CJR Elsa
CJR Elsa
PENGINDRAAN JAUH
Oleh:
FAKULTAS TEKNIK
MEDAN
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan Critical Journal Review untuk mata kuliah Pemgindraan Jauh.
Terwujudnya Critical Journal Review ini tidak terlepas dari bimbingan dan dorongan serta
arahan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dengan
kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu
Para dosen yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Critical Journal Review ini.
Penulisan Critical Journal Review ini bertujuan agar pembaca dapat lebih
memahami materi yang telah penulis sajikan. Penulis sadar bahwa dalam penulisan Critical
Journal Review ini banyak sekali kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca agar penulisan Critical Journal Review ini dapat lebih baik
lagi.
Akhirnya penulis mengucapkan semoga Critical Journal Review ini bermanfaat
bagi para pembaca dan dapat lebih mengerti tentang materi yang telah penulis sajikan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB. I PENDAHULUAN..................................................................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................................................
1.2 Tujuan Penulisan .................................................................................................
1.3 Manfaat.................................................................................................................
1.4 Identitas Journal ...................................................................................................
BAB. IV PENUTUP............................................................................................................
4.1 Kesimpulan...........................................................................................................
4.2 Saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Mereview Jurnal merupakan kegiatan mengulas suatu jurnal agar dapat mengetahui
dan memahami apa yang disajikan dalam suatu jurnal yang menitikberatkan pada evaluasi
(penjelasan, interpretasi dan analisis) mengenai keunggulan dan kelemahan, apa yang
menarik, dan bagaimana jurnal tersebut bisa merubah persepsi dan cara berfikir serta
menjadi pertimbangan apakah dari pengetahuan yang didapat mampu menambah
pemahaman terhadap suatu bidang kajian tertentu.
Selain itu mengkritik jurnal juga dapat melatih kemampuan kita dalam menganalisis
dan mengevaluasi pembahasan yang disajikan penulis. Sehingga menjadi masukan
berharga bagi proses kreatif penulisan lainnya.
1.2.Tujuan
1.3.Manfaat
Dalam kesempatan ini jurnal yang akan dikritik merupakan jurnal yang
berkaitan dengan Mata Kuliah Statistika dan Probabilitas. Adapun Identitas jurnal yang
akan dikritik akan dilampirkan pada point Identitas Jurnal.
1.4 Identitas Journal
Jurnal Utama
Judul Jurnal : TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS UNTUK IDENTIFIKASI POTENSI KEKERINGAN
Penulis : Puguh Dwi Raharjo
Indentitas : MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 14, NO. 2
Tahun : NOVEMBER 2010
Jurnal Pembanding
Judul Jurnal : ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DARI CITRA TERRASAR-
X MENGGUNAKAN METODE ANALISIS TEXTURE DAN SEGMENTASI
DI JAKARTA
Penulis : Haris Suka Dyatmika , Inggit Lolita Sari1, Fadila Muchsin1, Novie
Indriasari, Marendra Eko Budiono
BAB II
RINGKASAN JOURNAL
2.Metode Penelitian
Pada penelitian ini, motode yang digunakan dalam memperoleh hasil adalah
menumpangsusunkan parameter-parameter yang berpengaruh terhadap kekeringan
dengan menggunakan SIG. Bahan data primer yang digunakan sebagai data citra
satelit Landsat TM (thematic mapper) adalah peta cakupan wilayah penelitian
Kabupaten Kebumen Jawa Tengah (Gambar 1). Alat dan bahan yang digunakan
pada penelitian ini antara lain peta digital Kabupaten Kebumen, citra Landsat TM
path/row 120/065, data curah hujan, data geohidrologi, dan seperangkat alat
komputer lengkap. Parameter-parameter yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi indeks kebasahan, indeks kecerahan, indeks vegetasi, bentuk lahan,
geohidrologi, curah hujan, serta penggunaan lahan yang berupa lahan pertanian
kering. Data-data tersebut diperoleh dari bahan data primer berupa citra Landsat
TM, data sekunder dari penelitian sebelumnya, serta data hasil pemeriksaan
lapangan.
Hujan 2500-3000 mm/tahun dengan luas sekitar 83.352,89 km2 yang merupakan curah
hujan dengan penyebaran terluas pada lokasi penelitian. Sebaran pada curah hujan kelas ini
juga meliputi topografi datar, landai, wilayah pesisir hingga pada daerah perbukitan. Jenis
bentuk lahannya meliputi pegunungan denudasional, perbukitan denudasional, perbukitan
struktural, bukit
Curah hujan 3000-3500 mm/tahun dengan luas sekitar 23.979,09 km2 Isohyet berada pada
daerah dengan topografi berbukit sedang sampai tinggi dengan bentuk lahan pegunungan
denudasional dan perbukitan struktural serta mempunyai jenis tanah hapluduls/
dystrudepts, eutrudepts/udorthers, dan eutrudepts/ hapludals [12]. Sedangkan curah hujan
3500-4000 mm/tahun dengan luas sekitar 1.908,24 km2 dan curah hujan 4000–4500
mm/tahun dengan luas sekitar 638,48 km2 hanya merupakan kawasan yang kecil dengan
topografi berbukit sedang yang berada pada bentuk lahan perbukitan struktural dengan
jenis tanah hapluduls/ dystrudepts [12]. Parameter curah hujan merupakan faktor penentu
kondisi permukaan dalam kaitannya dengan sumberdaya air yang mempunyai hubungan
pada kekeringan. Gambar 3 merupakan peta isohyet Kabupaten Kebumen. Kondisi
hidrogeologi di Kabupaten Kebumen pada dasarnya adalah wilayah yang mempunyai
akuifer produktif, walaupun dengan intensitas setempat sampai penyebaran luas (Tabel 1,
Gambar 4). Kondisi air tanah langka pada wilayah ini sekitar 46.905,78 km2 yang meliputi
sebagian Kecamatan Sempor, Karanggayam, Karangsambung, Sadang, Padureso. Daerah
tersebut merupakan wilayah dengan topografi berbukit.
Berdasarkan citra Landsat TM komposit RGB 452 (Gambar 5A) geomorfologi
yang ada pada kawasan meliputi satuan bentukan lahan asal proses struktural, satuan
bentukan lahan asal proses denudasional, satuan bentukan lahan asal proses fluvial, satuan
bentuk lahan marin, dan satuan bentuk lahan karst. Bentukan lahan asal proses struktural
dengan jenis patahan dan lipatan berada di wilayah perbukitan kawasan Karangsambung
dan sekitarnya.
Pada daerah sekitar pesisir, tanah bertekstur pasir sehingga mempermudah air
permukaan untuk meresap kedalam tanah dan tidak tersimpan dalam waktu lama. Wilayah
yang diprediksi sebagai wilayah yang memiliki potensi kekeringan juga mempunyai jenis
penggunaan lahan vegetasi meskipun dengan kerapatan yang rendah. Jenis penggunaan
lahan vegetasi yang termasuk dalam identifikasi wilayah kekeringan meliputi jenis
penggunaan lahan ladang dan sawah tadah hujan. Gambar 7
Untuk mengetahui kesesuaian dengan kondisi permukaan, maka wilayah yang terdeteksi
kekeringan disesuaikan dengan potensi akuifer dangkal serta isohyet curah hujan terendah. Di
Kabupeten Kebumen, wilayah yang mempunyai tingkat kekeringan pada zonasi akuifer dangkal
meliputi Kecamatan Karanggayam, Karangsambung, Sadang serta sebagian Kecamatan Alian.
Pada wilayah kekeringan juga masih banyak jenis penggunaan lahan pertanian kering serta
keberadaan sawah masih mempunyai tipe sawah tadah hujan. Wilayah pesisir juga diidentifikasi
sebagai wilayah kekeringan. Pada wilayah pesisir tanaman pertanian berupa tanaman kering
dengan sistem pengairan dengan pengambilan air tanah menggunakan mesin pompa, hal ini
dikarenakan teksur tanah di kawasan pesisir berupa pasir yang bersifat permebilitas sehingga air
hujan tidak dapat tertampung di permukaan dengan baik. Pada daerah penelitian wilayah
kekeringan di kawasan pesisir meliputi sebagian Kecamatan Puring, Klirong, Buluspesantren,
Ambal dan Mirit. Pada wilayah yang teridentifikasi mempunyai potensi kekeringan tersebut, rata-
rata lahan digunakan untuk pertanian sawah tadah hujan serta perladangan.
4.Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik simpulan
bahwa penggunaan data penginderaan jauh dapat digunakan untuk mengidentifikasi
potensi kekeringan suatu wilayah dengan menggunakan suatu transformasi. Parameter-
parameter fisiografi yang menentukan potensi kekeringan tersebut meliputi faktor bentuk
lahan, faktor kondisi akuifer serta faktor input utama berupa curah hujan yang minim. Di
Kabupaten Kebumen daerah-daerah yang diidentifikasi mempunyai potensi kekeringan
meliputi sebagian Kecamatan Karanggayam, Karangsambung, Sadang, Alian, Puring,
Klirong, Buluspesantren, Ambal dan Mirit
2.Metode Penelitian
Kota Jakarta secara geografis terletak pada 5°19'12" - 6°23'54" LS dan 106°22'42"
- 106°58'18" BT, namun penelitian ini lebih difokuskan di Jakarta Barat pada 6°13ʹ10,03 ʺLS
- 6°14ʹ24,64ʺLS dan 106°44ʹ47,44ʺBT - 106°46ʹ16,45 ʺBT. Pembangunan yang pesat di
Jakarta dapat dilihat dari berkurangnya luas area Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang
mencapai 9% dari luas keseluruhan wilayah di tahun 2013 (Febrianti & Sofan, 2014). Data
yang digunakan adalah TSX Stripmap polarisasi tunggal HH wilayah Jakarta pada tanggal
09 Agustus 2010 dan 1 Maret 2013. Kedua data tersebut memiliki sudut pandang satelit
(incidence angle) 33,1°. Data optis resolusi sangat tinggi Pleiades tahun 2014 dan Google
Earth tahun 2010 digunakan sebagai data referensi untuk penilaian akurasi peta yang
dilakukan secara kualitatif (pengecekan visual) dan kuantitatif (Gambar 2-1).
Data TSX diperoleh dari LAPAN dengan format produk Single Slantlook range
Complex (SSC) L1B, tahapan preprocessing dilakukan menggunakan software open source
SNAP 2.0 untuk mengkoreksi data ke format level terrain. Informasi nilai intensitas
koefisien backscatter diperoleh dengan mengkonversi nilai Digital Number (DN) integer
menjadi desibel (dB). Informasi ekstraksi koefisien backscatter yang digunakan pada
pengolahan ini adalah nilai Sigma Naught (σ°) yang diturunkan dari nilai Beta Naught (β°).
Beta Naught adalah nilai koefisien hambur balik pada unit area slant range, sedangkan
nilai Sigma Naught adalah nilai koefisien hambur balik ground range, formula konversi
adalah sebagai berikut (AIRBUS, 2008);
β° = ks . ∣DN∣ 2 (1)
β°dB = 10 . log 10 (β°) (2)
σ° = β° . sin𝜃 (3)
σ° dB = β°dB + 10 . log 10 (sin𝜃) (4)
dimana; ks adalah nilai kalibrasi dan faktor scaling yang terdapat dalam metadata
(calFactor), dan 𝜃 adalah nilai sudut pandang satelit. Data dalam σ° selanjutnya untuk
identifikasi objek melalui nilai intensitas backscatter pada data TSX yang sebelumnya telah
dilakukan proses speckle noise filter. Gangguan (noise) dikarenakan adanya nilai
interferensi acak data radar yang koheren, yang mengakibatkan perbedaan rata-rata
hambur balik secara acak dan tajam menyebabkan perbedaan (intensitas) daerah gelap
dan terang. Perbedaan nilai intensitas koefisien hambur balik yang acak tersebut
mengakibatkan menurunnya kualitas citra dan sulitnya data untuk diinterpretasi.
Proses speckle noise filter dilakukan menggunakan metode Lee filter dengan
pemfilteran didasarkan pada ukuran spasial (adaptive filter) nilai standar deviasi pada
ukuran window tertentu sehingga menghasilkan data dengan nilai baru (Lee, Jurkevich,
Dewaele, Wambacq, & Oosterlinck, 1994). Pemilihan ukuran window menurut Li (2013)
yang baik adalah 5 x 5 dibandingkan dengan window berukuran 3 x 3. Hal ini karena pada
ukuran window yang lebih kecil menyebabkan pemfilteran nilai data SAR secara statistik
tidak independen karena oversampling akibat pengaruh resolusi spasial data. Akan tetapi
pada window dengan ukuran yang lebih besar dapat membuat kabur tepi dan titik fokus
objek. Pada penelitian ini, penentuan ukuran window didasarkan pada eksperimental dan
penilaian secara visual untuk kemudahan mendeteksi objek. Ukuran window yang
digunakan pada penelitian ini adalah 5 x 5.
3.Hasil dan Pembahasan
Pengolahan σ° data TSX menunjukkan bahwa beberapa objek dapat dibedakan
berdasarkan nilai intesitasnya (dB), yaitu air/waduk, sungai, jalan, permukiman dan
vegetasi/RTH (Gambar 3-1 dan 3-2). Dalam Gambar 3-2 diketahui rentang nilai beberapa
objek yang saling overlap yang dapat memberikan error terhadap klasifikasi, namun nilai
tersebut bisa berbeda dengan data/ AOI lainnya.
4.Simpulan
Ketersediaan data TSX di LAPAN dapat digunakan untuk memantau
perkembangan dan pembangunan kota di Indonesia. Dengan menggunakan pengabungan
analisis tekstur dan segmentasi diketahui adanya konversi lahan dari area vegetasi ke
lahan terbangun, seperti pembangunan yang pesat di Jakarta. Perubahan lahan tersebut
terjadi pada konversi lahan vegetasi/RTH menjadi jalan dan permukiman, sekaligus
mengidentifikasi konversi lahan dari permukiman ke pembangunan jalan baru.
BAB III
PEMBAHASAN
2.Kekurangan Jurnal
Secara garis besar Jurnal ini sudah bagus, namun ada beberapa hal juga yang kadang
luput dari perhatian penulis. Berikut kami memaparkan kekurangan Jurnal ini menurut
kami:
Jurnal memiliki kelebihan dan kekurangannya , sehigga dapat dipergunakan dengan baik oleh
pembaca dalam membantu memahami pembelajaran Gambar Konstruksi Jalan,Irigasi dan
Jalan (petak primer)
4.2.Saran
Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat berperan aktif dalam melakukan suatu penelitian dan
pengembangan serta menjadikan review jurnal ini sebagai referensi untuk menentukan
sumber pengetahuan dan pendekatan ilmiah lain yang akan digunakan.