Penulis:
Nur Zaman, Deddy Wahyudin Purba, Ismail Marzuki
Ita Aristia Sa'ida, Danner Sagala, Bonaraja Purba, Tioner purba
Dewi Marwati Nuryanti, Diah Retno Dwi Hastuti, Mardia
Penulis:
Nur Zaman, Deddy Wahyudin Purba, Ismail Marzuki
Ita Aristia Sa'ida, Danner Sagala, Bonaraja Purba, Tioner Purba
Dewi Marwati Nuryanti, Diah Retno Dwi Hastuti, Mardia
Penerbit
Yayasan Kita Menulis
Web: kitamenulis.id
e-mail: press@kitamenulis.id
WA: 0821-6453-7176
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya serta kemampuan yang
diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan buku
kolaborasi Ilmu Usahatani. Di dalam penyusunan buku kolaborasi Ilmu
Usahatani, penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan penulis dalam menyelesaikan buku ini. Tetapi sebagai
manusia biasa, penulis tidak luput dari kesalahan maupun kekhilafan baik
dari segi teknik penulisan ataupun tata bahasa yang kami gunakan.
Akhir kata, untuk penyempurnaan buku ini, kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca sangatlah berguna untuk penulis kedepan.
vi Ilmu UsahaTani
Semoga buku ini dapat memberi manfaat kepada pembaca serta generasi
penerus yang akan datang.
Penulis
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Pengantar ...................................................................................................... 1
1.2 Kontrak Perkuliahan.................................................................................... 3
1.3 Rancangan Pembelajaran Semester ........................................................... 4
1.4 Definisi Ilmu Usahatani .............................................................................. 8
1.5 Ruang lingkup Ilmu Usahatani ................................................................... 9
1.5.1 Usahatani Kehutanan ......................................................................... 11
1.5.2 Usahatani Peternakan......................................................................... 12
1.5.3 Usahatani Perikanan........................................................................... 13
1.5.4 Usahatani Perkebunan ....................................................................... 14
1.1 Pengantar
Sektor pertanian masih merupakan tumpuan bagi sebagian besar negara
berkembang, karena dapat menyerap cukup besar tenaga kerja. Namun, tenaga
kerja yang bekerja pada sektor pertanian justru mendapat upah yang lebih
rendah dibandingkan dengan sektor yang lain. Sektor pertanian berperan
penting dalam melakukan transformasi struktural untuk pembangunan
ekonomi dan kelangsungan hidup masyarakat di pedesaan (Newman, Singhal
and Tarp, 2020). Pangsa penyerapan tenaga kerja terbesar masih berada pada
sektor pertanian, meskipun ada kecenderungan menurun dalam setiap tahun
(Kementerian Pertanian Republik Indonesia, 2016).
Sebagai ilmu pengetahuan, usahatani adalah ilmu yang mengkaji tentang
bagaimana metode yang digunakan oleh petani dalam menggunakan faktor-
faktor produksi pertanian seperti manajemen, lahan, teknologi, pupuk, modal,
tenaga kerja, benih dan obat pembasmi penyakit dan hama tanaman dengan
efektif, efisien dan berkelanjutan serta mengelola sumber daya, sehingga usaha
tersebut dapat memberikan manfaat dan keuntungan semaksimal mungkin
pada saat tertentu. Usahatani dikatakan efektif apabila dapat mengelola sumber
daya alam yang tersedia dengan semaksimal mungkin, serta dikatakan efisien
apabila petani memanfaatkan sumber daya alam tersebut agar mampu
mendapatkan hasil yang lebih banyak. Sedikit banyaknya produksi yang
2 Ilmu Usahatani
diperlukan dan berkontribusi untuk menjaga harga pangan agar tetap rendah
untuk memberi makan tenaga kerja disektor lain serta berfungsi untuk
pengembangan sektor industri yang lebih modern.
5. Final Test 20 %
6. Mid dan Final Test Wajib diikuti Mahasiswa(i)
7. Kehadiran Mahasiswa Minimal 75 % baru boleh mengikuti Final Test.
8. Protes Nilai Mahasiswa dilayani Paling Lambat Satu Minggu Setelah
Nilai Keluar.
Pendahuluan
Mahasiswa :
- Kontrak
- Memahami - Kehadiran
Belajar - Ceramah
prinsip ilmu - Keaktifan
- Menjelaskan - Diskusi
1 usahatani dikelas
RPS
- Mengetahui Interaktif
- Definisi ilmu - Sikap
tujuan dan
Usahatani
maksud
- Ruang lingkup
perkuliahan
ilmu usahatani
Usahatani Di - Kehadiran
Mahasiswa - Ceramah
Indonesia - Keaktifan
2 Mengetahui - Diskusi
usahatani - Gambaran Interaktif dikelas
yang ada di usahatani di - Kesesuaian
Indonesia Indonesia penjelasan
Bab 1 Pendahuluan 5
Mahasiswa - Kehadiran
Unsur-Unsur - Ceramah Membuat - Keaktifan
Mengetahui
Usahatani - Diskusi Makalah
& dikelas
Kelompok Tentang
4 Menjabarkan - Tanah - Kesesuaian
Unsur
Unsur Unsur - Tenaga Kerja penjelasan
Unsur
Dalam - Modal dengan
Usahatani
Usahatani - Manajemen konsep dan
teori
antisipasi dengan
Risiko yang - Risiko konsep dan
akan dihadapi Usahatani teori
dalam
membuat
Usahatani
Mahasiswa Penelitian
mampu Usahatani Membuat - Kehadiran
Memahami - Sumber Data - Praktek Makalah - Keaktifan
langkah awal - Metode ber- dikelas
Lapang
7 dalam kelompok - Kesesuaian
Pengumpulan
melakukan tentang penjelasan
tahapan Data
penelitian dengan
sebuah - Pendekatan usahatani konsep dan
penelitian Penelitian teori
Usahatani
Ujian - Kehadiran
8 Ujian Tengah
Tertulis - Orientasi
Semester (UTS)
Tanya Jawab
Mahasiswa Modal Dan Alat
Mengetahui Alat Dalam - Kehadiran
& Memahami Usahatani - Ceramah - Keaktifan
berapa modal - Diskusi dikelas
dan Peralatan - Konsekuensi Interaktif
9 Modal dan - Kesesuaian
yang
dibutuhkan Peralatan penjelasan
dalam - Pembagian dengan
Melakukan Modal konsep dan
Usahatani - Pengertian teori
Modal
Tenaga Kerja
Dalam
Usahatani
Mahasiswa Membuat - Kehadiran
- Peran Petani Makalah
mampu - Keaktifan
menghitung - Kebutuhan dan berkelomp
dikelas
kebutuhan Distribusi Praktek ok tentang
10 - Kesesuaian
dan distribusi Tenaga Kerja Lapang Tenaga
Kerja penjelasan
tenaga kerja - Tenaga kerja dengan
dalam dalam
Keluarga dan konsep dan
Usahatani Usahatani
Diluar Keluarga teori
- Karakteristik
Tenaga Kerja
Dalam
Bab 1 Pendahuluan 7
Usahatani
Mahasiswa - Kehadiran
dapat Keuntungan - Ceramah Tugas - Keaktifan
Menghitung Usahatani - Diskusi Individu
dikelas
Analisis - Analisis Interaktif Membuat
13 - Kesesuaian
Keuntungan Keuntungan Analisis
dalam - Menghitung Keuntunga penjelasan
Melakukan Keuntungan n usahatani dengan
Usahatani Usahatani konsep dan
teori
8 Ilmu Usahatani
Mahasiswa
Mampu - Kehadiran
Melakukan Evaluasi
- Keaktifan
observasi Usahatani - Ceramah dikelas
menganalisis - Kelayakan - Diskusi
14 - Kesesuaian
& Usaha Interaktif penjelasan
Menghitung - Perhitungan
Kelayakan Kelayakan dengan
Suatu Usaha konsep dan
Usahatani teori
Usahatani Dan
- Kehadiran
Mahasiswa Agro- - Ceramah
dapat - Keaktifan
Industri - Diskusi
melakukan dikelas
15 - Konsep Interaktif
analisis agro - Kesesuaian
Agroindustri
industri dan penjelasan
- Analisis
meng hitung dengan
Agroindustri
nilai tambah konsep dan
dan Nilai
teori
Tambah
- Ujian
Tertulis - Kehadiran
Ujian Akhir
16 Materi - Orientasi
Semester/Final
pertemuan - Tanya
Test
ke 9 - 15 Jawab
Gambar 1.1: Hubungan Ilmu Usahatani Dengan Ilmu Lainnya (Saeri, 2018)
Bab 1 Pendahuluan 11
Coklat adalah varietas tanaman yang banyak diusahakan di area hutan sebagai
tanaman campuran dengan pola agroforestry, karena selain mampu menekan
terjadinya degradasi hutan, buahnya sangat bernilai ekonomis.
Tanaman lain yang bisa dikembangkan dengan pola agroforestri adalah kopi,
karena mempunyai fungsi ekologi pada lahan yang mempunyai kemiringan
terjal, tanaman kopi juga mempunyai fungsi ekonomi karena buahnya yang
banyak disukai banyak orang. Pisang juga menjadi jenis yang banyak ditanam
oleh masyarakat disekitar pinggiran hutan, meskipun tanaman pisang
merupakan tanaman yang tidak berkayu. Tanaman pisang dapat memberikan
produksi yang lebih banyak secara ekonomi kepada masyarakat, karena
tanaman pisang lebih cepat berkembang serta kontinyu dibanding tanaman
lain. Agroforestri dengan pola kemiri, kakao, kopi dan pisang dapat
memberikan keuntungan baik secara ekonomi, sosial maupun ekologi
(Nandini, 2018).
pasar domestik yang potensial, (b) didukung oleh tempat untuk penyediaan
pakan ternak yang murah dan luas, (c) ketersediaan kelembagaan dan tenaga
kerja, (d) ketersediaan sumber daya genetik ternak, dan (e) ketersediaan
inovasi teknologi pola integrasi. Pada umumnya usahatani yang melibatkan
integrasi antara tanaman dengan ternak, seperti antara ternak dengan tanaman
perkebunan, tanaman hortikultura dan tanaman pangan dapat menghasilkan
keuntungan yang cukup banyak. Kontribusi ternak di dalam sistem ternak
dengan tanaman bervariasi, mulai dari 5 sampai 75 % tergantung sistem
integrasi yang digunakan (Diwyanto, Priyanti and Saptati, 2007). Produk
utama peternakan Indonesia yang diperdagangkan di pasar internasional terdiri
dari ternak hidup sumber daging (kerbau, babi, kambing, sapi), produk daging
(kambing/domba, sapi, ayam), susu dan telur. Laju pertumbuhan nilai impor
sub sektor peternakan sebesar 33,9% per tahun, sedangkan laju pertumbuhan
ekspor sebesar 43,8% per tahun (Kementerian Pertanian Republik Indonesia,
2016).
Indonesia mempunyai luas lautan sekitar 3,25 juta km2 dan daratan sekitar
2,01 juta km2. Zona laut Indonesia lebih luas dibandingkan dengan zona
daratan. Artinya, terdapat potensi produksi perikanan unggulan yang dapat
dibudidayakan baik diwilayah laut maupun wilayah daratan. Kegiatan
budidaya perikanan terdiri dari budidaya air laut, air tawar dan air payau.
Subsektor perikanan menjadi salah satu sektor andalan untuk dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional melalui jalur ekspor. Salah satu komoditi air
tawar yang mempunyai peluang cukup baik untuk dibudidayakan sebagai ikan
konsumsi yaitu ikan lele dumbo. Namun bukan saja ikan lele dumbo yang bisa
dibudidayakan diwilayah daratan, akan tetapi terdapat jenis ikan lain, seperti
ikan nila, gurami, bawal dan patin (Mahsaiba, Tarigan and Salmiah, 2013).
Selain itu, di negara Indonesia terdapat sekitar 555 spesies rumput laut, 950
spesies biota laut (terumbu karang) dan 8.500 spesies ikan, karena Indonesia
mempunyai sekitar 16.000 pulau dan kekayaan keanekaragaman hayati laut
(Anonim, 2020).
Data statistik BPS menunjukkan, salah satu sektor ekonomi yang tidak
terpengaruh oleh krisis ekonomi adalah sektor pertanian, karena dalam kondisi
krisis seperti dewasa ini, sektor ini masih memberikan pertumbuhan yang
positif. Pertumbuhan nilai ekspor komoditi hasil sektor pertanian mengalami
pertumbuhan positif sebesar 0,22% ditahun 1998. Sementara pertumbuhan
sektor lain negatif, misalnya pertumbuhan sektor pertambangan dan migas
negatif 4,16%, dan pertumbuhan sektor industri negatif 12,74%. Pertumbuhan
total pun mengalami penurunan menjadi menjadi 13,68% dalam sepuluh tahun
terakhir ini, yang berarti telah terjadinya penurunan produksi total sebesar
angka tersebut.
Ini memberikan indikasi bahwa sektor pertanian memiliki kekenyalan dalam
menghadapi masalah pertumbuhan ekonomi. Di samping memiliki kekenyalan
sektor pertanian pun memberikan manfaat lain yang lebih primer di masa
krisis ekonomi dewasa ini, yakni berpotensi untuk melepaskan diri dari beban
impor untuk bahan pangan rakyat. Seperti telah diketahui bersama, pada masa
lalu bahan pangan masih menjadi beban bagi devisa kita. Hal ini sangat ironis
dengan identitas sebagai bangsa agraris.
Eksistensi sektor pertanian semakin kuat karena secara nasional krisis
ekonomi telah menyebabkan terjadinya pergeseran struktur PDB. Sektor
pertanian mengalami kenaikan perannya dari 16,01% menjadi 18,82%.
Keadaan ini menjungkirbalikkan struktur ekonomi karena dalam beberapa
16 Ilmu Usahatani
Menurut Soekartawi (1986) usahatani masih dilakukan oleh petani kecil, maka
telah disepakati batasan petani kecil. Pada seminar petani kecil di Jakarta pada
tahun 1979, menetapkan bahwa petani kecil didefinisikan sebagai berikut:
a. Petani yang pendapatannya rendah, yaitu kurang dari setara 240 kg
beras per kapita per tahun.
b. Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 ha
lahan sawah untuk di P.Jawa atau 0,5 ha di luar P.Jawa. Bila petani
tersebut juga memiliki lahan tegal maka luasnya 0,5 ha di P. Jawa
dan 1,0 ha di luar P.Jawa.
c. Petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas.
d. Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamis.
Dari segi otonomi, ciri yang sangat penting pada petani kecil adalah
terbatasnya sumber daya dasar tempat petani tersebut berusahatani. Pada
umumnya mereka hanya menguasai sebidang lahan kecil, disertai dengan
ketidakpastian dalam pengelolaannya. Lahannya sering tidak subur dan
terpencar-pencar dalam beberapa petak. Mereka sering terjerat hutang dan
tidak terjangkau oleh lembaga kredit dan sarana produksi. Bersamaan dengan
itu, mereka menghadapi pasar dan harga yang tidak stabil, mereka tidak cukup
informasi dan modal.
Walaupun petani-petani kecil mempunyai ciri yang sama yaitu memiliki
sumber daya terbatas dan pendapatan yang rendah, namun cara kerjanya tidak
sama. Karena itu petani kecil tidak dapat dipandang sebagai kelompok yang
serba sama, walaupun mereka berada di suatu wilayah kecil. Jelas bahwa hal
ini diperlukan penelitian-penelitian mengenai usahatani di bebagai daerah
dengan berbagai karakteristik petani, iklim, sosial, budaya yang berbeda,
sehingga diperoleh perumusan masalah yang dapat digunakan untuk
merumuskan suatu kebijakan.
Menurut Tohir (1983), Tingkat pertumbuhan dan perkembangan usaha tani
dapat diukur dari berbagai aspek. Ciri-ciri daerah dengan pertumbuhan dan
perkembangan usahatani, adalah :
18 Ilmu Usahatani
Ketiga faktor tersebut akan menentukan para petani dalam melakukan kegiatan
usahatani. Menurut Ken (2015) dalam(Saeri, 2018) klasifikasi usahatani dapat
dibagi menjadi empat bagian, antara lain:
1. Corak dan sifat
Kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani menurut corak dan sifatnya
terbagi menjadi dua yaitu subsiste dan komersial. Usahatani yang
dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri disebut subsiste
sedangkan usahatani yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan
dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas hasil produksinya disebut
usahatani komersial.
2. Organisasi
Usahatani menurut organisasinya dapat dibagi kedalam tiga kelompok,
pertama yaitu individual, di mana dalam melakukan kegiatan usahatani
seluruh proses mulai dari perencanaan, pengelolaan lahan, penanaman,
perawatan, pemanenan hingga pemasaran dilakukan sendiri beserta
keluarganya. Kedua kolektif, di mana dalam proses usahatani dilakukan
oleh suatu kelompok. Ketiga kooperatif, usahatani yang prosesnya
dikerjakan sendiri, hanya saja ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh
kelompok seperti halnya pemasaran, pembelian saprodi dan lain-lain.
3. Pola Usahatani menurut pola yang dilakukan dibagi kedalam tiga
kelompok. Pertama yaitu pola khusus, usahatani ini hanya melakukan
satu cabang dalam kegiatan usahataninya seperti usahatani tanaman
pangan, usahatani hortikultura, usahatani peternakan dan lain-lain.
Kedua, pola tidak khusus yaitu melakukan beberapa cabang usahatani
secara bersama-sama akan tetapi memiliki batas yang jelas. Ketiga,
usahatani campuran yaitu melakukan beberapa cabang usahatani
dalam satu lahan tanpa ada batas. Seperti mina padi, tumpang sari
dan lain-lain.
4. Tipe Tipe usahatani dapat dilihat dari berdasarkan komoditas yang di
usahakan, seperti halnya usahatani jagung, usahatani padi, usahatani
kambing dan lain-lain.
Bab 2 Usaha Tani di Indonesia 21
d. Corak usahatani
Corak usahatani berdasarkan tingkatan hasil pengelolaan
usahatani yang ditentukan oleh berbagai ukuran/kriteria, antara
lain:
§ Nilai umum, sikap dan motivasi
§ Tujuan produksi
§ Pengambilan keputusan
§ Tingkat teknologi
§ Derajat komersialisasi dari produksi usahatani
§ Derajat komersialisasi dari input usahatani
§ Proporsi penggunaan faktor produksi dan tingkat
keuntungan
§ Pendayagunaan lembaga pelayanan pertanian setempat
§ Tersedianya sumber yang sudah digunakan dalam usahatani
§ Tingkat dan keadaan sumbangan pertanian dalam
keseluruhan tingkat ekonomi.
e. Bentuk usahatani
Bentuk usahatani dibedakan atas penguasaan faktor produksi oleh
petani, yaitu :
§ Perorangan
Faktor produksi dimiliki atau dikuasai oleh seseorang, maka
hasilnya juga akan ditentukan oleh seseorang.
§ Perorangan
Faktor produksi dimiliki secara bersama, maka hasilnya
digunakan dibagi berdasar kontribusi dari pencurahan faktor
yang lain. Dari hasil usahatani kooperatif tersebut
pembagian hasil dan program usahatani selanjutnya atas
dasar musyawarah setiap anggotanya seperti halnya
keperluan pemeliharaan dan pengembangan kegiatan sosial
dari kelompok kegiatan itu antara lain: pemilikan bersama
alat pertanian, pemasaran hasil dan lain-lain (Shinta, 2011).
3. Menurut Polanya
Pola usahatani ditentukan menurut banyaknya cabang usahatani yang
diusahakan. Berdasarakan jumlah cabang usahatani yang diusahakan
usahatani dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Usahatani Khusus
Apabila usahatani hanya mempunyai satu cabang saja maka
disebut dengan usahatani khusus. Contohnya: usahatani
tembakau, usahatani padi, usahatani sapi perah. Faktor yang
memengaruhi petani memilih hanya 1 cabang ialah keadan fisik
tanah yaitu apakah mendapat air pengairan sepanjang tahun
sehingga cocok ditanami padi. Prinsip keuntungan komperatif
yaitu mengusahakan cabang usahatani yang memberikan
28 Ilmu Usahatani
c. Topografi
Pengaruh topografi pada tipe usahatani berhubungan erat dengan
iklim dan tanah. Perbedaan tinggi diatas permukaan laut
menyebabkan perubahan pada iklim. Makin tinggi suatu tempat
dari permukaan laut makin rendah suhunya dan makin panjang
masa tumbuhnya. Hal ini berarti harus ada perbedaan tipe usaha
tani di dataran tinggi dengan dataran rendah. Tanah-tanah subur
umumnya terdapat di dataran rendah.
Topografi juga penting sehubungan dengan penggunaan alat-alat
mekanisasi. Mesin-mesin pertanian sukar digunakan ditanah yang
tidak datar. Karena itu di daerah yang berbukit kurang tepat
untuk tanaman intensif yang memerlukan banyak tenaga kerja
pada musim menanam dan musim panen. Perkembangan
penggunaan alat-alat mekanisasi memengaruhi perkembangan
usaha tani karena pengaruhnya terhadap biaya produksi, sebagai
contoh ialah pemindahan penanaman kapas yang tadinya
diusahakan dari tanah-tanah miring ke daerah-daerah datar.
Pengaruh topografi penting juga artinya pada perbedaan
tataniaga. Jarak yang sama jauhnya lebih cepat ditempuh pada
tanah datar dari pada tanah miring. Dengan demikian topografi
memengaruhi penjualan hasil usaha tani ke pasar. Daerah-daerah
dataran tinggi yang jauh dari pasar umumnya ditanami tanaman-
tanaman yang tahan lama, sehingga risiko kerusakan karena
lamanya tiba di pasar dapat dihindari.
3.1 Pendahuluan
Usaha tani merupakan upaya dan usaha petani memanfaatkan dan
menggunakan seluruh sumber daya yang mereka miliki baik lahan, air, pupuk,
obat-obatan, pestisida, tenaga termasuk modal berupa uang dalam usaha
pertanian yang dilakukan secara efisien, agar dapat diperoleh hasil produksi
maksimal dan memperoleh keuntungan finansial. Bentuk usaha tani yang
dapat dijalankan oleh para petani di antaranya usaha tani pertanian, peternakan,
perkebunan dan bentuk usaha tani terkait lainnya (Harini, Nurdin and Aprilia,
2014). Beberapa aspek yang dapat dikaji dan di optimalkan oleh para petani
sebagai pelaku usaha tani pada suatu usaha tani terdiri atas: (1) pola usaha tani
sawah dengan sistem irigasi dan pengairan sistem tadah hujan; (2) tipe usaha
tani berupa klasifikasi berdasarkan jenis penyusunan tanaman budidaya yang
diusahakan; (3) aspek penyusunan dan metode penanaman pada area budidaya
dengan memiliki satu jenis tanaman dalam satu area usaha pertanian; (4)
bentuk usaha tani dapat dilakukan secara perseorangan, berkelompok dan
dilakukan dalam waktu yang sama (Afandi, 2011).
Revitalisasi sektor pertanian akan berarti signifikan dan langsung dapat
berimplikasi terhadap perekonomian rakyat, sekiranya dapat difokuskan pada
revitalisasi spesifik pada usaha tani. Mungkin tidak disadari bahwa sejak
dahulu hingga kini petani belum mendapatkan akses pendidikan dan
36 Ilmu Usahatani
pengetahuan yang memadai tentang ilmu dan teknologi usaha tani. Sejauh ini
kebijakan pemerintah terkait dengan usaha tani dengan fokus pada
pembangunan pertanian perdesaan dengan prioritas pada agrobisnis atau
bagaimana petani dapat meningkatkan produksi yang kerap kali dilakukan
dengan cara memperluas lahan garapan (Anggita, 2013). Hal ini menunjukkan
bahwa pemerintah dengan regulasi yang ada belum mampu menyentuh petani
pada aspek pembangunan yang mengadopsi pola pemberdayaan industri atau
bagaimana regulasi agar pembangunan pertanian tidak dengan model
perluasan lahan garapan (Wigena and Andriati, 2016).
Faktor alam juga sangat menentukan pada usaha tani dan sulit dikendalikan
karena bukan dalam kaitannya dengan teknologi, mesin, dan manusia. Iklim
dan cuaca merupakan faktor penentu dan utama terhadap produktivitas dan
pertumbuhan tanaman budidaya. Berdasarkan kondisi tersebut, maka sistem
produksi pertanian dunia ini didasarkan pada kebutuhan tanaman setahun,
kecuali untuk beberapa jenis tanaman lainnya, seperti pisang, kelapa dalam,
kacang-kacangan dan buah-buahan, sedangkan sayur berupa asparagus. Jenis
tanaman ini dikembangkan pada kondisi pertanian yang memerlukan
perlakuan atau tidak ada perlakuan yang dapat diterapkan di dalamnya
(Wigena and Andriati, 2016)
Akibat pengaruh iklim dan cuaca, ternyata berpengaruh besar terhadap
pertumbuhan tanaman, sehingga mengakibatkan produktivitas pertanian
berubah-ubah. Perubahan cuaca secara tiba-tiba, berpengaruh signifikan
terhadap pertanian dibandingkan pengaruh perubahan cuaca rata-rata. Iklim
dan cuaca faktor alam yang selalu dialami oleh petani dalam kondisi tidak
pasti, terkadang perubahan cuaca lebih besar dari perkiraan, sehingga petani
sulit untuk melakukan antisipasi, bahkan menemui kesulitan dalam
mengatasinya, namun sebaliknya perubahan cuaca seringkali lebih rendah dari
perkiraan petani, hal ini juga menimbulkan masalah pada pembiayaan dari
antisipasi yang dipersiapkan namun tidak termanfaatkan (Shinta, 2011).
Fenomena ini merupakan kondisi yang berpengaruh pada pertumbuhan dan
produktivitas produksi usaha tani.
Unsur pokok usaha tani yang meliputi sekurang-kurangnya 4 aspek, yakni
tanah atau lahan, tenaga kerja, manajemen pengelolaan dan modal. Di antara
empat aspek pokok di atas, lahan merupakan masalah utama dan sudah sangat
umum diketahui sebagai salah satu faktor penghambat dalam usaha tani.
Mengapa demikian?, karena tanah/lahan merupakan unsur utama dalam
produksi usaha tani dan memiliki sifat: (1) relatif langka dan sulit diperoleh,
Bab 3 Unsur-Unsur Usaha Tani 37
(2) luas lahan usaha tani relatif tetap atau dianggap konstan sementara
penggunaan atau penerima manfaat dari usaha tani cenderung meningkat; (3)
tidak dapat digeser atau dipindahkan; (4) rentan diperjualbelikan karena
kebutuhan dan desakan hidup, dan (5) distribusi penguasaan lahan oleh
masyarakat pelaku usaha tani relatif tidak merata (Indra, 2018). Kondisi
tersebut merupakan potret dari keadaan pertanahan dan usaha tani bidang
pertanian di Indonesia yang hingga kini belum dapat dipetakan secara
keseluruhan.
Kondisi di atas adalah analisis yang baru menyorot pada aspek kepemilikan,
distribusi lahan usaha tani, sementara faktor lainnya terkait dengan lahan masih
sangat banyak dan butuh pemecahan, seperti: kemampuan tanah untuk
dimanfaatkan, kemampuan berproduksi, dan kontinuitas dalam berproduksi.
Selain itu kita masih mengidentifikasi hal lain terkait dengan lahan usaha tani
yang berkaitan dengan klasifikasi lahan berdasarkan kemampuannya dalam
menopang beban dan potensi risiko yang mungkin dalam usaha tani,
khususnya yang berkaitan dengan kemampuan tanah dengan tekstur dan
kontur lahan lereng, kedalaman tanah, drainase, tekstur bawah, permeabilitas,
derajat kelembaban dan risiko kebanjiran, longsor dan lain sebagainya (Dariah
et al., 2015). Permasalahan lainnya terkait dengan lahan usaha tani adalah
hingga saat ini belum ada hasil pemetaan menyeluruh kaitannya dengan
kemampuan tanah dan karakteristik lahan secara lengkap, dengan demikian
secara langsung atau tidak langsung menyulitkan petani sebagai pelaku usaha
tani untuk melakukan intervensi atau tindakan dalam mengolah tanah yang
dikuasainya (Silehu and Arvianti, 2012).
Tertanganinya faktor-faktor utama produksi (lahan, tenaga kerja, modal dan
manajemen) dengan pengalokasian pengelolaan tertentu, tidak otomatis usaha
tani yang dilakukan telah tercapai efisiensi, hal ini disebabkan karena masih
terdapat faktor produksi lainnya seperti harga jual hasil produksi apakah masuk
dalam kategori tinggi dan dan harus diimbangi dengan menekan pembiayaan
sarana produksi, Jika kedua hal ini dapat dilakukan oleh pelaku usaha tani,
maka dikatakan bahwa telah melakukan efisiensi teknis dan efisiensi biaya
atau dikatakan telah melakukan efisiensi ekonomi (Saeri, 2018).
Beberapa faktor yang berperan dalam keberhasilan usaha tani, misalnya faktor
internal yang melekat pada usaha tani itu sendiri, seperti individu petani,
kelembagaan petani, tanah yang digunakan dalam usaha tani, tenaga internal
keluarga dan eksternal keluarga, biaya dan modal, tingkat penguasaan
teknologi, besaran biaya belanja keluarga, sedangkan faktor eksternal usaha
38 Ilmu Usahatani
dengan dibuat dalam model tera sering penanaman tanaman pelindung dan
faktor biaya lainnya sebagai tambahan dalam menjalankan jenis usaha tani
tersebut (Nuryanti and Swastika, 2016).
Lahan usaha tani adalah harta produktif dan merupakan bagian organisasi
dalam rumah tangga tani. Pada skala usaha tani di Indonesia, luas lahan sangat
menentukan pendapatan, tingkat kehidupan dan kesejahteraan. Setiap petak
tanah sebagai lahan usaha tani dengan karakteristik tertentu harus dapat
dipetakan dengan baik untuk menentukan jenis tanaman, keuntungan dan efek
negatif yang dapat timbul dengan pemanfaatan lahan untuk suatu jenis
komoditas budidaya dengan melihat kriteria kemampuan berproduksi dalam
jangka panjang berkelanjutan, volume produksi dan kemampuan lahan untuk
ditanami (Shinta, 2011)
Status lahan ialah bentuk pernyataan hubungan antara usaha tani dengan
penguasaan atau kepemilikan lahan, di mana status lahan garapan usaha tani
dapat berupa: (1) tanah hak milik atau tanak milik; (2) tanah sewa; (3) lahan
sakap; (4) lahan pinjaman; (5) tanah gadai; (6) sumber kepemilikan tanah oleh
pemerintah; (7) hak guna lahan. Jika melihat pada sumber kepemilikannya,
maka lahan yang dikelola oleh petani dapat dikelompokkan atas beberapa tipe
sesuai dengan proses penguasaan dan status tanah, yakni: disewa, dibeli,
disakap, warisan, pemberian oleh negara, wakaf, lahan pembukaan sendiri,
dan nilai tanah (Indra, 2018). Lahan usaha tani sebagai faktor produksi
mempunyai nilai yang ditentukan berdasarkan tingkat kesuburan atau kelas
tanah, ketersediaan fasilitas irigasi, letak lokasi terhadap jalan dan adanya
akses sarana perhubungan, adanya master plann pengembangan yang jelas dan
target waktu realisasi (Goansu, Mustakim and Idrus, 2019).
Fragmentasi lahan sering kali terjadi disebabkan oleh alam, sebab
pembangunan, sistem waris dan jual beli dengan model ganti rugi, adanya
pengelolaan yang tidak efisien dari segi waktu, tidak ada efisiensi pada sektor
perencanaan alat dan jenis usaha tani yang akan dilakukan, pengawasan yang
kurang dan juga penurunan produktivitas tanah. Faktor produksi pada usaha
tani juga ditentukan oleh produktivitas lahan yang dapat menghasilkan
produksi sebagai output atau kemampuan lahan untuk memproduksi per
satuan luas tanah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produktivitas
tanah dapat dijadikan sebagai ukuran efisiensi, sehingga produktivitas lahan
dapat ditingkatkan dengan intensifikasi, meningkatkan penggunaan lahan per
satuan waktu (Listiani, Setiadi and Santoso, 2019).
40 Ilmu Usahatani
oleh pembakaran fosil dan kebakaran hutan. Keadaan ini diperparah dengan
penebangan dan perilaku manusia dalam penggundulan hutan. Kadar gas
rumah kaca juga meningkat drastis yang bahkan sudah melebihi dari kadar
karbon dioksida, sehingga terjadi pemanasan yang menimbulkan efek
pemanasan global. Keadaan-keadaan demikian memberi dampak kurang
menguntungkan pada para pelaku usaha tani, karena pengaruh pemanasan
global tersebut, sehingga komoditas budidaya rentang mengalami gangguan
pertumbuhan, sehingga produksi yang diperoleh cenderung menurun dan
sebaliknya biaya pengelolaan justru relatif meningkat (Suratman, 2015).
Sebenarnya dalam kacamata keadaan dan pertumbuhan tanaman/tumbuhan
dengan meningkatnya gas CO2, menunjukkan trend positif, namun ketika
terjadi musim kemarau maka perkiraan produksi usaha tani sesuai dengan
pemodelan iklim sulit dipastikan, artinya hasil pertanian tidak dapat dipastikan.
Mencermati hal demikian maka diperlukan kreativitas tindakan petani, regulasi
oleh pihak berwewenang dan peran teknologi dari para ilmuwan untuk
melahirkan teknologi dan metode yang dapat beradaptasi pada perubahan
iklim dan fluktuasi cuaca yang dapat terjadi drastis (Marzuki, 2010).
Bab 3 Unsur-Unsur Usaha Tani 41
6. Petani merupakan warga sosial dan ciptaan Tuhan, maka tentunya petani
tidak dapat hidup sendiri tanpa ada bantuan orang lain. Petani membentuk
kelompok dalam keluarga, bermasyarakat tentunya akan loyal terhadap
ketetapan dan ketentuan serta aturan yang berlalu dalam masyarakat,
namun jika aturan tersebut mundur atau dilanggar, maka tentunya terdapat
sejumlah sanksi sosial yang akan di erima oleh petani tersebut. Model dan
peran petani sebagai bagian dari komunitas masyarakat membentuk
hubungan timbal balik antara keterikatan kelompok dengan pengembangan
dan pembaruan yang dapat dilakukan (Dariah et al., 2015).
Praktik peran petani di lapangan menunjukkan bahwa pertanian organik yang
menggunakan petani sebagai tenaga kerja lebih dominan dan rutin
dibandingkan pertanian dengan sistem konvensional. Peran ini berlaku
terutama pada masa peralihan. Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini
terjadi karena upaya kuat petani dalam mengoptimalkan dirinya untuk
berperan serta dalam pengoptimalan penggunaan bahan-bahan alami di
sekitarnya yang umumnya dikelola melalui interaksi ekologi dan biologi,
sehingga prosesnya dapat dilakukan sendiri dalam komunitas pertanian.
Fenomena ini dapat dimaknai sebagai bentuk pemberlakuan sistem barter
untuk tujuan menekan biaya dalam memperoleh asupan kebutuhan pertanian.
Tujuan lainnya adalah penggunaan tenaga kerja, perputaran uang, hanya terjadi
dalam komunitas yang terbatas dan secara tak langsung dapat menguatkan
tatanan ekonomi, kekeluargaan dan sosial masyarakat (Marzuki, 2012; Fadhla,
2017).
3.4 Permodalan
Model dalam arti ekonomi dapat dimaknai sebagai hasil produksi yang
disisihkan untuk dimanfaatkan dalam produksi selanjutnya. Modal adalah
faktor penting dari tiga faktor sebagai faktor produksi usaha. Modal dalam
usaha tani adalah seluruh kekayaan perusahaan yang dipergunakan dalam
kegiatan usaha tani yang merupakan kekayaan yang diinvestasikan dalam
usaha tani tersebut, dan menghasilkan pendapatan pada pemiliknya, di mana
model dipandang sebagai faktor produksi dan juga sebagai sub sistem produksi
yang di artikan bahwa jika modal ini tidak ada, maka dapat mengganggu
proses produksi pada kegiatan usaha tani. Modal dapat dibagi tiga, yaitu: (1)
land saving capital, yang mencakup bibit unggul, pupuk, dan (2) Labour
44 Ilmu Usahatani
saving capital, seperti traktor atau peralatan dalam pengolahan lahan. Unsur-
unsur modal dalam usaha tani, dan (3) Rice milk unit, yaitu peralatan atau
mesin produksi yang dapat mengubah bentuk dari pada/gabah ke produksi
semi jadi berupa beras (Fitria, 2018).
Berdasarkan kegunaannya, modal dibedakan atas dua bagian, yakni: (1) modal
aktif, yaitu modal langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan
produksi, contoh, pupuk, pembuatan tera-sering, dan (2) modal pasif, yaitu
modal untuk mempertahankan produksi usaha tani, misalnya kemasan produk
usaha tani seperti karung goni, kantong plastik, gudang untuk penyimpanan
dan lain-lain. Sedangkan modal berdasarkan waktu penggunaannya juga
dibedakan atas dua bagian, yakni: (1) modal produktif berupa modal yang
dapat secara langsung meningkatkan produksi, misalnya pupuk dan bibit
unggul, (2) modal prospektif adalah modal yang dapat menunjang dan
meningkatkan produksi dalam jangka waktu lama. Modal jika dilihat pada
aspek fungsi, terdiri atas (1) modal tetap adalah modal yang digunakan dalam
beberapa kali proses produksi. Modal tetap dibagi lagi atas dua bagian, yakni
modal tetap yang dapat bergerak atau dapat dipindahkan baik dalam keadaan
hidup maupun mati, contoh: cangkul, sabit, traktor, dan modal tetap yang tidak
bergerak baik hidup maupun mati, misalnya lahan, rumah dan lain-lain, (2)
modal tetap adalah modal yang hanya dapat dipergunakan dalam sekali proses
produksi, misalnya pupuk, pestisida, benih dan lain-lain (Anggita, 2013).
Modal berdasarkan jenis usaha tani, terdiri atas (1) modal sendiri adalah modal
yang dikeluarkan petani yang berasal dari tabungan atau sisa dari hasil usaha
tani sebelumnya, (2) modal pinjaman yaitu modal yang diperoleh petani di luar
dari pendapatan petani, berupa kredit formal, kredit non formal dan kemitraan,
(2) modal perusahaan pertanian merupakan sumber modal jangka panjang
suatu perusahaan yang sering disebut struktur modal, atau sumber yang dipilih
sebagai alternatif yang ditentukan pada besaran biaya tipe usaha, pendapatan
sebelumnya, (4) surat utang (Debentures) adalah dokumen yang digunakan
oleh usaha tani atau perusahaan untuk mendapatkan modal pinjaman yang
dibuat sebagai ikatan perjanjian peminjam dana jaminan untuk pembayaran
10-40 tahun mendatang, biasanya dua kali pembayaran dalam setahun
membayar, (5) saham pilihan (preference shares), yaitu pembayaran saham
pilihan yang dilakukan setelah debentures bila memungkinkan (Soegoto and
Sumarauw, 2014).
Permodalan merupakan salah satu faktor utama usaha tani yang dapat
dibedakan dalam dua kelompok utama yakni modal tetap dan modal lancar.
Bab 3 Unsur-Unsur Usaha Tani 45
Modal yang tidak bisa diperbaharui dalam waktu periode tertentu dan dalam
range pendek merupakan modal tetap, di antaranya: lahan, alat pertanian,
bangunan produksi/usaha tani dan sejenisnya. Terdapat modal lancar yang
dipahami sebagai bentuk permodalan yang dapat di perbaharui atau diubah
dalam jangka waktu pendek, seperti bibir, pupuk, dan obat-obatan, tenaga
kerja dan sebagainya. Menjalankan usaha tani tidak dapat lepas dari kebutuhan
modal, sehingga di dalamnya terdapat unsur pendanaan, arus kas dan
manajemen keuangan. Modal tidak tetap juga dapat diistilahkan modal
bergerak yang didasarkan pada jenis dan kedudukannya dalam usaha tani,
seperti uang tunai, piutang, bahan pertanian (pupuk, bibit dan obat-obatan,
ternak dan tanaman (Sholihah et al., 2020; Sa’diyah and Dyanasari, 2014).
Ketersediaan modal dapat berasal dari kepemilikan sendiri, kredit dari
koperasi, bank yang menyediakan fasilitas kredit khusus bagi petani, warisan
dan usaha lainnya, termasuk modal dengan sistem kontrak sewa. Namun
modal dari sistem sewa diatur dalam periode waktu tertentu sampai
peminjaman dapat mengembalikan modal yang dipinjamnya, sehingga terjadi
arus kas dan angsuran menjadi milik pemodal. Sistem ini berpotensi
melahirkan rentenir lokal yang tentu sangat merugikan, sehingga diperlukan
regulasi dan pengaturan-pengaturan dengan sejumlah persyaratan, ada
pembinaan, pengawasan dan alih pengetahuan dalam manajemen pengelolaan
keuangan (Normansyah, Rochaeni and Humaerah, 2014).
Kebutuhan modal dapat ditentukan dengan melihat nilai depresi dan
tergantung pada nilai awal, unsur ekonomis dan nilai sisa pada saat alat
tersebut sudah tidak memiliki nilai ekonomis lagi dengan persamaan
("#$"%)
Nilai depresiasi (ND) = '(
; ..................................................................... (1)
Keterangan: NP = nilai pembelian awal; NS = nilai sisa pada saat alat tidak
lagi bernilai ekonomis, UE = usia ekonomis atau jangka waktu alat digunakan
Nilai penyusunan alat usaha tani dihitung dari niali buku pada setiap
pembukuan dengan persentase tetap dengan persamaan nilai penyusutan
()$√"%)
X = 100 ; ............................................................................................... (2)
"#
3.5 Manajemen
Manajemen usaha tani merupakan bagian penting dan sekaligus salah satu
unsur utama usaha produksi. Kemampuan usaha tani adalah kemampuan
petani itu sendiri dalam melakukan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, mengkoordinasikan, evaluasi, pengawasan dan penyesuaian-
penyesuaian sebagai bagian dari upaya untuk memperoleh hasil usaha yang
maksimal dengan menerapkan sejumlah teknologi sederhana yang dikuasai,
agar usaha tani yang dijalankan mampu memberikan hasil sesuai yang
diharapkan. Pada praktiknya di lapangan terlihat bahwa petani di perdesaan
belum memiliki sistem dan pembukuan dalam pengelolaan keuangan usaha,
demikian pula kemampuan dan keterampilan petani dalam menjalankan sistem
arus kas. Kondisi demikian, sehingga petani diharapkan melakukan atau
menjalankan usaha tani dengan membentuk kelompok, sehingga perencanaan
dapat dilakukan secara bersama-sama (Purba et al., 2020; Supristiwendi and
Monika, 2015).
Manajemen pengelolaan usaha tani yang di perankan oleh petani selama ini
dengan sistem pengelolaan turun-temurun, artinya bahwa, meskipun petani
pada umumnya menjalankan praktik pengelolaan usaha tani tanpa melalui
pembukuan, bukan berarti bahwa petani tidak menerapkan sistem perhitungan
rugi laba, hal ini karena petani di perdesaan telah melakukan kegiatan usaha
tani sudah cukup lama karena pengelolaan usaha tani merupakan bagian dari
warisan orang tua, sehingga petani memiliki daya ingat yang kuat dan
dipandang telah menguasai sistem arus kas sederhana, meskipun dalam
praktiknya mereka tidak menjalankan usaha tani tersebut melalui pembukuan
atau pencatatan (Dariah et al., 2015).
Petani adalah bagian dari sub sistem yang saling berkaitan satu terhadap
lainnya dalam meningkatkan usaha tani, maka petani dalam mengelola usaha
tani perlu didorong dan dibantu dalam penguasaan manajemen pengelolaan
usaha tani. Artinya pemahaman dan pengetahuan dalam pengelolaan usaha
tani perlu diberikan kepada petani melalui pelatihan, workshop, simulasi
terkait dengan hal-hal dan faktor yang berkaitan dengan pengelolaan usaha tani
termasuk pengetahuan pencatatan dan pembukuan arus kas, akses pasar,
informasi, permodalan, akses sarana produksi, sehingga petani memahaminya
dengan baik, agar dapat memperoleh akses permodalan dan dapat menjalankan
manajemen usaha tani dengan baik dan unggul (Afandi, 2011).
Bab 3 Unsur-Unsur Usaha Tani 47
yang akan dialami pelaku usaha tani (Harini, Nurdin and Aprilia, 2014).
Kondisi demikian, maka dalam meminimalkan faktor risiko yang dapat
dialami oleh petani atau usaha tani adalah harus memperbaiki informasi,
analisis, melakukan survei atau observasi, sehingga tindakan yang
dilakukan dalam usaha tani tidak hanya didasarkan pada hal-hal yang
sifatnya mengandalkan pengalaman kejadian sebelumnya.
Sarana penunjang yang memadai sesuai yang diperlukan untuk menjamin
terlaksananya kegiatan usaha tani dengan lancar, sehingga mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Sarana yang dimaksud dapat berupa sarana fisik yaitu
semua peralatan kerja yang sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan
kerja dan kebutuhan sarana non-fisik, misalnya ketenangan kerja, perjanjian
yang jelas, sehingga terjamin bahwa kegiatan usaha tani yang dijalankan
benar-benar sesuai dengan tujuan dan memiliki manajemen yang jelas,
sehingga ada jaminan hasil yang dapat diperoleh seusia atau mendekati
harapan (Larasati, Budiraharjo and Sumarjono, 2019).
Faktor penunjang usaha tani yang lain selain faktor utama, di antaranya
aktivitas keahlian, pengorganisasian, pengoperasian. Faktor keahlian (skill),
yaitu keahlian dan kemampuan pengusaha untuk menjalankannya secara
mandiri. Keahlian-keahlian tersebut, di antaranya: (1) Technical skill, atau
keahlian teknis, yaitu keahlian yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan
yang sifatnya spesifik, sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan baik, (2)
human relation skill, yaitu keahlian berkomunikasi dan berinteraksi dengan
komunitas usaha tani dan masyarakat, (3) conceptual skill, atau keahlian
konseptual, yaitu keahlian berpikir secara abstrak, sistematis, termasuk hal-hal
yang berkaitan dengan diagnosa dan analisis masalah dalam situasi yang
berbeda-beda, (4) Decision making skill, merupakan suatu keahlian dalam
mengambil keputusan, mengidentifikasi masalah sekaligus menawarkan
alternatif pemecahannya, (5) Time managment skill, atau keahlian dalam
mengelola dan memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien, (6) global
management skill, yaitu keahlian manajerial yang tidak hanya berfokus pada
satu keadaan, (7) technological skill, adalah keahlian dalam menguasai
perkembangan teknologi yang terjadi, (8) managerial skill, adalah keahlian
atau kemampuan dalam mengelola dan mengorganisasikan semua faktor
produksi agar mencapai tujuan, dan (9) organization skill, adalah kemampuan
pelaku usaha tani dalam memimpin berbagai usaha tidak hanya pada masalah
internal usaha tani yang bersifat bisnis, tetapi juga organisasi dalam bentuk
lainnya (Listiani, Setiadi and Santoso, 2019).
50 Ilmu Usahatani
dapat beradaptasi pada cuaca panas dan kondisi lingkungan lebih kering. Dari
contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa pemilihan tanaman harus benar-
benar sesuai dengan perhitungan pada iklim pada suatu area budidaya kegiatan
usaha tani, jika daerah budidaya beriklim tropis, maka hendaknya memiliki
jenis tanaman untuk dibudidayakan yang cocok dengan iklim tersebut,
misalnya kedelai, kacang-kacangan, kentang, padi dan gandum serta tanaman
lainnya yang sesuai (Murit, 2010).
Mencermati kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, wajar apabila petani
yang tinggal di daerah beriklim tropis merasa khawatir atas terjadinya
perubahan iklim. Mengingat bahwa mengatasi perubahan iklim belum tentu
dapat diatasi hanya dengan perbaikan lingkungan, mengatasi pemanasan
global dan bentuk lainnya, karena penyumbang perubahan iklim bukan hanya
diakibatkan oleh masalah kebakaran hutan atau akibat konversi hutan dan
lahan ke budidaya pertanian. Besaran perubahan iklim dari tahun ke tahun
telah melampaui dari perkiraan semula. Fluktuasi iklim tahunan dalam
beberapa besaran lebih tinggi dibandingkan dengan prediksi perubahan iklim
yang telah diajukan oleh para ahli (Normansyah, Rochaeni and Humaerah,
2014).
Bab 3 Unsur-Unsur Usaha Tani 51
4.1 Pendahuluan
Usahatani merupakan ilmu yang mempelajari mengenai bagaimana seorang
petani mengoordinasi dan mengorganisasikan faktor produksi seefisien
mungkin sehingga nantinya dapat memberikan keuntungan bagi petani
(Suratiyah, 2015) Ilmu usahatani adalah sebuah ilmu yang berisi mengenai tata
cara petani memanfaatkan sumber daya seefektif dan seefisien dengan tujuan
untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Efektif berarti produsen atau
petani dapat memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dengan sebaik-baiknya,
sedangkan efesien mempunyai arti bahwa pemanfaatan sumber daya nantinya
dapat menghasilkan output (keluaran) yang lebih kecil dari input (masukan)
(Antonius Y. Luntungan, 2012)
Menurut Suratiyah (2015) Faktor yang sangat memengaruhi kegiatan
usahatani adalah faktor alam. Faktor alam dibagi menjadi dua, yaitu: (1) faktor
tanah. Tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan usahatani
karena tanah merupakan tempat tumbuhnya tanaman. Tanah merupakan faktor
produksi yang istimewa karena tanah tidak dapat diperbanyak dan tidak dapat
berubah tempat, (2) faktor iklim. Iklim sangat menentukan komoditas yang
akan diusahakan, baik ternak maupun tanaman. Iklim dengan jenis komoditas
yang akan diusahakan harus sesuai agar dapat memperoleh produktivitas yang
54 Ilmu Usahatani
tinggi dan manfaat yang baik. Faktor iklim juga dapat memengaruhi
penggunaan teknologi
dalam usahatani. Iklim di Indonesia, pada musim hujan khususnya memiliki
pengaruh pada jenis tanaman yang akan ditanam, teknik bercocok tanam, pola
pergiliran tanaman, jenis hama dan jenis penyakit.
Setiap bagian petak tanah dapat ditetapkan yang terbaik untuk apa. Kriteria
dasar yang dipakai adalah persyaratan optimal untuk berbagai jenis tanaman
dan persyaratan positif dan negatif dari penggunaan untuk pertanian.
Kemampuan tanah untuk pertanian penilaiannya didasarkan kepada:
1. Kemampuan tanah untuk ditanami dengan berbagai jenis tanaman.
Makin banyak tanaman makin baik.
2. Kemampuan untuk berproduksi. Makin tinggi produksi per satuan
luas makin baik.
3. Kemampuan untuk berproduksi secara lestari, makin sedikit
pengawetan tanah makin baik.
2. Drainase
Kelembaban tanah adalah air yang mengisi sebagian atau seluruh pori –pori
tanah yang berada di atas water table (Jamulya dan Suratman, 1993). Dari
seluruh air hujan di daerah tropis, sekitar 75 % persen dari air hujan tersebut
masuk ke dalam tanah dalam bentuk kelembaban tanah, pada tanah tidak jenuh
dan sebagai air tanah pada tanah jenuh atau tanah berbatu. Untuk memahami
peranan tanah dalam kaitannya dengan terbentuknya kelembaban tanah perlu
terlebih dahulu diulas tentang klasifikasi lapisan tanah. Lapisan tanah dapat
diklasifikasikan menjadi dua zona (daerah) utama, yaitu zona aerasi (daerah
atau tepatnya ruangan di dalam tanah yang memungkinkan udara bebas
bergerak) dan zona jenuh (Groundwaterarea). Garis tinggi permukaan tanah
(graoundwater table) memisahkan kedua zona tersebut seperti tampak pada
Gambar 1.4Sistem perakaran kebanyakan tanaman pada umumnya terbatas
pada zona aerasi karena adanya gerakan udara (terutama oksigen) di zona
tersebut sehingga memungkinkan tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Mengacu pada tanah bagian permukaan yang merupakan bagian dari profil
tanah, maka kelembaban tanah permukaan (surface soil) tidak lepas
pengaruhnya dari kelembaban tanah pada lapisan di bawahnya (sub
soil).Berdasarkan gaya terikatnya kelembaban tanah dibedakan menjadi tiga
yaitu: 1) kelembaban fisis, 2) kelembaban kimiawi, dan 3) kelembaban biologi
(Baver, 1956 dalam Jamulya dan Suratman, 1993).
6. Permeabilitas
Analisiskerawanan banjir didasarkan pada analisis fisik lahan, curah hujan dan
pasang air laut (rob), mencakup pemetaan kerawanan banjir, pemetaan
kerawanangenangan rob dan pemetaan kerawanan gabungan antara banjir dan
genangan rob. Metode pemetaan kerawanan banjir karena faktorhujan
menggunakan metode yang dimodifikasi BAKOSURTANAL (2011), serta
mempertimbangkan riwayat kejadian banjir. Modifikasi dilakukan pada
skoring penutup lahan yaitu dengan memberikan skor 1 (sawah) dan 0 (non
sawah) dan SKOR_LR di mana T = 2 (sangat rawan), seharusnya T = 0
(tidak rawan). Skor variabel penutup lahan dikalikan dengan skor variabel lain
untuk mendapatkan daerah rawan banjir khusus pada lahan sawah. (Hartini,
Hadi and Poniman, 2015)
Apabila tanah usahatani dipetakan dan dihubungkan dengan kelas
kemampuannya, petani akan dengan mudah melakukan tindakan dalam
mengolah tanah yang dikuasainya (Moh Saeri, 2018). Tanah sebagai faktor
alam juga sangat menentukan. Ada tanah pasir yang sangat porous, ada tanah
kuarsa yang berbutir halus, tanah liat yang susah penggarapannya pada waktu
kering karena keras, ada tanah yang gembur dan subur sehingga sangat
menguntungkan. Pada tanah yang ringan tenaga kerja dapat dimanfaatkan
secara lebih baik. Sebaliknya, pada tanah yang berat, penggarapannya dapat
dilakukan lebih berat pula. Tanah merupakan faktor produksi yang penting
karena tanah merupakan tempat tumbuhnya tanaman, ternak, dan ushatani
keseluruhannya. Tentu saja faktor tanah tidak terlepas dari pengaruh alam
sekitarnya yaitu sinar matahari, curah hujan, angin, dan sebagainya (Shinta,
2006).
Tanah mempunyai sifat istimewa antara lain bukan merupakan barang
produksi, tidak dapat diperbanyak, dan tidak dapat dipindah-pindah. Oleh
karena itu, tanah dalam usahatani mempunyai nilai terbesar.
Bab 4 Faktor Alam dalam Usahatani 59
Peranan tanah sebagai faktor produksi dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai
berikut :
1. Hubungan tanah dan manusia
Hubungan tanah dan manusia dapat dibedakan dalam tiga tingkat dari yang
terkuat sampai yang terlemah yaitu hak milik, hak sewa dan hak bagi hasil
(sakap). Perbedaan hubungan tersebut akan berpengaruh pada kesenangan
petani dalam meningkatkan produksi, memperbaiki kesuburan tanah, dan
intensifikasi.
2. Letak Tanah
Letak tanah usahatani pada umumnya tidak mengelompok dalam satu tempat,
tetapi terpencar dalam beberapa lokasi. Sebagai contoh, seorang petani dengan
luas garapan 1 ha terdiri atas 0,3 ha di sebelah barat desa, 0, 4 ha di sebelah
timur desa, 0, 2 di selatan desa, dan 0,1 di utara desa. Keadaan seperti itu lazim
disebut fragmentasi. Fragmentasi biasanya akan menimbulkan persoalan-
persoalan dalam usahatani karena beberapa hal berikut :
a Menimbulkan pemborosan waktu dan tenaga sehingga biaya produksi
lebih tinggi.
b Menimbulkan kesulitan dalam pengawasan sehingga produksi tidak
setinggi pencapaian yang diharapkan. Luas mutlak yang dapat
ditanami lebih kecil karena banyaknya galengan.
c Kemungkinan percekcokan antar petani lebih besar karena lebih
banyak tetangga lahannya.
Fragmentasi tersebut terjadi antara lain karena sistem jual beli tanag yang
hanya sebagian-sebagian saja, karena penjualan tanag bagi petani merupakan
alternatif terakhir. Selain itu, adalah sistem warisan, perkawinan, landreform,
dan kondolidasi. Demikian juga karena adanya proyek-proyek pembangunan
sehingga bagi tanah-tanah pertanian yang terkena proyek kemungkinan
mendapat ganti di tempat lain.
3. Intensifikasi
Semakin banyak modal dan tenaga yang dicurahkan pada tanah maka semakin
intensif. Dengan demikian, akan memberikan hasil yang tinggi pula.
Intensifikasi atau peningkatan produksi per kesatuan luas tanah dilakukan
60 Ilmu Usahatani
apabila lahan atau tanah untuk usahatani sudah sangat sulit untuk diperluas,
misalnya tanah-tanah pertanian yang ada di Pulau Jawa.
4. Tingkat Kesuburan Tanah
Tanah yang subur, baik fisik maupun kimiawi, lebih menguntungkan dalam
usahatani. Kesuburan tanag secara fisik dan kimiawi dapat diperbaiki melalui
pengolahan yang baik, rotasi tanam yang tepat, pemupukan, pembuatan teras,
dan sebagainya.
5. Luas Lahan
Dipandang dari sudut efisiensi, semakin luas lahan yang diusahakan maka
semakin tinggi produksi dan pendapatan per kesatuan luasnya. Pengukuran
luas usahatani dapat diukur dengan berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
a Luas total lahan adalah jumlah seluruh tanah yang ada dalam
usahatani termasuk sawah, tegal, pekarangan, jalan saluran, dan
sebagainya.
b Termasuk pertanahan adalah jumlah seluruh tanah yang dapat
ditanami/diusahakan.
c Luas tanaman adalah jumlah luas tanaman yang ada pada suatu saat.
6. Lokasi Lahan
3. Kelembaban udara
5.1 Pendahuluan
Pertanian saat ini disebut sebagai pertanian modern dibandingkan dengan
pertanian di masa lalu yang menggunakan teknologi yang seadanya. Purba et al.
(2020) menyatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
sistem pertanian mengalami perubahan sejak awal peradaban hingga saat ini.
Perubahan terjadi secara evolusi. Evolusi pertanian tidak lepas dari adanya
kegiatan penelitian. Penelitian merupakan salah satu instrumen dalam
pengembangan suatu usaha khususnya usaha dalam bidang pertanian. Posisi
penelitian dalam suatu usahatani bisa berada di awal dan di tengah
pengembangan usaha. Suatu usahatani mungkin saja diinspirasi oleh suatu
teknologi terbaru hasil dari penelitian. Oleh karena itu, sebuah penelitian
diperlukan untuk mengkaji teknologi atau sistem atau manajemen yang akan
digunakan dalam usahatani ketika merencanakannya. Sebuah penelitian juga
tetap dilakukan untuk pengembangan usaha tersebut.
Selain itu, hasil penelitian memberi gambaran penggunaan teknologi pertanian
oleh pelaku usahatani dan perilaku konsumen yang harus diperhatikan oleh
pelaku usahatani. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian memiliki dimensi yang
luas dalam usahatani. Oleh karena itu, penelitian harus dilakukan sesuai dengan
kaidah keilmiahan penelitian agar menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi
66 Ilmu Usahatani
yang valid dan terverifikasi. Bab ini membahas tentang posisi penelitian dalam
usahatani, tujuan, metode/pendekatan dan tahapannya.
Peubah atau sering juga disebut sebagai variabel penelitian merupakan atribut
yang ditentukan untuk diamati, dianalisis nilainya dan diambil kesimpulan.
Peubah yang diamati harus sesuai dengan pertanyaan penelitian agar data-data
yang dikumpulkan dapat menjawab permasalahan. Ada 4 jenis variabel dalam
penelitian, yaitu:
1. Variabel independen, yaitu variabel yang menyebabkan pengaruh.
2. Variabel dependen, yaitu variabel yang terpengaruh.
3. Variabel moderator, yaitu variabel yang memperkuat atau
memperlemah pengaruh variabel independen atau disebut juga sebagai
variabel bebas kedua.
4. Variabel intervening, yaitu variabel penyela antara variabel independen
dan dependen.
5. Variabel kontrol, yaitu variabel yang dirancang sebai pembanding atau
netral.
Seorang peneliti harus menguasai ilmu pengetahuan tentang topik yang akan
dan sedang diteliti agar penelitian yang dilakukan menghasilkan data yang
benar. Penelusuran pustaka sebagai dasar penetapan permasalahan,
pembentukan hipotesis, dan penentuan metodologi dan metode penelitian yang
akan dilaksanakan. Studi pustaka akan menunjukkan posisi topik penelitian
terhadap perkembangan penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti lainnya
dan untuk membangun state of the art topik penelitian yang akan dan sedang
dilaksanakan. Pustaka yang baik untuk dijadikan referensi adalah:
1. Jurnal ilmiah
2. Prosiding konferensi ilmiah
3. Tesis/disertasi
4. Buku
cenderung secara umum untuk memisahkan tanah dan faktor produksi yang
lain. Modal secara umum belum bisa dipisahkan antara modal usaha dan modal
pribadi (Suratiyah, 2006; D. W. Purba, Thohiron, et al., 2020; Siagian et al.,
2020).
Tanah serta alam sekitarnya dan tenaga kerja adalah faktor produksi asli
sedangkan modal dan peralatan merupakan substitusi faktor produksi tanah dan
tenaga kerja. Dengan modal dan peralatan, faktor produksi tanah dan tenaga
kerja dapat memberikan manfaat yang jauh lebih baik bagi manusia. Dengan
modal dan peralatan maka penggunaan tanah dan tenaga kerja juga dapat di
hemat. Oleh karena itu modal dapat dibagi menjadi dua yaitu land saving capital
dan labour saving capital (Soetriono, Suwandari and Rijanto, 2006; Suratiyah,
2006; Purba, 2019a, 2019b).
Lebih lanjut (Suratiyah, 2006) menjelaskan bahwa modal yang dikatakan
sebagai land saving capital jika dengan modal tersebut dapat menghemat
penggunaan lahan tetapi produksi dapat dilipatgandakan tanpa harus
memperluas areal. Contohnya pemakaian pupuk, bibit unggul, pestisida dan
intensifikasi. Sedangkan modal yang dikatakan sebagai labour saving capital
jika dengan modal tersebut dapat menghemat penggunaan tenaga kerja.
Contohnya pemakaian traktor untuk membajak, mesin penggiling padi (rice
milling unit/RMU) untuk memproses padi menjadi beras, dan sebagainya.
Secara ekonomi perusahaan, modal adalah barang ekonomi yang dapat
dipergunakan untuk memproduksi kembali, atau barang yang dapat
dipergunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan pendapatan (Purba,
2013, 2020a, 2020b; B. Purba et al., 2019; Bonaraja Purba et al., 2019).
Tanah bukan termasuk faktor produksi modal tetapi masuk dalam faktor alam
yang memiliki nilai modal dengan berbagai pertimbangan sebagai berikut :
a) Tanah adalah karunia alam, bukan benda yang diproduksi oleh manusia
b) Tanah tidak dapat diperbanyak
c) Tanah tidak dapat musnah atau dimusnahkan sehingga tidak ada
penyusutan atas tanah
d) Tanah tidak dapat dipindah pindahkan
e) Tanah selalu terikat dengan iklim
f) Tanah adalah sumber untuk memproduksi barang-barang ekonomi
(Soetriono, Suwandari and Rijanto, 2006; Suratiyah, 2006)
Bab 6 Modal dan Peralatan dalam Usahatani 77
Pengertian tanah bukan modal atau modal sebenarnya lebih difokuskan pada
perhitungan biaya usahatani. Jika tanah dihitung sebagai modal maka bunga
atas tanah dimasukkan dalam perhitungan biaya usahatani. Namun demikian
dalam usahatani keluarga maka pengeluaran bunga tanah tidak kelihatan karena
termasuk dalam pendapatan usahatani. Bunga tanah baru kelihatan jika akan
diperhitungkan secara ekonomis yaitu sebesar sewa tanah pada umumnya.
Bunga tanah tersebut diperhitungkan jika ingin mencari keuntungan usahatani
dan bukan pendapatan usahatani (Suratiyah, 2006).
c. Waktu
Atas dasar waktu pemberian manfaatnya maka modal dapat dibagi
menjadi dua golongan yaitu modal produktif dan modal prospektif.
Modal dikatakan produktif jika langsung dapat meningkatkan produksi
misalnya penggunaan pupuk dan bibit unggul sedangkan yang
dinamakan dengan modal prospektif adalah jika dapat meningkatkan
produksi tetapi baru akan dirasakan pada jangka waktu yang lama
misalnya investasi atas lahan dan pembuatan terasiring.
d. Fungsi
Atas dasar fungsinya maka modal dapat dibagi menjadi dua golongan
lagi yaitu modal tetap (fixed assets) dan modal tidak tetap atau modal
lancar (current assets). Modal tetap adalah modal yang dapat
dipergunakan dalam berulang kali proses produksi. modal tetap ada
yang bergerak atau mudah dipindahkan dan adapula yang hidup
maupun mati misalnya cangkul, sabit ataupun ternak. Sedangkan yang
tidak dapat dipindahkan pun juga ada yang hidup dan mati yaitu
bangunan dan tanaman keras. Modal tidak tetap adalah modal yang
hanya dapat dipergunakan dalam satu kali proses produksi saja
misalnya pupuk dan bibit unggul untuk tanaman semusim.
Yang termasuk ke dalam modal tetap dapat digolongkan sebagai berikut:
(1) Lahan usaha yang dimiliki.
Sebagai faktor produksi sebenarnya lahan tidak termasuk ke dalam modal,
tetapi dalam penghitungan biaya maka biaya lahan dimasukkan ke dalam
biaya modal karena lahan merupakan barang modal (aset tetap yang
dimiliki perusahaan). Lahan sebagai barang modal tidak perlu di
depresiasi. Lahan pada umumnya tidak turun kegunaannya, kecuali
apabila mengalami kerusakan, longsor, erosi dan bencana alam lainnya.
Dalam keadaan biasa nilai lahan akan selalu meningkat sehingga tidak
mengalami depresiasi melainkan apresiasi. Pekerjaan-pekerjaan
memperbaiki lahan, akan menambah kegunaan lahan tetapi mengeluarkan
biaya. Demikian pula apabila pekerjaan itu dilaksanakan sendiri oleh
petani maka harus tetap diperhitungkan sebagai biaya. Pekerjaan
demikian harus dianggap sebagai penanaman modal, yang disebut modal
ameliorasi dan harus dicatat sebagai modal tetap. Terhadap modal
ameliorasi ini pun harus dikenakan biaya depresiasi.
Bab 6 Modal dan Peralatan dalam Usahatani 79
(2) Bangunan.
Segala bangunan yang ada di atas farm termasuk sebagai modal tetap di
antaranya adalah bangunan rumah, gudang, kantor, kandang, sumur,
instalasi listrik, serta jalan. Bangunan rumah tinggal peternak yang ada di
atas lahan usaha harus digolongkan ke dalam modal tetap pula, akan tetapi
apabila letaknya terpisah dan berada di luar farm, tidak termasuk sebagai
modal tetap, melainkan termasuk kekayaan di luar usaha. Demikian pula
dengan bangunan rumah pegawai/karyawan yang berada dalam farm
termasuk sebagai modal tetap. Gudang yang dipergunakan sebagai tempat
menyimpan hasil produksi sebelum dijual, pakan ternak dan obat-obatan,
pupuk serta alat-alat dan perkakas lainnya serta ruang kerja termasuk
sebagai bagian dari modal tetap. Dalam perusahaan peternakan modern
tiap jenis bahan yang disimpan, harus dalam gudang-gudang yang sesuai
dengan sifat barang yang disimpannya, agar tidak mengakibatkan
turunnya mutu atau kualitas barang yang disimpan. Misalnya susu harus
disimpan dalam kamar khusus (kamar susu).
(3) Ternak
Ternak dari sejak lahir sampai berproduksi, memerlukan biaya
pemeliharaan. Semuanya harus dianggap sebagai penanaman modal.
Apakah modal itu termasuk modal tetap atau bukan tergantung apakah
modal tersebut diterima kembali dalam jangka waktu satu tahun atau
lebih. Apabila pengeluaran dapat diterima kembali dalam jangka waktu
kurang dari satu tahun, misalnya anak ayam broiler, maka tidak termasuk
sebagai modal tetap. Demikian juga dengan anak sapi yang dijual dalam
umur satu tahun atau kurang tidak dianggap sebagai modal tetap tetapi
biaya yang dikeluarkannya dianggap sebagai biaya eksplotasi. Ternak
Induk yang dipelihara untuk menghasilkan anak haruslah dianggap
sebagai modal tetap. Oleh karena itu terhadap ternak induk dapat
dibebankan biaya depresiasi. Karena walaupun pada awalnya ternak
induk mengalami peningkatan nilai namun pada umur tertentu
produktivitasnya mulai menurun sehingga nilainya pun menurun pula,
oleh karena itu perlu diperhitungkan penyusutannya. Ternak dalam
perusahaan peternakan dapat dibedakan atas ternak usaha dan ternak
kerja. Ternak usaha adalah untuk menghasilkan produk anak, susu, telur,
daging dan sebagainya sedangkan ternak kerja untuk dipekerjakan dan
dimanfaatkan tenaganya. Untuk ternak kerja walaupun dipelihara untuk
80 Ilmu Usahatani
Di sisi yang lain keharusan penggunaan peralatan pertanian ini juga berkaitan
erat dengan era globalisasi di mana migrasi tenaga kerja dengan bebasnya
mengalir ke sektor industri lain (bahkan menembus batas negara) yang
umumnya lebih kompetitif dibandingkan dengan sektor pertanian. Oleh karena
itu, antisipasi perlu dilakukan agar produktivitas di sektor pertanian dapat
ditingkatkan, di antaranya dengan pengembangan penggunaan alsintan dalam
usatani.
Patut diingat bahwa, dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi akan terjadi
persaingan ketat dalam pasar global. Hal ini tidak hanya terjadi di lingkungan
ASEAN tetapi juga di Asia Pasifik. Baharsjah (1993) dalam (Soetriono,
Suwandari and Rijanto, 2006) menegaskan, bahwa usaha peningkatan ekspor
hasil pertanian akan dijadikan bagian penting dalam menggali sumber pertanian
di masa mendatang. Oleh karena itu, peranan peralatan pertanian dalam
penanganan pasca panen akan semakin meningkat. Hal ini juga disadari oleh
negara-negara lain, tidak hanya Indonesia saja.
Dalam upaya meningkatkan sumbangan sektor pertanian (primer) untuk
mendukung pembangunan nasional akan terjadi persaingan ketat di bidang
industri pengolah hasil. Di sini diperlukan telaahan strategis yang terinci, karena
industri pengolah hasil pertanian tampaknya akan terjadi andalan oleh hampir
seluruh negara ASEAN. Keunggulan komparatif tidak cukup untuk diandalkan,
tetapi harus disertai dengan keunggulan kompetitif. Oleh karena itu, inovasi-
inovasi yang intensif perlu diimplementasikan sejalan dengan
dikembangkannya keunggulan teknologi sebagai andalan utama. Singkatnya,
produk yang dihasilkan harus padat dengan teknologi maju. Menyadari akan
dinamika lingkungan strategis pembangunan ekonomi sktor pertanian harus
tumbuh menjadi sektor yang maju, efisien, dan tangguh.
Aspek Kebutuhan Petani dalam Usahatani
Pengembangan alat dan mesin pertanian yang dimaksud di sini adalah, dalam
konteks peningkatan efisiensi usahatani. Peranan peralatan pertanian dalam
peningkatan efisiensi usahatani diwujudkan dengan kemampuannya, yaitu
dalam hal:
a. Meningkatkan produktivitas.
b. Mengurangi masukan untuk mendapatkan tingkat hasil yang sama.
c. Meningkatkan mutu dan nilai tambah hasil.
82 Ilmu Usahatani
apabila ternak adalah sebagai ternak perah maka perllu diperhitungkan pula
penyusutan, kompplementer, pemeliharaan bunga dan asuransi.
1. Tanaman sebagai modal tetap
Sebelum dipungut hasilnya maka tanaman semusim merupakan modal
tetap. Tanaman padi selama masih di lahan maka dianggap sebagai modal
tetap tetapi jika sudah dipanen maka kehilangan sifatnya sebagai modal
tetap. Dengan demikian maka sistem ijon merupakan penjualan modal
tetap.
Tanaman keras merupakan modal tetap karena nilainya terus menerus ada
sampai dengahn nilai ekonomisnya. Sebagai contoh tanaman karet maka
penyusutannya diperhitungkan dari biaya yang dikeluarkan untuk
mengusahakan dari permulaan biaya sampai dengan menghailkan yang
pertama kali. Oleh karena menggunakan metode garis lurus maka akan
diperoleh nilai yang sama tiap tahunnya. Sementara biaya biaya sesudah
menghasilkan akan diperhitungkan sebagai biaya operasional dan
dibebankan pada masing-masing proses produksi atau tahun yang
bersangkutan.
2. Uang tunai sebagai modal
Uang tunai dipergunakan untuk membiayai pembelian saran produksi,
pengeluaran-pengeluaran untuk pihak ketiga (pajak, selamatan),
pengolahan tanah dengan tenaga luar dan penggunaan modal tetap. Besar
kecilnya kebutuhan uang tunai sebagai modal tidak sama tetapi tergantung
pada lingkungan usahatani. Suatu daerah tertentu, pembayaran dengan
uang tunai dilakukan dengan hak, bahan, atau bagian hasil sehingga
kebutuhan akan uang tunai sebagai modal kecil. Sebaliknya, bila semua
harus dibayar uang tunai maka kebutuhan akan uang tunai sebagai modal
besar. Jadi besar kecilnya kebutuhan uang tunai sebagai modal sangat
tergantung lingkungan serta kebiasaan kebiasaan yang ada di sekitar
usahataninya.
3. Tanah sebagai modal tetap
Tanah tidak ada penyusutan karena pada prinsipnya tanah dapat
dipergunakan dalam jangka waktu yang tidak terbatas, tidak akan rusak jika
dipelihara dengan baik. Bahkan, jika pemeliharaannya baik maka
kesuburan tanahpun akan ikut meningkat pula. Pada umumnya tanah juga
tidak diasuransikan tetapi yang diasuransikan adalah tanamannya.
Demikian juga biaya komplementer tanah tidak ada. Pada umumnya tanah
hanya ada biaya bunga dan pemeliharaan. Untuk memperhitungkan biaya
Bab 6 Modal dan Peralatan dalam Usahatani 87
7.1 Pendahuluan
Penduduk Indonesia sebagian besar menggantungkan hidupnya dari pertanian
sehingga disebut sebagai negara agraris. Sebagai negara agraris sektor pertanian
memegang peranan penting dalam pembangunan perekonomian Indonesia.
Bagi Indonesia sektor pertanian berperan sebagai penyumbang devisa,
pembentukan produk domestik bruto (PDB), memenuhi kebutuhan konsumsi
dalam negeri, penyediaan bahan baku industri, meningkatkan kuantitas/kualitas
ekspor yang menunjang pembangunan nasional Peran pertanian juga sebagai
sumber pendapatan, sarana berusaha dan sebagai sumber lapangan pekerjaan.
Sebagai sumber lapangan pekerjaan akan membutuhkan dan menyerap tenaga
kerja. Kegiatan usahatani membutuhkan tenaga kerja yang cukup tinggi, karena
kegiatan pertanian beranekaragam.
Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penentu, bagi usahatani yang sangat
tergantung musim. Kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya penanaman
sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, produktivitas, dan kualitas
produk. Menurut Hernanto (1996), tenaga kerja dibutuhkan dalam hampir
seluruh proses produksi berlangsung, kegiatan ini meliputi beberapa jenis
tahapan pekerjaan, antara lain: (a) persiapan tanaman, (b) pengadaan sarana
produksi pertanian (bibit, pupuk, obat hama/penyakit yang digunakan sebelum
ditanam), (c) penanaman/persemaian, (d) pemeliharaan yang terdiri dari
90 Ilmu Usahatani
b. Hari kerja wanita (HKW) adalah tenaga yang dikeluarkan oleh satu
wanita dewasa per hari dalam kegiatan usahatani yang nilainya setara
dengan 0,8 HKP.
c. Hari kerja anak (HKA) adalah tenaga yang dikeluarkan oleh seorang
anak per hari yang nilainya setara dengan 0,5 HKP.
d. Hari kerja ternak (HKT) adalah tenaga kerja yang dikeluarkan oleh
satu ekor hewan ternak (kerbau, lembu/sapi) per hari yang nilainya
setara dengan 5 HKP.
e. Hari kerja mesin (HKM) adalah tenaga kerja yang dikeluarkan oleh
satu unit mesin yang setara denagn 25 HKP per hari penggunaannya
dalam kegiatan usahatani.
pemberantasan hama dan penyakit tanaman. Pada sisi lain penggunaan tenaga
mesin telah banyak digunakan sehingga dapat menghemat jumlah tenaga
2. Tujuan dan sifat usahatani
Kebutuhan tenaga kerja usahatani komersial lebih banyak dari pada usahatani
non komesial. Usahatani komersial sudah tentu memperhatikan kualitas dan
kuantitas panen sehingga membutuhkan banyak tenaga kerja.
3. Topografi dan tanah
Kemiringan lahan dan jenis tanah juga mempengaruhi kebutuhan tenaga kerja.
Pengolahan lahan dengan kemiringan berat akan membutuhkan tenaga kerja
yang lebih besar dari pada lahan dengan kemiringan ringan.
4. Jenis komoditas yang diusahakan
Jenis komoditas juga menentukan jumlah tenaga kerja. Pada umumnya tanaman
semusim lebih banyak membutuhkan tenaga kerja daripada tanaman tahunan.
Hal ini tergantung pada intensitas pengolahan tanah dan saat tanam. Pada
tanaman semusim lebih banyak membutuhkan tenaga kerja bantuan sehingga
sering kali tidak dapat diselesaikan sendiri oleh tenaga kerja keluarga. Namun
saat pemeliharaan pada tanaman semusim cenderung membutuhkan sedikit
tenaga kerja. Bahkan sampai tenaga kerja keluarga yang tersedia tidak dapat
dimanfaatkan sepenuhnya karena memang tidak adanya pekerjaan sehingga
timbul pengangguran musiman.
Pengangguran musiman sebenarnya masih dapat diatasi dengan cara sebagai
berikut:
a. Cropping system, untuk meningkatkan intensitas penggunaan tanah dan
menyerap tenaga kerja yang lebih banyak untuk merawat lebih dari satu
tanaman dalam satu lahan;
b. Menggunakan teknologi yang membutuhkan bantuan tenaga kerja;
c. Diversifikasi vertikal, melaksanakan sendiri semua proses produksi dan
pemasaran;
d. Off-farm activity; dan
e. Transmigrasi yang terarah pada diversifikasi tanaman pangan.
Bab 7 Tenaga Kerja dalam Usahatani 99
Efisiensi tenaga kerja atau produktivitas tenaga kerja dapat diukur dengan
memperhatikan jumlah produksi, penerimaan per hari, dan luas lahan atau luas
usaha.
6. Efisiensi teknis, efisiensi perusahaan, dan efisiensi kemanusiaan
Selain efisiensi tenaga kerja, efisiensi teknis, perusahaan, dan kemanusiaan, juga
dapat diperhitungkan dengan cara membandingkan tambahan produksi yang
akan diperoleh akibat dari tambahan faktor produksi yang diberikan untuk
menghasilkan.
7. Curahan tenaga kerja
Curahan tenaga kerja pada usahatani sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
yakni:
a. Faktor alam yang meliputi curah hujan, iklim, kesuburan tanah, dan
topografi;
b. Faktor jenis lahan yang meliputi sawah, tegal, dan pekarangan;
c. Luas, petak, dan penyebaran.
8. Arti intensif dan ekstensif
Usahatani dikatakan intensif jika banyak menggunakan tenaga kerja dan atau
modal per satuan luas lahan. Kebutuhan tenaga kerja dalam usahatani berbeda
dengan kebutuhan tenaga kerja usaha lain. Tenaga kerja usahatani di pedesaan
sudah memiliki kelembagaan yang diatur oleh musyawarah desa. Pada daerah
tertentu tradisi ini masih dipertahankan, namun pada daerah lain telah bergeser
sesuai dengan perkembangan pertanian dan perubahan sosial di pedesaan. Peran
penyuluh pertanian dalam kelembagaan tenaga kerja di pedesaan sangat
berpengaruh. Pemerintah melalui penyuluh pertanian dapat meningkatkan dan
mempertahankan kelembagaan lokal pada suatu daerah. Kelembagaan lokal
dapat diberdayakan dengan memberi fasilitas, pendampingan dan promosi agar
dapat lebih meningkatkan kinerjanya.
Kebutuhan dan distribusi tenaga kerja pada usahatani juga dipengaruhi oleh
tradisi-tradisi yang berlaku pada daerah tersebut. Pada daerah tertentu terdapat
kelembagaan tenaga kerja yang telah berlaku secara turun-temurun. Pada daerah
ini ketenagakerjaan sudah diatur dan diberlakukan secara keras pada
100 Ilmu Usahatani
anggotanya. Penentuan tenaga kerja dan sistim upah yang digunakan ditentukan
oleh musyawarah desa. Beberapa daerah menggunakan sistim dan kelembagaan
tersendiri dalam usahataninya.
Beberapa sifat hubungan antara pemilik lahan dengan buruh adalah hubungan
lepas yang berarti tidak ada ikatan tetap/stabil antara majikan dan buruh,
hubungan yang bersifat tetap/stabil dalam jangka waktu tertentu dan hubungan
yang bersifat saling bantu/gotong royong (Hastuti, 2016).
Hubungan tenaga kerja dengan pemilik lahan yang bersifat lepas diatur dengan
sistim pengupahan (harian atau borongan). Contoh hubungan pemilik lahan
dengan buruh tani yang dilakukan masyarakat di Jawa Tengah pada Gambar
7.1 berikut ini menunjukkan bahwa pekerjaan dalam usahatani ditentukan
bersama, sistim upah yang dipakai, besar dan bentuk upah, jam kerja per hari,
satuan kegiatan, upah per hari kerja dan upah per satuan kerja. (Hastuti, 2016)
Hubungan pemilik lahan dengan tenaga kerja sudah diatur dalam sistim yang
berlaku. Kebutuhan tenaga kerja dengan sistim ini tidak dipengaruhi oleh
jumlah tenaga kerja dalam keluarga.
biaya yang sama jika pak Ahmad memilih menanam jagung akan memperoleh
penghasilan sebesar Rp. 20.000.000,-. Secara akuntansi Pak Ahmad untung
Rp. 7.000.000,-, secara ekonomi rugi Rp. 5.000.000,- karena pak Ahmad telah
kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan dengan memilih menanam
komoditi padi.
Menurut Hansen dan Mowen, (2000) Biaya produksi adalah total biaya yang
berhubungan dengan proses pembuatan barang dan penyediaan jasa. Menurut
(Nafarin, 2007) biaya produksi adalah seluruh biaya yang berhubungan dengan
barang yang dihasilkan, di mana di dalamnya terdapat unsur biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Dengan demikian
Biaya produksi merupakan pengeluaran yang dilakukan untuk mendapatkan
faktor–faktor produksi dan bahan baku yang akan digunakan untuk
menghasilkan suatu produk.
Biaya produksi dalam kegiatan usahatani dapat dibagi menjadi dua yaitu biaya
yang berupa uang tunai dan biaya in-natura (Mubiarto, 1989; Hanafie, 2010).
Biaya tunai adalah biaya yang digunakan untuk membeli sarana produksi
pertanian (saprotan) seperti membeli bibit, pupuk, obat-obatan, biaya tenaga
kerja serta biaya yang digunakan untuk membeli prasarana pertanian seperti
cangkul, parang, sprayer dan lain-lain. Uang tunai memiliki peran yang cukup
penting dalam kegiatan usahatani. Keberadaan uang tunai sangat menentukan
keberhasilan usahatani. kegiatan produksi menggunakan factor produksi
memerlukan biaya uang tunai.
Biaya in-natura adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk barang seperti
upah panen yang dibayar dalam bentuk hasil panen begitu juga dengan bagi
hasil dan lain-lain. Berdasarkan jangka waktu, biaya produksi dibedakan
menjadi 2 yaitu biaya produksi jangka pendek dan biaya produksi jangka
(Raharja and Manurung, 2008) sebagai berikut;
Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar
kecilnya produksi. Contohnya biaya barang modal dan atau biaya penyusutan
Bab 8 Konsep Biaya dalam Usahatani 103
alat, biaya sewa lahan, pajak yang ditentukan berdasarkan luas lahan, bunga
pinjaman dan lain-lain. Biaya variable merupakan kebalikan dari biaya tetap
yaitu biaya yang besar kecilnya tergantung dari besar kecilnya produksi.
Contohnya biaya saprotan seperti membeli bibit, pupuk, obat-obatan, biaya
tenaga kerja dan lain-lain.
Pajak jika ditentukan berdasarkan besar kecilnya persentase hasil produksi
maka dikelompokkan ke dalam biaya tetap. Dalam jangka panjang biaya tetap
dapat berubah menjadi biaya variable, misalnya sewa tanah dapat berubah
menjadi biaya variable sejalan dengan peningkatan nilai tanah, alat-alat
pertanian harus ditambah karena telah melampaui umur ekonomis serta
bangunan Gudang harus diperluas atau diperbaiki karena sudah tidak layak
lagi menampung dan menyimpan hasil produksi (Mubyarto, 1994; Hanafie,
2010).
Biaya total adalah biaya tetap ditambah dengan biaya variable. Biaya total
dapat juga dikatakan semua total input yang digunakan dikali dengan harga
input tersebut (Raharja and Manurung, 2008; Hanafie, 2010; Shinta, 2011).
Persamaan matematika biaya tetap, biaya variable dan biaya total adalah
sebagai berikut:
𝑇𝐶 = 𝐹𝐶 + 𝑉𝐶 ………………………………………………………… 1
Di mana: TC = Biaya Total
FC = Biaya Tetap
VC = Biaya Variabel
Persamaan (1) dapat di presentasikan dalam bentuk curva1 berikut ini.
Gambar 8.1: Kurva biaya tetap, biaya variable dan biaya total (Shinta, 2011)
104 Ilmu Usahatani
Biaya rata-rata adalah biaya produksi total dibagi dengan jumlah produksi.
Biaya total adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
produksi. Karena biaya total adalah TC= FC + VC, maka biaya rata-rata sama
dengan biaya tetap rata-rata di tambah biaya variable rata-rata. Persamaan
matematika biaya rata-rata adalah sebagai berikut.
AC = AFC + ACV ………………………………………………………. 2
Atau
TC FC VC
― = ― + ― ……………………………………………………….. 3
Q Q Q
Di mana : AC = Biaya rata-rata
AFC = Biaya tetap rata-rata
AVC = Biaya variable rata-rata
Biaya marjinal adalah tambahan biaya karena menambah produksi sebanyak
satu unit produksi. Jika biaya marjinal dinotasikan MC dan perubahan
produksi dinotasikan ƏQ maka
ƏTC
MC = ―― ………………………………………………………… 4
ƏQ
ƏVC
MC = ―― ………………………………………………………… 5
ƏQ
Jika harga per uni tenaga kerja adalah P, dan perubahan penggunaan tenga
kerja adalah ƏV maka:
ƏVC = P x ƏV………………………………………………………… 6
1
MC = P ( ― ) …………………………..………………………………… 7
MP
Persamaan 2 -7 dapat dipresentasikan dalam bentuk kurva berikut:
Gambar 8.2: Kurva biaya rata-rata dan biaya marjinal (Shinta, 2011)
ƏQ
Di mana: LMC = Biaya marjinal jangka Panjang
ƏLTC = Perubahan biaya total jangka Panjang
ƏQ = Perubahan output
Biaya rata-rata adalah biaya total dibagi jumlah produksi
LTC
LAC = ―― …………………………………………………………… 10
ƏQ
Di mana: LAC = Biaya rata-rata jangka Panjang
Q = Jumlah produksi
3. Biaya tunai dari biaya tetap dapat berupa alat dan pajak tanah. Sedangkan
untuk biaya variabel antara lain berupa biaya untuk pembelian bibit,
pupuk, obat-obatan, tenaga kerja luar keluarga.
4. Biaya tidak tunai (diperhitungkan) meliputi biaya tetap, biaya untuk
tenaga keluarga. Sedangkan termasuk biaya variabel antara lain biaya
Bab 8 Konsep Biaya dalam Usahatani 107
Tabel 8.1 di atas menunjukkan nilai penyusutan cangkul per bulan adalah
Rp.2,503,-. Masa penanaman jagung manis permusim tanaman adalah 3 bulan,
108 Ilmu Usahatani
sehingga nilai penyusutan cangkul per musim tanam adalah Rp.7.510,-. Begitu
juga cara perhitungan sabit, sprayer, parang, luku. Berdasarkan perhitungan
penyusutan alat per jenis alat, maka diperoleh total nilai penyusutan alat petani
jagung manis di Desa Mulyasari per ha per musim tanam adalah Rp.65.243,-.
2. Pajak
Pajak dalam tulisan ini adalah pajak lahan yang dibayar petani responden
setiap tahunnya, yang dikenal dengan pajak bumi dan bangunan (PBB).
Besarnya PBB yang dibayarkan petani tergantung dari luas lahan yang dimiliki
petani. Cara perhitungan nilai pajak dapat dilihat pada tabel 2. Secara
matematis rumusnya adalah sebagai berikut:
𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 =
12 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑚𝑢𝑠𝑖𝑚 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚 = lama usahatani x pajak per bulan
Tabel 8.2: Pajak per ha per musim tanam petani responden usahatani jagung
manis di Desa Mulyasari Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara
(Nuryanti and Kasim, 2017)
Masa Nilai Pajak Nilai Pajak Nilai Pajak Per
Usahatani Tanam Per Tahun Per Bulan Musim Tanam
(Bulan) (Rp) (Rp) (Rp)
Tabel 8.2 di atas menunjukkan biaya pajak per hektar per tahun yang
dikeluarkan oleh petani jagung manis di Desa Mulyasari adalah Rp.83.664,-,
sehingga diperoleh pajak per bulan adalah Rp.6.972,-. Dalam satu kali musim
tanam jagung manis membutuhkan waktu 3 bulan, maka pajak yang
dikeluarkan petani per hektar dalam satu kali musim tanam jagung manis
adalah Rp.20.916,- .
Berdasarkan perhitungan di atas, maka besarnya biaya tetap per ha per musim
tanam yang dikeluarkan petani jagung manis di Desa Mulyasari adalah
Rp.83.158,-, merupakan penjumlahan biaya penyusutan alat Rp.65.242,-
ditambah biaya pajak Rp.20.916,-. Lebih jelasnya dapat dilihat tabel 8.3
berikut ini:
Bab 8 Konsep Biaya dalam Usahatani 109
Tabel 8.3: Biaya tetap (FC) per ha per musim tanam petani responden
usahatani jagung manis di Desa Mulyasari Kecamatan Sukamaju Kabupaten
Luwu Utara (Nuryanti and Kasim, 2017)
No. Uraian Nilai (Rp)
2. Pajak 20.916
Berdasarkan tabel 8.4 dapat dilihat bahwa total biaya variabel (VC) per ha per
musim tanam usahatani jagung manis adalah sebesar Rp.10.480.538,-.
Tabel 8.5 menunjukkan biaya total (TC) per ha per musim tanam yang
dikeluarkan petani responden usahatani jagung manis di Desa Mulyasari
Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara adalah sebesar Rp.10.566.696,-.
8.2.4 Biaya Rata-Rata
Biaya rata-rata adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi satu
unit output. Besarnya biaya rata-rata adalah biaya total dibagi jumlah output
(Raharja and Manurung, 2008). Berdasarkan hasil penelitian (Nuryanti and
Kasim, 2017) biaya total, biaya tetap dan biaya variable usahatani jagung
manis petani responden di Desa Mulyasari Kecamatan Sukamaju berturut-
turut adalah Rp.10.566.696,-, Rp.86.158,- dan Rp.10.480.538,- dengan jumlah
produksi 109 karung setara dengan 13.080 kg maka, biaya rata-rata usahatani
jagung manis petani responden di Desa Mulyasari Kecamatan Sukamaju
adalah Rp.96.942,- per karung atau Rp.808,- per kg. Biaya tetap rata-rata
adalah Rp.790,- per karung atau Rp.7,- per kg. biaya variable rata-rata adalah
Rp.96.152,- per karung atau Rp.801 per kg. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 8.6 berikut ini
Bab 8 Konsep Biaya dalam Usahatani 111
Tabel 8.6: Biaya rata-rata, biaya tetap rata-rata dan biaya variable rata-rata per
ha per musim tanaam petani responden usahatani jagung manis di Desa
Mulyasari Kecamatan Sukamaju Kabupaten Luwu Utara (Nuryanti and
Kasim, 2017)
Produksi 109 Produksi 13.080
No. Uraian
karung kg
nilai uang berdasar waktu penelitian sehingga nilai uang dari biaya produksi
yang telah dikeluarkan sebelum panen memiliki nilai yang tidak berbeda
dengan nilai uang dari harga jual saat panen.
Tabel 9.2 juga memperlihatkan konsep pendapatan dan keuntungan.
Perhitungan konsep pendapatan sebagai berikut:
pendapatan = penerimaan - biaya yang dibayarkan
= Rp 32.618.750 - Rp 19.911.458
= Rp 12.707.292
Sementara dengan menggunakan konsep keuntungan akan berubah menjadi:
keuntungan = penerimaan - total biaya
= penerimaan - (biaya yang dibayarkan + biaya tak
diperhitungkan)
= Rp 32.618.750 - (Rp 19.911.458 + Rp 5.500.000)
= Rp 32.618.750 - Rp 25.411.458
= Rp 7.207.292
Terlihat jelas perbedaan kedua konsep tersebut. Perbedaan terletak pada biaya,
yaitu biaya yang tak diperhitungkan, meliputi tenaga kerja dalam keluarga dan
sewa lahan. Kedua biaya ini dikategorikan sebagai biaya implisit. Berbeda
halnya dengan biaya ke pabrik gula, tenaga kerja luar keluarga, sarana alat
produksi, penyusutan alat, dan lain-lain yang termasuk biaya eksplisit.
Terkadang biaya penyusutan alat menjadi biaya implisit karena jarang sekali
petani mengeluarkan biaya ini setiap proses produksinya.
Tabel 9.2: Analisis Usahatani Tebu di Kabupaten Bantul
No. Keterangan Nilai
1. Tebu (gula) 30.329.750
2. Tetes tebu 2.289.000
3. Penerimaan 32.618.750
4. Biaya ke pabrik gula 1.602.476
5. Tenaga kerja luar keluarga 10.482.800
6. Sarana alat produksi 6.341.972
7. Penyusutan alat 887.597
8. Lain-lain 596.613
9. Biaya yang dibayarkan 19.911.458
120 Ilmu Usahatani
Tabel 9.3 menjelaskan bahwa terdapat empat variabel (upah tenaga kerja yang
dinormalkan, harga benih yang dinormalkan, Pendidikan, dan pengalaman)
yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap pendapatan usahatani,
sedangkan tiga variabel lainnya berpengaruh tidak signifikan. Ketiga variabel
itu adalah harga pupuk yang dinormalkan, umur petani, dan tanggungan
keluarga. Namun demikian, model persamaan yang disusun dari tujuh variabel
tersebut mampu menjelaskan 70,1% pendapatan usahatani kentang di
124 Ilmu Usahatani
Usahatani masih dilakukan oleh petani kecil, menurut Soekartawi (1986) Pada
seminar petani kecil di Jakarta pada tahun 1979, menetapkan bahwa petani kecil
didefinisikan adalah:
a. Petani yang pendapatannya rendah, kurang dari atau setara 240 kg
beras per kapita per tahun.
b. Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 ha lahan
sawah untuk di Pulau Jawa atau 0,5 ha di luar Pulau Jawa.
c. Petani yang kurang modal dan memiliki tabungan yang terbatas.
d. Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamis.
Agrobisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau
keseluruhan dari mata rantai pengadaan, produksi, pengolahan hasil dan
pemasaran dihasilkan usahatani atau hasil olahannya. Struktur usahatani
menunjukkan bagaimana suatu komoditi diusahakan. Cara pengusahaan dapat
dilakukan secara khusus (satu lokasi), tidak khusus (berganti-ganti lahan atau
varietas tanaman) dan campuran (2 jenis atau lebih varietas tanaman, misal
tumpangsari dan tumpang gilir). Ada pula yang disebut dengan “Mix Farming”
yaitu manakala pilihannya antara dua komoditi yang berbeda polanya, misalnya
hortikultura dan sapi perah.
Bentuk usahatani di bedakan atas penguasaan faktor produksi oleh petani, yaitu:
§ Perorangan faktor produksi dimiliki atau dikuasai seseorang, maka
hasilnya ditentukan oleh seseorang.
§ Kooperatif, faktor produksi dimiliki secara bersama, di mana
pembagian hasil dan program usahatani selanjutnya atas dasar
musyawarah setiap anggotanya untuk keperluan pemeliharaan dan
pengembangan kegiatan sosial dari kelompok kegiatan itu antara lain:
pemilikan bersama alat pertanian, pemasaran hasil dan lain-lain.
tembakau, tekstil dan pakaian, produk kayu dan furnitur, kertas, produk kertas,
serta karet dan produk karet (Genier, Stamp and Pfitzer, 2009).
Karakteristik utama yang menentukan dari sektor agro-industri adalah sifat
bahan mentah yang mudah rusak. Dalam kondisi pasokan bahan baku yang
tidak pasti, perencanaan proses produksi dan transformasi serta pencapaian
skala ekonomis dapat menjadi sangat sulit, terutama jika terdapat parameter
kualitas yang sangat spesifik (misalnya pengalengan buah dan sayuran). Dengan
demikian, terdapat insentif bagi agro-industri untuk terlibat dalam produksi
primer sendiri (seperti dengan sistem perkebunan) atau untuk mengembangkan
hubungan pasokan jangka panjang dengan produsen, yang bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi dalam produksi, mengamankan pasokan yang dapat
diandalkan, mempromosikan varietas yang paling cocok untuk operasi
pemrosesan, dan seterusnya (Genier, Stamp and Pfitzer, 2009).
Proses agroindustrialisasi secara keseluruhan mencerminkan proses perubahan
yang saling berhubungan mulain dari produksi hingga distribusi. Barrett et al.
(2001) menyarankan untuk melihat dampak lingkungan dari agro-industrialisasi
melalui tiga lensa berbeda: (1) efek langsung pada pertanian dan industri
pasokan hulu; (2) efek hilir langsung pada pemrosesan, distribusi dan kegiatan
komersial terkait dalam rantai pasokan agro-industri; dan (3) efek tidak
langsung, seperti pertumbuhan pendapatan dan perubahan struktural lainnya .
Agroindustrialisasi” terdiri dari tiga rangkaian perubahan terkait: (a)
pertumbuhan kegiatan komersial, pengolahan pertanian di luar pertanian,
distribusi dan penyediaan input, (b) perubahan kelembagaan dan organisasi
dalam hubungan antara pertanian dan perusahaan baik di hulu dan hilir, seperti
sebagai peningkatan nyata dalam integrasi vertikal dan pengadaan berbasis
kontrak, dan (c) perubahan terkait dalam komposisi produk, teknologi, dan
struktur sektoral dan pasar (Barrett, Barbier and Reardon, 2001).
Proyek agroindustri unik karena memiliki :
1. Musiman. Karena bahan baku agroindustri adalah biologis, maka
persediaannya musiman, tersedia banyak pada masa panen . Walaupun
pasokan bahan baku hanya tersedia selama satu atau dua periode
sepanjang tahun, permintaan untuk pabrik produk jadi relatif konstan
sepanjang tahun. Berbeda dengan pabrikan nonagroindustri, makanan
atau proses serat Pabrik harus menghadapi ketidakseimbangan
penawaran dan permintaan dan masalah manajemen inventaris,
128 Ilmu UsahaTani
Masa depan agroindustri di negara berkembang tidak pasti. Namun ada banyak
peluang dan banyak manfaat yang bisa didapat dari agroindustri. Namun, pada
saat yang sama, jika proses agroindustri tidak diarahkan dengan tepat
mengakibatkan dampak negatif. Kebijakan politik harus dilakukan untuk
merencanakan jalan yang positif ke depan, melihat pengalaman positif dan
negatif serta keberhasilan dan kegagalan hingga saat ini, dan menetapkan arah
strategis yang melayani kebutuhan negara berkembang dan konsumen yang
mereka layani di seluruh dunia (Genier, Stamp and Pfitzer, 2009).
Soekartawi menyarankan visi pembangunan agro-industri yang berkelanjutan
sebagai berikut: ‘…agro-industri yang tumbuh dan berkembang secara
berkelanjutan, mampu berkompetisi, mampu merespon dinamika perubahan
pasar dan pesaing, baik di pasar domestik maupun di pasar internasional serta
mampu meningkatkan kontribusinya terhadap perekonomian nasional, dan
seterusnya mampu ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat ..’(Besar and
Brawijaya, 2007).
Ditinjau dari sisi konsep, maka terjadi perkembangan arti agro-industri dari yang
diartikan sederhana yaitu: (a) industri sebagai pengolahan hasil pertanian (b)
agro- industri sebagai suatu sistem, di mana pengembangan agro-industri tidak
terlepas dari kaitan kebelakang (backward linkages) sampai kaitan kedepan
(forward linkages), sehingga agro-industri dianggap sebagai ‘tahapan lebih
lanjut dari pembangunan pertanian dan prosesnya begitu panjang’ sehingga
disebut dengan istilah “sustainable agro-industry development”.
Peningkatan nilai tambah akan difokuskan juga pada dua hal yakni peningkatan
kualitas dan jumlah olahan produk pertanian untuk mendukung peningkatan
daya saing dan ekspor. Peningkatan kualitas produk pertanian (segar dan
olahan) diukur dari peningkatan jumlah produk pertanian yang mendapatkan
sertifikasi jaminan mutu (SNI, Organik, Good Agricultural Practices, Good
Handling Practices, Good Manucfacturing Practices. Peningkatan jumlah
olahan diukur dari rasio produk segar olahan. Saat ini, sekitar 80 persen produk
pertanian diperdagangkan dalam bentuk segar sedangkan 20 persen dalam
Bab 10 UsahaTani dan Agroindustri 133
bentuk olahan sehingga nilai tambahnya sangat kecil. Pada akhir 2014
ditargetkan bahwa 50 persen produk pertanian diperdagangkan dalam bentuk
olahan. (Kementerian Pertanian, 2010).
Agroindustri skala besar/sedang pada tahun 1998 dan 2003 yang berjumlah 0,71
persen dan 0, 59 dari jumlah agroindustri dan hanya menyerap tenaga kerja
sekitar 43 persen ternyata menguasai pangsa output 86 persen dan pangsa nilai
tambah 90 persen. Sementara itu, agroindustri skala rumah tangga yang
berjumlah 92 persen (1998) dan 91 persen (2003) dan menyerap tenaga kerja
sekitar 44 persen, hanya menghasilkan nilai output 7 persen dan nilai tambah 7
persen saja (Supriyati et al. (2006)).
Analisis sistem memandang kegiatan utama proyek agroindustri ini sebagai hal
yang saling terkait. Metode ini mengidentifikasi komponen yang serupa dan
terkait erat dalam analisis pemasaran. Analisis konsumen harus
mengidentifikasi kebutuhan konsumen, segmen pasar potensial, dan proses
pembelian. Strategi pemasaran untuk desain produk, penetapan harga, promosi,
dan distribusi. Analisis pemasaran menggunakan dan dikembangkan dengan
perkiraan permintaan. Keterampilan dan persyaratan data dan kecepatan
ramalan dapat dibuat merupakan pertimbangan tambahan dalam memilih
metode yang sesuai (Austin, 1981).
Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami
proses pengolahan, penyimpan, pengangkutan dalam suatu proses produksi.
Menurut Hayami, et al.(1987) definisi dari nilai tambah adalah pertambahan
nilai suatu komoditas karena adanya input fungsional yang diberlakukan pada
komoditi yang bersangkutan. Input fungsional tersebut berupa proses
pengubahan bentuk (form utility), pemindahan tempat (place utility), maupun
proses penyimpanan (time utility). Nilai tambah menggambarkan imbalan bagi
tenaga kerja, modal dan manajemen (Mutmaini Hamidah1), Abdul Hamid A.
Yusra2), 2015).
Berdasarkan pengertian nilai tambah sebagai penerimaan upah pekerja
ditambah dengan keuntungan pemilik modal atau nilai produksi dikurangi
dengan pengeluaran barang antara, maka penghitungan nilai tambah
diformulasi:
Nilai Tambah = Nilai Output – Nilai Input atau
Nilai Tambah = Labour Contribution (LC) + Capital Contribution (CC).
134 Ilmu UsahaTani
Nilai tambah adalah harga pasar komoditas dikurangi biaya bahan baku dan jasa
yang dibeli dari perusahaan lain. (Gittenger, 1982). Definisi ini konsisten dengan
Baumol dan Blinder (1970) bahwa nilai tambah adalah pendapatan dari
penjualan produk dikurangi jumlah yang dibayarkan untuk barang dan jasa yang
dibeli dari perusahaan lain. Nilai tambah tersebut meliputi pembayaran pajak,
bunga, sewa, keuntungan, cadangan untuk penyusutan dan kompensasi kepada
manajemen dan karyawan lainnya. Nilai tambah adalah pengembalian kepada
pengolah dari penggunaan modal, tenaga kerja, dan manajemen dan merupakan
ukuran ekonomi yang tepat dalam membandingkan perusahaan berdasarkan
ukuran (Baumol dan Blinder, 1991). Dalam arti yang lebih luas, nilai tambah
menunjukkan impac ekonomi sumber daya yang digunakan dalam produksi
dalam bentuk pengembalian ke sumber daya tersebut. Nilai tambah mengukur
bagian output yang tersisa di sektor ekspor dan pengolahan untuk memberi
penghargaan kepada mereka yang menyumbangkan tenaga kerja, modal dan
keterampilan manajerial, (Gittenger, 1982).
Kasus pada komoditi Ubi Kayu
Analisis agroindustry dan nilai tambah pada pengolahan ubi kayu sebagai
berikut :
Ubi kayu juga tergolong komoditas yang mudah rusak sehingga umur simpan
relative pendek, untuk menghadapi masa lah ini maka masa simpan ubi kayu
harus diperpanjang sehingga memiliki nilai tambah dan sekaligus meningkatkan
nilai ekonominya, yaitu dengan proses pengolahan dan pengawetan ubi kayu
segar menjadi produk olahan seperti kripik namun belum diketahui secara pasti
berapa besar keuntungan dan nilai tambah hasil pengolahan ubi kayu tersebut.
Dalam menganalisis nilai tambah ubi kayu menjadi kripik menggunakan
metode Hayami ( Hayami,Y. etal,1987) di mana pada akhirnya akan diperoleh
hasil berupa nilai output, nilai tambah, balas jasa tenaga kerja dan keuntungan
pengolahan. Besarnya nilai tambah diperoleh dari nilai produk dikurangi biaya
bahan baku dan input lainnya (selain tenaga kerja). Output adalah jumlah kripik
yang dihasilkan dalam satu kali proses produksi yang dihitung dalam satuan
kilogram. Input merupakan bahan baku utama yang dibutuhkan dalam satu kali
proses produksi yang dihitung dalam satuan kilogram. Tenaga kerja merupakan
jumlah orang/karyawan yang melakukan proses produksi dalam satu kali proses
produksi. Faktor konversi merupakan pembagian dari output dengan input
dalam satu kali proses produksi. Koefisien tenaga kerja diperoleh dari hasil bagi
antara tenaga kerja dengan input.
Bab 10 UsahaTani dan Agroindustri 135
Mengolah ubi kayu menjadi kripik ubi menyebabkan adanya nilai tambah pada
komoditi ubi kayu tersebut. Nilai tambah tersebut dapat berupa nilai tambah
pada produk, di mana produk ubi kayu dapat dipertahankan mutunya lebih lama
, daya terima konsumen yang tinggi dan jangkauan pemasaran dapat diperluas
karena kripik ubi tidak cepat mengalami kemunduran mutu dibandingkan
dengan saat keadaan segar (Mutmaini Hamidah1), Abdul Hamid A. Yusra2),
2015).
136 Ilmu UsahaTani
Daftar Pustaka
judul “Belajar dari Covid-19 Perspektif Teknologi dan Pertanian” dan buku
terakhir dengan judul Teknologi Informasi Aplikasi dan Penerapannya.
Menyelesaikan Program Magister Agribisnis di Universitas Medan Area. Saat
ini menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
Tioner Purba
Lahir pada tanggal 12 Mei 1973 di Persatuan Baru
Kecamatan Panei Kabupaten Simalungun Sumatera
Utara, merupakan Putri Keempat dari pasangan Bapak
Jaralim Purba (+) dan Ibu Raulina Sinaga serta istri dari
Manondang Situmorang. Menyelesaikan pendidikan
Sarjana Kehutanan di Jurusan Manajemen hutan
Fakultas Pertanian Universitas Palangkaraya tahun 1997.
Gelar Magister Pertanian diperoleh pada tahun 2005 di
Fakultas Pertanian Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara,
menyelesaikan program doktor di Program Studi Ilmu Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara dan lulus tahun 2017. Sejak tahun 2004
sampai sekarang mengabdi sebagai dosen di Fakultas Pertanian Universitas
Simalungun Pematangsiantar. Saat ini diberi tugas tambahan sebagai Ketua
Lembaga Penelitian Universitas Simalungun.
Biodata Penulis 153
Mardia, SP.,MSi
Nama : Mardia, SP.,MSi
NIDN/NIP : 0919087405
Tempat Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 19 Agustus
1974
JenisKelamin : Perempuan
Agama : Islam
Jabatan Fungsional*) : Asisten Ahli
Pangkat/Golongan : III/a
Bid.Keahlian/Rumpun Ilmu : Manajemen Agribisnis
Alamat : Jl. Bajiminasa 1 Kompleks P dan K No 28
Kota Makassar
Telp/HP : 082349103453
Email : mardiadian3190874@gmail.com
156 Ilmu Usahatani