Anda di halaman 1dari 4

BioTrends Vol.8 No.

1 Tahun 2017

TEKNIK PERSILANGAN PADA SAPI BELGIAN BLUE (Bos


taurus) UNTUK MENGHASILKAN BIBIT UNGGUL DI
INDONESIA
WIDYA PINTAKA BAYU PUTRA
Laboratorium Reproduksi, Pemuliaan dan Kultur Sel Hewan
Pusat penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Jln. Raya Bogor-Jakarta Km. 46 Cibinong, Bogor, Jawa Barat 16911
Telp. (021)8754587 Fax. (021) 8754588
Email: widya.putra.lipi@gmail.com

S api Belgian Blue (BB)


merupakan salah satu
bangsa sapi Bos taurus yang
telah dikembangkan di Belgia
Pemanfaatan semen beku (straw)
pejantan sapi BB pada IB
merupakan salah cara untuk
meningkatkan produksi daging
(dystocia). Salah satu kendala
pengembangan sapi BB di
Indonesia adalah terbatasnya
jumlah dan kode straw sapi BB di
sejak tahun 1850 (Purchas dkk, sapi di Indonesia. Walaupun Indonesia. Jumlah straw yang
1992). Sapi BB memiliki sifat otot demikian, penggunakan suatu sedikit akan berpengaruh
ganda atau double muscling atau bangsa sapi yang berat badannya terhadap jumlah sapi persilangan
dalam bahasa medis disebut tinggi akan berpengaruh terhadap yang dihasilkan sedangkan kode
muscular hypertrophy (Gambar 1) berat lahir (Waheed dkk, 2003). straw yang sedikit akan
yang disebabkan karena terjadi Beberapa sapi lokal Indonesia menyebabkan inbreeding. Oleh
delesi 11 nukleotida di bagian memiliki postur tubuh yang kecil karena itu diperlukan suatu
ekson 3 pada gen myostatin
(McPherron dan Lee, 1997). Hasil
persilangan antara sapi BB
dengan Friesian Holstein (FH)
memiliki rata-rata berat potong
sebesar 533 kg dengan
persentase karkas sebesar
56,70% (Purchas dkk, 1992). Sapi
persilangan BB pertama kali
dikembangkan di Indonesia pada
tahun 2013 oleh PT. KAR melalui
teknik inseminasi buatan (IB)
menggunakan induk sapi Sumba
Ongole (SO). Pengembangan sapi
BB dilakukan juga oleh Balai
Embrio Ternak (BET) Cipelang,
provinsi Jawa Barat. Dilansir dari
majalah Infovet edisi Maret 2017
Gambar 1. Pejantan sapi Belgian Blue yang bernama “Liberal De
disebutkan bahwa pada tanggal
Ochamps” memiliki berat badan 1.173 kg pada umur
30 Januari 2017 telah lahir sapi
43 bulan (Sumber: http://www.genusbreeding.co.uk)
BB jantan hasil embrio transfer
embrio pertama di Indonesia
yang diberi nama “Gatotkaca” sehingga kurang cocok jika perencanaan yang tepat dan
dengan berat lahir 62,5 kg. disilangkan dengan sapi BB karena efisien dalam menyusun sistem
dapat menyebabkan terjadinya persilangan pada sapi BB.
kasus “kesulitan beranak” Beberapa teknik persilangan yang
1
BioTrends Vol.8 No.1 Tahun 2017

kemampuan peternak (breeder)


dalam menyeleksi indukan dan
pejantan untuk menyimpulkan
pola persilangan yang tepat.
Untuk mendapatkan pola
persilangan yang tepat dalam
cross breeding harus
berdasarkan pada uji coba,
pengalaman dan pengamatan
yang berdasarkan pada jenis dan
sifat ternak. Sapi hasil cross
breeding memiliki proporsi darah
dari pejantan dan induk yang
sama besarnya. Sapi hasil cross
breeding antara pejantan BB
dengan induk sapi Sumba Ongole
(SO) dan Fries Holland (FH)
Gambar 2. Contoh sapi hasil persilangan cross breeding mampu berkembang dengan baik
menggunakan straw pejantan Belgian Blue yang dan menunjukkan performan yang
bernama “Liberal De Ochamps” dengan induk sapi cukup baik (Gambar 2). Di
SO (A) dan FH (B) (Sumber: PT. Karya Anugerah Indonesia, persilangan cross
breeding banyak dilakukan melalui
teknik IB dengan menggunakan
straw pejantan Bos taurus antara
lain Limousine dan Simmental
pada induk sapi Peranakan Ongole
(PO) di masyarakat.

Persilangan balik

Yang dimaksud dengan


persilangan balik (back crossing)
adalah persilangan balik yang
dilakukan terus menerus dan
diarahkan pada satu bangsa
ternak tertentu. Sapi hasil
persilangan back crossing (0,75 BB
Gambar 3. Contoh sapi hasil back crossing antara sapi Belgian ; 0,25 SO) dapat berkembang
Blue (BB) dan sapi Sumba Ongole (SO) beserta dengan baik di Indonesia dan
skema persilangan back crossing (Sumber: PT. Karya menunjukkan adanya sifat double
Anugerah Rumpin) muscling pada bagian pantat
(Gambar 3). Persilangan balik
digunakan pada sapi menurut induk dengan satu macam bangsa disebut juga dengan grading up
Hardjosubroto (1994) yaitu pejantan. Persilangan hanya karena hasil persilangan ini
persilangan tunggal (cross dilakukan sampai tahap ini karena memiliki proporsi darah yang
breeding), persilangan balik (back sapi hasil persilangannya (F1) cenderung mengarah ke salah
crossing) dan persilangan rotasi memiliki performa yang baik satu bangsa tetuanya. Persilangan
(criss crossing). sehingga dapat dikomersialkan. back crossing pada ternak lokal
Tujuan dari cross breeding adalah dapat menyebabkan kepunahan
Persilangan tunggal untuk memanfaatkan keunggulan pada ternak lokal itu sendiri. Hal
ternak dalam keadaan itu disebabkan karena
Yang dimaksud persilangan heterozigot. Keberhasilan untuk karakteristik (fenotip dan genetik)
tunggal (cross breeding) adalah mendapatkan bibit unggul hasil dari ternak lokal pada setiap
suatu persilangan antara bangsa cross breeding tergantung pada
2
BioTrends Vol.8 No.1 Tahun 2017

generasi akan selalu berkurang. menggunakan dua bangsa bangsa sapi eksotik (Bos taurus).
Contoh bangsa sapi hasil back (Gambar 4) atau tiga bangsa Persilangan criss crossing pada
crossing menurut Blakely dan sekaligus (Gambar 5). Tujuan dari sapi BB, FH dan SO terlihat
Bade (1998) antara lain Brangus persilangan criss crossing adalah memiliki potensi untuk
(0,375 Brahman ; 0,625 Angus), untuk mempertahankan proporsi menghasilkan bibit sapi unggul.
Sapi hasil persilangan cross
breeding yang bernama “Putri”
(0,50 BB ; 0,50 SO) dan “Dini”
(0,50 BB ; 0,50 FH) dapat
berkembang dengan baik di
Indonesia sehingga kedua tipe
sapi silangan tersebut
kemungkinan dapat digunakan
untuk membentuk sapi silangan
baru dengan proporsi darah 0,50
BB; 0,25 FH dan 0,25 SO. Contoh
sapi hasil criss crossing menurut
Blakely dan Bade (1998) adalah
sapi Beefmaster (0,25 Hereford;
0,25 Shorthorn; 0,50 Brahman),
Jamaica Hope (0,75 Jersey ; 0,20
Sahiwal ; 0,05 Creole) dan Beefalo
(0,375 Bison ; 0,375 Charolais ;
0,25 Hereford).

Prospek persilangan sapi BB di


Indonesia

Gambar 4. Skema persilangan criss crossing menggunakan dua Produksi daging sapi di Indonesia
bangsa sapi yaitu Belgian Blue (BB) dan Sumba pada tahun 2017 diproyeksikan
Ongole (SO). (Sumber: Hardjosubroto (1994) yang sebesar 531,21 ton sedangkan
dimodifikasi) permintaan daging sapi pada
tahun yang sama diproyeksikan
sebesar 636,39 ton (Kementan RI,
Braford (0,375 Brahman ; 0,625 darah suatu bangsa ternak agar
2016). Berdasarkan data tersebut
Hereford), Simbrah (0,625 tidak hilang pada saat melakukan
terlihat bahwa masih terdapat
Simmental ; 0,375 Brahman), persilangan. Persilangan criss
kekurangan produksi sapi sebesar
Charbray (0,187 Brahman ; 0,813 crossing pada dua bangsa
105,18 ton. Kekurangan produksi
Charolais), Amerifax (0,625 Angus memiliki tujuan untuk
daging sapi di Indonesia antara
; 0,375 FH), Santa Gertrudis (0,625 mempertahankan proporsi darah
lain disebabkan oleh rendahnya
Shorthorn ; 0,375 Brahman), 1 : 2 pada setiap generasi yang
produktivitas ternak. Lebih dari
dihasilkan.
90% pasokan daging sapi di
Persilangan rotasi
Indonesia berasal dari peternakan
Beberapa bangsa sapi lokal di
rakyat yang sistem
Persilangan rotasi (criss crossing) Indonesia antara lain Peranakan
pemeliharaannya masih ekstensif
adalah suatu teknik persilangan Ongole (PO), Sumba Ongole (SO),
tradisional (Widiati, 2014)
antara dua bangsa dan individu Bali (Bos javanicus), Madura,
sehingga pertumbuhan produksi
hasil silangan yang dihasilkan Aceh, Pesisir dan Pasundan
daging sapi belum dapat
selalu dikawinkan dengan salah memiliki daya tahan terhadap
memenuhi permintaan nasional.
satu bangsa tetuanya secara panas dan fertilitas yang baik
bergiliran pada generasi sehingga memiliki potensi untuk
berikutnya. Persilangan criss menghasilkan bibit unggul melalui
crossing dapat dilakukan persilangan criss crossing dengan

3
BioTrends Vol.8 No.1 Tahun 2017

Hardjosubroto W. (1994).
Aplikasi Pemuliabiakan
Ternak di Lapangan.
Gramedia Widiasarana,
Jakarta.

Kementan RI. Outlook Daging


Sapi: Komoditas Pertanian
Subsektor Peternakan.
Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian.
Sekretaris Jenderal -
Kementerian Pertanian,
Jakarta.

McPherron AC dan Lee SJ.


(1997). Double Muscling in
Cattle Due to Mutation in
The Myostatin Gene.
Proceeding of National
Academy Science, 94,
12461-12475.

Purchas RW, Morris ST dan


Grant DA. (1992). A
Gambar 5. Skema persilangan criss crossing menggunakan tiga Comparison of
bangsa sapi yaitu Belgian Blue (BB), Sumba Ongole (SO) Characteristics of The
dan Fries Holland (FH). (Sumber: Hardjosubroto (1994) Carcasses from Friesian,
yang dimodifikasi). Piedmontese x Friesian, and
Belgian Blue x Friesian
Produksi daging sapi di Indonesia menghasilkan tipe sapi potong Bulls. New Zealand
dapat ditingkatkan dengan cara yang baik (Purchas dkk, 1992). Journal of Agricultural
memproduksi bibit sapi potong Persilangan pada sapi BB di Research, 35, 401-409.
unggul melalui teknik persilangan Indonesia sebaiknya dilakukan di
ternak. Persilangan pada sapi di perusahaan peternakan yang Waheed A, Hyder AU dan Khan
Indonesia umumnya dilakukan telah memiliki standar good MS. (2003). Genetic and
melalui IB dengan mengunakan breeding practice yang baik agar Phenotypic Evaluation of
straw dari bangsa sapi Bos taurus dapat diperoleh bibit sapi potong The Growth Performance
(sapi eksotik). Hasil persilangan yang baik. of Bhagnari and
antara sapi eksotik dan sapi lokal Droughtmaster x Bhagnari
di Indonesia menunjukkan Daftar Pustaka Female Calves in Pakistan,
performa yang baik dan bernilai Pakistan Veterinary Journal,
ekonomi tinggi, sehingga disukai Blakely J dan Bade D. (1998). Ilmu 23, 134-142.
oleh peternak. Sapi BB memiliki Peternakan. Cetakan
potensi yang besar untuk Keempat. Gadjah Mada Widiati R. (2014). Membangun
menghasilkan bibit sapi potong University Press, industri sapi potong rakyat
unggul di Indonesia. Sapi BB Yogyakarta. dalam mendukung
banyak disilangkan dengan sapi kecukupan daging sapi.
FH di beberapa negara untuk Wartazoa, 24, 191-200.

Anda mungkin juga menyukai