlah rezeki untukku. Janganlah Engkau jadikan orang lain menolongku dalam
rezeki itu, sehingga menjadi bebannya, dan jangan pula menjadi beban bagiku di akhirat
kelak. Berkat rahmat-Mu wahai Yang Maha Pengasih diantara yang mengasihi.”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
“Kemudian, ketika aku kembali ke rumah, tiba-tiba putriku yang besar berkata,
“Wahai ayah, ada seseorang yang datang membawa kantung berisi uang dirham ini. Dia
juga membawa gerobak berisi tepung dan beberapa kebutuhan pokok dari pasar. Ia
berkata, “Sampaikan salamku kepada saudaraku.”
Ashbagh bin Zaid berkata, ” Demi Allah, aku tidak pernah punya teman seperti
itu dan aku tidak mengenal siapa dia. Akan tetapi Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatunya.”
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
No. : 402/AS/KOM/XI/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Hanbali) sering menyebut keutamaan, ilmu dan
ketakwaan Imam Asy-Syafi‟i kepada putrinya.
Putri Hanbali berkata, “Wahai Ayah, apakah ia Imam Asy-Syafi‟i yang sering
engkau ceritakan itu?” Imam Hanbali menjawab, “Ya”.
Putrinya berkata, “Aku perhatikan ada tiga perkara yang ingin aku kritik darinya.
Ketika kita hidangkan makanan, ia banyak makan. Ketika ia masuk ruangan, ia tidak
melaksanakan shalat Tahajjud, dan ia melaksanakan shalat subuh tanpa wudhu‟.”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Lalu, Imam Hanbali meminta Imam Asy-Syafi‟i menjelaskan masalah itu. Imam
Asy-Syafi‟i menjawab, “Wahai Imam Hanbali, aku banyak makan, karena aku tahu
“Aku tidak melaksanakan qiyamulail, karena ketika aku berbaring akan tidur,
aku melihat seakan-akan Al-Quran dan sunnah berada didepan mataku, maka aku
melakukan istinbath hukum sebanyak tujuh puluh dua masalah fikih yang berguna bagi
kaum muslimin. Tidak ada waktu untuk melaksanakan qiyamulail.”
“Aku shalat subuh bersamamu tanpa wudhu‟, demi Allah, mataku tidak
merasakan tidur walau sedikitpun, oleh sebab itu aku tidak perlu memperbaharui
wudhu‟ku. Sepanjang malam aku terjaga. Maka aku melaksanakan shalat subuh dengan
wudhu‟ shalat isya.'”
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
No. : 403/AS/KOM/XI/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Seorang lelaki memiliki seekor lembu yang tidak dimiliki orang lain, kemudian ia
menjualnya seharga tiga ribu Lira. Ia telah menerima uang penjualannya dan
meletakkannya didalam dompet, lalu menyelipkan dompetnya didalam pakaiannya.
Ketika malam tiba, sebagian besar masyarakat menetap di dalam rumah karena
malam itu sangat dingin. Pria bernama Abu Hasan itu dan istrinya duduk di kamar
mereka yg sederhana. Ketika Ummu Hasan istrinya sedang menyusui anaknya, tiba-tiba
ada suara ketukan pintu. Abu Hasan lalu membuka pintu dan mendapati seorang laki-
laki yang gemetar karena kedinginan.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Abu hasan berkata, “Apa yang bisa kami lakukan untukmu? Kami keluarga
miskin, rumah kami sempit, sehingga kami tidak bisa menyambut tamu.”
Abu hasan berkata, “Kami tidak memiliki ruang lain selain kamar ini. Saya, istri
saya dan bayi kami yang masih kecil tidur disini. Maafkanlah kami karena tidak ada
tempat lain untukmu.”
Laki-laki itu berkata, “Aku tidur di pojok ini dan kamu tidur dipojok sana. Kamu
bisa membuat tirai diantara kita. Semoga Allah memberi balasan kepadamu.”
Akhirnya hati Abu Hasan lunak kepada laki-laki itu. Istrinya berkata, “Semoga
Allah menolong kita wahai suamiku. Semoga Allah menolak musibah dari kita karena
kebaikan tamu asing ini.”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Abu hasan dan istrinya menerima tamu itu, kemudian mereka kembali ke tempat
tidur setelah menyiapkan penutup kepala dan kasur untuk tamu tersebut. Tak lama
berselang, Abu Hasan dan istrinya tertidur karena mereka lelah bekerja dan hari telah
larut malam. Sementara laki-laki itu mengawasi mereka berdua hingga benar-benar
yakin bahwa semua telah tertidur pulas.
Di samping mereka, ada bayi yang masih kecil, kemudian laki-laki itu bangkit
dari kasurnya, perlahan lahan ia mendatangi tempat bayi itu, lalu ia membawanya
keluar kamar dan ia letakkannya jauh dari halaman rumah. Kemudian ia kembali ke
kasurnya, ia berpura-pura tidur.
Lalu mereka berdua sampai ke tempat bayi itu berada, Ummu Hasan mengambil
dan mengendong bayi itu seraya berkata, “Alangkah malangnya engkau wahai anakku,
apa yang membuatmu keluar dari kasurmu pada malam dingin seperti ini?”
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Ketika Abu Hasan dan istrinya membawa bayi Mereka menuju kamar, tiba tiba
atap rumah mereka runtuh dan rumah itu hancur lebur. Mereka tegak berdiri. Para
tetangga mendengar suara retakan kayu-kayu dan jatuhnya atap rumah. Mereka datang
untuk memberikan pertolongan.
Abu Hasan berkata, “Wahai warga, ada tamu kami di dalam rumah. Kita mesti
menolongnya sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.”
Abu hasan masuk ke dalam rumah ditemani beberapa orang tetangga, mereka menuju
tempat tamu tersebut namun mereka tidak menemukannya.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Ternyata tamu itu adalah pencuri yang telah ada sejak di pasar. Ia melihat Abu
Hasan menjual lembunya dan meletakkan uangnya dalam kantong. Ia berencana
mencuri kantong uang tersebut. Maka iapun membuat rencana utk mencuri uang itu.
Pencuri itu membuat rencana, akan tetapi Allah mengawasi.
Jika manusia lalai, sesungguhnya kuasa Allah tidak pernah lalai. Inilah balasan
yang segera untuk dosa yang sangat jahat. Sesungguhnya dalam peristiwa itu terdapat
pelajaran bagi orang-orang yang memiliki hati.
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
AHAD STORY
No. : 404/AS/KOM/XI/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Sultan Abdul Azis sedang berkunjung ke Mesir. Dalam satu kesempatan dia
mengunjungi mesjid Al-Azhar dengan ditemani oleh Al-Khedewi Ismail.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Ketika utusan itu datang menemui imam mesjid al-Azhar untuk memberikan
kantong uang tersebut, Imam mesjid al-Azhar memegang tangan utusan tersebut sambil
berkata, “Katakanlah kepada orang yang mengutusmu, sesungguhnya orang yang
mengulurkan kakinya tidak akan mengulurkan tangannya.”
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai
❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁❁═❁
AHAD STORY
No. : 405/AS/KOM/XI/2020
◆=¤==◆==¤◇◆◇¤==◆==¤=◆
Diriwayatkan bahwa ada seorang raja Persia, yang ketika tukang masak
menyajikan makanan untuknya, tanpa sengaja si tukang masak menumpahkan setetes
makanan ke atas meja makan sang Raja, hingga raja itu marah sejadi jadinya.
Kemudian, diputuskanlah bahwa tukang masak itu akan dijatuhi hukuman mati
sebagai akibat dari kecerobohannya. Mendengar dirinya akan dihukum mati, tukang
masak itu lalu mengambil sebuah bejana besar, lalu mengisinya dengan makanan dan
kemudian melemparkannya ke atas meja makan dan kepada sang Raja.
--◊--◊--◊--◊--◊--◊--◊--
Raja itu lalu berkata, “Apa yang membuatmu melakukan ini? Bukankah engkau
telah tahu bahwa satu tetes saja yang engkau jatuhkan menyebabkanmu akan dijatuhi
hukuman mati.”
Tukang masak itu menjawab, “Aku malu jika banyak orang akan mendengar lalu
membicarakan bahwa Raja itu menjatuhi hukuman mati dan menghalalkan darahku
padahal aku telah mempersembahkan pelayanan terbaikku dan aku menjaga
Kumpulan Artikel “Ahad Story” KUTUB 195
kemuliaannya, tapi ia menjatuhi aku hukuman mati hanya karena satu tetes makanan
yang karena kekeliruan tanganku. Aku ingin agar ia memperbesar kesalahanku agar ia
menjatuhi aku hukuman mati dengan baik dan agar hukuman mati yang ia tetapkan itu
dapat diterima karena dijatuhkan kepada seseorang sepertiku.”
==========☆☆☆============
═❁ SEDEKAH KUTUB ❁═
Bank Muamalat (kode bank 147) atas Nama Komunitas Tahajjud Berantai