Penjelasan mengenai hukum permintaan secara paling sederhana adalah karena bekerjanya efek pendapatan dan efek substitusi. Ini menjelaskan mengapa para konsumen bersedia membeli dalam jumlah lebih banyak pada harga lebih rendah. Efek pendapatan merupakan gejala di mana para konsumen individual akan membeli lebih banyak seandainya ada penurunan harga, dengan anggapan harga barang-barang lain tetap, maka pendapatan naik hingga konsumen mampu membeli barang tersebut dalam kuantitas lebih banyak. Selanjutnya dua pendekatan perilaku atau teori permintaan konsumen individual akan dikemukakan yaitu pendekatan daya guna marjinal (marginal utility) dan pendekatan kurva indiferensi (indifference curve). Dua pendekatan ini secara lebih rinci menerangkan hukum permintaan. Meskipun pendekatan tersebut berbeda namun keduanya memberikan kesimpulan yang sama, keduanya perlu dibandingkan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangannya.
Pendekatan ini didasarkan pada hukum daya guna marjinal yang
menurun (The law of Diminishing Marginal Utility). Hukum ini menyatakan bila konsumsi suatu barang terus dipenuhi maka kepuasan total yang diperoleh konsumen dari proses konsumsi barang tersebut mula-mula naik, mencapai maksimum (kejenuhan) dan kemudian menurun. Konsumen yang mengonsumsi barang dalam jumlah yang semakin meningkat maka kepuasan totalnya (total utility) akan semakin meningkat, namun tambahan kepuasan (marginal utility) semakin menurun.
Daya guna-marjinal adalah tambahan kepuasan yang diperoleh
seorang konsumen untuk setiap satu satuan tambahan barang yang'dikonsumsi. Selanjutnya dianggap daya-guna yang diperoleh dapat diukur dengan satuan daya guna. Misalkan seorang mahasiswa yang baru saja selesai berlatih olah raga bola basket memperoleh kepuasan sebesar 10 satuan daya guna dari minum satu gelas air. Bila kemudian ia minum segelas lagi maka tambahan kepuasan berkurang, katakanlah ia hanya memperoleh 8 satuan, dan begitu seterusnya tambahan daya guna yang diperoleh dan setiap tambahan segelas air terus menurun hingga mahasiswa tersebut mengalami kejenuhan air minum. Demikian gejala hukum daya guna marjinal yang menurun dalam mengonsumsi barang-barang dan jasa-jasa.
Tabel 3.1. Hukum Daya Guna Marjinal yang Menurun pada Konsumsi Barang X (Data Hipotetis)
Satuan Produk Daya Guna Daya Guna
(Komoditi X yang ke- Marjinal Total
Satu 1 1
Dua 3 4
Tiga 5 9
Empat 4 13
Lima 3 16
Enam 2 18
Tujuh 1 19
Delapan 0 19
Pada Tabel 3.1 terlihat daya guna total bertambah dengan
tambahnya kuantitas barang yang dikonsumsi dan kemudian mencapai maksimum (atau kejenuhan) yang berarti tambahan kuantitas barang yang dikonsumsi tidak memberikan kenaikan daya guna total. Kenaikan daya guna total akibat tambahan satu satuan barang yang dikonsumsi menurun. Ini ditunjukkan oleh turunnya daya guna marjinal. Daya guna marjinal diperoleh dengan mengurangi daya guna total pada kuantitas yang bersangkutan dengan daya guna total pada kuantitas sebelumnya. Sedangkan daya guna total diperoleh dengan menjumlah daya guna marjinal secara kumulatif sampai ke kuantitas konsumsi yang bersangkutan. Gambar 3.1. Kurva Daya Guna Total
B. Pendekatan kurva indiferensi
Pendekatan kurva indiferensi, seperti juga pendekatan teori daya guna marjinal mencoba menerangkan mengapa kurva permintaan berlereng menurun seperti yang dinyatakan oleh hukum permintaan. Anggapan-anggapan yang digunakan untuk menarik kesimpulan dalam pendekatan kurva indiferensi sama dengan apa yang digunakan dalam pendekatan daya guna marjinal. Bedanya pada pendekatan kurva indiferensi, kepuasan yang diperoleh dari mengonsumsi suatu barang tidak perlu dinyatakan dengan angka dan satuan daya guna marjinal yang diperoleh konsumen menurun seperti dinyatakan oleh hukum daya guna menurun. Pada pendekatan teori kurva indiferensi hanya diperlukan anggapan bahwa konsumen dapat mengatakan di antara berbagai pilihan bundel kombinasi barang, bundel mana yang lebih disukai, sama sukanya, atau yang mana konsumen bersikap indiferen (sama sukanya), dan mana yang kurang dia sukai. Ini bersifat ordinal atau peringkat. Konsumen bisa membuat daftar urutan pilihan bundel kombinasi barang-barang menurut preferensi. Dengan demikian, dia dapat membandingkan suatu bundel kombinasi dengan bundel-bundel kombinasi lain dan menyatakan mana yang lebih disukai, kurang ia sukai, atau di mana ia sama sukanya (indifferent). Dari preferensi konsumen akan bundel-bundel kombinasi barang maka dapat disusun kurva indiferensi. Kurva ini menunjukkan berbagai kombinasi dua jenis barang konsumsi yang memberikan kepuasan yang sama kepada konsumen, atau di mana konsumen indifferent di antara bundel-bundel kombinasi tersebut. Kurva indiferensi yang lebih tinggi memberikan tingkat kepuasan lebih besar. Keseluruhan kurva-kurva indiferensi seorang konsumen disebut peta indiferensi. Teori kurva indiferensi disajikan dengan menyederhanakan anggapan bahwa konsumen hanya membeli dan mengonsumsi dua macam barang saja. Pada pendekatan teori kurva indiferensi ini pun konsumen ingin memperoleh kepuasan maksimum yaitu mencapai kurva indiferensi tertinggi dengan kendala pendapatan yang terbatas, serta harga barang-barang sudah tertentu yang harus dibayar Ciri-ciri kurva indiferensi adalah sebagai berikut. 1. Berlereng menurun atau negatif. Kurvanya berbentuk menurun dari kiri atas ke kanan bawah. Hal ini karena bila jumlah suatu barang dalam suatu bundel konsumsi dikurangi maka jumlah barang lain harus ditambah agar tetap dapat memperoleh tingkat daya guna total yang sama. 2. Bentuknya cembung ke arah titik origin. Hal ini menunjukkan derajat penggantian antar barang konsumsi semakin menurun. Derajat penggantian menunjukkan berapa satuan barang harus ditambahkan pada suatu bundel konsumsi agar diperoleh daya guna total yang sama bila barang konsumsi lain dikurangi satu satuan. Pada Gambar 3.3 terlihat dari titik A ke titik B diperlukan 3 satuan barang X untuk menggantikan 1 satuan barang Y agar diperoleh daya guna total yang sama atau agar tetap berada pada kurva indiferensi yang sama. Maka derajat penggantian adalah 3. Dari titik B ke titik C derajat penggantian sebesar 2. Dan begitu seterusnya derajat penggantian semakin menurun. Hal ini disebabkan karena kemampuan suatu barang untuk menggantikan barang lain dalam bundel konsumsi (agar diperoleh daya guna total yang sama) semakin menurun. 3. Kurva-kurva indiferensi tidak saling memotong. Bila kurva-kurva tersebut berpotongan maka tidak konsisten dengan definisi. Lihat Gambar 3.5 menunjukkan perpotongan antara dua kurva indiferensi yang berarti kombinasi titik A memberikan kepuasan atau daya guna total berbeda. Hal ini tidak mungkin terjadi karena pada titik kombinasi yang sama, katakanlah di titik A diperoleh tingkat kepuasan total atau daya-guna total yang besarnya berbeda.
B. Pendekatan Teori Konsumsi dan Kurva Engel
1. Pendekatan Daya-Guna Versus Kurfa Indiferensi Pendekatan kurva indiferensi dalam teori permintaan konsumen dapat digunakan sebagai alternatif untuk menganalisis perilaku konsumen seperti keseimbangan dan pertukaran serta untuk menurunkan kurva permintaan konsumen akan suatu komoditi. Perbedaan pokok antara pendekatan daya guna marjinal dan pendekatan kurva indiferensi adalah pendekatan daya guna didasarkan pada anggapan bahwa daya guna dapat diukur secara kardinal, sedangkan pendekatan kurva indiferensi hanya mensyaratkan kepuasan dapat dibandingkan secara ordinal. Pendekatan kurva indiferensi mensyaratkan konsumen dapat menilai atau menentukan apakah suatu bundel barang-barang memberikan kepuasan lebih besar, sama, atau lebih sedikit daripada bundel barang lain tanpa harus memberi angka kepuasan atau kegunaan setiap bundel barang.
daya-guna atau kepuasan secara ordinal dan juga karena pendekatan ini memungkinkan memisahkan efek pendapatan dari efek substitusi akibat perubahan harga, maka banyak ahli ekonomi lebih menyenangi pendekatan daya-guna marjinal. Namun kita dapat belajar dari dua pendekatan tersebut.
2. Kurva Konsumsi-Pendapatan dan Kurva Engel
Salah satu faktor (variabel) bukan harga yang mempengaruhi permintaan adalah pendapatan konsumen. Kurva permintaan adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara harga dengan jumlah yang diminta. Seperti diketahui salah satu faktor penting yang mempengaruhi permintaan akan suatu barang adalah harga barang itu sendiri. Dengan logika yang sama dapat juga digambarkan kurva Engel yaitu kurva yang menunjukkan hubungan antara pendapatan dan kuantitas yang diminta. Pada kasus barang normal, kurva Engel berlereng menanjak karena kenaikan pendapatan akan menambah kemampuan konsumen untuk membeli dan mengonsumsi lebih banyak barang-barang dan jasa-jasa. Hubungan ini dapat diterangkan dengan menggunakan kurva indiferensi seperti nampak pada Gambar 3.13. Misalkan konsumen berada pada keseimbangan mula-mula pada titik E0 di mana terjadi persinggungan antara kurva indiferensi I 0 dengan garis anggaran BL0 pada pendapatan sebesar N0 dan kuantitas yang diminta sebesar X0. Pada titik keseimbangan ini dapat diperoleh salah satu titik pada kurva Engel yaitu titik A pada Gambar di bawah. Selanjutnya, misalkan pendapatan konsumen naik menjadi sebesar N 1. Bila harga barang-barang tetap tak mengalami perubahan maka garis kendala anggaran bergeser ke atas secara sejajar dengan garis kendala anggaran mula-mula dan menjadi BL 1. Keseimbangan baru konsumen terjadi di titik E1 yang merupakan garis singgung antara kurva indiferensi I1, dan garis kendala anggaran baru BL 1. Dengan adanya kenaikan pendapatan maka kuantitas yang dikonsumsi naik menjadi X1. Satu lagi titik pada kurva Engel dapat ditentukan yaitu titik B. Selanjutnya, hubungkan titik A dan titik B pada Gambar 3.14 maka diperoleh kurva Engel. Hubungkan titik keseimbangan konsumen bila pendapatan konsumen naik pada analisis kurva indiferensi sementara harga barangnya tetap tak berubah maka diperoleh kurva konsumsi pendapatan (KKP).