ABSTRAK
Salah satu diantara plasma nutfah hewani yang perlu dipertahankan eksistensinya adalah kerbau Belang
(Bubalus bubalis) sejenis kerbau lumpur dengan warna kulit Belang hitam dan putih. Habitat asli kerbau ini
di Tana Toraja Propinsi Sulawesi Selatan sehingga kerbau ini sering juga disebut kerbau Tana Toraja.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan Kerbau Belang berkembang diluar habitat aslinya.
Sepasang kerbau Belang dipelihara di Kebun Plasma Nutfah Puslit Bioteknologi LIPI di Cibinong. Selama
kurung waktu 10 tahun (1997-2007) kerbau Belang di Kebun Plasma Nutfah Cibinong berhasil melahirkan
anak kerbau Belang dari induk Belang dan tidak Belang dengan teknik inseminasi buatan dan kawin alam.
Anak pertama lahir bule dan letal tahun 1997 ( Belang X Belang), anak ke-2 lahir Belang jantan
Desember 2000 ( Belang X Belang), anak ke-3 lahir jantan November 2003 ( Belang X Belang),
anak ke-4 lahir Belang jantan Desember 2005 ( Belang di IB menggiunakan straw kerbau Belang dari BIB
Lembang), anak ke-5 lahir Belang hanya dikepala betina Desember 2006 (kerbau hitam di IB dengan straw
kerbau Belang dari LIPI), anak ke-6 betina hitam Oktober 2007(kerbau hitam di IB dengan straw kerbau
Belang dari LIPI). Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa kerbau Belang dapat berkembang di luar
habiatat aslinya dimana sebelumnya dipahami bahwa kerbau Belang hanya dapat berkembang di habitat
aslinya di Tana Toraja Sulawesi Selatan. Kerbau Belang dapat dikemnbangbiakkan melalui teknik kawin
alam atau teknik inseminasi buatan.
Kata kunci: Kerbau Belang, kawin alam, inseminasi buatan, Tana Toraja
PENDAHULUAN
Ada dua tipe kerbau yaitu kerbau sungai
(river buffalo) dengan 50 pasang kromosom
dan tipe rawa/lumpur (swamp buffalo) dengan
48 pasang kromosom. Persilangan dengan
mengawinkan antara kerbau sungai dengan
kerbau lumpur telah dilakukan di banyak
tempat untuk mendapatkan anak F1 dengan
kromosom 2n = 48-50 pasang. Populasi kerbau
di Indonesia sekitar 3.0 juta ekor dan
populasinya terus menurun sampai tahun 2005
(Statistik Pertanian, 2005, Dalam Situmorang
dkk. 2006), Kebanyakan kerbau di Indonesia
adalah tipe kerbau rawa/lumpur (Bubalus
bubalis), hanya beberapa ratus ekor kerbau tipe
sungai yang terdapat di Sumatera Utara
(SITUMORANG, 2005).
Kerbau memiliki efisiensi reproduksi yang
rendah disebabkan karena pubertas terlambat,
umur calving pertama tinggi, priode pospartum
anestrus panjang, periode inter-calving
panjang, tanda-tanda berahi kurang jelas dan
angka kebuntingan rendah. Juga, kerbau
18
19
20
Rataan
Volume (ml)
1,06 0,5
Warna
Konsistensi
Encer kental
pH
7,2 0,6
Motilitas (%)
74,5 4,97
Gerakan Massa
++(+)
Konsentrasi (x 106)
1709.8 823.5
90,94 4,02
11,31 2,39
Membran
/MPU (%)
78,17 7,16
plasma
utuh
Hasil
43,33 2,58
86,72 4,54
Abnormalitas
(%)
sperma
12,175 1,12
Membran
utuh/MPU (%)
plasma
62,72 2,02
21
Anak
Perkawinan
Keterangan
Tipe
Jenis
Kelamin
KA
Albino
Jantan
Letal, 1997
Belang
KA
Belang
Jantan
Normal, 2000
Belang
Belang
KA
Belang
Jantan
Normal, 2003
Belang
IB
Belang
Jantan
Normal, 2005,
straw BIB
Lembang
Hitam
IB
Belang
kepala
Betina
Normal. 2006,
straw LIPI
Belang
IB
Bunting 6 bulan
Jantan
Betina
Belang
Belang
Belang
22
23
2.
24
2005.
Departemen
25