Kasus Lansia DM
Kasus Lansia DM
Disusun Oleh:
Endang Dwi Suhartiningsih 1610711055
Ardhita Qory Anjani 1610711063
Diah Ayu Kusumaningrum 1610711067
Cintya Veronica 1610711069
Erliana mandasari 1610711074
Hannisa Rizki Riansyah 1610711079
Nessa Ismah M 1610711083
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga akhirnya penyusun dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya.Makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Kasus Diabetes Melitus.
Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penyusun menyampaikan rasa hormat dan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan
dan dorongan kepada penyusun dalam menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Penyusun
ii
Daftar Isi
Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
I.1 Latar belakang 1
I.2 Rumusan Masalah 2
I.3 Tujuan 2
Bab II Tinjauan teori
II.1 Progran kesehatan terkait DM 3
II.2 Program kota sehat terkait DM 4
II.3 Prevalensi Populasi DM 5
II.4 Karakteristik dan tumbuh kembang 8
II.5 Pengertia, etiologi, dan tanda gejala 10
II.6 Komplikasi, cara pencegahan, dan penatalaksanaan 11
II.7 Pengkajian,analisa data, dan diagnose 15
II.8 Intervensi 18
Bab III Penutup
III.1 Kesimpulan 20
III.2 Saran 20
Daftar isi 21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
I.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja program kesehatan terkait dm?
2. Apa saja program kota sehat terkait dm?
3. Bagaimana dengan prevalensi populasi dm?
4. Bagaimana karakteristik dan tumbuh kembang lansia?
5. Apa pengertian, etiologi, tanda dan gejala dm?
6. Apa saja komplikasi, cara pencegahan, dan penetalaksanaan dm?
7. Apa saja pengkajian, analisa data, dan diagnose dari kasus?
8. Apa saja intervensi menurut kasus?
I.3 TUJUAN
1. Mengetahui program kesehatan terkait dm
2. Mengetahui saja program kota sehat terkait dm
3. Mengetahui prevalensi populasi dm
4. Mengetahui karakteristik dan tumbuh kembang lansia
5. Mengetahui pengertia, etiologi, tanda dan gejala dm
6. Mengetahui saja komplikasi, cara pencegahan, dan penetalaksanaan dm
7. Mengetahui pengkajian, analisa data, dan diagnose dari kasus
8. Mengetahui intervensi menurut kasus
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
II.1 Program terkait kasus Diabetes Melitus
Program pengendalian diabetes mellitus dilaksankan secara terintegrasi dalam program pengenda
lian penyakit tidak menular, yatu antara lain :
1. Pendekatan factor resiko penyakit tidak menular terintegrasi di fasilitas layanan primer pa
ndu (ptm)
Untuk peningkatan tatalaksana factor resiko utama (konseling berhenti merokok h
ipertensi, dislipidemia,obesitas di fasilitas pelayanan dasar (puskesmas,dokter kel
uarga, praktik swasta)
Tata laksana terintegrasi hipertensi dan diabetes melalui pendektan factor resiko
Prediksi resiko penyakit jantung dan strike dengan chart WHO
2. Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular)
Pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kewaspadaan dini dalam memoni
toring factor resiko menjadi salah satu tujuan dalam program pengendalian. Posbindu PT
M ini bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarkat terhadap factor resiko baik
terhadap dirinya, keluarganya dan masyarakat lingkungan sekitarnya.
3. Program CERDIK dan PATUH di posbindu PTM dan Balai Gaya Hidup Sehat program p
atuh , yaitu:
P : periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter
A : atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur
T : tetap diet sehat dengan gizi seimbang
U : Upayakan beraktivitas fisik dengan aman
H : hindari rokok, alcohol dan zat karsinogen lain nya
Program CERDIK, yaitu :
C: Cek kondisi kesehatan secara berkala
E : enyahka asap rokok
R : Rajin aktifitas fisik
D : diet sehat dengan kalori seimbang
I : Istirahat yang cukup
K : kendalikan stress
Beban penyakit diabetes sangat besar apalagi bila telah terjadi komplikasi. Upaya pen
gendalian sangat penting dalam mengendalikan dampak komplikasi yang menyebabk
an beban baik bagi individu maupun pemerintah
3
II.2 Program Kota Sehat terkait penyakit Diabetes Melitus
Kabupaten/Kota Sehat adalah suatu kondisi kabupaten/kota yang bersih, nyaman, aman dan
sehat untuk dihuni penduduk yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan
dan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah daerah.
Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat dilakukan melalui berbagai kegiatan dengan
memberdayakan masyarakat yang difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Untuk
mewujudkannya dilaksanakan melalui “FORUM” atau dengan memfungsikan lembaga
masyarakat yang ada. Forum tersebut disebut “FORUM KABUPATEN/KOTA SEHAT” atau
sebutan lain yang serupa sampai tingkat kecamatan dan desa.
Tujuan diadakan nya program kota sehat adalah Tercapainya kondisi Kabupaten/Kota yang
bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni dan sebagai tempat untuk bekerja dan berkarya
bagi warganya dengan terlaksananya berbagai program pembangunan berwawasan kesehatan,
sehingga dapat maningkatkan sarana, produktivitas dan perekonomian masyarakat .
Salah satu program yang diadakan adalah adanya pemberdayaan masyarakat dalam
mendeteksi dini penyakit diabetes miletus yang digadang gadang telah menjadi penyebab
kematian di kota kota besar yang tentunya di sebabkan oleh banyak nya factor. program kota
sehat yang berkaitan dengan diabetes bisa kita lihat pada kota percontohan, Jakarta.
Jakarta menjadi kota pertama
Diabetes memang menjadi pembunuh ketiga terbesar di Indoensia selain jantung dan stroke.
Bahkan, dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, DKI Jakarta menduduki posisi enam
besar provinsi tertinggi prevalensi diabetes tipe 2 pendudukan usia 15 tahun ke atas di Indonesia.
Hal ini menjadi perhatian serius Novo Nordisk dan Pepmrov DKI Jakarta. Gubernur DKI, Anies
Baswedan turun langsung dalam penandatangan kerja sama ini. Gubernur menyatakan rasa
bangganya, Jakarta menjadi kota pertama di Asia Tenggara dan Indonesia yang
menyelenggarakan program ini.
"Jakarta bangga menjadi kota pertama di Indonesia yang menjalankan program global ini dalam
memberikan akses pengetahuan menyeluruh akan perawatan diabetes," ujar Anies dalam acara
penandatanganan kerja sama tersebut di Balai Kota, Jakarta Pusat, Jumat (24/8).
Anies berharap, warga Jakarta mau lebih berpartisipasi aktif dalam kegiatan fisik harian yang
membuat mereka bisa terhindar dari ancaman dibetes.
"Saya yakin bahwa Cities Changing Diebetes dapat menjadi katalis untuk mempelajari penyakit
diabetes dalam konteks perkotaan secara menyeluruh dan nantinya kota-kota lain bisa belajar
dengan Jakarta," sambungnya.
Program Cities Changing Diabetes sudah dimulai sejak 2014 bekerja sama dengan University
College London, dan Steno Diabetes Center Copenhagen. Pertama kali dimulai di Mexico City,
di Meksiko.
4
II.3 PREVALENSI DIABETES MELITUS
5
6
7
II.4 KARAKERISTIK DAN TUMBUH KEMBANG LANSIA
a. Karakteristik Lansia
Lansia ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Ciri ciri usia lanjut cenderung
menuju dan membawa peyesuaian diri yang buruk daripada yang baik dan banyak kesengsaraan
daripada kebahagiaan.
8
e. Sikap sosial terhadap usia lanjut
b. Batasan Lansia
Batasan lansia berdasarkan Undang-Undang No.13 tahun 1998 adalah 60 tahun. Pendapat
beberapa ahli dalam program kesehatan usia lanjut, (Depkes dalam Sutikno, 2011) membuat
pengelompokan Batasan lansia sebagai berikut:
4. Kelompok usia lanjut dengan risiko tinggi (berusia 70 tahun ke atas atau kelompok usia lanjut
yang hidup sendiri, terpencil, menderita penyakit berat atau cacat).
Menurut WHO lanjut usia meliputi (Notoatmodjo, 2007 dalam Sutikno 2011):
Semakin bertambahnya umur, proses penuaan secara degeneratif akan berdampak pada
perubahan perubahan di diri manusia. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia (Kuntjoro,
2002 dalam Sutikno, 2011):
1. Perubahan fisik
9
Dengan bertambahnya usia, secara umum kekuatan dan kualitas fisik dan juga fungsinya akan
menurun.Perubahan dari tingkat sel sampai kesemua organ tubuh.
2. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental yang pertama adalah perubahan fisik,
kesehatan umum, keturunan, tingkat pendidikan, dan lingkungan.
3. Perubahan psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia akan mengalami penurunan kognitif dan
psikomotor. Dengan adanya penurunan fungsi tersebut, lansia mengalami perubahan psikososial
terkait dengan kepribadian lansia itu sendiri.
4. Perkembangan spiritual
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari tujuan dan arti hidup, kebutuhan untuk
saling mencintai dan dicintai serta, kebutuhan untuk memberi dan mendapatkan maaf.
Pengertian
Diabetes militus (DM) adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan ketidakmampuan
tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, mengarah ke hiperglikemia
(kadar gula darah tinggi). diabetes militus (DM) terkadang dirujuk sebagai “gula tinggi” baik
oleh klien maupun penyedia layanan kesehatan. Pemikiran dari hubungan gula dengan DM
adalah sesuai karena lolosnya sejumlah besar urine yang mengandung gula ciri dari DM yang
tidak terkontrol. Walaupun hiperglikemia memainkan sebuah peran penting dalam
perkembangan komplikasi terkait DM, kadar yang tinggi dari glukosa darah hanya satu
komponen dari proses patologis dan manifestasi klinisyang berhubungan dengan DM. Proses
patologis dan faktor resiko lain adalah penting, dan terkadang merupakan faktor-fakror
independen. Diabetes militus dapat berhubungan dengan komplikasi serius, namun orang dengan
10
DM dapat mengambil cara-cara pencegahan untuk mengurangi kemungkinan kejadian
Etiologi
Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena mengkonsumsi kalori
berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan penurunan laju metabolisme basal. Hal
ini dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya diabetes mellitus. Penyebab diabetes mellitus
pada lansia secara umum dapat digolongkan ke dalam dua besar:
Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap, penurunan fungsi
pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi dengan baik).
Gaya hidup(life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minumalkohol, dll.)
Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab terjadinya
diabetes mellitus.
Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi tanda dan gejala
diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis. Keletihan, perlu bangun pada
malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang sering merupakan indikator diabetes yang
mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya karena mereka percaya bahwa
hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu sendiri.
11
c. Rasa kesemutan, karena iritasi (perangsangan) pada serabut-serabut saraf
d. Kelainan kulit, gatal-gatal, bisul-bisul
e. Infeksi saluran kencing
f. Kelainan ginjal kalogi: keputihan
g. Infeksi yang sukar sembuh
12
tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-Wilson. Glomeruloskleriosis nodular
dikaitkan dengan proteinuria, edema dan hipertensi. Lesi sindrom Kommelstiel-Wilson
ditemukan hanya pada DM.
c. Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati diabetic yang paling sering
ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.
d. Displidemia
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.
e. Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal, mikroalbuminuria, atau
proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi bisa menjadi hipertensi esensial.
Hipertensi harus secepat mungkin diketahuin dan ditangani karena bisa memperberat retinopati,
nepropati, dan penyakit makrovaskular.
f. Kaki diabetic
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati, iskemia, dan sepsis.
Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya sensori pada kaki mengakibatkan trauma dan
potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler dan makrovaskuler dapat mengakibatkan
iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati, iskemia, dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan
amputasi.
g. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60 mg/dl, yang merupakan
komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik oral. Penyebab hipoglikemia pada
pasien sedang menerima pengobatan insulin eksogen atau hipoglikemik oral.
13
ditentukan oleh status kesehatan serta kemampuan fisik dan mental.
Mengontrol Tekanan Darah
Hipertensi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam terjadinya komplikasi
makrovaskular dan mikrovaskular pada DM. Dari hasil penelitian sebuah lembaga studi di
Inggris memperlihatkan bahwa pengendalian tensi/tekanan darah yang baik dengan anti-
hipertensi manapun dapat mengurangi kemungkinan komplikasi mikrovaskular dan
makrovaskular.
Mengecek Lemak Darah
DM dianggap sebagai faktor risiko yang setara dengan penyakit jantung koroner, sehingga
penanganan DM harus dikelola secara disiplin, yaitu harus mencapai target kadar kolesterol LDL
<100 mg/dl. Pada pasien yang juga menderita penyakit pembuluh koroner atau mempunyai
komponen sindrom metabolis lain, maka dianjurkan kadar kolesterol LDL <70 mg/dl. Banyak
studi memperlihatkan bahwa penurunan kadar kolesterol dapat mengurangi kejadian
kardiovaskular pada lansia dengan DM.
Selain hal-hal di atas, berhentilah merokok jika Anda merokok serta mulai berolahraga secara
rutin.
Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan
terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a. Diet
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein, 75% Karbohidrat
kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak dalam diet ini
tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor insulin.
14
b. Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Pemeriksaan sebelum latihan
sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia secara fisik mampu mengikuti
program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat aktivitas klien yang terbaru dan pilihan gaya
hidup dapat membantu menentukan jenis latihan yang mungkin paling berhasil. Berjalan atau
berenang, dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sangat baik untuk
para pemula. Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan fungsi
fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan
emosional, dan meningkatkan sirkulasi, serta membantu menurunkan berat badan.
c. Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa secara rutin. Selain itu,
perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk mengetahui terjadinya obesitas yang
dapat meningkatkan resiko DM pada lansia.
d. Terapi (jika diperlukan)
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan efektif hanya untuk
penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat dilakukan untuk mepertahankan kadar
glukosa darah dalam parameter yang telah ditentukan untuk membatasi komplikasi penyakit
yang membahayakan.
e. Pendidikan
Diet yang harus dikomsumsi
Latihan
Penggunaan insulin
II.7Kasus Diabetes Melitus pada Lansia
Dari pengkajian yang dilakukan oleh perawat komunitas di Desa Bahagia didapatkan data :
Sebagian penduduk beragama islam, terdapat banyak masjid yang digunakan untuk sholat
berjamaah dan kegiatan agama lainnya, warga merupakan penduduk yang berasal dari pulau
jawa dan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, dan sudah banyak warga yang menggunakan
handphone sebagai alat komunkasi. Lingkungan di wilayah desa bahagia sangat padat,
cenderung kumuh, kotor, dan banyak rumah dengan kondisi tanpa ventilasi yang memadai. Rata-
rata pendidikan warga hanya lulusan SD. Sehingga warga tidak terlalu mengerti dengan penyakit
dm. Pelayanan kesehatan di desa bahagia cukup sulit dijangkau. Di desa tersebut banyak waga
yang menggunakan angkutan umum yang dapat dimanfaatkan untuk berpergian dan terdapa
siskamling yang aktif untuk menjaga keamanan warga. Rata-rata warga di desa bahagia sudah
15
tidak bekerja. Kegiatan politik dimasyarakat cukup aktif, banyak keterlibatan warga dalam
pembuatan keputusan pemerintah daerah setempat terdapat banyak pula rekreasi yang dapat
dikunjungi di sekitar desa tersebut, seperti taman dan mall yang berjarak tidak jauh dari desa
tersebut. 24% penduduk merupakan lansia, warga mengatakan bahwa tidak ada posbindu, kader
mengatakan bahwa senam lansia dan posbindu tidak pernah dilakukan, 64% lansia mempunyai
keluhan adanya penyakit antara lain : Stroke (8%), Hipertensi (8%), dan DM (13%), penyakit
jantung (1%), dll. Warga mengatakan malas untuk memeriksakan kadar gula darahnya, karena
warga beranggapan tidak terlalu penting. Warga tidak mengetahui bahwa penyakit dm akan
membawa komplikasi yang membahayakan.
Warga mengatakan bahwa lansia hanya memeriksakan kesehatannya ketika sakit, pengunaan
waktu senggang lansia : 48% berkebun/melakukan pekerjaan rumah, 26% jalan-jalan, 5% senam,
dan 23% tidak memiliki kegiatan.
A. Pengkajian
1. Demografi
Terdapat 64% lansia mempunyai keluhan adanya penyakit antara lain : Stroke (8%),
Hipertensi (8%), dan DM (13%), penyakit jantung (1%), dll.
2. Etnis
Warga desa Bahagia mayoritas berasal dari pulau jawa.
3. Nilai dan keyakinan
Sebagian besar penduduk beragama islam, terdapat banyak masjid yang digunakan
untuk sholat berjamaah dan kegiatan keagamaan lainnya.
B. Subsistem
1. Lingkungan fisik
Lingkungan di wilayah desa bahagia sangat padat, cenderung kumuh, kotor, dan
banyak rumah dengan kondisi tanpa ventilasi yang memadai.
16
Warga berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, sudah banyak warga yang memiliki
handphone dan komunikasi antar warga atau etangga sangat baik.
7. Pendidikan
Rata-rata pendidikan warga desa bahagia adalah SD.
8. Rekreasi
Terdapat tempat rekreasi yang dapat dikunjungi di sekitar desa tersebut, seperti taman
yang berjarak tidak jauh dari desa tersebut.
C. ANALISA DATA
17
Hipertensi (8%), dan DM
(13%), penyakit jantung
(1%), dll.
D. DIAGNOSA
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada lansia di Desa bahagia dengan masalah
kurangnya pengetahuan tentang penyakit dm
18
II.8 Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Lansia dengan Diabetes Melitus di Desa Bahagia Tahun 2019
No Diagnosa Tujuan Rencana Kegiatan Evaluasi
Keperawatan
Komunitas
Strategi Kegiatan Kriteria Standar Evaluator
1 Ketidakefektifan Tujuan Umum : 1. Pendidikan 1.1. Penyebaran leaflet Kognitif Peningkatan Mahasiswa
pemeliharaan Setelah dilakukan kesehatan tentang pemeliharaan pengetahuan Kader
kesehatan pada tindakan keperawatan (Health prom kesehatan pada masyarakat Puskesmas
lansia di Desa selama 8 bulan otion) penyakit DM. mengenai Supervisor
Bahagia dengan diharapkan 1.2 Pentingnya pemeliharaan
masalah masalah pemeliharaan mengetahui hal yang kesehatan pada
kesehatan pada menyebabkan DM. penyakit DM,
kurangnya
masyarakat tidak terjadi 1.3 Pentingnya penyebab dan
pengetahuan
mengetahui cara cara mencegah
tentang penyakit Tujuan Khusus : mencegah dan serta
DM. Setelah dilakukan mengontrol DM. mengontrol
tindakan keperawatan DM.
selama 8 bulan
diharapkan : 2. FGD (Focus 2.1 Pembentukan Kognitif Peningkatan
1. Meningkatnya Group kelompok kerja sikap kader
pengetahuan Discussion)/ bersama tokoh dan
masyarakat dan Proses masyarakat : masyarakat
keluarga Kelompok a. Memberikan dalam
mengenai pemeliha pelatihan pada para memelihara
raan kesehatan kader mengenai kesehatan
pada orang yang makanan yang baik penderita dan
terkena DM. untuk penderita orang yang
2. Meningkatnya penyakit DM. berpotensi
kesadaran dan b. Mendiskusikan terkena DM.
motivasi keluarga dengan para kader
dan masyarakat untuk
untuk berperilaku mengingatkan dan
hidup sehat agar memberi motivasi
19
tidak terkena DM. kepada keluarga
yang telah terkena
atau beresiko DM
untuk
mengonsumsi
menu makanan
yang sesuai
20
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Diabetes militus (DM) adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, mengarah
ke hiperglikemia (kadar gula darah tinggi). Gejala yang sering muncul pada DM, yaitu :Poliuria
(banyak dan sering kencing),Polipagia (banyak makan).Polidipsi (banyak minum).Diagnosa dari
kasus diatas adalah Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada lansia di Desa bahagia dengan
masalah kurangnya pengetahuan tentang penyakit dm.
III.2 SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber
yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
21
DAFTAR PUSTAKA
22