Anda di halaman 1dari 5

NOTULENSI

RAPAT TINDAK LANJUT PASCA KAMPANYE IMUNISASI MR FASE I DAN II


RABU, 2 JANUARI 2018
RUANG RAPAT 214 B, GEDUNG ADHYATMA, KEMENTERIAN KESEHATAN

Pimpinan Rapat : Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Peserta Rapat :

1. Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan

2. Ketua ITAGI

3. Ketua Komnas PP KIPI

4. Ketua Komite Verifikasi Eliminasi Campak dan Pengendalian Rubella

5. WHO Indonesia

6. UNICEF Indonesia

7. Kepala Subdit Imunisasi

8. Kasie Imunisasi Dasar

9. Staf Subdit Imunisasi

Hasil Rapat :

a) Arahan Dirjen P2P


- Kampanye MR fase II sudah berakhir dengan cakupan tidak mencapai target, yaitu
hanya sekitar 72,39%. Hasil ini akan dilaporkan Menkes ke Presiden.
- Perlu didiskusikan bersama apa yang perlu dilakukan selanjutnya untuk menyikapi
kondisi ini.
- WHO dan Direktorat Surkarkes akan melakukan final review MR di minggu depan,
apa yang perlu disampaikan kepada teman-teman di daerah.

b) Paparan Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan


- Kampanye imunisasi MR dilaksanakan dalam 2 fase, yaitu fase I di Pulau Jawa pada
tahun 2017 dan fase II di 28 Provinsi di Luar Pulau Jawa pada tahun 2018.
- Waktu pelaksanaan kampanye MR fase II diperpanjang s.d 31 Desember 2018
dengan capaian 72,39%. Ada 6 provinsi yang sudah berhasil mencapai >95%, yaitu
Provinsi Papua Barat, Gorontalo, Bali, Lampung, Sulawesi Tengah dan Sulawesi
Utara. Provinsi NTT secara rapid pro sudah >95%, namun belum didukung dengan
laporan administrasi sebagaimana mestinya sehingga masih harus divalidasi ulang.
- Sejumlah 144 kab/kota telah mencapai cakupan > 95%, sejumlah 4 kab/kota hanya
mencapai cakupan < 5%.
- Kami perlu mendapatkan masukan dari para ahli terkait tindak lanjut menghadapi
kondisi cakupan pelaksanaan kampanye MR fase II.
- Tantangan pelaksanaan kampanye MR ini antara lain masalah kehalalan vaksin
(perbedaan persepsi/ pemahaman Fatwa MUI No. 33 Tahun 2018), kurangnya
kesadaran masyarakat, adanya informasi negatif/ hoax, komitmen dan dukungan
pemerintah daerah tidak optimal di beberapa wilayah, hambatan geografis,
keterbatasan SDM, keterbatasan biaya, serta demotivasi petugas.
- Untuk pelaksanaan kampanye MR fase I berhasil mencapai target yang ditentukan,
yaitu mencapai 100,98%. Hal ini akan bisa mendukung pencapaian keseluruhan
pelaksanaan kampanye MR fase I dan II.
- Perlu disusun rencana tindak lanjut pasca pelaksanaan kampanye MR fase I dan
fase II, dimana masukan-masukan dari ahli sangat diharapkan.
- Pada tanggal 8-11 Januari 2018 akan dilaksanakan final review meeting
pelaksanaan kampanye MR dengan peserta kepala bidang dari 34 provinsi,
pendamping teknis WHO dan FETP, WHO Indonesia, UNICEF Indonesia dan Subdit
Imunisasi.

c) Dirjen P2P : Mohon tanggapan dan input dari peserta rapat terkait:
- Secara epidemiologi dengan cakupan yang ada saat ini, yaitu baru 144 kab/kota
mencapai >95%, dengan mobilitas penduduk yang tinggi, apa yang perlu dilakukan
oleh kako yang sudah mencapai >95% untuk mendapat perlindungan optimal?
Mengingat meskipun kab/kota tersebut sudah mencapai target cakupan namun
mungkin saja berbatasan dengan kab/kota yang cakupannya masih rendah.
Contohnya, untuk daerah bencana, perlu dipikirkan juga pengungsian, dimana Kota
Palu sudah mencapai >95%, tetapi Sigi baru 88%.
- Dengan tantangan yang ada Lampung bisa mencapai >95%, walaupun ada kako
yang belum mendapai 95%. Apa yang perlu dilakukan untuk mendorong komitmen
pemerintah daerah?
- KIPI
- Penggunaan vaksin Campak pasca Kampanye MR untuk pelaksanaan BIAS, perlu
dipikirkan juga penggunaan sisa vaksin MR setelah masa kampanye.

d) Prof. Sri Rezeki – Ketua ITAGI


- Dengan pencapaian seperti ini setelah perpanjangan waktu, jika kita lakukan
perpanjangan waktu lagi sepertinya juga tidak akan mencapai hasil signifikan. Kita
harus fokus pada penguatan imunisasi rutin. Untuk daerah-daerah yang belum
mencapai, terutama yang belum mencapai 50% perlu strategi khusus.
- Indonesia secara geografis luas wilayahnya, dengan jumlah anak yang banyak.
Lesson learnt dari pelaksanaan MNTE untuk eliminasi Indonesia dibagi per regional,
apakah untuk MR juga tidak sebaiknya eliminasinya dibuat secara regional? Strategi
penguatan pun dilakukan berdasarkan regionalisasi tersebut.
- Vaksin MR, terutama rubellanya harus diberikan minimal 2 kali, sehingga untuk bayi
9 bulan dan anak 18 bulan tetap diberikan MR, sedangkan vaksin campak bias
diberikan untuk BIAS.
- Kita pernah membuat tim khusus advokasi dan sosialisasi imunisasi yang terdiri dari
kemkes, organisasi profesi dan MUI. Hal ini bisa diaktifkan kembali dengan orang
setempat/lokal, yaitu dari di masing-masing provinsi terdiri dari dinkes, organisasi
profesi dan MUI di wilayah tsb.
- Banyak orang tua yang takut KIPI, tidak hanya orang tua bahkan petugas pun
banyak yang takut KIPI. Mungking sebaiknya strategi komunikasinya MR disebut
dengan Campak Rubella saja supaya lebih familiar. Karena vaksin campak sudah
sejak dahulu diberikan, semua orang sudah tahu.
- Selama pelaksanaan kampanye MR terjadi 3 kasus anafilaktik, hal ini tidak pernah
terjadi pada pelaksanaan pemberian imunisasi campak monovalent. Ini terjadi karena
ada perbedaan tipe campak yang diberikan, untuk produksi BF menggunakan Camp-
70 sedangkan produksi India menggunakan strain yang berbeda, jika nanti BF akan
memproduksi vaksin MR sendiri perlu dipertimbangkan strain campak yang
digunakan.

e) dr. Hindra Irawan Satari – Ketua Komnas PP KIPI


- KIPI MR tahun 2018 ada 100, 70 koinsiden, sisanya reaksi vaksin, kecemasan ,
kesalahan prosedur dan . Ada 2 yang berakibat fatal, yaitu anafilaktik.
- Rekomendasi dari Komnas PP KIPI adalah vaksin MR ini aman. Kami masih
merekomendasikan vaksin MR ini untuk dipakai untuk program imunisasi
selanjutnya.
- Setelah pelaksanaan kampanye MR, MR sudah akan masuk ke dalam imunisasi
rutin, sehingga perlu diperhatikan juga cakupan MR rutinnya.
- Pemetaan sudah ada, tinggal dilakukan inventarisasi permasalahan dan
tantangannya sehingga bisa ditentukan strategi yang berbeda untuk satu wilayah dan
wilayah lainnya.
- Dengan cakupan yang ada saat ini, harusnya nanti ke depan akan mungkin terjadi
KLB sehingga mulai harus diwaspadai dari sekarang.
- Media sangat berperan penting sehingga bloger-bloger dan media perlu dirangkul
kembali.

f) Prof. Herini – Ketua Komite Verifikasi Eliminasi Campak dan Rubella


- Untuk melihat hasil dari imunisasi itu dampaknya yaitu melalui kinerja surveilansnya,
seperti yang di Pulau Jawa terlihat penurunan kasus campak dan rubella setelah
pelaksanaan kampanye MR fase I. Perlu dilihat juga untuk kasus campak dan rubella
setelah pelaksanaan kampanye MR fase II, dan dibandingkan.
- Target eliminasi 2020, untuk daerah yang luas seperti Indonesia dan India, perlu
dibuat strategi eliminasi secara bertahap mulai tahun 2020.
- Perlu dilihat surveilans CRS nya, dari sentinel yang ada di 12 provinsi dan 13 RS,
belum dilaksanakan secara optimal.
- Kita kemungkinan masih akan mendapatkan kasus campak dan CRS, tapi hal ini
harus didukung dengan kinerja surveilans yang baik. Namun, apabila tidak didukung
dengan kinerja surveilans yang baik maka kasusnya seolah-olah tidak ada karena
tidak terlaporkan.
- Edukasi untuk imunisasi lengkap. Sebagian besar masyarakat menganggap
imunisasi lengkap setelah mendapat campak pada usia 9 bulan, padahal seharusnya
masih ada imunisasi lanjutan. Terminologi imunisasi dasar lengkap harus
disesuaikan kembali.
- Kita harus segera mengevaluasi kejadian campak dan rubella untuk 28 provinsi di
Luar Pulau Jawa setelah pelaksanaan kampanye MR fase II.
g) Ibu Niprida – WHO
- WHO sudah melakukan analisa data kasus campak dan rubella, penurunan kasus di
Jawa dengan cakupan > 95% terjadi secara signifikan, namun bila dilihat per
golongan usia, kasus pada anak usia dibawah 2 tahun cenderung naik. Ada 3 kali
KLB di Pulau Jawa, 2 kasus diluar sasaran MR dan 1 kasus termasuk sasaran MR.
- Di luar Jawa, Kasus rubella di atas 15 thn naik, perlu diwaspadai CRS nya.
- Mungkin perlu diubah sebutan campak bayi dan baduta menjadi campak dosis
pertama dan dosis kedua.

h) Dr. Vinod Bura - WHO


- Jika kita melihat pelaksanaan kampanye MR fase I dan II maka cakupan yang sudah
dicapai secara nasional sudah 87% anak. Ini merupakan pencapaian yang besar.
- Setelah dilakukan imunisasi kepada 87% anak maka kita akan melihat penurunan
kasus campak dan rubella, maka dapat dilihat bahwa vaksin MR yang digunakan
aman dan efektif.
- Strategi untuk eliminasi MR antara lain: imunisasi rutin untuk MR dosis pertama dan
dosis kedua minimal 95%; Perlu diperkuat surveilans CBMS; Perlu dilakukan Mop-
up.

i) Dirjen P2P
- Perlu data yang lebih konkrit dan publikasi. Mohon kepada para ahli untuk dapat
berkenan menulis terkait pelaksanaan kampanye MR ini dari segi keilmuan masing-
masing.
- Pelaksanaan kampanye ini bukan merupakan suatu rangkaian yang terpisah antara
pelaksanaan fase I dan fase II sehingga harus dilihat capaian keseluruhan.
- Ibu Menkes sudah setuju terkait regionalisasi eliminasi campak dan rubella ini, sudah
disoundingkan ke Kami.
- Di level mana kita akan melakukan regionalisasi, Regionalisasi eliminasi ini
berdasarkan wilayah atau berdasarkan coverage?

j) Ibu Niprida - WHO


- Berdasarkan diskusi sebelumnya dengan komite verifikasi MR, regionalisasi
dilakukan secara provinsi.
- Untuk strategi yang perlu dilakukan, dilakukan spesifik per kab/kota. Misalnya, untuk
daerah dengan cakupan <95%: pada saat pelaksanaan BIAS, tidak hanya kelas I, 2
dan 5 SD, tp dikembangkan juga untuk kelas-kelas lainnya, termasuk SMP, diberikan
imunisasi MR untuk mengejar anak-anak yang belum dapat imunisasi saat
kampanye. Bagi daerah dengan cakupan > 95% maupun < 95%, indikator surveilans
nya pun harus disesuaikan.

k) dr. Hindra Irawan Satari – Komnas PP KIPI


- Setiap kabupaten harus menyusun strategi masing-masing, dimana Bupati/Walikota
sebagai panglimanya.
- Jika dilihat dari pemetaan yang sudah dilakukan, daerah dengan cakupan merah itu
sepertinya karena alasan agama dan cakupan kuning itu karena alasan geografis.
l) Dirjen P2P
- Pelaksanaan kampanye MR selesai, perlu dipikirkan langkah selanjutnya menyikapi
cakupan yang ada.
- Surveilans sentinel CRS perlu ditambah dan diperluas, diperlukan data tertulis
mengenai prasyarat menjadi sentinel CRS dari para ahli sehingga dapat kami
usulkan ke Dirjen Yankes untuk penambahan RS sebagai sentinel CRS.
- Definisi imunisasi dasar lengkap perlu diperhatikan kembali dalam RPJMN 2020-
2024  segera, kalau bisa sudah dilaunching saat Rakerkesnas 2019 yang akan
dilaksanakan 11-14 Februari 2019.
- Perlu pengamatan di Papua Barat dan bandingkan dengan Pulau Jawa. Buat
skenario penguatan untuk Papua Barat karena merupakan binaan P2P. Lihat
keberhasilan Papua Barat dari coverage dan bandingkan dengan keamanan dan
efektivitas vaksin.

m) Pak Made – UNICEF


- Untuk pelaporan kampanye MR melalui rapid pro apakah dihentikan saja per 31
desember 2018 ini atau seperti apa? Karena sampai hari ini masih ada puskesmas
yang melaporkan cakupan kampanye MR. Mohon arahanya.

n) Direktur Surkarkes
- Untuk pelaporan MR nanti akan kami diskusikan kembali, kemungkinan akan
diberikan waktu, akan kami informasikan selanjutnya.
- Pemetaan yang dibuat WHO bagus, namun cukup complicated jika skoring tersebut
digunakan untuk menentukan status eliminasi di suatu daerah. Perlu dilakukan
adjustment kembali.

o) Pak Syamsu
- Kita perlu revisi regulasi, apakah ini waktu yang tepat untuk mendorong peraturan-
peraturan imunisasi tidak hanya Permenkes, tapi didorong ke Perpres atau PP.
 Dirjen P2P: Perpers, PP atau peraturan yang lebih tinggi bisa kita skenario kan
untuk hal-hal yang strategis. Untuk 2019, jadwal prolegnas sudah lewat, bisa kita
masukan saja ke dalam undang-undang wabah.

p) Rencana Tindak Lanjut


- Pelaksanaan kampanye MR selesai, perlu disusun RTL selanjutnya dalam rangka
mencapai eliminasi campak dan pengendalian rubella.
- Buat Laporan Kampanye MR kepada Menkes dan Presiden secara keseluruhan yaitu
fase I dan II.
- Buat feedback hasil pelaksanaan kampanye imunisasi MR kepada K/L terkait.
- Harus dilakukan penyesuian indikator RPJMN, tidak lagi hanya Imunisasi Dasar
Lengkap (IDL) tetapi imunisasi lengkap. Harapannya dapat disampaikan pada saat
rakerkesnas 2019.

Anda mungkin juga menyukai