Anda di halaman 1dari 20

CRITICAL JOURNAL REVIEW

PENGINDRAAN JAUH

Oleh:

Nama :Elsa widesni Boangmanalu


Nim :519311004
Kelas : PTB Reg B 2019

PRROGRAM STUDY PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2019/2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan Critical Journal Review untuk mata kuliah Pemgindraan Jauh.
Terwujudnya Critical Journal Review ini tidak terlepas dari bimbingan dan dorongan serta
arahan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dengan
kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu
Para dosen yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Critical Journal Review ini.
Penulisan Critical Journal Review ini bertujuan agar pembaca dapat lebih
memahami materi yang telah penulis sajikan. Penulis sadar bahwa dalam penulisan Critical
Journal Review ini banyak sekali kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca agar penulisan Critical Journal Review ini dapat lebih baik
lagi.
Akhirnya penulis mengucapkan semoga Critical Journal Review ini bermanfaat
bagi para pembaca dan dapat lebih mengerti tentang materi yang telah penulis sajikan.

Salak, 22 Oktober 2020

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB. I PENDAHULUAN..................................................................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................................................
1.2 Tujuan Penulisan .................................................................................................
1.3 Manfaat.................................................................................................................
1.4 Identitas Journal ...................................................................................................

BAB. II RINGKASAN ISI JURNAL.................................................................................


2.1 Jurnal Utama.........................................................................................................
2.2 Jurnal Pembanding...............................................................................................

BAB. III PEMBAHASAN..................................................................................................


3.1 Kelebihan dan Kekurangan Jurnal........................................................................

BAB. IV PENUTUP............................................................................................................
4.1 Kesimpulan...........................................................................................................
4.2 Saran.....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Mereview Jurnal merupakan kegiatan mengulas suatu jurnal agar dapat mengetahui
dan memahami apa yang disajikan dalam suatu jurnal yang menitikberatkan pada evaluasi
(penjelasan, interpretasi dan analisis) mengenai keunggulan dan kelemahan, apa yang
menarik, dan bagaimana jurnal tersebut bisa merubah persepsi dan cara berfikir serta
menjadi pertimbangan apakah dari pengetahuan yang didapat mampu menambah
pemahaman terhadap suatu bidang kajian tertentu.

Selain itu mengkritik jurnal juga dapat melatih kemampuan kita dalam menganalisis
dan mengevaluasi pembahasan yang disajikan penulis. Sehingga menjadi masukan
berharga bagi proses kreatif penulisan lainnya.

1.2.Tujuan

Tujuan mengkritik jurnal adalah untuk memberikan gambaran kepada membaca


mengenai identitas jurnal, ringakasan jurnal, kelebihan dan kekurangan jurnal baik dari
segi sistematika penulisan, EBI, maupun kepaduan keseluruhan isi jurnal serta
implikasinya dari berbagai aspek. Selain itu dengan mengkritik jurnal dapat menambah
wawasan para pengkritik karena di dalam jurnal tersbut disajikan masalah yang akan
menambah ilmu pengetahuan kita.

1.3.Manfaat

Sebagai mahasiswa Pendidikan Teknik Bangunan jurnal-jurnal ini dirasa perlu


untuk dikritik sebab dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam membuat laporan
penelitian yang baik dan benar agar terhindar dari kesalahan dalam melakukan penelitian
terutama penelitian untuk penulisan skripsi serta sebagai pegangan dalam menulis karya
ilmiah yang nantinya diharapkan agar mahasiswa dapat membuat jurnal penelitian yang
sesuai dengan kaidah dan aturan yang berlaku.

Dalam kesempatan ini jurnal yang akan dikritik merupakan jurnal yang
berkaitan dengan Mata Kuliah Statistika dan Probabilitas. Adapun Identitas jurnal yang
akan dikritik akan dilampirkan pada point Identitas Jurnal.
1.4 Identitas Journal

Jurnal Utama
Judul Jurnal : TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS UNTUK IDENTIFIKASI POTENSI KEKERINGAN
Penulis : Puguh Dwi Raharjo
Indentitas : MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 14, NO. 2
Tahun : NOVEMBER 2010

Jurnal Pembanding
Judul Jurnal : ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DARI CITRA TERRASAR-
X MENGGUNAKAN METODE ANALISIS TEXTURE DAN SEGMENTASI
DI JAKARTA
Penulis : Haris Suka Dyatmika , Inggit Lolita Sari1, Fadila Muchsin1, Novie
Indriasari, Marendra Eko Budiono
BAB II
RINGKASAN JOURNAL

2.1 Ringkasan Jurnal Utama


1.Pendahuluan
Degradasi lahan dan kekeringan merupakan tantangan global bagi masyarakat
modern. Permasalahan lingkungan yang sering dihadapai oleh masyarakat pada saat ini
adalah terjadinya bencana banjir pada musim penghujan serta kejadian kekeringan pada
musim kemarau. Permasalahan alam tersebut juga disebabkan faktor sosial budaya.
Masyarakat mulai menggunakan tempat-tempat yang tidak dianjurkan untuk
permukiman, seperti bantaran sungai, dan juga menebangi hutan secara besar-besaran
sehingga ekosistem berubah fungsi dan menimbulkan dampak lingkungan. Permasalahan
alam yang sekarang sering terjadi adalah bencana banjir dan kekeringan. Hampir rata-rata
setiap tahunnya sebagian wilayah Indonesia mengalami bencana tersebut
Informasi mengenai kondisi keadaan permukaan sangat diperlukan, baik dalam
bentuk data numerik maupun data spasial. Informasi spasial fisiografis wilayah dapat
digunakan dalam mendeskripsikan kondisi permukaan sebagai langkah dalam
merencanakan serta merekomendasikan pembangunan daerah dalam bidang
sumberdaya air. Kondisi karakteristik fisik lahan suatu daerah sangat menentukan
kemampuan aliran permukaan sehingga sangat berpengaruh pada jaringan-jaringan
sungai yang terbentuk. Kemampuan fisik lahan dalam merespon air hujan sebagai
masukan menjadikan bentukan riil-riil aliran sungai yang merupakan tempat pengaliran
air hujan yang berlebih. Air hujan sebagai input utama setelah dikurangi dengan
kehilangan air lainnya (misalnya infiltrasi, evapotranspirasi, atau troughfall) akan menjadi
aliran langsung permukaan yang akan masuk pada sistem sungai
Seiring dengan kemajuan teknologi, informasi spasial suatu wilayah dapat
dilakukan dengan mudah. Penggunaan data penginderaan jauh dan SIG dalam ekstraksi
informasi mengenai keruangan dan kewilayahan dapat digunakan untuk pengkajian
wilayah secara menyeluruh dalam hubungannya dengan sumberdaya air. Keterbatasan-
keterbatasan data permukaan yang memerlukan suatu pengaitan obyek dengan mudah,
cepat, dan akurat dapat dianalisis dengan menggunakan data penginderaan jauh. SIG
memiliki kemampuan yang sangat baik dalam memvisualisasikan data spasial berikut
atribut-atributnya. Unsur-unsur yang terdapat dipermukaan bumi dapat diuraikan ke
dalam bentuk beberapa layer atau coverage data spasial. Dengan layer ini permukaan
bumi dapat direkonstruksi kembali atau dimodelkan dalam bentuk nyata (real world tiga
dimensi) dengan menggunakan data ketinggian berikut layer tematik yang diperlukan
Citra Landsat TM merupakan sensor citra penginderaan jauh yang sering
digunakan pada saat ini. Citra ini mempunyai 7 saluran yang terdiri dari spektrum tampak
pada saluran 1, 2, dan 3, spektrum inframerah dekat pada saluran 4, 5, dan 7 dan
spektrum inframerah termal pada saluran 6. Resolusi spasial pada saluran 1-5 dan 7
mencapai 30 meter, sedangkan untuk saluran 6 resolusi spasial mencapai 60 meter

2.Metode Penelitian

Pada penelitian ini, motode yang digunakan dalam memperoleh hasil adalah
menumpangsusunkan parameter-parameter yang berpengaruh terhadap kekeringan
dengan menggunakan SIG. Bahan data primer yang digunakan sebagai data citra
satelit Landsat TM (thematic mapper) adalah peta cakupan wilayah penelitian
Kabupaten Kebumen Jawa Tengah (Gambar 1). Alat dan bahan yang digunakan
pada penelitian ini antara lain peta digital Kabupaten Kebumen, citra Landsat TM
path/row 120/065, data curah hujan, data geohidrologi, dan seperangkat alat
komputer lengkap. Parameter-parameter yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi indeks kebasahan, indeks kecerahan, indeks vegetasi, bentuk lahan,
geohidrologi, curah hujan, serta penggunaan lahan yang berupa lahan pertanian
kering. Data-data tersebut diperoleh dari bahan data primer berupa citra Landsat
TM, data sekunder dari penelitian sebelumnya, serta data hasil pemeriksaan
lapangan.

Data citra Landsat TM melalui proses yang meliputi pembuatan komposit


band RGB (red, green, blue) 452, transformasi citra, serta klasifikasi citra. Hal ini
digunakan untuk mengidentifikasi bentuk lahan, mengetahui indeks kecerahan,
indeks kebasahan, indeks vegetasi, serta untuk mengetahui penyebaran jenis
penggunaan lahan. Untuk mengetahui sebaran hujan, dibuat peta isohyet dari data
curah hujan dari beberapa stasiun di lokasi penelitian. Penyebaran akuifer diperoleh
dari peta hidrogeologi guna mengetahui penyimpanan air di bawah permukaan.
Parameterparameter tersebut diproses menggunakan SIG untuk mengidentifikasi
kekeringan di Kabupaten Kebumen. Gambar 2 merupakan diagram alir penelitian.
Bahan data primer berupa citra Landsat TM dikoreksi secara geometrik agar
terdapat kesesuaian dengan permukaan sebenarnya dan koreksi radiometrik guna
mengurangi gangguan citra dari awan. Transformasi yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Klasifikasi citra yang digunakan adalah unsupervised classification untuk
mengetahui liputan lahan pada kawasan. Setelah dilakukan pengecekan lapangan,
dihasilkan peta penggunaan lahan yang dalam hal ini difokuskan pada lahan pertanian
kering. Intepretasi visual citra komposit RGB 452 digunakan sebagai data dasar dalam
intepretasi mengenai bentuk lahan. Data curah hujan dibuat menjadi bentuk spasial (peta
isohyet) yang mendasarkan pada kelas-kelas hujannya.

Untuk mendeteksi potensi wilayah yang kekeringan, transformasi citra yang


digunakan adalah indeks kebasahan (wetness index), dan indeks kecerahan (brighnesss
index), indeks vegetasi (NDVI), serta komposit RGB 452 untuk klasifikasi kenampakan
fisiografi fisik. Parameter bentuk lahan, isohyet, serta jenis akuifer merupakan faktor
kemampuannya dalam memicu terjadinya kekeringan. Hal tersebut didasarkan pada lama
kemampuan simpanan air yang tertampung dalam wilayah

3.Hasil dan Pembahasan


Curah hujan merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan kondisi permukaan
dalam sudut pandang sumberdaya air. Hujan merupakan suatu masukan (input) yang akan
diproses oleh permukaan lahan untuk menghasilkan suatu keluaran. Aliran air tanah yang
mengalami penurunan akan mengakibatkan masyarakat sulit dalam memenuhi kebutuhan
hidup dimana aliran permukaan yang mengalir pada sistem sungai kecil akan berdampak
pada kemampuan irigasi.

Curah hujan yang ada di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah menggambarkan


adanya variasi. Hujan yang terjadi terbagi menjadi lima kelas, yaitu kelas I (2000- 2500
mm/tahun), kelas II (2500-3000 mm/tahun), kelas III (3000-3500 mm/tahun), kelas IV
(3500-4000 mm/tahun), dan kelas V (4000-4500 mm/tahun). Curah hujan rata-rata sebesar
2000-2500 mm/tahun dengan luas sekitar 22.070,94 km2 . Penyebaran curah hujan ini
terbagi menjadi dua zonasi, zonasi pertama hujan terjadi di daerah dengan jenis bentuk
lahan pegunungan denudasional dan perbukitan struktural dengan jenis tanah
eutrudepts/hapuldals. Isohyet curah hujan pada zonasi yang kedua berada pada kawasan
bentuk lahan pegunungan denudasional, bukit sisa, dataran koluvialaluvial, dataran aluvial,
serta beting gisik dengan jenis tanah eutrudepts/hapludals, endoaguepts/endoaquent, dan
udipsamment/endoaquents

Hujan 2500-3000 mm/tahun dengan luas sekitar 83.352,89 km2 yang merupakan curah
hujan dengan penyebaran terluas pada lokasi penelitian. Sebaran pada curah hujan kelas ini
juga meliputi topografi datar, landai, wilayah pesisir hingga pada daerah perbukitan. Jenis
bentuk lahannya meliputi pegunungan denudasional, perbukitan denudasional, perbukitan
struktural, bukit

Curah hujan 3000-3500 mm/tahun dengan luas sekitar 23.979,09 km2 Isohyet berada pada
daerah dengan topografi berbukit sedang sampai tinggi dengan bentuk lahan pegunungan
denudasional dan perbukitan struktural serta mempunyai jenis tanah hapluduls/
dystrudepts, eutrudepts/udorthers, dan eutrudepts/ hapludals [12]. Sedangkan curah hujan
3500-4000 mm/tahun dengan luas sekitar 1.908,24 km2 dan curah hujan 4000–4500
mm/tahun dengan luas sekitar 638,48 km2 hanya merupakan kawasan yang kecil dengan
topografi berbukit sedang yang berada pada bentuk lahan perbukitan struktural dengan
jenis tanah hapluduls/ dystrudepts [12]. Parameter curah hujan merupakan faktor penentu
kondisi permukaan dalam kaitannya dengan sumberdaya air yang mempunyai hubungan
pada kekeringan. Gambar 3 merupakan peta isohyet Kabupaten Kebumen. Kondisi
hidrogeologi di Kabupaten Kebumen pada dasarnya adalah wilayah yang mempunyai
akuifer produktif, walaupun dengan intensitas setempat sampai penyebaran luas (Tabel 1,
Gambar 4). Kondisi air tanah langka pada wilayah ini sekitar 46.905,78 km2 yang meliputi
sebagian Kecamatan Sempor, Karanggayam, Karangsambung, Sadang, Padureso. Daerah
tersebut merupakan wilayah dengan topografi berbukit.
Berdasarkan citra Landsat TM komposit RGB 452 (Gambar 5A) geomorfologi
yang ada pada kawasan meliputi satuan bentukan lahan asal proses struktural, satuan
bentukan lahan asal proses denudasional, satuan bentukan lahan asal proses fluvial, satuan
bentuk lahan marin, dan satuan bentuk lahan karst. Bentukan lahan asal proses struktural
dengan jenis patahan dan lipatan berada di wilayah perbukitan kawasan Karangsambung
dan sekitarnya.

Pada daerah sekitar pesisir, tanah bertekstur pasir sehingga mempermudah air
permukaan untuk meresap kedalam tanah dan tidak tersimpan dalam waktu lama. Wilayah
yang diprediksi sebagai wilayah yang memiliki potensi kekeringan juga mempunyai jenis
penggunaan lahan vegetasi meskipun dengan kerapatan yang rendah. Jenis penggunaan
lahan vegetasi yang termasuk dalam identifikasi wilayah kekeringan meliputi jenis
penggunaan lahan ladang dan sawah tadah hujan. Gambar 7

Untuk mengetahui kesesuaian dengan kondisi permukaan, maka wilayah yang terdeteksi
kekeringan disesuaikan dengan potensi akuifer dangkal serta isohyet curah hujan terendah. Di
Kabupeten Kebumen, wilayah yang mempunyai tingkat kekeringan pada zonasi akuifer dangkal
meliputi Kecamatan Karanggayam, Karangsambung, Sadang serta sebagian Kecamatan Alian.
Pada wilayah kekeringan juga masih banyak jenis penggunaan lahan pertanian kering serta
keberadaan sawah masih mempunyai tipe sawah tadah hujan. Wilayah pesisir juga diidentifikasi
sebagai wilayah kekeringan. Pada wilayah pesisir tanaman pertanian berupa tanaman kering
dengan sistem pengairan dengan pengambilan air tanah menggunakan mesin pompa, hal ini
dikarenakan teksur tanah di kawasan pesisir berupa pasir yang bersifat permebilitas sehingga air
hujan tidak dapat tertampung di permukaan dengan baik. Pada daerah penelitian wilayah
kekeringan di kawasan pesisir meliputi sebagian Kecamatan Puring, Klirong, Buluspesantren,
Ambal dan Mirit. Pada wilayah yang teridentifikasi mempunyai potensi kekeringan tersebut, rata-
rata lahan digunakan untuk pertanian sawah tadah hujan serta perladangan.

4.Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik simpulan
bahwa penggunaan data penginderaan jauh dapat digunakan untuk mengidentifikasi
potensi kekeringan suatu wilayah dengan menggunakan suatu transformasi. Parameter-
parameter fisiografi yang menentukan potensi kekeringan tersebut meliputi faktor bentuk
lahan, faktor kondisi akuifer serta faktor input utama berupa curah hujan yang minim. Di
Kabupaten Kebumen daerah-daerah yang diidentifikasi mempunyai potensi kekeringan
meliputi sebagian Kecamatan Karanggayam, Karangsambung, Sadang, Alian, Puring,
Klirong, Buluspesantren, Ambal dan Mirit

2.2Ringkasan Jurnal Pembanding


1.Pendahuluan
Kota sebagai suatu wilayah dengan pemusatan penduduk dan kepadatan yang
tinggi dibandingkan daerah sekitarnya, secara fisik didominasi wilayah terbangun seperti
permukiman, kelengkapan fasilitas umum, dan kelengkapan infrastruktur yang terus
mengalami perkembangan (Djoko Sujarto, 1992). Oleh karena itu perencanaan kota yang
komprehensif dan keberlanjutan sangat diperlukan.
Pemantauan perubahan lahan dan perkembangan kota secara kontinu sering
terkendala oleh keterbatasan data dan biaya, seperti penyediaan data yang diperoleh dari
survei lapangan dan penggunaan foto udara. Namun, saat ini kendala tersebut berkurang
karena keberlimpahan data satelit penginderaan jauh baik berupa data optis dan radar
yang digunakan untuk memantau perkembangan kota secara luas, kontinu, dan efisien.
Salah satu metode untuk mendeteksi objek dari data SAR adalah dengan
memanfaatkan nilai hamburan balik (backscatter) dari gelombang micro tersebut. Posisi
suatu objek data radar ditentukan dari kombinasi arah dan jarak (range). Nilai intensitas
kooefisien backscatter dipengaruhi dari tingkat kekasaran objek dan konstanta dielektrik
objek tersebut (Antonova, Kääb, Heim, Langer, & Boike, 2016). Tingkat kekasaran objek
pada data SAR dari analisis backscatter digunakan untuk membedakan jenis objek, misal
tanaman akan memiliki nilai backscatter yang tinggi (cerah) dikarenakan memiliki volume
backsatter yang berasal dari hamburan bagian-bagian tubuh tanaman (volume scattering),
sebaliknya air memiliki nilai backscatter yang relatif lebih rendah. Perbedaan nilai
intensitas koefisien backscatter juga dipengaruhi oleh konstanta dielektrik dari tingkat
kelembapan objek, misal tanah dengan tingkat kelembapan tinggi akan memiliki nilai
backscatter yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah kering.

2.Metode Penelitian
Kota Jakarta secara geografis terletak pada 5°19'12" - 6°23'54" LS dan 106°22'42"
- 106°58'18" BT, namun penelitian ini lebih difokuskan di Jakarta Barat pada 6°13ʹ10,03 ʺLS
- 6°14ʹ24,64ʺLS dan 106°44ʹ47,44ʺBT - 106°46ʹ16,45 ʺBT. Pembangunan yang pesat di
Jakarta dapat dilihat dari berkurangnya luas area Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang
mencapai 9% dari luas keseluruhan wilayah di tahun 2013 (Febrianti & Sofan, 2014). Data
yang digunakan adalah TSX Stripmap polarisasi tunggal HH wilayah Jakarta pada tanggal
09 Agustus 2010 dan 1 Maret 2013. Kedua data tersebut memiliki sudut pandang satelit
(incidence angle) 33,1°. Data optis resolusi sangat tinggi Pleiades tahun 2014 dan Google
Earth tahun 2010 digunakan sebagai data referensi untuk penilaian akurasi peta yang
dilakukan secara kualitatif (pengecekan visual) dan kuantitatif (Gambar 2-1).
Data TSX diperoleh dari LAPAN dengan format produk Single Slantlook range
Complex (SSC) L1B, tahapan preprocessing dilakukan menggunakan software open source
SNAP 2.0 untuk mengkoreksi data ke format level terrain. Informasi nilai intensitas
koefisien backscatter diperoleh dengan mengkonversi nilai Digital Number (DN) integer
menjadi desibel (dB). Informasi ekstraksi koefisien backscatter yang digunakan pada
pengolahan ini adalah nilai Sigma Naught (σ°) yang diturunkan dari nilai Beta Naught (β°).
Beta Naught adalah nilai koefisien hambur balik pada unit area slant range, sedangkan
nilai Sigma Naught adalah nilai koefisien hambur balik ground range, formula konversi
adalah sebagai berikut (AIRBUS, 2008);
β° = ks . ∣DN∣ 2 (1)
β°dB = 10 . log 10 (β°) (2)
σ° = β° . sin𝜃 (3)
σ° dB = β°dB + 10 . log 10 (sin𝜃) (4)
dimana; ks adalah nilai kalibrasi dan faktor scaling yang terdapat dalam metadata
(calFactor), dan 𝜃 adalah nilai sudut pandang satelit. Data dalam σ° selanjutnya untuk
identifikasi objek melalui nilai intensitas backscatter pada data TSX yang sebelumnya telah
dilakukan proses speckle noise filter. Gangguan (noise) dikarenakan adanya nilai
interferensi acak data radar yang koheren, yang mengakibatkan perbedaan rata-rata
hambur balik secara acak dan tajam menyebabkan perbedaan (intensitas) daerah gelap
dan terang. Perbedaan nilai intensitas koefisien hambur balik yang acak tersebut
mengakibatkan menurunnya kualitas citra dan sulitnya data untuk diinterpretasi.
Proses speckle noise filter dilakukan menggunakan metode Lee filter dengan
pemfilteran didasarkan pada ukuran spasial (adaptive filter) nilai standar deviasi pada
ukuran window tertentu sehingga menghasilkan data dengan nilai baru (Lee, Jurkevich,
Dewaele, Wambacq, & Oosterlinck, 1994). Pemilihan ukuran window menurut Li (2013)
yang baik adalah 5 x 5 dibandingkan dengan window berukuran 3 x 3. Hal ini karena pada
ukuran window yang lebih kecil menyebabkan pemfilteran nilai data SAR secara statistik
tidak independen karena oversampling akibat pengaruh resolusi spasial data. Akan tetapi
pada window dengan ukuran yang lebih besar dapat membuat kabur tepi dan titik fokus
objek. Pada penelitian ini, penentuan ukuran window didasarkan pada eksperimental dan
penilaian secara visual untuk kemudahan mendeteksi objek. Ukuran window yang
digunakan pada penelitian ini adalah 5 x 5.
3.Hasil dan Pembahasan
Pengolahan σ° data TSX menunjukkan bahwa beberapa objek dapat dibedakan
berdasarkan nilai intesitasnya (dB), yaitu air/waduk, sungai, jalan, permukiman dan
vegetasi/RTH (Gambar 3-1 dan 3-2). Dalam Gambar 3-2 diketahui rentang nilai beberapa
objek yang saling overlap yang dapat memberikan error terhadap klasifikasi, namun nilai
tersebut bisa berbeda dengan data/ AOI lainnya.

Nilai koefisien hambur balik


permukiman dan vegetasi diidentifikasikan dengan nilai yang tinggi karena pada
gelombang pendek (X) sangat rentan dipengaruhi oleh tingkat kekasaran permukaan,
seperti pada tanaman, yaitu karena tingginya tingkat diffuse scattering dan volume
scattering. Namun nilai hambur balik pada tanaman juga dipengaruhi oleh konstanta
dielektrik kelembaban air dan kemampuan sinyal X yang tidak menembus tanaman secara
sempurna, yaitu hanya pada bagian atas lapisan tanaman, sehingga lebih rendah nilai
intensitasnya daripada objek permukiman. Sedangkan nilai kelas air/waduk dan sungai
hampir mendekati dikarenakan karakter pantulan specular dari objek air sehingga sulit
untuk dibedakan dan menghasilkan kelas klasifikasi sama. Deteksi perubahan lahan pada
sinyal gelombang pendek TSX lebih mudah diidentifikasi karena karakteristik tingginya
tingkat ketidak-koheren data gelombang pendek dibandingkan gelombang lainnya serta
kelebihan kemampuan temporal yang tinggi. Kedua hal tersebut menjadi kelebihan data
TSX dalam mendeteksi perubahan lahan.

4.Simpulan
Ketersediaan data TSX di LAPAN dapat digunakan untuk memantau
perkembangan dan pembangunan kota di Indonesia. Dengan menggunakan pengabungan
analisis tekstur dan segmentasi diketahui adanya konversi lahan dari area vegetasi ke
lahan terbangun, seperti pembangunan yang pesat di Jakarta. Perubahan lahan tersebut
terjadi pada konversi lahan vegetasi/RTH menjadi jalan dan permukiman, sekaligus
mengidentifikasi konversi lahan dari permukiman ke pembangunan jalan baru.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

1.Kelebihan Jurnal Utama


Kelebihan Jurnal ini jika dibandingkan dengan jurnal pembanding 1 Dan
pembanding 2 memiliki beberapa kelebihan. Adapun beberapa point yang menunjang
kelebihan jurnal utama ini adalah antara lain:
1. Jurnal utama membahas pemanfaatan dari penginderaan jarak jauh
2. Di lengkapi dengan pendapat para ahli yang sesuai dengan penginderaan jarak jauh
3. Metode penelitan yang di dasari teori yang berlandasan kuat
4. Di lengkapi dengan hasil penginderaan jauh yang di gunkan sebagai bukti hasil
penelitian

Kelebihan Jurnal Pembanding


Membahas tentang pemanfaatan penginderaan jauh untuk melihat pemetaan
Memiliki hasil foto penginderaan jarak jauh sebagai pendukung jurnal

2.Kekurangan Jurnal

Secara garis besar Jurnal ini sudah bagus, namun ada beberapa hal juga yang kadang
luput dari perhatian penulis. Berikut kami memaparkan kekurangan Jurnal ini menurut
kami:

1. Jurnal utama tidak menggunkan tabel untuk mempermudah pembacaan atau


untuk mempermudah pemahaman tentang hasil jurnal yang akan dibaca
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan

Jurnal memiliki kelebihan dan kekurangannya , sehigga dapat dipergunakan dengan baik oleh
pembaca dalam membantu memahami pembelajaran Gambar Konstruksi Jalan,Irigasi dan
Jalan (petak primer)

4.2.Saran

Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat berperan aktif dalam melakukan suatu penelitian dan
pengembangan serta menjadikan review jurnal ini sebagai referensi untuk menentukan
sumber pengetahuan dan pendekatan ilmiah lain yang akan digunakan.

Bagi Peneliti Lainnya


Review jurnal ini masih jauh dari kesempurnaan, maka sebaiknya dilakukan review lebih
lanjut sehingga dapat melengkapi kekurangan yang terdapat dalam review jurnal ini.

Anda mungkin juga menyukai