Anda di halaman 1dari 3

MENTERI HUKUM DAN HAKASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA

Yth. 1. Inspektur Jenderal Kementerian Hukum dan HAM Rl


2. Direktur Jenderal Pemasyarakatan
3. Kepala KantorWilayah Kementerian Hukum dan HAM Rl
4. Kepala DivisiPemasyarakatan KantorWilayah Kementerian Hukum dan HAM Rl
5. Kalapas, Karutan/Kacab Rutan

SURAT EDARAN
NOMOR M.HH-13.pK.01.05.06 TAHUN 2014
TENTANG
PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG
PERUBAHAN KEDUAATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1999
TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN HAKWARGA BINAAN
PEMASYARAKATAN

1. Umum

Ketentuan mengenai pemberian Remisi, Asimilasi, dan Pembebasan Bersyarat


bagi narapidana dan anak pidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana
terorisme, narkotika dan prekursor narkotika, psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap
keamanan negara dan kejahatan hak asasi manusia yang berat serta kejahatan
transnasionalterorganisasi lainnya yang diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 99
Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
untuk pelaksanaannya telah dijelaskan dalam Surat Edaran Menteri Nomor.
M.HH-04.PK.01.05.06 Tahun 2012 tanggal 21 Desember 2012. Dalam perkembangan
pefaksanaanya, Peraturan Pemerintah nomor 99 Tahun 2012 banyak menimbulkan
berbagai macam penafsiran.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu ditetapkan Surat Edaran Menteri
yang baru untuk memperbaharui Surat Edaran Menteri terdahulu (Nomor.
M.HH-04.PK.01.05.06 Tahun 2012 tanggal 21 Desember 2012), yang Mengatur
pelaksanaan Peraturan Pemerintah nomor 99 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Pemerntah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan

2. Maksud dan Tujuan

Terciptanya keseragaman penafsiran dalam pelaksanaan Peraturan Pemerintah


nomor 99 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan di seluruh
Lapas, Rutan dan Cabang Rutan diseluruh Indonesia.
Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam surat edaran ini meliputi pengaturan tindak pidana yang
termasuk kategori kejahatan transnasionalterorganisasi, surat keterangan kesediaan
bekerjasama dengan penegak hukum dan asimilasi kerja sosial yang diatur dalam
Peraturan Pemerintah nomor 99 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak
Warga Binaan Pemasyarakatan.

4. Dasar Hukum

a. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan;


b. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2006 tentang perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak
Warga Binaan Pemasyarakatan;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 99 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerntah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak
Warga Binaan Pemasyarakatan;
e. Peraturan Menteri Hukum Dan HAM Rl Nomor 21 Tahun 2013 Tentang Syarat Dan
Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan
Bersyarat, Guti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat.

Untuk mempedomani hal-hal sebagai berlkut:


1. Termasuk dalam kategori Kejahatan transnasionalterorganisasi lainnya adalah:
a. lllegal logging, lllegal Fishing, lllict Traficking, Money Loundring ;
b. Merupakan pelaku utama (aktor utama) dilihat berdasarkan Putusan yang telah
berkekuatan hukum tetap.
2. Kepala I-APAS/RUTAN/CABANG RUTAN mengajukan permohonan bagi narapidana
untuk ditetapkan bahwa yang bersangkutan bersedia bekeriasama dengan penegak
hukum untuk membantu membongkar perkara tindak pidana yang dilakukannya. Dalam
hal surat permohonan tersebut tidak mendapatkan balasan dari Instansi Penegak
Hukum dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) hari keria terhitung seiak
tanggal surat permohonan dikirim, Remisi dan atau Pembebasan Bersyarat tetap
diberikan.
3. Remisisebagaimana dimaksud dalam poin 2 (dua) dapat diberikan apabila ;

a. Surat permohonan tidak ditanggapi selama 12 hari kerja maka dapat diteruskan
prosesnya, dan pemberian remisi setelah narapidana yang bersangkutan menjalani
paling sedikit 1/3 (satu per tiga) masa pidana; atau
b. Surat permohonan ditanggapi dalam waktu 12 hari kerja dan disetujui, maka
pemberian remisi setelah narapidana yang bersangkutan telah menjalani masa
pidana lebih dari6 (enam) bulan.
4. Penghitungan mulaimenjalankan asimilasi kerja sosialyang lamanyal12 darisisa masa
pidana bagi narapidana tindak pidana terorisme, narkotika dan prekursor narkotika,
psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara dan kejahatan hak asasi
manusia yang berat serta kejahatan transnasionalterorganisasi lainnya yang termasuk
dalam Peraturan Pemerintrah nomor 99 Tahun 2012 adalah sebagai berikut :
a. Bagi narapidana yang tanggal ?3 masa pidananya jatuh sebelum tranggal Sidang
Tim Pengamat Pemasyarakatan (l'PP) Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM maka menghitung 1/2 sisa pldananya sejak tanggal Sidang Tim Pengamat
Pemasyarakatan fl-PP) KantorWilayah Kementerian Hukum dan HAM
b. Bagi narapidana yang tanggal 2/3 masa pidananya jatuh setelah tanggat Sidang
Tim Pengamat Pemasyarakatran (TPP) Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM maka tanggal mulai menjalani asimilasi keria sosial dihitung sejak tanggal
2/3 masa pidana narapidana yang bersangkutan.
c. Asimilasi keria sosial dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan Menteri
Hukum dan HAM Rl.

Demikian untuk dipedomani dan dilaksanakan sebagaimana mestinya

kan di Jakarta
| + Juni 2OI4
KUM DAN HAKASASI MANUSIA

ffi DONESIA

Tembusan:
1. Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Rl

Anda mungkin juga menyukai