Anda di halaman 1dari 7

INISIASI 3

TEORI PERMINTAAN KONSUMEN INDIVIDUAL

A. Teori Daya Guna


Penjelasan mengenai hukum permintaan secara paling
sederhana adalah karena bekerjanya efek pendapatan dan efek
substitusi. Ini menjelaskan mengapa para konsumen bersedia
membeli dalam jumlah lebih banyak pada harga lebih rendah.
Efek pendapatan merupakan gejala di mana para konsumen
individual akan membeli lebih banyak seandainya ada
penurunan harga, dengan anggapan harga barang-barang lain
tetap, maka pendapatan naik hingga konsumen mampu membeli
barang tersebut dalam kuantitas lebih banyak.
Selanjutnya dua pendekatan perilaku atau teori permintaan
konsumen individual akan dikemukakan yaitu pendekatan daya guna
marjinal (marginal utility) dan pendekatan kurva indiferensi
(indifference curve). Dua pendekatan ini secara lebih rinci
menerangkan hukum permintaan. Meskipun pendekatan tersebut
berbeda namun keduanya memberikan kesimpulan yang sama,
keduanya perlu dibandingkan untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangannya.

Pendekatan ini didasarkan pada hukum daya guna marjinal yang


menurun (The law of Diminishing Marginal Utility). Hukum ini
menyatakan bila konsumsi suatu barang terus dipenuhi maka kepuasan
total yang diperoleh konsumen dari proses konsumsi barang tersebut
mula-mula naik, mencapai maksimum (kejenuhan) dan kemudian
menurun. Konsumen yang mengonsumsi barang dalam jumlah yang
semakin meningkat maka kepuasan totalnya (total utility) akan
semakin meningkat, namun tambahan kepuasan (marginal utility)
semakin menurun.

Daya guna-marjinal adalah tambahan kepuasan yang diperoleh


seorang konsumen untuk setiap satu satuan tambahan barang
yang'dikonsumsi. Selanjutnya dianggap daya-guna yang diperoleh
dapat diukur dengan satuan daya guna. Misalkan seorang mahasiswa
yang baru saja selesai berlatih olah raga bola basket memperoleh
kepuasan sebesar 10 satuan daya guna dari minum satu gelas air. Bila
kemudian ia minum segelas lagi maka tambahan kepuasan berkurang,
katakanlah ia hanya memperoleh 8 satuan, dan begitu seterusnya
tambahan daya guna yang diperoleh dan setiap tambahan segelas air
terus menurun hingga mahasiswa tersebut mengalami kejenuhan air
minum. Demikian gejala hukum daya guna marjinal yang menurun
dalam mengonsumsi barang-barang dan jasa-jasa.

Tabel 3.1.
Hukum Daya Guna Marjinal yang Menurun pada Konsumsi Barang X
(Data Hipotetis)

Satuan Produk Daya Guna Daya Guna

(Komoditi X yang ke- Marjinal Total

Satu 1 1

Dua 3 4

Tiga 5 9

Empat 4 13

Lima 3 16

Enam 2 18

Tujuh 1 19

Delapan 0 19

Pada Tabel 3.1 terlihat daya guna total bertambah dengan


tambahnya kuantitas barang yang dikonsumsi dan kemudian mencapai
maksimum (atau kejenuhan) yang berarti tambahan kuantitas barang
yang dikonsumsi tidak memberikan kenaikan daya guna total.
Kenaikan daya guna total akibat tambahan satu satuan barang yang
dikonsumsi menurun. Ini ditunjukkan oleh turunnya daya guna
marjinal. Daya guna marjinal diperoleh dengan mengurangi daya guna
total pada kuantitas yang bersangkutan dengan daya guna total pada
kuantitas sebelumnya. Sedangkan daya guna total diperoleh dengan
menjumlah daya guna marjinal secara kumulatif sampai ke kuantitas
konsumsi yang bersangkutan.
Gambar 3.1.
Kurva Daya Guna Total

B. Pendekatan kurva indiferensi


Pendekatan kurva indiferensi, seperti juga pendekatan teori daya
guna marjinal mencoba menerangkan mengapa kurva permintaan
berlereng menurun seperti yang dinyatakan oleh hukum permintaan.
Anggapan-anggapan yang digunakan untuk menarik kesimpulan
dalam pendekatan kurva indiferensi sama dengan apa yang digunakan
dalam pendekatan daya guna marjinal. Bedanya pada pendekatan
kurva indiferensi, kepuasan yang diperoleh dari mengonsumsi suatu
barang tidak perlu dinyatakan dengan angka dan satuan daya guna
marjinal yang diperoleh konsumen menurun seperti dinyatakan oleh
hukum daya guna menurun. Pada pendekatan teori kurva indiferensi
hanya diperlukan anggapan bahwa konsumen dapat mengatakan di
antara berbagai pilihan bundel kombinasi barang, bundel mana yang
lebih disukai, sama sukanya, atau yang mana konsumen bersikap
indiferen (sama sukanya), dan mana yang kurang dia sukai. Ini
bersifat ordinal atau peringkat. Konsumen bisa membuat daftar urutan
pilihan bundel kombinasi barang-barang menurut preferensi. Dengan
demikian, dia dapat membandingkan suatu bundel kombinasi dengan
bundel-bundel kombinasi lain dan menyatakan mana yang lebih
disukai, kurang ia sukai, atau di mana ia sama sukanya (indifferent).
Dari preferensi konsumen akan bundel-bundel kombinasi barang
maka dapat disusun kurva indiferensi. Kurva ini menunjukkan
berbagai kombinasi dua jenis barang konsumsi yang memberikan
kepuasan yang sama kepada konsumen, atau di mana konsumen
indifferent di antara bundel-bundel kombinasi tersebut. Kurva
indiferensi yang lebih tinggi memberikan tingkat kepuasan lebih
besar. Keseluruhan kurva-kurva indiferensi seorang konsumen disebut
peta indiferensi. Teori kurva indiferensi disajikan dengan
menyederhanakan anggapan bahwa konsumen hanya membeli dan
mengonsumsi dua macam barang saja.
Pada pendekatan teori kurva indiferensi ini pun konsumen ingin
memperoleh kepuasan maksimum yaitu mencapai kurva indiferensi
tertinggi dengan kendala pendapatan yang terbatas, serta harga
barang-barang sudah tertentu yang harus dibayar
Ciri-ciri kurva indiferensi adalah sebagai berikut.
1. Berlereng menurun atau negatif. Kurvanya berbentuk menurun
dari kiri atas ke kanan bawah. Hal ini karena bila jumlah suatu
barang dalam suatu bundel konsumsi dikurangi maka jumlah
barang lain harus ditambah agar tetap dapat memperoleh tingkat
daya guna total yang sama.
2. Bentuknya cembung ke arah titik origin. Hal ini menunjukkan
derajat penggantian antar barang konsumsi semakin menurun.
Derajat penggantian menunjukkan berapa satuan barang harus
ditambahkan pada
suatu bundel konsumsi agar diperoleh daya guna total yang sama
bila barang konsumsi lain dikurangi satu satuan. Pada Gambar 3.3
terlihat dari titik A ke titik B diperlukan 3 satuan barang X untuk
menggantikan 1 satuan barang Y agar diperoleh daya guna total
yang sama atau agar tetap berada pada kurva indiferensi yang
sama. Maka derajat penggantian adalah 3. Dari titik B ke titik C
derajat penggantian sebesar 2. Dan begitu seterusnya derajat
penggantian semakin menurun. Hal ini disebabkan karena
kemampuan suatu barang untuk menggantikan barang lain dalam
bundel konsumsi (agar diperoleh daya guna total yang sama)
semakin menurun.
3. Kurva-kurva indiferensi tidak saling memotong. Bila kurva-kurva
tersebut berpotongan maka tidak konsisten dengan definisi. Lihat
Gambar 3.5 menunjukkan perpotongan antara dua kurva
indiferensi yang berarti kombinasi titik A memberikan kepuasan
atau daya guna total berbeda. Hal ini tidak mungkin terjadi karena
pada titik kombinasi yang sama, katakanlah di titik A diperoleh
tingkat kepuasan total atau daya-guna total yang besarnya
berbeda.

B. Pendekatan Teori Konsumsi dan Kurva Engel


1. Pendekatan Daya-Guna Versus Kurfa Indiferensi
Pendekatan kurva indiferensi dalam teori permintaan konsumen
dapat digunakan sebagai alternatif untuk menganalisis perilaku
konsumen seperti keseimbangan dan pertukaran serta untuk
menurunkan kurva permintaan konsumen akan suatu komoditi.
Perbedaan pokok antara pendekatan daya guna marjinal dan
pendekatan kurva indiferensi adalah pendekatan daya guna didasarkan
pada anggapan bahwa daya guna dapat diukur secara kardinal,
sedangkan pendekatan kurva indiferensi hanya mensyaratkan
kepuasan dapat dibandingkan secara ordinal. Pendekatan kurva
indiferensi mensyaratkan konsumen dapat menilai atau menentukan
apakah suatu bundel barang-barang memberikan kepuasan lebih besar,
sama, atau lebih sedikit daripada bundel barang lain tanpa harus
memberi angka kepuasan atau kegunaan setiap bundel barang.

Karena/pendekatan kurva indiferensi mensyaratkan pengukuran


daya-guna atau kepuasan secara ordinal dan juga karena pendekatan
ini memungkinkan memisahkan efek pendapatan dari efek substitusi
akibat perubahan harga, maka banyak ahli ekonomi lebih menyenangi
pendekatan daya-guna marjinal. Namun kita dapat belajar dari dua
pendekatan tersebut.

2. Kurva Konsumsi-Pendapatan dan Kurva Engel


Salah satu faktor (variabel) bukan harga yang mempengaruhi
permintaan adalah pendapatan konsumen. Kurva permintaan adalah
kurva yang menunjukkan hubungan antara harga dengan jumlah yang
diminta. Seperti diketahui salah satu faktor penting yang
mempengaruhi permintaan akan suatu barang adalah harga barang itu
sendiri.
Dengan logika yang sama dapat juga digambarkan kurva Engel
yaitu kurva yang menunjukkan hubungan antara pendapatan dan
kuantitas yang diminta. Pada kasus barang normal, kurva Engel
berlereng menanjak karena kenaikan pendapatan akan menambah
kemampuan konsumen untuk membeli dan mengonsumsi lebih
banyak barang-barang dan jasa-jasa. Hubungan ini dapat diterangkan
dengan menggunakan kurva indiferensi seperti nampak pada Gambar
3.13. Misalkan konsumen berada pada keseimbangan mula-mula pada
titik E0 di mana terjadi persinggungan antara kurva indiferensi I 0
dengan garis anggaran BL0 pada pendapatan sebesar N0 dan kuantitas
yang diminta sebesar X0. Pada titik keseimbangan ini dapat diperoleh
salah satu titik pada kurva Engel yaitu titik A pada Gambar di bawah.
Selanjutnya, misalkan pendapatan konsumen naik menjadi sebesar N 1.
Bila harga barang-barang tetap tak mengalami perubahan maka garis
kendala anggaran bergeser ke atas secara sejajar dengan garis kendala
anggaran mula-mula dan menjadi BL 1. Keseimbangan baru konsumen
terjadi di titik E1 yang merupakan garis singgung antara kurva
indiferensi I1, dan garis kendala anggaran baru BL 1. Dengan adanya
kenaikan pendapatan maka kuantitas yang dikonsumsi naik menjadi
X1. Satu lagi titik pada kurva Engel dapat ditentukan yaitu titik B.
Selanjutnya, hubungkan titik A dan titik B pada Gambar 3.14 maka
diperoleh kurva Engel. Hubungkan titik keseimbangan konsumen bila
pendapatan konsumen naik pada analisis kurva indiferensi sementara
harga barangnya tetap tak berubah maka diperoleh kurva konsumsi
pendapatan (KKP).

Kurva Konsumsi Pendapatan

Kurva Engel

Anda mungkin juga menyukai