Anda di halaman 1dari 62

NAMA :

NIM :
KELOMPOK:

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020
BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM
FISIOLOGI VETERINER

Tim Penyusun :

Drh. Nurina Titisari, M. Sc.


Drh. Herlina Pratiwi, M.Si
Drh. Aulia Firmawati, M.Vet.

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 2


KATA PENGANTAR

Kegiatan praktikum Fisiologi Veteriner adalah suatu kegiatan akademik yang wajib
diikuti mahasiswa dan diharapkan dapat meningkatkan keterampilan serta pengetahuan
mahasiswa dalam matakuliah Fisiologi Veteriner. Praktikum Fisiologi Veteriner mengajarkan
mengenai pemeriksaan fungsi fisiologis tubuh.
Demi mendukung kelancaran kegiatan praktikum maka disusunlah panduan
praktikum yang wajib dimiliki oleh setiap mahasiswa. Panduan ini diharapkan mampu
memberi dasar yang mantap untuk memahami fungsi fisiologis tubuh. Mahasiswa diharapkan
aktif karena mata kuliah ini merupakan ilmu dasar bagi matak uliah selanjutnya. Kritik dan
saran kami harapkan guna menyempurnakan materi dalam buku ini.

Malang, 2020

Tim Penulis

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 3


DAFTAR ISI

Hal
1. Kata Pengantar.......................................................................................................... 3
2. Daftar Isi..................................................................................................................... 4
3. Tujuan…………………………………..................................................................... 5
4. Jadwal Praktikum..................................................................................................... 6
5. Praktikum I : Pendahuluan.......................................................................................... 7
6. Praktikum II : Fisiologi Sel I…………....................................................................... 11
7. Praktikum III : Fisiologi Sel II…................................................................................ 16
8. Praktikum IV : Sistem Saraf…………………............................................................ 18
9. Praktikum V : Sistem Muskular ………………….…................................................ 24
10. Praktikum VI : Presentasi Kasus Neuromuskular……............................................... 30
11. Praktikum VII : Sistem Indra....................................................................................... 34
12. Praktikum VIII : Sistem Endokrin I………….…....................................................... 43
13. Praktikum IX : Sistem Endokrin II..………….…....................................................... 47
14. Praktikum X : Presentasi Kasus Endokrin……………............................................... 52
15. Praktikum XI : Fisiologi Cairan Tubuh………………............................................... 54
16. Praktikum XII : Metabolisme Basal….………………............................................... 57

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 4


Tujuan Instruksional Umum :
Menuntun mahasiswa agar mengetahui secara nyata keadaan fisiologi hewan dalam
kehidupannya.

Tujuan Instruksional Khusus :


Mahasiswa dapat mengerti keadaan fisiologis dan perubahan yang terjadi sehubungan dengan
bidang ilmu tersebut pada hewan

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 5


JADWAL PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINER
Jadual praktikum : Senin (A dan C) dan Rabu (B dan D)
Waktu : 07.30-16.20
Tempat : Laboratorium Fisiologi lantai 5 (kampus dieng)

Mgg ke Tgl Pokok Bahasan PIC


A B C D
1 27/1 - 30/1 2020 Praktikum I NTS NTS NTS NTS
Pendahuluan
2 03/2 – 06/2 2020 Praktikum II NTS NTS NTS NTS
Fisiologi Sel I
3 10/2 – 13/2 2020 Praktikum III NTS NTS NTS NTS
Fisiologi Sel II
4 17/2 – 20/2 2020 Praktikum IV HPW HPW HPW HPW
Sistem Saraf
5 24/2 – 27/2 2020 Praktikum V HPW HPW HPW HPW
Sistem Muskular
6 02/3 – 05/3 2020 Praktikum VI HPW HPW HPW HPW
Presentasi Kasus
Neuromuskular
7 09/3 – 12/3 2020 Ujian Praktikum I NTS NTS NTS NTS

8 30/3 – 02/4 2020 Praktikum VII AUF AUF AUF AUF


Sistem Indra
9 06/4 – 09/4 2020 Praktikum VIII AUF AUF AUF AUF
Sistem Endokrin I
10 13/4 – 16/4 2020 Praktikum IX AUF AUF AUF AUF
Sistem Endokrin II
11 27/4 – 30/4 2020 Praktikum X HPW HPW HPW HPW
Presentasi Kasus
Endokrinologi
12 04/5 – 07/5 2020 Praktikum XI NTS NTS NTS NTS
Fisiologi Cairan Tubuh
13 11/5 – 14/5 2020 Praktikum XII NTS NTS NTS NTS
Metabolisme Basal
14 18/5 – 21/5 2020 Ujian Akhir Praktikum NTS NTS NTS NTS

Tim Pengajar Mata Praktikum Fisiologi Veteriner :


1. Drh. Nurina Titisari, M.Sc (NT)*
2. Drh. Herlina Pratiwi (HP)
3. Drh. Aulia Firmawati, M.Sc (AUF)

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 6


PRAKTIKUM I
PENDAHULUAN

Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari aktivitas fungsional normal tubuh,


mempelajari sifat dan cara kerja berbagai unsur yang membangun tubuh hewan maupun
manusia sehingga merupakan suatu kesatuan kerja sistem. Dalam fisiologi dibahas sifat dan
cara kerja berbagai sistem dalam tubuh maupun sifat dan cara kerja antar sistem tersebut.
Dalam buku penunutun ini dicantumkan tujuan dan dasar teori untuk tiap topik praktikum.
Dengan mempelajari bagian ini sebelum praktikum, praktikan mempersiapkan dirinya
untuk suatu pengalaman praktis menguji coba konsep yang dijelaskan dalam tujuan dan dasar
teori tersebut. Sehingga diharapkan praktikan dapat menghayati praktikum tersebut secara
utuh.
Sebelum melakukan praktikum, praktikan diharapkan telah mengerti dasar teori
percobaan yang akan dilakukan, dengan demikian setiap tindakan/ perlakuan atau prosedur
yang diperlukan dalam praktikum diketahui maksudnya. Demikian pula, maksud
dicantumkannya tujuan praktikum ialah agar praktikan dapat mengukur dirinya sendiri,
apakah tujuan praktikum tersebut sudah dicapai, apakah ia telah berhasil mengungkapkan
sesuatu dari praktikum yang baru diselesaikan tadi, atau tidak.

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 7


A. TATA TERTIB PRAKTIKUM
A.1 Tata tertib kehadiran
1. Praktikum wajib diikuti setiap mahasiswa yang mengambil mata kuliah Fisiologi
Veteriner I.
2. Praktikum dilakukan tepat waktu (sesuai dengan jadwal)
3. Kehadiran praktikum mutlak 100%.
4. Mahasiswa tidak boleh terlambat dan harus hadir di Ruang Laboratorium yang sesuai
dengan jadwal, minimal 10 menit sebelum praktikum dimulai.
5. Pada setiap kehadiran praktikum mahasiswa wajib mengisi presensi kehadiran dan
menandatanganinya di kolom yang disediakan serta menandatangani daftar hadir.
6. Tidak ada praktikum susulan kecuali apabila ada surat resmi dari bagian akademik
FKH UB
7. Bagi yang tidak hadir pada waktu praktikum yang telah ditentukan, maka yang
bersangkutan tidak mendapatkan nilai praktikum pada praktikum tersebut.

A.2 Tata tertib di dalam ruangan praktikum.


1. Selama kegiatan praktikum wajib memakai jas praktikum.
2. Setiap kali akan praktikum, kelompok praktikum menyerahkan tiket masuk yang
memuat tentang judul, pendahuluan, bahan dan alat serta metoda/prosedur kerja
sebagai tanda masuk untuk dapat mengikuti praktikum.
3. Setelah selesai praktikum, mahasiswa wajib membersihkan peralatan yang digunakan,
menyimpan alat-alat ke tempat semula.
4. Apabila terjadi kerusakan alat (pecah atau kerusakan lainnya ) maka wajib melaporkan
dan mengganti alat yang dirusakkan tersebut sebelum akhir semester berjalan.
5. Dilarang makan, minum dan menggunakan telepon genggam di dalam ruang
praktikum.
6. Dilarang meninggalkan ruang praktikum tanpa seijin dosen yang bertugas dan dilarang
melakukan kegiatan lain selama praktikum
7. Disarankan membawa sarung tangan, masker dan lap//serbet/tisu untuk keperluan
sendiri.

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 8


A.3 Tata tertib penilaian dan laporan
1. Nilai pretest dibawah 60 tidak diperbolehkan mengikuti praktikum, kecuali dengan
persetujuan dosen koordinator praktikum
2. Selama pengamatan harus diawasi asisten/dosen dan dipertanggungjawabkan dengan
persetujuan asisten pada lembar laporan sementara.
3. Mahasiswa harus membuat laporan akhir yang berisi hasil pengamatan praktikum
sesuai materi yang telah ditentukan dan menjalani Ujian Akhir Praktikum.
4. Tidak ada pretest dan post test susulan, ujian akhir praktikum susulan bisa dilakukan
apabila ada surat resmi dari bagian akademik FKH UB

B. PERENCANAAN PENILAIAN
Penilaian didasarkan pada prestasi mahasiswa dalam mengerjakan aktivitas pembelajaran
yaitu:
a. Ujian Akhir Praktikum dengan bobot 50%
b. Pre test dan Post test dengan bobot 25 %
c. Laporan 15%
d. Aktivitas lab dengan bobot 10%

1. TEKNIK PENGGUNAAN MIKROSKOP

1. Ambil mikroskop dari tempat penyimpanan


2. Buka penutup mikroskop, cek kelengkapan mikroskop.
3. Buka gulungan kabel mikroskop dan hubungkan stacker ke sumber listrik.
4. Nyalakan mikroskop dengan menekan tombol “ON” atau tanda “I”, kemudian atur
pencahayaan, kembali lakukan pengecekan dengan cara mengamati dari lensa okuler, baik
kebersihan lapangan pandangan maupun cukup tidaknya pencahayaan serta berfungsi atau
tidaknya penggeser lensa maupun penggeser sampel.
5. Letakkan sampel (preparat pada objek glass) pada meja obyek dan jepit dengan penjepit,
usahakan daerah yang akan diperiksa tepat berada di bawah lensa objektif
6. Gunakan lensa objektif mulai dari pembesaran rendah (4x10) ke tinggi (100x10).
7. Untuk pembesaran 1000x (100x10), gunakan minyak emersi
Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 9
8. Geser penggeser meja objektif (makrometer) ke atas dan ke bawah, kombinasikan dengan
putaran fokus lensa (micrometer), untuk memfokuskan pandangan pada daerah yang akan
diperiksa
9. Gunakan penggeser samping dan atas bawah untuk mengamati lapangan pandang yang
lain.
10. Matikan lampu mikroskop bila dalam waktu ±15 menit, mikroskop tidak digunakan
11. Jangan sekali-kali memindahkan mikroskop saat lampu menyala “ON”
12. Pindahkan mikroskop dengan cara diangkat, jangan memindahkan dengan cara digeser.
13. Setelah pemakaian, matikan lampu mikroskop, kemudian cabut stacker dari sumber listrik
14. Bersihkan lensa dengan kertas lensa, bila perlu gunakan larutan xylol-alkohol terutama
pada pembesaran 1000x yang memakai minyak emersi
15. Gulung kabel dan kembalikan mikroskop ke tempat semula.

Tgl Catatan untuk Revisi Tanda tangan


Koreksi Dosen/Asisten

Nilai

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 10


PRAKTIKUM II
FISIOLOGI SEL I
OSMOTIC FRAGILITY TEST

Tujuan : Mempelajari pengaruh berbagai macam kosentrasi larutan NaCl, larutan saponin

dan larutan ureum terhadap sel darah merah.

Dasar Teori :
Membran sel hewan eukariot bersifat semipermiabel dan merupakan struktur sel
yang memisahkan sitoplasma dengan lingkungan luarnya. Berperan sebagai pembatas
pergerakan bahan masuk dan ke luar sel, molekul hidropobik dapat melewatinya dengan
mudah, sedangkan molekul hidropilik lebih sulit. Dibentuk oleh: a. Dua lapisan lipid
(posfolipid) bagian kepala yang bersifat hidropilik mengarah ke cairan ekstrasel dan ke
sitoplasma, sedangkan kakinya yang hidropobik bertemu pada bagian dalam lapisan membran.
b. Protein yang tersusun seperti mosaik pada lapisan lipid (pada bagian dalam, luar dan
menembus dari luar ke dalam membran/trasmembran) yang berfungsi sebagai komponen
struktural membran, pompa dan saluran ion, carrier, reseptor dan enzim. c. Kolesterol (pada
hewan eukariot jumlah kolesterol ini menentukan permeabilitas membran terhadap air, makin
banyak kolesterol makin kurang permeabilitasnya terhadap air misal pada tubuli distal ginjal).
Air akan bergerak mengikuti gradien osmotik melewati membran sel. Bila sel eritrosit berada
pada medium yang lebih rendah tekanan osmotiknya, air akan masuk ke dalam sel. Membran
sel eritrosit akan pecah (hemolisis) saat penambahan volume cairan sel, melewati ambang
batas yang dapat ditahan membran sel, hemoglobin akan tersebar pada medium. Bila sel yang
mengalami hemolisis lebih banyak dari yang tidak mengalami hemolisis, campuran darah dan
medium akan bewarna merah cerah. Sebaliknya bila sel yang mengalami hemolisis lebih
sedikit dari yang tidak mengalami hemolisis, campuran darah dan medium bewarna merah
keruh. Bila sel darah merah berada pada mebium yang lebih tinggi tekanan osmotiknya, air
akan ke luar dari sel, sel akan mengkerut (krenasi). Medium yang berisi sel eritrosit yang
mengalami krenasi akan bewarna merah keruh. Bila sel berada pada medium yang

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 11


mengandung bahan pelarut lemak, membran sel akan rusak, sel eritrosit juga akan mengalami
hemolisis.

I. ALAT DAN BAHAN


1. Larutan NaCl 0.9%, 0.65%, 0.45%, 0.25%, 0%, (aquadest)
2. 1% ureum dalam larutan NaCl 0.9%
3. 1% ureum dalam aquadest
4. 1% saponin dalam larutan NaCl 0.9%
5. 1% saponin dalam aquadest
6. Larutan NaCl 3%
7. Tabung reaksi 10 buah dalam rak
8. Pipet 5 ml 11 buah
9. Gelas objek 1 buah dengan 2 buah kaca penutup
10. Mikroskop
11. Kertas tissue/lap bersih dan halus
12. Darah yang tersedia (di tambah dengan antikoagulan)

II. CARA KERJA


1. Beri nomor 1-10 pada tabung reaksi yang digunakan
2. Isi tabung 1 : larutan NaCl 0.9% (larutan isotonis dengan darah sebagai kontrol)
3. Isi tabung 2 : larutan NaCl 0.65%
4. Isi tabung 3 : larutan NaCl 0.45%
5. Isi tabung 4 : larutan NaCl 0.25%
6. Isi tabung 5 : larutan NaCl 0% (aquadest)
7. Isi tabung 6 : 1% ureum dalam larutan NaCl 0.9%
8. Isi tabung 7 : 1% ureum dalam aquadest
9. Isi tabung 8 : 1% saponin dalam larutan NaCl 0.9%
10. Isi tabung 9 : 1% saponin dalam aquadest
11. Isi tabung 10 : larutan NaCl 3%
12. Masing-masing sebangyak 5 ml

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 12


13. Tambahkan 3 tetes darah ke dalam setiap tabung dan homogenkan (dengan
menggoyangkan rak tabung reaksi)
14. Periksa warna dan kekeruhan larutan di dalam tabung
15. Warna merah cerah menunjukan adanya hemolisis.
Warna merah keruh belum tentu tidak terjadi perubahan-perubahan. Kemungkinan sebagian
sel eritrosit mengalami hemolisis atau perubahan lainnya. Untuk memastikannya perlu
dilakukan pemeriksaan secara mikroskopis.

Cara pemeriksaan dengan mikroskop :


1. Pada gelas objek tempatkan di bagian kiri satu tetes larutan dari tabung 1 sebagai
kontrol (pembanding), dan pada bagian kanan satu tetes larutan dari tabung 2. tutup
masing-masing dengan gelas penutup.
2. Periksa di bawah mikroskop dengan lensa objektif. 10x dan okuler. 10x . perhatikan
dan bandingkan bentuk sel, besar dan banyaknya sel eritrosit dari sampel yang terletak
dibagian kanan gelas obyek, yang berasal dari tabung nomor 2. dengan kontrol
dibagian kiri gelas obyek.
3. Lakukan pemeriksaan yang sama untuk tabung-tabung lainnya, dengan menggunakan
tabung ke 1 sebagai kontrol.
4. Catatlah hasil pengamatan pada kolom-kolom yang tersedia.
5. Pada kolom pemeriksaan makroskopis, tuliskan + bila terlihat jelas adanya hemolisis
(warna merah cerah) dan tambahkan derajat hemolisis sempurna bila tidak ditemukan
eritrosit pada pemeriksaan mikroskopis dan tidak sempurna bila pada pemeriksaan
mikroskopis masih ditemukan sel eritrosit dan
6. Bila belum terlihat adanya hemolisis (warna merah keruh).
7. Pada kolom pemeriksaan mikroskopis: Untuk bentuk, tuliskan bulat licin, bulan berigi-
rigi, atau gambaran lainnya; untuk besar, bandingkan dengan kontrol (dari tabung
no.1 ), tuliskan = (sama dengan kontrol), > (lebih besar) dan < (lebih kecil); dan untuk
relatif banyaknya sel eritrosit dibandingkan dengan kontrol, tanda = (sama), > (lebih
banyak), dan < (lebih sedikit) dari kontrol.

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 13


III. HASIL PENGAMATAN

Hal yang perlu dibahas :

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 14


LEMBAR KERJA MAHASISWA

Tgl Catatan untuk Revisi Tanda tangan


Koreksi Dosen/Asisten

Nilai

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 15


PRAKTIKUM III
FISIOLOGI SEL II

Tujuan :
Mempelajari kelarutan Molekul/senyawa polar dan non polar
Dasar Teori
Molekul polar adalah molekul yang atom-atomnya berbagi elektron, dimana
masingmasing atom tidak sama kekuatannya dalam menarik pasangan elektron sehingga
terbentuk muatan negatif dan positif . Sedangkan molekul nonpolar adalah molekul dimana
atom-atomnya berbagi elektron secara berimbang.sehingga tidak terbentuk perbedaan muatan.
Molekul polar akan larut pada pelarut polar dan molekul nonpolar larut pada pelarut nonpolar.

I. ALAT DAN BAHAN


1. Tabung reaksi
2. Spatula
3. Pipet tetes
4. Minyak goreng
5. NaCl Kristal
6. AgNO3

II. CARA KERJA


1. Masukkan ke dalam tabung reaksi: air dan minyak goreng dengan perbandingan
1:1
2. Ke dalam tabung tersebut dimasukkan kristal NaCl seujung spatula, kemudian
tabung ditutup, lalu dikocok sampai kristal NaCl larut (menghilang)
3. Diamkan sampai fase air dan minyak goreng terpisah
4. Minyak dikeluarkan dengan pipet, lalu dimasukkan ke tabung reaksi lain
5. Tambahkan perak nitrat (AgNO3) pada tabung yang berisi fase air dan fase minyak
kemudian, perhatikan perubahaan yang terjadi

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 16


Hal yang perlu dibahas :
1. Apa kesimpulannya?
2. Apa sifat dari NaCl?
3. Apa sifat dari air?
4. Apa sifat dari minyak?
5. Apa fungsi AgNO3?

Tgl Catatan untuk Revisi Tanda tangan


Koreksi Dosen/Asisten

Nilai

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 17


PRAKTIKUM IV
SISTEM SYARAF

Tujuan :1. Macam- macam refleks yang dikendalikan oleh otak

2. Macam-macam refleks yang dikendalikan oleh medula spinalis

3. Mempelajari fungsi dari bagian-bagian susunan syaraf pusat

Dasar Teori :
Secara anatomi, susunan saraf otonom terdiri atas saraf praganglion, ganglion dan
pasca ganglion yang mempersarafi sel efektor. Serat eferen persarafan otonom terbagi atas
sistem persarafan simpatis dan parasimpatis. Sistem saraf simpatis disalurkan melalui serat
torakolumbal 1 sampai lumbal 3. Serat saraf eferennya kemudian berjalan ke ganglion
vertebral, pravertebral dan ganglia terminal. Sistem persarafan parasimpatis (segmen
kraniosakral susunan saraf otonom) disalurkan melalui beberapa saraf kranial yaitu N. III, N.
VII, N. IX, N. X dan serat saraf yang berasal dari sakral 3 dan 4.
Sistem persarafan simpatis secara fisiologis teraktivasi pada kondisi stress. Sistem
persarafan simpatis ditandai oleh detak jantung yang meningkat, pernafasan yang cepat,
peningkatan tekana darah, pupil miosis dan sebagainya. Sistem persarafan parasimpatis secara
fisiologis bersifat relaksasi. Sistem parasimpatis ditandai oleh detak jantung dan pernafasan
yang normal, tekanan darah yang normal, pupil midriasis.
Gerak refleks merupakan respon yang cepat dan tidak disadari terhadap perubahan
lingkungan interna maupun eksterna. Refleks dikendalikan oleh sistem saraf yaitu otak
(disebut refleks kranial) atau medula spinalis (disebut refleks spinal) lewat saraf motorik
kranial dan spinal. Saraf kranial dan saraf spinal dapat berupa saraf somatik yang
mengendalikan refleks otot kerangka atau saraf otonom yang mengendalikan refleks otot plos,
jantung dan kelenjar. Meskipun refleks spinal dapat terjadi tanpa keterlibatan otak, tetapi otak
seringkali memberikan pertimbangan dalam refleks spinal. Refleks adalah suatu respon organ
efektor (otot ataupun kelenjar) yang bersifat otomatis atau tanpa sadar, terhadap suatu stimulus
tertentu. Respon tersebut melibatkan suatu rantai yang terdiri atas sekurang-kurangnya 2

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 18


neuron, membentuk suatu busur refleks. Dua neutron aferen, sensoris, atau reseptor, dan
neuron eferen, motoris, atau efektor. Umumnya satu atau lebih neuron penghubung
(interneuron) terletak di antara neuron reseptor dan neuron efektor. Meskipun refleks dapat
melibatkan berbagai bagian otak dan sistem saraf otonom, refleks yang paling sederhana
adalah refleks spinal. Suatu refleks spinal yang khas adalah refleks rentang yang digambarkan
dengan refleks pemukulan ligamentum patela (suatu tendon), sehingga menyebabkan otot lutut
terentang.
Pada dasarnya semua sel memiliki sifat iritabilitas, artinya sel dapat menanggapi
(merespon) rangsangan yang sampai kepadanya. Sifat tersebut tampak masih sangat menonjol
pada sel otot dan sel saraf. Sel otot akan menunjukkan respon apabila padanya diberi
rangsangan lewat saraf atau langsung pada otot. Respon yang ditunjukkan oleh sel otot
umumnya berupa kontraksi otot, sedangkan respon yang pada sel saraf tidak dapat diamati,
sebab berupa proses pembentukan potensial aksi yang kemudian dirambatkan berupa impuls.
Adanya respon sel saraf hanya dapat diamati pada efektornya. Untuk mengetahui lebih lanjut
tentang sistem saraf, maka perlu dilakukan praktikum ini.

I. ALAT DAN BAHAN


1. Manusia (3 praktikan)
2. parfum, minyak wangi, minyak kayu putih
3. pensil, penggaris dan alat tulis lain
4. garputala
5. flashlight pen

II. CARA KERJA


Adapun yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
Praktik ini dikerjakan perkelompok, salah satu dari praktikan dipilih menjadi probandus
praktikan (OP) dan teman lain melakukan perlakuan kepada OP dan mencatat hasilnya.
apabila hasil yang didapatkan sama dengan yang tertera dibawah ini maka dikatakan normal

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 19


III. HASIL PENGAMATAN
Keterangan probandus
1 Nama :
Umur :
Jenis kelamin :

2 Nama :
Umur :
Jenis kelamin :

3 Nama :
Umur :
Jenis kelamin :

No Saraf Otak Perlakuan Hasil Normal Hasil Pengamatan


Saraf 1 2 3

1 Nervus Memberi 3 odoran kepada OP dapat mengenali bau


Olfactorius praktikan, misal parfum, dari masing-masing sampel
minyak angin atau sesuatu yang diberikan
yang berbau khas (Mata
tertutup)
2 Nervus Menggerakkan sebuah OP dapat mengikuti
Opticus benda (alat tulis) ke arah kemana arah benda
atas, bawah, kanan dan kiri digerakkan, maksimal 1800
didepan mata OP
3 Nervus Memberikan cahaya Pupil mata OP akan
Oculomotor kepada mata OP sekilas mengecil (ukuran
ius diperkirakan karena tidak

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 20


dapat dengan jelas
menghitung jarak pupil)
4 Nervus Menggerakkan benda ke 8
OP dapat mengikuti
Trochealis sisi OP
gerakan benda tersebut ke
8 sisi (00, 450, 900, 1350,
1800, 2250, 2700, 3150)
5 Nervus OP membuka mulut, Mulut OP masih sama
Trigeminus kemudian mandibula OP seperti saat sebelum
diketuk diketuk, apabila ada reaksi
berlebih maka dikatakan
tidak normal atau ada
gangguan
6 Nervus Cek nistagmus OP dapat melihat benda
Abducens (menggerakkan benda baik dalam keadaan cepat
secara cepat dan lambat maupun lambat
didepan OP)
7 Nervus OP menutup mata, OP tetap menutup mata
Facialis praktikan lain mencoba dan tidak membuka, jika
membuka mata OP mudah ada gangguan
OP tersenyum dilihat Senyum OP simetris,
apakah semitris atau tidak artinya baik sisi kanan
maupun sisi kiri mulut OP
sama sudutnya
8 Nervus Garpu tala diketuk di OP dapat mendengar
Vestibuloco bagian lunak, misalkan dengan baik dan selaras
chlearis tangan. kemudian (pada saat garputala masih
didengarkan oleh OP bergetar dan masih
terdengar, ketika berhenti
bergetar, hilang juga suara

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 21


getarannya)
9 Nervus OP mengucapkan kata ”ah” Ketika mengucapkan kata
Glossophary ”ah”, ovula terlihat lurus
ngeus

10 Nervus
Vagus
11 Nervus OP mengangkat bahunya OP tetap mempertahankan
Accesorius sekencang mungkin, dan posisinya, dan tidak mudah
praktikan lainnya menekan turun dengan yang
bahu OP sekuat mungkin diberikan dari praktikan
lain
12 Nervus OP melipat lidah OP Dapat melipat lidahnya,
Hypoglossu membentuk U atau
s bergelombang

Hal yang perlu dibahas :


1. Gambarkan histologi sel saraf !
2. Sebutkan perbedaan saraf pusat dan saraf tepi!
3. Sebutkan perbedaan saraf simpatis dan parasimpatis !
4. Sebutkan fungsi ke 12 nervus yang terdapat pada saraf otak (kranial) beserta lokasi intinya

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 22


LEMBAR KERJA MAHASISWA

Tgl Catatan untuk Revisi Tanda tangan


Koreksi Dosen/Asisten

Nilai

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 23


PRAKTIKUM V
SISTEM MUSKULAR

A. RANGSANGAN TERHADAP SEDIAAN OTOT SARAF

Tujuan :
1. Mempelajari cara mematikan katak dan membuat sediaan otot saraf.

2. Mengenal jenis dan kerja beberapa alat perangsang.

3. Mengenal berbagai macam rangsangan terhadap sediaan otot saraf.

Dasar Teori :
1. Impuls Saraf dan Kontraksi Otot
Impuls pada saraf merambat dari dendrit sampai ujung akson. Setiap rangsangan yang
kekuatannya mencapai harga ambang akan menimbulkan potensial aksi yang akan merambat
sepanjang akson dan ini disebut impuls saraf. Pada ujung akson, pada motor-end-plate, impuls
saraf ini menyebabkan sekresi asetilkolin yang ditangkap oleh reseptor, yang terletak pada serabut
otot. Reaksi asetikolin-reseptor ini menimbulkan potensial aksi pada serabut otot yang akan
menjalar berupa impuls otot melalui tubulus T yang nantinya akan sampai pada sisterne retikulum
sarkoplasma, dan menstimulasi pengeluaran Ca++. Peningkatan kadar Ion Ca ++ bebas intra sel
yang berasal dari retikulum sarkoplasma ini diperlukan untuk berlangsungnya kontraksi otot
rangka, demikian pula energi dari ATP yang dihidrolisa oleh ATP-ase. Setelah kontraksi selesai
ion kalsium harus dipompa kembali ke dalam sisterne secara aktif yang juga memerlukan energi
dari ATP.

2. Mekanisme Kerja Alat Perangsang


Pinset Galvanis.
Kaki-kaki pinset Galvanis terdiri dari tembaga (Cu) dan seng (Zn). Menurut deret volt antar
keduanya terdapat perbedaan potensial, yang bila dihubungkan melalui sesuatu larutan elektrolit
akan terjadi arus listrik. Cu merupakan kutub positif dan Zn kutub negatif.

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 24


I. ALAT DAN BAHAN :
1. Hewan coba : Dua ekor katak kodok sawah (Fejervarya canrivora)
2. Sonde (jarum penusuk) otak katak
3. Papan katak
4. Beberapa buah jarum pentul
5. Dissecting set dan gunting
6. Larutan garam faali :NaCl 0,65% atau larutan Ringer
7. Gelas arloji atau gelas petri
8. Pinset Galvanis
9. Stimulator elektronik lengkap dengan kabel-kabelnya.
10. Kristal garam dapur atau gliserin
11. Cuka glasial
12. Gelas pengaduk
13. Korek api

II. CARA KERJA :


A. Mematikan katak untuk keperluan percobaan
1. Pegang katak seperti pada gambar 16, yaitu pegang kepala katak dengan menempatkan
kepala katak tersebut antara telunjuk dan jari tengah, fiksir katak dengan ketiga jari
lainnya. Bengkokkan kepalanya.
2. Tusuk otak katak dengan sonde yang tajam pada foramen oksipitalenya (pada sudut
medial antara garis tulang kepala dengan garis tulang punggung)
3. Masukan sonde ke ruang tengkorak, putar kekiri dan kekanan ke atas dan ke bawah.
4. Lihat mata hewan percobaan, bila setengah menutup dan tidak ada reaksi lagi terhadap
sentuhan, perusakkan dihentikan.
5. Sekarang rusaklah sumsum punggungnya dengan menusukkan sonde ke arah belakang
ke dalam kanalis vetebralis.

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 25


6. Yakinkan bahwa sonde masuk kedalam rongga sumsum tulang punggung tersebut.
Tusukkan sejauh mungkin. Perhatikan kaki katak yang meronta-ronta sewaktu sonde
ditusukan sebagai tanda medula spinalis tertusuk.
7. Lepaskan sonde, kaki-kaki katak menjadi lemas.

Cara memegang katak VE = M. Vasus externus


B = M. Biceps, SM = M. Semimembranosus
GM = M. Gastrocnemius, TA = Tendo Achilles.

B. Membuat sediaan otot saraf (atau disebut juga preparat saraf otot)
1. Letakan katak yang telah dimatikan pada 1, di atas papan katak.
2. Buka kulit dan otot perut.
3. Singkirkan jeroan.
4. Perhatikan keluarnya n. ischiadicus dari susum tulang belakang.
5. Lihatlah masing-masing n. ischiadicus.
6. Potong n. ischiadicus pada bagian cranial.
7. Balikan badan katak.
8. Angkat tulang ekor tinggi-tinggi, potonglah ke arah cranial sejauh mungkin.
9. Telusuri n. ischiadicus ke atas sambil menggunting otot-otot disebelah atasnya.

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 26


10. Sayat fasia antara m. Biceps femoris dengan m. Semimembranosus, tampaklah n.
ischiadicus dan a. Femoralis setelah kedua otot tadi dikuakkan.
11. Potong paha di atas seperempat bagian bawah (n. Ischiadicus jangan terpotong)
12. Lepaskan m. gastrocnemius dari tulangnya (buang tulangnya).
13. Potong tendo achilles maka akan didapatkan preparat otot saraf yang terdiri dari :
a. Sepertiga bagian bawah paha
b. n. ischiadicus
c. m. gastrocnemius

C. Berbagai macam rangsangan pada sediaan otot saraf


1. Rangsangan mekanis
a. Pijitlah pangkal n. ischiadicus dengan batang korek api atau gelas pengaduk.
2. Rangsangan Galvanis.
a. Tempelkan kaki-kaki pinset Galvanis pada saraf. Saraf harus dalam keadaan
basah oleh larutan garam faali.
b. Coba tempelkan satu kaki pinset pada saraf, kaki satunya pada medium garam
faali.
c. Sekarang tempelkan kaki-kaki pinset pada mediumnya saja sementara saraf
berada pada diantaranya.
d. Perhatikan pada saat satu kaki diangkat dari medium dan pada saat ditempelkan
pada medium. Adakah pada keduanya itu kontraksi otot?
3. Rangsangan osmotis.
a. Dengan kertas atau gelas pengaduk tempelkan sejumlah kecil serbuk garam
dapur pada pangkal saraf.
b. Tunggu beberapa menit, perhatikan sifat kontraksi.
c. Kalau tak ada garam dapur pakailah gliserin.
4. Rangsangan kimiawi.
a. Celupkan sepotong kertas atau kapas ke dalam cuka glasial dan tempelkan pada
pangkal saraf.
5. Rangsangan panas.

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 27


a. Nyalakan sebatang korek api, padamkan lalu segera tempelkan pada pangkal
saraf.
b. Atau rendamlah gelas pengaduk dalam air mendidih. Hati-hati angkat dan
tempelkan pada pangkal saraf.
6. Rangsangan Faradis.
a. Rangsanglah saraf dengan rangsangan tunggal dengan elektroda dari suatu
stimulator. Atur kekuatan rangsangannya.(voltasenya).

Hal yang perlu dibahas :


1. Rangsangan mekanis
Bagaimana sifat kontraksi otot ? Beri penjelasannya !
2. Rangsangan Galvanis.
Bagaimana sifat kontraksi otot pada rangsangan tutup ? Beri penjelasannya !
Bagaimana sifat kontraksi otot pada rangsangan buka ? Beri penjelasannya !
3. Rangsangan osmotis.
Bagaimana sifat kontraksi otot ? Beri penjelasannya !
4. Rangsangan kimia
Bagaimana sifat kontraksi otot ? Beri penjelasannya !
5. Rangsangan panas
Bagaimana sifat kontraksi otot ? Beri penjelasannya !
6. Rangsangan Faradis
Bagaimana sifat kontraksi otot ? Beri penjelasannya !

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 28


LEMBAR KERJA MAHASISWA

Tgl Koreksi Catatan untuk Revisi Tanda tangan


Dosen/Asisten

Nilai

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 29


PRAKTIKUM VI
PRESENTASI KASUS NEUROMUSKULAR

Tujuan:
1. Menambah pengetahuan mahasiswa terkait kasus pada neuromuscular yang diberikan
2. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam memahami dan mempresentasikan
hasilnya dalam bentuk power point
3. Meningkatkan kemampuan manajerial mahasiswa dalam mengerjakan tugas secara
berkelompok

I. ALAT :
a. Laptop
b. Proyektor

CARA KERJA:
1. Buatlah kelompok yang terdiri atas 4-5 orang mahasiswa

2. Setiap kelompok mahasiswa mengerjakan tugas kasus yang diberikan oleh dosen

pengampu mata kuliah fisiologi dasar

3. Buatlah powerpoint sebagai materi diskusi

4. Tulis dalam bentuk ringkasan dari presentasi semua kelompok di buku praktikum

sebagai laporan sementara

5. Laporan akhir wajib membuat suatu makalah dengan melampirkan sumber jurnal

beserta powerpoint

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 30


LEMBAR KERJA MAHASISWA

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 31


Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 32
Tgl Koreksi Catatan untuk Revisi Tanda tangan
Dosen/Asisten

Nilai

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 33


PRAKTIKUM VII
SISTEM INDERA
Tujuan :
1. Praktikum Indera Pengecap
a. Menentukan kecermatan pengecapan praktikum pada penggunaan beberapa
bahan.
b. Menentukan daerah penyebaran reseptor dari keempat sensasi kecap primer,
berdasarkan kepekaan tertinggi terhadap bahan yang bersangkutan.
c. Menentukan daerah penyebaran reseptor kecap selain sensasi primer
2. Praktikum Pembau
Mengetahui pentingnya pengaruh rangsangan bau terhadap kepekaan seseorang
3. Praktikum Indera Pembau dan Pengecap
Mengetahui pentingnya pengaruh bau terhadap kesan pengecapan.
4. Praktikum Pengaruh Dingin Terhadap Rasa Sakit
Mengetahui adanya pengaruh dingin terhadap rasa sakit atau nyeri
5. Kepekaan Sentuhan
a. Mengetahui letak kepekaan terhadap sentuhan dari bagian kulit.
b. Melatih kepekaan terhadap sentuhan.

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 34


I. Prosedur Kerja
1. Pengecap
A. Alat dan Bahan
a. Alat : Cotton bud, cawan petri, gelas kimia, sapu tangan, peta rasa, tissu
atau kapas.
b. Bahan: Larutan NaCl (asin), larutan asam jawa (asam), larutan gula
(manis), larutan kopi tanpa gula (pahit), larutan cabe/merica (pedas),
larutan masako/royko (gurih) dan air putih.
B. Langkah Kerja
a. Sebelum percobaan dimulai, membersihkan dulu gusi dan lidah dari sisa-
sisa makanan dengan berkumur. Kemudian membersihkan lidah dengan
tissue/kapas agar tidak basah oleh air ludah.
b. Menuangkan cairan pada cawan Petri, agar tidak mengetahui larutan apa
yang dipergunakan.
c. Menutup mata praktikan agar tidak mengetahui larutan apa yang
digunakan.
d. Menyentuhkan cotton bud pada tempat-tempat pusat pengecap dan
praktikan diminta untuk mengatakan rasa apa yang dirasakan setiap kali
sentuhan dan pada tempat mana yang paling terasa macam larutan yang
disentuhkan.
e. Mengulangi percobaan ini dengan cotton bud yang lain sesuai larutannya.
Menanyakan : Apakah pada daerah yang disentuh dirasakan rasa larutan
tertentu (sesuai/tidak dengan macam larutan yang dicobakan).
f. Bila jawaban praktikan sesuai dengan larutan yang dicobakan, maka pada
gambar lidah diberi tanda + dan bila tidak sesuai diberi tanda -.
g. Mengulangi percobaan ini pada orang lain dengan cotton bud yang
berbeda. Kemudian membandingkan hasilnya.
h. Setiap penggantian larutan praktikan harus berkumur terlebih dahulu.

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 35


2. Pembau
A. Alat dan Bahan
1. Alat: Spuit/Syringe 2,5 ml, sapu tangan dan kapas.
2. Bahan: Minyak menthol, minyak angin, parfum, dan minyak cengkih.
B. Langkah Kerja
1. Praktikan tidak boleh flu/ pilek
2. Menutup mata yang bersangkutan (praktikan)
3. Mengambil parfum dengan jarum syringe secukupnya, kemudian
melepaskan jarum dan membiarkan syringe dalam kondisi posisi terbalik
(lubang jarum menghadap ke atas).
4. Menyisipkan ujung penutup pada bagian belakang dalam hidung melalui
lubang hidung satu sisi, sedangkan satu sisi lain lubang hidung ditutup
dengan kapas agar yang membau hanya satu sisi saja. Kemudian praktikan
membau atau menghirup. Tanyakan bau apa yang dibaunya. Lalu mencatat
hasilnya.
5. Setelah itu, posisi syringe diarahkan ke atas, dan praktikan disuruh
menghirup lagi. Menanyakan bau apa yng dibaunya dan mana yang lebih
bau pada posisi pertama atau posisi kedua, lalu membandingkannya.
Kemudian mencatat hasilnya.
6. Mengulangi percobaan tersebut dengan bahan yang lain.
7. Menutup lubang hidung yang satu dengn kapas dan yang satu tetap terbuka.
8. Menuang bahan pada spuit secukupnya

3. Hubungan Pembau dan Pengecap


A. Alat dan Bahan
1. Alat: Tusuk gigi, pisau, kapas/tissue, sapu tangan
2. Bahan: Bengkoang, kentang, apel, air putih
B. Langkah Kerja
1. Menutup mata praktikan dan hidungnya ditutup dengan sapu tangan,
2. Lidah dibersihkan dengan kapas/tissue

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 36


3. Meletakkan sekerat bahan, secara bergantian. Menanyakan apa yang
dirasakan setiap kali bahan diletakkan di lidah dan tanyakan juga apakah ia
dapat membau atau mengecap.
4. Mengulangi percobaan, akan tetapi hidung terbuka
5. Mengulangi percobaan dua kali pada praktikan yang sama dan mengulangi
percobaan untuk praktikan yang lain lalu bandingkan.

4. Pengaruh Dingin Terhadap Rasa Sakit


A. Alat dan Bahan
1. Alat: jam/stopwatch dan tissue
2. Bahan: es batu
B. Langkah Kerja
1. Praktikan duduk dan telapak tangannya mendatar di atas meja.
2. Mencubit telapat tangannya dengan intensitas sedang hingga dia mulai
sakit dan meneruskan hingga dia tidak merasakan sakit/nyeri
3. Mengulangi cubitan pada tempat yang tadi setelah membiarkan praktikan
beberapa saat
4. Mengusap es dengan gerakan memutar sekitar daerah itu dan
mengeringkan dengan tissue
5. Mencatat waktu begitu ia tidak merasakan sakit
6. Mengusap es tetapi pada daerah terdekat dengan area cubitan tadi
7. Melakukan pada telapak tangan yang lain
8. Melakukan pada praktikan yang lain dan bandingkan.

5. Kepekaan Sentuhan
A. Alat dan Bahan
1. Sapu tangan
2. Spidol
3. Penggaris
4. Jangka

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 37


B. Langkah Kerja
1. Praktikan ditutup matanya dan salah satu lengannya diletakkan di atas meja
2. Kaki jangka diletakkan pada jarak 3 cm dan disentuhkan dengan tekanan
ringan kedua kaki jangka tadi secara bersama-sama pada bagian ventral
lengan bawah praktikan. Jika dia merasakan dua titik maka kedua kaki
jangka diperkecil, sebaliknya bila praktikan merasakan satu titik maka
jarak ke dua kaki diperbesar.
3. Dilakukan sedikit demi sedikit sampai memperoleh jarak yang terpendek
yang masih dirasakan dua titik oleh praktikan.
4. Data yang diperoleh dicatat
5. Diulangi pada praktikan lain
6. Mengulangi kegiatan diatas pada lengan bawah bagian dorsal, telapak
tangan bagian ventral dan dorsal, ujung jari tangan kiri dan tangan kanan,
dahi, pipi, tengkuk, dan bibir.

Hal yang perlu dibahas :


1. Apakah hasil nya sama antara kelompok praktikan ?
2. Mengapa terjadi perbedaan hasil praktikum ?

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 38


LEMBAR KERJA MAHASISWA
1. Pengecap

1 Nama :
Umur :
Jenis kelamin :

2 Nama :
Umur :
Jenis kelamin :

3 Nama :
Umur :
Jenis kelamin :

Bagian lidah
Tepi kanan- Tepi kanan-
Depan Tengah Pangkal
kiri Depan kiri Belakang
Nama 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Rasa Hasil (+) terasa (-) tidak terasa
Pedas

Gurih

Manis
Asam
Pahit
Asin

2. Pembau

Lubang jarum Lubang jarum


No. Nama Bahan Telapak tangan
dibawah diatas

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 39


1

Ket . (+) tercium samar, (++) tercium sedang, (+++)tercium kuat, (-) tidak tercium

3. Hubungan Pembau dan Pengecap

Sekerat bahan
Apel Bengkuang Kentang
Nama
Hidung Hidung Hidung Hidung Hidung Hidung
Praktikan
di di di di di buka di tutup
buka tutup buka tutup
Mengecap
Membau
Rasa
Mengecap
Membau
Rasa
Mengecap
Membau
Rasa
Keterangan : ✓= bisa mengecap, -- =tidak berbau, (+++)= Manis, (++)=kurang manis,
(+)= Sangat kurang manis

4. Pengaruh Dingin Terhadap Rasa Sakit

Nama Praktikan Sebelum dikasih es (waktu) Sesudah dikasih es (waktu)

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 40


sakit Biasa sakit Biasa

3. Kepekaan Sentuhan

Ujung Ujung
Lengan Telapak Telapak
Lengan jari jari teng
Nama praktikan bawah tangan tangan dahi pipi bibir
bawah tangan tangan kuk
dorsal ventral dorsal
kiri kanan

(Satuan dalam mm)

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 41


Tgl Catatan untuk Revisi Tanda tangan
Koreksi Dosen/Asisten

Nilai

PRAKTIKUM VIII

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 42


SISTEM ENDOKRIN I
Tujuan :
1. Menjelaskan peranan sistem endokrin dalam menjaga homeostatis tubuh
2. Menjelaskan mekanisme kerja hormon insulin terhadap kadar gula darah

Dasar Teori :
Di dalam tubuh kita terdapat dua sistem yang bertanggung jawab terhadap pengaturan
lingkungan internal. Penghantaran informasi yang cepat dan terarah diatur oleh sistem saraf,
sedangkan pengaturan fungsi sel secara global dan berlangsung lama merupakan tanggung
jawab sistem endokrin. Sistem ini berkerja melalui penghantaran informasi secara kimiawi
dengan perantaraan hormon.
Hormon insulin merupakan hormon yang tersusun dari rangkaian asam amno yang
dihasilkan oleh sel beta kelenjar pancreas. Dalam keadaan normal, bila ada rangasangan pada
sel beta, insulin disintesis dan kemudian disekresikan ke dalam darah sesuai kebutuhan tubuh
untuk keperluan regulasi glukosa darah. Secara fisiologis regulasi glukosa darah yang baik
diatur bersama dengan hormon glukagon yang disekresikan oleh sel alfa kelenjar pancreas.
Insulin mempunyai fungsi penting pada berbagai proses metabolisme dalam tubuh terutama
metrabolisme karbohidrat. Hormon ini sangat penting perannya dalam proses utilisasi glukosa
oleh hampir seluruh jaringan tubuh terutama otot, lemak dan hepar.
Gangguan metabolisme glukoasa yang terjadi diawali dengan kelainan pada dinamika
sekresi insulin berupa gangguan fase sekresi insulin yang tidak sesuai kebutuhan (inadekuat).
Defisiensi insulin ini secara langsung menimbulkan dampak buruk terhadap homeostasis
glukosa darah. Yang pertama terjadi adalah hiperglikemia akut pascaprandial (HAP) yaitu
peningkatan kadar glukosa darah segera (10-30 menit) setelah beban glukosa (makan minum).

I. ALAT DAN BAHAN :


• Hewan coba : ikan mas kecil

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 43


• Stopwatch
• Insulin 40 IU/mL
• Gelas piala 500 mL
• Glukosa
• Alat suntik 1 mL
• Aquades

II. CARA KERJA :


1. Tempatkan seekor ikan mas kecil pada gelas piala yang berisi 200 mL air yang ditetesi 20
tetes insulin
2. Amati baik-baik saat insulin dan air berdifusi melalui membran insang menuju ke aliran
darah
3. Hasil dari peningkatan kadar insulin dalam darah adalah penurunan kadar gula darah
menjadi dibawah normal. Akibatnya ikan akan mengalami iritabilitas (pusing), konvulsi
(kejang) dan koma
4. Saat gelaja-gejala diatas terjadi, pindahkan ikan ke gelas piala yang berisi 200 mL air dan ½
sendok teh glukosa
5. Saat glukosa berdifusi melalui membran insang menuju aliran darah, kadar gula darah
meningkat dan ikan akan kembali normal
Hal yang perlu dibahas :
• Bagaiman cara kerja insulin berdifusi masuk ke dalam aliran darah ikan?
• Kenapa bisa terjadi iritasbilitas, konvulsi dan koma pada ikan?
• Apa itu resistensi insulin?
• Mekanisme kerja insulin dan glucagon

LEMBAR KERJA MAHASISWA

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 44


Gerakan ikan mas Waktu dan Hasil Pengamatan
Saat di dalam air

Saat di dalam air


yang ditambahi
insulin

Saat di dalam air dan


glukosa

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 45


Tgl Koreksi Catatan untuk Revisi Tanda tangan
Dosen/Asisten

Nilai

PRAKTIKUM IX

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 46


SISTEM ENDOKRIN II
Tujuan :
1. Melihat pengaruh glukokortikoid terhadap pertumbuhan (berat badan) puyuh
2. Melihat pengaruh glukokortikoid terhadap konsumsi pakan
3. Melihat pengaruh glukokortikoid terhadap kadar glukosa darah
4. Melihat pengaruh glukokortikoid terhadap rasio heterofil dan limfosit

Dasar Teori :
Glukokortikoid merupakan kelompok hormon steroid yang disekresikan dari korteks
adrenal dan memiliki peranan vital untuk mempertahankan tubuh dalam kondisi stress. Dalam
kondisi stress, glukokortikoid akan dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
metabolisme energi, dengan cara meningkatkan glukoneogenesis, lipolisis, dan glikogenesis di
otot, hati, dan jaringan adiposa. Hal ini mengakibatkan jumlah glukosa, asam amino dan asam
lemak di aliran darah meningkat. Glukokortikoid juga akan mempengaruhi gambaran
hematologi dengan menurunkan jumlah leukosit (leukopenia) dan meningkatkan jumlah
heterofil (heterofilia) dan menurunkan jumlah limfosit (limfopenia). Hal ini mengakibatkan
rasio heterofil dan limfosit (HLR) sering dijadikan parameter untuk melihat stress).
Glukokortikoid juga meredakan proses peradangan (anti inflamasi dan imunosupresi) sehingga
sering diberikan pada kejadian infeksi. Derivat glukokortikoid yang sering diresepkan adalah
deksametason, betametason, kortikosteron dll.

I. ALAT DAN BAHAN :


1. Hewan coba : Burung puyuh
2. Glukometer dan strip
3. Syringe 1 cc
4. Gelas Objek
5. Timbangan
6. Metanol dan Giemsa
II. CARA KERJA :

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 47


1. Pembagian kelompok perlakuan berdasarkan dosis deksametason dan suhu kandang.
Setiap kelompok mendapatkan 1 ekor puyuh dan diberi nomor dengan kalung.
Kandang untuk kelompok pagi dan siang dibedakan berdasarkan suhu.
Dosis
Kelas Kelompok Kode Suhu kandang
Deksametason
1 PA1 25 - 26℃(kontrol)
2 PA2 28 - 29℃
Pagi 3 PA3 31 - 32℃
4 PA4 34 - 35℃
5 PA5 28 - 29℃
1 PB1 0 mg/kg BB
2 PB2 2 mg/kg BB
Pagi 3 PB3 25-26℃(kontrol) 4 mg/kg BB
4 PB4 8 mg/kg BB
5 PB5 2 mg/kg BB
1 PC1 25 - 26℃(kontrol)
2 PC2 28 - 29℃
Pagi 3 PC3 31 - 32℃
4 PC4 34 - 35℃
5 PC5 31-32℃
1 SA1 0 mg/kg BB
2 SA2 2 mg/kg BB
Siang 3 SA3 25-26℃(kontrol) 4 mg/kg BB
4 SA4 8 mg/kg BB
5 SA5 2 mg/kg BB
1 SB1 25 - 26℃(kontrol)
2 SB2 28 - 29℃
Siang 3 SB3 31 - 32℃
4 SB4 34 - 35℃
5 SB5 34 - 35℃
1 SC1 0 mg/kg BB
2 SC2 2 mg/kg BB
3 SC3 4 mg/kg BB
Siang 25-26℃(kontrol)
4 SC4 8 mg/kg BB
5 SC5 2 mg/kg BB
6 SC6 16 mg/kg BB

2. Setiap ekor puyuh ditimbang

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 48


3. Dilakukan pengambilan darah sebelum perlakuan dari vena jugularis, kemudian
dibuat preparat ulas darah, dan pengukuran kadar glukosa dengan glukometer
4. Dilakukan penghitungan jumlah leukosit dan diferensial leukosit
5. Setiap puyuh ditimbang
6. Setiap puyuh diberikan deksametason secara per oral sesuai dosis (lihat tabel),
deksametason diencerkan dengan air/aquades, pemberian deksametason dilakukan
selama 7 hari.
7. Setiap hari dilakukan penimbangan berat badan dan penimbangan jumlah pakan dan
sisa pakan (feed intake). Air minum diberikan ad libitum
8. Pada hari ke-7 dilakukan pengambilan darah dari vena jugularis, kemudian dibuat
preparat ulas darah, dan pengukuran kadar glukosa darah dengan glucometer

Tabel Kerja
Kelompok :
Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 49
Dosis Deksametason :
Suhu Kandang :

LEMBAR KERJA MAHASISWA

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 50


Tgl Koreksi Catatan untuk Revisi Tanda tangan
Dosen/Asisten

Nilai

PRAKTIKUM X
PRESENTASI KASUS ENDOKRIN
Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 51
Tujuan:
1. Menambah pengetahuan mahasiswa terkait kasus pada endokrin yang diberikan
2. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam memahami dan mempresentasikan
hasilnya dalam bentuk power point
3. Meningkatkan kemampuan manajerial mahasiswa dalam mengerjakan tugas secara
berkelompok

ALAT :
1. Laptop
2. Proyektor

CARA KERJA:
1. Buatlah kelompok yang terdiri atas 4-5 orang mahasiswa

2. Setiap kelompok mahasiswa mengerjakan tugas kasus yang diberikan oleh dosen

pengampu mata kuliah fisiologi dasar

3. Buatlah powerpoint sebagai materi diskusi

4. Tulis dalam bentuk ringkasan dari presentasi semua kelompok di buku praktikum

sebagai laporan sementara

5. Laporan akhir wajib membuat suatu makalah dengan melampirkan sumber jurnal

beserta powerpoint

LEMBAR KERJA MAHASISWA

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 52


Tgl Koreksi Catatan untuk Revisi Tanda tangan
Dosen/Asisten

Nilai

PRAKTIKUM XI
FISIOLOGI CAIRAN TUBUH

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 53


Perhitungan IMT (Indeks Massa Tubuh)

Tujuan :
1. Mahasiswa dapat mengukur tinggi badan dan berat badan yang valid dan realiabel
2. Mahasiswa dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran
tinggi badan dan berat badan
3. Mahasiswa dapat menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh)
4. Mahasiswa dapat menghitung kebutuhan cairan tubuh perhari pada keadaan normal

Dasar Teori
Cairan tubuh merupakan faktor penting dalam berbagai proses fisiologis didalam tubuh.
Dapat dikatakan, kemampuan kita untuk bertahan hidup sangat tergantung dari cairan yang
terdapat dalam tubuh kita. Oleh karena itu, terdapat berbagai mekanisme yang berfungsi untuk
mengatur volume dan komposisi cairan tubuh agar tetap dalam keadaan seimbang atau disebut
juga dalam keadaan homeostasis. Sistem kardiovaskuler berfungsi untuk mensuplai berbagai
bahan yang penting melalui darah keseluruh jaringan. Sistem-sistem lainya seperti ginjal,
paru-paru dan hati berfungsi untuk menjaga jumlah dan komposisi caiaran tubuh agar selalu
dalam keadaan seimbang. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara cairan yang ada dalam
tubuh dan cairan yang dibutuhkan oleh tubuh, maka akan terjadi ketidak seimbangan atau
terjadi gangguan pada berbagai system yang berhubungan dengan kebutuhan cairan tersebut.
Kelainan tersebut dapat berupa kelebihan caiaran maupun kekurangan cairan.
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan nilai yang diambil dari perhitungan hasil bagi antara
berat badan (BB) dalam kilogram dengan kuadrat dari tinggi badan (TB) dalam meter. IMT
dipercayai dapat menjadi indikator atau menggambarkan kadar adipositas dalam tubuh
seseorang. IMT merupakan alternatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh secara luas
untuk menentukan status gizi seseorang.

I. ALAT DAN BAHAN :


1. Antropometris set

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 54


2. Timbangan

II. BAHAN
1. Probandus : Manusia

CARA KERJA :
1. Dipersiapkan 2 alat pengukur tinggi badan (satu pada timbangan dan satu yang
dilengketkan di dinding yang biasa digunakan di tempat praktek). Begitu pula
timbangan ada 2 alat timbangan.
2. Dibagi 2 kelompok agar tidak saling mengganggu, dan membagi tugas agar ada yang
memeriksa dan yang menjadi orang coba; dan kemudian bertukar peran. (5 menit)
3. Praktikan melakukan pengukuran secara bergantian (20 menit)
4. Dilakukan diskusi tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran,
menghitung IMT dan mengklasifikasikannya serta menghitung kebutuhan cairan
perhari.

Hal yang perlu dibahas :


• Jelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran!
• Hitunglah IMT yang didapatkan?
• Hitung kebutuhan cairan perhari bagi probandus !

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 55


LEMBAR KERJA MAHASISWA

Tgl Koreksi Catatan untuk Revisi Tanda tangan


Dosen/Asisten

Nilai

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 56


PRAKTIKUM XII
METABOLISME BASAL

Tujuan :
1. Menghitung dan menyimpulkan besar metabolisme ”basal” dan metabolisme kerja
orang/hewan coba.
2. Mempelajari pengaruh faktor-faktor fisiologis yang mempengaruhi metabolisme basal

Dasar Teori
Pengertian metabolisme adalah setiap proses kimiawi yang terjadi di dalam tubuh
makhluk hidup. Proses tersebut meliputi proses pembentukkan dan penggunaan energi, karena
itu tingkat metabolisme tiap individu ditentukan oleh tingkat aktivitas tiap individu
berdasarkan atas besarnya energi yang digunakan dengan melihat dari besarnya panas yang
dilepaskan oleh tubuh atau besarnya pemakaian oksigen. Derajat metabolisme seseorang
sangat bergantung dengan aktifitas atau kerja dari individu yang bersangkutan. Karena
aktifitas kerja sangat bervariasi maka diperlukan standart dimana dengan demikian tingkat
metabolisme suatu individu dapat dinilai dan dibandingkan, keadaaan tersebut dinamakan
keadaan basal.
Metabolisme basal atau sering disebut Energi Pengeluaran Basal (Basal Energy
Expenditure) adalah kebutuhan energi untuk mempertahankan kehidupan atau energi yang
mendukung proses dasar kehidupan, contohnya : mempertahankan temperatur tubuh, kerja
paru-paru, pembuatan sel darah merah, detak jantung, filtrasi ginjal, dan lain sebagainya.
Untuk menentukan nilai dari BEE ini harus dalam kondisi basal. Kondisi basal tersebut
meliputi : 12-16 jam setelah makan, posisi berbaring, tidak ada aktivitas fisik satu jam
sebelum pemeriksaan, kondisi rileks, temperatur tubuh normal, temperatur ruangan harus 21-
250C, dan dalam kondisi yang kelembapannya normal. Adapun syarat untuk mendapatkan
keadaan basal (matabolisme basal) adalah :
1. Waktu yang paling baik untuk melakukan pemeriksaan adalah waktu pagi hari sebelum
melakukan aktifitas apapun.
2. Malam hari sebelum pemeriksaan dapat tidur nyenyak dalam waktu yang cukup

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 57


3. Pada waktu pemeriksaan harus bebas dari pengaruh obat-obatan
4. 12 jam terakhir tidak makan. Hanya boleh minum air tawar
5. 2 hari terakhir (48 jam) tidak makan banyak protein
6. Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan berbaring pada suasana tenang dan dalam batas
suhu nyaman.

I. ALAT DAN BAHAN :


a. Stopwatch
b. Termometer
c. Timbangan dan pengukur tinggi badan
d. Tensimeter
e. Alat pencatat suhu ruangan

II. BAHAN
a. Hewan coba : Kucing, anjing dan manusia coba

CARA KERJA :
1. Ukur berat badan, tinggi badan orang/hewan coba
2. Posisikan orang coba/hewan coba dalam keaadaan rileks dan nyaman dengan suhu
ruang 21o-25oC.
3. Pengukuran I : Ukur suhu dengan menggunakan termometer, pulsus dan respirasi
orang/hewan coba dalam keadaan rileks dan nyaman dengan suhu ruang 21o-25oC
(pengukuran respirasi dapat dilihat pada praktikum II, pengukuran pulsus dapat dilihat
pada praktikum III)
4. 10 menit kemudian lakukan pengukuran II setelah melakukan exercise selama 5 menit
: ukur suhu dengan menggunakan termometer, pulsus dan respirasi orang/hewan coba
dalam keaadaan rileks dan nyaman dengan suhu ruang 21o-25oC (pengukuran respirasi
dapat dilihat pada praktikum II, pengukuran pulsus dapat dilihat pada praktikum III)
5. Kemudian simpulkan

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 58


LEMBAR KERJA MAHASISWA

Hasil : Sebelum Exercise

1. Manusia Coba
Nama Orang Coba : ............................. Tinggi badan : .................................m
Umur : ......................Thn Berat badan : ................................Kg
Jenis Kelamin : ............................. Suhu tubuh : ...............................OC
Suku Bangsa/Ras : ............................. Tekanan darah : ................../..................
Frekuensi nadi : Frekuensi Pernafasan :
- Permulaan : .................../menit - Permulaan : ............................/menit
- Akhir : .................../menit - Akhir : ............................/menit
2. Hewan Coba
Nama Hewan Coba : ........................... Tinggi badan : .................................m
Umur : ........................Bln Berat badan : ................................Kg
Jenis Kelamin ............................. Suhu tubuh : ...............................OC
Suku Bangsa/Ras : ............................
Frekuensi nadi : Frekuensi Pernafasan :
- Permulaan : ..................../menit - Permulaan : ............................/menit
- Akhir : ..................../menit - Akhir : ............................/menit
3. Hewan coba
Nama Hewan Coba : ........................... Tinggi badan : .................................m
Umur : ........................Bln Berat badan : ................................Kg
Jenis Kelamin ............................. Suhu tubuh : ...............................OC
Suku Bangsa/Ras : ............................
Frekuensi nadi : Frekuensi Pernafasan :
- Permulaan : ..................../menit - Permulaan : ............................/menit
- Akhir : ..................../menit - Akhir : ............................/menit

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 59


Hasil : Sesudah Exercise
a. Manusia Coba
Nama Orang Coba : ............................. Tinggi badan : .................................m
Umur : ......................Thn Berat badan : ................................Kg
Jenis Kelamin : ............................. Suhu tubuh : ...............................OC
Suku Bangsa/Ras : ............................. Tekanan darah : ................../..................
Frekuensi nadi : Frekuensi Pernafasan :
- Permulaan : .................../menit - Permulaan : ............................/menit
- Akhir : .................../menit - Akhir : ............................/menit
b. Hewan Coba
Nama Hewan Coba : ........................... Tinggi badan : .................................m
Umur : ........................Bln Berat badan : ................................Kg
Jenis Kelamin ............................. Suhu tubuh : ...............................OC
Suku Bangsa/Ras : ............................
Frekuensi nadi : Frekuensi Pernafasan :
- Permulaan : ..................../menit - Permulaan : ............................/menit
- Akhir : ..................../menit - Akhir : ............................/menit
c. Hewan coba
Nama Hewan Coba : ........................... Tinggi badan : .................................m
Umur : ........................Bln Berat badan : ................................Kg
Jenis Kelamin ............................. Suhu tubuh : ...............................OC
Suku Bangsa/Ras : ............................
Frekuensi nadi : Frekuensi Pernafasan :
- Permulaan : ..................../menit - Permulaan : ............................/menit
- Akhir : ..................../menit - Akhir : ............................/menit

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 60


Hal yang perlu dibahas :
• Faktor yang mempengaruhi metabolisme basal

Tgl Koreksi Catatan untuk Revisi Tanda tangan


Dosen/Asisten

Nilai

Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 61


Laboratorium Fisiologi Veteriner, Universitas Brawijaya 62

Anda mungkin juga menyukai