Peranan Etika Dalam Bisnis PDF
Peranan Etika Dalam Bisnis PDF
B. Tujuan Pembelajaran
C. Uraian Materi
Meninjau kembali pengertian Etika dalam bisnis dan Etika pada profesi.
Menurut Qwords.com (2020), etika adalah suatu aturan atau norma yang dipakai
sebagai pedoman dalam kehidupan bermasyarakat seseorang terkait dengan
perilaku baik atau buruk. Etika bisa diadopsi dalam dunia bisnis entah itu bisnis
online, bisnis syariah dan bisnis lainnya.
Etika bisnis adalah etika yang berlaku pada dunia bisnis. Etika dalam bisnis dapat
diartikan lain sebagai suatu pengetahuan yang mengatur tata cara perilaku dalam
mengelola bisnis dengan memperhatikan norma dan moral yang berlaku secara
umum sehingga dapat dipahami pada konsep ekonomi dan sosial.
Menurut repository (unib, 2020), etika bisnis menurut hukum Islam harus
dibangun dan dilandasi oleh prinsip-prinsip kesatuan (unity),
keseimbangan/keadilan (equilibrium), kehendak bebas/ikhtiar (free will),
pertanggungjawaban (responsibility) dan kebenaran (truth), kibajikan (wisdom)
dan kejujuran (fair). Selain itu harus memberikan visi bisnis masa depan yang
72
bukan semata-mata mencari keuntungan yang bersifat ‘sesaat’, melainkan mencari
keuntungan yang mengandung ‘hakikat’ baik, yang berakibat atau berdampak
baik pula bagi semua umat manusia.
Menurut Qwords.com (2020), dalam berbisnis Anda harus memiliki tujuan yang
jelas seperti yang tercantum dalam business plan awal. Nah berikut ini ada
rangkuman mengenai tujuan etika bisnis:
a. Tujuan berbisnis salah satunya memberikan kesadaran akan perilaku dan moral
kepada pemilik bisnis agar menjalankan bisnisnya dengan baik.
c. Dengan memiliki etika berbisnis, Anda akan dijauhkan dari citra buruk, sifat
licik, dan penipuan sehingga merugikan banyak orang.
Etika bisnis yang difokuskan pada suatu keahlian seseorang karena diakui memiliki
suatu kepandaian tertentu untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dan
bertanggung jawab atas pekerjaan itu mengarah pada etika profesi. Menurut
Jojonomic.com (2020), etika profesi merupakan suatu sikap hidup yang bertujuan
memberikan suatu pelayanan yang bersifat profesional terhadap masyarakat.
Menurut Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian,
kode etik profesi merupakan suatu pedoman sikap, tingkah laku serta juga perbuatan
didalam melaksanakan tugas dan juga dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Bertens (2013) dan gema-rahmadhania (2020) terdapat tiga hal pokok yang
dibutuhkan perusahaan untuk mencapai kesuksesan dalam suatu bisnis menurut
Richard De George, yaitu:
a. Produk yang baik
b. Manajemen yang mulus
c. Etika selama perusahaan memiliki produk yang bermutu serta berguna bagi
73
masyarakat dan di samping itu dikelola dengan manajemen yang tepat di bidang
produksi, finansial, sumber daya manusia, dan lain-lain, tetapi tidak mempunyai
etika, maka cepat atau lambat akan hancur dengan sendirinya.
Beberapa dekade terakhir ini, etika dalam bisnis dianggap sangat penting.
Dibandingkan dengan usaha dan program yang diadakan untuk meningkatkan
kemampuan manajemen dalam bisnis, perhatian bagi etika dalam bisnis masih
terbatas. Namun akhir-akhir ini peranan etika mulai diakui dan diperhatikan.
menggunakan pandangan ideal, bisnis tidak hanya bertujuan untuk mencari
keuntungan melainkan untuk memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan. Jika
dalam bisnis tidak memperhatikan etika, maka bisnis itu akan mengorbankan
hidup banyak orang, bahkan hidup orang bisnis itu sendiri.
Bisnis merupakan suatu unsur penting dalam masyarakat karena hampir semua
orang terlibat di dalamnya. Namun kehadiran etika atau moralitas dalam bisnis
masih diragukan. Perlu kita ketahui bahwa bisnis tidak terlepas dari segi-segi
moral. Bisnis tidak hanya berurusan dengan angka penjualan atau profit pada
akhir tahun anggaran. Bisnis juga harus berlaku etis. Good business juga memiliki
suatu makna moral.
Kita membeli barang atau jasa adalah untuk bisa bertahan hidup ataupun
setidaknya kita bisa hidup dengan lebih nyaman. Kita terlibat dalam produksi
barang atau jasa yang dibutuhkan oleh orang lain. Bisnis merupakan suatu unsur
mutlak yang diperlukan dalam masyarakat modern. Bisnis tidak bisa dilepaskan
dari aturan-aturan main yang harus diterima dalam pergaulan sosial, termasuk
juga aturan-aturan moral, tetapi kadang-kadang kehadiran etika bisnis masih
diragukan.
Dalam masyarakat beredar opini bahwa bisnis tidak ada hubungannya dengan
etika atau moralitas. Pebisnis hanya menjalankan pekerjaannya saja. Richard De
George menyebut pandangan ini the myth of morl business. Mitos ini
mengatakan bahwa bisnis itu moral saja. Dalam bisnis, orang menyibukkan diri
74
dengan jual beli, dengan membuat produk atau menawarkan jasa, dengan
merebut pasaran, dengan mencari untung juga, tapi orang tidak berurusan dengan
etika atau moralitas. Moralitas menjadi urusan individu, tetapi kegiatan bisnis itu
sendiri tidak berkaitan langsung dengan etika. Moralitas tidak punya relevansi
bagi bisnis. Bisnis itu amoral (tapi itu tentu tidak berarti immoral!). Namun
mitos itu lambat laun ditinggalkan.
Bisnis itu netral terhadap moralitas, jadi bisnis moral itu hanya sekedar mitos
atau cerita dongeng saja. De George mengemukakan tiga gejala dalam
masyarakat yang menunjukkan sirnanya mitos tersebut :
a. Bisnis disorot tajam oleh masyarakat melalui media massa. Masyarakat tidak
ragu-ragu langsung mengaitkan bisnis dengan moralitas.
b. Bisnis diamati dan dikritik oleh banyak LSM, terutama LSM konsumen dan
LSM pecinta lingkungan hidup. Apa yang disimak oleh LSM-LSM tersebut
jelas-jelas berkonotasi etika.
Bisnis mulai prihatin dengan dimensi etis dalam kegiatannya. Hal ini tampak
pada refleksi yang mereka buat mengenai aspek-aspek etis dari bisnis serta
timbulnya kode-kode etik yang disusun oleh banyak perusahaan. Hal-hal di
atas secara tidak langsung telah menunjukkan bahwa bisnis tidak terlepas dari
segi-segi moral. Bisnis tidak hanya berurusan dengan angkaangka penjualan
(sales figures) atau adanya profit pada akhir tahun anggaran. Good business
memiliki suatu makna moral.
75
Pandangan ini didasarkan atas iman dan kepercayaan dan karena itu termasuk
perspektif teologis, bukan perspektif filosofis. Untuk itulah dalam berbisnis
diharapkan pebisnis menggunakan iman dan kepercayaannya untuk tetap
berpegang teguh pada motivasi moral ini.
b. Kontrak sosial
Pandangan ini melihat perilaku manusia dalam perspektif sosial. Setiap
kegiatan yang kita lakukan bersama-sama dalam masyarakat, menuntut
adanya norma-norma dan nilai-nilai moral yang kita sepakati bersama. Hidup
dalam masyarakat berarti mengikat diri untuk berpegang pada norma-norma
dan nilainilai tersebut. Kalau tidak, hidup bersama dalam masyarakat menjadi
kacau tak karuan. Hidup sosial menjadi tidak mungkin lagi, jika tidak ada
moralitas yang disetujui bersama. Oleh karena itu beberapa filsuf modern
menganggap kontrak sosial sebagai dasar moralitas. Umat manusia seolah-
olah pernah mengadakan kontrak yang mewajibkan setiap anggotanya untuk
berpegang pada normanorma moral. Kontrak ini mengikat kita sebagai
manusia, sehingga tidak ada seorang pun yang bisa melepaskan diri darinya.
De George menegaskan: “morality is the oil as well as the glue of society, and,
therefore, of business”. Moral diibaratkan minyak pelumas, karena moralitas
memperlancar kegiatan bisnis dan semua kegiatan lain dalam masyarakat.
ibarat lem, karena moralitas mengikat dan mempersatukan orangorang bisnis,
seperti juga semua anggota masyarakat lainnya. Moralitas merupakan syarat
mutlak yang harus diakui semua orang, jika kita ingin terjun dalam kegiatan
bisnis.
c. Keutamaan
Menurut Plato dan Aristoteles, manusia harus melakukan yang baik, justru
karena hal itu baik. Yang baik mempunyai nilai intrinsik, artinya yang baik
adalah baik karena dirinya sendiri. Keutamaan sebagai disposisi tetap untuk
melakukan yang baik, adalah penyempurnaan tertinggi dari kodrat manusia.
Manusia yang berlaku etis adalah baik begitu saja, baik secara menyeluruh,
bukan menurut aspek tertentu saja.
Pikiran tersebut bisa diterapkan dalam situasi bisnis. Orang bisnis juga harus
76
melakukan yang baik, karena hal itu baik. Atau dirumuskan dengan
terminologi modern, orang bisnis juga harus mempunyai integritas. Dalam
pekerjaannya, si pebisnis memang mencari untung. Perusahaan memang
perusahaan for profit. Tetapi pebisnis atau perusahaan tidak mempunyai
integritas, kalau mereka mengumpulkan kekayaan tanpa pertimbangan moral.
Selama pebisnis itu seorang manusia, maka ia tidak bisa dipisahkan dari
moralitas.
Fenomena kode etik perusahaan mencuat sekitar tahun 1970-an, antara lain
karena terjadinya beberapa skandal korupsi dalam kalangan bisnis. Karena
pengalaman pahit itu kemudian mulai tumbuh keinsyafan bahwa sebaiknya
perusahaan mempunyai peraturan-peraturan ketat dan jelas guna mencegah
terjadinya hal-hal negatif seperti itu.
Menurut Murphy (1998) kode etik bisnis menggunakan istilah ethics statements
dan membedakannya menjadi tiga macam:
c. Ketiga, kode etik (dalam arti sempit) yang disebut juga code of conduct atau
code of ethical conduct. Kode etik ini menyangkut kebijakan etis perusahaan
berhubungan dengan kesulitan yang bisa timbul (dan mungkin di masa lalu
pernah timbul), seperti konflik kepentingan, hubungan dengan pesaing dan
pemasok, menerima hadiah, dll.
77
etika dalam struktur dan kegiatan perusahaan. Jika perusahaan memiliki kode
etik sendiri, ia mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan
perusahaan yang tidak memiliki kode etik.
iv. Kode etik menyediakan bagi perusahaan-perusahaan dan dunia bisnis pada
umumnya kemungkinan untuk mengatur dirinya sendiri (self regulation).
Dengan demikian, negara tidak perlu campur tangan. Namun dalam
kenyataan konkret sering menimbulkan harapan terlalu besar dengan
adanya kode etik perusahaan. Membuat sebuah kode etik ternyata tidak
merupakan solusi yang cukup untuk memecahkan semua kesulitan moral
bagi perusahaan. Karena itu tidak mengherankan bila kode etik perusahaan
menemui kritik juga.
78
iii. Kritik yang paling berat adalah bahwa jarang sekali tersedia enforcement
untuk kode etik perusahaan. Jarang sekali ada sanksi untuk pelanggaran.
Meskipun kode etik masih menuai kritikan, akan tetapi kode etik perusahaan
masih digunakan untuk merumuskan standar etis yang jelas dan tegas untuk
semua karyawan dan tanggungjawab sosial perusahaan. Supaya kode etik
bisa berhasil, berikut ada beberapa faktor yang bisa membantu:
3. Ethical Auditing
Untuk menilai kinerja finansial sebuah perusahaan sudah lama ada standar-
standar accounting yang diterima secara nasional dalam suatu negara dan malah
secara internasional. Jika perusahaan memiliki sebuah kode etik, ethical auditing
itu secara khusus terfokuskan pada kode etik tersebut. Hal itu bisa mudah
dimengerti, sehingga dengan demikian metode tersebut bisa digunakan untuk
menegakkan kode etik perusahaan secara sadar dan konsekuen. Kode etik tidak
lagi sebatas perhiasan saja. Pemeriksaan atas kinerja etis dan sosial itu tidak saja
dilakukan terhadap perusahaan, tapi juga terhadap atau tidak.
The Body Shop adalah sebuah perusahaan internasional yang berasal dari Inggris
dan bergerak di bidang kosmetika serta toiletries. Perusahaan ini didirikan oleh
Anita Roddick pada 1976, dan 20 tahun kemudian sudah mempunyai omzet
setengah miliar dollar AS. Kini The Body Shop mempunyai toko tersebar di
79
seluruh dunia, antara lain sekitar 300 toko di Amerika Serikat. Perusahaan ini
selalu 8 organisasi nirlaba. Organisasi-organisasi seperti itupun harus berpegang
pada standar-standar etis, entah mereka memiliki kode etik tertulis
menitikberatkan manajemen yang etis. “First and foremost are the values”
merupakan ungkapan terkenal dari Anita Roddick. Rupanya Roddick pula yang
pertama kali melontarkan gagasan mengenai audit sosial etis.
Setiap dua tahun The Body Shop membiarkan dirinya diaudit dari segi sosial dan
etis. Audit pertama itu dilakukan oleh Institute of Social and Ethical
Accountability dan diterbitkan dengan judul The Values Report 1995 (1996).
Dalam audit ini antara lain diperiksa pelaksanaan dua dokumen etik yang
dimiliki perusahaan ini yaitu, The Body Shop Mission Statement dan The Body
Shop Trading Charter.
D. Rangkuman
Etika bisnis adalah etika yang berlaku pada dunia bisnis. Etika dalam bisnis dapat
diartikan lain sebagai suatu pengetahuan yang mengatur tata cara perilaku dalam
80
mengelola bisnis dengan memperhatikan norma dan moral yang berlaku secara
umum sehingga dapat dipahami pada konsep ekonomi dan sosial.
Etika bisnis menurut hukum Islam harus dibangun dan dilandasi oleh prinsip-prinsip
kesatuan (unity), keseimbangan/keadilan (equilibrium), kehendak bebas/ikhtiar (free
will), pertanggungjawaban (responsibility) dan kebenaran (truth), kibajikan (wisdom)
dan kejujuran (fair).
Dari sudut pandang bisnis, semakin disadari bahwa bisnis yang berhasil adalah bisnis
yang memperhatikan norma-norma moral. Hal ini benar-benar diakui oleh orang
bisnis berdasarkan pengalaman bisnis mereka. Pebisnis itu punya kesadaran yang
tinggi bahwa kalau mau berhasil dalam bisnis, kegiatan bisnisnya harus tetap
mengindahkan prinsip-prinsip etika. Mereka sadar bahwa bisnisnya akan hancur
kalau konsumen (langganan), mitra bisnis atau masyarakat secara keseluruhan tidak
lagi percaya padanya, akibat ulah mereka yang tidak etis. Orang bisnis yang bersaing
dengan tetap memperhatikan normanorma etis pada iklim bisnis yang semakin
professional justru akan menang, karena telah dipercaya masyarakat. Untuk jangka
pendek mungkin sekali mereka yang berbisnis secara tidak etis akan menang tetapi
bukan bisnis tulen. Bisnis yang tulen dan baik adalah bisnis yang tahan lama, dan
untuk norma dan nilai etik ikut menentukan, kejujuran, mutu barang dan jasa, aspek
keamanan dan kesehatan dalam suatu produk ikut menentukan baiknya suatu bisnis.
E. Tugas/Latihan
1. Jelaskan pengertian etika bisnis, dan mengapa bisnis harus berlaku etis?
5. Sejauh mana hubungan antara etika bisnis dengan analisis swot. Adakah dominasi
dalam pelaksanaan atau berjalan egaliter?
81
6. Jelaskan bagaimana penerapan kode etik di perusahaan bagi karyawan?
F. Daftar Pustaka
http://daniestiw.blogspot.com/2017/08/peranan-etika-dalam-bisnis.html.
Diunduh pada tanggal 4 September 2020 pukul 22.01.
Https://www.Coursehero.Com/File/21654266/Bab-12-Makalah-Peranan-Etika-
Dalam-Bisnis/
https://qwords.com/blog/etika-dalam-bisnis/. Diunduh pada tanggal 4 September
2020 pukul 22.53.
Murphy, P. E. (1988). Implementing business ethics. Journal of business ethics,
907-915.
http://repository.unib.ac.id/483/. Diunduh pada tanggal 2 September 2020 pukul
22.58.
https://www.scribd.com/document/44313421/Peranan-Etika-Dalam-Bisnis
http://gema-rahmadhania.blogspot.com/2018/04/norma-moral-dan-etika-dalam-
bisnis.html. Diunduh pada tanggal 5 September 2020 pukul 08.52
82